• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUDHARABAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MUDHARABAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LEM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MUDHARABAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer

Dosen Pengampu : Imam Mustofa,S.H.I,M.SI

Disusun Oleh:

Hafid Abdul Aziz (141264210)

Kelas C

PROGRAM STRATA SATU (S-1) PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

JURAI SIWO METRO

(2)

A. PENDAHULUAN

Akad mudharabah merupakan salah satu produk pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syari’ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang No 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah (selanjutnya disebut UUPS). Pasal 19 UUPS

menyebutkan, bahwa salah satu akad pembiayaan yang ada dalam perbankan syari’ah

adalah akad mudharabah. Selain itu bank Indonesisa juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor, 10/16/PBI/2008 Tentang Prinsip Syari’ah Dalam Kegiatan

Penghimpunan Dana Dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syari’ah, juga

menyebutkan mudharabah adalah salah satu akad pembiayaan yang ada didalam perbankan syari’ah.

Akad Mudharabah adalah akad antara pemilik modal dengan pengelola modal, dengan ketentuan bahwa keuntungan diperoleh dua belah pihak sesuai dengan kesepakatan. Didalam pembiayaan mudharabah pemilik dana (Shahibul Maal) membiayai sepenuhnya suatu usaha tertentu. Sedangkan nasabah bertindak sebagai pengelola usaha (Mudharib). Pada prinsipnya akad mudharabah diperbolehkan dalam agama Islam, karena untuk saling membantu antara pemilik modal dengan seorang yang pakar dalam mengelola uang. Dalam sejarah Islam banyak pemilik modal yang tidak memiliki keahlian dalam mengelola uangnya. Sementara itu banyak pula para pakar dalam perdagangan yang tidak memiliki modal untuk berdagang. Oleh karena itu, atas dasar saling tolong menolong, Islam memberikan kesempatan untuk saling berkerja sama antara pemilik modal dengan orang yang terampil dalam mengelola dan memproduktifkan modal itu.

Pembahasan dalam makalah ini dimulai dari definisi mudharabah,dasar hukum, rukun dan syarat dan ketentuan mudharabah serta implementasinya dalam perbankan syariah1.

1

(3)

MUDHARABAH DAN IMPLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

B. DEFINISI MUDHARABAH

Pengertian mudharabah menurut al-Juzairi sebagaimana dikutip oleh Zaenal Arifin dari segi etimologi (bahasa) Mudharabah adalah Suatu perumpamaan (ibarat) Seseorang yang memberikan (menyerahkan) HartaBenda (modal) kepada orang lain agar di gunakan perdagangan yang menghasilkan keuntungan bersama dengan syarat-syarat tertentu dan jika rugi,maka kerugian di tanggung pemilik modal.

Mudharabah berasal dari kata dharab,berarti memukul atau berjalan.Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya

dalam menjalankan usaha2.

Mudharabah berasal dari kata ( adhdharby fl ardhi ) yaitu pepergian untuk urusan berdagang. Disebut juga qiradh yang berasal dari kata alqardhu yang berarti potongan, karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan.

Secara teknis,al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara duapihak dimana pihak pertama (shahibul maal ) menyediakan seluruh (100%)modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kotrak,sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itubukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Secara terminologi mudharabah berarti sejumlah uang yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk modal usaha,apa bila mendapat keuntungan maka dibagi dua yaitu,untuk pihak pemilik modal (shahibul maal ) dan pelaku usaha atau yang

2

(4)

menjalankan modal (mudharib) dengan persentase atau jumlah sesuai kesepakatan.

Sementara apabila terjadi kerugian maka ditanggung oleh pemilik modal3.

Mudharabah dalam buku Islamic Financial Management dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

1.Mudharabah adalah akat kerja sama antara pemilik dana (shahibul maal), yang menyediaakan seluruh kebutuhan modal, dan pihak pengelolah usaha (mudharib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh di bagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati.

2. Dalam hal terjadi kerugian, maka ditanggung pemilik modal selama bukan diakibatkan kelalaian pengelolah usaha. Sedangkan, kerugian yang timbul karena kelalaian pengelola akan menjadi tanggung jawab pengelola usaha itu sendiri.

3. Pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelola usaha, tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan.

Berdasarkan pemaparan definisi diatas, dapat dipahami bahwa mudharabah adalah kerja sama antara dua pihak untuk menjalankan suatu usaha atau bisnis tertentu, dimana pihak satu sebagai pemilik modal, pihak lainnya sebagai pelaksana usaha. Apabila terjadi kerugian maka yang menanggung kerugian adalah pihak pemilik modal, kecuali kerugianterjadi karena kelalaian yang dilakukan pihak yang menjalankan usaha. Sementara apabila usaha tersebut mendapatkan keuntungan, maka dibagi sesuai dengan kesepakatan diantara mereka.

C. DASAR HUKUM MUDHARABAH

a. Al-Qur’an

“.. maka, jika sebagian kamu mempercayai yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...”. (QS. Al-Baqarah: 283)

3

(5)

b. As-Sunnah

Dari Su’aib Ar Rumi r.a., bahwa Rasulullah bersabda: “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkatan yaitu; jual beli secara tangguh, muqaradhah (nama lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk jual beli. (HR. Ibnu Majah) “Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai mudharabah, ia mensyaratkan kepada pengelola dananya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas didengar Rasulullah SAW, beliau membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

D. RUKUN DAN SYARAT MUDHARABAH 1. Rukun MUDHARABAH Adapun rukun dari Al-Mudharabah adalah:

1. Pemilik Modal (Shahibul Maal),

2. Pemilik Usaha (Mudharib),

3. Proyek atau Usaha (Amal), 4. Modal (Ra’sul Maal),

5. Ijab Qabul (Sighat),

6. Nisbah(bagi hasil) (Sunarto Zulkifli, 2003:55).

(6)

pada prinsip syariah di mana hal tersebut dilakukan agar tidak akan terjadi masalah pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, dalam perbankan diberlakukan prinsip kehati-hatian (prudential principle).

E. Ketentuan-ketentuan dalam Akad Mudarabah

Ada beberapa ketentuan yang harus dimengerti dan dipatuhi oleh masing-masing pihak yang melaksanakan akad mudaraba. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada akad mudarabah mutlaqah, pengelola modal (mudarib) tidak diperbolehkan

melakukan tindakan –tindakan yang keluar dari ketentuan syara’.

2. bagi pengelola modal (mudarib) tidak di perbolehkan mengambil atau berutang

dengan menggunakan uang modal untuk keperluan lain tanpa seizin pemilik modal

3. Bagi pengelola modal (mudarib) tidak di perbolehkan mencampur modal modal

dengan harta miliknya.

4. pengelola modal (mudaarib) hendaknya melaksanakan usaha sebagaimana

mestinya4.

2. Syarat MUDHARABAH

Syarat-syarat sah yang harus dipenuhi dalam melakukan Akad Mudharabah sebagai berikut:

1. Pemodal dan Pengelola

a. Pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan sah secara hukum

b. Keduanya harus mampu bertindak sebagai wakil dan kafil dari masing-masing pihak

4

(7)

c. Ada tiga kategori tindakan bagi mudharib, yaitu sebagai berikut:

1) Tindakan yang berhak dilakukan mudharib berdasarkan kontrak, yaitu menyangkut seluruh pekerjaan utama dan sekunder yang diperlukan dalam pengelolaan usaha berdasarkan kontrak.

2) Tindakan yang berhak dilakukan mudharibberdasarkan kekuasaan perwakilan secara umum, yaitu tindakan yang tidak ada hubungannya dengan aktifitas utama tapi membantu melancarkan jalannya usaha.

3) Tindakan yang berhak dilakukanmudharibtanpa izin eksplisit dari penyedia dana, misalnya meminjam atau menggunakan dana mudharabahuntuk keperluan pribadi. d. Tindakan yang dilakukan shahibul maaldalam mudharabah antara lain adalah tindakan yang berhubungan dengan pengambilan kebijakan teknis

operasional, seperti membeli dan menjual5.

2. Sighat

a. Sighat dianggap tidak sah jika salah satu pihak menolak syarat-syarat yang diajukan dalam penawaran, atau salah satu pihak meninggalkan tempat berlangsungnya negosiasi kontrak tersebut, sebelum kesepakatan disempurnakan.

b. Kontrak boleh dilakukan secara lisan ataupun secara tertulis dan ditandatangani atau dapat juga melalui korespondensi dan cara-cara komunikasi modern, seperti faksimile dan komputer (e-mail) menurut Akademi Fiqh Islam dari Organisasi Islam (OKI)

3. Modal

a. Harus memiliki jumlah dan jenisnya (yaitu mata uang)

b. Harus tunai Beberapa ulama membolehkan modal mudharabah berbentuk asset perdagangan, misalnya inventaris. Pada waktu akad, asset tersebut serta biaya yang telah terkandung didalamnya (historical cost)harus dianggap sebagai modal mudharabah. Pengelola memanfaatkan asset ini dalam suatu usaha dan berbagi

(8)

hasil dari usahanya dengan penyedia asset dan pada akhir masa kontrak pengelola harus mengembalikan asset-asset tersebut.

4. Nisbah keuntungan

a. Harus dibagi untuk kedua pihak. Salah satu pihak tidak diperkenankan mengambil seluruh keuntungan tanpa membagi kepada pihak lain.

b. Proporsi keuntungan masing-masing pihak harus diketahui pada waktu berkontrak, dan proporsi tersebut harus dari keuntungan. Misalnya, 60 % dari keuntungan untuk pemodal dan 40 % dari keuntungan pengelola.

c. Bila jangka waktu mudharabahrelatif lama (tiga tahun ke atas), maka nisbah keuntungan dapat disepakati untuk ditinjau dari waktu ke waktu.

d. Kedua belah pihak juga harus menyepakati biaya-biaya apa saja yang ditanggung pemodal dan biaya-biaya apa saja yang ditanggung pengelola. Kesepakatan ini penting, karena biaya akan mempengaruhi nilai keuntungan.

e. Untuk pengakuan keuntungan harus ditentukan suatu waktu untuk menilai keuntungan yang dicapai dalam suatu mudharabah. Menurut Fiqh Islam OKI, keuntungan dapat dibayarkan ketika diakui, dan dimiliki dengan penyertaan atau hanya dapat dibayarkan pada waktu dibagikan.

f. Menurut Mazhab Hanafi dan sebagian Mazhab Syafi’i, keuntungan harus diakui seandainya keuntungan usaha sudah diperoleh (walaupun belum dibagikan). Sedangkan Mazhab Hambali menyebut, bahwa keuntungan hanya diakui ketika dibagikan secara tunai kepada kedua belah pihak.

(9)

F. IMPLEMENTASI MUDHARABAH DALAM LKS

Secara sederhana aplikasi mudharabah dalam perbankan syari’ah adalah digambarkan sebagai berikut:

Keahlian/keterampilan

Modal 100%

Nisbah X Nisbah Y

Pengambilan modal pokok

Keterangan:

1. Nasabah investor menetapkan dananya dalam bentuk tabungan mudharabah.

2. Bank syariah akan menyalurkan seluruh dana nasabah penabung dalam bentukpembiayaan.

3. Bank syariah mendapatkan pendapatan atas pembiayaan yang telah disalurkan.

4. Bank syariah akan menghitung bagi hasil atas dasar Revenue Sharing, yaitu pembagian bagi hasil atas dasar pendapatan sebelum dikurangi biaya. Jumlahnya disesuaikan dengan saldo rata-rata tabungan dalam bulan laporan.

PERJANJIAN BAGI HASIL

NASABAH

(Mudharib)

N

PROYEK/USAHA

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

MODAL

BANK (sahibul

(10)

5. Pada akhir bulan, nasabah penabung akan mendapatkan keuntungan dari bagi

hasil yang telah ditentukan sebelumnya6.

Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam satuan uang. Apabila modal diserahkan bertahap, harus jelas tahapannya dan disepakati bersama.

2. Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan cara yakni:

ari pendapatan proyek (revenue sharing ).

tungan dari keuntungan proyek.

3. Hasil usaha dibagi sesuai dengan persejutuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.

4. Bank berhak melakukan pengawasanterhadap pekerjaan, namun tidak berhak mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran kewajiban, maka ia dapat dikenakansanksi administrasi.

Penyertaan modal (pembiayaan) dengan sistem bagi hasil meliputi penyertaan melalui akad-akad mudharabah dan musyarakah. Karakteristik dari akad mudharabah ialah adanya dua pihak, yaitu yang satu sebagai pemilik dana (shahibu al-mal) dan yang

lain sebagai pengelola usaha (mudharib)7.

6

Ismail,Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Pranada media grup,2011), h. 90

7

Chairul Hadi, Proble atika Pe biayaa Mudharabah di Perba ka “yariah I do esia , dala jur al Mashlahah Vol.2,

(11)

Secara umum, tujuan pembiayaan menyangkut dua hal; makro dan mikro. Secara makro pembiayaan bertujuan:

a. Peningkatan ekonomi umat;

b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha;

c. Meningkatkan produktifitas;

d. Membuka lapangan kerja baru; dan

e. Distribusi pendapatan. Adapun tujuan secara mikro adalah:

a. Upaya memaksimalkan laba dan meminimalkan risiko;

b. Pendayagunaan sumber ekonomi;

c. Menyalurkan kelebihan dana; Standar akuntansi tentang jual beli murabahah mengacu pada PSAK 102 tentang Akuntansi Murabahah yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari 2008. PSAK 102 diterapkan oleh pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah dengan lembaga keuangan tersebut.

Pada akad mudharabah di perbankan syariah dikenal apa yang disebut “dua tahap” atau “two-tier” mudharabah. Hal ini karena perbankan syariah merupakan lembaga “perantara” atau “intermediaries” sebagai dasar penghimpunan dana masyarakat untuk disalurkan kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk pembiayaan dan

penyertaan modal8.

Bank syariah sebagai mudharib akan membagi keuntungan keuntungan kepada shahib al-mal sesuai dengan nisbah (persentase) yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dapat dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama priode tersebut. Misalnya, seseorang memiliki saldo tabunganmudharabah

sebesar Rp5 juta. Nisbah (perbandingan) bagi hasil 50%: 50%.

8

Manzoor Ali sebagaimana dikutip oleh Chairul Hadi...,h. 2 32 Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah: Produk-Produk

(12)

Diasumsikan total saldo rata-rata dana tabungan mudharabah yang ada di bank

Adapun deposito mudharabah, yang yang disebut juga dengan deposito investasi mudharabah, merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo), dengan mendapat imbalan bagi hasil. Imbalan ini dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan (revenue sharing ) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan proporsi pembagian misalnya, 70 : 30. Artinya, untuk deposan sebesar 70% dan untuk bank 30%. Jangka waktu deposito mudharabahini berkisar antara 1 tahun, 6 bulan,3 bulan, dan 1 bulan. Misalnya, seseorang menempatkan dana deposito investasi

mudharabah sebesar Rp10 juta untuk jangka waktu satu bulan. Diamsusikan total dana investasimudharabah sebesar Rp250 juta dan keuntungan yang diperoleh untuk dana deposito ( profit sharing ) sebesar Rp6 juta. Pada saat jatuh tempo, nasabah akan memperoleh dana bagi hasil sebagai berikut:

Rp10.000.000,00

X Rp6.000.000,00 x 70% = Rp168.000,00 (belum dipotong pajak)

Rp250.000.000,00

Dalam investasi tidak langsung pihak perbankan menerima dana dari shahibul mal dalam bentuk dana pihak ketiga sebagai sumber dananya. Dana yang disalurkan kepihak perbankan syariah dapat berbentuk tabungan atau simpanan deposito mudhara-bah dengan jangka waktu yang bervariasi. Kemudian dana yang sudah terkumpul disalurkan kembali oleh pihak bank ke dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan atau earning assets. Keuntungan dari penyaluran pembiayaan ini yang akan

dibagi hasilkan antara bank dengan pemilik modal, sehingga neraca suatu bank syariah9.

9

(13)

G. PENUTUP

Akad mudharabah dalam konsep fiqih muamalah terjadi jika ada pihak shahibul mal atau pemilik modal, ada mudharib atau pengelola, ada obyek yang dikerjakan, dan ada kesepakatan nisbah antara pihak pemilik modal dengan pengelola.

Perbankan syari’ah memiliki ciri-ciri sebagai berikut bebas riba, pelayanan kepada kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam, bersifat universal, dan penerapan bagi hasil tanpa adanya unsur pemaksaan.

Sedangkan aplikasi mudharabah dalam perbankan syariah di Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut: tujuan transaksi untuk pembiayaan atau penyediaan fasilitas, pengelola usaha adalah nasabah atau mudharib, pembagian hasil mengacu pada konsep revenue sharing, dan penentuan nisbah bagi hasil dapat berubah selama periode perjanjian dan ditetapkan pada akad di awal periode kontrak.

Sistem bagi hasil (mudharabah) merupakan landasan investasi dan karakteristik umum oprasional bank syariah dalam upanya menghindari praktek ribawai. Tingginya risiko (high risk ) dari calon pengelola (mudharib) karena moral hazard dan kurangnya kesiapan sumberdaya manusia di perbankan syariah inilah diantara faktor yang menjadikan komposisi penyaluran dana kepada masyarakat lebih banyak dalam bentuk pembiayaan jual beli (murabahah) dibandingkan penyertaan modal (mudhrabah). Adanya batasn-batasan yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan pembiayaan mudharabah ini anatara lain; keharusan adanya garansi (jaminan) atau anggunan berupa fixed asset dan menetapkan rasio maksimal bianya oprasional serta pembagian keuntungan berdasarkan profit and loss sharing10 .

10

(14)

H. DAFTAR PUSTAKA

A. Chairul Hadi, “Problematika Pembiayaan Mudharabah di Perbankan Syariah Indonesia”, dalam jurnal Mashlahah Vol.2, No. 1, Maret 2011

Adiwarman A. Karim,Bank islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010

Agus Iskandar, “Kajian Hukum Perjanjian Pembiayaan Al-Mudharabah Berdasarkan

Prinsip Syariah”, dalam Jurnal Pranata Hukum vol.5 No.2 Juli 2010

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011

Atang Abdul Hakim, Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah ke dalam Peraturan Perundang-Undangan,Bandung: Revika Aditama, 2011

Imam Mustofa,Fiqih Muamalah,Jakarta: Rajawali Pers, 2016

Ismail,Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Pranada media grup, 2011

Kristia Octavina & Emile Satia Darma,Pengaruh Kas, Bonus SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), Marjin Keuntungan, dan Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Mudharabah: Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia,dalam Jurnal Akuntansi & Investasi Vol. 13 No. 1, halaman: 53-67, Januari 2012

Mardani,Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012 Muhammad Syafi’i Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik , Jakarta: Gema Insani Press, 2001

Nurhayati, Sri Wasilah,Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:Salemba Empat, 2015 Sri Abidah Suryaningsih, “Aplikasi Mudharabah dalam Perbankan Syariah di

Indonesia”, dalamJurnal Ekonomika-Bisnis Vol. 4 No.1 Bulan Januari Tahun 2013

Sutan Remy Sjahdeini,Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Sapek-Aspek Hukumnya, Jakarta: Prenadamedia, 2014

Veithzal Rivai dan Andria Permata Viethzal,Islamic Financial Management :Teori, Konsep, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa,

(15)

Zaenal Arifin, “Realisasi Akad Mudharabah dalam Rangka Penyaluran Dana Dengan

Prinsip Bagi Hasil di Bank Muamalat Indonesia Cabang Semarang”,Tesis di Program

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku yang lebih banyak ditunjukkan oleh siswa di sekolah tersebut yaitu siswa sering terlambat masuk sekolah dan membolos pada jam – jam pelajaran sekolah,;

Peningkatan inflasi membuat pemerintah mengambil kebijakan dengan menaikkan BI rate yang akan diikuti peningkatan suku bunga pinjaman, membuat masyarakat enggan untuk

Sejalan dengan pola survival yang ditampilkan oleh kurva kaplan-meier , signifikansi pen- didikan kesehatan reproduksi formal menurut kategori menunjukan bahwa remaja

yang dapat menemukan masalah sebelum mempengaruhi ke user, terkecuali tindakan kedepannya (seperti membuat dan menjalankan test suites) yang mungkin dilakukan

Kementerian Percepatan Pembangunan Daerah tertinggal, Kementerian Luar Negeri, BNPP, dan Pemerintah Daerah segera mengambil langkah- langkah yang kongrit,

A: Untuk harapan pemerintahan yang baru pasti kita punya harapan yang lebih baik dari pemerintahan sebelumnya, atau paling tidak tetap bisa mempertahankan perekonomian di

Hal ini menunjukkan bahwa responden dengan perilaku merokok berat lebih besar berada pada kategori mereka yang mendapat dukungan keluarga (mendukung) yaitu sebesar

Semakin meningkatnya kebutuhan hidup kita di zaman sekarang serta persaingan yang Semakin meningkatnya kebutuhan hidup kita di zaman sekarang serta persaingan yang tidak