• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015 Chapter III VI"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

46

Universitas Sumatera Utara BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif bermaksud untuk menggambarkan faktor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara bermotor di kota Medan berdasarkan data sekunder yang bersumber dari laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan tahun 2015. Data dikumpulkan untuk ditabulasi dan dianalisis dalam bentuk distribusi dan frekuensi dan hitungan persentasenya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan. Adapun yang menjadi alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah bahwa telah terhimpunnya data lengkap mengenai kecelakaan lalu lintas di kota Medan pada Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

47

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini merupakan kejadian kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda motor di wilayah kota Medan yang tercatat oleh Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015, yaitu sebanyak 1.598 kejadian kecelakaan lalu lintas.

3.3.2 Sampel

Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kejadian kecelakaan lalu lintas dimana identitasnya dicatat dengan lengkap dan duduk kejadian tercantum di BAP secara jelas, sedangkan kriteria eksklusi adalah kecelakaan lalu lintas yang merupakan kasus tabrak lari, dimana identitasnya tidak lengkap dan duduk kejadian belum diketahui. Berdasarkan kriteria di atas maka di dapat kejadian kecelakaan lalu lintas yang memenuhi kriteria sampel penelitian (kriteria inklusi). Jumlah sampel yang memenuhi kriteria adalah 682 kejadian kecelakaan lalu lintas.

3.4 Metode Pengumpulan Data

(3)

Universitas Sumatera Utara

kecelakaan seluruhnya telah selesai ditangani, sehingga lebih mudah dimungkinkan sebagai sumber data sekunder untuk dilakukan penelitian.

3.5 Definisi Operasional

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah

1. Kejadian kecelakaan sepeda motor di kota Medan tahun 2015, merupakan laporan kejadian kecelakaan sepeda motor yang terjadi di kota Medan yang tercatat dalam laporan kasus dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan mulai bulan Januari hingga Desember 2015. 2. Karakteristik pengendara sepeda motor; merupakan identitas atau status

pribadi atau gambaran demografis yang dimiliki oleh pengendara sepeda motor.

a) Jenis kelamin, yaitu identitas gender yang dimiliki oleh pengendara yang dibedakan dengan laki-laki dan perempuan.

b) Usia, yaitu hitungan umur pengendara yang dihitung dari tanggal lahir, sampai dengan usia pengendara ketika terjadinya kecelakaan. c) Pekerjaan, yaitu mata pencaharian yang dilakukan pengendara

untuk mendapatkan pengasilan.

d) Kepemilikan SIM, merupakan status kepemilikan SIM yang dimiliki pengendara apakah memiliki SIM atau tidak memiliki SIM.

(4)

49

sepeda motor dan menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas yang meliputi :

a) Lengah, merupakan suatu kondisi dimana pengendara tidak fokus atau berkonsentrasi ketika mengendarai sepeda motor.

b) Mengantuk, merupakan suatu kondisi dimana pengendara sedang merasa kantuk ketika mengendarai sepeda motor

c) Mabuk, merupakan suatu kondisi dimana pengedara sedang berada dibawa pengaruh alkohol ketika mengendarai sepeda motor. d) Tidak tertib, yaitu kondisi dimana pengendara tidak memtauhi

rambu-rambu lalu lintas yang ada dijalan ketika pengendara mengendarai sepeda motor.

e) Tidak terampil, yaitu kondisi dimana pengendara tidak memiliki kemampuan yang cukup baik untuk mengendarai sepeda motor. f) Kecepatan tinggi, yaitu kondisi dimana pengendara mengendarai

sepeda motor dengan keepatan melebihi kecepatan aman.

4. Unsafe condition (kondisi yang tidak aman) ; merupakan segala sesuatu yang memiliki keterkaitan dengan situasi yang tidak aman yang dapat menyebabkan tejadinya kecelakaan sepeda motor.

1.) Faktor Kendaraan

a) Rem blong, yaitu suatu kondisi dimana rem sepeda motor tidak berfungsi.

(5)

Universitas Sumatera Utara

lalu lintas pada kondisi jalan yang gelap.

c) Selip, yaitu kondisi dimana berkurangnya traksi roda atau cengkraman roda terhadap lintasan. Selip terjadi karena perbedaan kecepatan putaran roda depan dengan roda belakang, bisa salah satu yang lebih cepat atau lebih lambat. Ketika terjadi ban selip, motor akan sulit dikendalikan dan berakibat kecelakaan.

2.) Faktor Jalan

a) Jalan tanpa lampu, yaitu suatu kondisi jalan yang tidak memiliki penerangan atau lampu sehingga menjadikan jalanan menjadi gelap dan memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

b) Jalan rusak, yaitu suatu kondisi jalan yang tidak aman dilalui oleh pengendara dikarenakan kondisi jalan yang tidak sesuai dengan nilai keamanan untuk dilalui oleh kendaraan.

c) Jalan berlubang, yaitu suatu kondisi dimana jalan memiliki kubangan atau lubang yang memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

d) Jalan licin, yaitu suatu kondisi dimana jalanan yang dilalui pengendara dalam kondisi licin, yang menyebabkan ban kendaraan tergelincir dan terjadi kecelakaan lalu lintas.

e) Tanpa marka/rambu, suatu kondisi dimana jalan tidak memiliki rambu lalu lintas yang mencukupi yang memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

(6)

51

yang memerlukan kewaspadaan pengendara dalam mengatur arah belokan kendaraannya agar tidak terjadi tabrakan dengan pengendara di depannya.

3) Faktor Alam

a) Kabut/Mendung, yaitu suatu kondisi dimana penglihatan pengendara menjadi berkurang, karena adanya kabut yang menghalangi penglihatan pengendara, sehingga memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

b) Hujan, yaitu suatu konidisi dimana pengendara mengendarai sepeda motor ketika turun hujan, yang menyebbkan pandangan pengendara menjadi terhalang, dan jalanan menjadi licin, sehingga memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas.

5. Lokasi terjadinya kecelakaan, yaitu karaketristik tempat ketika kecelakaan sepeda motor terjadi yang tercatat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan yang meliputi kawasan pemukiman, kawasan pertokoan/mall, pusat belanja/pasar, dan lain-lain.

6. Waktu terjadinya kecelakaan, yaitu karaketristik waktu ketika kecelakaan sepeda motor terjadi yang tercatat dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan yang meliputi jam, hari, dan bulan terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor.

(7)

Universitas Sumatera Utara

lintas berdasarkan arah tabrakan sepeda motor. Meliputi tabrak depan, depan samping, samping, dan belakang

8. Akibat kejadian kecelakaan sepeda motor, adalah suatu peristiwa pada lalu lintas jalansedikitnya melibatkan satu kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan cedera/luka atau meninggal dunia.

3.6 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala Guttman. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah. Maka skala pengukuran pada penelitian ini, yaitu:

1. Ya adalah apabila kecelakaan disebabkan oleh faktor pada variabel tertera.

2. Tidak adalah apabila kecelakaan tidak disebabkan oleh faktor pada variabel

3.6.1 Karakteristik Individu

Pengukuran karakteristik individu yang menjadi korban kecelakaan lalu lintas sepeda motor diukur dari data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu

1. Jenis Kelamin

(8)

53

berjenis kelamin laki-laki maka diberi skor 1, apabila berjenis kelamin perempuan, maka diberi skor 2.

2. Usia

Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor berusia 0 – 9 tahun maka diberi skor 1, jika berusia 10 – 15 tahun diberi skor 2, jika berusia 16 – 25 tahun diberi skor 3, jika berusia 26 – 30 tahun diberi skor 4, dan jika berusia 31 – 40 tahun diberi skor 5.

3. Pekerjaan

Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor bekerja sebagai PNS maka diberi skor 1, jika bekerja sebagai TNI diberi skor 2, jika bekerja sebagai POLRI diberi skor 3, jika bekerja sebagai karyawan swasta maka diberi skor 4, jika bekerja sebagai pelajar diberi skor, jika bekerja sebagai mahasiswa diberi skor 6, jika bekerja sebagai pengemudi diberi skor 7, jika bekerja sebagai pedagang diberi skor 8, dan jika bekerja sebagai petani diberi skor 9.

4. Kepemilikan SIM

Apabila pengendara yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor mempunyai SIM maka diberi skor 1, dan jika tidak mempunyai SIM diberi skor 2.

3.6.2 Unsafe Action (Faktor Manusia)

(9)

Universitas Sumatera Utara

pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu: 1. Lengah

Apabila variabel lengah menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

2. Mengantuk

Apabila variabel mengantuk menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

3. Mabuk

Apabila variabel mabuk menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

4. Tidak tertib

Apabila variabel tidak tertib menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

5. Tidak terampil

Apabila variabel tidak terampil menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

6. Kecepatan tinggi

Apabila variabel kecepatan tinggi menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

3.6.3 Unsafe Condition (Kondisi yang Tidak Aman)

1. Faktor Kendaraan

(10)

55

lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu:

a) Rem blong

Apabila variabel rem blong menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

b) Lampu kendaraan

Apabila variabel lampu kendaraan menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

c) Selip

Apabila variabel selip menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

2. Faktor Jalan

Hubungan faktor lingkungan fisik yang berupa jalan dengan kecelakaan lalu lintas diukur dari data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu:

a) Jalan tanpa lampu

Apabila variabel jalan tanpa lampu menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

b) Jalan rusak

(11)

Universitas Sumatera Utara

c) Jalan berlubang

Apabila variabel jalan berlubang menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

d) Jalan licin

Apabila variabel jalan licin menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

e) Tanpa marka/rambu

Apabila variabel tanpa marka/rambu menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

f) Tikungan tajam

Apabila variabel tikungan tajam menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

3. Faktor Alam

a) Kabut/mendung

Apabila variabel kabut/mendung menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

b) Hujan

Apabila variabel hujan menjadi salah satu faktor penyebab kecelakaan maka diberi skor 1, tapi bila tidak diberi skor 2.

4. Lokasi Terjadinya Kecelakaan

(12)

57

terjadi di kawasan pemukiman maka diberi skor 1, di kawasan pertokoan/mall diberi skor 2, di kawasan pusat belanja/pasar di beri skor 3, dan lain-lain diberi skor 4.

5. Waktu Terjadinya Kecelakaan

a) Bulan

Bulan terjadi kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Bulan terjadinya kecelakaan dibagi menjadi dua belas (12) klasifikasi. Apabila bulan terjadinya kecelakaan bulan “januari” skor 1, bulan “februari” diberi skor 2, bulan “maret” diberi skor 3, bulan

“april” diberi skor 4, bulan “mei” diberi skor 5, bulan “juni” diberi skor 6, dan

bulan “juli” diberi skor 7, bulan “agustus” diberi skor 8, bulan “september” diberi skor 9, bulan “oktober” diberi skor 10, bulan “nopember” diberi skor 11, bulan

“desember” diberi skor 12.

b) Hari

Hari terjadi kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Hari terjadinya kecelakaan dibagi menjadi tujuh (7) klasifikasi. Apabila hari terjadinya kecelakaan hari “senin” skor 1, hari

“selasa” diberi skor 2, hari “rabu” diberi skor 3, hari “kamis” diberi skor 4, hari “jumat” diberi skor 5, hari “sabtu” diberi skor 6, dan hari “minggu” diberi skor

(13)

Universitas Sumatera Utara

c) Waktu

Waktu kecelakaan diberi skor berdasarkan data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Polresta Medan tahun 2015. Waktu kecelakaan dibagi menjadi enam (6) klasifikasi. Apabila waktu kecelakaan pukul 05.00-08.59 WIB diberi skor 1, pukul 09.00-12.59 WIB diberi skor 2, pukul 13.00-16.59 WIB diberi skor 3, pukul 17.00-20.59 WIB diberi skor 4, pukul 21.00-00.59 WIB diberi skor 5, dan pukul 01.00-04.59 WIB diberi skor 6.

3.6.4 Kejadian Kecelakaan Sepeda Motor

Pengukuran kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor diukur dari data laporan kejadian dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) kecelakaan lalu lintas di Unit Laka Lantas Sat Lantas Polresta Medan tahun 2015. Adapun ketentuan pemberian skor untuk masing-masing variabel, yaitu :

1. Jenis kecelakaan

Apabila jenis kecelakaan berupa kecelakaan tunggal maka diberi skor 1, tabrakan depan-depan diberi skor 2, tabrakan depan belakang diberi skor 3, tabrakan depan samping diberi skor 4, tabrakan samping-samping diberi skor 5, tabrakan beruntun diberi skor 6, dan tabrak manusia diberi skor 7.

2. Akibat kecelakaan

(14)

59

3.7 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.7.1 Metode Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

1. Editing (Pemeriksaan Data)

Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data yang sudah diinput. Apabila terdapat data yang belum lengkap atau terdapat keluhan maka data harus dilengkapi terlebih dahulu.

2. Coding (Pemberian Kode)

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual.

3. Entry (Memasukkan Data)

Data yang akan dimasukkan yakni jawaban-jawaban dari masing-masing pertanyaan yang diajukan pada responden dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) yang dimasukkan dalam program atau software statistik komputer. Dalam penelitian ini program statisitik komputer yang dipakai ialah program SPSS (Statistical Product Service Solution).

4. Cleaning (Pembersihan Data)

(15)

Universitas Sumatera Utara

5. Scoring (Pemberian Skors)

Scoring atau pemberian skors ialah pemberian nilai yang dilakukan oleh peneliti terhadap isian kuisinoner yang diisi oleh responden, pemberian skors terhadap isian kuisioner dilakukan untuk menyesuiakan dengan statistik uji yang akan dipakai dalam penelitian.

6. Tabulating (Tabulasi Data)

Tabulating atau tabulasi data adalah membuat tabel–tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti

3.7.2 Metode Analisa Data

(16)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Tempat dan Wilayah Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Kota Medan

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang dan Danau Toba. Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 % dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.

Secara geografis kota Medan terletak pada 30 30’-30 43’ Lintang Utara dan 980 35’- 98044’ Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi seperti ini, kota Medan berada pada kota dengan mobilitas yang tinggi. Secara administratif, batas wilayah medan sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Selat Malaka

b. Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang c. Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang d. Sebalah Timur : Kabupaten Deli Serdang

(17)

Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Medan Kota, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Selayang, Kecamatan Medan Sunggal, Kecamatan Medan Helvetia, Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Marelan, dan Kecamatan Medan Belawan.

Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur.

Panjang jalan kota Medan yang dalam relatif baik yaitu 2.988 km atau sekitarnya 75,09% pada tahun 2015. Kondisi jalan rusak yang perlu segera ditangani sebagian besar berada dikawasan pinggir kota terutama di Kawasan Utara Kota Medan.

4.1.2 Gambaran Umum Kepolisian Resort Kota Medan

(18)

63

1. Visi Polresta Medan

Terwujudnya stabilitas keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta Medan dengan melaksanakan kemitraan dan kerjasama dengan instansi terkait dan masyarakat.

2. Misi Polresta Medan

a. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan secara mudah, tanggap dan tidak diskriminatif demi mewujudkan rasa aman melalui kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat kota Medan.

b. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat sepanjang waktu di seluruh wilayah hukum Polresta Medan serta mengefektifkan fungsi perpolisian masyarakat dalam memelihara Kamtibmas di lingkungan masing-masing.

c. Memelihara keamanan dan ketertiban di wilayah hukum Polresta Medan untuk menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran arus orang dan barang.

d. Meningkatkan kerjasama internal Polri dan kerjasama dengan aparat penegak hukum pada instansi terkait serta komponen masyarakat. e. Mengembangkan Perpolisian Masyarakat (Polmas) di wilayah hukum

Polresta Medan yang berbasis kepada masyarakat patuh hukum (Law Abiding Citizen).

(19)

Universitas Sumatera Utara

g. Mengolah sumber daya Polresta Medan

Kasat Lantas adalah unsur pelaksana pada tingkat Polresta Medan yang bertugas memberikan bimbingan teknis atas pelaksanaan fungsi lalu lintas di lingkungan Polresta Medan serta menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi tersebut yang bersifat terpusat pada tingkat wilayah/antar Polsek dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas operasional pada tingkat Polresta Medan. Dalam melaksanakan tugasnya Satlantas menyelenggarakan fungsi :

1. Melaksanakan perintah-perintah pelaksanaan operasi khusus dibidang lalu lintas baik secara terpadu maupun mandiri.

2. Melaksanakan dan memperhatikan bimbingan teknis dari pembina fungsi, termasuk melaksanakan Kamtibcar Lantas di wilayahnya sesuai dengan tugasnya

3. Mengelola sumber daya yang tersedia secara optimal serta meningkatkan kemampuan dan daya gunanya.

4. Menyelenggarakan administrasi, registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi.

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Pengendara Sepeda Motor di Kota

Medan Tahun 2015

(20)

65

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Gambaran Umum Karakteristik Pengendara yang Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015

Karakteristik Pengendara

(21)

Universitas Sumatera Utara

Jika dilihat dari distribusi usia pengendara, kecelakaan paling banyak melibatkan pengendara berusia 16-25 tahun sebanyak 252 kecelakaan (37,0%), disusul berurutan pengendara berusia 31-40 tahun sebanyak 125 kecelakaan (18,3%), pengendara berusia 26-30 tahun sebanyak 98 kecelakaan (14,4%), pengendara berusia 41-50 tahun sebanyak 87 kecelakaan (12,8%), pengendara berusia 51-60 tahun sebanyak 76 kecelakaan (11,1%), pengendara berusia 10-15 tahun sebanyak 42 kecelakaan (6,2%), pengendara berusia 00-09 tahun sebanyak 2 kecelakaan (3%).

Dilihat dari sisi profesi, kecelakaan paling banyak melibatkan pengendara dengan jenis profesi pada pengendara karyawan swasta dengan jumlah 407 kecelakaan (59,7%), disusul pengemudi dengan jumlah 92 kecelakaan (13,5%), pelajar sebanyak 89 kecelakaan (13,0%), mahasiswa sebanyak 61 kecelakaan (8,9%), yang melibatkan PNS sebanyak 19 kecelakaan (2,8%), lalu pekerja sebagai Polri sebanyak 6 kecelakaan (9%) dan TNI sebanyak 5 kecelakaan (7%), pedagang sebanyak 2 kecelakaan (3%), dan petani mengalami kecelakaan lalu lintas 1 kejadian kecelakaan (1%).

(22)

67

4.3 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Faktor

Penyebab Terjadinya Kecelakaan di Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan data laporan kecelakaan lalu lintas yang diperoleh dari Unit Laka Lantas Satlantas Polresta Medan, diperoleh karakteristik lalu lintas menurut faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas di kota Medan tahun 2015 dapat dibedakan menjadi 2 (dua) faktor yaitu unsafe action (faktor manusia/ tindakan yang tidak aman) dan unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman).

4.3.1 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Action (Faktor Manusia/Tindakan

yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015

Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas seped motor berdasarkan unsafe action (faktor manusia/tindakan yang tidak aman ) di kota Medan tahun 2015 yang meliputi lengah, mengantuk, mabuk, tidak tertib, tidak terampil, dan kecepatan tinggi dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

(23)

Universitas Sumatera Utara

Kecepatan Tinggi Ya 217 31,8

Tidak 465 68,2

Total 682 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan unsafe action (faktor manusia/tindakan yang tidak aman ) di Kota Medan tahun 2015 yang tertinggi adalah disebabkan oleh pengendara yang tidak tertib sebanyak 456 kejadian (66,9%), diikuti pada faktor kecepatan tinggi sebanyak 217 kejadian (31,8%), pengendara mengantuk sebanyak 5 kejadian (7%), dan pengendara mbuk atau dalam karena pengaruh alkohol sebanyak 4 kejadian (6%).

4.3.2 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Condition (Faktor

Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015

(24)

69

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Condition (Faktor Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun 2015 yang berupa faktor kendaraan yaitu rem tidak berfungsi sebanyak 12 kejadian (1,8%).

(25)

Universitas Sumatera Utara

(3,8%), diikuti faktor jalan rusak sebanyak 18 kejadian (2,6%), faktor jalan berlubang 7 kejadian (1,0%), dan faktor jalan licin sebanyak 5 kejadian (7%).

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas sepeda motor berdasarkan unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun 2015 yang berupa faktor alam yaitu faktor hujan sebanyak 10 kejadian (1,5%).

Apabila keempat faktor diatas dijumlahkan, maka jumlah persentasenya akan melebihi 100%. Hal ini dikarenakan sebuah kecelakaan dapat disebabkan oleh lebih dari 1 faktor penyebab (multiple causes) dan dapat berupa interaksi keempat faktor tersebut atau lebih dari 1 penyebab di dalam 1 faktor penyebab.

4.4 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi dan Waktu Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

4.4.1 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

(26)

71

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

Karakteristik

Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Lokasi Kejadian

Jumlah (n) Persentase (%)

Kawasan Pemukiman 385 56,5

Kawasan Pertokoan/Mall

283 41,5

Pusat Belanja/Pasar 10 1,5

Lain-lain 4 6

Total 682 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa berdasarkan lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Medan tahun 2015, yang paling banyak terjadi kecelakaan pada kawasan pemukiman sebanyak 385 kecelakaan (56,5%), disusul pada kawasan pertokoan/mall sebanyak 283 kecelakaan (41,5%), pada pusat belanja/pasar sebanyak 10 kecelakaan (1,5%), dan lain-lain terjadi 4 kecelakaan (6%).

4.4.2 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Waktu Kejadian di Kota Medan Tahun 2015

(27)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor Berdasarkan Waktu Kejadian di Kota Medan

(28)

73

18.00-00.00 WIB sebanyak 168 kecelakaan (24,6%), dan pukul 00.00-06.00 WIB sebanyak 84 (12,3%).

Berdasarkan hari kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota Medan tahun 2015 diketahui bahwa hari minggu kecelakaan paling tinggi yaitu sebanyak 112 kecelakaan (16,4%), disusul pada hari senin sebanyak 106 kecelakaan (15,5%), hari selasa 104 kecelakaan (15,2%), hari jumat sebanyak 95 kecelakaan (13,9%), hari rabu terjadi 90 kecelakaan (13,2%), hari sabtu sebanyak 88 kecelakaan (12,9%), dan pada hari kamis sebanyak 87 kecelakaan (12,8%).

Berdasarkan bulan kejadian kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota Medan tahun 2015 diketahui bahwa diantara bulan Januari hingga bulan Desember pada tahun 2015, bulan Oktober yang paling banyak kejadian kecelakaan lalu lintas yaitu 94 kecelakaan (13,8%), disusul bulan April sebanyak 77 kecelakaan (11,3%), pada bulan November sebanyak 72 kecelakaan (10,6%), bulan Juni sebanyak 59 kecelakaan (8,7%), bulan September sebanyak 56 kecelakaan (8,2%), bulan Juli sebanyak 54 kecelakaan (7,9), dibulan Maret dan Agustus terjadi kecelakaan sebanyak 51 kecelakaan (7,5%), bulan Mei sebanyak 50 kecelakaan (7,3%), bulan Februari sebanyak 46 kecelakaan (6,7%), bulan Desember sebanyak 39 kecelakaan (5,7%), dan bulan Januari sebanyak 33 kecelakaan (4,8%).

4.5 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Jenis Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Medan Tahun 2015

(29)

Universitas Sumatera Utara

berdasarkan jenis kecelakaan lalu lintas di kota Medan pada tahun 2015, disajikan pada tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Jenis Kecelakaan di Kota Medan Tahun 2015

Gambaran Kecelakaan Lalu

Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa jenis kecelakaan yang paling banyak terjadi adalah tabrak samping sebanyak 190 kecelakaan (27,9%), disusul tabrak depan samping sebanyak 189 kecelakaan (27,7%), tabrak manusia sebanyak 118 kecelakaan (17,3%), tabrak depan depan sebanyak 102 kecelakaan (15,0%), tabrak depan belakang sebanyak 53 kecelakaan (7,8%), jenis kecelakaan tunggal sebanyak 20 kecelakaan (2,9%), dan tabrak beruntun 10 kecelakaan (1,5%).

4.6 Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015

(30)

75

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor di Kota Medan Tahun 2015

Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas

Jumlah (n) Persentase (%)

Meninggal di Tempat 251 26,2

Luka Berat 368 38,4

Luka Ringan 339 35,4

Total 958 100,0

(31)

76

Universitas Sumatera Utara BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Karakteristik Pengendara Sepeda Motor

Berdasarkan data hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan lalu lintas didominasi oleh jenis kelamin laki-laki yaitu 71,7%. Hal ini dikarenakan data pengendara sepeda motor laki-laki jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pengendara sepeda motor perempuan. Sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nattapong et al (2007) bahwa di Thailand sebanyak 87,9% kejadian kecelakaan sepeda motor dialami oleh pengendara sepeda motor berjenis kelamin laki-laki. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang dillksanakan oleh Ogunmodede et al (2012) bahwa jumlah kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Nigeria yakni sebesar 94,9% terjadi pada pengendara sepeda motor yang berjenis kelamin laki-laki.

(32)

77

dalam terlibat kecelakaan daripada pengendara yang telah mahir. Tingkat kecelakaan tertinggi kedua dialami kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 125 kejadian (18,3%), hal ini dapat disebabkan oleh rentang kelompok umur ini pengendara merupakan kelompok usia produktif yang memiliki mobilitas yang tinggi. Tertinggi ketiga dialami kelompok umur 26 - 30 tahun yaitu sebanyak 98 kejadian (14,4%), hal ini dapat dikarenakan pada rentang umur 26 - 30 tahun merupakan kelompok umur yang memiliki mobilitas tinggi dengan berbagai aktifitas dan cenderung masih labil dalam berkendara karena usia yang tergolong muda.

Penelitian Ogunmodede et al (2012) menjelaskan bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor di negara Nigeria sebanyak 36,4% terjadi pada pengendara motor yang berada dalam rentang usia 26 – 30 tahun. Di Bangkok, Thailand berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Nattapong et al (2007) menjelaskan bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor paling banyak terjadi pada pengendara yang berusia antara 15 – 24 tahun yakni sebanyak 44,9% dan yang berusia antara 25 – 34 tahun yakni sebanyak 30,4%.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Yu Yu et al (2011) di China Medical University Hospital menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor yang menjadi faktor resiko tertinggi terjadinya kecelakaan ialah pada rentang usia produktif yakni antara 18 – 35 tahun. Sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh Masuri et al

(33)

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya apabila dilihat dari jenis pekerjaannya, sebanyak 59,7% kecelakaan lalu lintas dialami oleh pengendara sepeda motor yang status pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan karakteristik pengendara berdasarkan kelompok umur, dimana yang tertinggi adalah pada kelompok umur 16-25 tahun yang merupakan usia produktif dalam bekerja, terutama yang status pekerjaannya sebagai karyawan swasta. Sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Wicaksono (2014) bahwa kejadian kecelakaan sepeda motor di kota Semarang didominasi oleh pengendara sepeda motor yang bekerja sebagai buruh atau karyawan swasta yakni sebanyak 33,34%.

(34)

79

daripada pengendara sepeda motor yang memiliki SIM. Hal ini juga dikuatkan oleh penelitian yang dilaksanakan oleh Pomuri et al (2014) yang menjelaskan bahwa pengendara sepeda motor yang tidak memiliki SIM lebih beresiko 3,78 kali mengalami kecelakaan lalu lintas daripada pengendara sepeda motor yang memiliki SIM. Dapat diindikasikan bahwa seseorang yang belum memiliki ijin resmi untuk mengendarai sepeda motor belum memiliki kemampuan yang baik untuk mengendarai sepeda motor, sehingga meningkatkan resiko terjadinya kecelakaan saat berkendara.

5.2 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Action (Faktor Manusia/Tindakan

yang Tidak Aman)

(35)

Universitas Sumatera Utara 5.2.1 Mengantuk

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengendara sepeda motor yang mengantuk dalam berkendara hanya terdapat 5 kejadian (7%). Meskipun faktor pengendara mengantuk merupakan faktor penyebab terkecil kedua yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas, namun dari data tersebut dapat diketahui bahwa masih ada pengendara yang tetap mengendarai kendaraannya walaupun dalam kondisi mengantuk. Mengantuk adalah suatu keadaan dimana pengemudi kehilangan daya reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat dan/atau sudah berkendara selama 5 jam tanpa berhenti (Warpani, 2002). Ciri-ciri pengendara yang mengantuk adalah sering menguap, perih pada mata, lambat dalam bereaksi, berhalusinasi, dan pandangan kosong.

Berdasarkan analisis hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan 100% dari 7 kejadian kecelakaan yang disebabkan oleh pengendara mengantuk menyebabkan meninggal dunia. Jika dianalisis lebih lanjut, hubungan antara pengendara mengantuk dan akibat kecelakaan lalu lintas secara statistik terlihat bermakna atau memiliki hubungan. Berdasarkan Asian Develoment Bank (1998) yang mengutip hasil penelitian Kartika (2008), menyatakan bahwa risiko kecelakaan tertinggi terjadi pada pengemudi yang mengantuk.

5.2.2 Mabuk/Pengaruh Alkohol

(36)

81

motor tetapi tidak dapat memperhatikan hal penting lainnya ketika berkendara seperti lampu lalu lintas dan situasi lalu lintas sekitarnya.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Olabode et al (2013), mengenai tantangan sosial ekonomi terhadap kejadian kecelakaan sepeda motor, bahwa di negara bagian Nigeria dari 1000 kejadian kecelakaan sepeda motor di jalan raya, sebanyak 125 kasus kejadian (12,5%) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kecelakaaan lalu lintas yang dialami oleh pengendara sepeda motor disebabkan karena pengendara mengendarai sepeda motor dalam keadaan sedang mabuk akibat pengaruh alkohol ataupun obat-obatan terlarang. Hal yang sama disampaikan oleh Ogunmodede et al (2012), bahwa sekitar 14,4% terjadinya kecelakaan sepeda motor disebabkan oleh pengendara yang berada dalam pengaruh alkohol.

5.2.3 Tidak Tertib

(37)

Universitas Sumatera Utara

dilaksanakan oleh Ogunmodede et al (2012) menjelaskan bahwa 13,6% kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Nigeria disebabkan oleh pengendara sepeda motor yang tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan 14,9% disebabkan oleh kesalahan atau ketidakmampuan pengendara sepeda motor untuk memahami informasi pada rambu-rambu lalu lintas yang ada di jalan raya.

5.2.4 Kecepatan Tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dari 682 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang disebabkan pengendara kecepatan tinggi adalah sebanyak 217 kejadian (31,8%). Pengendara yang berkendara dalam kecepatan tinggi merupakan faktor tertinggi ketiga yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Yang dimaksud dengan pengendara kecepatan tinggi adalah pengendara yang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan tinggi atau diatas kecepatan normal pada suatu kondisi lalu lintas sehingga menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Menurut Simarmata (2008), dapat disimpulkan kecepatan tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut.

(38)

83

yang jauh lebih tinggi untuk terjadinya kecelakaan apabila berkendara dengan kecepatan yang tinggi, dimana dari 1000 kejadian kecelakaan sepeda motor yang terjadi 11,5% menyebabkan adanya korban jiwa. Sejalan dengan penelitian Ogunmodede et al (2012) yang menjelaskan bahwa 8,9% kejadian kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Bangkok, Thailand disebabkan oleh pengendara sepeda motor yang melaju diatas kecepatan yang semestinya.

5.3 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas

Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Condition (Faktor

Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman )

Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan lalu lintas berdasarkan unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman ) di kota Medan tahun 2015 yang meliputi faktor kendaraan, faktor jalan, dan faktor alam.

5.3.1 Faktor Kendaraan

Berdasarkan hasil penelitian dari 682 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang disebabkan karena rem tidak berfungsi terdapat 12 kejadian (1,8%). Rem tidak berfungsi dikarenakan pengendara belum melaksanakan pemeriksaan terhadap kendaraan terutama sistem rem sebelum mengemudi.

(39)

Universitas Sumatera Utara

jauh lebih tinggi untuk terjadinya kecelakaan apabila berkendara dengan kendaraan yang tidak dalam kondisi yang benar-benar baik untuk bisa dikendarai. Sejalan dengan penelitian Ogunmodede et al (2012) yang menjelaskan bahwa sebanyak 12,9% kecelakaan sepeda motor yang terjadi di Bangkok, Thailand disebabkan oleh adanya gangguan atau masalah pada mesin sepeda motor, seperti rem yang tidak berfungsi, performa mesin yang kurang baik, dan sebagainya.

5.3.2 Faktor Jalan

Faktor penyebab kecelakaan yang berasal dari faktor jalan yaitu jalan rusak, berlubang, licin, dan tikungan tajam. Berikut rincian mengenai faktor jalan:

1) Jalan Rusak

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kecelakaan lalu lintas yang disebabkan jalan rusak ada sebanyak 18 kejadian (2,6%). Jalan rusak berbeda dengan jalan berlubang, jalan rusak yaitu kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan.

(40)

85

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Olabode et al (2013), mengenai tantangan sosial ekonomi terhadap kejadian kecelakaan sepeda motor, bahwa di negara bagian Nigeria dari 1000 kejadian kecelakaan sepeda motor di jalan raya, sebanyak 105 kasus kejadian (10,5%) menjelaskan bahwa penyebab terjadinya kecelakaaan lalu lintas yang dialami oleh pengendara sepeda motor disebabkan karena kondisi kondisi jalan yang buruk atau rusak, sehingga menyebabkan resiko yang jauh lebih tinggi untuk terjadinya kecelakaan apabila berkendara dengan lintasan jalan yang rusak.

2) Jalan Berlubang

(41)

Universitas Sumatera Utara

3) Jalan Licin

Berdasarkan hasil uji statistik, kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang disebabkan oleh jalan licin adalah sebanyak 5 kejadian (7%) dari total kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Dari 5 kejadian tersebut diketahui bahwa jalan licin disebabkan karena cuaca hujan. Berdasarkan penelitian sejenis oleh Kartika (2008), disebutkan pada umumnya jalan yang basah atau licin disebabkan karena air hujan, namun ada juga yang disebabkan faktor lain seperti tumpahan oli kendaraan. Sejalan dengan penelitian Ogunmodede et al (2012) yang menjelaskan bahwa 14,2% kecelakaan yang terjadi di Bangkok, Thailand dikarenakan adanya tumpahan oli di jalan yang menyebabkan jalan menjadi licin dan beresiko terjadinya kecelakaan sepeda motor karena pengendara sepeda motor yang jatuh atau tergelincir karena melewati tumpahan oli tersebut.

Kecelakaan yang disebabkan jalan yang licin sebenarnya tidak berdiri sendiri, hal ini berhubungan dengan faktor penyebab lainnya. Contohnya, interaksi antara faktor pengendara dan faktor kendaraan serta faktor lingkungan fisik lainnya. 4) Tikungan Tajam

(42)

87

5.3.3 Faktor Alam

Berdasarkan hasil penelitian dari 682 kejadian kecelakaan, kecelakaan yang disebabkan kondisi cuaca hujan adalah sebanyak 10 kejadian (1,5%). Dalam kondisi hujan pandangan pengendara menjadi terhalang dan terbatas, sehingga mudah sekali terjadi kesalahan antisipasi. Selain itu, hujan mengakibatkan jalan menjadi basah dan licin. Kehati-hatian pengendara dalam berkendara juga dapat memicu terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Simarmata (2008) menyebutkan dalam penelitiannya bahwa jikalau terjadi hujan, pengendara cenderung akan menunda perjalanannya dan kejadian kecelakaan tinggipada saat curah hujan rendah. Artinya, pengendara lebih berhati-hati ketika curah hujan tinggi, dan menganggap curah hujan rendah kurang berisiko.

(43)

Universitas Sumatera Utara 5.4 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan

Lokasi Kejadian

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa berdasarkan lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas yang terjadi di kota Medan tahun 2015, yang paling banyak terjadi kecelakaan pada kawasan pemukiman sebanyak 385 kecelakaan (56,5%), disusul pada kawasan pertokoan/mall sebanyak 283 kecelakaan (41,5%), pada pusat belanja/pasar sebanyak 10 kecelakaan (1,5%), dan lain-lain terjadi 4 kecelakaan (6%).

(44)

89

5.5 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Waktu

Kejadian

Gambaran kecelakaan lalu lintas berdasarkan kriteria waktu kejadian (jam, hari, bulan) menunjukkan bahwa kecelakaan tertinggi pada bulan Oktober disusul bulan April dan bulan November, ketiga bulan tersebut tidak memiliki perbedaaan jumlah yang signifikan.

(45)

Universitas Sumatera Utara Jika dilihat berdasarkan hari terjadinya kecelakaan, jumlah kecelakaan paling sering terjadi pada hari Minggu, Senin, dan Selasa. Kejadian kecelakaan lalu lintas pada hari Minggu, Senin, dan Selasa dikarenakan mobilitas lalu lintas pada hari tersebut lebih tinggi daripada hari lainnya. Kecelakaan pada hari Minggu terjadi karena pada hari tersebut merupakan hari libur umum dimana aktifitas perekonomian, perkantoran, dan pendidikan libur. Kondisi seperti ini dimanfaatkan orang-orang untuk bepergian keluar rumah, sekedar untuk bersantai atau berlibur bersama keluarga, sehingga mobilitas lalu lintas semakin tinggi pada hari Minggu, sedangkan pada hari Senin dan Selasa mobilitas di jalan raya disebabkan karena Senin dan Selasa merupakan hari pertama dan kedua di awal minggu untuk memulai berbagai aktifitas perekonomian maupun pendidikan. Kecelakaan yang terjadi juga dapat dipengaruhi kondisi psikologis akibat beban kerja dan kelelahan setelah bekerja seharian pada hari pertama di awal minggu. Lalu pada hari Selasa, kecelakaan yang terjadi dapat disebabkan oleh kondisi mental yang lelah akibat hari pertama dan beban psikologis sehingga menyebabkan lengah ketika berkendara. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Nattapong et al (2007) yang menjelaskan bahwa 67,8% kejadian kecelakaan sepeda motor di Bangkok, Thailand terjadi pada hari kerja dan 32,2% terjadi pada waktu akhir pekan.

(46)

91

malam. Penelitian lain yang dilakukan oleh Da Silva et al (2011) menjelasakan bahwa pada pengendara sepeda motor yang bekerja sebagai kuris di State of Parana, Brazil Selatan menunjukkan bahwa pekerja yag mengantar barang pada malam hari 1,27 kali beresiko mengalami kecelakaan yang berat.

5.6 Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Jenis

Kecelakaan

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jenis kecelakaan yang paling banyak terjadi adalah tabrak samping sebanyak 190 kecelakaan (27,9%), disusul tabrak depan samping sebanyak 189 kecelakaan (27,7%), tabrak manusia sebanyak 118 kecelakaan (17,3%), tabrak depan depan sebanyak 102 kecelakaan (15,0%), tabrak depan belakang sebanyak 53 kecelakaan (7,8%), dari data diketahui paling banyak ditemui karena pengemudi tidak tertib yaitu mengemudikan kendaraan dengan kecepatan tinggi jenis kecelakaan tunggal sebanyak 20 kecelakaan (2,9%), dan tabrak beruntun 10 kecelakaan (1,5%). Paling banyak ditemui di persimpangan jalan dimana pengemudi lengah, tidak bersikap hati-hati dan paling banyak ditemui penyebabnya adalah pengemudi yang tidak tertib yakni tidak memprioritaskan pengemudi yang melintas lurus.

(47)

Universitas Sumatera Utara

antar kendaraan dapat mengalami kecelakaan lalu lintas bahkan kecelakaan beruntun. Tingginya kecelakaan dengan tabrak samping dapat dikarenakan tersenggolnya antar pengendara ketika sedang mengendarai kendaraannya yang disebabkan oleh kecepatan tinggi atau mendahului kendaraan lainnya tanpa melihat kondisi sekitarnya sehingga terserempet. “Serempetan” terjadi disebabkan kurang

mengantisipasi jarak aman dengan kendaraan lain, terutama terjadi pada kendaraan disebelahnya.

Sedangkan penelitian yang dilaksanakan oleh Wicaksono (2014) menjelaskan bahwa jenis kecelakaan yang paling banyak terjadi di kota Semarang ialah tabrak depan yakni sebanyak 49,38% , tabrak belakang 25,92% dan tabrak samping sebanyak 18,51%.

5.7 Gambaran Akibat yang Ditimbulkan dari Kecelakaan Lalu Lintas

yang Terjadi pada Pengendara Sepeda Motor

(48)

93

(49)

94

Universitas Sumatera Utara BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah disajikan , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran pengendara sepeda motor yang menjadi korban kecelakaan sepeda motor sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 489 orang (71,7%), dengan rentang usia 16-25 tahun sebanyak 252 orang (37%), dengan jenis pekerjaan swasta sebanyak 407 orang (59,7%), serta pengendara tanpa kepemilikan SIM sebanyak 539 orang (79%).

2. Gambaran faktor penyebab terjadinya kecelakaan, faktor unsafe action (faktor manusia/perilaku yang tidak aman) yang dominan menyebabkan kecelakaan lalu lintas adalah tidak tertib sebanyak 456 kasus (66,9%), sedangkan faktor unsafe condition (faktor lingkungan/kondisi yang tidak aman) dari faktor kendaraan yang paling dominan ialah karena rem blong (tidak berfungsi) sebanyak 12 kasus (1,8%), faktor jalan yang berupa tikungan tajam sebanyak 26 kasus (3,8%), serta faktor alam yang berupa hujan sebanyak 10 kasus (1,5%).

(50)

95

hari Minggu sebanyak 112 kasus (16,4%, dan berdasarkan bulan kejadian, tertinggi terjadi pada bulan Oktober sebanyak 94 kasus (13,8%).

4. Gambaran jenis kecelakaan, sebagian besar berupa kecelakaan samping-samping sebanyak 190 kasus (27,9%), depan samping-samping sebanyak 189 kasus (27,7%), dan tabrak manusia sebanyak 118 kasus (17,3%).

5. Gambaran akibat yang ditimbulkan dari kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada pengendara sepeda motor sebegian besar berupa mengalami luka berat sebanyak 368 orang (38,4%), kemudian luka ringan sebanyak 339 orang (35,4%), dan meninggal di tempat sebanyak 251 orang (26,2%).

6.2 Saran

Untuk mengatasi masalah kecelakaan lalu lintas diperlukan keterlibatan berbagai pihak dan merupakan tanggung jawab bersama. Berdasarkan penelitian ini, saran yang diberikan mengacu pada permasalahan dan kesimpulan yang ada, serta saran atas permasalahan kecelakaan lalu lintas sepeda motor di kota Medan Tahun 2015 adalah sebagai berikut :

(51)

Universitas Sumatera Utara

berkendara yang baik, sehingga dapat lulus ujian berkendara, dan layak mendapatkan SIM.

2. Melihat faktor penyebab kecelakaan lalu lintas, faktor unsafe action (faktor manusia/perilaku yang tidak aman) merupakan faktor yang paling dominan, disarankan kepada Dinas Perhubungan dan Kepolisian lalu lintas untuk bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, lembaga non pemerintah, komunitas sepeda motor, produsen kendaraan, dan lainnya dalam melakukan sosialisasi dan pembinaan mengenai safety driving, serta menindak tegas pengendara sepeda motor yang menyalahi peraturan lalu lintas.

3. Merujuk pada karakteristik kejadian kecelakaan lalu lintas, sebaiknya pihak Polresta Medan memperketat pengawasan dan menambah jumlah polisi lalu lintas pada lokasi dan waktu tertentu yang volume lalu lintasnya cenderung tinggi, seperti pada hari libur, pada jam-jam padat kendaraan, dan pada jalan tertentu yang menjadi jalur lintas.

4. Kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh lebih dari satu faktor, untuk itu diperlukan perhatian khusus dari Pemerintah Kota Medan. Dalam hal ini yaitu kerjasama dalam mengurangi kejadian kecelakaan lalu lintas dengan upaya berupa pendidikan dini keselamatan lalu lintas dan kampanye tertib lalu lintas. Lalu pengembangan jalan, pembenahan jalan yang rusak dan berlubang.

(52)

97

menghentikan perjalanan dan segera tidur. Jika pengemudi mabuk, dalam hal ini dibutuhkan peran orang lain yang disekitar untuk menganjurkan tidak mengemudikan kendaraan saat mabuk.

6. Faktor manusia (pengendara) yang dominan adalah faktor tidak tertib, mengantuk, dan kecepatan tinggi. Untuk itu disarankan pada pengendara sepeda motor agar tertib dalam berkendara dan mematuhi rambu lalu lintas yang tersedia, serta tidak berkendara dalam keadaan mengantuk atau mabuk.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Unsafe Condition (Faktor Lingkungan/Kondisi yang Tidak Aman ) di Kota Medan Tahun 2015
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Gambaran Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda Motor Berdasarkan Lokasi Kejadian di Kota Medan Tahun 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

2) Memeriksa dan mempelajari kondisi lahan dan dokumen untuk pelaksanaan konstruksi yang akan dijadikan dasar dalam pengawasan pekerjaan di lapangan. 3) Mengawasi dan menyetujui

Hasil pengamatan terhadap salinitas air tambak berada pada kisaran 19—40 ppt, kisaran ini masih layak untuk budi daya udang windu di mana udang merupakan organisme euryha- line

This study is trying to find out the relationships between several variables, i.e role stress (role conflict and role ambiguity), job satisfaction,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penanganan penanganan luka snake bite dengan insisi dan tanpa insisi terhadap kecepatan penurunan

Terdapat faktor lain yang dapat menjadi sumber stres (stressor) selain beban kerja yaitu hubungan sosial, gaya manajemen, kondisi organisasi, work family

Untuk biaya penyimpanan dan biaya kekurangan, biaya penyimpanan meningkat dari kondisi aktual dikarenakan jumlah persediaan yang akan disimpan pada kebijakan usulan

216 Tahun 2016, Piutang Transfer ke Daerah dan Dana Desa diakui pada saat dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat melebihi jumlah

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya serta memberikan ketabahan, kekuatan, kemudahan dan kedamaian