Dalam pembangunan yang ada di Indonesia tidak terlepas dari kesejahteraan rakyat Indonesia itu sendiri. Sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 tujuan dari Negara Indonesia adalah Melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. Dari tujuan bangsa Indonesia memajukan kesejahteraan umum merupakan suatu prinsip untuk selalu menjaga dan mensejahterakan rakyat Indonesia baik dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Terutama mensejahterakan rakyat melalui keadilan dalam kepemilikan tanah yang senantiasa menimbulkan konflik antara pemilik dengan para penguasa tanah.
di atas tanah dengan hewan diatas tanah1. Penggunaan tanah juga mempunyai aspek politik program pembaruan Agraria Nasional yang dicanangkan Pemerintah dengan berencana membagi sekitar 9,25 juta Hektar tanah kepada rakyat miskin, merupakan strategi politik pertanahan saat ini, sekaligus menunjukan dimensi politik atas tanah2. Dengan adaya ini diharapkan kedepannya dengan adanya unsur politik atas tanah selama menguntungkan dan bermanfaat untuk rakyat tidak masalah. Dalam kebutuhan akan kepemilikan tanah tidak terlepas dengan jenis atau status hak atas tanah yang dimiliknya. Dalam peraturan hak atas tanah yang dapat dimiliki seseorang atau badan hukum dapat berupa hak milik, Hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai maupun hak sewa yang dari kesemua hak itu belum tentu mutlak sebagai pemiliknya sebab kemungkinan terjadi telah habis masanya atau dicabut haknya oleh negara.
Seyogyianya dari semua jenis hak atas tanah merupakan kewenangan dari negara karena negara sebagai organisasi tertinggi untuk meguasainya bukan berarti negara pemilik tanah. Bahkan tanah dengan hak milik sekalipun yang haknya terkuat belum tentu dimiliki secara mutlak oleh empunya sebab negara sebagai organisasi tertinggi untuk menguasainya hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 2 Undang undang Pokok Agraria yang isinyamelahirkan wewenang dari negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat untuk :
1 Muhammad Yamin Lubis, 2016,”Okupansi Liar Tanah Berlanjut”, opini, media cetak waspada, Rabu 17 Februari 2016, Hal. B7
1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut
2. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang orang dengan bumi, air dan ruang angkasa
3. Mengatur hubungan – hubungan hukum anara orang – orang dan perbuatan
– perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
Adapun Kekuasaan negara yang dimaksud itu mengenai semua bumi, air dan ruang angkasa, jadi baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun tidak, kekuasaan negara mengenai tanah yang sudah dipunyai orang dengan suatu hak dibatasi oleh isi dari hak itu artinya sampai seberapa negara memberi kekuasaan kepada yang mempunyai untuk menggunakan haknya, sampai disitulah batas kekuasaan negara tersebut3.
Hak menguasai tanah tersebut pelaksanaannya dilakukan oleh negara atau pemerintah pusat sebagai organisasi yang tertinggi untuk menguasainya. Hal ini sesuai dengan bentuk negara Indonesia sebagai negara kesatuan4. Dan pelaksanaannya terhadap daerah maka hak menguasai negara terhadap luas wilayah, hasil guna dan daya guna yang ada didaerah maka wewenang pemerintah pusat tersebut pelaksaannya dapat dikuasakan pada daerah – daerah swantantra dan masyarakat – masyarakat hukum adat sekedar diperlukan dan tidak bertentangan kepentingan nasional, menurut ketentuan – ketentuan peraturan
3 Zaidar, 2014, Dasar Filososfi Hukum Agraria Indonesia , Pustaka Bangsa Press, cet. 5, Medan, Hal.52
pemerintah5. Dalam peraturan UUPA selain jenis hak atas tanah yang disebutkan pada pasal 16 disebutkan pula Hak Pengelolaan. Hak pengelolaan ini secara eksplisit tidak terdapat dalam UUPA Nomor 5 Tahun 1960 artinya pengaturan hak pengelolaan didalam Undang – Undang Pokok Agraria tidak mengatur secara tegas kedudukan hukum hak pengelolaan akan tetapi istilah hak pengelolaan terdapat pada penjelasan umum II angka 2 Undang – Undang Pokok Agraria yang berbunyi :
“Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan
hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya : hak milik,
hak guna bangunan, atau hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada
suatu Bdan Penguasa ( Departemen, Jawatan atau daerah Swantantra) untuk
dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing”.
Hak pengelolaan merupakan hak penguasaan negara yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada pemegangnya yang digunakan untuk keperluan pelaksanaan tugasnya. Hak pengelolaan yang merupakan gempilan dari hak menguasai negara merupakan aset dari negara dan daerah berupa tanah – tanah yang tidak ada haknya atau tanah milik negara. Dalam pelaksanaan hak menguasai negara atas tanah itu dapat dikuasakan kepada daerah – daerah swantantra ( Daerah Kabupaten dan Daerah Kota) artinya bahwa hak pengelolaan tersebut yang merupakan dari hak menguasai negara juga dapat dimiliki oleh pemerintah daerah yang menjadi aset daerahnya untuk diberikan kepada pemegangnya. Hak menguasai negara lingkupnya tanah tanah yang sudah tidak diapakai, dimiliki atau diusahakan lagi oleh pemegang haknya.
Pilihan asas menguasai oleh Negara atas tanah sesuai dengan ketentuan pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945, dan bukan Hak Milik Negara sebagimana pada zaman Hindia Belanda, menurut Iman Sutikyo, bahwa walaupun tidak disebutkan secara eksplisit tujuannya adalah untuk keuntungan kolonialisme Belanda, sebab klaim atas tanah tak bertuan (tidak dapat dibuktikan sebagai hak eigendom oleh rakyat) oleh pemerintah jajahan hanya untuk memberikan keuntungan bagi kolonialisme Belanda, inilah yang disebut dengan Domein Verklaring bahwa tanah yang tak bisa dibuktikan oleh pemiliknya maka diserakan kepada negara pada zaman Hindia Belanda6. Sedangkan pada asas Hak Menguasai Negara oleh Negara tersurat tujuan secara jelas untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat7. Dalam Pelaksanaan Hak Pengelolaan di dalam peraturan belum ada diatur secara tegas di dalam Undang – undang, hanya saja diatur dalam peraturan – peraturan pelaksana seperti Perturan Menteri dan Peraturan Pemerintah. Yang diatur Hak Pengelolaan tersebut secara tegas disebutkan di dalam UUPA pasal 2 akan tetapi hal tersbut merupakan hak menguasai negara yang pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah – daerah yang merupakan gempilan dari Hak Menguasai Negara untuk hak pengelolaan. Dalam kenyataannya, Hak Pengelolaan merupakan hak atas tanah yang berasal dari konversi hak penguasaan tanah negara oleh kementerian (Departemen), Jawatan atau daerah Swantantra berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1954 Tentang Penguasaan Tanah – Tanah Negara. Menurut Peraturan Pemerintah
6 Supriyadi ( 2010). Aspek Hukum Tanah Aset Daerah. Prestasi Pustaka Publishder.Indonesia. hal. 100
tersebut, Penguasaan atas tanah negara yaitu tanah yang dikuasai penuh oleh negara berada pada :
a. Kementerian Dalam Negeri berdasarkan pasal 2 Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1953, dan
b. Kementerian, Jawatan atau daerah swatantra berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelumnya8.
Dengan penguasaan atas tanah negara tersebut yang dikuasai langsung secara penuh oleh negara secara langsung merupakan subjek dari hak pengelolaan yang pengaturannya secara eksplisit diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
Dalam menjalankan fungsi dan tugas wewenang dari hak pengelolaan mengacu pada peraturan – peraturan yang sudah ada dinyatakan dengan jelas. Baik itu kewenangannya dan pelaksanaan hak pegelolaan ke Instansi atau ke pemerintah daerah itu sendiri maupun kepada pihak ketiga. Akan tetapi, dalam pelaksanaan hak pengelolalan untuk menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya yang merupakan tanah negara itu kepada pihak ketiga maupun kepada instansi itu sendiri sudah ada wewenangya yang diatur dalam peraturan Pemerintahan, tetapi wewenang pemegang Hak Pengelolaan kepada negara sebagai pemberi Hak Pengelolaan baik itu keweajiban – kewjiban pemegang hak pengelolaan kepada negara belum diatur secara tegas dalam peraturan meskipun hak pengelolaan
merupakan tanah negara alangkah baiknya jika hak pengelolaan tersebut mempunyai aspek hukum antara hak pengelolaan yang berasal dari tanah negara dengan tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Dalam subjek Hak Pengelolaan yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria yang mencakup beberapa instansi sebenarnyajuga diatur dalam UUPA yang Hak Menguasai Negara tersebut dalam pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah – daerah Swatantra dan masyarakat – masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan – ketentuan Peraturan Pemerintah9. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan zaman dan demi untuk kepentingan pembangunan nasional maka hak menguasai negara dapat diserahkan kepada beberapa instansi atau perusahaan dalam pelaksanaannya dengan Hak Pengelolaan.
Untuk itu kewenangan pemegang hak pengeolaan dalam rangka menjalankan kepentingan tugasnya sangat diperlukan aturan yang khusus dan jelas. Sebab menyangkut pertanahan yang notabene mudah terjadinya konflik suatu hari. hak pengelolaan yang merupakan kebijakan dari negara yang diberikan kepada suatu instasni atau perusahaan tidak serta merta diberikan oleh negara dengan sendirinya atau melaui koversi melainkan dengan adanya pengajuan untuk memperoleh hak pengolaan untuk melaksanakan kepentingan tugasnya. Oleh karena itu dalam pemberian hak pengelolaan kepada pemegang hak pengelolaan harus dijelaskan kewenangan terhadap negara sebab negara yang mempunyainya.
B. Perumusan Masalah
Dalam menegakan atau menciptakan sesuatu yang baik adakalanya membuat aturan – aturan terutama aturan mengenai Hak Pengelolaan yang tentunya ini terdapat plus dan minusnya. Sebab bisa saja sesuatu yang terjadi tidak terdapat aturannya atau payung hukumnya. Sesuai dengan adagium dalam hukum yaitu tidak dapat dihukum apabila sebelum ada aturan yang mengaturnya terlebih dahulu (asas legalitas). Begitu juga dalam aturan yang untuk dijadikan sebagai payung hukum agar dapat melakukan sesuai dengan kewenangan maka dibuatlah aturan sebelum terjadinya masalah. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penilitian ini adalah :
1. Bagaimana Pelaksanaan Hak Pengelolaan dalam Rangka Kewenangan Kepentingan Tugasnya?
2. Bagaimana Akibat Hukum Hak Atas Tanah Yang Timbul Diatas Hak Pengelolaan ?
3. Bagaimana Hak dan Kewajiban Hak Pengelolaan terhadap Negara Sebagai Pemberi Hak Pengelolaan?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan Perumusan Masalah diatas, tujuan dan manfaat penulisan ini adalah :
2. Untuk mengetahui akibat hukum terhadap hak atas tanah yang timbul diatas Hak Pengelolaan.
3. Untuk mengetahui pengaturan hak dan kewajiban Hak Pengelolaan terhadap negara sebagai pemberi Hak Pengelolaan.
Selanjutnya manfaat dari tulisan skripsi ini adalah bahwa tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian teoritis lebih lanjut untuk melahirkan beberapa konsep untuk dijadikan bidang ilmu kedepannya dalam pelaksanaan kewenangan Hak Pengelolaan atas tanah dan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat sebagai pemahaman kedepannya menganai Hak Pengelolan. Selain tujuan yang dikemukakan di atas, hasil penelitian dan penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan literatur bagi para pembaca lainnya untuk dijadikan bahan dalam pembuatan tulisan dalam pengembangan hukum agraria khususnya mengenai hak pengelolaan dalam rangka menjalankan pelaksanaan tugasnya dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai strata satu pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
D. Keaslian Penulis
Berdasarkan Inventarisasi Skripsi yang ada di Perpustkaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara belum ada yang membuat atau mengajukan judul skripsi tentang Tinjauan hukum terhadap hak pengelolaan dalam rangka kewenangan kepentingan pelaksanaan tugasnya pada Pemerintah Kota Medan yang memfokuskan pada hak dan kewajban dan kewenangan Pemegang Hak Pengelolaan kepada pemberi Hak Pengelolaan. Dengan kata lain judul ini belum pernah ditulis sebelumnya.
E. Tinjauan Pustaka
Hak Pengelolaan merupakan hak menguasai dari negara yang pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya10. Menurut A.P. Parlindungan Hak Pengelolaan adalah hak atas tanah di luar UUPA11.
Hak Menguasai Negara adalah suatu bentuk hubungan hukum atas penguasaan yang nyata terhadap suatu benda untuk digunakan atau dimanfaatkan bagi kepentingannya sendiri12. Hak penguasaan dimaksud benda disini adalah
terhadap hak menguasai atas tanah atau yang berada di bumi, air, dan ruang angkasa. Dalam Hak Menguasai Negara, Negara yang berwenang dalam melakukukan penguasaan artinya negara yang menguasai dan bukan memiliki dengan konsep rakyat atau masyarakat kedudukannya tidak berada dibawah negara melainkan rakyat atau masyarakat berada pada kepemilikan hak atas tanah
10 Maria S.W. Sumarrdjono, 2008, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosisal dan Budaya, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Hal. 213
11 A.P Parlindungan, 1994, Hak Pengelolaan Menurut sisitem UUPA, Mandar Maju, Bandung, hal.1
yang merupakan haknya. Sesuai dengan pasal 2 ayat 2 Undang – Undang Pokok Agraria yang menganut prinsip Hak Menguasai Negara.
Hak Menguasai negara yang berasal dari kata kuasa yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya) sesuatu. Bahwa negara yang mempunyai wewenang penuh terhadappenentuan, mewakili atau mengurusi dan tanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat atau masyarakat.
Pemegang Hak Pengelolaan adalah badan hukum atau subyek hak pengelolaan yang diberikan oleh negara untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya dalam perusahaan dan instansi atau pemerintah daerah.
Pemberi Hak Pengelolaan yaitu negara. Negara sebagai organisasi tertinggi untuk menguasai seluruh kekayaan – kekayaan alam yang ada di Indonesia khsusunya, sehingga negara juga yang mengelola yang pelaksanaan pengelolaannya dapat dilimpahkan kepada subyek Hak Pengelolaan.
Tanah – tanah hak Pengelololaan merupakan tanah – tanah yang dikuasai langsung oleh negara yang tidak ada suatu hak apapun diatasnya sehingga tanah hak pengelolaan tanah – tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Pemberian hak pengelolaan yang dilakukan oleh negara dalam hal ini Pemerintah Pusat melalui Kementerian Agraria atau BPN dapat juga diberi kepada Pemerintah daerah sebagai pemegang hak pengelolaan bagi yang membutuhkan di daerah – daerah.
atas tanah diatas Hak Pengelolaan. Pemberian hak atas tanah pada sebagian Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada pihak ketiga yaitu dengan jenis Hak atas tanah :
1. Hak Milik 2. Hak Pakai, dan 3. Hak Guna Bangunan
Hanya dari ketiga jenis hak tersebut yang dapat diberikan sebagaian dari Hak Pengelolaan.
Kewenanganmenurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah kekuasaan membuat keputusan memerintah dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain.
Pelepasan hak adalah proses yang dilakukan untuk kepentingan umum dengan melakukan pencabutan hak atau pembebasan tanah.
Pembebanan hak adalah jaminan hak – hak atas tanah maupun bangunan yang ada diatasnya yang diberikan oleh instani atau individu dengan Hak Tanggungan.
Tanah Negara adalah Tanah – tanah yang belum di hakki oleh perorangan atau badan hukum artinya tanah – tanah yang belum mempunyai jenis hak atas tanah apapun.
F. Metode Penulisan
Untuk melengkapi tulisan skripsi ini agar lebih terarah dan teratur sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka penelitian ini berdasarkan kajiannya menggunakan :
a. penelitian hukum normatif - empiris yaitu Metode penelitian hukum normatif empiris ini pada dasarnya merupakan penggabungan antara pendekatan hukum normatif dengan adanya penambahan berbagai unsur empiris. Metode penelitian normatif-empiris mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
b. metode penelitian empiris, Metode penelitian hukum empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah13.
2. sifat Penelitian
Dari segi sifatnya, penelitian pada penulisan skripsi ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang artinya menggambarkan dengan cara menjabarkan fakta secara sistematis, faktual dan akurat14.
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah berupa yaitu:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pertama untuk melakukan penulisan ini
b. Data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen – dokumen resmi, buku – buku, hasil – hasil penelitian yang berwujud laporan , dan sebagainya15
Ditambah lagi dengan data tersier yaitu bahan hukum yang memeberikan penjelasan dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder atau yang bersifat pendukung atau tambahan berupa Kamus – kamus.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan keterangan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Maka penulis menggunakan Applied Scientific Method, yaitu penulis menggunakan metode penelitian dengan cara megkombinasikan antara “ Library
Research dan Field Research”.
a. Library Research ( Riset Kepustakaan)
Dalam riset ini penulis melakukan suatu penelitian melalui buku buku, Literatur, majalah – majalah maupun bahan – bahan yang diperoleh dari perkuliahan serta ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian
b. Dalam penlitian lapangan ini penulis melakukan suatu penelitian dengan cara observasi atau peninjauan secara langsung kepada objek penelitian yaitu study pada Pemerintah Kota Medan. Dalam melakukan penelitian maka penulis berusaha mendapatkan data yang bersifat objektif dilakukan dengan cara :
1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan tanpa mengajukan pertanyaan dan pencatatan tidak tergantung pada responden
2. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan cara mengutip data dari staf terkait dalam penelitian ini
3. Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara wawancara, yaitu pengumpulan data dengan cara pertanyaan yang telah disiapkan penulis kepada staf yang bersangkutan16.
5. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi dan gambaran isi dari tulisan ini disusun secara bertahap yang terdiri dari bab – bab dimana bab – bab tersebut disesuaikan dengan isi yang pembahasannya dibagi kedalam sub-sub bab yang diatur dan diuraikan secara tersendiri dan antara yang satu dengan lainnya saling berkaitan (Komprehensif).
Agar mempermudah pemaparan materi, Maka dari itu bedasarkan isi skripsi ini dibagi dalam lima bab yaitu :
Bab I. Pendahuluan
Dalam bab ini berisikan tentang gambaran umum yang berisikan tentang Latar belakang, Perumusan Masalah, Tujuan, manfaat tulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan yang meliputi pengertian dari Hak Pengelolaan dan penjelasan sedikit tentang hak pengelolaan maupun penjelasan tentang kata – kata yang berkaitan dengan hak pengelolaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II. Gambaran Umum Mengenai Hak Pengelolaan
Pada bab ini merupakan pembahasan mengenai Hak Pengelolaan yang
berisikan tentang pengertian Hak Pengelolaan secara luas, hubungan Hak Pengelolaan dengan hak mengusai negara dan Hak Pengelolaan dalam melaksanakan tugasnya yang ditinjau dari segi pertauran – peraturan yang ada.
Bab III. Penggunaan Tanah Hak Pengelolaan dan Penyerahannya Kepada
Pihak Ketiga
Pada Bab ini menjelaskan tentang Implementasi Penggunaan Hak Pengelolaan dan penyerahannya kepada pihak ketiga yang meliputi syarat – syarat pemohon untuk mendapatkan hak pengelolaan, prosedur, proses pendaftaran hak pengelolaan, akibat hukumnya serta akibat kewenangan pihak ketiga dalam menggunakan Hak atas tanah diatas Hak Pengelolaan.
Bab IV. Impelementasi Hak Pengelolaan Terhadap Negara Sebagai Pemberi
Hak Pengelolaan Dalam Rangka Kewenangan Kepentingan
Pada bab ini sudah masuk kepada pembahasan riset di Pemko Medan tentang penggunaan Hak pengelolaan, hak dan kewajiban Pemko Medan sebagai pemegang Hak Pengelolan dan hambatan – hambatan Pemko Medan sebagai pemegang Hak Pengelolaan untuk melaksanakan tugasnya.
Bab V. Penutup