PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Istilah bakau hanya digunakan untuk jenis-jenis tumbuhan tertentu saja yakni dari marga Rhizophora, sedangkan istilah mangrove digunakan untuk segala tumbuhan yang
hidup di lingkungan khas ini. Di hutan tersebut bukan hanya jenis bakau yang ada maka istilah hutan mangrove lebih popular digunakan pada tipe hutan ini. Segala tumbuhan dalam hutan ini saling berinteraksi dengan lingkungannya baik yang bersifat biotik maupun abiotik dan seluruh sistem yang saling bergantung ini membentuk apa yang kita kenal sebagai ekosistem mangrove (Ghufran, 2012).
Mangrove terkenal sebagai penghasil senyawa metabolit sekunder terutama senyawa triterpenoid dan fitosterol (isoprenoid). Penelitian sebelumnya telah mengisolasi dan mengkarakterisasi senyawa isoprenoid (C30) di hutan mangrove pulau Iriomote, Jepang dan Sumatera Utara, Indonesia (Basyuni, 2014). Pada penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa variasi salinitas menginduksi perubahan konsentrasi isoprenoid di mangrove baik jenis sekresi maupun non-sekresi (Basyuni dkk., 2012).
Setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkungan seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut. Hal ini menyebabkan terjadinya struktur dan komposisi tumbuhan mangrove dengan batas-batas yang khas, mulai dari zona yang dekat dengan daratan sampai dengan zona yang dekat dengan
lautan, serta menyebabkan terjadinya perbedaan struktur tumbuhan mangrove dari satu daerah dengan daerah lainnya. Informasi tentang kemampuan adaptasi tumbuhan mangrove terhadap pengaruh lingkungan masih sangat terbatas. Salinitas merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perkembangan hutan mangrove.
Senyawa rantai panjang polyisoprenoid (>C50) meskipun tersebar pada tanaman, tetapi distribusi, keanekaragaman, dan fungsi fisiologisnya di hutan mangrove belum dipahami dengan baik dan penelitiannya belum banyak dilakukan dan sejauh ini penelitian tentang rantai panjang polyisoprenoid lebih difokuskan pada bakteria, mamalia, hewan, dan sel kultur, namun sedikit pada tanaman, terlebih dari tanaman tropik (Swiezewska dan Witold, 2005; Skorupinska dkk., 2008). Fungsi dan peranan rantai panjang polyisprenoid juga belum banyak diketahui terutama dari spesies mangrove.
Tujuan Penelitian
1. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi garam dan adaptasi air tawar terhadap pertumbuhan semai B. cylindrica
2. Untuk mengetahui komposisi polyisoprenoid pada variasi konsentrasi garam
pada adaptasi air tawar serta mempelajari relevansinya terhadap toleransi
garam pada semai B. cylindrica.
Hipotesis Penelitian
Konsentrasi dan tingkat salinitas diduga mempengaruhi komposisi polyisoprenoid dan pertumbuhan semai B. cylindrica dan terdapat pengaruh variasi salinitas terhadap konsentrasi polyisoprenoid dan respon pertumbuhan semai B. cylindria setelah adapatasi air tawar.
Manfaat penelitian
Memberikan informasi tingkat variasi salinitas yang terbaik untuk
petumbuhan semai B. cylindrica di rumah kaca dan mengetahui konsentrasi
polyisoprenoid pada semai B. cylindrica.