• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Sebuah Pengantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Sebuah Pengantar) "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian Komunikasi Antar Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap daerah pasti memiliki masyarakat yang majemuk. Setiap masyarakat tesebut

pastinya juga memiliki aktivitas yang beragam, seperti masyarakat yang hidup dekat pantai

sebagai nelayan, masyarakat perkotaan sebagai pegawai. Dalam melakukan aktivitasnya,

masyarakat pasti berkomunikasi melalui bahasa untuk menunjang interaksi mereka. Namun pada

umumnya, ragam interaksi bahasa yang digunakan berbeda-beda dikarenakan latar belakang

budaya asal yang juga berbeda, misalnya saja seperti yang terjadi di daerah pesisir. Di semua

kegiatan yang berlangsung diantara masyarakat- masyarakat pesisir tersebut terjadi interaksi

komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.

Dari setiap budaya tersebut memiliki bahasa yang berbeda sehingga keberagaman budaya

komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir juga memiliki keragaman bahasa. Hubungan

komunikasi antar budaya mampu memberikan keuntungan dalam aktualiasasinya misalnya

terhadap peningkatan pengetahuan dan cara pandang seseorang tentang dunia melalui

orang-orang baru dari budaya yang baru dijumpai.

Menurut Ting Toomey (1953) , budaya sebagai komponen dari usaha manusia untuk

bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan partikular mereka. The Ecological Adaptation

Function yaitu fungsi budaya dalam memfasilitasi proses-proses adaptasi di antara diri,

komunitas kultural dan lingkungan yang lebih besar, The Cultural Communication Function

(2)

komunikasi mempengaruhi budaya. Dengankata lain, budaya diciptakan, dibentuk,

ditransmisikan, dan dipelajari melalui komunikasi.

Di samping itu, bagaimana cara kita untuk menjelaskan tentang diri kita sendiri di

hadapan orang yang berbeda latar budaya juga memberikan tantangan tersendiri. Alasan-alasan

itulah yang kemudian akan membentuk pola komunikasi dan hubungan antar budaya seseorang.

Dari teori bahasa dapat diketahui bahwa bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi

manusia yang di dalamnya terdapat simbol-simbol bunyi yang mandiri dan unik yang digunakan

dalam suatu latar budaya tertentu. . Komunikasi adalah cara untuk berdialektika dalam konteks

hubungan antar budaya. Kita harus memulai untuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk

melangsungkan komunikasi ketika kita sedang berada dalam lawan bicara yang berbeda latar

belakang budaya dengan kita. Yang paling utama adalah bahasa. Bahasa mempengaruhi

pemikiran dan perilaku.

Bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Oleh sebab, bahasa-bahasa di dunia memiliki

banyak keanekaragaman yang unik dari yang lainnya baik dalam hal karakteristik semantik

maupun strukturnya, maka dapat juga disimpulan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang

berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan

komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal.Makin besar perbedaan

antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi

dilakukan.Semakin besar perbedaan antarbudaya maka semakin besar pula ketidak-pastian dan

ambiguitas dalam komunikasi.

Terdapat 3 (tiga) fase dalam proses membangun hubungan antar budaya diantaranya:

 fase initial attraction (tahap pengenalan awal),

(3)

stabilization (tahap menstabilkan hubungan).

Setiap budaya memiliki variasi dan cara nya masing-masing yang berbeda dan unik

dalam setiap fase membangun hubungan tersebut.

Perbedaan cara pandang budaya dalam hubungan dapat disebabkan oleh adanya identitas

dan nilai-nilai yang dianut masyarakat tertentu. Misalkan perbedaan antara budaya di Pasar

Pantai Panarukan dari setiap daerah yang bersifat individualistik dan ada juga bersifat kolektif.

Hubungan dalam budaya masyarakat daerah pesisir kolektif lebih cenderung bertahan dalam

jangka panjang, dan tidak individual serta mengikutsertakan berbagai kewajiban-kewajiban yang

harus dipenuhi untuk mempertahankan suatu hubungan.

Hubungan antar budaya juga tidak bisa dilepaskan dari berbagai tantangan misalnya

perbedaan-perbedaan idiosinkratik tidak akan banyak menimbulkan efek ketika hubungan antar

budaya tersebut dibangun pada tahapan awal. Namun, ketika akan memasuki tahapan yang lebih

intim/mendalam, maka terciptalah proses negosiasi dan interaksi antara perbedaan-perbedaan

dengan persamaan-persamaan yang ada.

Selain itu, perbedaan- kultural sudah menjadi suatu hal yang pasti dan diberikan secara

turun temurun, sehingga tantangannya adalah bagaimana cara menemukan dan membangun

kesamaan-kesamaan dibalik berbagai perbedaan misalnya dengan membangun rasa ketertarikan

atau kepentingan bersama, aktivitas, kepercayaan dan tujuan akhir yang sama

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang diatas maka

didapatkan rumusan masalah yaitu “Bagaimana pola interaksi penggunaan bahasa

pada interaksi sosial masyarakat pesisir ?”

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(4)

Melihat interaksi komunikasi yang terjadi antar masyarakat daerah pesisir. peneliti ingin

melakukan riset terhadap keberagaman budaya khususnya bahasa yang digunakan oleh

masyarakat dalam berinteraksi di lingkungan daerah pesisir. 1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola interaksi penggunaan bahasa pada

interaksi sosial masyarakat pesisir .

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya penelitian tentang keberagaman

budaya bahasa pada khususnya dan pada masyarakat daerah pesisir pada umumnya dengan

metodologi kualitatif, dan berguna untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini selanjutnya diharapkan berguna bagi praktisi komunikasi khususnya dosen

danmahasiswa Sastra atau Ilmu Komunikasi dan peneliti selanjutnya .

BAB II

(5)

Dalam membuat peneltian ini penulis melihat beberapa referensi

penelitian terdahulu yang bisa menjadi bahan acuan bagi penulis. Beberapa

hasil penelitian terdahulu dan pernyataan yang dianggap relevan dengan penelitian ini,

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ismail Kusmayadi (2001) dimana ia lebih

mengkaji ragam bahasa di Indonesia. Dimana ia melihat ragam bahasa dari segi daerah dan

pemakaiannya. Bahasa mempunyai ragam yang disesuaikan dengan keperluan, tempat asal,

tempat dimana berinteraksi dengan orang lain atau bidang lainnya. Karena biasanya keragamaan

bahasa mempunyai sejumlah kosakata khusus yang di gunakan di masing-masing daerah.

Kemudian penelitian terdahulu oleh Adi Tahajudin (2005) dimana ia mengkaji penelitian

dengan judul Dialektika bahasa di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon Banten. Dialek

merupakan variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat pada suatu tempat atau

suatu waktu, dan ragam yang merupakan variasi bahasa yang digunakan untuk situasi tertentu

(formal dan nonformal). Penelitian ini, yakni berusaha menggambarkan secara objektif dan tepat

aspek keanekaragaman bahasa yang ada di daerah banten. Sumber datanya adalah penduduk

yang ada di daerah Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon Banten. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh dialek kebahasaan dalam bahasa daerah yang dipergunakan masyarakat di seluruh

desa Kecamatan Pulomerak berupa aspek keanekaragaman bahasa yang ada di Banten.

2.2. Teori yang digunakan

2.2.1 Teori Dramaturgi dan Masyarakat Pasar Pantai Panarukan

Teori Dramaturgi dipilih karena dalam penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana

(6)

dengan mudah menyesuaikan diri dan diterima oleh masyarakat di sekitar lingkungan daerah

pesisir.

Dramaturgis merupakan pandangan tentang kehidupan sosial sebagai serentetan

pertunjukan drama dalam sebuah pentas. Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau

teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung dimana seorang aktor memainkan karakter

manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari

tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Dalam Dramaturgi terdiri dari Front stage (panggung depan) dan Back Stage (panggung

belakang). FrontStage yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi

pertunjukan. Front stage dibagi menjadi 2 bagian, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus

ada jika sang actor memainkan perannya. Dan Front Personal yaitu berbagai macam

perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang actor. Front personal masih terbagi menjadi

dua bagian, yaitu Penampilan yang terdiri dari berbagai jenis barang yang mengenalkan status

social actor. Dan Gaya yang berarti mengenalkan peran macam apa yang dimainkan actor dalam

situasi tertentu. Back stage (panggung belakang) yaitu ruang dimana disitulah berjalan scenario

pertunjukan oleh “tim” (masyarakat rahasia yang mengatur pementasan masing-masing actor)

Goffman (1956) mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Beliau menggali segala

macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang

menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan

karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu

kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Goffman mengacu pada

(7)

Pertunjukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai

tujuan. Tujuan dari presentasi dari Diri – Goffman ini adalah penerimaan penonton akan

manipulasi. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang

memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa

penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk

lain dari komunikasi.

Komunikasi sebenarnya adalah alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi

konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan

non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka

dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati

peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Perlu diingat, dramatugis

mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk

mempelajari hasil dari perilakunya tersebut. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar

manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan

akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat

mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut.

2.2.3 Teori Interaksi Simbolik dalam Interaksi Sosial Masyarakat Pasar Pantai Panarukan

Peneliti memilih teori ini karena dalam proses komunikasi yang terjadi khususnya dalam

berbagai macam interaksi yang dilakukan oleh masyarakat Pasar Pantai Panarukan mengandung

banyaknya hal-hal yang dipertukarkan termasuk dalam gaya, bahasa, cara berpakain dan lain

sebagainya yang mengandung makna dari setiap simbol-simbol yang digunakan oleh masyarakat

(8)

Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni

komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif interaksi simbolik berusaha

memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek.

Menurut teori interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi

manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Secara ringkas, interkasionisme simbolik

didasarkan pada premis-premis berikut: pertama, individu merespons suatu situasi simbolik.

Mereka merespon lingkungan, termasuk objek fisik dan sosial berdasarkan makna yang

dikandung komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk

interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui

penggunaan bahasa. Ketiga, makna diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke

waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.

Komunikasi yang efektif tergantung pada tingkat kesamaan makna yang didapat

partisipan yang saling bertukar pesan. Fisher berpendapat, untuk mengatakan bahwa makna

dalam komunikasi tidak pernah secara total sama untuk semua komunikator, adalah dengan tidak

mengatakan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tak mungkin atau bahkan sulit tapi karena

komunikasi tidak sempurna (Gudykunst dan Kim, 2003: 269-270). Jadi untuk mengatakan

bahwa dua orang berkomunikasi secara efektif maka keduanya harus meraih makna yang relatif

sama dari pesan yang dikirim dan diterima (mereka menginterpretasikan pesan secara sama).

(9)

Disemua kegiatan pada masyarakat- masyarakat pesisir tersebut terjadi interaksi

komunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dari setiap budaya tersebut

memiliki bahasa yang berbeda sehingga keberagaman budaya komunikasi yang dilakukan oleh

masyarakat pesisir juga memiliki keragaman bahasa. Dari keberagaman bahasa dan budaya yang

dibawa oleh masyarakat yang berasal tidak hanya dari Bengkulu apakah pola interaksi antar

masyarakat akan berbeda juga atau malah sebaliknya. Peneliti melalukan penelitian ini untuk

mengetahui bagaimana pola interaksi masyarakat pesisir pantai terhadap adanya keberagaman

bahasa dan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori dramaturgis dan teori interaksi

simbolik untuk membantu peneliti pada saat, sebelum dan nantinya penelitian ini diselesaikan.

BAB III

(10)

3. 1. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian yang saya gunakan adalah paradigma konstruktivis, karena peneliti

menggunakan teori dramaturgi dan interaksi simbolik sebagai pendekatannya. Dan teori

dramaturgi dan interaksi simbolik termasuk dalam ranah wilayah konstruktivis.

3.2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian adalah interpretice kualitatif karena peneliti mencoba

menginterpretasikan apa Saja yang dinyatakan oleh sasaran penelitian berdasarkan fikiran dan

perasaan penelitian itu sendiri.

3.3. Metode Penelitian

Senada dengan tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yakni berusaha

menggambarkan secara objektif dan tepat aspek keanekaragaman budaya bahasa yang ada di

ruang lingkup masyarakat daerah pesisir. Maka penelitian ini bersifat deskriptif. Perlu dicatat

bahwa penelitian ini tidak mempertimbangkan benar dan salahnya penggunaan bahasa oleh

penuturnya sehingga data bahasa tersaji apa adanya.

Latar belakang dan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah masalah-masalah

aktual. Maksudnya, masalah berbahasa adalah masalah yang sedang dihadapi oleh pemakai

bahasa Indonesia sekarang. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif bersifat deskriptif.

Data yang dihasilkannya berupa kata-kata dan kalimat-kalimat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dengan metodi ini

peneliti mencoba menyajikan data penelitian melalui uraian-uraian, verifikasi, dan

(11)

kualitatif dipilih karena penulis mengidentifikasi serta mendeskripsikan masalah-masalah yang

berkenaan dengan keberagaman budaya bahasa masyarakat daerah pesisir melalui wawancara.

Selanjutnya, penulis memperoleh data bagaimana persepsi yang muncul dari para penutur bahasa

Indonesia ketika menerima tuturan yang tidak santun.

Pada penelitian ini, peneliti juga memilih pedagang lainnya di kawasan Pasar Pantai

Panarukan sebagai informan kunci namun bukanlah menjadi objek dalam penelitian ini.

3.5 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara, dan teknik catat.

Penulis terlebih dahulu mengobservasi dengan mengamati situasi dan keadaan lingkungan,

kemudian melakukan wawancara kepada pedagang, untuk mendapatkan informasi yang relevan.

Terakhir langkah dilakukan dengan teknik catat, yaitu mencatat semua informasi yang diberikan

dari pedagang yang telah diwawancara .Selanjutnya, proses pengumpulan data sebagai berikut:

3.5.1 Teknik Observasi

Observasi partisipasi akan dilakukan sepanjang, pada saat, dan sebelum proses penelitian

berlangsung di kawasan pasar pantai pesisir Panarukan dengan cara wawancara bertahap

maksudnya ialah peneliti mencoba melakukan pendekatan dengan pedagang dengan cara turut

serta membeli dagangan yang dijual oleh si pedagang terus menerus selama proses penelitian.

(12)

peneliti akan mendapatkan data tentang keberagaman budaya bahasa antar masyarakat di daerah

Pasar Pantai Panarukan 3.5.2 Teknik Wawancara

Setelah hasilnya ditranskripsi selanjutnya dengan mewawancarai masyarakat yang berada

di daerah Pasar Pantai Panarukan

3.5.3 Teknik Catat

Hasil dari proses wawancara tersebut kemudian ditranskripsi beserta konteks yang

dituturkan oleh informan. Setelah itu, akan didapatkan data tentang wujud keberagaman budaya

bahasa antar masyarakat di daerah Pasar Pantai Panarukan

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini peneliti lakukan dengan analisis data model

interaktif. Artinya sebagai peneliti kualitatif sebenarnya analisis telah dilakukan sejak mula tema

penelitian ini dikeluarkan, dirancang, dicari datanya di lapangan dan setelah semua data

terkumpul.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis data, kemudian data hasil

wawancara yang telah didapat selanjutnya data hasil wawancara tersebut diklasifikasikan

berdasarkan aspek keanekaragaman bahasa yang terjadi pada masyarakat daerah Pasar Pantai

Panarukan

3.7.1. Tabel Kegiatan Penelitian

(13)

a. Penyusunan Draf Penelitian b. Pengumpulan data

c. Pemilahan Informan d. Pengambilan data

e. Wawancara

f. Mengidentifikasikan perbedaan pada tataran keanekaragaman bahasa masyarakat daerah pesisir.

3.8 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Pasar Pantai Panarukan sehingga penelitian ini dapat

menjadi gambaran tentang keberagamaan budaya bahasa yang terdapat pada masyarakat

setempat dengan alasan di daerah pasar pantai Panarukan banyaknya masyarakat yang berasal

dari berbagai macam daerah, tidak hanya dari daerah asli Panarukan saja.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi wilayah penelitian

Penelitian yang kami lakukan ini terletak di wilayah pesisir pantai Panarukan lebih

tepatnya di daerah Pasar Pantai Panarukan. Adapun wilayah penelitian kami tersebut lebih

didominasi oleh para pedagang dan para nelayan tetapi kami berfokus kepada para pedagang di

(14)

penelitian kami ini selalu ramai dilalui kendaraan karena terletak dekat dengan obyek wisata

pantai Pasir Putih Situbondo. Bahasa yang digunakan olehmasyarakat asli adalah Bahasa Madura

4.2 Profile Informan Penelitian

Profile informan dari penelitian yang kami lakukan ini berfokus kepada pedagang di

kawasan pasar pantai pesisir Panarukan

Informan 1 :

Informan ini adalah seorang wanita bernama Nurhidayah bertubuh luas, berkulit agak

gelap berumur 42 tahun dan pekerjaannya sehari-hari adalah pedagang makanan di daerah

kawasan pantai pesisir Panarukan. Ia menjual udang goreng, kepiting goreng, tahu goreng dan

masih banyak lagi. Wanita ini merupakan masyarakat asli pesisir pantai Panarukan, yang sudah

lama tinggal dan menetap disana. Ia tinggal persis dipinggiran jalan tepat di pasar pantai

Panarukan. Tempat berdagang yang ia gunakan sekaligus menjadi tempat tinggalnya dan

keluarganya.

Informan 2 :

Informan kedua ini bernama ibu Nadi berumur 48 tahun bertubuh luas, berambut ikal dan

berkulit gelap. Ia merupakan pedagang ketan di kawasan Pasar Pantai Panarukan. Ia merupakan

transmigran dari Jawa Tengah dan sudah 4 tahun menetap di pasar pantai Panarukan dan

berprofesi sebagai pedagang.

4.3 Temuan hasil penelitian

4.3.1Pola penggunaan bahasa pada interaksi sosial masyarakat pasar pantai Panarukan

Dari wawancara yang kami lakukan selama beberapa hari di kawasan Pasar Pantai

(15)

Bahasa Pada Masyarakat Daerah Pesisir” di mana menurut informan yang telah kami

wawancarai bahwa penduduk di daerah kawasan pasar pantai Panarukan tersebut tidak semuanya

berdomisili asli orang Panarukan, melainkan ada juga orang-orang dari luar daerah Panarukan

atau transmigrasi. Tidak hanya berasal dari Jawa Timur saja, tapi juga berasal dari Jawa Tengah .

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakaat di kawasan pasar pantai pesisir Panarukan saling

menghargai dan menghormati satu sama lain, dan mereka juga menyesuaikan bagaimana cara

berbicara dan bertutur kata dalam penggunaan bahasa di daerah pasar pantai Panarukan

walaupun banyak juga terdapat orang-orang berasal dari luar kota bengkulu namun masyarakat

tidak menemukan kesulitan dalam berinteraksi satu sama lainnya. Masyarakat di kawasan pasar

pantai Panarukan tersebut tidak begitu sulit memahami dan berinteraksi dengan anggota

masyarakat lainnya di kawasan tersebut, karena mereka juga sudah lebih dulu mengenal

karakteristik masyarakat di kawasan tersebut, jadi dalam penggunaan bahasa tidak begitu sulit

untuk mereka pahami satu sama lain.

4.3.2. Pembahasan.

Dari hasil penelitian ini, kami menemukan bahwa masyarakat di kawasan Pasar Pantai

Panarukan saling menghormati. Mereka hidup dengan damai. Tidak saling menyakiti satu sama

lain. Para pendatang dari luar daerah saling menyesuaikan diri dengan penduduk asal.

Pada saat berinteraksi dengan masyarakat asli di sekitar pemukiman, mereka melakukan

dramaturgi, dimana pada saat berbicara dengan masyarakat sekitar atau dengan para pembeli

(16)

dengan keluarganya mereka sering kali menggunakan bahasa daerahnya. Contohnya pada

informan kedua, ibu Nadi yang merupakan transmigran dari Jawa tengah saat berbicara dengan

masyarakat sekitar kawasan pasar pantai Panarukan atau ketika sedang melayani pembeli

(termasuk peneliti) ia menggunakan bahasa Madura atau bahasa Indonesia, tetapi jika berada di

rumah di lingkungan keluarganya atau berkomunikasi dengan anggota keluarga , ia

menggunakan bahasa Jawa walaupun itu pada saat berdagang.

Mereka mengikuti kebiasaan masyarakat sekitar agar bisa diterima dengan baik dan

mencoba bertukar simbol – simbol dengan masyarakat yang lainnya. Tetapi pada saat mereka

berkomunikasi dengan anggota keluarganya mereka menggunakan bahasa daerah asal. Mereka

melakukan ambivalensi dengan tujuan agar mereka tidak kehilangan kebudayaan asli mereka.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian peneliti menyimpulkan bahwa

masyarakat Pasar Pantai Panarukan saling berinteraksi menggunakan bahasa

(17)

berkomunikasi dengan anggota komunitasnya (orang – orang yang berasal

dari satu daerah), mereka menggunakan bahasa asli daerah mereka. Saat

masyarakat pendatang melakukan interaksi dengan orang diluar

komunitasnya (masyarakat asli atau dengan komunitas yang lainnya)

mereka mencoba untuk menghilangkan kebiasaan asli mereka. Mereka

melakukan dramaturgis agar bisa diterima dan membaur dengan

masyarakat asli daerah Pasar Pantai Panarukan

5.2. Saran

Sehubungan dengan masalah yang peneliti temukan selama

penelitian, maka peneliti menyarankan agar masyarakat Pasar Pantai Panarukan

tetap berinteraksi dengan baik antar satu sama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Tubbs, Stewart L., Sylvia Moss. 2004. Human Communication, Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung:

(18)

Prista. 2011. Teori Dramaturgi Erving Goffman. http://pristality.wordpress.com/2011/11/29/teori-dramaturgi-erving-goffman/

Mulyana, deddy. 2010. Ilmu Komunikasi. Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy., Solatun. 2008. Metode Penelitian Kualitatif, Contoh-contoh Metode Penelitian

Kualitatif Dengan pendekatan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu

Referensi

Dokumen terkait

Tunas pucuk ( shoot tip ) krisan yang telah diiradiasi dengan sinar gamma pada dosis 20-80 Gy memberikan respon yang berbeda terhadap kemampuan regenerasi eksplan, baik

Towards A Just Monetary System , Terj.. tidak bisa berkembang bahkan akhirnya gulung tikar. Itulah sebabnya sebagian ulama mengharamkan sistem bunga dan dinyatakan sebagai

Permasalahan kedua adalah adanya Research gap dalam penelitian terdahulu dalam menyimpulkan jenis bank umum yang memiliki efisiensi tertinggi disektor perbankan Indonesia,

11 Dari penelitian di Bailang dan Bengkol, didapatkan data pada tahun 2015 di Puskesmas Bailang yang menunjukkan adanya lebih banyak pasien laki-laki suspek TB (153

Penelitian ini nantinya akan menghasilkan sebuah sistem keamanan data pendaftar english communitative dengan menggunakan XML encyription.[4] Tujuan peneltian yang

[r]