KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
G4P3A0H3USIA KEHAMILAN 33-34 MINGGU
DENGAN ANEMIA RINGAN
DI POLI KEBIDANAN
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Pengalaman Belajar Praktek dan Praktek Klinik Kebidanan
DISUSUN OLEH :
RAFIKA OKTOVA
1121228007
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Hj. Ermawati, Sp.OG (K)
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU KEBIDANAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
LEMBAR PERSETUJUAN
Kajian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
G4P3A0H3 Usia Kehamilan 33-34 Minggu
Dengan Anemia Ringan
Di Poli Kebidanan Rsup Dr. M. Djamil
Padang
Disetujui Tanggal : Juli 2013
Menyetujui
Pembimbing Praktek
Dr. Hj. Ermawati, Sp.OG (K)
Mengetahui
Ketua Program Studi S2 Kebidanan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya.sehingga penulis
dapat menyusun Laporan Kasus di Poli Kebidanan RSUP Dr. M.Djamil Padang.
Dalam menyusun laporan ini penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan dan saran
dari pembimbing praktek maupun akademik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Hj. Yusrawati, SpOG (K), selaku ketua Program Studi S2 Kebidanan Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas Padang
2. Dr. Hj. Ermawati, SpOG (K), selaku pembimbing Praktek
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna, maka
kami mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Padang, 3 Juli 2013
DAFTAR ISI
2.3. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Kehamilan ... 10
2.3.1. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester I ... 11
2.3.2. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester II ... 13
2.3.3. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester III ... 15
2.3.4. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Perkemihan ... 17
2.3.5. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Pencernaan ... 20
2.3.6. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Muskuloskeletal ... 22
2.3.7. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Kardiovaskuler ... 23
2.3.8. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada Sistem Kardiovaskuler ... 24
2.4. Anemia pada Ibu Hamil ... 31
2.4.1. Defenisi ... 31
2.4.2. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil ... 32
2.4.3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil ... 35
2.4.4. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar Hemoglobin ... 35
2.4.5. Transfer Zat Besi Ke Janin ... 36
2.4.6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan ... 36
2.4.7. Klasifikasi Anemia ... 38
2.4.8. Mekanisme terjadinya Anemia pada Ibu Hamil ... 41
A. Pengkajian Data ... 42
B. Interpretasi Data ... 51
C. Identifikasi dan Antisipasi Diagnosa Potensial ... 53
D. Tindakan Segera ... 53
E. Perencanaan ... 53
F. Evaluasi ... 55
BAB IV KAJIAN ASUHAN ... 57
BAB V PENUTUP ... 61
5.1. Kesimpulan ... 67
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang
tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34% ibu
hamil dengan anemia dimana 75% berada di negara sedang berkembang. Di Indonesia,
63,5% ibu hamil dengan anemia (Saifudin, 2009). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar
sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (Prawirohardjo, 2010).
Ibu hamil aterm cenderung menderita anemia defisiensi besi karena pada masa
tersebut janin menimbun cadangan besi untuk dirinya dalam rangka persediaan segera setelah
lahir (Sin sin, 2008). Pada ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan penyaluran oksigen dan
zat makanan dari ibu ke plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi
plasenta yang menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin. Anemia pada
ibu hamil dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin, abortus, partus lama,
sepsis puerperalis, kematian ibu dan janin meningkatkan risiko berat badan lahir rendah,
asfiksia neonatorum, prematuritas (Cunningham, 2006).
Pertumbuhan janin dipengaruhi oleh ibu, janin, dan plasenta. Plasenta berfungsi untuk
nutritif, oksigenasi, ekskresi. Kapasitas pertumbuhan berat janin dipengaruhi oleh
pertumbuhan plasenta, dan terdapat korelasi kuat antara berat plasenta dengan berat badan
lahir. Selain dampak tumbuh kembang janin, anemia pada ibu hamil juga mengakibatkan
terjadinya gangguan plasenta seperti hipertropi, kalsifikasi, dan infark, sehingga terjadi
gangguan fungsinya. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin dimana berat
anemianya. Selain itu, anemia pada ibu hamil terdapat hipertrofi plasenta dan villi yang
mempengaruhi berat plasenta.
Berat plasenta mencerminkan fungsi dan perkembangan plasenta itu sendiri dan besar
plasenta juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Ibu
hamil dengan anemia sebagai faktor risiko terjadinya pertumbuhan plasenta yang tidak
proporsional. Sebaliknya, berat plasenta yang kecil dapat mengindikasikan adanya
kekurangan asupan gizi ke plasenta sehingga terjadi hipoksia plasenta yang pada akhirnya
mengganggu fungsinya.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil
seperti perbaikan asupan gizi, program pemberian besi, dan pemberian preparat besi jauh
sebelum merencanakan kehamilan. Akan tetapi upaya-upaya tersebut belum memuaskan. Hal
ini berarti bahwa selama beberapa warsa ke depan masih tetap akan berhadapan dengan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Definisi KehamilanKehamilan adalah dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu ) dihitung dari hari pertama sampai terakhir. Oleh karena dalam
tubuh ada sesuatu yaitu individu yang tumbuh dan berkembang untuk menyesuaikan
diri,dengan adanya individu itu tubuh mengadakan perubahan,memberi tempat, kesempatan
dan jaminan untuk tumbuh dan berkembang sampai saatnya dilahirkan (Saifuddin, 2009).
Kehamilan adalah masa yang dimulai dari ovulasi sampai partus. Lamanya kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). Kehamilan 40 minggu ini
disebut dengan kehamilan mature (cukup bulan), bila kehamilan lebih dari 43 minggu disebut
postmature dan kehamilan antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature
(Prawirohardjo, 2010).
2.2. Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda-tanda tidak pasti
a. Tidak Datang Bulan (Amenorrhoe)
Semua wanita hamil akan mengalami amenorrhoe, tetapi amenorrhoe ini terjadi
pula pada keadaan yang lain, misalnya : pergantian lingkungan, gangguan emosi,
penyakit khronis, seperti : tuberculosa, anemia, gangguan pekerjaan
ovarium/endocrine secretie, juga dipengaruhi perubahan iklim. Terkadang pada
kehamilan terjadi pengeluaran darah sedikit yang disangka menstruasi. Perdarahan
b. Perubahan payudara
Setiap wanita hamil akan mengalami perubahan payudara. Tetapi bisa juga
perubahan buah dada disebabkan oleh tumor/cyste
c. Perasaan mual di waktu pagi (morning sickness)
Sebagian wanita hamil kira-kira 50 % atau lebih, menderita perasaan mual di
waktu pagi terutama pada kehamilan pertama kali. Namun keadaan seperti ini bisa
terjadi pada penyakit lain, seperti hepatitis, malaria ulcus ventricule.
d. Sering buang air kemih
Umumnya pada bulan ke dua kehamilan, wanita itu akan sering buang air kemih,
berhubung uterus yang membesar dan akan keuar dari PAP yang menekan
kandung kemih. Keadaan ini tidak menjadi tanda pasti sebab dapat juga
dikarenakan ada gangguan pada kandung kemih yang menyebabkan volume
menjadi lebih kecil dan menimbulkan rangsangan untuk buang air kemih,
misalnya tumor dan penyakit lain.
e. Pergerakan janin yang pertama (Quickening)
Pada kehamilan terjadi antara kehamilan 16-20 minggu. Ini belum menjadi tanda
pasti karena perasaan ini adalah subyektif yang dirasakan ibu sendiri. Wanita yang
sangat menginginkan hamil akan merasakan adanya quickening, walaupun
sebenarnya tidak ada. Dapat pula disebabkan karena gas di dalam pencernaan
f. Membesarnya Perut
Pada kehamilan, perut makin lama makin besar teruitama setelah kehamilan 5
bulan, tetapi membesarnya perut bisa juga disebabkan oleh ascites, ovarial cyste,
2. Tanda-tanda kemungkinan
a. Tanda Hegar : Segmen bawah rahim melunak
b. Tanda chadwick : Perubahan warna vulva/vagina menjadi kebiruan
c. Tanda Piscasek : Adanya benjolan asimetris pada uterus. Uterus membesar ke
salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.
d. Tanda Braxton Hicks : Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas
untuk uterus dalam masa hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak
ada kehamilan,misalnya pada mioma uteri, tanda braxton hicks tidak ditemukan.
e. Suhu basal : jika sesudah ovulasi tetap tinggi terus antar 32,5 sampai 37,8 adalah
salah satu tanda akan bahaya kehamilan. Serimg dipakai dalam pemeriksaan
kemandulan
f. Periksa HCG (Human chorionic gonadotropin)
Dengan tes kehamilan tertentu air kencing pagi hari ini dapat membantu membuat
diagnosis kehamilan sedini-dininya.
3. Tanda-tanda pasti
a. Dapat diraba dan kemudian dikenal bagian-bagian janin
b. Dapat dicatat dan didengar bunyi DJJ (denyut jantung janin)
c. Dapat dirasakan gerakan janin
d. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin
e. Dengan USG dapat diketahui pertumbuhan janin
2.3. Perubahan dan Adaptasi Fisiologi pada Masa Kehamilan
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan
rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomatropin, estrogen,
dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada :
2.3.1. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester I
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi
hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai
kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan
dan pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 gram dan kapasitas 10 ml
atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan
volume totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Prawirohardjo, 2012).
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya
seperti alvokad. Perubahan bentuk dan ukuran uterus. Pada usia kehamilan 12 minggu
uterus berukuran kira-kira seperti buah jeruk besar. Uterus tidak lagi tranteversi dan
antefleksi serta menonjol ke luar dari pelvis dan menjadi tegak lurus. Fundus dapat di
palpasi dari abdomen di atas simfasis pubis. Uterus biasanya condong dan berotasi ke
kanan sehingga tepi kiri uterus berada pada posisi anterior, kemungkinan disebabkan
oleh adanya kolon rektosigmoid pada disi kiri pelvis.
Ukuran fundus uteri pada trimester ini :
1. Pada usia kehamilan 1 bulan sebesar telur ayam
2. Pada usia kehamilan 2 bulan sebesar telur angsa
2. Serviks
Serviks manusia merupakan organ yang komplek dan heterogen yang
mengalami perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Satu bulan
setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Serviks bersikap
seperti katub yang bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir
kehamilan dan selama persalinan.
Selama kehamilan, serviks tetap tertutup rapat, melindungi janin dari
kontaminasi eksternal, dan menahan isi uterus. Panjangnya tetap 2,5 cm selama
kehamilan tapi menjadi lebih lunak dan membengkak di bawah pengaruh estradiol
dan progresteron. Peningkatan vaskularitas membuatnya berwarna kebiruan.
3. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hyperemia terlihat jelas pada
kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini meliputi penipisan
mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
Selama kehamilan, lapisan otot mengalami hipertrofi, dan estrogen
menyebabkan epithelium vagina menjadi lebih tebal dan vascular. Warna ungu pada
vagina kemungkinan disebabkan oleh hyperemia. Perubahan komposisi jaringan ikat
yang mengelilingya meningkatkan elastisitas vagina dan membuatya lebih mudah
mengalami dilatasi ketika bayi lahir. Pada trimester pertama ini terjadi peningkatan
pengeluaran cairan dari vagina yang bening, putih dan tidak berbau dan mulai
merembes keluar.
4. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
5. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan
dari pengaru hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron, dan
somatromatropin. Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang, dan berat.
Dapat teraba noduli-noduli, akibat hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan-bayangan
vena lebih membiru. Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara.
Perubahan kronologi payudara : pada kehamilan 3 – 4 minggu, sensasi gatal
dan kesemutan karena peningkatan suplai darah terutama di sekitar putting susu. Dan
pada kehamilan 6 – 8 minggu, peningkatan ukuran, nyeri ketegangan dan nodular
akibat hipertrofi alveoli, permukaan halus dan kebiruan, vena tampak terlihat tepat di
bawah kulit.
2.3.2. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester II
1. Uterus
Pada trimester ini uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan seiring
perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal dan hampir menyentuh
hati, mendorong usus ke samping dan ke atas. Pada trimester kedua ini kontraksi
dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Perubahan bentuk dan ukuran uterus
a. Usia kehamilan 16 minggu
Janin sudah cukup besar untuk menekan ishmus, menyebabkannya tidak
berlipat sehingga bentuk uterus menjadi bulat. Ishmus dan serviks berkembang
menjadi segmen bawah uterus yang lebih tipis dan terdiri atas otot dan
b. Usia kehamilan 20 minggu
Fundus uterus dapat dipalpasi sejajar dengan umbilicus. Sejak usia kehamilan
ini hingga cukup bulan, bentuk uterus menjadi lebih silindris dan fundusnya
bentuk kubah yang lebih tebal dan lebih bulat. Karena uterus semakin
membesar dalam abdomen tuba uterine secara progresif menjadi lebih
ventrikel yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan pada ligament
lebar dan ligamentum gilig.
2. Serviks
Pada awak trimester ini, berkas kolagen kurang kuat terbungkus. Hal ini
terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan sel-sel otot
polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah pararel terhadap
sesamanya sehingga serviks menjadi lebih lunak tetapi tetap mampu mempertahankan
kehamilan.
3. Vagina
Pada kehamilan trimester kedua ini terjadinya peningkatan cairan vagina
selama kehamilan adalah normal. Cairan biasanya jernih, pada saat ini biasanya agak
kental dan mendekati persalinan agak cair. Yang terpenting adalah tetap menjaga
kebersihan. Hubungi dokter atau tenaga kesehatan lain, jika cairan berbau, terasa
gatal, dan sakit.
4. Payudara
Pada trimester kedua ini, payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan
cairan yang kekuningan yang disebut dengan colostrum. Keluarnya cairan dari
payudara itu yaitu colostrums adalah makanan bayi pertama yang kaya akan protein,
colostrum ini akan keluar bila puting dipencet. Areola payudara makin hitam karena
hiperpigmentasi. Glandula Montgomery makin tampak menonjol di permukaan areola
2.3.3. Perubahan Sistem Reproduksi pada Kehamilan Trimester III
1. Uterus
Pada akhir kehamilan biasanya kontraksi sangat jarang dan meningkat pada
satu dan dua minggu sebelum persalinan. Peningkatan kontraksi miometrium ini
menyebabkan otot fundus tertarik ke atas. Segmen atas uterus yang berkontraksi
secara aktif menjadi lebih tebal dan memendek serta memberikan tarikan yang lambat
dan stabil terhadap serviks yang relatif terfiksasi yang menyebabkan dimulainya
peregangan dan pematangan serviks yang disebut dengan pembukaan serviks.
Pada usia kehamilan 38 minggu, uterus sejajar dengan sifisternum. Tuba uterin
tampak agak terdorong ke dalam di atas bagian tengah uterus. Frekuensi dan kekuatan
kontraksi otot segmen atas semakin meningkat. Oleh karena itu, segmen bawah uterus
berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang jika terjadi bersamaan
dengan pembukaan serviks dan pelunakan jaringan dasar pelvis akan menyebabkan
presentasi janin memulai penurunannya ke dalam pelvis bagian atas. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tinggi fundus yang disebut dengan lightening, yang
mengurangi tekanan di dalam pelvis, yang dapat menyebabkan konstipasi, berkemih
dan terkadang meningkatkan rabas vagina
2. Serviks
Akibat bertambah aktivitas uterus selama kehamilan, serviks mengalami
pematangan secara bertahap, dan kanal mengalami dilatasi. Secara teoritis,
pembukaan serviks biasanya terjadi pada primigravida selama 2 minggu terakhir
kehamilan, tapi biasanya tidak terjadi pada multigravida hingga persalinan dimulai.
Namun demikian, secara klinis terdapat berbagai variasi tentang kondisi serviks pada
Pembukaan serviks merupakan mekanisme yang terjadi saat jaringan ikat
serviks yang keras dan panjang secara progresif melunak dan memendek dari atas ke
bawah. Serat otot yang melunak sejajar os serviks internal tertarik ke atas, masuk ke
segmen bawah uterus, dan berada di sekitar bagian presentasi janin dan air ketuban.
Kanal yang tadi berukuran kira-kira 2,5 cm menjadi orifisium dengan bagian tepinya
setipis kertas.
3. Vagina
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan persiapan
untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan dengan meningkatkan ketebalan
mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos. Perubahan ini
mengakibatkan bertambah panjangya dinding vagina. Papilla mukosa juga mengalami
hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu.
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi akan berwarna
keputihan menebal, dan pH antara 3,5 – 6 yang merupakan hasil dari peningkatan
produksi asam laktat glokogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari
lactobacillus acidopillus.
4. Payudara
Di akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari payudara, progesterone
menyebabkan putting lebih menonjol dan dapat digerakkan. Meskipun dapat
dikeluarkan, air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin di tekan oleh
prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan esterogen
akan menurun sehingga pengaruh inhibis progresteron terhadap laktalbumin akan
hilang. Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan akhirnya akan
meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan
2.3.4. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada
Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan adalah sistem yang berkaitan dengan fungsi eliminasi dan
produksi urine dalam tubuh.Sistem ini juga dianggap penting yang berhubungan dengan
kontrol keseimbangan air dan elektrolit serta tekanan darah. Uterus pada wanita tidak hamil
berada tepat di belakang dan sebagian di atas kandung kemih. Saat Hamil, uterus membesar
mempengaruhi semua bagian saluran kemih pada waktu yang berbeda dan hormon kehamilan
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan efek mekanis.
Yang termasuk organ sistem perkemihan adalah :
a. Ginjal
b. Ureter
c. Vesika Urinaria
d. Urethra
Dari keempat organ perkemihan tersebut mengalami perubahan – perubahan selama
kehamilan.
1. Ginjal (Ren) dan Perubahannya.
Bentuk seperti kacang panjang,terletak di belakang dari bagian abdomen. Ginjal kiri
terletak setinggi Vertebra lumbal I – IV dan Ren kiri terletak setengah badan
vertebra lebih rendah daripada yang kiri karena disebelah kanan ada hepar.
Mempunyai 2 ekstremitas superior( ada glandula supraren/kelenjar anak ginjal). Dan
ekstremitas inferior. Mempunyai 2 margo lateral dan margo medial(ada hilus renalis)
merupakan tempat keluar masuknya vasa ,saraf ,limfe dan ureter. Pada kehamilan
Ginjal berfungsi untuk mengelola zat-zat sisa dan kelebihan yang dihasilkan akibat
peningkatan volume darah dan curah jantung juga produk metabolisme tetapi juga
trimester I ginjal mengalami peningkatan pada panjangnya dan merupakan akibat
terbesar dari peningkatan aliran darah ginjal dan volume vaskuler. Dilatasi kaliks dan
pelviks ginjal dan semakin nyata pada Trimester II kehamilan yang bisa
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Pada Trimester III Biasanya terjadi
hidronefrosis terjadi pada 80 -90% wanita.mungkin disebabkan oleh respons ginjal
oleh progesteron dan peningkatan. Tekanan intraureter superior terhadap tepi pelviks.
Hidronefrosis lebih sering terjadi pada ginjal kanan, dan kemungkinan besar
disebabkan oleh peningkatan distensi urethra kanan.
2. Ureter
Merupakan saluran yang menghubungkan dari ginjal menuju ke vesika Urinaria.
Ureter memanjang dan membentuk kurva tunggal atau ganda yang tampak seperti
sebuah belitan pada pemeriksaan sinar-X. Pada Trimester I Begitu uterus menjadi
organ abdomen, penambahan massanya menekan ureter pada tepian pelviks.
Kompresi ini menyebabkan peningkatan tonus intraureter yang terletak di atas pelvis.
Hal ini yang menyebabkan produksi urin yang meningkat. Juga meningkatkan
diameter lumen ureter, dan hipertonisitas serta hipomotilitas. Karena perubahan ini,
pada Trimester II volume ureter mungkin meningkat 25 kali dibandingkan dengan
keadaan tidak hamil,equivalen dengan peningkatan 300 ml Urine. Dalam kehamilan
ureter kanan dan kiri mengalami pembesaran karena pengaruh progesteron. Akan
tetapi, ureter kanan lebih lebih membesar karena lebih banyak mendapat tekanan
dibandingkan dengan ureter kiri. Hal ini disebabkan karena uterus lebih sering
memutar ke arah kanan atau karena orang banyak beraktifitas dengan bagian kanan
tubuh. Pada Trimester III Akibat tekanan pada ureter kanan tersebut, lebih sering
terjadi Hidroureter. Hidroureter terjadi saat uterus mulai keluar dari panggul dan
lebih menonjol pada bagian kanan daripada bagian kiri akibat Dekstrorotasiuterus saat
keluar dari panggul.
3. Vesika Urinaria
Merupakan suatu kantong muskulomembran yang berfungsi untuk menampung urine.
Pada kehamilan trimester I tonus kandung kemih menurun sebagai respons otot polos
terhadap efek progesteron. Kapasitas kandung kemih meningkat hingga 1 liter yang
menyebabkan ibu hamil lebih sering kencing. Karena pembesaran uterus selama
trimester II kehamilan, kandung kemih terdorong ke arah anterior dan superior.
Perpindahan ini mengubah letak intravesikuler ureter, yang kemudian menyebabkan
regurgitasi urin ke ureter pada saat berkemih. Pada trimester III permukaan mukosa
menjadi hiperemia dan edema sehingga terjadi peningkatan resiko trauma pada
persalinan. Selanjutnya,jika pada kandung kemih penuh maka akan disalurkan ke
urethra.
4. Urethra
Merupakan saluran terakhir dari saluran kemih.Memiliki panjang 4 cm pada wanita
dan terdiri dari saluran sempit yang berada di dalam lapisan luar dinding vagina
anterior. Urethra bermula dari leher vesika urinaria dan terbuka kedalam vestibulum
vulva sebagai meatus urethra. Selama kehamilan trimester I, urethra sedikit
memanjang dan pada trimester II, uretrhra akan lebih memanjang terutama pada
trimester III, urethra akan lebih memanjang karena Vesika Urinaria tertarik ke atas ke
arah abdomen dan dapat bertambah panjang beberapa centimeter. Pola normal
berkemih pada wanita tidak hamil,pada siang hari, berkebalikan dengan pola pada
wanita hamil. Wanita yang hamil mengumpulkan cairan (air dan natrium) selama
panggul dan vena kava inferior.dan kemudian mensekresikan cairan tersebut pada
malam hari melalui kedua ginjal ketika wanita berbaring.
2.3.5. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada
Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan adalah Wanita hamil sering mengeluhkan perubahan nafsu
makan,jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi, dan toleransinya terhadap makanan
tertentu. Walaupun beberapa perubahan mungkin dipengaruhi oleh faktor sosial budaya,
faktor anatomi dan pengaruh hormon pada saluran pencernaan mengubah fungsi – fungsi
yang biasa dijalankan oleh sistem pencernaan. Diantaranya adalah :
1) Mulut
Banyak wanita yang mengalami perubahan dalam pengecapan segera setelah
konsepsi. Keadaan ini mungkin disebabkan pengaruh hormon saliva, dan juga pada
indra penciuman. Saliva menjadi lebih asam selama Kehamilan. Walaupun studi
terdahulu mengatakan adanya peningkatan produksi saliva, Studi lain berpendapat
bahwa keadaan ini hanya suatu persepsi yang disebabkan oleh penurunan kemampuan
menelan selama periode mual muntah. Beberapa wanita tercatat mengalami ptialisme
(hipersaliva) yang terjadi pada siang hari dan berakhir pada saat persalinan. Di bawah
pengaruh estrogen, gusi menjadi lebih berpembuluh, terjadi hiperplasia dan edema.
Penurunan ketebalan Permukaan epitel gusi berkontribusi terhadap peningkatan
frekuensi penyakit gusi selama kehamilan.Pendarahan mungkin terjadi pada saat
menggosok gigi atau mengunyah dan permukaan yang rapuh menyebabkan mudah
terkena radang gusi. Diperkirakaan 50 – 77% wanita mengalami radang gusi selama
kehamilannya. Insidennya meningkat apabila sedang mengalami masalah gusi
hamil, hiperplasia gusi menyebabkan terbentuknya masa yang rapuh, menyerupai
tumor yang disebut epulis. Epulis biasanya sembuh secara spontan setelah
melahirkan, tetepi mungkin perlu diinsisi selama kehamilan, berlangsung jika terjadi
pendarahan yang banyak dan muncul penyakit gusi dan gigi.
2) Esofagus
Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah melemah di bawah pengaruh progesteron,
yang menyebabkan relaksasi otot polos. Penurunan tonus ini berkaitan dengan
terjadinya refluks asam dari lambung ke esofagus. Perubahan pada diafragma akan
Lebih berkontribusi menimbulkan masalah dengan mengubah secara akut sudut
esofagus – gaster, sehingga makin memperberat Refluks.
3) Lambung
Penyebab dari progesteron dapat menurunkan tonus dan motilitas lambung. Selain itu,
juga menurunkan tonus sfingter pilorus, menyebabkan refluksnya isi cairan basa
duodenum kedalam lambung. Semakin kehamilan berlanjut, tekanan pada lambung
oleh uterus yang membesar dapat menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi
tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman. Penurunan produksi asam dan pepsin juga
mungkin memperlambat pencernaan, walaupun efek kehamilan pada sekresi asam
lambung belum dipahami dengan baik.
4) Usus Besar dan Kecil
Relaksasi otot polos karena pengaruh progesteron menyebabkan penurunan tonus dan
motilitas usus. Penurunan motilitas lebih jauh dipengaruhi oleh penurunan motilitin,
suatu hormon peptida. Penurunan pada tonus menimbulkan perpanjangan waktu
transit, yang akan makin lama seiring dengan berkembangnya kehamilan. Penelitian
telah menunjukkan bahwa peningkatam lama waktu transit pada akhir kehamilan
dan ditambah dengan adanya hipertrofi vili Duodenum, menyebabkan peningkatan
kapasitas absorpsi. Peningkatan absorpsi zat besi, kalsium, lisin, valin, glisin, prolin,
glukosa, natrium, klorida dan air. Pengaruh progesteron pada enzim pentranspor
mungkin menyebabkan penurunan absorpsi niasin, riboflavin, dan vitamin B6.
Penurunan motilitas dan memanjangnya waktu transit di kolon menyebabkan
peningkatan absorbsi air, yang kemudian meningkatkan resiko terjadinya konstipasi.
Peningkatan Flatulens juga ditemukan. Seiring dengan berkembangnya uterus,
apendiks, dan sekum terdorong ke atas dan lateral. Perubahan anatomis ini penting
untuk diingat pada saat ibu mengeluhkan nyeri akut abdomen dan apendisitis.
Hemoroid biasa terjadi selama kehamilan. Disebabkan oleh relaksasi dinding
pembuluh darah sekunder akibat peningkatan progesteron, dan penekanan vena oleh
berat dan ukuran uterus yang makin membesar. Usaha mengejan pada saat defekasi
karena adanya konstipasi juga berperan terhadap munculnya hemoroid.
2.3.6. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada
Sistem Muskuloskeletal
Pada Kehamilan Trimester I belum terjadi lordosis hanya nyeri pada punggung. Pada
trimester II sudah terjadi Lordosis yang diakibatkan kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi
sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena
pengaruh hormonal yaitu pada peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan elastin dalam
kehamilan yang dapat mengakibatkan kelemahan jaringan ikat dan ketidakseimbangan
persendian dan menyebabkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan
Akibat dari perubahan fisik selama kehamilan :
a) Peregangan otot-otot
b) Pelunakan ligamen – ligamen
Area yang paling dipengaruhi oleh perubahan –perubahan tersebut adalah:
a) Tulang belakang (curva lumbar yang berlebihan )
b) Otot - otot abdomal (meregang ke atas uterus)
c) Otot dasar panggul (menahan berat badan dan tekanan uterus)
Bagi ibu hamil,bagian ini merupakan titik – titik kelemahan srtuktural dan bagian
bermasalah yang potensial dikarenakan beban dan menekan kehamilan. Oleh karena itu,
masalah postur merupakan hal biasa dalam kehamilan :
a) Bertambahnya beban dan perubahan struktur dalam kehamilan mengubah dimensi
tubuh dan pusat gravitasi.
b) Ibu hamil mempunyai kecenderungan besar membentur benda–benda (dan memar
biru) dan kehilangan keseimbangan lalu jatuh.
2.3.7. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada
Sistem Kardiovaskuler
Adalah sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan dari sel. sistem ini juga
menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh. Sistem ini meliputi:
1. Jantung
Jantung merupakan organ muskular berongga yang bentuknya mirip piramid dan
terletak di dalam perikardium di mediastinum. Jantung memiliki tiga permukaan :
facies sternocostalis, diaphragmatica, dan basis cordis. Jantung dibagi oleh septa
vertikal menjadi empat ruang: atrium dextrum, atrium sinistrum, ventriculus dexter, dan
tersusun atas berkas serabut-serabut otot, musculi pectinati, yang berjalan melalui crista
terminalis ke auricula dextra. Pada atrium dextrum bermuara vena cava superior dan
inferior, sinus coronarius, dan vena cordis minimae.
2. Sirkulasi Sistemik
Ventrikel kiri memompakan darah masuk ke aorta. Dari aorta darah di salurkan masuk
kedalam aliran yang terpisah secara progresive memasuki arteri sistemik yang
membawa darah tersebut ke organ ke seluruh tubuh kecuali sakus udara (Alveoli )
paru-paru yang disuplay oleh sirkulasi pulmonal. Pada jaringan sistemik arteri bercabang
menjadi arteriol yang berdiameter lebih kecil yang akhirnya masuk ke bagian yang
lebar dari kapiler sistemik. Pertukaran nutrisi dan gas terjadi melalui dinding kapiler
yang tipis, darah melepaskan oksygen dan mengambil CO2 pada sebagian besar kasus
darah mengalir hanya melalui satu kapiler dan kemudian masuk ke venule sistemik.
Venule membawa darah yang miskin oksigen. Berjalan dari jaringan dan bergabung
membentuk vena sistemik yang lebih besar dan pada akhirnya darah mengalir kembali
ke atrium kanan.
2.3.8. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kehamilan Trimester I, II, dan III pada
Sistem Kardiovaskuler
Perubahan sistem integument pada kehamilan, salah satu perubahan besar yang
mengalami selama kehamilan adalah cara itu harus meregangkan pada tingkat cepat mustahil.
Sekitar 50 persen hingga 90 persen perempuan tidak mampu menahan peregangan yang
sangat besar ini, dan hal itu menyebabkan terjadi pada kulit di payudara, lengan, paha,
pinggul dan bokong. Ini terjadi ketika kolagen di kulit memisahkan, Mungkin tidak sakit
tetapi akan gatal, dan mungkin gelitik banyak. Wanita berkulit terang akan memiliki
garis-garis merah muda, sementara wanita berkulit gelap akan membuat mereka lebih ringan
Beberapa masalah perubahan kulit yang kerap dialami selama kehamilan, antara lain:
1) Stretch Mark
Perubahan kulit yang terjadi pada saat kehamilan disebabkan oleh peningkatan
kadar hormon estrogen dan progesteron, peregangan kulit lantaran tubuh membesar,
atau juga faktor genetik. Pada dasarnya kulit mempunyai kemampuan untuk
berkembang mengikuti kondisi tubuh atau disebut dengan elastisitas kulit. Elastisitas
kulit tersebut dipengarungi oleh keturunan, berat badan, dan faktor usia. Pada ibu
hamil, elastisitas kulit dipaksa mengembang sampai pada level maksimum untuk
mengakomodasi pertumbuhan janin, akibatnya timbul stretch mark.
Stretch mark merupakan tanda parut berupa gurat-gurat putih yang muncul pada
permukaan kulit, berbentuk garis yang berliku seperti anak sungai. Masalah ini muncul
karena peregangan kulit secara cepat, seperti pada kehamilan atau peningkatan berat
badan yang drastis, atau karena pengaruh obat yang mengandung steroid, yang merusak
jaringan yang terdapat di dalamnya sehingga kulit mengalami over stretched dan
kolagennya rusak.
Stretch mark biasanya muncul pada dinding perut, lengan atas, pinggul, paha,
bokong, dan payudara pada tubuh wanita hamil. Stretch mark karena kehamilan
umumnya berwarna merah jambu dan lebar, kemudian berangsur berubah menjadi garis
tipis berwarna putih atau kecoklatan. Bagi mereka yang memiliki jenis kulit kering
kecenderungan akan masalah ini dapat terjadi pada saat kehamilannya. ”Untuk ibu
hamil stretch mark terjadi pada trimester kedua atau usia kandungan sekitar empat
bulan,”
2) Linea Nigra
Pada sebagian besar wanita hamil akan muncul garis vertikal berwarna cokelat
melanosit yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Garis ini akan ada selama
kehamilan dan akan menghilang setelah melahirkan.
3) Selulit
Selulit merupakan suatu lapisan lemak di bawah kulit yang terletak di atas otot.
Selulit pada wanita hamil terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen
dan progesteron secara drastis sehingga menghasilkan lebih banyak lemak yang
disimpan untuk melindungi janin. Pada selulit tampak permukaan kulit bergelombang
seperti kulit jeruk dan umumnya terjadi di bagian paha, bokong, perut, pinggul, betis,
dan lengan.
Belum ada terapi yang diklaim dapat mengatasi selulit 100%. Namun, selulit
dapat dicegah atau diminimalisasi dengan berolahraga ringan secara teratur, terutama
untuk membakar lemak di bagian-bagian tubuh tertentu. “Makan makanan dengan gizi
lengkap dan seimbang, terutama mengurangi makanan berlemak. Penggunaan lotion
secara teratur sejak dini, terutama pada masa kehamilan awal, dan penggunaan lotion
sebaiknya dibarengi dengan efek pijatan untuk membantu memperlancar peredaran
darah dan menghancurkan lemak. Selulit pun ada dua jenis, ringan dan berat.Pada
kondisi ringan, selulit tidak terlihat. Baru jika bagian tertentu itu dicubit akan terlihat.
Sementara pada jenis yang berat meski tidak dicubit, kehadiran selulit sudah terlihat.
4) Rasa Gatal
Rasa gatal sering dialami oleh wanita hamil, terutama pada bagian perut, pusar,
dan payudara. Rasa gatal timbul karena beberapa sebab, yakni peregangan kulit yang
menyebabkan kulit menjadi lebih kering, iritasi yang muncul pada lipatan-lipatan
tubuh, seperti lipatan di bawah payudara, perut, selangkangan, dan ketiak. Rasa gatal
dapat pula muncul karena perubahan hormon estrogen dan progestin sehingga terjadi
kulit yang dapat menyebabkan cedera. Selain menimbulkan infeksi, akan menyebabkan
pula adanya garis kehitaman pada kulit. Rasa gatal ini dapat terjadi pada trimester
pertama, kedua, maupun selama kehamilan.
5) Jerawat
Masalah jerawat ketika kehamilan terjadi disebabkan karena adanya faktor
hormonal. Kulit muka menjadi lebih berminyak sehingga dapat menimbulkan jerawat.
Menjaga kebersihan kulit dan diet makanan yang seimbang serta sehat, terutama
mempertinggi makanan yang mengandung protein dan vitamin C akan membantu Anda
untuk mengatasinya.
6) Varises
Varises bisa terjadi lantaran hamil. Pada ibu hamil, aliran darah dari tubuh bagian
atas biasanya lebih deras daripada aliran darah sebaliknya, lantaran beban tubuh yang
bertambah pada bagian atas tubuh. Akibatnya, darah memenuhi pembuluh dan
membuat pembuluh darah pada tubuh bagian bawah menonjol dan berkelok-kelok.
Pada ibu hamil, varises bisa dicegah dengan meninggikan posisi kaki dengan
mengganjal dengan bantal ketika beristirahat. Bisa juga menggunakan stocking khusus
yang dikenakan pada paha. Stocking berfungsi memperlambat aliran darah dari bagian
atas tubuh, sehingga menyeimbangkan aliran darah dari tubuh bagian atas ke bawah
dan sebaliknya.
7) Areola mammae dan puting susu
Areola mammae daerah yang warnanya hitam di sekitar puting susu, pada
kehamilan warnanya akan lebuh hitam, daerah sekitar yang baisanya tidak berwarna,
sekarang berwarna hitam (secundair areola mammae). Puting susu juga menghitam dan
peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suply darah. Pada awal kehamilan
keluar cairan jernih (kolostrum). Pigmen di sekitar puting (areola) tumbuh lebih gelap.
8) Linea alba
Garis hitam yang terbentang dari atas symphisis sampai pusat. Warna lebih hitam
kecuali akan timbul garis baru yang terbentang di tengah-tengah atas pusat ke atas
(linea nigra). Pada bagian badan ini kecusli ada hiperpigmentasi adapula yang mirip
garis-garis pada kulit (striae gravidarum).
9) Hiperpigmentasi
Lebih dari 90% wanita hamil mengalami hiperpigmentasi, atau perubahan
pigmen, dengan derajat yang berbeda-beda. Hiperpigmentasi inilah yang menyebabkan
melasma, atau yang sering disebut juga topeng kehamilan. Yaitu lapisan kehitaman
yang biasanya menghampiri bagian pipi, dahi dan hidung. Selain wajah, bagian tubuh
yang lain ada juga yang tidak terhindar dari hiperpigmentasi. Mulai dari areola
mammae, ketiak, genitalia, paha, dan pusar. Tahi lalat, atau vlek lain yang sebelumnya
sudah ada kemungkinan besar juga akan bertambah hitam. Hiperpigmentasi akan
terlihat lebih nyata pada wanita yang pada dasarnya berkulit gelap.
Hal yang sama umumnya juga terjadi pada wanita yang sebelumnya
menggunakan kontrasepsi hormonal. Penyebabnya diduga karena adanya peningkatan
jumlah melanosit dan peningkatan kerentanan terhadap stimulus hormon Melanocyte
Stimulating Hormone (MSH), estrogen dan progesteron.
Terlalu lama berada di bawah paparan sinar matahari juga dapat memperburuk
keadaan, oleh karena itu sebaiknya calon ibu tetap menggunakan tabir surya. Hampir
semua jenis krim tabir surya relatif aman digunakan oleh ibu hamil dan pilihlah yang
Hiperpigmentasi ini umumnya akan hilang dengan sendirinya, maksimal satu
tahun pasca persalinan. Memang ada juga yang tidak bisa hilang, biasanya karena
menggunakan kontrasepsi hormonal. Beberapa wanita juga akan mendapatkan
pigmentasi yang merupakan kondisi yang disebabkan oleh produksi berlebihan
melanotropin. Dapat menemukannya terjadi di pipi, hidung dan dahi. Ini mungkin
muncul secara tak terduga selama 4 atau 5 bulan kehamilan.
Sejak bulan ke-3 hingga kehamilan cukup bulan, beberapa tingkat perubahan
warna kulit menjadi gelap terjadi pada 90% wanita hamil pada kulit dinding perut akan
terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha, perubahan ini dikenal dengan nama striae
gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan ini seringkali ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Striae
gravidarum di bagi menjadi 2 :
- Striae livida
Garis-garis yang berwarna biru pada kuit (pada primigravida). Striae terjadi
karena ada hormon yang berlebihan dan ada pembesaran atau peregangan pada
jaringan yang menimbulkan perdarahan pada kapiler halus di bawah kulit warna
biru. Peregangan kulit ini dapat sembuh dan menimbulkan bekas seperti parut
yang berwarna putih, jadi garis yang warnanya biru menjadi putih, karena sudah
mengalami peregangan.
- Striae albicans
Pada multigravida biasanya terdapat pada buah dada, perut dan paha. Striae ini
kadang-kadang menimbulkan perasaan gatal pada penderita.
Hiperpigmentasi lebih nyata terlihat pada wanita berkulit gelap dan lebih terlihat
mengalami gesekan seperti aksila pada paha bagian dalam.Pada banyak
perempuan kulit digaris pertengahan perutnya akan berubah menjadi hitam
kecoklatan yang disebut denga linea nigra.kadang kadang akan muncul dalam
ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dnegan chloasma atau
melasma gravidarum.selain itu,pada aerola dan daerah genital juga akan terlihat
pigmentasi yang berlebihan.pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang
atau sangat jauh berkurang setelah persalinan.kontrasepsi oral juga bisa
menyebabkan hiperpigmentasi yang sama.
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan
dermal yang penyebab pastinya belum diketahui.adanya peningkatan kadar serum
melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan
sebagai penyebabnya.estrogen dan progesterone diketahui mempunyai peran dan
melanigenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
Perubahan integumen selama hamil disebabkan oleh perubahan keseimbangan
hormon dan peregangan mekanis
Perubahan yang umum timbul: peningkatan ketebalan kulit dan lemak
subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan
aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan
aktivitas vasomotor
Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria gravidarum, atau tanda
regangan. Respon alergi kulit meningkat. Pigmentasi timbul akibat
peningkatan hormon hipofisis anterior melanotropin selama masa hamil,
contoh pigmentasi pada wajah (kloasma)
Striae gravidarum atau tanda regangan terlihat di bawah abdomen disebabkan
2.4. Anemia pada Ibu Hamil
2.4.1. Defenisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes RI,
2009). Menurut Varney (2006), anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau
menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan
organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah
jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl.
Hemoglobin (Hb) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen
diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku
pembuat sel darah merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya
untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk
memproduksi energi agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari – hari.
Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa oksigen
dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh kandungan Hb yang
merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu
senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu senyawa lingkar
yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi heme
adalah senyawa-senyawa porfirin-besi sedangkan hemoglobin adalah senyawa kompleks
antara globin dengan heme.
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam
darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya
pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika
mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi
yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di
dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal,
keadaan inilah yang disebut anemia gizi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan ini ditandai dengan
menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin serum atau hemosiderin sumsum
tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom
disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin.
Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering
mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan
besi sewaktu hamil. Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi.
Kekurangan ini disebabkan karena kurang masuknya unsur zat besi dalam makanan,
gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik
(kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia yang disebabkan karena defisiensi asam
folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita hamil adalah anemia yang
disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah. Dimana
etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan
obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan karena
penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.
2.4.2. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan darah saat
persalinan yang lalu, dan penyakit – penyakit kronik. Dalam kehamilan penurunan kadar
hemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan
penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada penambahan massa hemoglobin
dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia. Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana
pertambahan tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan
dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang
harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hipervolemia tersebut,
keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat. Kerja jantung ini lebih ringan apabila
viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Selama hamil volume darah meningkat 50 % dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat
sedikit menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini lebih
kecil pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta. Ketidakseimbangan antara kecepatan
penambahan plasma dan penambahan eritrosit ke dalam sirkulasi ibu biasanya memuncak
pada trimester kedua.
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan
gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat mencapai keseimbangan
gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap
golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan
susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat
penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium. Wanita hamil cenderung terkena anemia pada
triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang
ibu berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman
adalah umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal
emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat –
zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini.
Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap
kajadian anemia.
Ibu hamil yang kurang patuh mengkonsumsi tablet Fe mempunyai risiko 2,429 kali
lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang patuh konsumsi tablet Fe. Kepatuhan
menkonsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara
mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian
tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,
khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena
kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia
karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat gizi belum
optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro,
2.4.3. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan darah dalam
batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis dapat dilihat tubuh
yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia
atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi.
Pemeriksaan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar. Proses kekurangan
zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap: awalnya terjadi penurunan simpanan
cadangan zat besi dalam bentuk fertin di hati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak
cukup, fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat rendah, Zat besi
pada pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20 – 30 % sedangkan dari sumber
nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung akan dipacu lebih cepat untuk memenuhi
kebutuhan O2 ke semua organ tubuh, akibatnya penderita sering berdebar dan jantung cepat
lelah. Gejala lain adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk,
selaput lendir , kelopak mata, dan kuku pucat.
2.4.4. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Penentuan Kadar Hemoglobin
Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari
11,00 gr%. Menururt Word Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah
kondisi ibu dengan kadar Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi,
yaitu: Tidak anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb
7-8.9 gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr%.
Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara cyanmet, namun cara
oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini
baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit masih menggunakan alat Sahli. Dan pemeriksaan
darah dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali selama hamil yaitu pada trimester I dan
2.4.5. Transfer Zat Besi Ke Janin
Transfer zat besi dari ibu ke janin di dukung oleh peningkatan substansial dalam
penyerapan zat besi ibu selama kehamilan dan diatur oleh plasenta. Serum fertin meningkat
pada umur kehamilan 12 – 25 minggu, Kebanyakan zat besi ditransfer ke janin setelah umur
kehamilan 30 minggu yang sesuai dengan waktu puncak efisiensi penyerapan zat besi ibu.
Serum transferin membawa zat besi dari sirkulasi ibu untuk transferin reseptor yang terletak
pada permukaan apikal dan sinsitiotropoblas plasenta, holotransferin adalah endocytosied ;
besi dilepaskan dan apotransferin dikembalikan ke sirkulasi ibu. Zat besi kemudian bebas
mengikat fertin dalam sel – sel plasenta yang akan dipindahkan ke apotransferrin yang masuk
dari sisi plasenta dan keluar sebagai holotransferrin ke dalam sirkulasi janin. Plasenta sebagai
transfortasi zat besi dari ibu ke janin. Ketika status gizi ibu yang kurang, jumlah reseptor
transferrin plasenta meningkat sehingga zat besi lebih banyak diambil oleh plasenta dan
ditransfortasi untuk janin serta zat besi yang berlebihan untuk janin dapat dicegah oleh
sintesis plasenta fertin.
2.4.6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit-penyulit yang dapat
timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurus, persalinan yang
lama akibat kelelahan otot uterus di dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca
melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat
bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal: berat badan kurang,
plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi
tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat
terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonatus : premature,
apgar scor rendah, gawat janin. Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat
menyebabkan terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi,
dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan his
primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi
karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif. Anemia
kehamilan dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu
saat mengedan untuk melahirkan bayi.
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, gangguan his-kekuatan mengejan, kala
I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar. Kala II berlangsung lama sehingga
dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti
retensio plasenta dan perdarahan post partum akibat atonia uteri, kala IV dspat terjadi
perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri. Pada kala nifas terjadi subinvulosio uteri
yang menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran
ASI berkurang, dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas dan
mudah terjadi infeksi mammae.
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya penurunan
Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50% meningkat 4 ke 6 L, volume
plasma meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit.
darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan
cadangan saat kehilangan darah waktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan
janin memerlukan aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan
berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85%, merupakan penyebab kematian
bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya
oksigen dalam rahim (hipoksia intrauterus) dan kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia lahir), yaitu 27,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal dipengaruhi pada kondisi ibu saat
melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005
adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09%.
2.4.7. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebab terjadinya anemia, secara umum anemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi
tubuh, sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya
pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh
rendahnya masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan
menahun. Anemia jenis ini merupakan anemia yang paling sering terjadi.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi, sehingga cadangan besi makin
menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Jika
kekurangan besi berlanjut terus maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga
dapat menimbulkan anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada
berbagai gejala lainnya Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika. Selain
itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin, adanya peradangan
pada sudut mulut dan nyeri pada saat menelan. Selain gejala khas tersebut pada anemia
defisiensi besi juga terjadi gejala umum anemia seperti lesu, cepat lelah serta mata
berkunang-kunang.
b. Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat
sel-sel darah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat
(sepsis), keracunan dan sinar rontgen atau radiasi. Mekanisme terjadinya anemia jenis ini
adalah karena kerusakan sel induk dan kerusakan mekanisme imunologis. Anemia jenis ini
biasanya ditandai dengan gejala perdarahan seperti petikie dan ekimosis (perdarahan kulit),
perdarahan mukosa dapat berupa epistaksis, perdarahan sub konjungtiva, perdarahan gusi,
hematemesis melena dan pada wanita dapat berupa menorhagia. Perdarahan organ dalam
lebih jarang dijumpai, tetapi jika terjadi perdarahan pada otak sering bersifat fatal.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal jantung akibat anemia berat dan kematian akibat
infeksi yang disertai perdarahan.
c. Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Anemia jenis ini ditandai dengan adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang
belakang. Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar.
Timbulnya megaloblast adalah akibat gangguan maturasi inti sel karena terjadi
gangguan sintesis DNA sel-sel eritoblast akibat defiensi asam folat dan vitamin B12 dimana
vitamin B12 dan asam folat berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel dan secara khusus
inti eritoblast ini maka maturasi inti lebih lambat, sehingga kromatin lebih longgar dan sel
menjadi lebih besar karena pembelahan sel yang lambat. Sel eritoblast dengan ukuran yang
lebih besar serta susunan kromatin yang lebih longgar disebut sebagai sel megaloblast. Sel
megaloblast ini fungsinya tidak normal, dihancurkan saat masih dalam sumsum tulang
sehingga terjadi eritropoesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek yang berujung
pada terjadinya anemia.
Kekurangan asam folat berkaitan dengan berat lahir rendah, ablasio plasenta dan
Neural Tube Defect (NTD). NTD yang terjadi bisa berupa anensefali, spina bifida (kelainan
tulang belakang yang tidak menutup), meningo-ensefalokel (tidak menutupnya tulang
kepala). Kelainan-kelainan tersebut disebabkan karena gagalnya tabung saraf tulang belakang
untuk tertutup.
Anemia defisiensi vitamin B12 dan asam folat mempunyai gejala yang sama seperti
terjadinya ikterus ringan dan lidah berwarna merah. Tetapi pada defisiensi vitamin B12
disertai dengan gejala neurologik seperti mati rasa.
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik disebabkan oleh proses hemolisis. Hemolisis adalah penghancuran
atau pemecahan sel darah merah sebelum waktunya. Hemolisis berbeda dengan proses
penuaan yaitu pemecahan eritrosit karena memang sudah cukup umurnya. Pada dasarnya
anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu anemia hemolitik karena
faktor di dalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular) yang sebagian besar bersifat herediter dan
anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular) yang sebagian besar
bersifat didapatkan seperti malaria dan transfusi darah.
Proses hemolisis akan mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin yang akan
mekanisme kompensasi tubuh tetapi dapat juga terjadi tiba-tiba sehingga segera menurunkan
kadar hemoglobin.
Seperti pada anemia lainnya pada penderita anemia hemolitik juga mengalami lesu,
cepat lelah serta mata berkunang-kunang. Pada anemia hemolitik yang disebabkan oleh faktor
genetik gejala klinik yang timbul berupa ikterus, splenomegali, kelainan tulang dan ulkus
pada kaki.
2.4.8. Mekanisme terjadinya Anemia pada Ibu Hamil
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan
akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama kehamilan
adalah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit
ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg besi/hari.
Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan konsentrasi sel
darah merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu
rendah yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Meningkatnya volume darah berarti
meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah
sebagai kompensasi tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin.
Pada kehamilan, fetus menggunakan sel darah merah ibu untuk pertumbuhan dan
perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai
banyak cadangan zat besi dalam sumsum tulang sebelum hamil maka pada waktu kehamilan
dapat digunakan untuk kebutuhan bayinya.
Akan tetapi bila pembentukan sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah yang menyebabkan konsentrasi atau kadar
hemoglobin tidak dapat mencapai normal sehingga akan terjadi anemia. Keadaan ini dapat
terjadi mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan