• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES B"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PROSES BELAJAR MENGAJAR: SUATU KAJIAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dodi Ilham

Abstrak: Pendidikan dasar adalah pendidikan wajib belajar (WAJAR) selama 9 tahun, artinya setiap warga negara harus dapat merasakan dan menyelesaikan pendidikan minimal di bangku SD (6 tahun) dan SMP (3 tahun), bahkan pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun sampai SMA. Namun realitas yang terjadi ternyata berbeda, harapan setiap warga negara untuk dapat mengenyam pendidikan secara luas hanya sebatas angan-angan saja. Sehingga, kewajiban bagi pemerintah untuk dapat menyelenggarakan pendidikan seperti menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan maupun menyiapkan beasiswa bagi anak-anak putus sekolah sehingga hak-hak mereka untuk mendapat pendidikan bisa terpenuhi secara layak, adil dan merata.

I. PENDAHULUAN

Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem dari sistem sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda agar dapat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan jaman.

(2)

yang terdidik sesuai denagn kebutuhan masyarakat, maka dengan tenaga terdidik berarti tingkat kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak menggunakan kemampuan inteleknya, sehingga perlu adanya penyesuaian dengan lapangan pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang disebabkan adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat.

Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau kebutuhan adanya inovasi pendidikan dapat kita gali dari tiga hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a) kegiatan belajar mengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan).

FAKTOR KEBERHASILAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan Pendidik sebagai tenaga profesional. Pendidik sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian. Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas Pendidik dalam mengajar mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa:

(3)

belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda, demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh Pendidik yang berbeda belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun para Pendidik tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai Pendidik yang profesional.

2. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada waktu Pendidik mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya. Kegiatan Pendidik di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan kelompok. Apa yang dilakukan Pendidik di kelas tanpa diketahui oleh Pendidik yang lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah merupakan cara yang terbaik.

3. Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sangat minimal bantuan teman sejawat untuk memeberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan Pendidik di kelas seolah-olah sudah merupakan hak mutlak tanggungjawabnya, orang lain tidak boleh ikut campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak kekurangannya.

4. Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Dan memang untuk membuat kriteria keefektifan proses belajar mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan keberhasilan kegiatan belajar peserta didik. Usaha untuk membuat kriteria tersebut sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya Alat Penilai Kompetensi Pendidik.

(4)

6. Berdasarkan data adanya perbedaan individual peserta didik, tentunya lebih tepat jika pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat fleksibel, tetapi kenyataannya justru Pendidik dituntut untuk mencapai perubahan tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika Pendidik tidak dapat mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas profesionalnya.

7. Pendidik juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan, serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang kegiatannya. Ada kemauan Pendidik untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan masih terasa berat, jumlah muridnya dalam satu kelas 50 orang, masih ditambah tugas administratif, ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan karena gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi program pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi Pendidik mengalami hambatan.

8. Pendidik dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar mengalami kesulitab untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar Pendidik mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian negara/nasional. Demikian pula dari satu segi Pendidik dituntut menekankan perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai untuk menentukan kelulusan peserta didik hanya mengutamakan aspek kognitif.

(5)

bahwa profesional Pendidik diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan Pendidik itu ”semi profesional” , karena jika profesional yang penuh tentu akan memberi peluang pada anggotanya untuk: (a) menguasai kemampuan profesional yang ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki anggota profesi dan penilaian terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk berbuat profesional, ditentukan bersama antar sesama anggota profesi.

Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan sumber motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut, atau bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovai pendidikan secara efektif.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BELAJAR MENGAJAR

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.

a. Faktor fisiologis

(6)

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik Pendidik maupun peserta didik perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat¬an fungsi mata dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.

b. Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut:

1) Kecerdasan/inteligensi peserta didik

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu¬an psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut.

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi

(7)

120 – 139 Superior 110 – 119 Rata-rata tinggi

90 – 109 Rata-rata 80 – 89 Rata-rata rendah 70 – 79 Batas lemah mental 20 — 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

a) Kelompok kecerdasan amat superior (very superior), IQ 140 - IQ 169; b) Kelompok kecerdasan superior, IQ 120 - Q 139;

c) Kelompok rata-rata tinggi (high average), IQ 110 -IQ 119; d) Kelompok rata-rata (average), IQ 90 - IQ 109;

e) Kelompok rata-rata rendah (low average) IQ 80 - IQ 89;

f) Kelompok batas lemah mental (borderline defective), IQ 70 - IQ 79; g) Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective), IQ 20 - IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot. Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orangtua dan Pendidik atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. ¬Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada peserta didik.

2) Motivasi

(8)

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva¬si intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergan¬tung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Wood, yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas; b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;

c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misal¬kan orangtua, saudara, Pendidik, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

d) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

e) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun kompetisi.

f) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran .

g) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan Pendidik orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.

3) Minat

(9)

terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang Pendidik atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat peserta didik agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar peserta didik tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar peserta didik (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga peserta didik menjadi aktif, maupun performansi Pendidik yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh peserta didik sesuai dengan minatnya.

4) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng¬aruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap peserta didik dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan Pendidik, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, Pendidik sebaiknya berusaha untuk menjadi Pendidik yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

(10)

sehingga membuat peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkan peserta didik bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri peserta didik.

5) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Widodo mendefinisi¬kan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang peserta didik untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemam¬puan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melaku¬kan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubung¬an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, peserta didik yang berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.

c. Rasa Percaya Diri Peserta didik

(11)

d. Cita-Cita Peserta didik

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi intrinsik. Tetapi adakalanya “gambaran yang jelas” tentang tokoh teladan bagi peserta didik belum ada. Akibatnya, peserta didik hanya berperilaku ikut-ikutan. Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan memiliki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar. Di sekolah menengah didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri peserta didik. Didikan pemilikan dan pencapaian cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal sederhana ke yang semakin sulit.

2. Faktor faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik peserta didik atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar peserta didik. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.

a. Lingkungan sosial

1) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan baik.

(12)

mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakat¬nya.

3) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masya¬rakat tempat tinggal peserta didik akan memengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan peserta didik yang kumuh, banyak pengang¬guran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memer¬lukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b. Lingkungan nonsosial.

Faktor faktor yang termasuk lingkung¬an nonsosial adalah:

1) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa¬kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar peserta didik. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar peserta didik akan terhambat.

2) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang¬an olahraga. Contohnya, letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai, lalu bangunan itu harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.

(13)

4) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yan direkayasa sedemikianrupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Di samping faktor-faktor internal dan eksternal peserta didik, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar peserta didik tersebut. Seseorang peserta didik yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, bepeluang sekali untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada peserta didik yang menggunakan pendekatan belajar surface atau repfroductive.

5) Bimbingan. Di dalam belajar, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan ini perlu diberikan untuk mencegah usaha-usaha yang membuta, hingga anak tidak mengalami kegagalan, melainkan dapat membawa kesuksesan. Bimbingan dapat menghindarkan kesalahan dan memperbaikinya. Bimbingan dapat diberikan sebelum ada usaha-usaha belajar atau sewaktu-waktu setelah ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefktifan bimbingan ini tergantung dari macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar. Karena ini dapat mencegah kesalahan yang bisa timbul dan mengakibatkan adanya putus asa. Karena apabila pada permulaannya sudah mengalami kegagalan ini akan berakibat bermacam-macam antara lain kebencian terhadap Pendidik yang memberikan mata pelajarannya, hingga dapat menghambat keefektifan belajar.

(14)

PENUTUP.

Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar ialah kemampuan Pendidik sebagai tenaga profesional. Pendidik sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional yang telah dirumuskan. Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar mengajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Amri Sofan dan Khoiru Ahmadi Iif, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, Jakarta, Mitra Kencana. 2010.

Aunurrahman, Belajar Dan Pembelajaran, Cet. IV; Jakarta: PT. RajaGrafindo, 2010.

Dirdjosoemarto dkk. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : FPMIPA UPI dan JICA IMSTEP.

Margono. Strategi Belajar-Mengajar Buku I Cetakan V; Surakarta: Sebelas Maret University Press. 1996.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran. Bandung: Kencana. 2006.

Asnawir, dan Usman Basyiruddin, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

Supriyono Widodo dan Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Solo: Rineka Cipta, 2003.

Mustaqim, Psikiologi Pendidikan, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2007.

Derek Wood dkk, Kiat Mengatasi Gangguan Belajar, Jogjakarta: KATAHATI, 2007.

Subroto B. Suryo, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Edisi Revisi, Cetakan II; Bandung, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tindakan kelas merupakan perbaikan mutu praktik pembelajaran di kelas, makin banyak diminatiPenelitian tindakan kelas menurut Sutama (2012: 133-134)

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Rahyono (2003) menyatakan intonasi sebuah bahasa memiliki keteraturan yang telah dihayati bersama oleh para penuturnya.Penutur sebuah bahasa tidak memiliki kebebasan yang

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Strategi penghidupan merupakan langkah yang diambil setiap orang untuk dapat mencapai kondisi status sosial ekonomi yang dituju berguna untuk kehidupan yang

Sebagai perempuan milik Tuhan yang diciptakan untuk menjadi penolong, kita harus dapat menjadi inspirasi bagi sesama melalui hal-hal yang sederhana, seperti : membantu pemerintah