• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Status Gizi dengan Gangguan Tidur pada Anak di SDN 10 Samosir"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengenalan Gizi

Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jarigan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi di samping faktor-faktor lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia berkualitas ( Almatsier, 2010).

2.1.2 Pengertian Status Gizi

Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.

2.1.3 Status Gizi Anak di Indonesia

(2)

Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur. Masalah gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10,8 persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Sebanyak 15 provinsi dengan prevalensi sangat gemuk diatas nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Banten, Kalimantan Timur, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung dan DKI Jakarta.

Prevalensi kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1 persen terdiri dari 3,3 persen sangat kurus dan 7,8 persen kurus. Prevalensi sangat kurus terlihat paling rendah di Bangka Belitung (1,4 %) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (9,2%). Sebanyak 17 provinsi dengan prevalensi anak sangat kurus (IMT/U) diatas prevalensi nasional yaitu Riau, Aceh, Jawa Tengah, Lampung, Jambi, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Banten, Papua, Sumatera Selatan, Gorontalo, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia sebesar 10.8 persen, terdiri dari 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk (obesitas). Sebanyak 13 provinsi dengan prevalensi gemuk diatas nasional, yaitu Jawa Timur, Kepulauan Riau, DKI, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bali, Kalimantan Timur, Lampung, Sulawesi Utara dan Papua

(3)

Timur, Sulawesi Utara dan DKI Jakarta (Riskesdas, 2013). 2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Anak yang dilahirkan dengan berat badan rendah berpotensi menjadi anak dengan gizi kurang, bahkan menjadi buruk. Faktor lain yang mempengaruhi status gizi anak diantaranya adalah faktor ekonomi keluarga yang berdampak pola makan dan kecukupan gizi anak; faktor sosial-budaya yang mendudukkan kepentingan ibu hamil dan ibu menyusui setelah kepentingan bapak selaku kepala keluarga, dan anak; faktor pendidikan yang umumnya rendah sehingga berdampak pada pengetahuan ibu yang sangat terbatas mengenai pola hidup sehat dan pentingnya zat gizi bagi kesehatan dan status gizi anak. Semakin besar jumlah anggota keluarga, semakin besar persentase status gizi kurang ( Devi, 2010). 2.3 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi pada dasarnya merupakan proses pemeriksaan gizi seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif maupun subjektif, untuk kemudian dibandingkan dengan baku yang tersedia. Data objektif diperoleh dari data pemeriksaan laboratorium perorangan, serta sumber lain yang dapat diukur oleh anggota tim penilai. Komponen penilaian status gizi meliputi : asupan pangan, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis dan riwayat mengenai kesehatan, pemeriksaan antropometris, serta data psikososial (Arisman, 2010).

1) Asupan Pangan

(4)

tercantum di menu keluarga, susunan menu seperti itu tidak jarang tersaji pada saat penilaian dilaksanakan. Ketiga, sejauh ini belumlah mungkin penghitungan komposisi makanan secara akurat, kecuali kegiatan pangan dapat terawasi dengan ketat. Di samping itu masih terdapat kendala lain yang berpotensi menyendatkan langkah penilaian ini. Kendala tersebut antara lain (a) daftar komposisi makanan yang tersedia masih jauh dari sempurna bahkan lengkap saja belum, (b) penghitungan zat gizi masih belum akurat, (c) masih banyak pangan atau makanan yang baru/telah beredar belum tercantum dalam komposisi makanan atau makanan siap santap,(d) cara memasak sangat bervariasi,baik secara kedaerahan maupun perorangan dan ini sangat memengaruhi nilai gizi pangan dan (e) perbedaan tempat tumbuh satu jenis buah dan sayur akan berpengaruh pada nilai zat gizi yang terkandung (Arisman, 2010).

Metode yang dapat digunakan adalah :

a) Ingatan pangan 24 jam (24-hour food recall )

Mengingat kembali dan mencatat jumlah, serta jenis pangan dan minuman yang telah dikonsumsi selama 24 jam merupakan metode pengumpulan data yang paling banyak dan paling mudah digunakan. Kelebihan cara ini adalah pewawancara yang menyiapkan model makanan dan mencatatnya, responden tidak dituntut harus melek huruf. Hal yang mungkin menjadi sumber kesalahan, antara lain (1) orang tidak dapat mengingat dengan tepat, (2) makanan yang disantap kemarin mungkin bukan makanan yang biasa disantap, (3) orang sering tidak melaporkan makanan yang dapat memalukan, misalnya petai, atau alkohol, dan (4) wawasan pangan pewawancara tidak luas

b) Kuisioner frekuensi pangan (Food Frequency Questionnaire / FFQ)

(5)

berdasarkan besaran asupan zat gizi, tetapi tidak dirancang untuk memperkirakan asupan secara absolut. Meskipun demikian, cara ini lebih akurat untuk menentukan rata-rata asupan zat gizi jika menu makanan dari hari ke hari sangat bervariasi.

Kelemahan cara ini antara lain (1) tidak dapat menghasilkan data kuantitatif tentang asupan pangan karena pangan yang disantap tidak diukur , (2) pengisian kuisioner hanya bermodalkan ingatan, (3) responden sering malas mengisi formulir dengan lengkap, terutama jika proses pengisian dipercayakan sepenuhnya pada mereka dan (4) tanpa bantuan komputer, proses analisis menjadi sulit dan melelahkan. Kelebihan cara ini adalah relative murah, cocok jika diterapkanpada penelitian kelompok besar yang asupan pangan setiap harinya sangat variatif, pengisian formulir dapat diserahkan pada responden dan mudah didistribusikan.

c) Riwayat Pangan (Dietary history)

(6)

d) Catatan Pangan

Pasien diminta mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi paling sedikit tiga hari dalam seminggu, yakni 2 hari biasa dan 1 hari libur. Catatan harus rinci, termasuk bagaimana cara makanan dipersiapkan dan dimasak. Jika makanan terbuat dari berbagai bahan pangan, misalnya, gado-gado, jenis serta jumlah bahan mentahnya itu perlu ditulis, disamping resep pembuatannya. Ukuran porsi makanan sebainya dicatat dengan mengacu pada ukran rumah tangga (URT). Makanan yang telah terukur ini kemudian disalin kedalam ‘gram’. Zat gizi yang terkandung dicari pada buku “daftar komposisi makanan” yang sebelumnya harus tersedia. Jika santapan berupa makanan pabrik, carilah kandungan zat gizinya pada label (Arisman, 2010)

2. Pemeriksaan Biokimia

Ada dua jenis protein, viseral dan somatic, yang layak dijadikan parameter penentu status gizi. Parameter protein viseral ialah serum albumin, prealbumin, transferrin, hitung jumlah limfosit, dan uji antigen pada kulit.

Sementara cadangan protein somatik bukan hanya dinilai secara biokimia, tetapi juga dengan mengukur besarnya lingkaran pertengahan lengan atas (mid-arm circumference) (Arisman, 2010)

3.Pemeriksaan Klinis

(7)

bahwa sekresi air ludah berkurang)? Perlu ditanyakan keadaan nafsu makan, makanan yang digemari dan dihindari, serta masalah saluran pencernaan. Masalah tersebut dapat mengganggu asupan pangan yang pada gilirannya akan memengaruhi pula status gizi (Arisman, 2010)

4. Pemeriksaan Antropometri

Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometris adalah besaran komposisi tubuh yang dapat dijadikan isyarat dini perubahan status gizi. Tujuan ini dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (1) penapisan status gizi, (2) survei status gizi, dan (3) pemantauan status gizi. Penapisan diarahkan pada orang per orang untuk kepentingan khusus. Survei ditujukan untuk memperoleh gambaran status gizi masyarakat pada saat tertentu, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan itu. Pemantauan bermanfaat sebagai pemberi gambaran perubahan status gizi dari waktu ke waktu.

Tabel 2.1 Parameter yang dianjurkan WHO untuk diukur pada survei gizi Usia Pengamatan di lapangan Pengamatan Lebih Rinci 0-1 thn Berat dan panjang badan Panjang batang badan; lingkar

kepala & dada ; diameter krista iliaka, lipat kulit dada, triseps, dan sub-skapula 1- 5 thn Berat dan panjang badan (sampai 3

tahun), tinggi badan (diatas 3 tahun), lipat kulit biseps & triseps, lingkar lengan

(8)

tangan dan kaki

5–20 thn Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps

Tinggi duduk, diameter bikristal,diameter

biakrominal, lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan & betis, rontgen postero anterior tangan dan kaki

> 20 thn Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps.

Lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan dan betis

Sumber : Arisman (2010).

Pengukuran antropometri meliputi : a) Tinggi Badan

Tinggi atau panjang badan merupakan indikator umum ukuran tubuh dan panjang tulang. Namun, tinggi saja belum dapat dijadikan indikator untuk menilai status gizi, kecuali jika digabungkan dengan indikator lain, seperti usia dan berat badan. Tinggi badan diukur dalam keadaan berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke badan, punggung dan bokong menempel pada dinding, dan pandangan diarahkan ke depan. Kedua lengan tergantung relaks di samping badan.

b) Berat Badan

(9)

digunakan. Penimbangan selayaknya diselenggarakan pagi hari, setelah bangun tidur, mengenakan pakaian yang sama, sebelum makan dan setelah buang air, serta ditimbang oleh petugas yang sama pula. Jika keadaaan memungkinkan, subjek ditimbang bertelanjang atau berpakaian seminimal mungkin.

c) Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pegukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa, dkk, 2001).

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut Indeks Antropometri. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), dan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Berikut diterangkan beberapa indeks antropometri tersebut : 1) Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu paramaeter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunna jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakterisktik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saaat ini (current nutritional status).

2) Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

(10)

pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut di atas, maka indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu.

3) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)

IMT merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh seseorang. IMT pada anak dan remaja berbeda dengan orang dewasa. Letak cut-off point yang digunakan berbeda antara anak remaja dan orang dewasa. Pada

anak dan remaja status gizi diperoleh dari perbandingaan IMT dan umur. Indikator IMT/U merupakan indikator yang paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini karena berat badan memiliki hubungan linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimate pada anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada

anak gizi kurang (WHO, 2007).

(11)

Dengan rumus ditulis :

�−���� =  

����� ���������� ( ����� ������ �����)

��������� ���� ��������

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :

1995/MENKES/SK/XII/2010.

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Indeks Kategori Status

Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2SD Gizi baik - 2 SD sampai dengan 2 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2SD Normal - 2 SD sampai dengan 2 SD

(12)

> 2 SD Indeks Masa tubuh

menurut Umur (IMT/U) Anak umur 0-60 bulan

Sangat Kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2SD Normal -3 SD sampai dengan <-2SD Gemuk -3 SD sampai dengan <-2SD

Indeks Masa Tubuh menurut Umur ( IMT/U) Anak umur 5-18 Tahun

Gizi Buruk <-3SD

Gizi Kurang -3SD sampai dengan <-2SD Gizi Baik -2SD sampai dengan 1SD Gizi Lebih >1SD sampai dengan 2SD

(13)
(14)
(15)

2.4 Tidur

2.4.1 Pengertian Tidur

Tidur adalah suatu keadaan berulang, teratur, mudah reversible yang ditandai dengan relatif tidak bergerak dan tingginya peningkatan ambang respon terhadap stimulus eksternal dibandingkan dengan keadaan terjaga ( Kaplan & saddock, 2010).

2.4.2 Elektrofisiologi Tidur

Tidur terdiri atas dua keadaan fisiologis, nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Pada tidur NREM, yang terdiri atas tahap 1 sampai 4, sebagian besar fungsi fisiologis sangat berkurang dibandingkan dengan keadaan terjaga. Tingkat awal (tingkat 1 dan 2) adalah mudah terbangun dan bahkan tidak menyadari bila sedang tertidur dan bagian tidur NREM yang paling dalam tahap 3 dan 4 kadang-kadang disertai ciri bangkitan yang tidak biasa. Jika orang dibangunkan 30 menit hingga 1 jam setelah awitan tidur biasanya pada tidur gelombang pendek mereka akan mengalami disorientasi dan pikiran menjadi kacau.

(16)

Perubahan fisiologis lain yang terjadi selama tidur REM adalah paralisis hampir total pada otot rangka (postural), karena inhibisi motorik ini, gerakan tubuh tidak ada selama tidur REM. Mungkin ciri tidur REM yang paling khas adalah mimpi. Orang yang terbangun pada saat tidur REM sering (60 hingga 90 persen) melaporkan bahwa mereka mengalami mimpi. Mimpi selama tidur REM secara khas abstrak dan aneh. Mimpi dapat terjadi selama tidur NREM tetapi khasnya jelas dan bertujuan.

Sifat siklik pada tidur adalah regular dan dapat dipercaya, Periode REM terjadi kira-kira setiap 90 hingga 100 menit sepanjang malam. Periode REM pertama cenderung menjadi yang paling singkat biasanya berlangsung 15 hingga 40 menit. ( Kaplan & saddock, 2010)

2.4.3 Pengaturan Tidur

Sebagian besar peneliti berpikir bahwa sebenarnya tidak ada satu pusat pengendali tidur sederhana, melainkan terdapat sejumlah kecil sistem atau pusat yang terutama terletak dibatang otak dan saling mengaktifkan serta menghambat satu sama lain. Banyak studi juga menyokong peran serotonin dalam pengaturan tidur. Pencegahan sintesis serotonin atau penghancuran nukleus rafe dorsalis batang otak, yang terdiri atas hampir semua badan sel serotonergik otak, mengurangi tidur cukup lama. Sintesis dan pelepasan serotonin oleh neuron serotonergik dipengaruhi oleh ketersediaan prekursor asam amino neurotransmitter ini, seperti L-triptofan. Defisiensi L-triptofan menyebabkan kurangnya waktu yang di habiskan pada tidur REM (Kaplan & saddock, 2010). 2.5 Fungsi Tidur

(17)

menyatakan bahwa tidur gelombang lambat memberi otak waktu untuk memperbaikii kerusakan akibat radikal bebas toksik yang dihasilkan sebagai produk sampingan metabolisme selama keadaan terjaga. Teori lain yang menonjol adalah bahwa tidur, terutama tidur REM diperlukan otak untuk melaksanakan penyesuaian-penyesuaian kimiawi dan struktural jangka panjang yang diperlukan untuk belajar dan mengingat (Sherwood, 2012).

2.6 Gangguan Tidur

2.6.1 Definisi Gangguan Tidur

(18)

2.6.2 Gangguan Tidur pada Anak

Gangguan tidur pada anak dapat bersifat sementara, intermitten, atau

bersifat kronis. Sebagian besar anak mempunyai kesukaran sekitar waktu tidur.

Saat tidur malam anak dapat mengalami ketakutan terhadap pencuri, suara bising,

guntur, petir, diculik dan lain-lain sehingga dapat mengganggu tidur anak. Cemas

akan perpisahaan sering turut menyebabkan masalah tidur. Anak dapat secara

tidak sadar menganggap tidur sebagai suatu waktu mereka terlepas dari perhatian

orangtua. Jika ada konflik dalam keluarga kecemasan tersebut akan semakin

buruk. Sekitar 7-15 % anak-anak mengalami masalah mimpi buruk. Mimpi karena

cemas terjadi selama tidur REM, anak terbangun, menjadi cepat sadar, dan

biasanya ingat isi mimpi. Mimpi buruk lebih sering terjadi pada anak perempuan

daripada anak laki-laki dan biasaya mulai sebelum usia 10 tahun. Teror malam

hari biasanya mulai pada tahun-tahun pra sekolah dan terjadi saat bangun dari

tidur tahap 4 (non REM), biasanya pada awal siklus tidur. Anak bingung dan

disorientasi, menunjukkan tanda-tanda aktivitas autonomy yang kuat, mungkin

mengeluh penampakan visual yang aneh dan tampak ketakutan. Biasanya anak

tidak dapat mengatakan ulang isi mimpi yang mengakibatkan teror malam hari.

Periode tidur berjalan dapat terjadi, pada masa ini anak dapat beresiko luka. Teror

malam hari dapat sembuh sendiri dan mungkin terkait dengan proses

perkembangan tertentu. Prevalensi anak yang mengalami sebanyak 2-5 % dan

anak laki-laki lebih sering mengalami daripada anak perempuan. Anak yang

mengalami gangguan tidur perlu mendapat dukungan, pemulihan keyakinan, dan

pemberian semangat dari orangtua karena penting untuk meredakan gangguan

tidur. Ancaman kemarahan dan cara-cara hukuman harus dihindai. Waktu tidur

harus ditentukan secara teratur, pemilihan program televisi, dan membaca buku

(19)

2.6.3 Skala Gangguan Tidur untuk Anak (SDSC) sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur

Baku emas alat untuk mendiagnosis gangguan tidur adalah polysomnography (PSG). Alat ini memiliki kekurangan karena mahal, memerlukan rawat inap, dan tenaga ahli untuk menginterpretasikan hasilnya. Alternatif alat untuk mendiagnosis gangguan tidur adalah wrist actigraphy. Alat tersebut mudah digunakan karena berbentuk seperti jam tangan dan hasil parameter tidur dianalisis menggunakan actiware software sehingga tidak memerlukan tenaga ahli. Tenaga kesehatan khususnya di daerah memiliki keterbatasan menggunakan PSG, sedangkan wrist actigraphy belum tersedia di Indonesia (Natalita dkk, 2011).

Cara ketiga untuk menilai tidur adalah dengan perkiraan secara subyektif menggunakan kuesioner atau interview. Cara tersebut pada penelitian epidemilogi seringkali merupakan alternatif yang paling mungkin. Kuesioner mudah dibuat dan dianalisis, namun validitas dan reliabilitasnya amat rendah. Beberapa kuesioner yang pernah diajukan kepada orangtua dan telah divalidasi misalnya Children’s Sleep Behaviour Scale , the Children’s Sleep Disturbance scale, the

Pediatric Sleep Questionnaire dan the Children’s Sleep Habit Questionnaire

(

Tanjung & sekartini, 2001

)

.

(20)

Kuesioner SDSC terdiri dari 26 pertanyaan, dinilai dalam 5 poin skala intensitas atau frekuensi

.

Orang tua diinstruksikan untuk mengingat pola tidur anak mereka pada waktu keadaan sehat selama enam bulan terakhir. Untuk memeriksa anak dengan gangguan tidur, lebih baik menggunakan metode konsultasi dibandingkan dengan kuesioner. Penilaian SDSC ini dilakukan dengan menggunakan angka mulai dari 1 sampai dengan 5. Angka 1 untuk tidak pernah, 2 untuk jarang (1 atau 2 kali per bulan atau kurang), 3 untuk kadang-kadang (1 atau 2 kali seminggu), 4 untuk sering (3 sampai 5 kali seminggu) dan 5 untuk selalu (setiap hari). Setelah itu nilai akan dijumlahkan dan didapatkan penilaian akan adanya gangguan tidur pada anak.

Sleep Disturbancess Scale for Children (SDSC) mengemukakan enam kategori gangguan tidur yaitu (1) gangguan pernapasan waktu tidur (frekuensi mengorok, apnea saat tidur, dan kesulitan bernapas); (2) gangguan memulai dan mempertahankan tidur (awitan mulai tidur yang lama, bangun malam hari, dan lain- lain); (3) gangguan kesadaran (berjalan saat tidur, mimpi buruk, dan teror tidur), (4) gangguan transisi tidur-bangun (gerakan involunter saat tidur, restless legs, gerakan menganggukkan kepala, bicara saat tidur); (5) gangguan somnolen

berlebihan (mengantuk saat pagi dan tengah hari, dan lain-lain); dan (6) hiperhidrosis saat tidur (berkeringat saat tidur) (Natalita dkk, 2011).

2.7 Hubungan Status Gizi dan Gangguan Tidur

(21)

Nutrisi lain yang dihubungkan dengan tidur :

Tryphtophan digunakan secata luas di Canada, Inggris dan German untuk mengobati gangguan tidur. Tryptophan berasal dari asam amino esesial yang dapat diperoleh dari telur, ikan dan kacang. Secara fisiologis, Tyrphtophan dikonversi menjadi serotonin yang bertindak sebagai prekursor melatonin di otak. Ketidakseimbangan serotonin dapat berefek kepada regulasi dari proses tidur (Markus, 2005 dalam Zadeh, 2012).

Vitamin dan mineral yang dihubungkan dengan tidur :

Vitamin B-komplex dinyatakan dapat meningkatkan tidur dan mencegah insomnia. Defisiensi vitamin B6 dapat menyebabkan distress psikologis dan gangguan tidur (Baldewicz,1998 dalam Zadeh, 2012). Vitamin B12 dapat memberi efek terhadap ritme biologis. Secara klinis, vitamin B12 dilaporkan dapat memperbaiki gejala gangguan siklus tidur-bangun ( Meoli, 2005 dalam Zadeh, 2012)

Defisiensi zat besi diduga menjadi penyebab restless legs syndrome (RLS), gangguan sensorimotor pada manusia yang ditandai dengan timbulnya gejala saat akan tidur, hal tersebut dapat mengganggu kemampuan untuk tidur

(Mizuno, 2005 dalam Zadeh, 2012).

(22)

2. Hubungan yang penting antara nutrisi dan fungsi paru yaitu melalui efek katabolisme yaitu dengan melihat status gizi. Jika asupan kalori berkurang, maka tubuh akan memecah protein yang terdapat dalam otot termasuk otot-otot pernapasan. Hilangnya lean body mass pada setiap otot akan berdampak pada fungsi otot tersebut (Rumende, 2006).

3. Kelebihan berat badan merupakan prediktor utama untuk gangguan pernafasan tidur atau sleep disorder breathing (SDB) (Young et al., 2005).

4. Durasi tidur yang singkat meningkatkan resiko anak menjadi obesitas (Cappucio 2008, dalam Czeisler 2015). Durasi tidur yang singkat akan

Gambar

Tabel 2.1 Parameter yang  dianjurkan WHO untuk diukur pada survei gizi
Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Gambar 2.1 Grafik IMT/U pada Laki-laki usia 5-19 tahun
Gambar 2.2 Grafik IMT/U pada Perempuan usia 5-19 tahun.

Referensi

Dokumen terkait

Sedemikian penting peran ibu dalam menentukan masa depan masyarakat dan negaranya, sampai kaum perempuan (ibu) tersebut diibaratkan tiang negara. Kasih sayang seorang ibu

Puruhito, dr., SpB, SpBTKV mantan rektor yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Doktor hingga selesainya Pendidikan Program Doktor pada

- When the driver came to the floor where the empty parking space, the vehicle's location is determined and the closest to the vehicle empty parking lot, it

The range finder horizontal angle sensor was calibrated using a least square adjustment algorithm, a polynomial kernel, interval analysis and homotopy

Further new contract of FC Chloe with Winning on Time Charter basis and spot revenue of FC Abby and FC Nicholas with total of US$1.4million were not able

Elevator : Merupakan klem (penjepit) yang ditempatkan (digantungkan) pada salah satu sisi travelling block atau hook dengan elevator links, berfungsi untuk menurunkan atau

Ditambah lagi dengan sosok dan ketokohan Ali Shariati yang cukup fenomenal dan menggetarkan urat nadi jiwa-jiwa muda yang seorang mahasiswa seperti penulis ketika itu yang

dapat menambah ukuran ekspansi thoraks pada penderita kasus PPOK? 3) Mengetahui manfaat dari nebulizer dan active cycle of breathing technique.. dapat meningkatkan