• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAM DAN PERBANKAN dan ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ISLAM DAN PERBANKAN dan ID"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

ISLAM DAN PERBANKAN

Oleh NASRULLAH TIBYANUDDIN

JURUSAN PERADILAN

PRODI HUKUM ACARA PERADILAN DAN KEKELUARGAAN FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, Puji syukur Kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidahnya Kami diberikan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat beserta salam senantisa tercurah kepada Nabi Muhammad saw beserta para keluarga dan sohabatnya. Aamiin.

Makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah Hukum Perbankan Islam jurusan Peradilan prodi Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dalam menyusun makalah ini, tentunya tidak mungkin terlaksana apabila tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan terima kasih.

Semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang setimpal. Saran dan kritik yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan substansi makalah ini.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb.

Samata, 10 Maret 2017

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... II

Daftar Isi... III

Bab I Pendahuluan... 4

A. Latar Belakang... 4

B. Rumusan Masalah... 5

Bab II Pembahasan... 6

A. Makna Islam... 6

B. Cakupan Islam... 9

C. Islam dan Perbankan... 9

Bab III Penutup... 24

A. Kesimpulan... 24

B. Saran... 24

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam sebagai ad-din mengandung ajaran yang komprehensif dan sempurna (syumul). Islam mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, tidak saja aspek ibadah, tetapi juga aspek muamalah, khususnya ekonomi Islam. Al- Qur’an secara tegas menyatakan kesempurnaan Islam tersebut dalam banyak ayat, antara lain, ( QS. 5:3, 6:38, 16:89)

Artinya: (Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

(5)

Salah satu bentuk kegiatan ekonomi dan keuangan yang berkembang saat ini adalah perbankan. Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin. Fungsi-fungsi bank telah dikenal sejak jaman Rasulullah SAW, fungsi-fungsi tersebut adalah menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi (qardh) dan menginvestasikan uang untuk keperluan bisnis (melalui mudharabah dan musyarakah), serta melakukan pengiriman uang dan tukar menukar menukar uang (al-sharf).

Disamping itu kita semua mengetahui bahwa masalah ekonomi/perbankan ini termasuk muamalat, maka nabi Muhammad SAW tentunya tidak memberikan aturan-aturan yang rinci mengenai masalah ini. Al Qur’an dan As Sunnah hanya memberikan prinsip-prinsip & filosof dasar dan menegaskan larangan-larangan yang harus dijauhi. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai bagaimana perbankan dalam pandangan islam

B. Rumusan Masalah

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Makna Islam

Pengertian Islam bisa kita bedah dari dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek peristilahan. Dari segi kebahasaan, Islam berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk dalam kedamaian. Oleh sebab itu orang yang berserah diri, patuh, dan taat kepada Allah swt. disebut sebagai orang Muslim.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

(7)

dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan sebagai agama seluruh Nabi Allah, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an, melainkan pula pada segala sesuatu yang secara tak sadar tunduk sepenuhnya pada undang-undang Allah.

Adapun makna-makna mengenai Islam:

1. Islam adalah Ketundukan, Allah menciptakan alam semesta, kemudian menetapkan manusia sebagai hambaNya yang paling besar perannya di muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam semesta di sekitarnya, kemudian berusaha mencari jalan untuk kembali kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah, kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya sehingga mereka menyembah sesuatu dari alam. Ada yang menduga-duga sehingga banyak di antara mereka yang tersesat. Ajaran yang benar adalah ikhlas berserah diri kepada Pencipta alam yang kepadaNya alam tunduk patuh berserah diri. (QS. 4:125) Maka, Islam identik dengan ketundukan kepada sunnatullah yang terdapat di alam semesta (tidak tertulis) maupun Kitabullah yang tertulis (Alquran).

(8)

3:19) Sebab, Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah secara murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah wahyu yang Allah turunkan kepada para RasulNya terdahulu. Dengan kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak kepada ajaran Islam. Ada pun agama-agama yang lain seperti Yahudi dan Nasrani adalah penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para nabi tersebut.

3. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Alquran dan Sunnah.. Orang yang ingin melihat Islam hendaknya melihat Kitabullah Alquran dan Sunnah Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan sumber hukum ajaran Islam. Islam tidak dapat dilihat pada perilaku penganut-penganutnya, kecuali pada pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat beliau. Nabi Muhammad saw. bersifat ma’shum (terpelihara dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam. Beliau membangun masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat Nabi Muhammad saw yang langsung terkontrol perilakunya oleh Allah dan RasulNya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah ma’shum bagaimana Nabi, tapi mereka istimewa karena merupakan pribadi-pribadi didikan langsung Nabi Muhammad

saw. Islam adalah akidah dan ibadah, tanah air dan penduduk, ruhani dan amal, Alquran dan pedang sebagaimana telah dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka yang setia sepanjang zaman.

(9)

5. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat, Sebagaimana sifatnya yang bermakna selamat sejahtera, Islam menyelamatkan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari noda syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah masuk surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke Daarus Salaam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendakiNya kepada jalan yang lurus (Islam). (QS. 10:25) Dengan enam prinsip di atas kita dapat memahami kemuliaan dan keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad saw. bersabda, “Islam itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya.” Sebagai ajaran, Islam tidak terkalahkan oleh agama lain. Maka, setiap muslim wajib meyakini kelebihan Islam dari agama lain atau ajaran hidup yang lain. Allah sendiri memberi jaminan. (QS.5:3)

B. Cakupan Islam

1. Ajarannya bersumber dari wahyu yang tertulis dalam al-Quran serta hadis Al-quran yang terdiri atas 6236 ayat 30 jus 114 surah menyampaikan ajaran yang luas, yang disebut ayat-ayat Qur’aniyah. Selain itu, yang tercantum di alam semesta juga ayat-ayat tuhan, yang disebut ayat-ayat kauniyah. Hadis, selain menjelaskan isi umum dan global dari al-quran juga menyampaikan hukum yang merupakan kewenangan nabi SAW atas izin Allah SWT.

2. Ajaran turun dalam masa sekitar 23 tahun, sehingga dapat menjawab banyak peristiwa dalam kehidupan masyarakat.

(10)

ajaran islam pada masa nabi. Bahkan, jika ada persoalan yang terjadi pada masa itu mereka dapat menanyakan langsung kepada nabi SAW.

3. Pokok-pokok ajarannya selain berisi akidah, ibadah, muamalah, juga akhlak.

4 bidang inilah yang menjadikan islam benar-benar tidak hanya berupa pengetahuan keagamaan, tetapi mencangkup bidang yang luas yakni sosial kemasyarakatan atau sosial politik bahkan etika dalam kehidupan. Maka tidak heran jika pada masanya, nabi SAW selain menjadi rasul juga pernah menjadi kepala negara

4. Nabi SAW selain menyampaikan ajaran, juga teladan bagi umat manusia. Mantapnya islam terlihat dari pribadi menyampai ajaran. Nabi SAW selain seorang rasul yang menyampaikan ajaran rahmat bagi seluruh alam, pribadinya merupakan profil teladan bagi kehidupan ini. Dari pribadinya banyak contoh perilaku yang baik yang dapat dipetik dalam kehidupan ini.

C. Islam dan Perbankan 1. Pengertian Islam

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa kata Islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah diri kepada Allah swt. dalam upaya mencari keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal itu dilakukan atas kesadaran dan kemauan diri sendiri, bukan paksaan atau berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai makhluk yang sejak dalam kandungan telah menyatakan patuh dan tunduk kepada Allah.

(11)

Muhammad saw. sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi, tetapi mengenal berbagai segi dari kehidupan manusia.

2. Pengertian perbankan

Perbankan atau bank menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah badan usaha dibidang keuangan yang menarik dan mengeluarkan uang dalam masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang

Definisi bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

Perbankan atau Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat (Pasal 1 angka 2 UU Perbankan Syariah dan Pasal 1 angka 2 UU tentang Perbankan). Dengan definisi di atas, bank berarti meliputi seluruh perbankan, baik Bank Umum Konvensional, BUS, UUS, BPR, maupun BPRS. Memang pada zaman nabi Muhammad SAW belum ada yang namanya bank, akan tetapi pada era sekarang muncul yang namanya bank. 1

3. Perbankan dalam pandangan Islam

Islam suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, maka tidak satupun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran islam, termasuk aspek ekonomi, salah satunya adalah bank. Memang

1 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum

(12)

pada zaman nabi Muhammad SAW belum ada yang namanya bank, akan tetapi pada era sekarang muncul yang namanya bank.

Seperti mencari nafkah (yakni melakukan kegiatan ekonomi) adalah wajib. Dan karena pada zaman modern ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga perbankan, hal ini pun wajib diadakan. Dalam ushul fiqh, ada kaidah yang mengatakan bahwa:

ببججاوو ووههفو هجبج للواج بججج وللا ملهتجيو لوامو

Artinya : Apabila kewajiban tidak bisa dilaksanakan karena dengan adanya suatu hal, maka hal tersebut juga wajib.

Dengan demikian, maka kaitannya antara Islam dengan perbankan menjadi jelas, yaitu bahwa antara Islam dalam bidang muamalat dengan dunia perbankan, baik dunia perbankan konvensional maupun dunia perbankan Islam ada relasi atau hubungan yang saling berkaitan.

Mengenai perbankan ini sebenaroya sudah dikenal kurang lebih 2500 sebelum masehi di Mesir Purba dan Yunani dan kemudian oleh bangsa Romawi. Perbankan modern berkembang di Itali pada abad pertengahan yang dikuasai oleh beberapa keluarga untuk membiayai ke-Pausan dan perdagangan wol. Selanjutnya berkembang pesat pada abad ke-18 dan 19.

(13)

adalah: bank-bank negara, bank-bank pemerintah daerah, bank-bank swasta nasional, bank-bank asing campuran dan bank-bank milik koperasi.

Dalam topik ini, ada dua masalah yang akan dibahas, yaitu bank dan rente, bank dan fee.

A. Bank dan Rente

Bank menurut Undang-undarig Pokok Perbankan tahun 1967 adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang. Dari batasan tersebut jelas, bahwa usaha bank akan selalu dikaitkan dengan masalah uang.

Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang lebih dikenal dengan istilah bunga. Oleh Fuad Muhammad Fachruddin disebutkan bahwa rente ialah keuntungan yang diperoleh perusahaan bank, karena jasanya meminjarnkan uang untuk melancarkan perusahaan orang yang meminjam. Berkat bantuan bank yang meminjarnkan uang kepadanya, perusahaannya bertambah maju dan keuntungan yang diperolehnya juga bertambah banyak.

Menurut Fuad Fachruddin, bahwa rente yang dipungut oleh bank itu haram hukumnya. Sebab, pembayarannya lebih dari uang yang dipinjarnkannya. Sedang uang yang lebih dari itu adalah riba, dan riba itu haram hukumnya. Kemudian dilihat dari segi lain, bahwa bank itu hanya tahu menerima untung, tanpa risiko apa-apa. Bank meminjarnkan uang, kemudian rentenya dipungut, sedang rente itu semata-mata menjadi keuntungan bank yang sudah ditetapkan keuntungannya. Pihak bank tidak mau tahu apakah orang yang meminjam uang itu rugi atau untung.

(14)

berakibat timbul kesimpulan-kesimpulan hukum yang berbeda pula, dalam hal boleh tidaknya serta halal haramnya.

Dunia perbankan dengan sistem bunga (rente), kelihatannya semakin mapan dalam perekonomian modern, sehingga hampir tidak mungkin menghindarinya, apalagi menghilangkannya. Bank pada saat ini merupakan sesuatu kekuatan ekonomi masyarakat modern. Dari satu segi ada tuntutan keberadaan bank itu dalam masyarakat untuk roengatur lalu lintas keuangan, di lain pihak, masalah ini dihadapkan dengan keyakinan yang dianut oleh urnmat Islam, yang sejak awal kehadiran agama Islam telah didoktrinkan bahwa riba itu haram hukumnya. Pada saat dihararnkan, riba itu telah berurat berakar dalam masyarakat jahiliah yang merupakan pemerasan orang kaya terhadap orang miskin. Orang kaya bertambah kaya dan orang miskin bertambah melarat.

Sebagian besar ulama membagi riba menjadi dua macam, yaitu:

a. Riba nasiah, yaitu riba yang terjadi karena ada penangguhan (penundaan) pembayaran utang.

b. Riba fadhl, riba yang terjadi karena ada tambahan pada jual beli benda atau bahan sejenis.

Untuk menentukan status hukum bermuamalah yang baik, masih banyak terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama , di. antaranya:

(15)

2. Mustafa Ahmad az-Zagra, guru besar hukum Islam dan hukum perdata Universitas Syariah di Damaskus mengernukakan, bahwa riba yang dihararnkan seperti riba yang berlaku pada masyarakat jahiliah, yang menipakan pemerasan terhadap orang yang lemah (miskin), yang bersifat konsumtif. Berbeda dengan yang bersifat produktif, tidak termasuk haram. 3. A. Hasan (Persatuan Islam) berpendapat bahwa bunga bank (rente), seperti

yang berlaku di Indonesia, bukan riba yang diharamkan karena tidak berlipat ganda sebagaimana yang dimaksud oleh firman Allah dalam surat Ali lmran: 130.

4. Majelis Tafjih Muhammadiah dalam muktamaroya di Sidoarjo 1968 memutuskan bahwa bunga bank yang diberikan oleh bank kepada para nasabahnya atau sebaliknya, termasuk syubhat atau mutasyabihat, artinya belum jelas halal haramnya. Sesuai dengan petunjuk Hadis Rasulullah kita harus berhati-hati dalam menghadapi hal-hal yang masih syubhat itu. Dengan demikian kita boleh bermuamalah dengan bank apabila dalam keadaan terpaksa saja.

Setelah kita perhatikan, dalam garis besarnya ada empat pendapat yang berkembang di kalangan ulama mengenai masalah riba ini, yaitu:

a. Pendapat yang menghararnkan.

b. Pendapat yang menghararnkan bila bersifat konsurntif, dan tidak haram bila bersifat produktif.

c. Pendapat yang mengatakan syubhat, boleh tapi dalam keadaan terpaksa.

d. Pendapat yang membolehkan (tidak haram).

(16)

terjadi perbedaan pendapat. Sebagai bahan kajian, di bawah ini disebutkan ayat-ayat yang berhubungan dengan riba. Allah SWT berfirman, yang artinya:

 “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).” (Q. S. Ar-Rum: 39)

 “Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, pudahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanyu, dan karena mereka memakan harta orang dengun jalan yang butil. Kami telah menyediakan untuk orang-orung yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q. S. An-Nisa: 160-161)

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda, dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keuntungan.” (Q. S. Ali ‘Imran: 130)

Dalam ayat di atas sudah ada ketegasan tentang larangan memakan riba. Sebagian besar ulama berpendirian, bahwa riba yang dimaksud di sini adalah riba nasi’ah itu tetap haram selamanya, walaupun tidak berlipat ganda. Kata “berlipat ganda” dalam ayat tersebut, hanya menyatakan peristiwa (kejadian) yang pernah terjadi di masa jahiliah dan jangan dipahami mafhum mukhalafnya, yaitu sekiranya tidak berlipat ganda, berarti tidak haram (diperbolehkan).

(17)

penyakit gila. Keadaan mereka demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan menghararnkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tahannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka: mereka kekal di dalamnya.”

 “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tahannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.”

 “Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagirnu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

(18)

Oleh sebagian ulama seperti al-Maraghi dan as-Shabuni menyatakan, bahwa pengharaman riba diturunkan secara bertahap, sebagaimana keharaman khamar (minuman keras). Berturut-turut diturunkan ayat dalam surat Ar-Rum: 39, An-Nisa 160-161, Ali ‘Imran: 130 dan Al-Baqarah: 275-280.

Pada ayat 278 dengan tegas dinyatakan: “Dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut).” Dan pada ayat 279, dinyatakan “Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu.” Kalau masih ada sisa kelebihan yang belum dipungut, tidak boleh lagi dipungut, dan hanya dibenarkan memungut (menagih) modalnya saja, tidak boleh lebih. Hal ini berarti, mengambil kelebihan itu tetap tidak boleh.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa walaupun ayat yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, ayat yang terakhir diturunkan, tetapi dalam menetapkan hukumnya tetap ada kaitannya dengan surat Ali ‘Imran: 130 yaitu haram hukumnya, sekiranya berlipat ganda.

Ada juga orang mempertanyakan, mengapa pedagang (pengusaha) yang mengambil kelebihan (keuntungan) lebih besar dapat dibenarkan, sedangkan bank yang memungut kelebihan yang hanya sedikit saja tidak dibenarkan? Mengenai hal ini, barangkali jawaban yang tepat ialah, bank tidak menanggung risiko rugi, walaupun kelebihan tidak banyak. Sedangkan pada dagang (jual beli), ada kemungkinan menanggung risiko rugi, karena dalam dunia dagang, tidak mesti terus-menerus beruntung. Pihak bank tidak mau tahu, apakah para peminjam rugi atau untung. Malahan barang/jaminan pun dapat disita, disamping kerugian yang dideritanya. Disamping ayat-ayat tersebut di atas, diperkuat lagi dengan keterangan beberapa hadits, seperti: Rasulullah SAW bersabda, yang artinya:

(19)

 “Sesungguhnya Nabi SAW melarang pinjaman (piutang) yang menarik suatu manfaat.” (Al-Hadis).

 “Tiap-tiap pinjaman (piutang) yang menarik manfaat adalah riba.” (Al-Hadis)

Sebagian ulama memandang, bahwa hadis tersebut di atas ada cacatnya. Hadis pertama mauquf dan hadis kedua dan ketiga cacat sanadnya.

lbnu Mas’ud berkata, yang artinya:

“Sesungguhnya Nabi SAW telah melaknat pemakan riba (orang yang memberi pinjaman), pemberi makannya (orang yang meminjam), dan dua orang saksi dan penulisnya. Jika mereka tahu yang demikian, maka mereka dilaknat dengan lidah Nabi Muhammad pada hari kiamat.” (R. An-Nasa’i)

Sabda Nabi SAW, yang artinya: “Sesungguhnya riba itu hanya riba nasi’ah saja.” (HR. Bukhori).

Kendatipun di antara hadis itu ada yang dipandang lemah, tetapi jiwanya sejalan dengan ayat-ayat riba di atas.

B. Bank dan Fee (Pungutan Biaya Administrasi)

Fee maksudnya adalah pungutan dana untuk kepentingan administrasi, seperti keperluan kertas, biaya operasional dan lain-lain. Adapun namanya, pungutan itu tetap termasuk bunga. Dengan demikian, persoalannya tetap sama seperti uraian terdahulu, yaitu ada yang setuju dan ada pula yang menentangnya. Bagi ulama yang membolehkan pungutan dana dan peminjam dan pemberian dana (uang jasa) kepada penabung (deposito), tidak ada masalah, bila bermuamalah dengan bank.

(20)

hilang? Oleh sebab itu, perlu ada solusi, ada pemecahan masalah yang dihadapi oleh urnmat Islam mengenai perbankan ini. Salah-satu alternatif atau jalan keluarnya adalah mendirikan Bank Islam.

Dalam dunia usaha dan perdagangan, sukar orang menghindar dari perbankan karena via bank lebih mudah melakukan lalu lintas keuangan. Tetapi, di sisi lain ummat Islam dihadapkan kepada suatu ketentuan hukum yang terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, yaitu apakah bermuamalah dengan bank itu sesuai dengap ajaran Islam atau tidak? Keragu-raguan itu sedapat mungkin dihilangkan dan harus ada jalan keluar yang ditempuh, agar perekonomian yang dijalankan ummat Islam, tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang dianutnya.

Menyadari akan kenyataan ini, ummat Islam telah berusaha mencari jalan keluarnya yaitu mendirikan Bank Islam karena Bank semacam ini menyediakan sarana bagi ummat Islam untuk melakukan kegiatan muamalah sesuai dengan ajaran Islam. Sarana yang tersedia pada Bank Islam adalah berupa fasilitas perbankan menurut ajaran Islam, baik untuk usaha yang produktif maupun investasi.

(21)

saham, dan pemakai dana, dapat diharmonisasikan, karena sistem bagi hasil. Masing-masing memperoleh imbalan bagi hasil sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi. Dengan demikian, manajemen bank berusaha mengoptimalkan keuntungan pemakai dana, karena pemakai dana itulah pada hakikatnya yang berdiri di barisan depan untuk mengelola dana yang dipinjarnkan oleh bank.

Pada dasarnya Bank Islam tidak menyalurkan dana secara langsung kepada pemakai dana, tetapi dalam bentuk barang yang diperlukan dan pihak banklah yang mengeluarkan biayanya. Pemakai dana menunjuk langsung pemasok barang, dengan kualitas dan harga pantas yang berlaku di pasaran. Dalam keadaan tertentu, Bank Islam dapat menyalurkan dana dalam bentuk tunai kepada pemakainya, sebagai pelengkap dan jumlahnya lebih kecil dari modal yang berbentuk barang.

Sebagai ganti sistem bunga. Bank Islam menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba, antara lain ialah:

1. Mudharabah, Mudbarabah ialah suatu perjanjian usaha antara pemilik modal dengan pengusaha. Pemilik modal menyediakan seluruh dana yang diperlukan dan pihak pengusaha melakukan pengelolaan. Hasil usaha bersama ini dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama pada saat dibuat dan ditandatangani perjanjian. Umpamanya 60:40; 50:50. Sekiranya terjadi kerugian, yang bukan karena penyelewengan atau keluar dari kesepakatan, maka pemilik modal dan pengusaha, sama-sama menanggung rugi, yaitu rugi dana dan nigi tenaga (skill).

(22)

besar kecilnya modal masing-masing. Demikian juga mengenai kerugian yang diderita, dicantumkan dalam perjanjian kerja sama itu. Dalam masyarakat kita kenal dengan istilah patungan (joint venture). Bank di satu pihak dan pengusaha di pihak lain.

3. Murabahah, Murabahah ialah pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi. Cara yang ditempuh ialah, pihak bank membelikan barang-barang yang diperlukan oleh nasabah, atas nama bank tersebut. Pada saat itu juga pihak bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga yang disetujui bersama dan akan dibayar dalam jangka waktu tertentu pula. Dalam jangka waktu yang telah ditetapkan itu, harga tidak boleh berubah, walaupun di pasaran harga naik atau turun. Pada saat jatuh tempo, belum tentu pihak bank mendapat keuntungan, bila harga barang naik (inflasi). Demikian juga sebaliknya adakalanya nasabah yang rugi karena barang turun drastis. 4. Wadi’ah. Wadi’ah ialah titipan (uang, surat-surat barharga atau deposito).

(23)
(24)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Islam suatu pandangan atau cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia, termasuk aspek ekonomi. Salah satu bentuk kegiatan ekonomi dan keuangan yang berkembang saat ini adalah perbankan. Perbankan adalah suatu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang.

Sesuai dengan fungsinya bank-bank terbagi kepada bank primer, yaitu bank sirkulasi yang menciptakan uang dan bank sekunder, yaitu bank-bank yang tidak menciptakan uang, juga tidak dapat memperbesar dan memperkecil arus uang, seperti bank-bank urnum, tabungan, pembiayaan usaha dan pembangunan. Kalau kita perhatikan bentuk hukumnya, maka struktur bank-bank di Indonesia adalah: bank-bank negara, bank-bank pemerintah daerah, bank-bank swasta nasional, bank-bank asing campuran dan bank-bank milik koperasi.

Namun perbankan yang berasal dari Barat, banyak mengandung praktek yang dilarang syariah, seperti riba, gharar, maysir, mungkin juga haram dan bathil. Semua itu harus dihilangkan dari sistem perbankan syariah. Dari masalah ini, didirikanlah Bank Islam karena Bank semacam ini menyediakan sarana bagi ummat Islam untuk melakukan kegiatan muamalah sesuai dengan ajaran Islam

B. Saran

1. Untuk Pemerintah

(25)

perbankan Syariah memang merupakan hasil karya manusia, sehingga bisa salah. Namun, dengan tekad untuk merealisasikan Al-qur’an dan Hadis, maka pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut disupervisi oleh cendikiawan-cendikiawan muslim. Sehingga diharapkan peraturan tersebut tidak melenceng dari pijakan dasarnya, yaitu Al-qur’an dan Hadis.

2. Untuk Akademisi

Sebagai seorang akademisi, tentunya kita telah mengetahui antara yang haq dan yang bathil. Meskipun dalam segi muamalah belum ada aturan-aturan yang pasti yang mengatur cara bermuamalah, karena dalam ushul fiqih segala bentuk muamalah itu boleh jika belum ada aturan yang melarangnya. Sebagaimana telah dipaparkan di atas mengenai masalah perbankan, maka kami anjurkan bijaklah bermuamalah dalam hal perbankan, termasuk di dalamnya pemilihan bank yang akan digunakan.

3. Untuk Masyarakat

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanti, Dwi. Pengertian dan Makna Islam.

https://duiiantydwi.wordpress.com/artikel-2/pengertian-dan-makna-islam/. (akses tanggal 9 Maret 2017)

Hasan, Zubairi. 2009. Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional. (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada)

Hidayat, Hendi. 2009. Islam dan Perbankan.

http://ngenyiz.blogspot.co.id/2009/02/islam-dan-perbankan.html. (akses tanggal 9 Maret 2017)

Muzakki, Aden. 2011. Hubungan Islam dan Perbankan Islam

http://adenazkey17.blogspot.co.id/2011/06/hubungan-islam-dan-perbankan-islam.html. (akses tanggal 9 Maret 2017)

Planetto. 2010. Perbankan dalam Pandagan Islam.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji bagi Allah, atas limpahan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul, “AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI AMPISILIN DAN

Semua pegawai Kantor Kementerian Agama Kota Denpasar yang karena jabatannya dan atau anggota keluarganya (keluarga inti), dilarang untuk menerima atau meminta baik

Tanggung renteng tidak selamanya sesuai dengan tujuan kelompok dan LKM oleh karena itu dibuatlah kriteria supaya tanggung renteng berjalan secara efektif dengan

Dari hasil pengukuran bahwa besar nilai packet loss sebanding dengan besarnya background traffic yang digunakan, karena semakin padat trafik dari pengirim ke penerima

M’2012 Hitam Ful Ors V. pjk bln 7 bs krdt dp ringan. Tebet Timur Dalam II No. Akses UI No.. Kondisi Istimewa/ Full Ori. Tebet Timur Dalam II No. 16 Jakarta Barat. Sgt Bgs BU.

HASIL PENILAIAN SEJAWAT SEBIDANG ATAU PEER REVIEW KARYA ILMIAH: JURNAL ILMIAH

Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpul bahwa Model pemelajaran Snowball Throwing merupakan teknik mengajar untuk pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah