• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir) Chapter III V"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KEGIATAN PENANAMAN MODAL DALAM WILAYAH TANAH ADAT

A. Pengakuan terhadap Tanah Adat di Indonesia

Tanah adat adalah tanah yang ada dalam penguasaan hukum adat. Artinya tanah tersebut diatur dan digunakan oleh hukum tidak tertulis. Hukum ini pada intinya tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara, tidak bertentangan dengan sosialisme di Indonesia, tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang Pokok Agraria, tidak bertentangan dengan pembangunan nasional, serta dapat menunjang program pemerintah menuju masyarakat yang adil dan makmur. 66

66

https://monenggue.blogspot.com>2012/10>tanah-adat, diakses tanggal 27 Juli 2017, pukul 17:20 wib.

Tanah adalah kebutuhan, setiap manusia selalu berusaha untuk memilikinya, merupakan sebuah kenyataan sekalipun ada juga yang tidak pernah memiliki tanah. Tanah dapat dimiliki siapa saja, individu, masyarakat sebagai kelompok, atau badan hukum. Suatu ketika tanah menjadi warisan atau asset perusahaan bahkan menjadi benda keramat. Jelaslah bahwa tanah memiliki nilai ekonomi, semakin banyak permintaan dan kebutuhan akan tanah, maka semakin tinggi nilai tanah dan juga tidak dapat terhindar yang berakibat pada semakin tinggi konflik tanah.

(2)

a. Tahap pertama, yaitu tahap dimana manusia memperoleh kehidupannya dengan cara memburu binatang, mencari buah-buahan hasil hutan, mencari ikan di sungai atau di danau.

b. Tahap kedua, yaitu bahwa pada tahap ini manusia sudah mulai mengenal cara bercocok tanam. Mereka mulai menetap di suatu tempat tertentu selama menunggu hasil tanaman.

c. Tahap ketiga, yaitu tahap dimana manusia mulai menetap di tempat tertentu dan tidak ada lagi perpindahan periodic. Untuk kelangsungan hidupnya sudah mulai dari hasil pertanian dan peternakan. 67

Dalam pandangan hukum bahwa hubungan manusia dengan tanah menjadi semakin penting, karena selain hak komunal ada juga hak perorangan. Hak komunal merupakan hak kodrati manusia sebagai makhluk social, namun agar manusia dapat hidup bertahan harus didukung oleh hak pribadi.

Menurut hukum adat, selain hubungan hukum, manusia dengan tanahnya mempunyai hubungan kosmis-magis-religius. Hubungan ini bukan saja antara individu dengan tanah, juga antara sekelompok anggota masyarakat suatu masyarakat hukum adat (rechtshemeentschap) dalam hubungan hak ulayat. Di beberapa daerah diperlukan pengakuan dari kepala masyarakat hukum adat untuk memungkinkan sebidang tanah menjadi hak milik. Pada zaman kolonial terjadi juga proses peralihan hak milik melalui campur tangan pihak penguasa dalam bentuk izin pembukaan hutan, sedangkan kepada orang bukan pribumi dalam

67

(3)

bentuk pemberian hak eigendom, erfacht, dan postal oleh Gubernur Jenderal melalui Pengadilan Negeri (PN). 68

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 B ayat (1) dan (2) dikatakan bahwa: (1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus atau istimewa yang diatur dengan undang-undang. (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisional nya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. 69

Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), hukum tanah nasional disusun berdasarkan Hukum Adat tentang tanah yang dinyatakan dalam konsiderans/UUPA. Dalam Pasal 5 UUPA dinyatakan bahwa: Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air, dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini, dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu yang mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama. 70

68Ibid,

hlm.100.

69

Pasal 18 B ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945

70

(4)

B. Hak-Hak Masyarakat Hukum Adat terhadap Tanah Adat

Hak ulayat adalah serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum adat yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya. Wewenang dan kewajiban ini ada yang termasuk bidang hukum perdata, yaitu adanya unsur kepunyaan bersama atas tanah tersebut dan ada yang termasuk hukum publik, yaitu tugas kewenangan untuk mengelola, mengatur dan memimpin penguasaan, pemeliharaan, peruntukan, dan penggunaannya. Hak ulayat ini meliputi semua tanah yang ada dalam lingkungan wilayah masyarakat hukum yang bersangkutan baik yang sudah dihaki oleh seseorang maupun yang belum. Jadi masyarakat hukum adatlah sebagai penjelmaan dari seluruh anggotanya yang mempunyai hak ulayat, bukan seseorang.

Para anggota masyarakat hukum adat mempunyai kekusaan untuk membuka dan mempergunakan tanah yang termasuk lingkungan wilayah hukumnya. Tetapi untuk menjaga jangan sampai terjadi bentrokan dengan anggota masyarakat lainnya, misalnya tanah yang akan dibuka pula oleh anggota masyarakat lainnya, maka sebelum ia membuka ia harus memberitahukannya kepada penguasa adat. Pemberitahuan tersebut bukan bersifat permintaan ijin, oleh karenanya ia tidak diwajibkan untuk membayar sesuatu. 71

Berlakunya hak ke dalam maka tiap anggota persekutuan dapat mengusahakan tanah, dengan demikian dapat melahirkan hak-hak atas tanah yang dinamakan hak perorangan. Hak perorangan atas tanah adalah hak yang lahir dari

71

(5)

hubungan tanah dengan seseorang diluar hak ulayat dari masyarakat hukum adat. Hak-hak perorangan atas tanah adat yang dikenal adalah:

1. Hak Milik

Hak milik atas tanah atau disebut juga dengan istilah “hak milik terikat”, yaitu hak yang dibatasi oleh hak komunal. Yang dimaksud dengan hak milik adalah hak dari anggota masyarakat (hak perorangan) untuk menguasai secara penuh atas tanah. Sifat berkuasa sepenuhnya adalah penguasaan seperti milik sendiri, seperti dalam arti menguasai rumah, ternak, dan benda lain miliknya. Namun demikian, tetap dibatasi oleh hak-hak sebagai berikut:

a. Hak ulayat masyarakat hukum.

b. Kepentingan-kepentingan lain yang memiliki tanah.

c. Peraturan-peraturan/hukum adat seperti kewajiban memberi izin ternak orang lain selama tidak dipagari atau tidak dipergunakan.

Hak milik atas tanah dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: 72 a. Membuka tanah

Setiap warga masyarakat hukum mempunyai hak membuka hutan atau tanah belukar yang masih dalam lingkungan hak ulayat masyarakat hukum. Dengan sepengetahuan kepala persekutuan ia memilih sebidang tanah, membuat, dan menempatkan tanda-tanda batas, kemudian memberi sedekah berupa selamatan sekadar menurut adat kebiasaan setempat. Dengan demikian terciptalah hubungan antara si pembuka tanah dengan tanahnya, dengan konsekuensi: ia berhak mengolahnya, sedangkan orang lain tidak boleh mengganggunya.

72

(6)

Tindakan yang dilakukan si pembuka tanah ini dengan sendirinya akan mengurangi intensitas hak ulayat, yang lambat laun dengan pengusahaan/pengerjaan secara terus menerus atau kontinu dapat melahirkan hak milik perorangan atas tanah.

b. Mewaris tanah

Yang dimaksud dengan mewaris tanah adalah suatu tindakan yang dimaksudkan untuk pengoperan atau penerusan tanah generasi ke generasi berikutnya. Mewaris tanah terjadi sebagai akibat pengaruh hubungan hak masyarakat hukum dengan hak perseorangan, di mana hak masyarakat hukum menipis maka disitulah ahli waris dari pemilik tanah yang meninggal selalu mendapat hak milik atas tanah itu sebagai warisan. Di mana hak masyarakat hukum adat masih kuat, terdapat peraturan istimewa mengenai hak warisan tanah.

c. Pembelian, pertukaran, hibah

(7)

2. Hak Menikmati Hasil

Hak menikmati hasil (genotrecht) adalah hak yang diperoleh warga masyarakat hukum ataupun orang lain, yaitu orang di luar warga masyarakat hukum, yang dengan persetujuan pemimpin masyarakat hukum untuk mengolah sebidang tanah selama satu atau beberapa kali panen. Hak memungut hasil, Supomo menyebut hak usaha atas sebidang tanah, yaitu suatu hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menganggap sebidang tanah tertentu sebagai tanah miliknya, asal saja ia memenuhi kewajiban-kewajiban serta menghormati pembatasan-pembatasan yang melekat pada hak itu. Van Vollenhoven menamakan hak menggarap, yang menurutnya si pemilik hak usaha terhadap tuan tanah yang mempunyai hak eigendom atas tanah partikelir adalah membayar semacam pajak yang dinamakan “cukai” dan melakukan macam-macam pekerjaan untuk keperluan tuan tanah. 73

3. Hak Wewenang Pilih/Hak Terdahulu

Bagi warga masyarakat hukum adat dimungkinkan untuk mengembangkan hak menikmati menjadi hak milik, sehingga diperkenankan mengolah tanahnya selama beberapa kali panen berturut-turut. Bagi orang luar/asing hak menikmati hasil pada umumnya hanya berjalan sepanjang satu kali panen setelah membayar syarat-syarat tertentu.

Hak wewenang pilih (voorkeursrecht) adalah hak yang diberikan kepada seseorang untuk mengusahakan tanah di mana orang itu lebih diutamakan dari orang lain. Selama masih ada tanda-tanda batas tanah maka tanah itu masih ada

73

(8)

hubungannya dengan orang yang akan menggarapnya. Hak wewenang pilih diberikan kepada:

a. mereka yang melekat suatu tanda larangan atau mereka yang pernah membuka tanah;

b. orang yang terakhir mengusahakan tanah;

c. orang yang tanahnya berbatasan dengan tanah belukar.

Menurut Soekanto, hak wewenang pilih/hak terdahulu member kesempatan kepada warga yang pertama kali membuka tanah dan yang mengerjakan tanah itu, untuk lebih dahulu kembali menggarap tanah-tanah yang dimaksud, apabila berhubungan dengan sesuatu hal tanah itu ia tinggalkan untuk sesuatu masa tertentu. 74

4. Hak Wewenang Beli

Hak wewenang beli (naastingsrecht) adalah hak yang diberikan kepada seseorang untuk membeli sebidang tanah dengan mengesampingkan orang lain. Wewenang beli diberikan kepada:

a. sanak saudara atau kerabat si penjual;

b. pemilik tanah yang berbatasan dengan tanah miliknya;

c. tetangga/warga atau anggota-anggota masyarakat hukum/desa. 5. Hak Karena Jabatan

Pada umumnya tanah jabatan ini terdapat di seluruh Indonesisa. Hak karena jabatan adalah hak dari pengurus atau pejabat masyarakat hukum adat sebidang tanah untuk menikmati hasil selama ia memegang jabatannya. Maksud

74

(9)

pemberian hak itu adalah untuk menjamin penghasilan pejabat tersebut. Isi hak itu adalah pejabat yang bersangkutan boleh mengerjakan tanah jabatan itu atau menyewakannya kepada orang lain, tetapi ia tidak boleh menjual atau menggadaikannya. Kalau yang bersangkutan sudah selesai masa jabatannya maka tanah yang bersangkutan kembali kepada hak masyarakat hukum adat atau berpindah ke tangan pejabat yang menggantikannya.

6. Konversi Hak-Hak Tanah Adat

Dengan berlakunya UUPA maka hak atas tanah yang diatur atau yang tunduk pada hukum adat dapat dikonversi sesuai dengan hak yang tercantum dalam UUPA. Adapun pengaturan mengenai konversi hak-hak atas tanah adat setelah berlakunya UUPA adalah sebagai berikut:

a. Hak milik Yasan sesuai dengan ketentuan konversi Pasal II ayat (1) UUPA menjadi hak milik ex Pasal 28 ayat (1) UUPA.

b. Hak masyarakat hukum adat yang tidak mungkin menjadi hak milik sesuai dengan ketentuan konversi VII UUPA, hak ini menjadi hak pakai ex Pasal 41 ayat (1) UUPA.

c. Hak milik atas tanah yang jatuh kepada ahli warisnya karena meninggal si pemilik, sesuai dengan ketentuan-ketentuan konversi pasal VII menjelma menjadi hak milik ex Pasal 20 ayat (1) UUPA.

d. Tanah-tanah sawah jabatan sesuai denagn konversi pada VI UUPA menjadi hak pakai ex Pasal 41 ayat (1) UUPA. 75

75

(10)

C. Manfaat dan Dampak Kegiatan Penanaman Modal terhadap

Masyarakat Adat

Seiring dengan dibukanya kegiatan penanaman modal baik penanaman modal dalam negeri maupun luar negeri, masuklah perusahaan-perusahaan besar ke tanah air yang ingin menanamkan modalnya dalam berbagai bidang usaha. Kegiatan usaha tersebut memerlukan tanah sebagai modal utamanya. Kebutuhan perusahaan akan tanah ini difasilitasi oleh negara (pemerintah) diantaranya dengan pemberian izin lokasi.

Namun di beberapa daerah, pemberian izin lokasi untuk usaha penanaman modal seringkali menimbulkan persoalan karena lokasinya mencakup tanah adat yang sangat penting artinya bagi suatu masyarakat adat. Masalah muncul karena masyarakat adat telah lama menempati, menguasai atau mengusahakan tanah adat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara turun temurun. Namun atas nama penguasaan negara atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 33 ayat (3) UUD Tahun 1945, pemerintah memberikan izin (konsesi) penggunaan tanah adat untuk kegiatan penanaman modal tanpa melibatkan partisipasi masyarakat adat dalam pemberian izin tersebut. 76

Tidak jarang konflik lahan mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas hak asasi manusia (HAM). Sengketa lahan menempati angka tertinggi dalam kasus pelanggaran HAM di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan Komnas HAM tahun 2010, tercatat pengaduan kasus sengketa lahan mencapai 819 kasus. Sementara periode September 2007 hingga September 2008, pengaduan

76

(11)

pelanggaran hak atas tanah menempati peringkat kedua dengan jumlah kasus 692 kasus. Berbagai sengketa lahan yang terjadi seringkali menimbulkan banyak korban jiwa selain juga harta benda yang tidak terhitung nilainya. Sengketa lahan juga mengakibatkan 82.726 keluarga tergusur dari tanah mereka.

Data tersebut menunjukkan pengakuan dan perlindungan pemerintah terhadap hak masyarakat adat atas tanah adatnya masih perlu dipertanyakan. Mengingat pasal 18 B UUD Tahun 1945 mengamanatkan “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”. Berdasarkan ketentuan tersebut, upaya pemerintah untuk meningkatkan penanaman modal hendaknya tetap memperhatikan pengakuan dan penghormatan terhadap kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak atas tanah adatnya. 77

1. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat.

Adapun yang menjadi manfaat kegiatan penanaman modal terhadap masyarakat adat adalah :

2. Menambah pendapatan masyarakat.

3. Memberikan kesadaran hukum bagi masyarakat untuk menjaga wilayah melalui hukum adat.

4. Menambah pengetahuan masyarakat di bidang teknologi. 5. Berpengalaman dalam kegiatan penanaman modal. 6. Menjadi daerah tujuan investor.

77

(12)

D. Kegiatan Penanaman Modal dalam Wilayah Tanah Adat

Kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat berdasarkan Pasal 1 UUPM adalah dibenarkan. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan status tanah adalah tanah adat, maka investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah tanah adat tersebut harus terlebih dahulu melakukan survey ke wilayah tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas apakah tanah tersebut dapat dijadikan menjadi lokasi untuk melakukan kegiatan penanaman modal.

Dalam hal tanah yang diperlukan merupakan tanah hak ulayat masyarakat hukum adat yang menurut kenyataannya masih ada, penanam modal wajib melakukan musyawarah dengan masyarakat hukum adat pemegang hak ulayat dan warga pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, untuk memperoleh kesepakatan mengenai penyerahan tanah dan imbalannya.

(13)

dipaksakan, maka akan menimbulkan konflik. Tahap selanjutnya adalah penanam modal perlu melakukan sosialisasi dan musyawarah dengan masyarakat hukum adat untuk membuat kesepakatan mengenai pengalihan tanah adat menjadi usaha kegiatan penanaman modal. 78

Berdasarkan Pasal 15 UUPM, ada beberapa kewajiban penanam modal, yaitu:

Apabila pihak penanam modal dan juga masyarakat adat sudah sepakat untuk menjadikan tanah adat menjadi lokasi kegiatan penanaman modal, maka harus ada perjanjian yang mengikat kedua belah pihak tersebut. Sehingga apabila salah satu dari pihak yang telah mengikat perjanjian melanggar ketentuan yang sudah disepakati, maka hal tersebut dapat dipertanggung jawabkan di depan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

79

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;

e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

78

wib.

79

(14)

Sedangkan tanggung jawab penanam modal berdasarkan Pasal 16 UUPM adalah: 80

a. menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja;

f. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

E. Hak Masyarakat Adat terhadap Kegiatan Penanaman Modal dalam

Wilayah Tanah Adat

Sehubungan dengan diadakannya kegiatan penanaman modal di wilayah tanah adat, maka masyarakat hukum adat tetap mendapat hak terhadap kegiatan penanaman modal tersebut. Terlaksananya kegiatan penanaman modal tentu tidak melupakan keberadaan tanah atau lokasi penanaman modal yang adalah hak milik masyarakat adat. Penanam modal atau investor juga tidak akan mempergunakan hak masyarakat adat dengan semena-mena, karena dasar terjadinya penanaman

80

(15)

modal di wilayah tanah adat adalah atas dasar adanya kesepakatan yang diperoleh dari musyawarah dengan masyarakat adat. Apabila terjadi sengketa atau permasalahan dalam perusahaan yang sudah dijalankan dalam hal kegiatan penanaman modal, maka penanam modal tidak berhak mengambil keputusan sendiri untuk menanganinya apalagi jika menyangkut soal pertanahan. Hal ini harus terlebih dahulu dibicarakan antara penanam modal dengan pemilik tanah.

Hak masyarakat adat terhadap kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat adalah dengan adanya hak atas kompensasi tanah yang diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang kepada pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman dan atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah tanpa dilakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan/atau benda-benda lain yang terkait dengan tanah. 81

Kompensasi diberikan oleh pemegang izin. Kompensasi atas tanah diberikan kepada pemegang hak atas tanah, masyarakat ulayat hukum adat dan nadzir bagi tanah wakaf. Sedangkan kompensasi atas bangunan, tanaman atau benda lain yang terkait dengan tanah diberikan kepada pemilik yang berhubungan dengan tanah baik diatas tanah miliknya sendiri, milik orang lain maupun di atas tanah Negara. 82

81

Pasal 1 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38 Tahun 2013 tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman.

82

(16)

Tata cara pemberian kompensasi diatur dalam Pasal 15 dan Pasal 16 dalam Peraturan Menteri ESDM, yaitu:

Pasal 15

(1) Dalam rangka penetapan pemberian kompensasi, pemegang izin berkoordinasi dengan unsur pemerintah daerah dan apabila dipandang perlu dapat meminta bantuan instansi/dinas teknis terkait setempat; (2) Dalam rangka pelaksanaan pemberian kompensasi sebagaimana

dimaksud ayat (1) apabila diperlukan pemegang izin wajib melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat;

(3) Pemegang izin dapat mulai melaksanakan penarikan konduktor setelah pembayaran kompensasi dilaksanakan atau setelah mendapat izin dari pemegang hak.

Pasal 16

(1) Pembayaran kompensasi diberikan langsung kepada yang berhak; (2) Pelaksanaan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

disaksikan oleh pejabat daerah yang berwenang;

(3) Pemegang izin wajib mendokumentasikan seluruh proses pemberian kompensasi. 83

83

(17)

PENGATURAN PENANAMAN MODAL DI WILAYAH TANAH ADAT DI

KABUPATEN SAMOSIR

A. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir tentang

Penanaman Modal

Penyelenggaraaan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam satu kabupaten/kota menjadi urusan kabupaten/kota dengan tujuan mendorong kegiatan ekonomi, penciptaan iklim usaha yang semakin kondusif dan menarik.

Sesuai dengan tujuan dan arah kebijakan pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri sehingga dapat dikur sejuah mana keberhasilan pembangunan daerah, hal itu tidak terlepas dari sistem pemerintahan yang berlaku. Diharapkan pembangunan yang dilaksanakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun dalam pelaksanaan pembangunan tersebut harus memperhatikan beberapa aspek antara lain; kondisi geografis, social budaya masyarakat, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, serta infrastruktur yang dimiliki, maka dalam pelaksanaan pembangunan daerah untuk pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan sekali aspek penanaman modal di daerah. 84

Berdasarkan Bab III Pasal 3, 4, dan 5 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan

84

(18)

Penanaman Modal Asing, tata cara penanaman modal di Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut: 85

(1) Calon Penanam Modal yang akan melakukan kegiatan penanaman modal dalam rangka PMDN maupun PMA , wajib mengajukan permohonan penanaman modal kepada Bupati melalui Kepala Badan.

Pasal 3

(2) Calon Penanam Modal harus mendapatkan Surat Persetujuan (SP) atau Persetujuan Prinsip PMDN maupun PMA yang dikeluarkan oleh Kepala Badan atas nama Bupati.

(3) Calon Penanam Modal yang telah memperoleh Surat Persetujuan (SP) atau Persetujuan Prinsip penanaman modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus menyelesaikan perizinan lainnya sesuai dnegan bidang usaha yang diinginkan ke Badan.

Pasal 4

(1) Calon Penanam Modal baik PMDN maupun PMA yang memerlukan pembebasan lahan, baik untuk pertambangan, pertanian, perkebunan, peternakan, perindustrian, pertokoan, dan perhotelan serta kegiatan lainnya wajib mengajukan proposal terlebih dahulu kepada Bupati melalui Kepala Badan.

(2) Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Penanam Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bupati dapat membantu kelancaran penyediaan lahan yang diperlukan oleh Penanam Modal baik PMDN maupun

85

(19)

PMA sesuai dengan permohonan yang diajukan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tata ruang Kabupaten Samosir.

(3) Lahan-lahan yang telah dikuasai Pemerintah Daerah dapat dijual, disewakan atau sebagai penyertaan modal kepada Penanam Modal.

Pasal 5

(1) Surat Persetujuan Penanaman Modal harus dibatalkan apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak tanggal dikeluarkan tidak ada realisasi proyek dalam bentuk kegiatan yang nyata baik dalam bentuk administrasi ataupun dalam bentuk fisik, yang ditindaklanjuti dengan surat permohonan dari Kepala Badan.

(2) Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dapat diperpanjang dengan persetujuan dari Kepala Badan.

(3) Dalam hal perluasan atau penambahan modal investasi serta fasilitasnya, Penanam Modal wajib mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala Badan.

Untuk memperoleh izin usaha, calon penanam modal dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati melalui Kepala Badan. Adapun syarat permohonan tersebut dengan melampirkan: 86

a. Administrasi usaha dan ketenagakerjaan; b. Kebutuhan utilitas;

c. Perjanjian antara calon penanam modal dengan pemilik tanah;

86

(20)

d. Rekaman Dokumen, Akta Pendirian Perusahaan, Pengesahan Kehakiman, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

e. Rekomendasi Tata Ruang; f. Izin pelaksanaan lainnya;

g. Dokumen AMDAL, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan/UKL dan Upaya Pemantauan Lingungan/UPL serta Pernyataan Pengelolaan Lingkungan/SPL sebelum perusahaan melakukan kontruksi dan disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup dan instansi teknis di daerah.

Apabila sudah memenuhi syarat administrasi yang telah ditentukan, maka permohonan diberikan tanda diterima. Pemberian izin ditetapkan dengan Keputusan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan.

Apabila permohonan ditolak, maka keputusan penolakan harus dengan alasan yang jelas, sekaligus mengembalikan berkas permohonan. Keputusan penolakan disampaikan kepada pemohon dalam waktu paling lama 40 (empat puluh) hari terhitung sejak diterimanya permohonan. 87

Lebih lanjut dikatakan dalam Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing bahwa penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam Kabupaten Samosir menjadi urusan Pemerintah Daerah.

87

(21)

Dan untuk usaha sektor industri, kewenangan pemberian Izin Usaha Indusrti (IUI), Izin Perluasan dan Tanda Daftar Industri (TDI) berada pada Bupati dengan skala investasi sampai dengan Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 88

88

Pasal 6 Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 10 Tahun 2011 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing.

B. Ketentuan Bagi Investor dalam Perizinan dan Non Perizinan di Bidang

Penanaman Modal di Wilayah Tanah Adat Kabupaten Samosir

(22)

Mengenai ketentuan bagi investor dalam hal perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal di wilayah tanah adat Kabupaten Samosir, Pemerintah Kabupaten Samosir telah mengeluarkan Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir. Peraturan ini merupakan syarat maupun ketentuan yang harus dipenuhi oleh calon investor apabila ingin menanamkan modalnya di Samosir.

Perizinan adalah segala bentuk persetujuan untuk melakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 89

Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) adalah sistem elektronik pelayanan perizinan dan non perizinan yang terintegrasi antara BKPM dan Kementerian/Lembaga Pemerintah Non Departemen yang memiliki kewenangan perizinan dan non perizinan. Perangkat Daerah Provinsi Penanaman Modal dan Perangkat Daerah Kabupaten Penanaman Modal.90

Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) adalah sesuatu yang dipakai atau sebutan lain sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran

89

Pasal 1 angka 13 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.

90

(23)

dalam acara atau yang disebut cara yang harus ditempuh dalam melaksanakan pelayanan perizinan. 91

Prosedur yang harus dilakukan oleh investor dalam hal pelayanan perizinan dan non perizinan adalah: 92

(1) Penanam Modal dapat mengajukan permohonan perizinan dan non perizinan di bidang penanaman modal secara manual atau melalui SPIPISE kepada BPMPT;

(2) Permohonan perizinan dan non perizinan secara manual dilakukan dengan cara pemohon datang langsung ke Kantor Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir;

(3) Permohonan perizinan dan non perizinan secara elektronik atau melalui SPIPISE dilakukan dengan cara pemohon mengajukan permohonan melalui internet.

Penandatanganan Izin Lokasi untuk Bidang Penanaman Modal tetap berada pada Bupati Samosir, namun pemprosesan/pengelolaan pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir. 93

91

Pasal 1 angka 18 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.

92

Pasal 2 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur

Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir.

93

Pasal 3 Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur

(24)

Salah satu objek wisata di Samosir yang sudah mendunia adalah Danau Toba. Danau Toba sebagai satu dari 10 destinasi wisata andalan Indonesia membuat para investor semakin bergerak. Salah satu daerah yang paling diincar investor yakni Pulau Samosir, khususnya kawasan wisata Tuktuk hingga Simanindo. Ditaksir sudah terjadi kurang lebih 100 transaksi jual-beli tanah pada tahun 2015-2016 di Samosir.

(25)

hanya dilakukan di depan kepala desa. Kebanyakan pembeli investor kemudian diberi marga. 94

1. Adanya sertifikat tanah yang menyatakan bahwa tanah tersebut adalah tanah adat.

Status semua tanah yang dipergunakan dalam kegiatan penanaman modal di Samosir adalah tanah adat. Namun setelah zaman berkembang dan pemilik tanah adat juga sudah banyak yang merantau ke luar Samosir, maka sebagian tanah adat tersebut dapat dijadikan menjadi lokasi penanaman modal. Letak Samosir yang berada diantara Danau Toba jelas sangat menarik investor dalam negeri maupun investor asing. Akan tetapi tidak semua lokasi yang menjadi sasaran penanaman modal yang di incar investor menjadi lokasi penanaman modal yang sesungguhnya. Hal ini diakibatkan karena status keberadaan tanah masih tanah adat dan masih dikuasai oleh petua-petua adat setempat. Apabila calon investor tetap akan mengadakan kegiatan modal di atas tanah adat tersebut, maka harus terlebih dahulu diadakan mufakat/musyawarah dengan mayarakat adat setempat ataupun penatua adat. Tindakan ini dilakukan supaya kegiatan penanaman modal yang dilakukan jelas status/keberadaannya sehingga akan terhindar dari konflik atau sengketa yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Adapun syarat atau ketentuan apabila tanah adat sudah disetujui untuk dijadikan lokasi kegiatan penanaman modal adalah:

2. Surat persetujuan dari masyarakat adat yang diwakili oleh petua adat setempat.

94

(26)

3. Surat perjanjian kontrak tanah antara investor dengan petua adat.

4. Batasan-batasan wilayah tanah adat yang akan digunakan menjadi lokasi penanaman modal.

5. Harga atau biaya selama kegiatan penanaman modal dilangsungkan. 95

C.Jaminan Hukum Penanaman Modal Bagi Masyarakat Adat atas Tanah

Adat di Kabupaten Samosir

Bapak Resman Simbolon mengatakan bahwa “Pengaturan masyarakat adat di dalam hukum negara mulai dari level UUD sampai peraturan di bawahnya masih bersifat ambigu karena tidak jelas dan tidak tegas. Dikatakan tidak jelas karena tidak terinci bagaimana hak dan posisi masyarakat adat dalam kerangka kebijakan negara secara lebih luas dalam ikhtiar kesejahteraan sosial secara bersama. Dikatakan tidak tegas karena belum ada pengaturan yang dapat ditegakkan untuk mengatasi persoalan-persoalan lapangan yang selama ini dialami masyarakat adat seperti “perampasan” ulayat dan ancaman kriminalisasi dari hukum negara, terutama perundang-undangan yang berkaitan dengan sumberdaya alam”.96

Ada dua kemungkinan mengapa pengaturan masyarakat adat dalam hukum negara dari dahulu sampai hari ini masih kabur. Pertama: Pemerintah Kabupaten Samosir dalam kapasitas sebagai regulator tidak mampu mengkonstruksi keragaman masyarakat adat dengan totalitas sosialnya ke dalam

95

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.

96

(27)

suatu perundang-undangan yang bersifat tertulis, publik dan general secara akomodatif. Hal ini dikarenakan kondisi dari masyarakat Samosir sendiri yang masih tergolong dalam hukum adat. Kemungkinan kedua, Pemerintah Kabupaten Samosir enggan atau tidak mau membuat aturan yang menguatkan keberadaan masyarakat adat. Kekaburan pengaturan masyarakat adat pada kenyataannya menguntungkan penguasa politik dan pengusaha swasta besar karena dapat memanipulasi hukum yang terlanjur melemahkan masyarakat adat. 97

Jaminan hukum bagi masyarakat adat telah mendapat jaminan yang terdapat dalam Pasal 18 B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi :”negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.”

Undang-Undang sudah memberikan janji bahwa masyarakat adat harus dihormati dan diakui. Pengalaman ketidakadilan dan peminggiran selama ini sudah cukup menjadi konsideran untuk lahirnya suatu pengaturan yang lebih baik bagi masyarakat adat. Meskipun lahirnya suatu aturan yang baik belum tentu berdampak pada jaminan sosial masyarakat adat. Setidaknya peraturan hukum yang lebih jelas dan tegas bisa menjadi salah satu jaminan hukum bagi masyaratakat adat yang ada di wilayah Kabupaten Samosir.

98

97

Wawancara dengan Resman Simbolon, pada tanggal 4 Agustus 2017 di Kantor Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir.

98

Pasal 18B Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

(28)
(29)

A.Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang dijelaskan dalam skripsi ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(30)

2. Kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat berdasarkan Pasal 1 UUPM adalah dibenarkan karena kegiatan penanaman modal dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia. Sehubungan dengan status tanah adalah tanah adat, maka investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah tanah adat tersebut harus terlebih dahulu melakukan survey ke wilayah tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas apakah tanah tersebut dapat dijadikan menjadi lokasi untuk melakukan kegiatan penanaman modal. Mekanisme yang seharusnya ditempuh penanam modal yang mencakup tanah adat adalah mendatangi masyarakat adat khususnya tokoh-tokoh adat, kepala adat, kepala desa, temenggung adat, dan sebagainya. Pada tahap awal, penanam modal perlu memberitahukan bahwa yang bersangkutan telah mendapatkan izin usaha dan minta izin kepada masyarakat adat apakah diperkenankan untuk membuka usaha penanaman modal di wilayah tanah adatnya. Jika masyarakat adat mengizinkan, maka barulah aparat terkait dapat mengeluarkan izin lokasi usaha penanaman modal. Namun jika masyarakat adat menolak, penanam modal seharusnya mencari lahan di tempat lain karena jika dipaksakan, maka akan menimbulkan konflik. Tahap selanjutnya adalah penanam modal perlu melakukan sosialisasi dan musyawarah dengan masyarakat hukum adat untuk membuat kesepakatan mengenai pengalihan tanah adat menjadi usaha kegiatan penanaman modal.

(31)

Danau Toba yang indah sebenarnya menjadi daya tarik bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Samosir. Akan tetapi karna sebagian besar tanah di Samosir masih tanah adat, maka para investor hanya diperbolehkan menanamkna modalnya di wilayah tertemtu saja. Dan sebelum diadakan kegiatan penanaman modal, investor dan pemilik tanah sudah terlebih dahulu melakukan musyawarah dan membuat suatu perjanjian untuk kemudian tanahnya bias diusahakan oleh investor yang bersangkutan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan, maka penulis juga mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan bahan masukandan pertimbangan. Saran-saran tersebut antara lain :

1. Kegiatan penanaman modal yang dilakukan di wilayah tanah adat Samosir perlu mendapat dukungan dari masyarakat adat tersebut misalnya berupa pemberian tanah untuk dikelola oleh investor sehingga akan memajukan tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

2. Daerah Samosir perlu dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk memudahkan para investor berkunjung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas Kesehatan Kerja Keselamatan Kerja (X1) dan Kesehatan Kerja (X2) terhadap masalah K3 secara simultan dan

Pengkajian Warta Litbang Pertanian bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan Warta Litbang Pertanian oleh penyuluh pertanian pemerintah provinsi dan kepuasan penyuluh setelah membaca

Berdasarkan latar belakang masalah serta masalah-masalah lain yang telah dikenalpasti, penulis ingin membangunkan satu laman web bercirikan Pembelajaran Berbantukan

Koniyo Andri dan Kusrini, 2007, Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi. Akuntansi dengan Visual Basic dan Microsoft SQL Server , CV Andi

Sebaiknya dimungkinkan ada penjualan langsung tidak harus pesan terlebih dahulu untuk melayani penjualan terhadap konsumen

Dalam penelitian ini, untuk mengukur keputusan nasabah dalam memilih produk Tabungan iB Hasanah digunakan Skala Likert , dimana masing-masing pertanyaan diberi skor

Alasan utama dipilihnya bunglon sebagai sumber ide untuk berkarya, karena bunglon merupakan hewan reptil yang memiliki wajah ekspresif seperti manusia dan dapat merubah

Di antara senyawa berikut yang dapat dibuat dari reaksi antara bromoetana dengan kalium sianida dan kemudian produk yang terbentuk direduksi lebih lanjut, adalah :..