• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akibat Hukum dari Penunjukan Penjamin Emisi dalam Penawaran Umum Saham oleh Emiten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akibat Hukum dari Penunjukan Penjamin Emisi dalam Penawaran Umum Saham oleh Emiten"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak alasan perusahaan melakukan penawaran umum baik dengan

menjual saham atau surat hutang kepada masyarakat. Alasan yang tak mungkin

disangkal perusahaan melakukan penawaran umum adalah untuk mendapatkan

dana yang relatif murah dibandingkan dengan pendanaan dari sumber lain seperti

perbankan. Dana murah tersebut juga tidak hanya akan didapatkan sekali saja,

tetapi pada masa yang akan datang perusahaan tetap akan mempunyai kesempatan

untuk mendapatkan dana murah kembali. Misalnya ketika perusahaan melakukan

penawaran umum terbatas atau mengeluarkan surat hutang baru. Dengan kata lain,

perusahaan yang telah melakukan penawaran umum akan mempunyai akses yang

lebih mudah terhadap modal.1

Penawaran umum juga merupakan cara untuk meningkatkan publisitas

atas perusahaan. Hal ini bukan saja karena sebelum penawaran umum emiten

harus mengiklankan diri dengan mengeluarkan prospektus, dan melakukan road

show untuk menjual efeknya, tetapi juga karena sebuah perusahaan yang

melakukan penawaran umum akan terus terpublikasi. Dengan adanya quotation

secara terus-menerus atas harga efek perusahaan dibursa, perusahaan publik lebih

mendapatkan porsi pemberitaan di media massa dibandingkan

perusahaan-perusahaan yang belum melakukan penawaran umum. Selain di bursa, harga

1

(2)

saham perusahaan tersebut juga diumumkan atau dicantumkan dalam media

lainnya seperti surat kabar atau televisi.2

Karena fungsinya yang penting sebagai kegiatan untuk mengumpulkan

dana masyarakat bagi kegiatan produktif, maka masyarakat sebagai sasaran

penawaran umum harus diberikan gambaran yang jelas mengenai apa yang

ditawarkan dalam penawaran umum tersebut. Masyarakat harus mendapatkan

perlindungan dari kemungkinan terjadinya penipuan yang mungkin dapat

disebabkan oleh penawaran umum tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka

terdapat dua alasan kenapa penawaran umum harus diatur dan memerlukan

campur tangan pemerintah.3

Alasan pertama adalah alasan ekonomis. Alasan ini dilandasi oleh

kenyataan bahwa penawaran umum melibatkan penarikan dan pengumpulan dana

yang merupakan kekayaan para investor. Oleh karena itu, masyarakat investor

perlu mendapatkan keterangan penjelasan dan informasi yang jelas mengenai apa

yang ditawarkan, untuk apa penawaran tersebut dilakukan, bagaimana status dan

jenis efek atau instrumen yang sedang ditawarkan dalam penawaran, siapa yang

menawarkan efek, berapa besarnya penawaran, untuk apa dana yang ditawarkan

dan akhirnya apa yang akan didapat oleh masyarakat dengan penawaran umum

tersebut dimasa yang akan datang. Alasan inilah yang menyebabkan emiten wajib

menerapkan prinsip keterbukaan. Prinsip keterbukaan ini dilakukan dengan cara

2

Gunawan Widjaja dkk, Go public dan Go private di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 13.

3

(3)

mengeluarkan prospektus untuk memungkinkan masyarakat investor mengetahui

segala sesuatu yang menyangkut penawaran umum tersebut.4

Alasan kedua adalah karena adanya potensi kejahatan dalam suatu

penawaran umum. Oleh karena itu dengan mewajibkan emiten untuk menerapkan

prinsip-prinsip keterbukaan, dan dengan ancaman hukum atas penyajian informasi

yang menyesatkan maka hukum berharap investor akan mendapatkan

perlindungan dari kemungkinan adanya penipuan dalam suatu penawaran umum.5

Menurut Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang

Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM), Penawaran umum diartikan sebagai :

“ Kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek

kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang

ini dan peraturan pelaksanaannya”.6

Penawaran umum berkaitan erat dengan pasar modal dimana dalam

UUPM Pasal 1 angka 13 diberikan definisi dari pasar modal adalah kegiatan yang

bersangkutan dengan Penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik

yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang

berkaitan dengan efek. Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana

bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen keuangan jangka

panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. 7

Adapun lembaga yang berperan untuk membantu emiten dalam pasar

modal yakni lembaga penunjang pasar modal dan lembaga profesi pasar modal.

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

7

(4)

Lembaga penunjang diantaranya adalah Biro Administrasi Efek, tempat penitipan

harta, Wali Amanat, penanggung, lembaga kliring dan penjaminan, dan lembaga

penyelesaian dan penyimpanan. Sedangkan lembaga profesi pasar modal adalah

akuntan publik, konsultan hukum, notaris, dan perusahaan penilai.8

Pasar modal awalnya diawasi oleh Badan Pengawas Pasar modal-Lembaga

Keuangan atau (selanjutnya disebut Bapepam-LK) namun sekarang telah beralih

ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK adalah lembaga yang independen dan

bebas campur tangan dari pihak lain, yang mempunyai tugas, fungsi, wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan penyidikan sebagaimana yang

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan (selanjutnya disebut UU OJK).9

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dan dilandasi dengan prinsip-prinsip tata

kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

transparansi, dan kewajaran (fairness). OJK melaksanakan tugas dan

wewenangnya berlandaskan asas-asas sebagai berikut:

1. asas independensi, yakni independen dalam pengambilan keputusan dan

pelaksanaan fungsi, tugas, dan wewenang OJK, dengan tetap sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

2. asas kepastian hukum, yakni asas dalam negara hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan OJK;

8

Sawidji Widoatmodjo, Jurus Jitu Go Public (Jakarta: PT.Gramedia, 2004), hlm. 70.

9

(5)

3. asas kepentingan umum, yakni asas yang membela dan melindungi kepentingan

konsumen dan masyarakat serta memajukan kesejahteraan umum;

4. asas keterbukaan, yakni asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang

penyelenggaraan OJK, dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak

asasi pribadi dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

5. asas profesionalitas, yakni asas yang mengutamakan keahlian dalam

pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

6. asas integritas, yakni asas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam

setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK;

7. asas akuntabilitas, yakni asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan

hasil akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan OJK harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada publik. 10

Otoritas Jasa Keuangan melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan

terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan¸ pasar modal, perasuransian,

dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Tujuan

dari pembinaan, pengaturan dan pengawasan yang dilakukan OJK dalah untuk

mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien

serta untuk melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.11

10

Ibid.

11

(6)

Banyak pihak yang mempunyai andil dalam kegiatan di pasar modal

mengingat penawaran umum (Go public) merupakan sarana terbaik untuk

memobilisasi modal dan sekaligus membuat perusahaan menjadi lebih

profesional. Dalam penawaran umum terdapat salah satu unsur penting yang

merupakan pemain utama yang paling berperan dalam perdagangan efek yaitu

penjamin emisi (underwritter). Emiten dalam menunjuk penjamin emisi

sebenarnya lebih menyandarkan diri pada kenyataan bahwa emiten sendiri tidak

mempunyai kemampuan untuk memasarkan, mendistribusikan dan pada akhirnya

menjual efek yang akan ditawarkannya kepada masyarakat investor. Karena

fungsi distribusi dan pemasaran yang demikian penting dalam suatu penjaminan

emisi, maka dalam pemilihan penjamin emisi oleh emiten menjadi hal yang sangat

diperhatikan. Tanpa adanya jaringan distribusi yang baik akan sulit untuk

mengharapkan penjualan efek dalam suatu penawaran umum akan berakhir

dengan sukses.12

Penggunaan penjamin emisi selain mendistribusikan dan memasarkan efek

yang diterbitkan emiten juga berkewajiban membantu emiten dalam melakukan

prinsip keterbukaan (disclosure) yang harus dilakukan emiten dalam rangka

penawaran umum. Karena keterbukaan informasi sangat penting bagi investor

publik. Baik informasi yang baik ataupun buruk yanng dapat mempengaruhi

jalannya perusahaan harus sampai ke tangan investor publik, sehingga investor

dapat mengambil keputusan jual beli saham sebelum terlambat.13

12

Hamud M.Balfas, Op.Cit., hlm. 251.

13

(7)

Tujuan penegakan prinsip keterbukaan untuk menjaga kepercayaan

investor sangat relevan ketika munculnya ketidakpercayaan publik terhadap pasar

modal, yang pada gilirannya mengakibatkan pelarian modal (capital flight) secara

besar-besaran dan seterusnya dapat mengakibatkan kehancuran pasar modal

(bursa saham). Sebab ketiadaan keterbukaan atau ketertutupan informasi akan

menimbulkan ketidakpastian bagi investor. Akibatnya investor sulit mengambil

keputusan untuk berinvestasi di pasar modal.14

Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

judul yang diangkat untuk menulis skripsi ini adalah: Akibat Hukum dari

Penunjukan Penjamin Emisi dalam Penawaran Umum Saham oleh Emiten.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dirumuskan

permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaturan penawaran umum saham dalam peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar modal di Indonesia?

2. Bagaimanakah peranan Penjamin Emisi Efek dalam peraturan

perundang-undangan di bidang Pasar Modal di Indonesia?

3. Bagaimanakah akibat hukum penunjukan penjamin emisi dalam penawaran

umum saham oleh emiten?

14

(8)

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan penawaran umum saham dalam peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal di Indonesia.

2. Untuk mengetahui peranan penjamin emisi efek dalam peraturan

perundang-undang di bidang pasar modal di Indonesia.

3. Untuk mengetahui akibat hukum dari penunjukan penjamin emisi dalam

penawaran umum saham oleh emiten.

Sedangkan yang menjadi manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat teoritis

Memberikan pengetahuan yang luas kepada penulis sendiri bagaimana

peraturan-peraturan yang ada didalam Undang-undang maupun peraturan dalam

perusahaan sendiri, mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Pasar Modal

khususnya akibat hukum dari penunjukkan penjamin emisi dalam Penawaran

umum saham oleh emiten.

2. Manfaat praktis

Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjawab

permasalah-permasalahan yang dibahas, sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait

langsung dengan judul penulisan ini, serta mengukur kemampuan penulis dalam

memahami dan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh serta dapat

memberikan masukan bagi pembaca yang terkait dengan judul penulisan ini, juga

(9)

D. Keaslian Penulisan

Judul yang diangkat adalah murni dari hasil pemikiran yang didasarkan

dari ide, gagasan, dibantu dengan buku-buku, referensi dan masukan dari berbagai

pihak dalam membantu penulisan skripsi ini. Berdasarkan pemeriksaan

Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum USU atau Pusat Dokumentasi

dan Informasi Hukum Fakultas Hukum USU, skripsi yang berjudul “Akibat

Hukum dari penunjukan Penjamin emisi terhadap Penawaran umum saham oleh

Emiten” belum pernah ditulis di Fakultas Hukum USU sebelumnya, meskipun

terdapat beberapa judul skripsi/tesis yang berkaitan antara lain :

1. Nelly Evalina Gurusinga, mahasiswa Fakultas Hukum USU, dengan judul

skripsi Aspek yuridis penerbitan dan perdagangan saham perusahaan go public

dalam pasar modal, ditulis pada tahun 2008.

2. Wina Avina Nasution, mahasiswa Fakultas Hukum USU, dengan judul skripsi

Tanggung jawab Penjamin Emisi Efek (underwitter) ditinjau dari

Undang-Undang No.8 tahun 1995, ditulis pada tahun 2010.

3. Hendry, mahasiswa Fakultas Hukum USU, dengan judul skripsi Peranan

underwritter dalam privatisasi BUMN melalui Initial Public offering, ditulis

pada tahun 2010.

4. Mega Kartika, mahasiswa Fakultas Pascasarjana Ilmu Hukum USU, dengan

judul tesis Peran dan tanggung jawab Underwritter dalam perjanjian full

commitment di pasar perdana, ditulis pada tahun 2009.

Jika dilihat dari permasalahan yang ada, tulisan ini bukanlah hasil ciplakan

(10)

adalah karya tulis ilmiah yang asli (original) dan dapat dipertanggung jawabkan.

Kalaupun terdapat pendapat atau kutipan dalam penulisan skripsi ini semata-mata

adalah faktor pendukung dan pelengkap dalam usaha menyempurnakan dan

menyelesaikan skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

1. Penawaran umum

Istilah penawaran umum adalah istilah hukum yag ditujukan bagi kegiatan

suatu emiten untuk memasarkan dan menawarkan dan akhirnya menjual efek-efek

yang diterbitkannya, baik dalam bentuk saham, obligasi atau efek lainnya kepada

masyarakat secara luas. Dengan demikian penawaran umum adalah kegiatan

emiten untuk menjual efek yang dikeluarkannya kepada masyarakat, yang

diharapkan akan membeli dan dengan demikian memberikan pemasukan dana

kepada emiten baik untuk mengembangkan usahanya, membayar utang atau

kegiatan lainnya yag diinginkan oleh emiten tersebut.15

Penawaran umum atau biasa disebut Go public, secara harfiah istilah Go

public berarti pergi ke masyarakat. Secara konotatif, istilah Go public memang

khusus digunakan di dunia pasar modal. Artinya juga memang pergi ke

masyarakat, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat. Jadi, jika suatu

perusahaan ingin menambah modalnya, maka bisa pergi ke masyarakat untuk

mendapatkan modal tersebut.16

15

Hamud M.Balfas, Op.Cit., hlm. 19-20.

16

(11)

Penawaran umum menurut Pasal 1 angka 15 UUPM diartikan sebagai

kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada

masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang ini dan

peraturan pelaksanaannya.17

2. Penjamin emisi efek

Penjamin emisi efek dalam UUPM diartikan sebagai pihak yang membuat

kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan

emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.18

Penjamin emisi sebagaimana istilahnya adalah tindakan suatu pihak dalam

suatu penawaran umum untuk menjamin (sesuai dengan jenis penjaminannya)

bahwa efek yang akan dikeluarkannya akan terbeli sebanyak mungkin oleh

pemodal (investor) ketika efek ditawarkan. Penjamin emisi (underwritter) dengan

demikian adalah satu atau beberapa pihak yang ditunjuk oleh emiten untuk

melakukan proses penjaminan atas efek-efek yang diterbitkan oleh emiten.19

Penjaminan emisi sendiri tidak lain adalah kegiatan memasarkan efek yang

dikeluarkan oleh satu perusahaan atau pemegang saham yang bermaksud menjual

sahamnya. Kalau penjamin emisi membantu emiten dengan melakukan

penjaminan emisi, maka saham-saham baru yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk ditawarkan kepada masyarakat itu dilakukan baik dalam rangka perluasan

usaha atau membayar utang. Sedangkan apabila penjamin emisi membantu

melakukan pemasaran saham yang dimiliki pemegang saham, maka pasti

pemegang saham tersebut merupakan pemegang saham besar yang bermaksud

17

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

18

Pasal 1 angka 17 UUPM.

19

(12)

menjual saham-sahamnya kepada masyarakat, baik untuk mengurangi jumlah

saham yang dimilikinya maupun untuk menjual seluruh saham yanng

dipegangnya di perusahaan.20

3. Saham

Saham merupakan efek yang paling umum ditawarkan dalam suatu

penawaran umum, dan karenanya merupakan instrumen yang paling umum

dikenal dan diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan komponen dan

wujud dari penyertaan modal dalam suatu usaha yang berbentuk perseroan

terbatas. Sehingga untuk pembahasan atas masalah saham pengaturan utamanya

akan harus merujuk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT). Di dalam UUPT pembuat

undang-undang sama sekali tidak membuat perumusan mengenai apa itu saham,

tetapi dengan melihat sifatnya maka saham itu dapat dirumuskan sebagai

penyertaan.21

Saham dianggap sebagai penyertaan seseorang atau pihak tertentu di

dalam modal perseroan terbatas karena saham merupakan komponen dari modal

suatu perseroan terbatas. Saham adalah penyertaan yaitu pemasukan modal dari

pemegang saham kedalam suatu badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas.

Sebagaimana dikemukakan diatas, salah satu sifat utama dari saham ini adalah

sekali dimasukkan/disetorkan oleh pemegang saham maka tidak dapat dilakukan

penarikan kembali. Karena saham merupakan penyertaan modal dari pemegang

saham di dalam suatu perseroan terbatas maka pemegang saham merupakan

20

Ibid., hlm. 248.

21

(13)

pemilik dari perseroan terbatas. Dengan demikian besarnya pemilikan seseorang

pemegang saham atas perseroan ditentukan berdasarkan besarnya penyertaan yang

bersangkutan terhadap modal perseroan. 22

Untuk membuktikan kepemilikan atas saham yang dimiliki oleh pemegang

saham, perseroan mengeluarkan surat saham. Surat saham ini dikeluarkan sebagai

bukti kepemilikan atas satu saham atau kepemilikan sejumlah saham. Saham yang

dikeluarkan oleh perseroan yang mewakili lebih dari satu saham oleh pemilik

saham dikenal dengan surat saham kolektif.23

4. Emiten

Emiten adalah perusahaan swasta atau BUMN (Badan Usaha Milik

Negara) yang mencari modal dari bursa efek dengan cara menerbikan efek (bisa

saham, obligasi, right issue, dan waran). Dari emiten inilah awal munculnya efek,

yang kemudian diperdagangkan di bursa efek.24

Emiten dalam UUPM diartikan sebagai pihak yang melakukan penawaran

umum.25 Setelah penawaran umum efek tersebut, emiten pada dasarnya “tidak

mempunyai hubungan lagi” dengan efek yang dikeluarkan tersebut. Dalam arti

emiten (dalam batas-batas tertentu) tidak akan berkepentingan atas naik turunnya

harga efek emiten tersebut. Karena naik turunnya harga tersebut adalah

kepentingan pemodal yang melakukan jual beli atas efek tersebut. Emiten

hanyalah berkewajiban untuk mengelola usahanya dengan baik dan menjalankan

22

Ibid., hlm. 91.

23

Ibid., hlm. 92.

24

Sawidji Widoatmodjo, Op.Cit., hlm. 62.

25

(14)

kewajiban-kewajibannya sebagai emiten yang pada akhirnya juga akan

berdampak pada harga efek tersebut.26

F. Metode Penulisan

Untuk mencari dan menemukan kebenaran secara ilmiah serta memperoleh

hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi penulisan skripsi, Metode

yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini adalah :

1. Jenis penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum

normatif. Penelitian hukum normatif mengacu kepada norma-norma hukum yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan

serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penulisan ini

menggunakan penelitian hukum normatif dengan cara meneliti dan mengolah

bahan pustaka yang merupakan data sekunder atau disebut juga penelitian

kepustakaan.

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang mengungkapkan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi

objek penelitian. Penelitian yang bersifat deskriptif merupakan metode yang

dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang terjadi

atau berlangsung yang tujuan agar dapat memberikan data seteliti mungkin

mengenai objek penelitian sehingga mampu menggali hal-hal yang bersifat ideal,

26

(15)

kemudian dianalisis berdasarkan teori hukum atau peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

2. Data penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan hukum

primer, sekunder dan tersier.

a. Bahan hukum primer, terdiri dari peraturan perundang-undangan dibidang

ekonomi yang mengikat, antara lain Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995

tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995

tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal, dan

Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

b. Bahan hukum sekunder, berupa karya-karya ilmiah, berita-berita serta

tulisan dan buku yang ada hubungannya dengan permasalahan yang

diajukan.

c. Bahan hukum tersier, berupa bahan-bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia dan lain

sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan

(library research) yaitu penelitan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang

(16)

peraturan perundang-undangan dan bahan bacaan lain yang terkait dengan

penulisan skripsi ini.

4. Analisis data

Berdasarkan sifat penelitian yang menggunakan metode penelitian bersifat

deskriptif analistis, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis secara

pendekatan kualitatif terhadap data sekunder yang didapat. Bahan hukum yang

dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara

sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis bahan hukum,

selanjutnya semua bahan hukum diseleksi dan diolah, kemudian dinyatakan secara

deskriptif sehingga menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya,

sehingga memberikan jawaban terhadap permasalahan yang dimaksud.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai isi dari skripsi

ini maka disusun dalam suatu sistematika penulisan. Sistematika penulisan ini

terdiri dari 5 (lima) bab, dimana tiap-tiap bab tersebut terbagi lagi ke dalam

beberapa sub bagian yang bertujuan untuk memudahkan pemahaman terhadap

keseluruhan isi skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut:

Bab I merupakan bab pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang

gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode

(17)

Bab II berisikan tentang pengertian dan dasar hukum penawaran umum,

tujuan dan manfaat penawaran umum, pihak-pihak yang terkait dalam penawaran

umum, prosedur internal dan eksternal perusahaan dalam penawaran umum, serta

pengawasan internal dan eksternal penawaran umum.

Bab III berisikan tentang pengertian dan dasar hukum tentang penjamin

emisi, penggolongan penjamin emisi, peranan penjamin emisi efek, dan

pelaksanaan kerterbukaan di pasar primer.

Bab IV berisikan tentang pengertian dan dasar hukum keterbukaan,

informasi penting dalam keterbukaan, keterbukaan dalam isi prospektus, dan

akibat hukum dari penunjukan penjamin emisi dalam penawaran umum saham

oleh emiten.

Bab V merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, dimana dalam

bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang menjadi pokok-pokok pikiran penulis

mengenai keseluruhan skripsi berdasarkan pembahasan dari beberapa bab

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan kebijakan untuk mendorong forum konsultasi publik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, pengembangan sistem publikasi informasi proaktif yang dapat

Sesungguhnya orang yang yang tidak mau mengikuti Rasulullah SAW, mereka di akhirat kelak akan mendapatkan siksa yang dari Allah, sehingga mereka memohon kepada

Mengacu pada hal yang telah diuraikan sebelumnya, dilakukan penelitian sifat mekanik beton yaitu kuat tekan dengan memanfaatkan material Tailing sebagai substitusi

Oleh karena itu, pada penelitian ini, masalah pendistribusian air minum di PDAM Surakarta akan dimodelkan dengan model transportasi yang bertujuan untuk meminimumkan biaya

Berdasarkan rencana sruktur ruang, sistem pusat permukiman Kabupaten Musi Rawas terdiri dari Muara Beliti sebagai PKL dan pada jenjang berikutnya terdapat pusat pelayanan yang

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa: pengungkapan CSR terbukti berpengaruh terhadap agresivitas pajak perusahaan, moderasi kepemilikan

bahwa secara keseluruhan protokol DCCP CCID2 memiliki kinerja yang lebih baik pada sisi utilisasi bandwidth dan fairness untuk data VoIP dan video conference

memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi Program Studi terhadap populasi dosen Nisbah dosen pengampu matakuliah yang memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi