BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi pembangunan, diantaranya dapat dilihat dalam bentuk devisa, pajak
dan retribusi yang di peroleh dari perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Dalam perencanaan pengembangan suatu daerah, sektor pariwisata
memberikan peranaan besar terhadap peningkatan daerah.
Salah satu faktor dalam pengembangan pariwisata adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata itu sendiri.
Partisipasi masyarakat tersebut seyogyanya berlangsung secara sukarela dan adanya keberlanjutan. Partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi yang
memandang masyarakat sebagai subjek dari segala aturan pembangunan bukan sebagai objek pembangunan. Pelibatan masyarakat ini secara utuh dilakukan melalui pola pikir pembangunan yang memandang masyarakat sebagai subyek
peraturan dengan keanekaragaman perilaku. Melalui proses pelibatan partisipasi masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian
Masyarakat sebagai komponen utama dalam pembangunan pariwisata
mempunyai peranaan yang penting dalam menunjang pembangunan pariwisata daerah yang ditujukan untuk mengembangkan potensi lokal yang bersumber dari
alam, sosial budaya ataupun ekonomi masyrakat. Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam
penyelenggaraan kepariwisataan. Peran serta masyarakat dalam memelihara sumber daya alam dan budaya yang dimiliki merupakan andil yang besar dan
berpotensi menjadi daya tarik pariwisata.
Dalam proses pembangunan dan penataan suatu objek wisata oleh pemerintah sering sekali terlantar akibat kurangnya pemeliharaan dan perawatan.
Dalam hal pengembangan pariwisata seperti atraksi wisata dan kerajinan cendera mata serta pemeliharaan objek wisata kurang terdapat pengeloaan sehingga dalam
hal ini untuk mengatasi masalah tersebut perlu peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata.
Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan sumber daya alam yang
dimiliki merupakan andil yang besar dan berpotensi menjadi objek wisata. Selain itu, dengan mengikut sertakan masyarakat dalam proses dan usaha pengembangan
pariwisata sangat penting, sehingga dari masyarakat itu sendiri memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kelestarian potensi sumber daya alam yang dimiliki daerahnya. Dengan memiliki rasa tanggung jawab ini maka masyarakat
sehingga masyarakat didaerah tersebut merawat dan memelihara kelestarian objek
wisata yang ada didaerahnya.
Dalam hal usaha dan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada
masyarakat lokal masih minim. Hal ini dikarenakan masyarakat belum sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan objek wisata didaerahnya. Penyebab lain yaitu tidak adanya kemampuan finansial dan keahlian yang berkualitas untuk
mengelola dan memelihara objek wisata yang ada di daerahnya.keahlian disini maksudnya menyangkut keterampilan-keterampilan masyarakat dalam pembuatan
kerajinan tangan, memberikan pelayanan yang terbaik bagi wisatawan, memelihara infrastuktur yang ada. Sehingga sangat diperlukan partisipasi aktif masyarakat untuk menjadi tuan rumah yang baik, ikut menajaga kelestarian alam,
keindahan, kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata serta masyarakat yang ada di daerah objek wisata dapat
memberikan kenangan dan kesan yang baik dalam rangka mendukung program sapta pesona sehingga dapat menanamkan kesadaran masyarakat dalam pengembangan pariwisata dan akan menimbulkan masyarakat yang sadar wisata.
Kabupaten Karo terkenal sebagai daerah penghasil produk pertanian dan juga sebagai daerah tujuan wisata di Indonesia dengan Kota Berastagi sebagai
banyaknya potensi sumber daya alam yang menunuang pengembangan sektor
pariwisata di Kabupaten Karo1
Salah satu objek wisata yang ada di Kota Berastagi adalah Bukit
Gundaling. Bukit Gundaling merupakan tempat wisata dengan pohon kayu yang rindang dan bunga bungaan yang sudah dikenal sejak jaman penjajahan Belanda. Dari Puncak Bukit Gundaling terlihat panorama Gunung Sibayak dan Gunung
Sinabung serta Kota Berastagi. Jarak dari Kota Berastagi ke Bukit Gundaling ± 2 Km dapat menggunakan bus ukuran besar. Selain pemandangan indah di Bukit
Gundaling para wisatawan juga bisa berkeling dengan menunggangi kuda atau kreta sado, berbelanja souvenir cendera mata khas Bukit Gundaling dan Khas Kota Berastagi, hal lain yang bisa di lakukan yaitu adanya tempat untuk
beristirahat dan aneka makanan dan minuman .
2
1
http://karokab.go.id/i/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=36&Itemid=55 Diakses Pada tanggal 08 Oktober 2013 pukul 13.15 WIB
. Dalam usaha pengembangan objek wisata Bukit Gundaling partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Dimana
terdapat efek berganda dari pengembangan Objek Wisata Bukit gundaling. Dimana industri wisata akan menggerakkan ekonomi masyarakat, terutama pada sektor informal. Dalam hal ini masih sangat minim terlihat partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pariwisata Gundaling. Hal ini terlihat dari tata ruang pengelolaan objek yang belum baik seperti rumah makan, toko-toko souvenir,
pondok, yang belum tertata rapi sehingga kurang nyaman untuk dipandang. Dari segi parkir di bukit Gundaling manajemen parkir belum sepenuhnya tertata
2
dengan baik. Jika dilihat dari dimensi lingkungan, pengelolaan sampah masih
belum baik hal ini terlihat dari beberapa lokasi di areal bukit gundaling masih terlihat sampah yang berserakan, ini dilihat dari hasil observasi tanggal 02 Januari
2014 dan Observasi tanggal 19 Januari 2014. Dari segi pemeliharaan infrastruktur pendukung, pemeliharaan proyek-proyek infrastruktur yang dibangun masih belum terpelihara dengan baik dan banyak yang rusak.. Hal ini terlihat dari
patung, Sapo angin, geriten yang kurang terpelihara. Dari segi kuliner, di bukit Gundaling belum terdapat makanan dan minuman khas yang memunculkan minat
wisatawan untuk berkunjung. Pada hari libur atau hari-hari tertentu masyarakat lokal pelaku wisata juga belum membuat attraksi wisata buatan yang dapat menarik segmen wisatawan massal.
Objek wisata lain di Kabupaten Karo yaitu Desa budaya Lingga. Lingga adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisat
lebih kurang 15 Km da
adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh.
kekerabatan. Rumah adat pembatas berupa dinding kayu atau lainnya. Dalam wisata budaya ini berkaitan dengan rumah tradisional Karo. Dimana pada saat ini hanya tersisa 2 rumah adat
pengembangan pariwisata budaya lingga. Partisipasi masyarakat di desa budaya
Lingga menyangkut pemeliharaan Rumah adat tradisional karo, pembuatan kerajinan tangan khas Karo, pemeliharaan dan pengembangan museum Karo
Lingga. Untuk pengembangan desa wisata sangat di utamakan peran serta masyarakatnya dalam pengembangan pariwisata suatu desa wisata.
Peningkatan Partisipasi masyarakat akan dengan tersendirinya
berkembang bila kegiatan pariwisata tersebut dirasakan manfaat ekonominya oleh masyarakat. Partisipasi masyarakat disini adalah bentuk kegiatan yang menunjang
industri pariwisata dengan kegiatan yang makin memperkokoh kekhasan wisata, misalnya membuat cendera mata khas Bukit Gundaling Berastagi dan kerajinan tangan khas desa budaya Lingga, ikut menjaga kelestarian alam, keindahan,
kebersihan lingkungan, menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung wisata Bukit Gundaling. Desa budaya Lingga dalam memertahankan keaslian
desa budaya dan pemeliharaan rumah adat sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakatnya. Tentunya partisipasi masyarakat sangat diutamakan di sini karena dianggap yang paling mengetahui keadaan tempat tersebut. Berdasarkan uraian
tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan
Pariwisata”(Studi Pada Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian pada latar belakang tersebut, maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata
Gundaling Berastagi dan Desa Budaya Lingga Kabupaten Karo?
C. Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam proses penelitiannya. Adapun tujuan yang Penulis harapkan dapat
dicapai melalui penelitian ini adalah:
1. Untuk mengatahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi Kabupaten Karo
Dalam hal ini peneliti ingin melihat partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling yaitu :
Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan
rumah makan
Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang
menyangkut pengelolaan sampah
Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan
minuman yang khas
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda
tunggang
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan kerajinan tangan souvenir
Gundaling
Partisipasi masyarakat dalam penjualan cendera mata/ souvenir
khas kota Berastagi
Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan
Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet
umum
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar
Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak
langsung photo.
2. Untuk mengetahui program Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam
melibatkan masyarakat dalam peningkatan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. 3. Untuk mengetahui masalah atau kendala yang dihadapi dalam
pengembangan pariwisata Gundaling Berastagi dan desa budaya Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan wahana untuk melatih dan
mengembangkan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan kemampuan berfikir melalui karya ilmiah berdasarkan kajian-kajian teori
2. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dalam menambah kajian maupun referensi bagi mahasiswa yang tertarik terhadap penelitian ini
dengan objek yang sama.
3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Dinas Pariwisata Kabupaten Karo dalam Pengembangan Pariwisata
Gundaling Berastagi Kabupaten Karo.
E. Kerangka Teori
Sebelum melangkah pada operasionalisasi penelitian, akan dikemukakan terlebih dahulu teori-teori yang sesuai dengan penelitian yang akan dilaksanakan.
Sebagai upaya untuk lebih mengarahkan dalam mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Kerangka teori ini diperlukan sebagai alat untuk memudahkan penelitian,
sebab ini merupakan pedoman berpikir bagi peneliti. Oleh karena itu, seorang peneliti harus terlebih dahulu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan
bepikir untuk menggambarkan dari suatu mana ia menyoroti masalah yang dipilihnya. Menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial
digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi objek penelitian 3
Partisipasi anggota masyarakat adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan
pelaksanaan (implementasi) program/ proyek pembangunan yang dikerjakan di masyarakat
.
Oleh karena itu, untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman berpikir yaitu kerangka teori.
1. Partisipasi Masyarakat
4
Menurut Isbandi partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani
masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi
. Partisipasi atau peran serta masyarakat dalam pembangunan
(pedesaan) merupakan aktualisasi dari kebersediaan dan kemauan anggota umum untuk berkorban dan berkontribusi dalam implementasi proyek yang akan dilaksanakan.
5
Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat secara aktif yang berorientasi pada pencapaian hasil
pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat. Dengan partisipasi masyarakat, .
3
Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES 1995, hal 37
4
Rahardjo Adisasmita. Pembangunan dan Perkotaan. Yokyakarta: Graha Ilmu, 2006 hal 38
5
perencanaan pembangunan diupayakan menjadi lebih terarah, artinya rencana atau
program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
1.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pariwisata
Masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata, karena sesungguhnya
merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Pengelolaan objek wisata, kerajinan tangan dan kebersihan
merupakan beberapa contoh peran yang memberikan daya tarik bagi pariwisata.
Selain itu masyarakat lokal merupakan “ pemilik” langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus di konsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan dan lanskap
yang merupakan sumberdaya pariwisata yang di konsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisata lainnya berada ditangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka.
Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan
perencanaan. Oleh sebab itu peran terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat
Secara sederhana, konsep partisipasi terkait dengan ”keterlibatan suatu
pihak dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain”. Menurut Tikson partisipasi merupakan sebuah proses dimana masyarakat sebagai stakeholders,
terlibat mempengaruhi dan mengendalikan pembangunan di tempat mereka masing-masing. Masyarakat turut serta secara aktif dalam memprakarsai kehidupan mereka, melalui proses pembuatan keputusan dan perolehan
sumberdaya dan penggunaannya6
Selama ini pengembangan pariwisata berbasis masyarakat menggunakan
pendekatan community based tourism, dimana masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dalam menunjang pembangunan pariwisata. Dengan demikian keterlibatan pemerintah dan swasta hanya sebatas memfasilitasi dan memotivasi
masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan desa wisata untuk dapat lebih memahami tentang fenomena alam dan budayanya, sekaligus menentukan
kualitas produk wisata yang ada di desa wisatanya .
7
6
.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, keterlibatan pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengembangan kawasan wisata akan membawa tuntutan bagi
partisipasi masyarakat. Hal ini tentunya perlu ditumbuhkan pemahaman atau persepsi yang sama dari stakeholders terkait dan memberikan ruang yang
seluas-luasnya bagi masyarakat sebagai pelaku utama pengembangan kawasan wisata.
7
1.2Cara Menggerakkan Partisipasi
Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggeraakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha itu8
1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata
:
2. Dijadikan stimulus terhadap masyarakat yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki
3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi membangkitkan tingkah laku yang dikehendaki secara berlanjut.
Selain cara cara diatas, partisipasi masyarakat dapat digerakkan melalui : 1. Proyek pembanguna desa yang dirancang sederhana dan mudah dikelola
masyarakat.
2. Organisasi dan kelembagaan yang mampu menggerakkan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
3. Peningkatan peranan masyarakat dalam pembangunan.
8
Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta:
1.3Bentuk-Bentuk Partisipasi
Rogers dalam Ndraha, menyatakan bahwa ada beberapa bentuk partisipasi yaitu9
1. Partisipasi dalam/ melalui kontak dengan pihak lain sebagai salah satu titik awal perubahan
:
2. Partisipasi dalam memperhatikan dan memberi tanggapan terhadap
informasi, baik dalam arti menerima(menanti, memenuhi dan melaksanakan) maupun menolaknya.
3. Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan. Partisipasi ini disebut juga sebagai partisipasi dalam pengambilan keputusan.
4. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan operasional pembangunan. 5. Partisipasi dalam menerima, memelihara dan mengembangkan hasil
pembangunan.
6. Partisipasi dalam menilai pembangunan yaitu keterlibatan masyarakat dalam sejauh mana pelaksanan pembangunan sesuai dengan rencana dan
sejauh mana hasilnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
9
Ndaha, Taliziduhu. 1987. Pemabnguan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta:
2. Pariwisata
Menurut Organisasi Pariwisata Dunia, pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang
dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 Km(50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Sedangkan Menurut Undang-Undang No.10/2009 tentang
kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Wisata adalah perjalanan yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang mengunjungi tempat tertentu secara sukarela dan bersifat sementara dengan
tujuan berlibur atau tujuan lainnya bukan untuk mencari nafkah.
2.1Jenis-Jenis Pariwisata
Menurut Pendit, jenis-jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini, antara lain10
1) Wisata budaya :
Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan
ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.
10
Pendit, Nyoman. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya Paramitha, hal
2) Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga di air, danau,
pantai, teluk dan laut. Misalnya: memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah.
3) Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Wisata ini mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata
ketemapat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata ini banyak dikaitkan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara
pegunungan, keajiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang ditemukan ditempat lain.
4) Wisata Konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasiltas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat bersidang bagi
para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.
5) Wisata Pertanian (Agrowisata)
Dimana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan
studi maupun untuk sekedar menikmati aneka macam tanaman dan buah buahan..
6) Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaikan dengan agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke
makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau pegunungan yang dianggap keramat. Wisata Pilgrim ini banyak dihubungkan dengan niat atau
hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang untuk memperoleh berkah dan kekayaan yang melimpah.
2.2Pelaku Pariwisata
Di dalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat. Meskipun peran mereka berbeda-beda, tetapi harus diperhitungkan dalam pengembangan pariwisata yaitu11
1) Wisatawan :
Wisatawan adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.
Dengan motif dan latar belakang yang berbeda-beda, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk dan jasa wisata. Dalam hal ini bisa dimaklumi mengapa suatu daerah atau negara yang intensitas
11
Damanik, Janianton dan HelmutF.Weber.2009. Perencanaan Ekowisata Dari Teori Ke
wisatanya tinggi sebaliknya daerah atau negara lain hanya menempati
posisi sebagai penerima wisatawan atau penyedia jasa semata.
2) Industri Pariwisata
Industri pariwisata adalah semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Industri pariwisata dapat dibedakan menjadi:
a) Pelaku langsung ,yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan. contohnya: hotel,
restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata dan atraksi hiburan.
b) Pelaku tidak langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri
pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata. Contoh: usaha kerajinan tangan, lembar panduan wisata dan sebagainya.
3) Pemerintah
Pemerintah mempunyai otoritas dalam peraturan, menyediakan dan
peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan kebutuhan pariwisata. Pemerintah juga bertanggung jawab dalam menentukan arah kebijakan, yang menjadi panduan bagi stokeholder lain yang memainkan
peran masing-masing dalam pariwisata. Dalam menjalankan perannya pemerintah perlu menyusun rencana yang jelas. Tidak kalah penting
4) Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu kunci dalam pariwisata, karena
sesungguhnya merekalah yang menyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata, seperti upacara adat, kerajinan tangan dan kebersihan daerah tujuan wisata. Selain itu,
masyarakat lokal merupakan pemilik langsung atraksi yang dikunjungi serta dikonsumsi wisatawan.
Kesenian menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Tidak jarang masyarakat lokal ini sudah lebih dulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan
pengembangan dan perencanaan. Masyarakat lokal biasanya mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata.
5) Lembaga Swadaya Masyarakat
Banyak LSM baik lokal, regional maupun internasional yang melakukan kegiatan dikawasan wisata. Organisasi non-pemerintah ini sudah
melakukan aktivitasnya baik secara partikuler maupun bekerjasama dengan masyarakat.
2.3Objek dan Daya Tarik Wisata
Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung
10 Tahun 2009, daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatwan.
Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu tempat tertentu, kepariwisataan sulit untuk dikembangkan. Pariwisata biasanya akan lebih berkembang atau dikembangkan jika di suatu
daerah terdapat lebih dari satu jenis objek dan daya tarik wisata dibagi ke dalam dua kategori, yaitu:
1.Objek dan daya tarik wisata alam
Objek dan daya tarik wisata alam terdiri dari pantai, wisata bahari (wisata laut, danau dan sungai), pegunungan, daerah liar dan terpencil,
taman dan daerah konservasi. Soekadijo dalam Warpani mengelompokkan jenis pariwisata aktif maupun pasif alam, yaitu12
a) Melakukan kegiatan-kegiatan di alam terbuka misalnya berjemur dipantai, menyelam, berburu, dan panjat tebing.
:
b) Menikmati suasana alam seperti menikmati keindahan alam,
kesegaran iklim pegunungan dan ketenangan alam pedesaan.
c) Mencari ketenangan, melepaskan diri dari kesibukan rutin sehari
hari dan beristirahat.
12
Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung:
d) Menikmati “rumah kedua”, menikmati tempat tertentu, tinggal di
pesanggrahan, atau mendirikan tempat berteduh sementara berupa tenda.
e) Melakukan widiawisata, alam menjadi objek studi, mempelajari flora atau fauna tertentu.
2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya
Kekayaan budaya daerah, upacara adat, busana daerah dan kesenian daerah adalah daya tarik wisata. Budaya bukan hanya mengenai
kesenian tetapi juga adat istiadat masyarakat, kebiasaan yang tidak ditemui di daerah atau Negara asal wisatawan. Selain itu, keberadaan bangunan bersejarah dapat pula menjadi daya tarik wisata, misalnya keratin, gedung
bersejarah, rumah adat, candi, makam tua dan bersejarah, dan lain-lain.
2.4Elemen –Elemen Pariwisata
Gunn dalam Warpani memandang pariwisata sebagai suatu sistem dan memilahnya dalam sisi permintaan dan sediaan. Komponen permintaan terdiri atas elemen orang, ditenggarai hasrat orang melakukannya, sedangkan komponen
sediaan adalah daya tarik wisata, perangkutan, informasi dan promosi serta pelayanan. Atas dasar pengertian tersebut, Gunn mengelompokkan elemen
kepariwisataan menjadi elemen13:
13
Warpani, Suwardjoko dan Indira Warpani. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung:
1. Utama
a) Daya tarik yang mengandung arti objek yang menjadi sasaran dan destinasi kunjungan wisata. Daya tarik wisata adalah
potensi alamiah atau binaan atau hasil rekayasa akal budi yang menjadi fokus pariwisata. Elemen ini menjadi bagian langsung dan menjadi pemicu pariwisata.
b) Penduduk baik sebagai pelaku pariwisata, sebagai “tuan rumah” pariwisata maupun menjadi objek wisata (sasaran
penelitian). Penduduk dianggap memiliki tiga ciri utama yaitu, kualitas,kuantitas dan mobilitas. Ketiga ciri tersebut, baik penduduk di tempat asal wisatawan maupun penduduk di
destinasi wisata adalah faktor yang harus ditelaah secara cermat guna mengetahui pancaran dasar pariwisata pada tingkat lokal, regional, nasional dan internasional, kemampuan minat wisata.
2. Prasyarat
Elemen ini merupakan prasyarat proses berlangsungnya kegiatan pariwisata, yakni pengangkutan. Keandalan sistem pengangkutan secara langsung akan berpengaruh terhadap pola distribusi arus wisatawan menuju
objek wisata. Fungsi utama pengangkutan (lokal, regional, nasional dan internasional) adalah memindahkan orang dan barang dari asal ke tempat
Salah satu ciri utama pariwisata adalah melakukan perjalanan, sehingga
dapat dikatakan bahwa tanpa pelayanan jasa pengangkutan maka kepariwisataan akan lumpuh. Kesan pertama yang baik tentang daerah tujuan wisata harus
sudah tampil di terminal(bandara, dermaga/pelabuhan, stasion dan terminal bus) yang berfungsi sebagi gerbang utama.
3. Penunjang
a) Informasi dan promosi yang membangun untuk mendorong
minat berwisata.
b) Akomodasi, adalah mata rantai kegiatan wisata. Tanpa kegiatan kepariwisataan dapat dikatakan bahwa akomodasi akan
lumpuh. Akomodasi dapat berupa hotel, motel, pondok wisata dan bumi perkemahan.
c) Rumah makan. Banyak wisatawan yang ingin menikmati
makanan khas setempat, sehingga usaha makan sangat bermanfaat dalam kepariwisataan.
d) Lembaga Keuangan. Keberadaan lembaga keuangan seperti bank dan money changer sangat memudahkan dan memberi kenyamanan khusus bagi para wisatawan.
e) Sektor Informal. Para penjaja cenderamata, pramuwisata, bahkan para pedagang keliling selain untuk memenuhi
2.5Desa Wisata
Desa wisata adalah suatu integrasi bentuk integrasi antara akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat
yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata 14
1. Akomodasi : Sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan
atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. :
2. Atraksi : seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta
setting fisik lokal desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif seperti : kursus tari, bahasa dan lain-lain yang spesifik.
Adapun yang menjadi kriteria desa wisata sebagai berikut:
1. Atraksi Wisata, yaitu semua yang mencakup alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. Atraksi yang dipilih adalah yang paling menarik dan
atraktif di desa.
2. Jarak tempuh, adalah jarak tempuh dari kawasan wisata terutama
tempat tinggal wisatawan dan juga jarak tempuh dari tempuh ibukota provinsi dan jarak dari ibukota kabupaten.
3. Besaran Desa, menyangkut masalah-masalah jumlah rumah, jumlah
penduduk, karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria ini berkaitan dengan daya dukung kepariwisatan pada suatu desa.
14
4. Sistem kepercayaan dan kemasyakaratan, merupakan aspek penting
mengingat adanya aturan-aturan yang khusus pada komunitas sebuah desa. Perlu dipertimbangkan adalah agama yang menjadi mayoritas
dan sistem kemasyakaratan yang ada.
5. Ketersediaan infrastruktur, meliputi fasilitas dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, air bersih, drainase, telepon dan
sebagainya.
3. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan adalah proses, cara, pedoman menjadi maju atau membangun secara bertahap, teratur dan berkesinambungan yang mengarah
kepada tujuan yang dikehendaki. Pengembangan dapat dinilai sebagai respon terhadap perubahan yang selalu terjadi dari waktu ke waktu. Pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian upaya untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan berbagai sumber daya pariwisata, mengintegrasikan segala bentuk aspek diluar pariwisata yang
berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan keberlangsungan pengembangan pariwisata15
15
Swarbroke.1996. Pengembangan Pariwisata. Yokyakarta: Graha Ilmu, hal 99
3.1Tiga Paradigma Utama dalam Pengembangan Pariwisata
1. Economically viable, yaitu harus mampu meningkatkan pendapatan,
memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Socially acceptable, yaitu harus mampu mewujudkan keadilan sosial,
melestarikan serta memperkokoh jati diri, kemandirian bangsa, memperkaya kepribadian, memepertahankan nilai-nilai agama, serta berfungsi sebagai
menciptakan ketertiban dan kedamaian dunia (objek wisata yang potensial, jika dikelola dengan baik maka akan menyedot minat wisatawan mancanegara untuk langsung berkumpul, saling mengenal dan menjalin
persahabatan antarnegara).
3. Environmentally suistanable, yaitu harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkesinambungan. Oleh karena itu pembangunan
pariwisata berbasis masyarakat menjadi “azimat” yang harus dipegang oleh para penentu dan pelaksana kebijakan pembangunan pariwisata.
3.2Manfaat Pengembangan Pariwisata Pedesaan
Adapun manfaat dari pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut 16 1. Manfaat Ekonomi
:
Pariwisata memberikan sumber pendapatan baru kepada penduduk dengan adanya:
16
Jayadinata, Johara T dan I.G.P Pramandika.2006. Pembangunan Desa dalam Perencanaan. Bandung:
a. Kesempatan kerja baru dalam kegiatan pariwisata, misalnya
akomodasi, makanan, pengangkutan dan rekreasi.
b. Ekonomi lokal mengalami diversifikasi, cerita dasar ekonomi bagi
masyarakat menjadi lebih luas dan stabil.
c. Perusahaan baru yang tertarik dengan kawasan tersebut, yang memberikan kekuatan pada ekonomi lokal.
2. Manfaat sosial
a) Fasilitas atraksi baru, seperti prasarana budaya dan rekreasi dan
pusat olahraga.
b) Hubungan sosial yang lebih baik dalam masyarakat yang terisolasi dan kesempatan untuk pertukaran budaya.
c) Kesadaran yang lebih besar dan menghidupkan kembali adat istiadat lokal kerajinan tangan dan beberapa ciri kebudayaan sendiri.
d) Pengembangan peranan wanita dalam masyarakat pedesaan yang masih tradisional.
3. Manfaat untuk lingkungan
Untuk kebanyakan wisatawan, motivasi utama untuk mengunjungi pedesaan adalah suasana lingkungan alamnya. Sukses dari
pengembangan pariwisata pedesaan bergantung pada sumber dana dan pendorong dalam konservasi, produksi dan perbaikan lingkungan alam
perbaikan lingkungan pedesaan seperti pembuangan sampah.
Pengembangan pariwisata merupakan upaya salah satu cara dalam upaya untuk melestarian lingkungan, di samping akan memperoleh nilai
tambah atas pemanfaatan dari lingkungan yang ada.
F. Definisi Konsep
Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial17
1. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan seseorang atau sebuah kelompok dalam suatu kegiatan atau program yang bertujuan untuk
membawa perubahan kearah yang lebih baik. .
Untuk menghindari batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep, guna menghindari adanya salah pengertian maka defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
2. Pengembangan pariwisata adalah usaha menjamin agar sumber daya alam, sosial dan budaya yang dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata
agar dapat dinikmati pada saat ini bahkan untuk masa depan.
17
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3
G. Definisi Operasional
1. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat dalam pengembangan pariwisata Gundaling diukur
dari :
Partisipasi masyarakat dalam hal pengelolaan tata ruang pondok dan
rumah makan
Partisipasi masyarakat Gundaling dalam bidang kebersihan yang
menyangkut pengelolaan sampah
Partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan makanan dan
minuman yang khas
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa kreta sado dan kuda
tunggang
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan berbagai tanaman hias
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan dan penjualan cendera
mata/ souvenir khas kota Berastagi
Partisipasi masyarakat dalam pembuatan even bulanan
Partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan dan pengelolaan toilet
umum
Partisipasi masyarakat dalam penyediaan tenda dan tikar
Partisisipasi masyarakat dalam penyediaan jasa photographer cetak
2. Pengembangan pariwisata
Indikator-indikatornya :
Pembangunan sarana fisik dan non fisik
Ikut pameran pariwisata
Promosi dan pemasaran pariwisata
Pembinaan masyarakat sadar wisata
Penataan dan pengembangan potensi objek wisata
Pementasan event bulanan dan tahunan
Brosur-brosur paket wisata di agen perjalanan wisata dan website
pariwisata
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan.
BAB II METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang
digunakan dalam penelitian.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi
penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, dan struktur organisasi.
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab ini berisika hasil data yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil analisisnya.
BAB VI PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan berisi