• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPERASI KONTRAINSURJENSI AMERIKA SERIKAT SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "OPERASI KONTRAINSURJENSI AMERIKA SERIKAT SEBAGAI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

OPERASI KONTRAINSURJENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP INSURJENSI DI FILIPINA PADA MASA PENDUDUKAN AMERIKA

SERIKAT DI FILIPINA TAHUN 1899-1902

UJIAN AKHIR SEMESTER

COUNTER-INSURGENCY POLICY AND STRATEGY

Oleh:

Annisa Mutiara Damayanti Ariohudoyo (120150102001)

FAKULTAS STRATEGI PERTAHANAN PROGRAM STUDI PEPERANGAN ASIMETRIS

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awalnya, pasukan tentara Amerika Serikat (AS) berhasil mengusir tentara Spanyol keluar dari tanah Filipina dan menyerahkan Manila kepada Amerika Serikat. Pada saat yang bersamaan, pasukan tentara Filipina juga telah berhasil mengusir Spanyol dari seluruh wilayah Filipina, tetapi Spanyol akhirnya menyerahkan ibu kota Filipina, yaitu Manila ke tangan pasukan tentara AS dibawah Mayjen Wesley Merrit. Pasukan Tentara Filipina berada dibawah perintah Emilio Agunaldo, seorang pemuda berusia 29 tahun yang berpendidikan, serta dikenal sebagai illustrados. Aguinaldo telah memimpin berbagai pemberontakan terhadap kekuasaan Spanyol pada tahun 1896. Aguinaldo yang mengklaim dirinya sendiri sebagai seorang presiden pernah berharap kepada AS bahwa AS akan memfasilitasi kemerdekaan bagi rakyat Filipina.

Presiden AS saat itu, William McKinley memutuskan untuk mencaplok pulau-pulau tersebut menjadi milik AS atas dasar faktor missionaris dan fakor kepentingan AS. Salah satu misinya adalah untuk melakukan pengkristenisasian terhadap penduduk Filipina serta untuk mendidik rakyat Filipina. Saat itu, AS menganggap bahwa rakyat Filipina merupakan rakyat yang terbelakang secara akademis maupun non akademis sehingga presiden AS meragukan kapabilitas Filipina dalam menjalankan pemerintahannya sendiri (Deady, 2005).

(3)

juta dollar Amerika. Atas berita tersebut, maka penduduk asli Filipina merasa berang dan dengan adanya pengalaman atas kesuksesan mereka dalam melawan pendudukan Spanyol, pada akhirnya mereka mulai menyerukan aksi insurjensi dan berusaha untuk menyerang tentara AS dibawah pimpinan Aguinaldo di Manila pada tanggal 4 Februari 1899. Tetapi pada akhirnya, serangan tersebut gagal,yang menyebabkan kelompok insurjensi tersebut membubarkan pasukan lapangannya dan memulai untuk melakukan operasi gerilya pada bulan November 1899.

Kondisi geografis Filipina memiliki keuntungan yang sangat signifikan bagi pelaksaan operasi gerilya. Filipina merupakan negara kepulauan yang memiliki 7.000 pulau dengan beragam suku dan budaya. Pada tahun 1900, penduduk Filipina pada saat itu sebanyak 7,4 juta jiwa, yang tinggal di 74 provinsi berbeda, dimana 34 diantaranya tidak pernah ada aktivitas pemberontakan (Linn, 2000). Luzon, merupakan pulau terbesar di negara kepulauan tersebut yang merupakan tempat berdiamnya ibu kota dari Filipina, yang juga merupakan tempat tinggal bagi setengah dari keseluruhan penduduk yang ada di Filipina. Dengan demikian, operasi militer di Luzon sering kali dilakukan dalam menghadapi pemberontakan.

(4)

Jumlah anggota dari kelompok insurjen sangatlah beragam, mulai dari 80.000 hingga 100.000 orang, dengan didukung oleh kurang lebih 10.000 pelengkap lainnya (May, 1897). Masalah yang terbesar yang selalu dihadapi oleh kelompok insurjen ini adalah mereka kekurangan persenjataan beserta amunisinya. Komandan AS sudah memiliki inisiatif untuk memfokuskan rencana pengamanan terhadap penduduk Filipina. Pada tahun 1900, Aguilando mulai menyerukan kepada para pengikutnya mengenai pentingnya untuk meningkatkan serangan pemberontakannnya terhadap pasukan Amerika.

Tujuan dari Aguinaldo adalah untuk mengalahkan AS dan memastikan kemenangan atas William Jennings Bryan yang merupakan seorang anti-imperialisme pada pemilihan presiden saat itu (Gates, 1973). Pada akhirnya, melalui perang gerilya, Aguilando berhasil memenangkan perang tersebuut dengan melibas habis pasukan AS. Tidak berakhir sampai disitu, selanjutnya pasukan AS dibawah pimpinan Jenderal Arthur MacArthur memberlakukan peraturan-peraturan yang ketat terhadap penduduk Filipina, termasuk untuk mengharuskan para kombatan yang tidak berseragam, termasuk para pendukungnya untuk dieksekusi. Strategi ini juga memaksa penduduk sipil untuk memihak AS dan bersedia untuk membantu dalam pengisolasian operasi gerilya yang dilakukan oleh insurjen. Setelah kegiatan tersebut berlangsung selama lebih dari satu tahun, pada bulan Maret 1901, Aguinaldo berhasil ditangkap oleh pasukan AS.

(5)
(6)

BAB II

PEMBAHASAN KONTRA INSURJENSI AMERIKA SERIKAT TERHADAP GERAKAN INSURJENSI FILIPINA

2.1 Center of Gravity Amerika Serikat

Terdapat sebuah konsep, yaitu “Center of Gravity” merupakan sebuah konsep yang sangat penting untuk memberikan pengertian mengenai bagaimana dan dimana untuk mengerahkan elemen-elemen kekuatan suatu negara. Konsep ini diusung oleh Carl von Clausewitz, yang mengindentifikasikan konsep itu sebagai suatu sumber dari kekuatan dan pergerakan musuh yang bergantung satu sama lainnya (Clausewitz, 1976).

Doktrin AS memperluas konsep mengenai belligerent, baik dalam ruang lingkup konflik serta membedakan antara level strategis dan operasional dalam center of gravity (US Departement of Defense, 2002). Inti dari konsep ini adalah untuk mengaplikasikan elemen-elemen kekuatan untuk menyerang titik episentrum milik musuh. Secara akurat,insurjen Filipina lebih menargetkan warga-warga yang memberikan dukungannya kepada AS, karena kemauan warga untuk memenangkan pihak AS merupakan suatu kunci yang dapat memperkuat kekuasaan AS di Filipina.

(7)

memiliki kapabilitas untuk melakukan pemerintahannya secara mandiri tetapi pada akhirnya, penduduk asli Filipina harus bisa untuk melakukan hal tersebut, dan menjadi sebuah negara yang tidak lagi bergantung dengan AS.

Tujuan akhir dari komisi ini adalah dengan membuat kebijakan untuk menjadikan Filipina sebagai negara yang stabil, damai, demokratis, merdeka yang tetap memiliki hubungan kerjasama dengan AS yang walaupun pada akhirnya pun masih tetap ada gerakan perlawanan Muslim di wilayah Mindanao yang hingga sekarang masih bergerak dibawah kekuasaan Abu Sayyaf. Kunci dalam mencapai tujuan akhir tersebut adalah dengan menghindari berhentinya suatu kekuatan yang bisa saja memicu terjadinya penjajahan yang dilakukan oleh negara-negara maju lainnya. Selain itu, pembangunan di bidang pendidikan dan infrastruktur, serta mengimplementasikan, mengawasi perkembangan proses demokrasi di Filipina.

(8)

2.2 Center of Gravity Filipina

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh para insurjen Filipina adalah sebuah kedaulatan, kemerdekaan, serta keadaan yang stabil yang dipimpin oleh Aguinaldo. Para kepala suku, pemilik tanah, serta pebisnis merupakan orang-orang penting yang mengontrol keadaan politik di wilayahnya. Kelompok insurjensi ini dulu merupakan gerakan insurjensi yang kuat saat Aguinaldo, beserta para orang-orang penting tersebut serta para budaknya bersatu dalam menolak terjadinya pencaplokan wilayah Filipina oleh AS.

Tetapi, karena wilayah Filipina berupa kepulauan maka usaha dalam menyatukan persamaan visi merupakan tantangan yang sulit bagi kelompok insurjensi Filipina saat itu. Selain itu, para budak yang merupakan sumber daya utama dalam membentuk suatu pasukan insurjen, pada akhirnya memiliki visi yang berbeda dari pemimpin insurjen serta orang-orang penting dibalik gerakan tersebut. Tantangan tersebut lah yang merupakan titik episentrum bagi Aguinaldo dan jenderal-jenderalnya dalam upaya untuk memperoleh persatuan untuk membentuk suatu kelompok insurjensi dalam mempertahankan wilayah Filipina dari pencaplokan oleh AS.

Kekuatan utama Filipina adalah kemampuannya untuk mengumpulkan 100.000 tentara tanpa seragam di medan-medan perang untuk melakukan perang gerilya (13). Insurjensi Filipina masih menggunakan taktik-taktik konvensional, termasuk dengan meningkatkan korban jiwa AS untuk menggagalkan upaya McKinley dalam pemilu tahun 1900.

2.3 Strategi Kontra Insurjensi Amerika Serikat Terhadap Filipina

(9)

sebuah lautan, dimana ikan-ikan merupakan insurjen yang terus berenang untuk membangun kekuatannya ditengah-tengah lautan tersebut. Berdasarkan ilmu Mao tersebut, AS membuat program pengamanan dengan menargetkan lautan tersebut dimana para insurjen berada dengan cara menurunkan volume air sampai pada titik dimana lautan tersebut menjadi danau-danau. Setelah itu, pasukan AS yang terbagi di kota-kota kecil tersebut mulai untuk menurunkan kembali volume danau di wilayahnya, dengan demikian ikan-ikan akan lebih mudah untuk di isolasi dan pada akhirnya di tangkap. Saat insurjen berada pada kondisi dimana ia tidak mampu untuk membangun lagi pasukannya, maka mereka kehilangan kepercayaan diri bahwa mereka dapat memenangkan aksi insurjensinya.

Elemen-elemen kekuatan yang dibuat oleh AS di Filipina ialah berupa kekuatan diplomatik, legalitas dari pencaplokan wilayah Filipina serta tindakan-tindakannya di Filipina, pengumpulan informasi, kekuatan militer serta pertumbuhan ekonominya. Instrumen-instrumen tersebut diadaptasikan pada wilayah-wilayah yang dikuasai yang terkadang tanpa didahului oleh pemberitahuan kepada kantor gubernur setempat. Di saat terdapat suatu kebijakan yang memperbolehkan AS untuk membuat suatu tindakan hukum secara internasional, seperti usaha dalam melakukan kesepakatan dengan Vatikan yang menyangkut soal kekuatan diplomatik dan ekonomi, maka hal tersebut telah menunjukkan bahwa AS telah sukses untuk menggunakan kekuatannya dalam menggoyahkan titik episentrum kelompok insurjensi Filipina.

(10)

juga mengawasi pembangunan jalan raya. Pasukan militer AS juga membangun sekolah dan klinik berserta vaksin-vaksinnya, serta mengadakan acara-acara yang berhubungan dengan amal, seperti penyuluhan kebersihan air, dan lain-lain (Boot, 2002).

Dengan gaya peperangan yang seperti itulah, AS berhasil untuk mendominasi kekuatan ekonominya di wilayah Filipina. Kemajuan infrastruktuk seperti pembangunan jalan raya, serta pengadaan telegram sebagai alat komunikasi untuk penggunaan militer maupun ekonomi. Dalam kurun waktu dua bulan, 1000 mil jalan raya telah berhasil di bangun (Linn, 2000). Selain itu juga, penyakit-penyakit menular seperti malaria, smallpox, kolera dan tifus berhasil untuk dikurangi sehingga militer AS maupun penduduk sipil Filipina merasakan perubahan baik yang dilakukan oleh AS selama pendudukannya di Filipina.

Kebijakan-kebijakan lainnya seperti gaji yang tinggi bagi para pegawai sipil serta kebersihan air dan sistem pembuangan limbah yang beroperasi dengan baik telah meyakinkan para penduduk Filipina bahwa AS memiliki niat yang baik dan tulus dalam memajukan dan mensejahterakan penduduk Filipina. Di sisi lain, faktor keberhasilan strategi kontra insurjensi AS juga disebabkan oleh kelompok insurjen Filipina yang membuat beberapa kesalahan dalam ruang lingkup politik maupun militer yang secara tidak langsung memudahkan AS dalam melancarkan operasi COIN di Filipina.

(11)
(12)

BAB III

LESSON LEARNED

AS secara umum memperlakukan Filipina dengan baik, hal ini pul telah diakui oleh penduduk sipil Filipina sendiri. Manual Quezon, dulunya adalah seorang aktivis pendukung gerakan insurjensi yang diusung oleh Aguinaldo, yang pada akhirnya menjadi seorang presiden Filipina di kala itu. Ia membeberkan keluh kesahnya saat masih menjadi insurjen untuk mengembangkan ideologi nasionalis dibawah kolonial AS. Intinya adalah, kehendak dari penduduk sipil itu bisa berubah sewaktu-waktu, dimana AS berhasil untuk memanfaatkan perubahan tersebut dengan cara memisahkan antara penduduk sipil dengan pasukan gerilya, serta mereka bertindak lebih manusiawi dalam memperlakukan penduduk sipil Filipina dengan melakukan berbagai pembangunan infrastruktur yang cukup pesat sehingga penduduk Filipina dapat meningkatka kualitas hidupnya berkat upaya-upaya yang sebenarnya bentuk strategi AS dalam melakukan kontrainsurjensi.

Dalam level strategis, pengalaman para pentolan kelompok insurjensi di Filipina ini mudah untuk ditebak dan dihindari. Pasukan AS dapat dengan mudah memprediksikan tujuan-tujuan dari kelompok insurjen tersebut. Di sisi lain, pada level operasional, AS memiliki 3 strategi yang setidaknya satu diantara ketiga tujuan tersebut harus dapat dengan sukses dilaksanakan. Strategi tersebut adalah, (1) memisahkan pasukan gerilya dan penduduk sipil, (2) mengalahkan pasukan gerilya itu sendiri, dan yang terakhir ialah dengan mendapatkan kerjasama dengan penduduk sipil itu sendiri.

(13)

antara pasukan gerilya dengan penduduk sipil adalah untuk menghindari penduduk sipil dari pengaruh-pengaruh pasukan gerilya, memperkecil kesempatan bagi para pasukan gerilya untuk mendapatkan tempat persembunyian dari penduduk sipil serta untuk mencegah adanya dukungan-dukungan dari luar (Filiberti, 1998). AS tidak semata-mata memperlakukan dengan baik para penduduk Filipina tanpa ada aturan mainnya. AS tetap memberlakukan pajak atau denda, penangkapan, penghancuran properto serta melakukan deportasi terhadap penduduk yang tetap melakukan dukungan terhadap insurjensi, yang membantu AS dalam mengurangi dukungan terhadap paukan gerilya. Taktik-taktik dan teknik dalam melakukan hal tersebut juga sangat berbeda-beda di tiap daerah di Filipina, sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah setempat (Linn, 2000).

Dapat diambil kesimpulan berdasarkan strategi dan taktik yang digunakan AS dalam melakukan kontrainsurjensi di Filipina, bahwa prinsip utama dalam melakukan kontrainsurjensi adalah dengan cara memisahkan penduduk sipil dari para kelompok insurjensi, memberikan penduduk sipil tersebut alasan-alasan mengapa mereka harus mendukung upaya kontrainsurjensi serta menolak untuk memberikan tempat perlindungan maupun tempat persembunyian bagi para kelompok insurjensi yang sedang bergerilya di mana saja mereka berada.

(14)
(15)

DAFTAR PUSTAKA

Boot, M. (2002). The Savage Wars of Peace: Small Wars and the Rise of American Power. New York: Basic Books.

Clausewitz, C. v. (1976). On War. New Jersey: Princeton University Press.

Deady, T. K. (2005). Lesson from a Successful COIN: The Philippines, 1899-1902. Parameters, 54.

US Departement of Defense (2002). Joint Doctrine for Campaign Planning. Joint Publication.

Filiberti, E. J. (1998). The Roots of US Counterinsurgency Doctrine. Military Review.

Gates, J. M. (1973). Schoolbooks and Krags: The United States Army in the Philippines, 1898-1902. Westport: Greenwood Press.

Linn, B. M. (2000). The Philippine War 1899-1902. Kansas: Lawrence: University of Kansas Press.

May, G. A. (1897). A Past Recovered . Manila: New Days Publishers.

Oscar Theodore Bark Jr., N. M. (1974). Since 1990: A History of the United States in Our Times. New York: MacMillan.

Referensi

Dokumen terkait

 strategi meluangkan waktu dan usaha untuk mendapatkan pengaruh atau dukungan dari bawahan atau pengikut kita, seperti hal-hal positif yang telah kita lakukan kepada

Berdasarkan trend suhu dan kelembaban udara pada Gambar 7 di daerah lahan pertanian lahan gambut di Desa Pelalawan memenuhi syarat tumbuh untuk tanaman padi dan jagung..

Bradyrhizobium +mos+mikoriza isolat tanah gambut (A11), dengan sangat nyata meningkatkan pH tanah, serta dengan nyata meningkatkan tinggi tanaman umur 5 MGST. 3)

GERILYA KOMP TATA BENUA INDAH II KELURAHAN TANJUNG PAGAR KECAMATAN BANJARMASIN

1. Kelompok Begonia alam yang berbunga sepanjang tahun. Kelompok Begonia alam yang berbunga semusim. Kelompok Begonia alam yang jarang berbunga. Kelompok Begonia alam

BoundaryClass, berisi kumpulan kelas yang menjadi interfaceatau interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem, seperti tampilan formentry dan formcetak. Control class,

Untuk mencapai hasil yang maksimal terhadap usaha bantuan dalam bentuk tindak lanjut ini diperlukan untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan atas kemajuan konseli

Pengaruh social media terhadap tahapan pembentukan brand awareness xl sebagai penyedia jasa layanan mobile internet!. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |