• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Country of Origin dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli (Survei Pada Mahasiswa i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uninversitas Sumatra Utara Pengguna Smartphone Xiaomi)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Country of Origin

2.1.1 Pengertian Country of Origin

Majunya perkembangan teknologi dan pentingnya keberadaan internet saat ini, telah membuat kebutuhan masyarakat akan suatu produk semakin meningkat. Hal ini juga membuat peningkatan jumlah produksi dan pemasaran produk meningkat. Peningkatan jumlah produksi dan pemasaran ini memberikan peluang yang besar bagi perusahaan untuk memasuki pasar-pasar baru demi meningkatkan laba dan penjualan. Pasar baru tersebut adalah pasar luar negeri.

Ada dua cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam memasuki pasar luar negeri, salah satunya adalah dengan cara mengekspor ke pasar luar negeri. Kebanyakan perusahaan memulai keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan mengekspor, yaitu menjual beberapa produksi reguler mereka di luar negeri (Ball dkk, 2005:110). Mengekspor merupakan cara yang paling bagus untuk memperoleh rasa berbisnis internasional tanpa meningkatkan suatu sumber daya manusia atau keuangan dalam jumlah besar. Ekspor dapat bersifat langsung maupun tidak langsung.

(2)

Sebelum melakukan ekspor, setiap perusahaan perlu mencantumkan merek sebagai pengenal dan pembeda dari produk tersebut dengan produk sejenis lainnya yang ada dipasaran.Selain sebagai identitas produk, merek juga menjadi identitas daripada negara pembuat atau pemasar produk tersebut agar dikenal di pasar global.

Ketika produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang baik, maka konsumen akan langsung mengenali merek serta mengenali negara asal (country of origin) pembuat produk tersebut. Sehingga konsumen pun berasumsi bahwa

produk dari negara tersebut memiliki kualitas yang baik. Hal inilah yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap kualitas suatu produk dan mengaitkannya dengan negara asalnya (country of origin).

Istilah Country of Origin dinyatakan dengan label ‘made in’. Label ‘made

in’ ini digunakan di setiap produk yang akan dipasarkan secara global sebagai

tanda bahwa produk tersebut dibuat dan diproduksi oleh negara yang

bersangkutan. Semakin bagus citra negara, semakin penting label ‘made in’ harus

ditampilkan.

(3)

2.1.2 Perspektif Country of Origin Dalam Pemasaran

Di beberapa segmen pasar, produk asing mempunyai keunggulan yang cukup besar dibandingkan produk domestik hanya karena produk tersebut buatan luar negeri (Keegan, 2008:91). Seperti pada penelitian di Amerika Serikat mengenai produk bir. Saat dilakukan blind test untuk merasakan bir domestik dan impor, subjek lebih menyukai bir domestik. Namun ketika dilakukan test terbuka, subjek lebih memilih bir impor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa produk luar negeri mempunyai pengaruh positif terhadap persepsi tentang mutu.

Konsumen di Indonesia juga menjadikan negara asal sebagai salah satu evaluasi dalam memilih produk. Konsumen Indonesia dikenal sebagai konsumen yang menyukai produk impor (Sangadji dan Sopiah, 2013:132). Mereka menganggap produk impor sebagai produk yang lebih berkualitas dibanding produk lokal. Produk yang berasal dari negara-negara maju seperti Amerika dan Jepang sangat digemari oleh konsumen Indonesia.

Selain itu, masyarakat masih memiliki pandangan terhadap gengsi atau prestige. Masyarakat percaya bahwa jika menggunakan produk asing, mereka

dianggap memiliki kemampuan ekonomi yang tinggi. Dalam salah satu studi, konsumen Cina di Hong Kong menganggap produk AS sebagai produk yang bergengsi dan produk Cina sebagai produk yang murah (Kotler dan Keller, 2009:339). Oleh karena itu, konsumen di Cina lebih memilih produk AS yang lebih bergengsi daripada produk dari negaranya sendiri.

(4)

produk dan negara yang telah terbentuk dari pengalaman, rumor, dan mitos (Cateora dan Graham, 2007:71). Sebagai contoh, konsumen biasanya memiliki stereotip yang luas namun kurang jelas mengenai negara dan kategori produk tertentu yang dinilai sebagai yang terbaik.

Negara juga bisa distereotipkan berdasarkan industrialisasinya (Cateora dan Graham, 2007:72). Stereotip ini lebih kepada persepsi atas kualitas produk yang diproduksi negara tersebut. Negara-negara industri memiliki citra kualitas tinggi dibandingkan produk dari negara berkembang. Di Rusia contohnya, produsen elektronik dari Korea Selatan sulit meyakinkan orang Rusia bahwa produk mereka sama baiknya dengan produk Jepang. Hal ini dikarenakan, negara Jepang awalnya sudah terkenal dengan industri elektroniknya yang berkualitas tinggi, sehingga orang Rusia masih mencurigai produk Korea Selatan.

Menurut Hsieh et al. (Setianingsih, 2016:17-18) pada dasarnya, citra negara dalam perspektif pemasaran dapat didefinisikan pada tiga tingkat, yaitu :

1) Overall country image (citra negara keseluruhan)

Merupakan keseluruhan kepercayaan, ide dan kesan dari suatu negara tertentu sebagai hasil evaluasi konsumen atas persepsinya tentang kelebihan dan kelemahan negara tersebut.

2) Aggregate product country image (citra negara asal produk keseluruhan)

Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan produk dari negara tertentu atau kesan terhadap keseluruhan kualitas produk yang berasal dari suatu negara tertentu.

(5)

Merupakan keseluruhan perasaan kognitif yang diasosiasikan dengan spesifikasi produk dari negara tertentu.

2.1.3 Indikator-indikator Country Of Origin

Berdasarkan penjelasan mengenai Country of Origin di atas, ada 5 hal yang menjadi indikator dari Country of Origin suatu produk, yaitu:

1. Tingkat kemajuan teknologi

Kemajuan teknologi dari negara asal dalam menghasilkan produk menetukan. Dalam Cateora dan Graham (2007:85) pendekatan penting dalam pengelompokan negara dalam hal permintaan pasar adalah kemampuan mereka untuk menggunakan dan mengambil manfaat dari teknologi, khususnya saat ini banyak negara menggunakan teknologi sebagai pengungkit ekonomi untuk melompati sejumlah tahap perkembangan eknomi dalam waktu sigkat. Kemampuan untuk mengembangkan teknologi informasi mutakhir dan mengambil manfaat dari aplikasinya adalah faktor penting dalam persaingan internasional antar manejer, negara, dan perusahaan.

2. Jenis produk

(6)

3. Prestige atau gengsi

Prestige menjadi sebuah masalah yang bersifat relatif. Dikatakan demikian karena hal tersebut harus dikaitkan dengan kerhomatan atau wibawa yang didapatkan seseorang karena kemampuan memiliki berbagai macam hal terkait dengan kekayaan ataupun barang.

4. Kualitas produk

Negara asal dikenal karena menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Bukan hanya teknologi yang menjadi kunci pertumbuhan ekonomi namun bagi banyak produk mutu yang kompetitif juga menjadi penentu pada pasar global saat ini. Menurut Cateora dan Graham (2007:85) bahwa produk dipengaruhi oleh sistem kontrol digital yang berorientasi terhadap ilmu pengetahuan dalam menghasilkan keberagaman produk.

5. Citra negara asal

Menurut Infantyasning (2001:9) citra negara asal produk merupakan persepsi konsumen terhadap semua produk yang dihasilkan oleh suatu negara. Persepsi tersebut dapat berupa inovatif produk, prestige produk dan keandalan produk. 2.2 Persepsi Kualitas

(7)

2.2.1 Pengertian dan Konsep Persepsi

Engel, Blackwell dan Miniard mengutip pendapat William McGuire (Sumarwan, 2002: 69) yang menyatakan bahwa ada lima tahap pengolahan informasi, yaitu:

1. Pemaparan (exposure)

Pemaparan stimulus yang meyebabkan konsumen menyadari stimulus, yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui pancainderanya. 2. Perhatian (attention)

Kapasitas pengolahan yang dialokasikan konsumen terhadap stimulus yang masuk.

3. Pemahaman (comprehension)

Interpretasi terhadap makna stimulus. 4. Penerimaan (acceptance)

Dampak persuasive stimulus kepada konsumen. 5. Retensi (retention)

Dampak persuasif stimulus dan persuasi ke ingatan jangka panjang (long-term memory).

Mowen (Sumarwan, 2002:70) menyebut tahap pemaparan, perhatian dan pemahaman sebagai persepsi. Persepsi ini bersama keterlibatan konsumen dan memori akan mempengaruhi pengolahan informasi.

(8)

mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Sensasi yang diterima oleh sistem motorik ini disebut juga stimulus.

Adapun gambaran proses persepsi yang digambarkan oleh Solomon (Prasetijo, 2005: 77) adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Proses Persepsi (Solomon, 1999)

Input Sensorik Penerima Stimulus

Penglihatan Mata Bunyi Telinga Bau Hidung Rasa Mulut/Lidah Raba Kulit

Sumber: Prasetijo, 2005

Berdasarkan gambar di atas, input sensorik yang diterima manusia diolah/diinterpretasikan menjadi persepsi. Seperti iklan di televisi misalnya. Walaupun orang-orang tidak bisa membaui, merasakan ataupun meraba produk yang diiklankan, orang-orang masih bisa melihat dan mendengarkan pesan apa yang ingin disampaikan oleh perusahaan produk tersebut. Sehingga pesan dari iklan tersebut akan tertanam di benak si pemirsa.

Dari penjelasan mengenai proses persepsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa stimulus memiliki peranan penting dalam membangun sebuah persepsi. Pada dinamika persepsi, stimulus mana yang akan diseleksi oleh seorang individu tergantung pada (Prasetijo,2005: 77-79).

(9)

1. Sifat-sifat stimulus

Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan kemasan, nama merek, iklan, dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta lingkungan editorialnya.

2. Ekspektasi (harapan) konsumen

Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya dari informasi yang diperoleh dari media masa dan dari apa yang dilihat, didengar, dan diraba saat itu.

3. Motif

Motif adalah alasan apa yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan ataupun keinginannya.

2.2.2 Pengertian dan Dimensi Persepsi Kualitas

Persepsi Kualitas didefinisikan sebagai penilaian atau persepsi konsumen terhadap kualitas dan keunggulan suatu merek, baik pada produk maupun jasa (Arnila, 2016: 20). Dengan kata lain, persepsi kualitas adalah pandangan ataupun anggapan konsumen terhadap kualitas daripada produk dan jasa sesuai dengan apa yang diharapkan. Konsumen menentukan kualitas suatu produk berdasarkan pada berbagai macam isyarat informasi yang dihubungkan dengan produk tersebut (Prasetijo,2005: 81). Adapun isyarat informasi tersebut antara lain:

1. Isyarat intrinsik

(10)

2. Isyarat ekstrinsik

Isyarat yang bersifat eksternal (luar) produk seperti harga, citra toko, atau citra produsennya. Contoh, konsumen mencari informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan diluar dari produk seperti dari negara mana produk tersebut berasal (Country of Origin), citra negara (Country Image), citra merek daripada produk, dan harga produk.

Untuk harga, biasanya konsumen meyakini bahwa produk dengan harga yang tinggi biasanya memiliki kualitas yang baik daripada produk dengan harga yang rendah. Begitu juga dengan negara asal (Country of Origin) dan citra negara (Country Image). Konsumen meyakini bahwa produk asing memiliki kualitas yang lebih baik daripada produk domestik. Hal ini dikarenakan konsumen beranggapan bahwa teknologi dan sumber daya yang digunakan oleh negara lain dalam menghasilkan produk lebih canggih dan lebih maju.

2.2.3 Indikator-indikator Persepsi Kualitas

Garvin (Rafida & Saino, 2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa dimensi yang mendasari penilaian persepsi kualitas terhadap produk barang, yaitu: 1. Performance (Kinerja)

(11)

2. Feature (Fitur)

Layanan atau fungsi-fungsi tambahan yang menarik perhatian konsumen. Dalam hal ini bisa berupa fitur tambahan yang berupa bentuk fisik yang bias dilihat ataupun yang tidak dapat terlihat.

3. Reliability (Keandalan)

Keunggulan produk yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, kemampuan produk yang lebih unggul dari produk lainnya.

4. Conformance quality (Kesesuaian dengan spesifikasi)

Kesesuaian antara produk dengan spesifikasi yang ditawarkan. 5. Durability (Ketahanan)

Daya tahan produk selama digunakan. 6. Serviceability (Pelayanan)

Kemudahan layanan terhadap produk ketika dibutuhkan. Hal ini berkaitan erat dengan layanan purna jual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan komponen dan kemudahan perbaikan jika rusak.

7. Estetica (Keindahan)

Daya tarik produk dari segi bentuk, model, dan warna. 2.3 Minat Beli

2.3.1 Pengertian Minat Beli

(12)

melakukan keputusan pembelian, konsumen terlebih dahulu akan memunculkan Minat Beli.

Minat beli merupakan keinginan terpendam yang ada dalam diri seorang konsumen dan tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya ada di benak konsumen. Untuk itu bagian pemasaran produk harus mengenali produk seperti apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.

Assael mendefinisikan minat beli merupakan periaku yang muncul sebaga respon terhadap obyek, atau juga minat pembelian yang menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian (Rahmadhany, 2011: 41). Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Minat Beli adalah pernyataan dengan maksud untuk menimbulkan keinginan untuk membeli dan dapat berakhir dengan keputusan pembelian. Namun sebelum menimbulkan keinginan untuk membeli, konsumen perlu mengetahui atau mengenali terlebih dulu apa yang menjadi kebutuhannya.

Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu permasalahan berupa keiginan yang saat itu muncul namun pada kenyataannya keinginan tersebut belum bisa dipenuhi (Dwiastuti, dkk, 2012:132). Kebutuhan harus diaktifkan terlebih dahulu sebelum ia bisa dikenali. Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (Sumarwan, 2002:294) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan kebutuhan, yaitu:

1. Waktu

(13)

2. Perubahan Situasi

Perubahan situasi akan mengaktifkan kebutuhan. Konsumen yang masih bujangan akan menghabiskan penghasilannya untuk hiburan. Jika sudah menikah, maka ia akan mengenali kebutuhan yang lain.

3. Pemilikan Produk

Memiliki sebuah produk seringkali mengaktifkan kebutuhan yang lain, seperti membeli mobil. Saat membeli mobil, kita juga memerlukan bahan bakar. 4. Konsumsi Produk

Jika buah-buahan yang tersedia di kulkas habis, maka ia akan memicu konsumen untuk membeli lagi buah-buahan untuk kebutuhan konsumsinya. 5. Perbedaan Individu

Ada konsumen yang membeli mobil baru karena mobil lamanya tidak berfungsi. Namun ada juga yang membeli mobil baru karena ingin trendi. 6. Pengaruh Pemasaran

Pengiklanan produk akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari kebutuhannya. Produk yang dikomunikasikan dengan menarik akan memicu seorang konsumen untuk menyadari akan kebutuhannya dan merasakan bahwa produk tersebutlah yang bias memenuhi kebutuhannya.

(14)

1) Pencarian internal

Pencarian internal yang dilakukan adalah pencarian informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (Sumarwan, 2002:296). Informasi yang dicari meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalahnya atau memenuhi kebutuhannya. Langkah pertama pencariannya adalah dengan mengingat semua produk dan merek.

2) Pencarian eksternal

Pencarian eksternal adalah proses pencarian informasi mengenai berbagai produk dan merek, pembelian maupun konsumsi kepada lingkungan konsumen (Sumarwan, 2002:297). Konsumen akan bertanya kepada teman, saudara atautenaga penjual.

Setelah pencarian informasi, konsumen pun akan memasuki tahap evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah proses mengevaluasi pilihan produk dan merek, dan memilihnya sesuai dengan yang diinginkan konsumen (Sumarwan, 2002:301). Evaluasi alternatif muncul karena banyaknya alternative pilihan. Ada tiga hal yang menjadi kriteria evaluasi yaitu, harga, merek dan asal negara.

Hasil akhir dari proses evaluasi alternatif adalah pembentukan sikap umum terhadap masing-masing alternatif sehingga memunculkan Minat Beli konsumen. Dalam memunculkan Minat Beli konsumen hingga berakhir dengan keputusan pembelian, calon pembeli harus melalui pengidentifikasian tingkatan mental (mental stage) (Abdullah, 2013:124). Adapun tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Punya perhatian (attention) terlebih dahulu.

(15)

2. Timbulnya minat (interest) terhadap produk.

Minat yang timbul pada calon pembeli terhadap produk yang ditawarkan. 3. Adanya keinginan (desire) untuk memiliki atau mencoba produk.

Keinginan calon pembeli untuk memiliki produk tersebut.

4. Terjadinya tindakan (action) transaksi yang didukung dengan kemampuan dana yang dimiliki calon pembeli.

2.3.2 Indikator-indikator Minat Beli

Menurut Ferdinand (Setianingsih, 2016:25), minat beli dapat diidentifikasi melalui indikator-indikator berikut:

1. Minat Transaksional

Kecenderungan seseorang untuk membeli produk setelah mendapatkan informasi mengenai produk yang ditawarkan. Minat ini timbul dikarenakan adanya kebtuhan dan keinginan serta promosi yang dilakukan oleh produsen. 2. Minat Referensial

Kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk kepada orang lain. Minat ini muncul karena adanya kepuasan setelah pembelian dan keinginan untu

3. Minat Preferensial

Minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang memiliki preferensi/ ketertarikan utama pada produk tersebut. Preferensi terjadi jika si pembeli memiliki ketertarikan yang kuat dengan produk tersebut.

4. Minat Eksploratif

(16)

H2

sifat-sifat positif dari produk tersebut. Informasi didapat melalui pencarian secara pribadi maupun melalui orang lain

2.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir akan menjelaskan secara teoritis keterkaitan antara variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) (Supranto, 2004:30). Dalam hal ini menjelaskan mengenai keterkaitan antara Country of Origin sebagai variabel independen serta Persepsi Kualitas dan Minat Beli sebagai variabel dependen yang digambarkan seperti dibawah ini:

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Berpikir

H1

H3

Bagan di atas menggambarkan variabel independen yang terdiri dari Country of Origin (X1) dan Persepsi Kualitas (X2) akan mempengaruhi variabel dependen

yaitu Minat Beli (Y) baik secara parsial maupun simultan. 2.5 Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wahyuni Setianingsih (2016) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Country Of Origin, Brand Image, dan Persepsi Kualitas Terhadap Minat Beli

(17)

Oppo Smartphone Studi Kasus pada Mahasiswa Strata Satu Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta” dengan menggunakan metode kuantitatif.

Pada penelitian tersebut, didapatlah hasil bahwa:

a) Country of Origin tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai regresi sebesar 0,122 dan tingkat signifikansinya 0,080.

b) Brand image berpengaruh positif terhadap minat beli dengan nilai regresi sebesar 0,382 dan tingkat signifikansinya 0,000.

c) Persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap minat beli dengan nilai regresi sebesar 0,071 dan tingkat signifikansinya 0,260.

d) Country of Origin, brand image, dan persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap minat beli dengan tingkat signifikansinya 0,000, kurang dari 0,05 (p<0,05).

Besarnya pengaruh Country of Origin, brand image, dan persepsi kualitas mampu menjelaskan variabel minat beli sebesar 39,4% dan sisanya sebesar 60,6% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian. 2. Imam Taqwa (2015) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Country

Of Origin, Brand Image, Dan Perceived Quality Terhadap Minat Beli Mobil Toyota Di Yogyakarta” dengan menggunakan metode kuantitatif. Pengambilan sample dengan menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh jumlah sampel sebanyak 85 responden, yang berdomisili di Yogyakarta. Hasil analisis menunjukan bahwa:

(18)

3. Veni Rafida dan Saino (2015) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Country Of Origin Terhadap Minat Beli Dengan Perceived Quality Sebagai

Variabel Intervening (Studi Pada Pengunjung Artomorro Selluler Kota Madiun)” dengan metode kuantitatif. Penelitian menggunakan sampel sebanyak 148 responden yang diambil dari pengunjung Artomorro Selluler Kota Madiun. Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

a) terdapat pengaruh antara country of origin smartphone OPPO terhadap perceived quality dengan nilai 2,513

b) terdapat pengaruh antara perceived quality terhadap minat beli adalah sebesar 7,439

c) country of origin tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap minat beli dengan nilai 0,835

d) terdapat pengaruh yang signifikan country of origin terhadap minat beli dengan perceived quality sebagai variabel intervening dengan pengaruh total sebesar 0,166.

4. Kadek Pratita Yanthi dan I Made Jatra (2015) melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Country Of Origin, Brand Image, Dan Perceived Quality

(19)

analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa:

a) variabel country of origin berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli sepeda motor Honda Beat di Kota Denpasar

b) variabel brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli sepeda motor Honda Beat di Kota Denpasar

c) variabel perceived quality berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli sepeda motor Honda Beat di Kota Denpasar.

Hal ini menunjukkan bahwa country of origin, brand image, dan perceived quality dapat meningkatkan minat beli sepeda motor Honda Beat di Kota

Denpasar.

5. Jovita S. Dinata, Srikandi Kumadji, dan Kadarisman Hidayat (2015)

melakukan peneltian dengan judul “Country Of Origin Dan Pengaruhnya

Terhadap Persepsi Kualitas Dan Minat Beli (Survei pada Calon Konsumen yang Berminat Membeli iPad di Indonesia)” dengan metode kuantitatif. Sampel berjumlah 139 orang responden, yang diambil dengan teknik accidental sampling dan instrumen penelitian berupa angket online. Metode

analisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan:

a) country of origin memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi kualitas sebesar 0,551

(20)

c) persepsi kualitas memiliki pengaruh signifikan terhadap minat beli sebesar 0,569.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Persepsi (Solomon, 1999)
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

kisi-kisi instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel stres kerja yang. diujicobakan dan juga sebagai kisi-kisi instrumen final yang

melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan bantuan media pembelajaran berbasis multimedia interaktif dengan konsep Tri Hita Karana. Hal ini disebabkan guru dan siswa

Rubber plantations in the ecosystem of Dangku Meranti have evolved and cultured together with the community to form a long-standing economic bond and as a daily custom for

hal itu mendorong untuk menbentuk “Sistem Pemesanan Tiket Bioskop Online” dengan adanya sistem ini konsumen hanya perlu memesan kursi untuk melihat film dengan sistem pemesanan

Finally, the writer would like to observe the varieties or kinds of language teaching techniques as adapted from Crookes &amp; Chaudron (1991:52-54) which are applied by

Berdasarkan hasil analisis mengenai Implementasi Desa Adat Osing Dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi dari

Para ulama berkata bahwa bertaubat dari segala dosa hukumnya wajib. Dalam rangka menanamkan pernyataan di atas, maka seorang guru atau pendidik harus menggunkan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kinerja keuangan perusahaan sektor industry semen 2009-2013 (PT. Semen Indonesia, PT. Indocement Tunggal Prakarsa,