• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaa Penyeledikan dan Penyidikan Kepolisian Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi di Polres Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelaksanaa Penyeledikan dan Penyidikan Kepolisian Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi di Polres Kota Medan)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA TINDAK PIDANA

PENCABULAN DI KOTA MEDAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia yang kini sedang berkembang menuju kota metropolitan. Perkembangan yang demikian merupakan suatu hal yang diinginkan oleh semua pihak, namun perkembangan demikian bisa berdampak negatif dan juga berdampak positif bagi semua elemen. Kota Medan terdiri dari beberapa kecamatan, kelurahan serta jutaan penduduk yang menikmati kehidupan di Kota Medan. Kota Medan juga mempunyai sisi kehidupan negatif dimana banyak juga terdapat kejahatan/tindak pidana yang dilakukan oleh sekelompok pihak yang sudah menyimpang terhadap segala peraturan41.

Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kota Medan dikarenakan wilayah domisili peneliti berada di Kota Medan dan peneliti juga tertarik dikarenakan untuk wilayah Kota Medan, terdapat beraneka ragam kasus-kasus kejahatan dan dalam penelitian ini peneliti mengkhususkan penelitiannya dengan melihat kasus-kasus tindak pidana pencabulan di Kepolisian Resor Kota Medan. Tingkat kejahatan tindak pidana pencabulan di Kota Medan cukup tinggi (dapat dilihat pada tabel halaman 2) dan sangat mengkhawatirkan.

Kota Medan yang kini kian berkembang pesat, tetapi berkembang pesat pula terjadinya tindak pidana pencabulan dikarenakan para tersangka tersebut telah

41

(2)

memiliki berbagai cara untuk melakukan aksi kejahatannya. Banyaknya kasus-kasus tindak pidana pencabulan menjadikan Kota Medan menjadi salah satu kota di Indonesia yang rawan tindak pidana pencabulan.

B. Tindak Pidana Pencabulan 1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam Undang-Undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukkan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan42. Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, di mana penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum43.

Pengertian tindak pidana belum memiliki pengertian yang satu kesatuan dari para sarjana karena masih ada perbedaan. Perbedaan itu terbagi dalam dua pandangan yaitu monistis dan dualistis. Menurut Moeljatno, pandangan monistis adalah bahwa para sarjana melihat keseluruhan (tumpukan) syarat untuk adanya pidana itu

42

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana (Ghalia Indonesia Jakarta, 2001), Hal. 22

43

(3)

kesemuanya itu merupakan sifat dari perbuatan, sedangkan pandangan dualistis adalah membedakan dengan tegas dapat dipidananya perbuatan dan dipidana orangnya, dan sejalan ini dipisahkan, maka pengertian perbuatan pidana tidak meliputi pertanggungjawaban pidana44.

a. Pandangan Monistis

Menurut Simon, Strafbaarfeit adalah kelakuan yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab. Van Hamel mengatakan bahwa Strafbaarfeit adalah kelakuan yang dirumuskan dalam Undang-undang, yang bersifat melawan hukum yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan.

Tindak pidana menurut E. Mezger adalah keseluruhan syarat untuk adanya pidana. Menurut Karni, delik itu mengandung perbuatan yang mengandung perlawanan hak, yang dilakukan dengan salah dosa, oleh orang yang sempurna akal budinya dan kepada siapa perbuatan patut dipertanggungjawabkan. Dan menurut definisi pendek Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana berarti perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan pidana. Jadi jelas sekali dari definisi-definisi tersebut di

atas tidak adanya “pemisahan antara Criminal Act dan Criminal Responsibility”45

b. Pandangan Dualistis

Pompe berpendapat bahwa menurut hukum positif, Strafbaarfeit adalah tidak lain dari pada feit, yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang, selanjutnya menurut beliau bahwa menurut teori Strafbaarfeit itu adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana. Menurut Moeljatno, perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana, barang

siapa melanggar larangan tersebut. “Pandangan golongan dualistis ini mengadakan

pemisahan antara dilarangnya suatu perbuatan dengan sanksi ancaman pidana dan

dapat dipertanggung jawabkannya si pembuat”.46

2. Jenis-Jenis Tindak Pidana

a. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lain kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat dalam Buku

III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan “pelanggaran“ itu bukan

44

Sudarto, Hukum Pidana, Jilid. I A-B, (Fakultas Hukum Unsoed,Purwokerto, 1991) Hal. 25

45Ibid,

Hal. 26

46Ibid,

(4)

hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku ke II dan Buku ke III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana di dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak Pidana materil inti larangannya adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.

c. Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain sebagai berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang dengan sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan matinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 360 KUHP.

d. Menurut macam perbuatannya, tindak pidana aktif (positif), perbuatan aktif juga disebut perbuatan materil adalah perbuatan untuk mewujudkannya diisyaratkan dengan adanya gerakan tubuh orang yang berbuat, misalnya pencurian (Pasal 362 KUHP), dan penipuan (Pasal 378 KUHP). Tindak pidana pasif dibedakan menjadi tindak pidana murni dan tidak murni. Tindak pidana murni, yaitu tindak pidana

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan; c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana; d. Unsur melawan hukum yang objektif ;

e. Unsur melawan hukum yang subyektif;48

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana Pencabulan Menurut KUHP49 a. Perbuatan cabul dengan kekerasan

47

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001. hlm. 25-27

48Ibid

. hlm. 30

49

(5)

Perbuatan cabul dengan kekerasan terdapat dalam Pasal 289 KUHP dengan

bunyi ”barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang

melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

b. Perbuatan cabul dengan seseorang dengan keadaan pingsan atau tidak berdaya pada Pasal 290 KUHP , dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum:

1e. barangsiapa melakukan perbuatan cabul denga seseorang, sedang diketahuinya bahwa itu pingsan atau tidak berdaya.

2e. barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat dikawini.

3e. barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawin.

c. Perbuatan cabul dengan seseorang dengan cara tipu daya pada Pasal 293 (1) yang

(6)

a. hadiah atau perjanjian akan memberi uang atau barang,

b. pengaruh yang berlebih-lebihan yang ada disebabkan oleh perhubungan yang sesungguhnya ada

c. tipu

4. Pengaturan Tindak Pidana Pencabulan a. Menurut KUHP50

Pengaturan tindak pidana pencabulan di dalam KUHP diatur dalam pasal sebagai berikut:

1) Pasal 289 yang berbunyi barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, dihukum karena merusakkan kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

2) Pasal 290 yang berbunyi dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun dihukum;

1e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya bahwa itu pingsan atau tidak berdaya.

2e. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang, sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya, hawa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu belum masanya buat dikawini.

3e. Barangsiapa membujuk (menggoda) seseorang yang diketahuinya patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya bahwa ia belum masanya buat kawin, akan melakukan atau membiarkan dilakukan pada dirinya perbuatan cabul, atau akan bersetubuh dengan orang lain dengan tiada kawin.

50

(7)

3) Pasal 292 yang berbunyi orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau patut disangkanya hal belum dewasa itu, dihukum penara selama-lamanya lima tahun. 4) Pasal 293 (1) yang berbunyi barangsiapa dengan mempergunakanhadiah atau perjanjian akan diberi uang atau barang, dengna salah mempergunakan pengaruh yang berlebih-lebihan yang ada disebabkan membujuk orang yang belum dewasa yang tidak tercacat kelakuannya, yang diketahuinya atau patut harus disangkanya belum dewasa, akan melakukan perbuatan cabul dengan dia atau membiarkan dilakukan perbuatan yang demikian pada dirinya, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun.

5) Pasal 294:

(1) yang berbunyi barangsiapa melakukan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri atau anak pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan seorang yang belum dewasa yang dipercayakan pada untuk ditanggung, dididik, atau dijaga, atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

(2) dengan hukuman yang serupa dihukum:

1e. Pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang yang dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk dijaga.

2e. Pengurus tabib, guru, pegawai, mandor (opzichter) atau bujang dalam penjara, rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negeri (landwerkinrichting), rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang yang ditempatkan disitu.

6) Pasal 295: (1) Dihukum :

(8)

dijaganya atau bujangnya yang dibawah umur atau orang yang dibawahnya dengan orang lain.

2e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun, barangsiapa yang dengan sengaja, diluar, hal-hal yang tersebut pada (1)a, menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain yang dikerjakan oleh orang yang belum dewasa yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa ia belum dewasa.

(2). Kalau melakukan kegiatan itu oleh yang bersalah dijalankan sebagai pencahariannya atau kebiasannya, maka hukuman itu dapat ditambah dengan sepertiganya.

b. Menurut Undang-undang

Pengaturan tindak pidana pencabulan menurut undang-undang diatur dalam UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak51. Pasal yang mengatur tindak pidana pencabulan dalam undang-undang tersebut yaitu:

1) Pasal 81 (1) yang berbunyi setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah), dan paling sedikit Rp. 60.000.000 (enam puluh juta rupiah)

2) Pasal 81 (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau orang lain.

51

(9)

C. Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan

Kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat merupakan gejala sosial yang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan dalam bermasyarakat. Kejahatan itu tidaklah terjadi serta merta tanpa adanya suatu dorongan hal, tetapi kejahatan itu juga terjadi karena banyaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang disebabkan karena konflik interaksi sosial antara individu dengan individu-individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok. Salah satu kejahatan yang ada di tengah-tengah masyarakat masa kini khususnya di Kota Medan adalah tindak pidana pencabulan.

Tindak pidana pencabulan merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang terjadi di tengah masyarakat berupa pelanggaran terhadap kesopanan, kesusilaan, pelecehan seksual.

Tindak pidana pencabulan sangatlah buruk, dampak yang akan ditimbulkan terhadap korbannya baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Tindak pidana pencabulan merupakan tindak pidana yang tidak asing lagi di tengah-tengah masyarakat.

Dari berbagai sudut pandang yang berbeda, telah ditemukan beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan, antara lain sebagai berikut:

1. Pergaulan Bebas

(10)

cukup banyak di sekitar lingkungan tempat tinggal bahkan sampai berinteraksi kepada kelompok masyarakt luas membuat seorang anak akan mendapatkan lebih sebuah pengetahaun dari interaksi tersebut. Pengetahuan yang didapat seorang anak baik laki-laki maupun perempuan bisa saja membina si anak menjadi lebih baik atau bisa juga membina si anak menjadi lebih buruk. Segi positif yang diperoleh si anak tersebut menjadikan si anak lebih pandai dalam menentukan sikap untuk memilih mana hal yang baik atau hal yang tidak baik. Segi negatif si anak tidak mampu menilai mana hal baik dan mana hal yang tidak baik. Pada saat si anak tidak mampu menilai hal baik dan mana hal tidak baik, si anak akan sangat mudah dirayu untuk masuk ke dalam sebuah interaksi yang tidak sesuai dengan norma-norma, dan keadaan ini disebut pergaulan bebas52.

Pada saat sekarang banyak anak-anak di Medan baik dari anak laki-laki dan anak perempuan yang telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Pergaulan bebas tersebut tidak memandang umur seseorang dan ketika seorang anak telah terjerumus ke dalam pergaulan bebas, mereka berbuat seenaknya tanpa memandang norma-norma yang ada di masyarakat. Sehingga pergaulan bebas menjadi faktor penyebab paling utama terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan yang diperoleh dari setiap laporan atau pengaduan yang datang dari korban atau orangtua korban langsung53.

52

Ully Lubis, Kanit Idik 7 Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Polresta Medan wawancara langsung pada tanggal 14 Januari 2015 Pukul 11.30 WIb

53

(11)

2. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan ke dalam golongan – golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini54.

Dewasa ini, banyak terjadi penyalahgunaan narkotika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, sehingga narkotika menjadi faktor penyebab paling terdepan untuk menimbulkan tindak pidana pencabulan di Kota Medan. Akibat dari penyalah gunaan narkotika ini, seseorang bisa melakukan suatu perbuatan tanpa disadarinya baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela.

Narkotika sebenarnya dipakai oleh ilmu kedokteran dalam suatu operasi kepada pasien agar sipasien tadi tidak mengalami kesakitan yang berlebihan karena pemakaian narkotika tadi. Sehingga rasa sakit ketika dioperasi sama sekali tidak dirasakan sipasien tersebut.

Akibat dari fungsi narkotika tersebut, ada pihak tertentu yang ingin merasakan narkotika tersebut. Sehingga pihak tersebut mencari tau bagaimana bentuk narkotika tersebut dan kemudian mencari tahu asal narkotika tersebut. Setelah diketahui bentuk dan asal narkotika tadi, pihak tersebut membawa dan memakai serta menyebarkan ke tengah-tengah masyarakat. Yang menjadi incaran pihak tersebut adalah para generasi muda yang masih punya pendirian rapuh, sehingga mudah untuk dibujuk

54

(12)

menggunakan narkotika. Akibat rayuan pihak tersebut, akhirnya beberapa generasi muda tadi menerima dan memakai narkotika tadi. Kemudian generasi muda tersebut ikut menyebarluaskan atau mengenalkan kepada teman-temannya yang lain.

Rata-rata generasi muda yang memakai narkotika tersebut ada yang masih dibawah umur karena mereka masih mempunyai jiwa yang labil, sehingga anak-anak dibawah umur tersebut mudah dipengaruhi.

Narkotika menjadi suatu alasan ketika faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan, dan menjadi faktor utama terjadinya tindak pidana pencabulan tersebut.

Akibat pemakaian narkotika oleh seseorang baik anak-anak maupun orang dewasa, dia tidak akan menyadari apa yang dia perbuat setelah menggunakan narkotika tadi.

Narkotika menjadi pemicu untuk melakukan tindak pidana pencabulan, karena sebelum melakukan tindak pidana pencabulan itu, sipelaku menggunakan narkotika terlebih dahulu sehingga dia tidak lagi merasakan rasa takut atau rasa malu di dalam dirinya untuk melakukan tindak pidana pencabulan tadi.

Menurut Ully Lubis, penggunaan narkotika kencenderungan mengarah ke seks55. Dalam beberapa tahun menangani tindak pidana pencabulan di Kota Medan, alasan utama setiap pelaku tindak pidana pencabulan adalah narkotika, karena narkotika selalu mendorong atau mengeluarkan rasa keinginan dalam diri untuk melakukan hubungan seks bebas. Beliau juga menambahkan, bahwa efek samping

55

(13)

dari narkotika itu mengacu kepada pergaulan bebas. Pergaulan bebas tidak memandang yang melakukannya, baik laki-laki maupun perempuan yang masih lajang. Karena adanya pergaulan bebas tadi, menyebabkan timbulnya tindak pidana pencabulan dimana keluargalah yang akan keberatan dari tindak pidana pencabulan tersebut.

Jadi beliau56, menegaskan narkotika akan menghantarkan seseorang kepada pergaulan bebas dan pergaulan bebas akan cenderung menimbulkan tindak pidana pencabulan.

Pemakaian narkotika secara berlebihan akan mengganggu stabilitas fungsi organ tubuh seseorang yang bisa mengakibatkan hilangnya daya tahan tubuh sesoerang sehingga memicu ketidak sadaran diri. Bagi orang yang memiliki gangguan seksualitas dalam dirinya, ketika dia mengkomsumsi narkotika secara berlbihan akan memicu ketidak sadaran diri yang melampaui batas sehingga dia tidak dapat menahan nafsu birahinya dan dengan segera dia akan mencari tempat pelampiasan nafsu birahinya, dan yang menjadi korban pelampiasannya adalah anak57.

Narkotika yang membuat seseorang berhalusinasi berlebihan, halusinasi itu bisa berupa halusinasi buruk dan halusinasi baik. Ketika halusinasi buruk menguasai diri seorang pemakai narkotika, maka akan timbullah kesenjangan sosial yang melanggar norma masyarakat dengan munculnya suatu tindak pidana khususnya

(14)

tindak pidana pencabulan karena dikuasai oleh nafsu birahi akibat efek samping narkotika yang membuat halusinasi58.

3. Pacaran

Manusia adalah salah satu dari mahkluk hidup yang ada di permukaan bumi, dan manusia mempunyai tujuan hidup yakni salah satunya adalah mempunyai keturunan yang banyak. Untuk mencapai tujuan itu, butuh beberapa proses yang akan dilewati oleh seseorang (laki-laki atau perempuan).

Proses itu seperti mencari pasangan, menikah lalu mempunyai keturunan. Di dalam proses mencari pasangan terdapat istilah pacaran yang bisa diartikan masa saling mengenal satu sama lain antara laki-laki dan perempuan.

Pada jaman sekarang ini, pacaran sudah disalah gunakan karena pesatnya perkembangan pemikiran manusia. Seseorang berpacaran bukan lagi untuk saling mengenal satu sama lain terhadap pasanganya tapi dijadikan sebagai tempat pelampiasan napsu semata, karena kedua insan tersebut seakan-akan itulah pasangan hidupnya. Apalagi jaman sekarang banyak anak-anak dibawah umur berpacaran, padahal mereka belum tahu makna sebenarnya dari pacaran itu. Sehingga banyak anak-anak dibawah umur tadi merupakan tempat pelampiasan napsu karena terbuai kata-kata pasangannya.

58

(15)

Menurut Ully Lubis59, anak-anak perempuan yang berpacaran cenderung menimbulkan tindak pidana pencabulan, karena anak perempuan terlalu mudah dirayu untuk melakukan hubungan seks tanpa ada ikatan perkawinan.

Pada saat sekarang, banyak anak laki-laki yang masih dibawah umur sudah tahu berpacaran, padahal dengan usianya yang masih tergolong belum cukup dikatakan untuk berpacaran. Anak laki-laki tersebut mencari seorang anak perempuan untuk dipacarinnya. Pengaruh juga datang dari orang dewasa yang berpacaran dan ketika anak laki-laki itu melihat adegan seperti cium-ciuman, dan lain-lain yang dilakukan oleh orang dewasa tadi, maka spontan keluar suatu keinginan ingin melakukan hal seperti orang dewasa tadi, maka dia akan mengajak anak perempuan yang menjadi pacarnya dengan cara membujuk atau merayu serta menyakinkan sianak perempuan agar dia mau melakukan apa yang diminta sianak laki-laki tadi. Karena ketidakmampuan untuk mengendalikan diri anak-anak tadi maka akan timbul dampak negatif dari perbuatan mereka yang diketahui oleh orangtua sianak perempauan dengan cara memperhatikan kebiasaan yang tidak wajar yang ditunjukkan sianak perempuan setelah dia melakukan adegan negatif tadi dengan kebiasaan sebelum dia melakukan adegan negatif tadi. Demikian juga dengan orang dewasa yang tidak jauh dengan anak laki-laki yang dikuasai oleh nafsu birahi yang mencari pasangannya seorang anak perempuan untuk lebih mudah melampiaskan hawa nafsu dengan cara memacari sianak dengan memberi harapan-harapan yang membuat sianak perempuan menjadi lebih percaya. Keadaan seperti ini juga

59

(16)

merupakan keadaan awal yang menimbulkan kasus-kasus tindak pidana pencabulan yang berawal dari pacaran yang telah disalahartikan oleh pasangan-pasangan tersebut60.

Banyak sekarang orang yang berpacaran baik itu orang dewasa terhadap anak-anak maupun anak-anak-anak-anak terhadap anak-anak-anak-anak yang berada di tempat sepi dan gelap. Tempat-tempat itu selalu diincar orang pacaran jaman sekarang yang telah menyalah artikan pacaran. Tempat-tempat sepi dan gelap itu bisa menimbulkan konflik di masyarakat karena bisa menimbulkan suatu lokasi tempat mesum yang belum diketahui oleh khalayak ramai. Tempat sepi dan gelap itu dijadikan oleh orang berpacaran untuk mesum sehingga membuat masyarakat setempat khawatir karena bisa ditiru oleh anak-anak lingkungan sekitar tempat mesum tersebut dan bisa saja menimbulkan tindak pidana pencabulan61. Banyak orang-orang berpacaran di tempat-tempat sepi dan gelap agar lebih memudahkan mereka melakukan tindak mesum. Keadaan ini mempengaruhi langsung terhadap anak-anak yang tidak sengaja melihat orang berpacaran itu melakukan mesum dan pasti anak-anak itu juga langsung mempunyai keinginan untuk melakukan hal serupa yang di lihatnya. Keadaan seperti itu tidak bisa dipungkiri lagi akan menimbulkan beberapa penyimpangan sosial terhadap anak-anak sehingga memunculkan konflik sosial berupa tindak pidana khususnya tindak pidana pencabulan.

60

Warjon Tarigan, Op.cit 61

(17)

Pada saat sekarang banyak laki-laki dan perempuan memiliki cara berpacaran yang bebas sehingga tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang benar untuk dilakukan dan menjauhi aturan-aturan yang berlaku sebagai pengatur hubungan seorang laki-laki dan perempuan62.

Banyaknya pengaduan yang datang kekantor polisi dari keluarga korban tindak pidana pencabulan ini membuktikan bahwa rata-rata tindak pidana pencabulan itu menimpa para anak perempuan yang usianya masih tergolong belum cukup untuk berpacaran63. Anak perempuan yang tergolong tidak berdaya sangat mudah untuk di rayu untuk melakukan apa yang diminta oleh pasangannya bahkan jika anak perempuan tersebut menolak untuk memenuhi permintaan pasangannya, si anak perempuan akan mendapatkan suatu ancaman dari pasangannya, ancaman itu tidak tanggung-tanggung yang diberikan pasangannya, si anak perempuan akan dibunuh jika tidak mau menuruti permintaan pasangannya64.

Adapun kasus pencabulan dari faktor pacaran ini dilakukan oleh pelaku yang berinisial MS. Pelaku melakukan aksi kejahatannya dengan cara mengajak korban ke suatu tempat dengan alasan ingin memutuskan hubungan mereka ternyata setelah di tempat pertemuan tersebut, pelaku pun memeluk korban dan korban pun terangsang sehingga pelaku bebas melakukan aksinya65.

62

Warjon Tarigan, Op.cit 63

Ully Lubis, Op.cit 64

Ully Lubis, Ibid 65

(18)

4. Teknologi

Perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat manusia lebih mudah untuk mendapatkan sesuatu hal yang dia inginkan. Hanya dalam waktu beberapa saat saja orang tersebut langsung dapat menikmati atau memakai hasil yang dia peroleh dari teknologi tersebut. Perkembangan teknologi yang begitu pesat tercipta karena adanya keinginan-keinginan manusia untuk menciptakan sesuatu hal baru dalam kehidupannya yang diperoleh dari lingkungan sekitarnya. Melalui pembelajaran dan beberapa usaha, manusia dapat menciptkan sesuatu teknologi baru.

Kemajuan teknologi bagi manusia dapat berdamapak positif maupun negatif. Berikut dampak positif dan dampak negatif perkembangan teknologi66.

Dampak positifnya berupa:

a. Mempermudah dan mempercepat akses informasi yang kita butuhkan. b. Mempermudah dan mempercepat penyampaian atau penyebaran informasi. c. Mempermudah transaksi perusahaan atau perseorangan untuk kepentingan

bisnis.

d. Mempermudah penyelesaian tugas-tugas atau pekerjaan.

e. Mempermudah proses komunikasi tidak terhalang waktu dan tempat. f. Banyaknya penggunaan teknologi informasi membuka lowongan kerja.

Dampak negatifnya berupa:

a. Isu SARA, kekerasan dan pornografi menjadi hal yang biasa.

b. Kemudahan transaksi memicu munculnya bisnis-bisnis terlarang seperti narkoba dan produk black market atau ilegal.

c. Para penipu dan penjahat bermunculan terutama dalam kasus transaksi online. d. Munculnya budaya plagiarisme atau penjiplakan hasil karya orang lain.

Perkembangan teknologi yang begitu pesat juga memberi pengaruh luar biasa terhadap anak-anak maupun orang dewasa. Yang di khawatirkan adalah pengaruh

66

(19)

teknologi itu mempengaruhi anak-anak, karena anak-anak begitu cepat merespon apa yang dia lihat. Jika itu teknologi yang bersifat baik, anak tersebut dapat menerapkan hal-hal yang baik, sebaliknya jika anak tersebut menerima hasil teknologi yang buruk, maka anak tersebut akan menerapkan hal-hal buruk dikehidupannya.

Apalagi pada saat sekarang anak-anak banyak menggunakan teknologi berupa internet, Handphone, dan sebagainya. Dapat dicontohkan, banyak orang dewasa maupun anak-anak dengan mudah mengakses pornografi sehingga memperoleh film porno dari media internet lalu membuat ke Handphone-nya agar dengan leluasa bisa berulang-ulang menontonnya. Film porno tersebut dapat memicu anak-anak baik perempuan maupun laki-laki untuk melakukan seperti apa yang ada di dalam film porno tersebut, karena film porno tersebut membuat anak-anak tidak dapat menghindari pikiran-pikiran negatif. Apalagi anak-anak mempunyai pengendalian diri yang labil, kadang bisa mengendalikan diri dan kadang tidak bisa mengendalikan diri.

Warjon Tarigan67, menegaskan juga banyaknya beredar film porno yang diperoleh dari teknologi itu sendiri mengakibatkan terjadinya tindak pidana pencabulan karena adanya rangsangan dari film tersebut untuk dilakukan oleh anak-anak yang rasa ingin tahunya sangat tinggi. Ketika anak-anak tersebut selesai menonton maka anak tersebut juga mempunyai rasa ingin tahu, bagaimana sih rasanya melakukan adegan seperti di film porno tersebut?. Ketika rasa keinginan yang tinggi itu timbul, maka seketika itulah muncul keinginan mencari tempat pelampiasan, dan

67

(20)

korban yang menjadi tempat pelampiasan paling mudah diraih adalah anak-anak yaitu anak perempuan, karena anak perempuan sangat mudah dibujuk, diancam, bahkan dibunuh sekalian.

Pada saat sekarang, film porno itu tidak hanya dicari melalui media internet, sekarang sudah banyak dalam bentuk DVD, buku-buku porno yang dijual oleh oknum-oknum tertentu yang mencari kesempatan saja dan tidak memikirkan dampak negatifnya terhadap generasi bangsa. Penjual-penjual ini mengincar anak-anak karena anak-anak mempunyai keinginan lebih tinggi ketimbang orang dewasa, karena orang dewasa hanya sebagian saja yang berpikir bahwa porno itu tidak baik, sehingga DVD film porno itu dengan cepat terjual habis.

Kecenderungan dari anak-anak yang masih usia dini yang sudah berpacaran akan memanfaatkan hasil dari kemajuan teknologi untuk mendapatkan sumber informasi bagaimana nikmatnya rasa berpacaran itu dan bagaimana cara pelaksanaannya. Ini kebanyakan dilakukan oleh anak-anak yang tidak paham dan kurang pengendalian diri untuk menerima kemajuan dari teknologi saat ini.

(21)

minim dan ketat. Dari pakaian minim dan ketat yang dipakai oleh seorang wanita, wanita itu tidak sadar bahwa dirinya telah mengundang seseorang untuk berbuat kejahatan. Seorang pria dewasa atau anak laki-laki normal yang melihat seorang wanita memakai pakaian minim dan ketat akan terangsang, akibat dari rangsangan itu mereka mencari tempat pelampiasan keinginan seksuanlnya, dan yang menjadi sasaran pelampiasan seksual mereka adalah anak perempuan68.

Perkembangan teknologi juga menbawa informasi gaya hidup negara lain yang menyimpang jauh dari pola etika dan budaya bangsa Indonesia yang memandang adanya norma-norma di tengah-tengah masyarakat. Sehingga dampak globalisasi begitu terasa mempengaruhi gaya hidup generasi muda. Informasi yang diterima dan tidak disaring akan menimbulkan pemikiran yang sempit dan tidak menjadi kreatif, sehingga pola pikir sempit tadi menimbulkan perilaku buruk yang dapat dibawa ke tengah masyarakat, perilaku buruk tadi akan berwujud tindak pidana dan tindak pidana yang bisa terjadi salah satunya adalah pencabulan69. Akibat ketidakmampuan seseorang menyaring sebuah informasi hasil dari perkembangan teknologi masa kini membuat seseorang cenderung tidak kreatif, dia tidak tahu bagaimana merealisasikan pengetahuan yang dia terima dari informasi teknologi sehingga dia merasa minder dengan orang-orang disekitarnya, ketika dia minder kepada seseorang, dia akan menutup diri dan berpikir sempit sehingga dia mudah terpengaruh hal-hal buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma di masyarakat.

68

Warjon Tarigan, Ibid 69

(22)

Perkembangan teknologi yang begitu pesat mempunyai pengaruh besar terhadap Indonesia khususnya di Kota Medan, dimana pengaruh dari perkembangan teknologi tersebut bisa menghilangkan nilai-nilai moralitas dan norma-norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat, jika nilai-nilai itu hilang akibat teknologi, maka akan terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku yang dapat mengakibatkan gejala-gejala sosial seperti tindak pidana pencabulan70.

Tidak terbayangkan jika nilai-nilai moralitas dan norma-norma yang ada di tengah-tengah masyarakat telah luntur akibat dari penagruh globalisasi teknologi yang begitu cepat merasuki masyarakat, maka kehidupan masyarakat itu tidak akan jauh dari gejala-gejala sosial yang timbul dari penyimpangan-penyimpangan perilaku seseorang.

Muslim Harahap71, juga menjelaskan bawah teknologi menjadi salah satu dari pemicu terjadinya tindak pidana dimana teknologi mampu memberi dan membawa informasi begitu cepat sehingga anak-anak yang tidak mampu mengendalikan diri atau bijaksana dalam menggunakan teknologi akan mengakses beberapa situs negatif yang akan dimanfaatkannya. Melalu situs negatif itu, si anak akan belajar bagaimana melakukan hal-hal diluar batas usianya. Ketika anak yang mengakses situs porno, dia akan melihat dan menonton film porno tersebut sehingga membuat dia terangsang dan inign melampiaskannya juga. Kemudian dia mencari anak-anak yang tidak

70

James W.Hutabarat, Ibid 71

(23)

berdaya karena dia berpikir anak itu tidak akan mampu melawannya atau anak itu akan mudah dihasut dengan sebuah imbalan.

Kasus pencabulan dari teknologi didapat dari salah satu kasus pencabulan oleh seorang pria berinisial JMS yang awalnya bermain jejaring sosial Facebook (FB) dengan seorang mahasiswi. Dimana tersangka mengaku sebagai Judika lalu berkenalan dengan korban dan kerap kali sikorban mengajak ketemu. Kemudian tersangka dan korban bertemu sehingga pada pertemuan kedua, tersangka melancarkan aksinya dengan mengiming-imingi akan bertanggung jawab, kemudian tersangka berhasil melakukan hubungan intim dengan korban.72

5. Iman

Iman adalah kepercayaan, ketetapan hati73.

Sudah dipastikan bahwa manusia mengenal sang penciptanya, oleh karena itu manusia menganut suatu agama untuk mengenal penciptanya. Melalui agama yang dianutnya manusia itu memiliki iman.

Iman dapat menjaga kita dari suatu perbuatan yang tercela, karena melalui iman, manusia pasti bisa mengendalikan diri jika dia memiliki iman yang kuat, dan sebaliknya.

Manusia diciptakan oleh penciptanya dengan sempurna dengan memiliki akal dan pikiran, dengan akal dan pikiran itu manusia akan mampu menelaah atau menerima/menolak hasil dari interaksi sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.

72

Tersangka JMS, keterangan tersangka diambil dari BAP saat disidik pada tanggal 5 November 2015

73

(24)

Akal dan pikiran tadi menyatu di dalam perasaan seseorang sehingga memumunculkan sebuah iman dalam diri seseorang untuk mengatur sesuatu hal yang perlu dia percayai atau tidak dipercayai dengan mengambil sebuah kesimpulan.

Iman lemah yang dimiliki seseorang di dalam dirinya, dapat juga melemahkan seseorang meresapi dan memahami norma-norma agama, sehingga orang tersebut tidak mampu untuk menilai serta mengamalkan ajaran agama yang dia percayai dan dapat menimbulkan penyimpangan perilakunya yang melanggar norma-norma agama dan norma-norma masyarakat sehingga sangat berpengaruh terhadap dirinya untuk berbuat jahat yang dapat merugikan dirinya sendiri dan juga orang lain yang menjadi korbannya74.

Ully Lubis75 menegaskan, laporan-laporan yang datang kepada kami (pihak kepolisian) bahwa pelaku tindak pidana pencabulan itu melakukan tindak pidana tersebut karena kurangnya iman atau memiliki iman yang lemah. Hawa nafsu menguasai dirinya dan imannya tidak mampu lagi mencegah dirinya untuk berbuat tindak pidana. Hanya sedikit melihat lawan jenisnya, hawa nafsunya langsung menguasai dirinya, sehingga pelaku tersebut memiliki rasa ingin untuk menyetubuhi lawan jenisnnya. Baik pelaku pencabulan yang dewasa maupun anak-anak, mereka melakukan niatnya kepada anak perempuan yang dibawah umur agar lebih mudah karena anak dibawah umur tidak memiliki daya sedikitpun untuk melawan atau gampang dirayu melalui beberapa rayuan dengan mengajukan beberapa penawaran.

74

Warjon Tarigan, Op.cit 75

(25)

Iman yang lemah yang dimiliki oleh seseorang dapat menimbulkan tindak pidana, baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Orang dewasa saja bisa punya iman yang lemah, apalagi anak-anak, oleh karena itu, semua kembali kepada diri sendiri orang tersebut.

Adapun kasus pencabulan diawali karena iman yang lemah ialah dilakukan seorang pria dewasa yang kemudian diinisialkan namanya menjadi S76 melakukan pencabulan kepada korbannya karena melihat keindahan tubuh korbannya, sehingga timbul rasa keinginan untuk mencabuli korbannya.

6. Kurang Pengawasan Orangtua

Orangtua merupakan bagian dari keluarga anak. Keluarga adalah lembaga sosial yang bersifat universal, terdapat di semua lapisan dan kelompok masyarakat di dunia, merupakan miniatur masyarakat, bangsa dan negara, terbentuk melalui perkawinan atau ikatan antara dua orang yang berlainan jenis dengan tujuan membentuk keluarga. Ikatan suami isteri yang didasari niat ibadah diharapkan tumbuh dan berkembang menjadi keluarga (rumah tangga) bahagia, kekal, berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dapat menjadikan masyarakat yang beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan dan berwawasan nusantara77.

Peran serta orangtua di dalam kehidupan sehari-hari terhadap anaknya sangatlah penting hingga si anak tadi menjadi tumbuh dewasa. Orangtua merupakan

76 Tersangka ”S” Wawancara langsung via telepon melalui telepon petugas penjaga tahanan

Polresta Medan pada 26 April 2014 Pukul 10.00 Wib

77

(26)

sumber didikan yang sangat menjamin atau berpengaruh besar terhadap kelakuan si anak, dan keberadaan orangtua di sisi anak memiliki integritas tinggi terhadap pertumbuhan pola pikir si anak.

Orangtua yang berperilaku baik sehari-hari dihadapan si anak, maka secara langsung sianak akan merasa tenang dan aman serta meniru apa yang telah diperbuat siorangtuanya tadi. Orangtua yang menimbulkan kehidupan yang harmonis ditengah-tengah keluarganya, maka sianak akan merasa bahagia juga.

Pengaruh besar juga terjadinya tindak pidana pencabulan juga datang dari peranan orangtua itu sendiri. Banyaknya kasus tindak pidana yang terjadi di Kota Medan ini datang dari anak yang mengalami atau berada di tengah-tengah keluarga yang kurang baik seperti kelurga yang kurang harmonis (orangtuanya bertengkar), keluarga pemabuk, keluarga pejudi, orangtua memiliki kesibukan78.

Di sini bukan cuma pelaku saja yang perlu mendapat pengawasan orangtua, tapi anak perempuan juga harus diawasi terhadap segala aktifitasnya sehari-hari agar sianak perempuan tidak terjerumus atau menjadi korban tindak pidana pencabulan.

Tommy Sitepu79, mengatakan bahwa orangtua merupakan pengaruh lingkungan yang pertama didapat oleh seorang anak sebelum anak tersebut mengenal lingkungan luar disekitar tempat tinggalnya. Oleh karena itu lingkungan pertama yang dia serap adalah lingkungan keluarga itu sendiri. Keluarga yang baik, yang baik juga ditiru sianak, dan sebaliknya.

78

Ully Lubis, Op.cit 79

(27)

Orangtua juga harus memberikan didikan baik kepada anak perempuannya. Pada zaman sekarang banyak anak perempuan sudah memakai pakaian yang ketat-ketat seperti tengtop, rok mini, baju ketat-ketat dan lain-lain yang dapat memicu para pria dewasa bahkan anak laki-laki untuk mengincar mereka dan meluapkan atau melampiaskan keinginan nafsu birahi mereka akibat terangasang terhadap penampilan sianak perempuan tadi yang begitu memancing nafsu birahi para pria dewasa dan anak laki-laki80. Ini yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan dimana orangtua salah memberikan didikan dari cara berpakaian yang baik dan benar yang tidak mengundang bahaya kepada anak perempuannya.

Orangtua harus benar-benar mengawasi pola pergaulan anaknya baik itu anak laki-laki maupun anak perempaun. Jangan sampai anak tersebut masuk ke dalam pergaulan bebas. Orangtua juga harus memberikan kehidupan yang layak bagi anaknya, jangan sampai si anak merasa kesepian karena kesibukan orangtuanya. Ketika sianak merasa kesepian karena kurang diperhatikan oleh orangtuanya akibat dari rutinitas yang padat yang dimiliki orangtuanya, maka sianak akan berusaha mencari kesibukan sendiri untuk menghilangkan kesepiannya. Disaat sianak mencari kesibukan untuk menghilangkan kesepiannya, tidak hanya hal baik saja bahkan banyak hal-hal buruk yang akan mendatanginya baik itu perilaku buruk, perkataan buruk. Ketika sianak meresap perilaku buruk yang datang dari masyarakat, secara langsung dia juga akan merealisasikan perilaku buruk itu, dan hal ini juga memicu

80

(28)

terjadinya tindak pidana, seperti tindak pidana pencabulan. Dan juga sianak harus berada di tengah-tengah keluarga yang harmonis agar dia merasa nyaman dan tenang dengan keberadaannya di tengah keluarga tersebut. Ada anak-anak yang berada di tengah keluarga yang hancur/bertengkar (Broken home). Situasi ini dapat menimbulkan keadaan buruk yang dapat membuat dia stress dengan keadaan orangtuanya yang selalu bertengkar. Sianak akan berusaha keluar dari pertengkaran yang terjadi dirumahnya, dan bergaul dengan orang-orang diluar rumahnya. Sianak tidak dapat menilai pergaulan yang dia terima itu baik atau buruk baginya. Dengan keadaan rumah tangga yang hancur, orangtua sama sekali kurang memperhatikan pergaulan anaknya diluar, padahal pergaulan bebas siap mendatanginya dan mengajarkannya hal-hal buruk namun enak untuk dilakukan sianak tersebut. Perilaku buruk demikian juga termasuk kedalam kategori faktor penyebabnya terjadinya tindak pidana pencabulan dimana sianak bisa menimbulkan tindak pidana karena terpicu oleh pergaulan bebas yang dia terima diluar81.

Anak-anak terutama anak perempuan saat melakukan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dan para orangtua sering kali lalai dalam mengawasi anaknya ketika anaknya melakukan aktivitas interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Ketika anak di luar pengawasan orangtua, disini seorang anak sedang terancam dengan sebuah tindak pidana seperti tindak pidana pencabulan. Orang jahat akan melihat dan

81

(29)

mengikuti pergerakan si anak perempuan tersebut dan pada saat si anak perempuan tersebut lengah, maka orang jahat tersebut akan melakukan kejahatannya82.

Kelengahan orangtua dalam mengawasi anaknya terjadi pada kasus pencabulan yang dilakukan oleh 3 (tiga) orang anak terhadap seorang anak perempuan dibawah umur. Ketiga anak pelaku tersebut adalah berinisial D, R, dan K. Ketiga pelaku ini membawa korban ke belakang salah satu rumah dilingkungannya dan kejadian itu tidak diketahui oleh kedua orangtua korban sehingga pelaku bebas mencabuli korbannya83.

Contoh lain kasus pencabulan dari faktor ini adalah dari pelaku pencabulan yang berinisial J dan HE, yang melakukan kejahatannya dengan cara membujuk dan memberi uang kepada korban dan hal itu tidak diketahui sama sekali oleh orangtua korban84.

7. Pelaku Di bawah Pengaruh Minuman Keras

Sama seperti dengan nartkotika, minuman keras juga menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan. Minuman keras yang mengandung alkohol bisa membuat seseorang mabuk atau tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri.

82

Muslim Harahap, Op.cit 83

Tersangka D,R, dan K, keterangan tersangka diambil dari BAP pada saat disidik pada tanggal 3 Juli 2015

84

(30)

Pada saat ini banyak jenis-jenis minuman keras bermunculan di tengah-tengah masyarakat, dan para pemakainya bukan hanya orang dewasa saja tetapi juga menyentuh para anak-anak dibawah umur.

Anak-anak yang meminum minuman keras itu bisa menimbulkan tindak pidana khususnya tindak pidana pencabulan karen efek samping minuman keras tersebut telah membuatnya tidak sadar diri sehingga apa yang dia perbuat bisa membuat kerugian pada dirinya sendiri85.

Seseorang ada juga yang menggunakan minuman keras untuk mencabuli lawan jenis. Pemakain minuman keras membuatnya berani untuk melakukan tindak pidana pencabulan tadi karena minuman keras itu membuat dia berani dan tidak merasakan yang namanya malu untuk melakukan kejahatan itu karena ilusi yang ditimbulkan oleh minuman keras cukup keras86.

8. Tidak Ada Pekerjaan atau Kesibukan

Pengangguran mempengaruhi secara langsung munculnya kriminalitas di Kota Medan. Orang dewasa yang tidak mampu mencari pekerjaan untuk mengekspresikan keahliannya menambah jumlah pengangguran bahkan datang juga dari anak-anak yang dari kalangan orang miskin dimana keluarganya tidak mampu untuk memberinya pendidikan yang layak. Sehingga sianak hanya berdiam diri dirumah dan tidak tahu mau berbuat apa87.

85

Warjon Tarigan, Op.cit 86

Warjon Tarigan, Ibid 87

(31)

Ketika seseorang tidak memiliki kesibukan di dalam kehidupan sehari-harinya, akan membuat pikirannya jenuh. Dengan keadaan jenuh itu, hanya pikiran negatif saja yang ada di dalam pikirannya. Pikiran negatif itu akan membuatnya berperilaku buruk dan selalu mempunyai pikiran kotor. Apalagi ketika dia berdiam diri dan melihat lawan jenisnya lewat dari hadapannya, maka akan timbul pikiran kotor tersebut dalam bentuk tindak pidana yaitu cara untuk bergumul dengan lawan jenisnya tadi. Disinilah awal terbentuknya tindak pidana pencabulan itu ketika seseorang tidak mempunyai pekerjaan atau kesibukan yang membuat pikiran jenuh dengan keadaannya yang berdiam diri saja88.

9. Peranan Korban

Manusia memiliki ciri khas atau karakterisktik pribadi yang berbeda-beda di kehidupannnya sehari-hari. Ciri khas atau karakteristik pribadi itu akan diketahui orang lain saatnya melakukan interkasi sosial, baik itu mulai dari anak-anak bahkan orang dewasa.

Ciri khas atau karakteristik tersebut ternyata juga menjadi pemicu timbulnya tindak pidana. Tindak pidana itu terjadi dikarenakan ada ciri khas atau karakteristik yang dimiliki seseorang bertentangan dengan masyarakat atau tidak diterima masyarakat. Ciri khas atau karakteristik tersebut telah menjadi faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan di Kota Medan.

Tindak pidana pencabulan itu bisa timbul karena pengaruh dari korban itu sendiri. Dimana korban itu sendiri mempunyai sebuah ciri khas atau karakteristik

88

(32)

yang suka menggoda atau merayu para pelaku. Diibaratkan seorang anak perempuan yang mempunyai jiwa penggoda atau orang sering mengatakan ”genit”. Dengan kegenitan itu, orang (anak-anak atau orang dewasa) merasa tertantang dan keluar

suatu keinginan karena rasa penasaran ”ada apa dibalik kegenitan siperempuan itu”?.

Apalagi kegenitan itu dilakukan dengan pakaian yang seksi dan ketat, cukup beralasan seseorang anak laki-laki atau orang dewasa yang normal akan merespon siperempuan tadi. Dengan respon itu maka akan timbul suatu nafsu birahi seorang laki-laki (anak-anak maupun orang dewasa) untuk memegang, meraba-raba dan bisa sampai menyetubuhi sianak perempuan tadi89.

Kegenitan dari seorang anak perempuan tadi sudah merupakan ciri khas atau karakteristik pribadi dia, sehingga selalu memberi pesona kepada seorang laki-laki,. Itu juga tidak datang dari anak perempuan yang memiliki ciri khas atau karakteristik pribadi yang genit, bisa juga datang dari seorang anak perempuan yang memang sama sekali tidak genit tapi memiliki paras wajah cantik. Walau masih anak-anak, tapi anak perempuan itu memiliki paras wajah cantik, ini juga dapat menimbulkan terjadi tindak pidana pencabulan dikarenakan seorang laki-laki normal saja bila melihat seorang perempuan cantik, pasti selalu ingin mendekati siperempuan tersebut. Disatu sisi, seorang anak laki-laki yang kebetulan melihat seorang anak perempuan yang meiliki paras wajah cantik, pasti sianak laki-laki tadi memiliki keinginan untuk mendekati sianak perempuan tadi, dan bila perlu untuk memegang-megang

89

(33)

tubuhnya90. Situasi ini juga menjadi penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan terhadap seorang anak perempuan khususnya di Kota Medan.

Peranan korban atau sikap korban sangat menentukan seseorang untuk melakukan kejahatan terhadapnya termasuk kejahatan asusila. Sebagaimana dikemukakan oleh Von Henting menyatakan bahwa: “ternyata korbanlah yang kerap kali merangsang seseorang untuk melakukan kejahatan dan membuat orang menjadi penjahat91.

Ada juga pengaruh dari peranan korban langsung dimana anak perempuan yang menjadi korban sudah sering melihat film porno sehingga membuatnya sengaja memamerkan alat kelaminnya kepada lawan jenisnya sehingga membuat lawan jenisnya terangsang dari pertunjukan alat kelamin yang sengaja di pamerkan oleh korban tersebut. Kegiatan memamerkan alat kelamin yang dilakukan oleh korban tersebut akan menimbulkan tindak pidana pencabulan karena orang yang melihat alat kelamin dari korban tadi sudah terangsang dan memiliki keinginan untuk menjamah tubuh si anak perempuan tadi92.

Kasus pencabulan dari faktor peranan korban datang dari pelaku yang berinisial E. Pelaku melakukan kejahatannya karena terpesona melihat kecantikan

90

Tommy M. Sitepu, Ibid 91

Ninik widiyanti, Kejahatan dalam Masyarakat dan Pencegahan, (Jakarta, Bima Aksara, 1987), Hal. 133

92

(34)

dan kemontokan daripada tubuh si korban yang masih berstatus pelajar sehingga membuat dia ingin sekali mencabulinya93.

10.Adanya Niat Dan Kesempatan

Suatu peristiwa dapat dikatakan peristiwa pidana bila peristiwa itu benar-benar peristiwa yang melanggar sistem hukum yang berlaku dan peristiwa itu memiliki pelaku dan korban. Dalam hal mencapai tujuannya, seorang pelaku tindak pidana harus mempunyai sebuah niat dan kesempatan di dalam dirinya sendiri. Jika salah satu bagian tersebut tidak terdapat dalam diri si pelaku, maka peristiwa pidana tidak akan terjadi sama sekali. Niat dan kesempatan harus bekerja sama untuk melakukan sebuah peristiwa pidana.

Termasuk juga di dalam tindak pidana pencabulan, harus terdapat niat dan kesempatan di dalam si pelaku tersebut. Bukan hanya dari peranan korban saja yang dapat menimbulkan terjadi tindak pidana pencabulan, niat dan kesempatan juga merupakan suatu faktor penyebab terjadinya tindak pidana.

Berbicara tentang niat, niat merupakan dorongan hati seseorang untuk melakukan sesuatu hal, sehingga pelaku tindak pidana pencabulan harus benar-benar memiliki niat untuk melakukan kejahatannya agar tujuan dari niatnya dapat tercapai dengan baik sesuai keinginannya. Sedangkan berbicara mengenai kesempatan, kesempatan itu datang dari luar tubuh si pelaku dimana kesempatan berawal dari

93

(35)

suatu keadaan lingkungan sekitarnya, apakah benar-benar telah mendukung perbuatannya atau tidak.

Sebelum si pelaku melakukan kejahatannya, terlebih dahulu dia harus meliat serta memperhatikan situasi kondisi korban dan masyarakat. Korban yang hendak disasar harus benar-benar dalam keadaan jauh dari keramaian masyarakat, atau dapat juga korban harus benar-benar dalam keadaan mau setelah dirayu untuk melakukan hubungan seksual tersebut agar masyarakat tidak merasa curiga dengan peristiwa yang akan terjadi94.

Kedua komponen itulah yang banyak mempengaruhi terjadi kasus tindak pencabulan di Kota Medan, dan menjadi alasan si pelaku untuk melakukan tindak pidana pencaulan tersebut.

Menurut Effrain Simanjuntak95, adanya kesempatan seseorang menimbulkan sebuah niat pada dalam diri seseorang pelaku tindak pidana pencabulan untuk melakukan aksi kejahatannya tersebut. Ketika niat dan kesempatan telah bersatu dalam dirinya, maka tekadnya untuk mencabuli korbannya akan segera terlaksana tanpa memikirkan dampak yang terjadi pada dirinya sendiri dan kepada korbannya juga karena hawa nafsu telah menguasai dirinya.

Tersangka pencabulan berinisial S juga mengakui dia melakukan pencabulan bukan karena hanya iman yang lemah tetapi juga karena adanya niat dan kesempatan yang mendukung pada saat dia ingin menyembuhkan sakit hati korban yang baru

94

Warjon Tarigan, Op.cit 95

(36)

putus dengan pacarnya lalu timbul dalam benaknya untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan dengan mengiming-imingi akan menyembuhkan korbannya kemudian timbullah niat dan kesempatan untuk mencabuli korbannya tersebut96.

Contoh lain kasus pencabulan tersebut adalah dari tersangka pencabulan yang berinisial RL yang mencabuli korbannya dibawah umur dengan cara mengiming-imingi korbannya dan korban tanp ada rasa keanehan timbullah sebuah kesempatan yang baik bagi tersangka lalu tersangka membawa korbannya membawa ke semak-semak dan kemudian menggagahi korbannya97.

Contoh lain kasus pencabulan tersebut adalah dari tersangka pencabulan yang berinisial MRA. MRA melakukan pencabulan terhadap putrinya yang tidak perlu disebutkan namanya dimana kejadian itu berlangsung pada saat MRA baru pulang kerja pada pagi hari ke rumah lalu kemudian melihat istrinya masih tidur dan putrinya sedang mandi kemudian MRA masuk ke kamar mandi dan mencabuli putrinya sendiri dengan sebuah ancaman jika tidak mengikuti keinginannya.98

Contoh lain kasus pencabulan tersebut adalah dari tersangka yang berinisial AT yang melakukan pencabulan terhadap putrinya, dimana kejadian berawal dari tersangka melihat putrinya sedang menonton kemudian menarik putrinya secara paksa ke dalam kamar untuk mengurut kepala tersangka. Sesampai di dalam kamar,

96 Tersangka “S”, Op.cit 97

Tersangka RL wawancara langsung via telepon melalui petugas penjaga tahanan Polresta Medan tanggal 1 Oktober 2015 Pukul 11.00 Wib

98

(37)

tersangka mengunci pintu kamar lalu korban ditelanjangi yang dilakukan dengan ancaman akan dibunuh setelah ditelanjangi, lalu korban digagahi oleh tersangka..99

Contoh lain kasus pencabulan tersebut adalah dari kasus pencabulan yang pelakunya berinisial R, yang melakukan aksi kejahatannya dengan cara mengiming-imingi korbannya bebas iutan uang les dengan syarat harus korban harus mau dicabuli oleh pelaku100.

11.Faktor Kelainan atau Gangguan Jiwa

Manusia merupakan makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dan paling sempurna diantara ciptan-ciptaanya yang lain karena manusia diberi akal dan pikiran yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.

Dibalik kesempurnaan tersebut, terdapat keburukan sifat atau perilaku buruk seseorang yang disebabkan karena suatu penyakit atau memang bawaan lahirnya yang menyebabkan seorang itu memiliki kelainan atau gangguan jiwa.

Kelainan atau gangguan jiwa beraneka ragam bentuknya dan salah satu contohnya adalah kelainan seks. Orang yang memiliki kelainan seks membuat dirinya menjadi tergila-gila akan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kegilaan itu menyebabkan dirinya selalu mencari sasaran untuk melampiaskan nafsu birahinya

99

Tersangka AT, keterangan tersangka diambil dari BAP pada saat disidik pada tanggal 4 November 2015

100

(38)

yang keluar seketika itu. Kelainan atau gangguan jiwa ini telah menjadi faktor penyebab terjadi tindak pidana pencabulan di Kota Medan101.

Akibat kelainan atau gangguan jiwa yang dimiliki seseorang, membuat setiap orangtua yang memiliki anak menjadi khawatir karena berdekatan tempat tinggal dengan orang yang memiliki kelainan atau gangguan jiwa. Orangtua-orangtua tersebut merasa khawatir sekali terhadap orang yang memiliki kelainan atau gangguan jiwa seperti kelainan seks itu, karena sewaktu-waktu orang tersebut bisa saja mengincar anak-anak perempuan mereka yang tidak berdaya untuk melampiaskan hawa nafsu birahinya.

Keberadaan orang yang memiliki kelainan atau gangguan jiwa seperti kelainan seks menjadi keresahan tersendiri bagi masyarakat yang berada disekitarnya. Sehingga anak-anak perempuan tadi selalu dijaga orangtuanya agar tidak menjadi korban pencabulan dari orang yang memiliki kelainan seks tersebut.

Kelainan atau gangguan seks itu membuat seseorang menjadi haus akan seks, di mana dirinya hanya dikuasai oleh nafsu birahi sehingga hidupnya hanya dipenuhi urusan seks dan akan selalu mencari korban sebagai pelampiasan nafsu birahinya. Pelampiasan tersebut tidak memandang siapa korbannya bahkan ada juga yang menjadikan anak perempuannya sebagai tempat pelampiasan hawa nafsunya itu102.

101

James W.Hutabarat, Op.cit 102

(39)

12.Faktor Balas Dendam

Faktor berikutnya yang menjadi penyebab terjadinya tindak pidana pencabulan khususnya di Kota Medan datang dari rasa balas dendam. Balas dendam menjadi alasan seseorang melakukan tindak pidana pencabulan.

Pelaku tindak pidana pencabulan ini melakukan kejahatannya dikarenakan rasa sakit hati yang dia alami. Rasa sakit hati itu bisa datang dari keluarga korban bahkan korban itu sendiri. Keluarga korban atau korbannya pernah melakukan atau mengucapkan sesuatu yang menurut si pelaku tindak pidana pencabulan itu tidak enak untuk diterima dan membuatnya merasa tertekan sehingga memunculkan rasa sakit hati yang mendalam. Keadaan inilah yang kemudian mendorong si pelaku untuk berbuat jahat kepada keluarga korban atau korbannya, yang salah satu kejahatan yang akan dilakukannya bisa berupa tindak pidana pencabulan103.

Rasa sakit yang di terima oleh si pelaku dari korban pada masa lampau menjadi motivasi si pelaku untuk melakukan tindak pidana khususnya tindak pidana pencabulan. Sakit hati itu disimpan si pelaku di dalam hatinya hingga berubah menjadi sebuah dendam yang harus dibalas kembali kepada orang yang telah membuatnya sakit hati. Dendam membuat pelaku untuk berpikir bagaimana untuk membalaskan dendamnya tersebut hingga dia berpikir akan melakukan kejahatan kepada anak keluarga korban tersebut dengan cara mencabuli anak perempuan dari keluarga yang telah membuat sakit hati dan memiliki dendam kepada keluarga korban tersebut. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pada faktor ini anak perempuan juga

103

(40)

menjadi korban pencabulan oleh sipelaku dikarenakan anak perempuan tidak mempunai daya untuk melawan sehingga lebih mudah untuk membalaskan dendamnya.

Effrain Simanjuntak104, juga menambahkn bahwa pada saat menangani perkara pencabulan, sebab si pelaku melakukan tindak pidana pencabulan tersebut dikarenakan unsur balas dendam, dimana orangtua si pelaku selalu dihina miskin oleh orangtua korban. Si pelaku yang sering orangtuanya dihina miskin tidak menerimanya sehingga muncul rasa kesal yang berujung dendam. Ketika pelaku mengetahui orangtua korban memiliki seorang anak perempuan, kemudian dia berusaha untuk membalaskan dendamnya terhadap anak dari orangtua sikorban yang telah menghina orangtua si pelaku. Dengan rasa dendam yang sudah teramat mendalam, si pelaku langsung menjalankan keinginannya dengan cara mendatangi rumah si korban pada saat si korban sendirian di rmh lalu menutup menulutnya agar orang-orang tidak mendengar teriakannya, kemudian mencabulinya hingga si pelaku puas.

D. Penyebab Meningkatnya Tindak Pidana Pencabulan Di Kota Medan

Di Kota Medan, angka tindak pidana pencabulan ini tidaklah sedikit. Tingkat kejahatan tindak pidana ini sudah sangat meresahkan masyarakat karena begitu tingginya jumlah tindak pidana pencabulan ini. Sudah patut diwaspadai tindak pidana ini karena tindak pidana ini akan merusak generasi bangsa yang merupakan kebanyakan menjadi korbannya,

104

(41)

Beberapa sudut pandang yang berbeda, telah didapat beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya peningkatan tindak pidana pencabulan di Kota Medan, antara lain sebagai berikut:

1. Pergaulan Bebas

Lagi-lagi pergaulan bebas memiliki peranan yang sangat menonjol terhadap tindak pidana pencabulan. Pergaulan bebas kini telah masuk keranah lingkungan masyarakat luas dimana yang melakukan pergaulan bebas ini mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pergaulan bebas sangat cepat memicu meningkatnya tindak pidana pencabulan karena korbannya sendiri langsung terjun melakukannya, akan tetapi perbuatan itu disebut tindak pidana karena adanya keluarga yang tidak menerima perbuatan itu walau si korban melakukannya sendiri, tutur Ully Lubis105. Keluarga korban langsung melaprokan perbuatan sipelaku terhadap anak kepada pihak yang berwajib. Di sinilah pengaruh dari pergaulan bebas yang menerjunkan langsung sikorban kedalam kejadian tindak pidana itu sendiri.

Pergaulan bebas bisa juga dipengaruhi oleh orang-orang yang mengkonsumsi narkoba. Pemakaian narkoba dapat menimbulkan ketidak sadaran diri orang yang memakainya. Narkoba dipakai oleh orang-orang yang sudah mengalami kecanduan sehingga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Ketika seorang anak mengenal narkotika maka secara langsung dia akan terjun kepergaulan bebas dimana dia akan berada diantara orang-orang dewasa maupun anak-anak yang sudah kecanduan. Anak yang berada diantara pergaulan bebas terutama anak perempuan,

105

(42)

akan dimanfaatkan oleh teman-temannya ketika dia sudah mulai tidak sadar diri. Pada saat tidak sadar diri itu, temannya berbuat tindak pidana seperti mencabuli sianak perempuan tadi106.

Ada juga pergaulan bebas yang tidak baik dilakukan sesorang dikarenakan telah kehilangan arah dan tidak mempunyai tujuan hidup sama sekali. Sehingga dengan pergaulan bebas tadi, seseorang itu memiliki keberanian diri untuk berbuat sesuka hatinya karena rasa takut akan dampak negatif dari perbuatannya itu tidak dapat dirsakannya lagi. Anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) dan orang dewasa yang telah kehilangan arah dan tujuan hidup, akan membawa ke dunia pergaulan bebas dimana setiap perbuatannya tidak akan ada yang melarang baik sodara-sodara maupun keluarganya sendiri. Anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) dan orang dewasa yang telah berada di dalam pergaulan bebas, akan bergaul dengan orang-orang yang hidupnya tidak beres lagi atau dapat dikatakan hidupnya telah hancur. Anak-anak (baik laki-laki maupun perempuan) dan orang dewasa tadi akan bergumul dengan para pecandu narkoba, peminum minuman keras, seks bebas. Perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan jauh dari apa yang dituntut oleh norma-norma yang ada di tengah-tengah masyarakat. Semakin banyak orang (anak-anak maupun dewasa) yang telah jatuh ke dalam pergaulan bebas, akan semakin meningkatnya perilaku buruk yang ditimbulkan dan akan semakin

106

(43)

meningkatlah tindak pidana khususnya tindak pidana pencabulan seperti di Kota Medan107.

2. Lingkungan Dan Rendahnya Tingkat Pendidikan Dan Ekonomi

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai ras suku bangsa dan memiliki dataran dan lautan yang luas serta memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Secara langsung masyarakat Indonesia dapat menikmati dan memanfatkan kekayaan alam tersebut sewajar mungkin dan tidak merusak ekosistem kekayaan alam itu sendiri.

Dapat dipastikan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera karena kekayaan alam yang ada disekitarnya. Tapi kenyataan itu berbanding terbalik pada saat ini. Kehidupan masyarakat Indonesia tidak semua memiliki kehidupan yang layak dan sejahtera. Masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang kehidupannya sangat susah atau dapat dibilang miskin dan jauh dari kesejahteraan.

Warjon Tarigan108, mengatakan bahwa rendahnya taraf hidup masyarakat mengakibatkan kemiskinan dan keluarga yang miskin tadi tidak dapat memberikan pendidikan yang layak kepada anak-anaknya.

Jika saja anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak, maka dia tidak akan tahu bagaimana membedakan perbuatan yang baik dan mana perbuatan buruk. Pendidikan yang layak dapat menempah seorang anak menjadi lebih cerdas dan

107

Tommy M. Sitepu, Op.cit 108

(44)

bijaksana. Jika kedua hal tersebut tidak dipeorleh oleh seorang anak, maka sianak akan bertindak sesuai keinginannya saja tanpa memikirkan dampak perbuatannya terhadap orang lain ataupun dirinya sendiri.

Hal ini sudah termasuk menjadi faktor penyebab peningkatan tindak pidana pencabulan di Kota Medan, karena kebanyakan anak laki ataupun orang dewasa yang menjadi pelaku tindak pidana pencabulan itu memiliki pendidikan yang rendah. Pelaku tidak mendapatkan pendidikan sehingga dia tidak tahu dampaknya terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain.

Apalagi sipelaku berada di lingkungan yang kehidupan lingkungan tersebut sangat keras atau dapat dikatakan sangat hancur. Masyarakat dilingkungan tempat tinggal sipelaku diisi oleh orang-orang yang tidak berpendidikan sama sekali. Lingkungan sungguh sangat mempengaruhi cara berpikir seseorang didalam kehidupannnya sehari-hari.

Pengawasan dari masyarakat terhadap tindak pidana pencabulan ini juga masih rendah. Ini dapat diartikan bahwa, ketidak pedulian masyarakat untuk turut serta berperan dalam mengawasi tindak pidana pencabulan ini yang dianggap melanggar norma agama109.

Lingkungan pertama yang diterima oleh anak adalah keluarga. Keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu dan anak. Yang memberikan didikan lepada seorang anak berawal dari orangtuanya sendiri. Keluarga yang baik akan menumbuhkan kembangkan seorang anak menjadi lebih bijak dan cerdas serta memiliki emosional

109

(45)

yang bisa dikendalikan. Kemudian, sianak akan melakukan interaksi sosial dengan lingkungan diluar keluarganya yaitu lingkungan masyarakat. Disitu masyarakat telah mempunyai peranan penting dalam mendidik anak. Dampak positif dan negatif akan diterima sianak ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Masyarakat memiliki beraneka ragam karakterisitik pribadi. Akibat dari lingkungan yang tidak baik untuk anak-anak, maka anak-anak itu melakukan tindak pidana pencabulan itu tidak memikirkan terlebih dahulu dampak apa yang akan terjadi pada dirinya setelah dia melakukan perbuatan cabal itu?110. Anak yang telah menerima lingkungan yang tidak baik terhadap perkembangan emosionalnya cukup cepat membuat sianak melakukan tindak pidana karena dia akan berusaha meniru apa yang ada dilingkungannya, apalagi lingkunga itu memiiki sekumpulan masyarakat yang suka memakai narkoba, pergaulan bebas, pengedar film porno yang begitu banyak. Sianak akan kembali meluapkan rasa penasarannya tersebut bersama teman-temannya, kemudian hilangnya pengendalian diri memicu sianak akan berbuat cabal. Ketika itu pula, nasehat orangtua tidak akan didengar oleh anak tadi karena dia tidak mampu mengendalikan emosionalnya sendiri. Lebih besar emosionalnya untuk meluapkan rasa penasaran dalam dirinya dibanding dengan berpikir dampak negatif lepada dirinya jira dia melakukan perbuatan cabal.

Lingkungan sosial merupakan lingkungan tempat seseorang berinteraksi yang secara langsung dapat mempengaruhi tingkah laku kriminal bahkan tempat tinggal juga bisa mempengaruhi seseorang terhadap tindak pidana sehingga dapat

110

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Olabode et al (2013), mengenai tantangan sosial ekonomi terhadap kejadian kecelakaan sepeda motor, bahwa di negara

Dilihat dari keseluruhan populasi bakteri Rhizobium pada beberapa perakaran tanaman (Tabel 1 dan 2) menunjukkan bahwa populasi bakteri Rhizobium

Antara berikut, yang manakah bukan bahan digunakan untuk menghasilkan projek.. Momotong kepingan kertas

Secara simultan Pelaksanaan Kebijakan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan dan Pengembangan Desa Siaga (X) berpengaruh terhadap Kinerja Pos Kesehatan Desa (Y), Efektifitas

Antara peralatan berikut, yang manakah tidak mempunyai set atur cara komputerA. Alat

Dengan melihat kondisi angin yang seperti ini bisa dikatakan pada tanggal 9 November 2017 hujan berpotensi turun dalam waktu yang cukup lama sebab pergerakan angin seperti mendapat

Di dalam metode penelitian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil analisis data, kemudian keterbatasan penelitian serta saran untuk peneliti selanjutnya yang diharapkan

Dalam penelitian retrospective ini penelitian berakat dari dependent variabel yaitu mengidentifikasi praktik pemberian imunisasi hepatitis B-O pada ibu bayi 0-12