• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL G

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL G"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL

G4P3A0H3USIA KEHAMILAN 33-34 MINGGU

DENGAN ANEMIA RINGAN

DI POLI KEBIDANAN

RSUP DR. M. DJAMIL

PADANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas

Pengalaman Belajar Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan

DISUSUN OLEH :

RAFIKA OKTOVA

1121228007

DOSEN PEMBIMBING :

Dr. Hj. Ermawati, Sp.OG (K)

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KEBIDANAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

G4P3A0H3 Usia Kehamilan 33-34 Minggu

Dengan Anemia Ringan

Di Poli Kebidanan Rsup Dr. M. Djamil

Padang

Disetujui Tanggal : Juli 2013

Menyetujui

Pembimbing Praktek

Dr. Hj. Ermawati, Sp.OG (K)

Mengetahui

Ketua Program Studi S2 Kebidanan

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.sehingga penulis

dapat menyusun Laporan Kasus di Poli Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang.

Dalam menyusun laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran

dari pembimbing praktek maupun akademik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. Hj. Yusrawati, SpOG (K), selaku ketua Program Studi S2 Kebidanan Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Padang

2. Dr. Hj. Ermawati, SpOG (K), selaku pembimbing Praktek

3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, maka

kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca

umumnya.

Padang, 3 Juli 2013

(4)

DAFTAR ISI

2.3. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Kehamilan ... 10

2.3.1. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester I ... 11

2.3.2. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester II ... 13

2.3.3. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester III ... 15

2.3.4. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Perkemihan ... 17

2.3.5. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Pencernaan ... 20

2.3.6. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Muskuloskeletal ... 22

2.3.7. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Kardiovaskuler ... 23

2.3.8. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Kardiovaskuler ... 24

2.4. Anemia pada Ibu Hamil ... 31

2.4.1. Defenisi ... 31

2.4.2. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil ... 32

2.4.3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil ... 35

2.4.4. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar Hemoglobin ... 35

2.4.5. Transfer Zat Besi Ke Janin ... 36

2.4.6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan ... 36

2.4.7. Klasifikasi Anemia ... 38

2.4.8. Mekanisme terjadinya Anemia pada Ibu Hamil ... 41

(5)

A. Pengkajian Data ... 42

B. Interpretasi Data ... 51

C. Identifikasi dan Antisipasi Diagnosa Potensial ... 53

D. Tindakan Segera ... 53

E. Perencanaan ... 53

F. Evaluasi ... 55

BAB IV KAJIAN ASUHAN ... 57

BAB V PENUTUP ... 61

5.1. Kesimpulan ... 67

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang

tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34% ibu

hamil dengan anemia dimana 75% berada di negara sedang berkembang. Di Indonesia,

63,5% ibu hamil dengan anemia (Saifudin, 2009). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar

sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (Prawirohardjo, 2010).

Ibu hamil aterm cenderung menderita anemia defisiensi besi karena pada masa

tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah

lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan

zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi

plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada

ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama,

sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin meningkatkan risiko berat badan lahir rendah,

asfiksia neonatorum, prematuritas (Cunningham, 2006).

Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk

nutritif, oksigenasi, ekskresi. Kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh

pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta dengan berat badan

lahir. Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan

terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi

gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dimana berat

(7)

anemianya. Selain itu, anemia pada ibu hamil terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang

mempengaruhi berat plasenta.

Berat plasenta mencerminkan fungsi dan perkembangan plasenta itu sendiri dan besar

plasenta juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Ibu

hamil dengan anemia sebagai faktor risiko terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak

proporsional. Sebaliknya, berat plasenta yang kecil dapat mengindikasikan adanya

kekurangan asupan gizi ke plasenta sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada akhirnya

mengganggu fungsinya.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil

seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh

sebelum merencanakan kehamilan. Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum memuaskan. Hal

ini berarti bahwa selama beberapa warsa ke depan masih tetap akan berhadapan dengan

(8)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi Kehamilan

Kehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal

adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam

tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan

diri,dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan

dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Saifuddin, 2009).

Kehamilan adalah masa yang dimulai dari ovulasi sampai partus. Lamanya kira-kira

280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini

disebut dengan kehamilan mature (cukup bulan), bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut

postmature dan kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature

(Prawirohardjo, 2010).

2.2. Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda-tanda tidak pasti

a. Tidak Datang Bulan (Amenorrhoe)

Semua wanita hamil akan mengalami amenorrhoe, tetapi amenorrhoe ini terjadi

pula pada keadaan yang lain, misalnya : pergantian lingkungan, gangguan emosi,

penyakit khronis, seperti : tuberculosa, anemia, gangguan pekerjaan

ovarium/endocrine secretie, juga dipengaruhi perubahan iklim. Terkadang pada

kehamilan terjadi pengeluaran darah sedikit yang disangka menstruasi. Perdarahan

(9)

b. Perubahan payudara

Setiap wanita hamil akan mengalami perubahan payudara. Tetapi bisa juga

perubahan buah dada disebabkan oleh tumor/cyste

c. Perasaan mual di waktu pagi (morning sickness)

Sebagian wanita hamil kira-kira 50 % atau lebih, menderita perasaan mual di

waktu pagi terutama pada kehamilan pertama kali. Namun keadaan seperti ini bisa

terjadi pada penyakit lain, seperti hepatitis, malaria ulcus ventricule.

d. Sering buang air kemih

Umumnya pada bulan ke dua kehamilan, wanita itu akan sering buang air kemih,

berhubung uterus yang membesar dan akan keuar dari PAP yang menekan

kandung kemih. Keadaan ini tidak menjadi tanda pasti sebab dapat juga

dikarenakan ada gangguan pada kandung kemih yang menyebabkan volume

menjadi lebih kecil dan menimbulkan rangsangan untuk buang air kemih,

misalnya tumor dan penyakit lain.

e. Pergerakan janin yang pertama (Quickening)

Pada kehamilan terjadi antara kehamilan 16-20 minggu. Ini belum menjadi tanda

pasti karena perasaan ini adalah subyektif yang dirasakan ibu sendiri. Wanita yang

sangat menginginkan hamil akan merasakan adanya quickening, walaupun

sebenarnya tidak ada. Dapat pula disebabkan karena gas di dalam pencernaan

f. Membesarnya Perut

Pada kehamilan, perut makin lama makin besar teruitama setelah kehamilan 5

bulan, tetapi membesarnya perut bisa juga disebabkan oleh ascites, ovarial cyste,

(10)

2. Tanda-tanda kemungkinan

a. Tanda Hegar : Segmen bawah rahim melunak

b. Tanda chadwick : Perubahan warna vulva/vagina menjadi kebiruan

c. Tanda Piscasek : Adanya benjolan asimetris pada uterus. Uterus membesar ke

salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.

d. Tanda Braxton Hicks : Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas

untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak

ada kehamilan,misalnya pada mioma uteri, tanda braxton hicks tidak ditemukan.

e. Suhu basal : jika sesudah ovulasi tetap tinggi terus antar 32,5 sampai 37,8 adalah

salah satu tanda akan bahaya kehamilan. Serimg dipakai dalam pemeriksaan

kemandulan

f. Periksa HCG (Human chorionic gonadotropin)

Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu membuat

diagnosis kehamilan sedini-dininya.

3. Tanda-tanda pasti

a. Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin

b. Dapat dicatat dan didengar bunyi DJJ (denyut jantung janin)

c. Dapat dirasakan gerakan janin

d. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin

e. Dengan USG dapat diketahui pertumbuhan janin

2.3. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan

(11)

rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomatropin, estrogen,

dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada :

2.3.1. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester I

1. Uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi

hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai

kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan

dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.

Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml

atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang

mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan

volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan

berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2012).

Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya

seperti alvokad. Perubahan bentuk dan ukuran uterus. Pada usia kehamilan 12 minggu

uterus berukuran kira-kira seperti buah jeruk besar. Uterus tidak lagi tranteversi dan

antefleksi serta menonjol ke luar dari pelvis dan menjadi tegak lurus. Fundus dapat di

palpasi dari abdomen di atas simfasis pubis. Uterus biasanya condong dan berotasi ke

kanan sehingga tepi kiri uterus berada pada posisi anterior, kemungkinan disebabkan

oleh adanya kolon rektosigmoid pada disi kiri pelvis.

Ukuran fundus uteri pada trimester ini :

1. Pada usia kehamilan 1 bulan sebesar telur ayam

2. Pada usia kehamilan 2 bulan sebesar telur angsa

(12)

2. Serviks

Serviks manusia merupakan organ yang komplek dan heterogen yang

mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Satu bulan

setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Serviks bersikap

seperti katub yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir

kehamilan dan selama persalinan.

Selama kehamilan, serviks tetap tertutup rapat, melindungi janin dari

kontaminasi eksternal, dan menahan isi uterus. Panjangnya tetap 2,5 cm selama

kehamilan tapi menjadi lebih lunak dan membengkak di bawah pengaruh estradiol

dan progresteron. Peningkatan vaskularitas membuatnya berwarna kebiruan.

3. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada

kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna

keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan

mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.

Selama kehamilan, lapisan otot mengalami hipertrofi, dan estrogen

menyebabkan epithelium vagina menjadi lebih tebal dan vascular. Warna ungu pada

vagina kemungkinan disebabkan oleh hyperemia. Perubahan komposisi jaringan ikat

yang mengelilingya meningkatkan elastisitas vagina dan membuatya lebih mudah

mengalami dilatasi ketika bayi lahir. Pada trimester pertama ini terjadi peningkatan

pengeluaran cairan dari vagina yang bening, putih dan tidak berbau dan mulai

merembes keluar.

4. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga

(13)

berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan

sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.

5. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan

dari pengaru hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan

somatromatropin. Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang, dan berat.

Dapat teraba noduli-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan-bayangan

vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara.

Perubahan kronologi payudara : pada kehamilan 3 – 4 minggu, sensasi gatal

dan kesemutan karena peningkatan suplai darah terutama di sekitar putting susu. Dan

pada kehamilan 6 – 8 minggu, peningkatan ukuran, nyeri ketegangan dan nodular

akibat hipertrofi alveoli, permukaan halus dan kebiruan, vena tampak terlihat tepat di

bawah kulit.

2.3.2. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester II

1. Uterus

Pada trimester ini uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring

perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal dan hampir menyentuh

hati, mendorong usus ke samping dan ke atas. Pada trimester kedua ini kontraksi

dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Perubahan bentuk dan ukuran uterus

a. Usia kehamilan 16 minggu

Janin sudah cukup besar untuk menekan ishmus, menyebabkannya tidak

berlipat sehingga bentuk uterus menjadi bulat. Ishmus dan serviks berkembang

menjadi segmen bawah uterus yang lebih tipis dan terdiri atas otot dan

(14)

b. Usia kehamilan 20 minggu

Fundus uterus dapat dipalpasi sejajar dengan umbilicus. Sejak usia kehamilan

ini hingga cukup bulan, bentuk uterus menjadi lebih silindris dan fundusnya

bentuk kubah yang lebih tebal dan lebih bulat. Karena uterus semakin

membesar dalam abdomen tuba uterine secara progresif menjadi lebih

ventrikel yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada ligament

lebar dan ligamentum gilig.

2. Serviks

Pada awak trimester ini, berkas kolagen kurang kuat terbungkus. Hal ini

terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot

polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap

sesamanya sehingga serviks menjadi lebih lunak tetapi tetap mampu mempertahankan

kehamilan.

3. Vagina

Pada kehamilan trimester kedua ini terjadinya peningkatan cairan vagina

selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada saat ini biasanya agak

kental dan mendekati persalinan agak cair. Yang terpenting adalah tetap menjaga

kebersihan. Hubungi dokter atau tenaga kesehatan lain, jika cairan berbau, terasa

gatal, dan sakit.

4. Payudara

Pada trimester kedua ini, payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan

cairan yang kekuningan yang disebut dengan colostrum. Keluarnya cairan dari

payudara itu yaitu colostrums adalah makanan bayi pertama yang kaya akan protein,

colostrum ini akan keluar bila puting dipencet. Areola payudara makin hitam karena

hiperpigmentasi. Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola

(15)

2.3.3. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester III

1. Uterus

Pada akhir kehamilan biasanya kontraksi sangat jarang dan meningkat pada

satu dan dua minggu sebelum persalinan. Peningkatan kontraksi miometrium ini

menyebabkan otot fundus tertarik ke atas. Segmen atas uterus yang berkontraksi

secara aktif menjadi lebih tebal dan memendek serta memberikan tarikan yang lambat

dan stabil terhadap serviks yang relatif terfiksasi yang menyebabkan dimulainya

peregangan dan pematangan serviks yang disebut dengan pembukaan serviks.

Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum. Tuba uterin

tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan

kontraksi otot segmen atas semakin meningkat. Oleh karena itu, segmen bawah uterus

berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang jika terjadi bersamaan

dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan dasar pelvis akan menyebabkan

presentasi janin memulai penurunannya ke dalam pelvis bagian atas. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya tinggi fundus yang disebut dengan lightening, yang

mengurangi tekanan di dalam pelvis, yang dapat menyebabkan konstipasi, berkemih

dan terkadang meningkatkan rabas vagina

2. Serviks

Akibat bertambah aktivitas uterus selama kehamilan, serviks mengalami

pematangan secara bertahap, dan kanal mengalami dilatasi. Secara teoritis,

pembukaan serviks biasanya terjadi pada primigravida selama 2 minggu terakhir

kehamilan, tapi biasanya tidak terjadi pada multigravida hingga persalinan dimulai.

Namun demikian, secara klinis terdapat berbagai variasi tentang kondisi serviks pada

(16)

Pembukaan serviks merupakan mekanisme yang terjadi saat jaringan ikat

serviks yang keras dan panjang secara progresif melunak dan memendek dari atas ke

bawah. Serat otot yang melunak sejajar os serviks internal tertarik ke atas, masuk ke

segmen bawah uterus, dan berada di sekitar bagian presentasi janin dan air ketuban.

Kanal yang tadi berukuran kira-kira 2,5 cm menjadi orifisium dengan bagian tepinya

setipis kertas.

3. Vagina

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan

untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatkan ketebalan

mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos. Perubahan ini

mengakibatkan bertambah panjangya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami

hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu.

Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna

keputihan menebal, dan pH antara 3,5 – 6 yang merupakan hasil dari peningkatan

produksi asam laktat glokogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari

lactobacillus acidopillus.

4. Payudara

Di akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara, progesterone

menyebabkan putting lebih menonjol dan dapat digerakkan. Meskipun dapat

dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin di tekan oleh

prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan esterogen

akan menurun sehingga pengaruh inhibis progresteron terhadap laktalbumin akan

hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan akhirnya akan

meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan

(17)

2.3.4. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada

Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan adalah sistem yang berkaitan dengan fungsi eliminasi dan

produksi urine dalam tubuh.Sistem ini juga dianggap penting yang berhubungan dengan

kontrol keseimbangan air dan elektrolit serta tekanan darah. Uterus pada wanita tidak hamil

berada tepat di belakang dan sebagian di atas kandung kemih. Saat Hamil, uterus membesar

mempengaruhi semua bagian saluran kemih pada waktu yang berbeda dan hormon kehamilan

memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan efek mekanis.

Yang termasuk organ sistem perkemihan adalah :

a. Ginjal

b. Ureter

c. Vesika Urinaria

d. Urethra

Dari keempat organ perkemihan tersebut mengalami perubahan – perubahan selama

kehamilan.

1. Ginjal (Ren) dan Perubahannya.

Bentuk seperti kacang panjang,terletak di belakang dari bagian abdomen. Ginjal kiri

terletak setinggi Vertebra lumbal I – IV dan Ren kiri terletak setengah badan

vertebra lebih rendah daripada yang kiri karena disebelah kanan ada hepar.

Mempunyai 2 ekstremitas superior( ada glandula supraren/kelenjar anak ginjal). Dan

ekstremitas inferior. Mempunyai 2 margo lateral dan margo medial(ada hilus renalis)

merupakan tempat keluar masuknya vasa ,saraf ,limfe dan ureter. Pada kehamilan

Ginjal berfungsi untuk mengelola zat-zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat

peningkatan volume darah dan curah jantung juga produk metabolisme tetapi juga

(18)

trimester I ginjal mengalami peningkatan pada panjangnya dan merupakan akibat

terbesar dari peningkatan aliran darah ginjal dan volume vaskuler. Dilatasi kaliks dan

pelviks ginjal dan semakin nyata pada Trimester II kehamilan yang bisa

meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Pada Trimester III Biasanya terjadi

hidronefrosis terjadi pada 80 -90% wanita.mungkin disebabkan oleh respons ginjal

oleh progesteron dan peningkatan. Tekanan intraureter superior terhadap tepi pelviks.

Hidronefrosis lebih sering terjadi pada ginjal kanan, dan kemungkinan besar

disebabkan oleh peningkatan distensi urethra kanan.

2. Ureter

Merupakan saluran yang menghubungkan dari ginjal menuju ke vesika Urinaria.

Ureter memanjang dan membentuk kurva tunggal atau ganda yang tampak seperti

sebuah belitan pada pemeriksaan sinar-X. Pada Trimester I Begitu uterus menjadi

organ abdomen, penambahan massanya menekan ureter pada tepian pelviks.

Kompresi ini menyebabkan peningkatan tonus intraureter yang terletak di atas pelvis.

Hal ini yang menyebabkan produksi urin yang meningkat. Juga meningkatkan

diameter lumen ureter, dan hipertonisitas serta hipomotilitas. Karena perubahan ini,

pada Trimester II volume ureter mungkin meningkat 25 kali dibandingkan dengan

keadaan tidak hamil,equivalen dengan peningkatan 300 ml Urine. Dalam kehamilan

ureter kanan dan kiri mengalami pembesaran karena pengaruh progesteron. Akan

tetapi, ureter kanan lebih lebih membesar karena lebih banyak mendapat tekanan

dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan karena uterus lebih sering

memutar ke arah kanan atau karena orang banyak beraktifitas dengan bagian kanan

tubuh. Pada Trimester III Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering

terjadi Hidroureter. Hidroureter terjadi saat uterus mulai keluar dari panggul dan

(19)

lebih menonjol pada bagian kanan daripada bagian kiri akibat Dekstrorotasiuterus saat

keluar dari panggul.

3. Vesika Urinaria

Merupakan suatu kantong muskulomembran yang berfungsi untuk menampung urine.

Pada kehamilan trimester I tonus kandung kemih menurun sebagai respons otot polos

terhadap efek progesteron. Kapasitas kandung kemih meningkat hingga 1 liter yang

menyebabkan ibu hamil lebih sering kencing. Karena pembesaran uterus selama

trimester II kehamilan, kandung kemih terdorong ke arah anterior dan superior.

Perpindahan ini mengubah letak intravesikuler ureter, yang kemudian menyebabkan

regurgitasi urin ke ureter pada saat berkemih. Pada trimester III permukaan mukosa

menjadi hiperemia dan edema sehingga terjadi peningkatan resiko trauma pada

persalinan. Selanjutnya,jika pada kandung kemih penuh maka akan disalurkan ke

urethra.

4. Urethra

Merupakan saluran terakhir dari saluran kemih.Memiliki panjang 4 cm pada wanita

dan terdiri dari saluran sempit yang berada di dalam lapisan luar dinding vagina

anterior. Urethra bermula dari leher vesika urinaria dan terbuka kedalam vestibulum

vulva sebagai meatus urethra. Selama kehamilan trimester I, urethra sedikit

memanjang dan pada trimester II, uretrhra akan lebih memanjang terutama pada

trimester III, urethra akan lebih memanjang karena Vesika Urinaria tertarik ke atas ke

arah abdomen dan dapat bertambah panjang beberapa centimeter. Pola normal

berkemih pada wanita tidak hamil,pada siang hari, berkebalikan dengan pola pada

wanita hamil. Wanita yang hamil mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama

(20)

panggul dan vena kava inferior.dan kemudian mensekresikan cairan tersebut pada

malam hari melalui kedua ginjal ketika wanita berbaring.

2.3.5. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada

Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan adalah Wanita hamil sering mengeluhkan perubahan nafsu

makan,jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, dan toleransinya terhadap makanan

tertentu. Walaupun beberapa perubahan mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial budaya,

faktor anatomi dan pengaruh hormon pada saluran pencernaan mengubah fungsi – fungsi

yang biasa dijalankan oleh sistem pencernaan. Diantaranya adalah :

1) Mulut

Banyak wanita yang mengalami perubahan dalam pengecapan segera setelah

konsepsi. Keadaan ini mungkin disebabkan pengaruh hormon saliva, dan juga pada

indra penciuman. Saliva menjadi lebih asam selama Kehamilan. Walaupun studi

terdahulu mengatakan adanya peningkatan produksi saliva, Studi lain berpendapat

bahwa keadaan ini hanya suatu persepsi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan

menelan selama periode mual muntah. Beberapa wanita tercatat mengalami ptialisme

(hipersaliva) yang terjadi pada siang hari dan berakhir pada saat persalinan. Di bawah

pengaruh estrogen, gusi menjadi lebih berpembuluh, terjadi hiperplasia dan edema.

Penurunan ketebalan Permukaan epitel gusi berkontribusi terhadap peningkatan

frekuensi penyakit gusi selama kehamilan.Pendarahan mungkin terjadi pada saat

menggosok gigi atau mengunyah dan permukaan yang rapuh menyebabkan mudah

terkena radang gusi. Diperkirakaan 50 – 77% wanita mengalami radang gusi selama

kehamilannya. Insidennya meningkat apabila sedang mengalami masalah gusi

(21)

hamil, hiperplasia gusi menyebabkan terbentuknya masa yang rapuh, menyerupai

tumor yang disebut epulis. Epulis biasanya sembuh secara spontan setelah

melahirkan, tetepi mungkin perlu diinsisi selama kehamilan, berlangsung jika terjadi

pendarahan yang banyak dan muncul penyakit gusi dan gigi.

2) Esofagus

Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah melemah di bawah pengaruh progesteron,

yang menyebabkan relaksasi otot polos. Penurunan tonus ini berkaitan dengan

terjadinya refluks asam dari lambung ke esofagus. Perubahan pada diafragma akan

Lebih berkontribusi menimbulkan masalah dengan mengubah secara akut sudut

esofagus – gaster, sehingga makin memperberat Refluks.

3) Lambung

Penyebab dari progesteron dapat menurunkan tonus dan motilitas lambung. Selain itu,

juga menurunkan tonus sfingter pilorus, menyebabkan refluksnya isi cairan basa

duodenum kedalam lambung. Semakin kehamilan berlanjut, tekanan pada lambung

oleh uterus yang membesar dapat menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi

tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman. Penurunan produksi asam dan pepsin juga

mungkin memperlambat pencernaan, walaupun efek kehamilan pada sekresi asam

lambung belum dipahami dengan baik.

4) Usus Besar dan Kecil

Relaksasi otot polos karena pengaruh progesteron menyebabkan penurunan tonus dan

motilitas usus. Penurunan motilitas lebih jauh dipengaruhi oleh penurunan motilitin,

suatu hormon peptida. Penurunan pada tonus menimbulkan perpanjangan waktu

transit, yang akan makin lama seiring dengan berkembangnya kehamilan. Penelitian

telah menunjukkan bahwa peningkatam lama waktu transit pada akhir kehamilan

(22)

dan ditambah dengan adanya hipertrofi vili Duodenum, menyebabkan peningkatan

kapasitas absorpsi. Peningkatan absorpsi zat besi, kalsium, lisin, valin, glisin, prolin,

glukosa, natrium, klorida dan air. Pengaruh progesteron pada enzim pentranspor

mungkin menyebabkan penurunan absorpsi niasin, riboflavin, dan vitamin B6.

Penurunan motilitas dan memanjangnya waktu transit di kolon menyebabkan

peningkatan absorbsi air, yang kemudian meningkatkan resiko terjadinya konstipasi.

Peningkatan Flatulens juga ditemukan. Seiring dengan berkembangnya uterus,

apendiks, dan sekum terdorong ke atas dan lateral. Perubahan anatomis ini penting

untuk diingat pada saat ibu mengeluhkan nyeri akut abdomen dan apendisitis.

Hemoroid biasa terjadi selama kehamilan. Disebabkan oleh relaksasi dinding

pembuluh darah sekunder akibat peningkatan progesteron, dan penekanan vena oleh

berat dan ukuran uterus yang makin membesar. Usaha mengejan pada saat defekasi

karena adanya konstipasi juga berperan terhadap munculnya hemoroid.

2.3.6. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada

Sistem Muskuloskeletal

Pada Kehamilan Trimester I belum terjadi lordosis hanya nyeri pada punggung. Pada

trimester II sudah terjadi Lordosis yang diakibatkan kompensasi dari pembesaran uterus ke

posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi

sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena

pengaruh hormonal yaitu pada peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan elastin dalam

kehamilan yang dapat mengakibatkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan

persendian dan menyebabkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan

(23)

Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan :

a) Peregangan otot-otot

b) Pelunakan ligamen – ligamen

Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan –perubahan tersebut adalah:

a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan )

b) Otot - otot abdomal (meregang ke atas uterus)

c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)

Bagi ibu hamil,bagian ini merupakan titik – titik kelemahan srtuktural dan bagian

bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan. Oleh karena itu,

masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan :

a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah dimensi

tubuh dan pusat gravitasi.

b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur benda–benda (dan memar

biru) dan kehilangan keseimbangan lalu jatuh.

2.3.7. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada

Sistem Kardiovaskuler

Adalah sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. sistem ini juga

menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh. Sistem ini meliputi:

1. Jantung

Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya mirip piramid dan

terletak di dalam perikardium di mediastinum. Jantung memiliki tiga permukaan :

facies sternocostalis, diaphragmatica, dan basis cordis. Jantung dibagi oleh septa

vertikal menjadi empat ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan

(24)

tersusun atas berkas serabut-serabut otot, musculi pectinati, yang berjalan melalui crista

terminalis ke auricula dextra. Pada atrium dextrum bermuara vena cava superior dan

inferior, sinus coronarius, dan vena cordis minimae.

2. Sirkulasi Sistemik

Ventrikel kiri memompakan darah masuk ke aorta. Dari aorta darah di salurkan masuk

kedalam aliran yang terpisah secara progresive memasuki arteri sistemik yang

membawa darah tersebut ke organ ke seluruh tubuh kecuali sakus udara (Alveoli )

paru-paru yang disuplay oleh sirkulasi pulmonal. Pada jaringan sistemik arteri bercabang

menjadi arteriol yang berdiameter lebih kecil yang akhirnya masuk ke bagian yang

lebar dari kapiler sistemik. Pertukaran nutrisi dan gas terjadi melalui dinding kapiler

yang tipis, darah melepaskan oksygen dan mengambil CO2 pada sebagian besar kasus

darah mengalir hanya melalui satu kapiler dan kemudian masuk ke venule sistemik.

Venule membawa darah yang miskin oksigen. Berjalan dari jaringan dan bergabung

membentuk vena sistemik yang lebih besar dan pada akhirnya darah mengalir kembali

ke atrium kanan.

2.3.8. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada

Sistem Kardiovaskuler

Perubahan sistem integument pada kehamilan, salah satu perubahan besar yang

mengalami selama kehamilan adalah cara itu harus meregangkan pada tingkat cepat mustahil.

Sekitar 50 persen hingga 90 persen perempuan tidak mampu menahan peregangan yang

sangat besar ini, dan hal itu menyebabkan terjadi pada kulit di payudara, lengan, paha,

pinggul dan bokong. Ini terjadi ketika kolagen di kulit memisahkan, Mungkin tidak sakit

tetapi akan gatal, dan mungkin gelitik banyak. Wanita berkulit terang akan memiliki

garis-garis merah muda, sementara wanita berkulit gelap akan membuat mereka lebih ringan

(25)

Beberapa masalah perubahan kulit yang kerap dialami selama kehamilan, antara lain:

1) Stretch Mark

Perubahan kulit yang terjadi pada saat kehamilan disebabkan oleh peningkatan

kadar hormon estrogen dan progesteron, peregangan kulit lantaran tubuh membesar,

atau juga faktor genetik. Pada dasarnya kulit mempunyai kemampuan untuk

berkembang mengikuti kondisi tubuh atau disebut dengan elastisitas kulit. Elastisitas

kulit tersebut dipengarungi oleh keturunan, berat badan, dan faktor usia. Pada ibu

hamil, elastisitas kulit dipaksa mengembang sampai pada level maksimum untuk

mengakomodasi pertumbuhan janin, akibatnya timbul stretch mark.

Stretch mark merupakan tanda parut berupa gurat-gurat putih yang muncul pada

permukaan kulit, berbentuk garis yang berliku seperti anak sungai. Masalah ini muncul

karena peregangan kulit secara cepat, seperti pada kehamilan atau peningkatan berat

badan yang drastis, atau karena pengaruh obat yang mengandung steroid, yang merusak

jaringan yang terdapat di dalamnya sehingga kulit mengalami over stretched dan

kolagennya rusak.

Stretch mark biasanya muncul pada dinding perut, lengan atas, pinggul, paha,

bokong, dan payudara pada tubuh wanita hamil. Stretch mark karena kehamilan

umumnya berwarna merah jambu dan lebar, kemudian berangsur berubah menjadi garis

tipis berwarna putih atau kecoklatan. Bagi mereka yang memiliki jenis kulit kering

kecenderungan akan masalah ini dapat terjadi pada saat kehamilannya. ”Untuk ibu

hamil stretch mark terjadi pada trimester kedua atau usia kandungan sekitar empat

bulan,”

2) Linea Nigra

Pada sebagian besar wanita hamil akan muncul garis vertikal berwarna cokelat

(26)

melanosit yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Garis ini akan ada selama

kehamilan dan akan menghilang setelah melahirkan.

3) Selulit

Selulit merupakan suatu lapisan lemak di bawah kulit yang terletak di atas otot.

Selulit pada wanita hamil terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen

dan progesteron secara drastis sehingga menghasilkan lebih banyak lemak yang

disimpan untuk melindungi janin. Pada selulit tampak permukaan kulit bergelombang

seperti kulit jeruk dan umumnya terjadi di bagian paha, bokong, perut, pinggul, betis,

dan lengan.

Belum ada terapi yang diklaim dapat mengatasi selulit 100%. Namun, selulit

dapat dicegah atau diminimalisasi dengan berolahraga ringan secara teratur, terutama

untuk membakar lemak di bagian-bagian tubuh tertentu. “Makan makanan dengan gizi

lengkap dan seimbang, terutama mengurangi makanan berlemak. Penggunaan lotion

secara teratur sejak dini, terutama pada masa kehamilan awal, dan penggunaan lotion

sebaiknya dibarengi dengan efek pijatan untuk membantu memperlancar peredaran

darah dan menghancurkan lemak. Selulit pun ada dua jenis, ringan dan berat.Pada

kondisi ringan, selulit tidak terlihat. Baru jika bagian tertentu itu dicubit akan terlihat.

Sementara pada jenis yang berat meski tidak dicubit, kehadiran selulit sudah terlihat.

4) Rasa Gatal

Rasa gatal sering dialami oleh wanita hamil, terutama pada bagian perut, pusar,

dan payudara. Rasa gatal timbul karena beberapa sebab, yakni peregangan kulit yang

menyebabkan kulit menjadi lebih kering, iritasi yang muncul pada lipatan-lipatan

tubuh, seperti lipatan di bawah payudara, perut, selangkangan, dan ketiak. Rasa gatal

dapat pula muncul karena perubahan hormon estrogen dan progestin sehingga terjadi

(27)

kulit yang dapat menyebabkan cedera. Selain menimbulkan infeksi, akan menyebabkan

pula adanya garis kehitaman pada kulit. Rasa gatal ini dapat terjadi pada trimester

pertama, kedua, maupun selama kehamilan.

5) Jerawat

Masalah jerawat ketika kehamilan terjadi disebabkan karena adanya faktor

hormonal. Kulit muka menjadi lebih berminyak sehingga dapat menimbulkan jerawat.

Menjaga kebersihan kulit dan diet makanan yang seimbang serta sehat, terutama

mempertinggi makanan yang mengandung protein dan vitamin C akan membantu Anda

untuk mengatasinya.

6) Varises

Varises bisa terjadi lantaran hamil. Pada ibu hamil, aliran darah dari tubuh bagian

atas biasanya lebih deras daripada aliran darah sebaliknya, lantaran beban tubuh yang

bertambah pada bagian atas tubuh. Akibatnya, darah memenuhi pembuluh dan

membuat pembuluh darah pada tubuh bagian bawah menonjol dan berkelok-kelok.

Pada ibu hamil, varises bisa dicegah dengan meninggikan posisi kaki dengan

mengganjal dengan bantal ketika beristirahat. Bisa juga menggunakan stocking khusus

yang dikenakan pada paha. Stocking berfungsi memperlambat aliran darah dari bagian

atas tubuh, sehingga menyeimbangkan aliran darah dari tubuh bagian atas ke bawah

dan sebaliknya.

7) Areola mammae dan puting susu

Areola mammae daerah yang warnanya hitam di sekitar puting susu, pada

kehamilan warnanya akan lebuh hitam, daerah sekitar yang baisanya tidak berwarna,

sekarang berwarna hitam (secundair areola mammae). Puting susu juga menghitam dan

(28)

peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suply darah. Pada awal kehamilan

keluar cairan jernih (kolostrum). Pigmen di sekitar puting (areola) tumbuh lebih gelap.

8) Linea alba

Garis hitam yang terbentang dari atas symphisis sampai pusat. Warna lebih hitam

kecuali akan timbul garis baru yang terbentang di tengah-tengah atas pusat ke atas

(linea nigra). Pada bagian badan ini kecusli ada hiperpigmentasi adapula yang mirip

garis-garis pada kulit (striae gravidarum).

9) Hiperpigmentasi

Lebih dari 90% wanita hamil mengalami hiperpigmentasi, atau perubahan

pigmen, dengan derajat yang berbeda-beda. Hiperpigmentasi inilah yang menyebabkan

melasma, atau yang sering disebut juga topeng kehamilan. Yaitu lapisan kehitaman

yang biasanya menghampiri bagian pipi, dahi dan hidung. Selain wajah, bagian tubuh

yang lain ada juga yang tidak terhindar dari hiperpigmentasi. Mulai dari areola

mammae, ketiak, genitalia, paha, dan pusar. Tahi lalat, atau vlek lain yang sebelumnya

sudah ada kemungkinan besar juga akan bertambah hitam. Hiperpigmentasi akan

terlihat lebih nyata pada wanita yang pada dasarnya berkulit gelap.

Hal yang sama umumnya juga terjadi pada wanita yang sebelumnya

menggunakan kontrasepsi hormonal. Penyebabnya diduga karena adanya peningkatan

jumlah melanosit dan peningkatan kerentanan terhadap stimulus hormon Melanocyte

Stimulating Hormone (MSH), estrogen dan progesteron.

Terlalu lama berada di bawah paparan sinar matahari juga dapat memperburuk

keadaan, oleh karena itu sebaiknya calon ibu tetap menggunakan tabir surya. Hampir

semua jenis krim tabir surya relatif aman digunakan oleh ibu hamil dan pilihlah yang

(29)

Hiperpigmentasi ini umumnya akan hilang dengan sendirinya, maksimal satu

tahun pasca persalinan. Memang ada juga yang tidak bisa hilang, biasanya karena

menggunakan kontrasepsi hormonal. Beberapa wanita juga akan mendapatkan

pigmentasi yang merupakan kondisi yang disebabkan oleh produksi berlebihan

melanotropin. Dapat menemukannya terjadi di pipi, hidung dan dahi. Ini mungkin

muncul secara tak terduga selama 4 atau 5 bulan kehamilan.

Sejak bulan ke-3 hingga kehamilan cukup bulan, beberapa tingkat perubahan

warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% wanita hamil pada kulit dinding perut akan

terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan

mengenai daerah payudara dan paha, perubahan ini dikenal dengan nama striae

gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan ini seringkali ditemukan garis

berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Striae

gravidarum di bagi menjadi 2 :

- Striae livida

Garis-garis yang berwarna biru pada kuit (pada primigravida). Striae terjadi

karena ada hormon yang berlebihan dan ada pembesaran atau peregangan pada

jaringan yang menimbulkan perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit warna

biru. Peregangan kulit ini dapat sembuh dan menimbulkan bekas seperti parut

yang berwarna putih, jadi garis yang warnanya biru menjadi putih, karena sudah

mengalami peregangan.

- Striae albicans

Pada multigravida biasanya terdapat pada buah dada, perut dan paha. Striae ini

kadang-kadang menimbulkan perasaan gatal pada penderita.

Hiperpigmentasi lebih nyata terlihat pada wanita berkulit gelap dan lebih terlihat

(30)

mengalami gesekan seperti aksila pada paha bagian dalam.Pada banyak

perempuan kulit digaris pertengahan perutnya akan berubah menjadi hitam

kecoklatan yang disebut denga linea nigra.kadang kadang akan muncul dalam

ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dnegan chloasma atau

melasma gravidarum.selain itu,pada aerola dan daerah genital juga akan terlihat

pigmentasi yang berlebihan.pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang

atau sangat jauh berkurang setelah persalinan.kontrasepsi oral juga bisa

menyebabkan hiperpigmentasi yang sama.

Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan

dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.adanya peningkatan kadar serum

melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan

sebagai penyebabnya.estrogen dan progesterone diketahui mempunyai peran dan

melanigenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.

 Perubahan integumen selama hamil disebabkan oleh perubahan keseimbangan

hormon dan peregangan mekanis

 Perubahan yang umum timbul: peningkatan ketebalan kulit dan lemak

subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan

aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan

aktivitas vasomotor

 Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria gravidarum, atau tanda

regangan. Respon alergi kulit meningkat. Pigmentasi timbul akibat

peningkatan hormon hipofisis anterior melanotropin selama masa hamil,

contoh pigmentasi pada wajah (kloasma)

 Striae gravidarum atau tanda regangan terlihat di bawah abdomen disebabkan

(31)

2.4. Anemia pada Ibu Hamil

2.4.1. Defenisi

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11

gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,

2009). Menurut Varney (2006), anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan

organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah

jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl.

Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan

oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen

diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku

pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya

untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk

memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari.

Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen

dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang

merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu

senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar

yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme

adalah senyawa-senyawa porfirin-besi sedangkan hemoglobin adalah senyawa kompleks

antara globin dengan heme.

Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam

darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya

pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika

(32)

mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi

yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di

dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal,

keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang

disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan

menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum

tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom

disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.

Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering

mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan

besi sewaktu hamil. Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam

kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi.

Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan,

gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik

(kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam

folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita hamil adalah anemia yang

disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana

etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan

obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena

penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.

2.4.2. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil

Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat

persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar

hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan

(33)

penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin

dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika

dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana

pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin

19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan

dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang

harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut,

keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila

viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.

Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat

sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih

kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan

penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak

pada trimester kedua.

Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan

gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai keseimbangan

gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap

golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan

susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat

penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada

triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri

(34)

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang

ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman

adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal

emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami

keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat –

zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran

dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.

Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap

kajadian anemia.

Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali

lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe. Kepatuhan

menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara

mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian

tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,

khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena

kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia

karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini

dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum

optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,

(35)

2.4.3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam

batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh

yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia

atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi.

Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar. Proses kekurangan

zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan

cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak

cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi

pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari sumber

nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi

kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat

lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk,

selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat.

2.4.4. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar Hemoglobin

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari

11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah

kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi,

yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb

7-8.9 gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr%.

Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara

oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini

baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan

darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan

(36)

2.4.5. Transfer Zat Besi Ke Janin

Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh peningkatan substansial dalam

penyerapan zat besi ibu selama kehamilan dan diatur oleh plasenta. Serum fertin meningkat

pada umur kehamilan 12 – 25 minggu, Kebanyakan zat besi ditransfer ke janin setelah umur

kehamilan 30 minggu yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat besi ibu.

Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk transferin reseptor yang terletak

pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta, holotransferin adalah endocytosied ;

besi dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke sirkulasi ibu. Zat besi kemudian bebas

mengikat fertin dalam sel – sel plasenta yang akan dipindahkan ke apotransferrin yang masuk

dari sisi plasenta dan keluar sebagai holotransferrin ke dalam sirkulasi janin. Plasenta sebagai

transfortasi zat besi dari ibu ke janin. Ketika status gizi ibu yang kurang, jumlah reseptor

transferrin plasenta meningkat sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan

ditransfortasi untuk janin serta zat besi yang berlebihan untuk janin dapat dicegah oleh

sintesis plasenta fertin.

2.4.6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam

kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat

timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurus, persalinan yang

lama akibat kelelahan otot uterus di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca

melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat

bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan

dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu

(37)

Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan kurang,

plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi

tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat

terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature,

apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat

menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan

janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi,

dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his

primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi

karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif. Anemia

kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu

saat mengedan untuk melahirkan bayi.

Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, gangguan his-kekuatan mengejan, kala

I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar. Kala II berlangsung lama sehingga

dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti

retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri, kala IV dspat terjadi

perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas terjadi subinvulosio uteri

yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran

ASI berkurang, dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas dan

mudah terjadi infeksi mammae.

Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya penurunan

Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50% meningkat 4 ke 6 L, volume

plasma meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit.

(38)

darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan

cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan

janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan

berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%, merupakan penyebab kematian

bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya

oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur

pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini

menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat

melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005

adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%.

2.4.7. Klasifikasi Anemia

Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi

tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya

pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh

rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan

menahun. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering terjadi.

Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin

menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Jika

kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga

dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada

(39)

berbagai gejala lainnya Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh

dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain

itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan

pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan. Selain gejala khas tersebut pada anemia

defisiensi besi juga terjadi gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata

berkunang-kunang.

b. Anemia Hipoplastik

Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat

sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat

(sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini

adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini

biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit),

perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,

hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam

lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering bersifat fatal.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat

infeksi yang disertai perdarahan.

c. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan

asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang

belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar.

Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi

gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana

vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus

(40)

inti eritoblast ini maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel

menjadi lebih besar karena pembelahan sel yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang

lebih besar serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel

megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang

sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung

pada terjadinya anemia.

Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan

Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali, spina bifida (kelainan

tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang

kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang

untuk tertutup.

Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti

terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12

disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.

d. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah penghancuran

atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis berbeda dengan proses

penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Pada dasarnya

anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu anemia hemolitik karena

faktor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan

anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar

bersifat didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.

Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang akan

(41)

mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan

kadar hemoglobin.

Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga mengalami lesu,

cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor

genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus

pada kaki.

2.4.8. Mekanisme terjadinya Anemia pada Ibu Hamil

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan

akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan

adalah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit

ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.

Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan konsentrasi sel

darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu

rendah yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Meningkatnya volume darah berarti

meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah

sebagai kompensasi tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin.

Pada kehamilan, fetus menggunakan sel darah merah ibu untuk pertumbuhan dan

perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai

banyak cadangan zat besi dalam sumsum tulang sebelum hamil maka pada waktu kehamilan

dapat digunakan untuk kebutuhan bayinya.

Akan tetapi bila pembentukan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya

plasma sehingga terjadi pengenceran darah yang menyebabkan konsentrasi atau kadar

hemoglobin tidak dapat mencapai normal sehingga akan terjadi anemia. Keadaan ini dapat

terjadi mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan

Referensi

Dokumen terkait

Penegasan ini sudah tercantum di dalam Perjanjian Kerja Bersama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk sehingga secara tidak langsung PT Pembangunan Jaya Ancol dapat dikatakan telah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, Peraturan Menteri Pemerintah Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2007 Tahun 2007 tentang Pedoman Tim Ahli

persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Bagi yang melanggar Pasal di atas dijerat dengan sanksi pidana yang diatur dalam UU No.35 Tahun.. 2014 Pasal 81

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ialah analisis chi square untuk mengetahui adanya perbedaan preferensi konsumen terhadap buah jeruk lokal dan jeruk

ADALAH RUMUSAN MATEMATIKA YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENAFSIRAN SESEORANG KETIKA MENERJEMAHKAN SUATU PERSOALAN PROGRAM LINEAR KE DALAM BAHASA MATEMATIKA. 

Objek penelitian yang digunakan untuk pembuatan pola pembakaran melalui deteksi emisi gas buang adalah asap dari kendaraan dengan sistem konvensional atau sistem karburator

Di Kabupaten Manggarai Barat, se Labuan Bajo saja hanya satu restoran yang khusus menyajikan ikan Sunu kuah asam.. Jadi kalau berkunjung ke Labuan Bajo, tak lengkap kalau

Untuk pembuatan pola tingkat pembakaran digunakan metode FFT ( Fast Fourier Transform ) sehingga sinyal analog yang didapat dari sensor bisa terpolakan. Hasil akhir yang didapat dari