• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBEDAAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya tugas makalah Hukum Administrasi Negara, hubungannya dengan Hukum Tata Negara ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Hukum Administrasi Negara Indonesia, Dr. Deti Mulyati, S.H., M.H., CN yang membimbing kami sejauh ini, serta teman-teman yang telah mendukung dan membantu menyusun makalah ini.

Makalah Hukum Administrasi Negara Indonesia ini tersusun berdasarkan pada pembelajaran tentang hal—hal seputar hukum dan permasalahan hukum di Indonesia. Makalah ini untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan segala komponen dan masalah hukum Indonesia, terutama soal hukum administrasi negara kaitannya dengan hukum tata negara serta segala unsur yang ada.

Makalah ini disusun sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah memahami materi yang disampaikan. Maka kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kami juga menyadari bahwa laporan ini mungkin tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan penyusunan laporan yang akan datang.

Jatinangor, 28 Januari 2015

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Cover

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Tata Usaha Negara 4

2.2 Pengertian Hukum Tata Negara 7

2.3 Pendapat Para Ahli Hubungan HAN dengan HTN 9

2.4 Hubungan HTN dan HAN 13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 16

3.2 Saran 16

Daftar Pustaka iii

(3)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia di muka bumi ini pasti mendiami suatu tempat. Tempat dimana dia tinggal terdapat dalam satu wilayah tertentu yang telah ditentukan mana saja batas-batasnya. Batas yang dimaksud ini adalah batas untuk menentukan antara negara satu dengan negara lain sebagai kodrat dari Perjanjian Westphalia tahun 1648. Perjanjian Westphalia menyetujui bahwa dunia terbagi-bagi dalam negara-negara yang berdaulat dan memiliki kewenangannnya masing-masing (Wardhani 2012). Sejak itu, perbincangan soal negara dan sistem yang berlaku didalamnya semakin diperdalam supaya ditemukan kesepakatan antarnegara.

Telah kita pahami bahwa dalam suatu negara terdapat tiga unsur, yakni wilayah, penduduk dan pemerintah yang berdaulat. Seiring berjalannya waktu, adanya negara yang bermunculan harus mendukung negara yang baru merdeka sehingga mendapatkan pengakuan sebagai satu negara baru. Keempat unsur di atas bekerja tidak selalu searah ataupun satu pemikiran. Ada kalanya penduduk memilih untuk memperluas wilayah, namun pemerintah tidak mampu mencapainya. Yang terjadi justru perlawanan beberapa penduduk kepada pemerintah karena ketidakberhasilannya. Masih banyak lagi contoh dari persoalan yang muncul dari unsur-unsur negara tersebut.

(4)

lingkungan, hukum tata ruang, hukum kesehatan, dan sebagainya (Ridwan 2006, viii). Hukum administrasi pun mencakup berbagai persoalan yang menyangkut kehidupan warga negara secara keseluruhan.

Tidak hanya hukum administrasi negara yang terdapat dalam pengaturan unsur-unsur di atas, tetapi ada pula yang disebut dengan hukum tata negara. Kedua hukum ini berbeda namun saling keterkaitan satu sama lain. Jika hukum administrasi negara mengatur tentang urusan-urusan dari unsur negara, yakni wilayah, penduduk dan pemerintah, hukum tata negara membahas soal lembaga-lembaga negara dan perangkat-perangkat yang terlibat dalam jalannya suatu negara. Hukum administrasi negara maupun hukum tata negara mempunyai porsi yang seimbang dalam dinamika pemerintahan yang ada selama ini. Secara garis besarnya, hukum tata negara mencakup hukum administrasi negara. Dalam arti luas, Hukum Tata Negara (Algemeene Staatslehre) ini mencakup pula Hukum Administrasi (Administratieve Staatslehre) atau kadang-kadang dipersempit dengan istilah Hukum Tata Usaha Negara sebagai aspek hukum tata negara dalam arti dinamis (Huda 2012, 3).

Berdasarkan pendapat para pakar hukum di atas dan bermacam-macamnya ruang lingkup dari hukum administrasi negara maupun hukum tata negara, makalah ini akan membahas secara rinci bagaimana membedakannya. Tidak hanya itu, kaitan yang erat antara keduanya akan memperjelas hubungan kerja dalam pemerintah yang berdaulat, warga atau penduduk dengan negara dan wilayahnya. Harapan yang besar di kemudian hari adalah dapat membangun relasi yang bagus antarunsur tersebut tanpa perlu merugikan salah satu pihak.

1.2 Tujuan

(5)

Sudah menjadi kesatuan pendapat diantara para sarjana hukum Belanda untuk membedakan antara “hukum tata negara dalam arti luas” (staatsrecht in ruime zin) dan “hukum tata negara dalam arti sempit” (staatsrecht in enge zin) dan untuk membagi hukum tata negara dalam arti luas itu atas dua golongan hukum, yaitu:

1. Hukum tata negara dalam arti sempit atau hukum tata negara, 2. Hukum tata usaha negara

Perbedaan pendapat yang timbul di antara pasa sarjana hukum Belanda itu adalah justru mengenai batas-batas pengertian kedua golongan hukum itu. Apakah yang menjadi garis pemisah antara hukum tata negara (dalam arti sempit) dan hukum tata usaha negara atau apakah yang dipakai sebagi ukuran untuk menamakan segolongan kaidah hukum sebagai hukum tata negara dan segolongan kaidah hukum lainnya sebagai hukum tata usaha negara (Huda 2012, 5).

Sesuai dengan penjelasan di atas, lewat makalah ini, kedepannya dapat membedakan mana yang termasuk hukum tata negara, mana yang hukum tata usaha negara. Apabila membahas tentang, hukum administrasi negara mencakup pula hukum tata negara sehingga pengelompokan masalah yang terjadi tidak termasuk dalam golongan kaidah hukum yang salah. Dengan demikian, jalannya roda pemerintahan antara masyarakat dengan hukum maupun antar unsur negara tidak saling berbenturan dan muncul keharmonisan.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

Istilah Hukum Administrasi Negara berasal dari bahasa Belanda

Administratiefrecht, Administratif Law menurut ilmu pengetahuan hukum di Inggris,

Droit Administratief di Perancis, atau Verwaltungsrecht di Jerman. Di samping istilah

Administratiefrecht di Negeri Belanda dikenal pula Bestuursrecht atau Hukum Tata Pemerintahan. Dalam kalangan Perguruan Tinggi di Indonesia, sebelum tahun 1946 dipergunakan istilah kembar Staats-en Administratiefrecht yaitu Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Istilah tersebut sebenarnya terdiri dari staatsrecht

dan administratiefrecht dan kedua mata pelajaran ini pada Rechtshogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta diberikan secara gabungan dalam satu mata pelajaran sampai tahun 1945.

Kemudian pada tahun 1946 dalam Het Universiteits Reglement pada pasal 34 dipisahkan menjadi dua mata pelajaran yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu

Staatsrecht (Hukum Tata Negara) dan Administratiefrecht (Hukum Administrasi Negara) yang digunakan pada Universitas Indonesia. Setelah itu sejak tahun 1950 hingga tahun 1960 untuk mata kuliah Administratiefrecht Prof. Djokosutono, S.H. mempergunakan istilah Hukum Tata Usaha Negara. Hukum Tata Usaha Negara yakni hukum mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, publikasi penerbitan-penerbitan negara.

Hukum Tata Usaha Negara di Indonesia sering digunakan atau disebut sebagai Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Pemerintahan. Hukum Administrasi Negara menurut Prajudi adalah :

1. Hukum yang mengatur wewenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku para pejabat administrasi negara.

(7)

Menurut Prayudi, pengertian HAN yang luas (tugas dan fungsi pemerintah) terdiri dari 5 unsur yaitu :

1. Hukum Tata Pemerintahan (hukum eksekutif) yaitu: hukum tata pelaksanaan UU yang menyangkut pengendalian penggunaan kekuasaan publik (kekuasaan yang berasal dari kedaulatan negara).

2. Hukum Tata Usaha Negara (sistem informasi): hukum mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan jabatan, registrasi, kearsipan dan dokumentasi, legislasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyusunan dan penyiapan berita acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak rujuk (NTR), publikasi, penerangan dan penerbitan-penerbitan negara, atau secara singkat dapat disebut hukum birokrasi.

3. Hukum Administrasi dalam arti sempit (kerumahtanggaan negara) yaitu : hukum tata pengurusan rumah tangga negara intern dan ekstern.

a. Rumah tangga negara adalah keseluruhan dari urusan-urusan yang menjadi tugas, kewajiban dan fungsi negara sebagai suatu badan organisasi.

b. Rumah tangga intern adalah yang menyangkut urusan intern instansi administrasi negara seperti urusan personel dan kesejahteraan pegawai negeri, urusan keuangan operasional sehari-hari, alat perlengkapan dan gedung serta perumahan, komunikasi dan transportasi intern.

c. Rumah tangga ekstern adalah urusan-urusan yang pada awalnya diselenggarakan oleh masyarakat sendiri, namun karena berbagai sebab diambil alih oleh negara melalui pembentukan dinas-dinas seperti dinas kebersihan, kesehatan, sosial, lembaga-lembaga seperti lembaga balai benih pertanian, penyakit mulut dan kuku ternak, lembaga malaria dsb, BUMN, Perum, Perjan, Persero dan BUMD.

4. Hukum Administrasi Pembangunan, yaitu hukum yang mengatur penyelenggaraan pembangunan.

5. Hukum Administrasi Lingkungan (kelestarian lingkungan hidup).

Definisi Hukum Administrasi Negara Menurut Para Tokoh Hukum:

(8)

tugasnya, atau sekumpulan peraturan hukum yang mengikat badan-badan negara, jika badan negara itu mulai menggunakan wewenangnya yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.

2. Van Vollenhoven mendefinisikan HAN sebagai keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang bukan HTN material, Perdata material dan Pidana material (teori residu).

3. Vegting, HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya melakukan tugasnya.

4. Prajudi mendefinisikan HAN sebagai berikut:

a. Hukum mengenai operasi dan pengendalian daripada kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa-penguasa administrasi.

b. Hukum yang menjadi pedoman atau jalan bagi pemerintah dalam menyelanggarakan UU.

Dengan demikian Hukum Administrasi Negara secara umum adalah aturan-aturan hukum yang berisikan peraturan-aturan-peraturan-aturan yang menjadi pedoman atau acuan dari aparatur negara dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara

1. Hukum Tata Negara (Staatsrecht) dalam arti luas yang terdiri dari: a. Hukum Tata Negara dalam arti sempit (Staat in rust);

b. Hukum Administrasi Negara (Staat in beweging), yang sekarang disebut Hukum Tata Pemerintahan.

(9)

Sedangkan Hukum Sipil dapat dibagi pula dalam: 1. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht);

2. Hukum Dagang (Handelsrecht).

Perumusan-Perumusan Hukum Tata Negara

Sesuai dengan pembagian hukum menurut Oppenheim, banyak sarjana hukum membedakan Hukum Tata Negara dalam arti sempit. Termasuk ke dalam pengertian Hukum Tata Negara dalam arti luas itu ialah Hukum Tata Negara dan Hukum administrasi Negara (Hukum Tata Pemerintahan). Menurut Prof. Dr. Hans Kelsen, Hukum Tata Negara ialah hukum mengenai “der wohlende staat”, yang memberi bentuk Negara, hal mana tercantum dalam undang-undang dasarnya. Sedangkan Hukum Administrasi Negara (Hukum Tata Pemerintahan) adalah merupakan pelaksanaan Hukum Tata Negara yang oleh Hans Kelsen disebut hukum menegenai “handelnde staat”.

Prof. Dr. J.H.A. Logemann dalam bukunya Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara ialah serangkaian kaidah hukum mengenai jabatan atau kumpulan jabatan didalam Negara dan mengenai lingkungan berlakunya hokum dari suatu Negara. Hukum Administrasi Negara menurut beliau ialah serangkaian kaidah hokum menyelidiki hubungan-hubungan hukum khusus yang ditimbulkan untuk memungkinkan para pejabat Negara menjalankan tugas kemasyarakatan yang khusus.

Prof. Mr. C. van Villenhoven mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan Negara, dan Hukum Administrasi Negara merupakan hokum mengenai pelaksaan atau penggunaan dari kekuasaan atau kewenangan-kewenangan tersebut.

(10)

batas-batas kekusaannya. Untuk membedakan dari Hukum Administrasi Negara, maka Hukum Tata Negara sering juga disebut Hukum Konstitusional (Hukum Konstitusi Negara) atau Droit Constitutionnel (Prancis) ataupun Verfassungsrecht (Jerman), karena hokum itu menyinggung konstitusi atau undang-undang dasar Negara.

Seorang ahli Hukum Tata Negara Inggris, A.V. Dicey dalam bukunya

introduction to The Study of The Law of The Constitution memberikan perumusan Hukum Tata Negara sebagai berikut: ”Constitution Law sebagai istilah yang digunakan di Inggris kelihatannya meliputi seluruh peraturan yang secara langsung atau tidak langsung mengenai pembagian kekuasaan dan pelaksannaan yang tertinggi dalam suatu Negara”.

Autin mengatakan, bahwa Constitutional Law menetukan orang-orang tertentu atau golongan-golongan tertentu dari masyarakat yang memegang kekuasaan istimewa tertentu (sovereign power) dalam Negara.

Di Indonesia, Prof. Djokosutono, S.H. memandang Hukum Tata Negara sebagai hukum mengenai organisasi jabatan-jabatan Negara di dalam rangka pandangan mereka terhadap “Negara sebagai organisasi”.

(11)

Sesungguhnya jika semua perumusan Hukum Tata Negara tersebut di atas itu diringkaskan, maka menurut Prof. Dr. Ismail Suny, S.H, M.C.L bahwa Hukum Tata Negara itu mengatur:

1. Organisasi Negara dan pemerintah; 2. Hubungan antar pemerintah dan rakyat; 3. Hak-hak asasi warga Negara.

2.3 Pendapat Para Ahli tentang Hubungan antara Hukum Tata Usaha Negara dan Hukum Tata Negara

Menurut Prof. Mr. Ph. Kleintjes bahwa hukum tata negara Hindia Belanda terdiri dari kaidah-kaidah hukum mengenai tata Hindia Belanda, alat-alat perlengkapan kekuasaan negara yang harus menjalankan tugas Hindia Belanda, susunan, tata, wewenang, dan perhubungan kekuasaan di antara alat-alat perlengkapan itu. Sementara itu, hukum tata usaha negara Hindia Belanda dirumuskan oleh Kleintjes sebagai kaidah hukum mengenai penyelenggaraan tugas masing-masing alat perlengkapan.

Menurut teori residu, HAN adalah bagian dari HTN dalam arti luas. HAN merupakan HTN dalam arti luas dikurangi dengan HTN dalam arti sempit. Ada dua golongan yang mempunyai pendapat tentang hubungan kedua bidang ilmu hukum ini yaitu:

1. Golongan pertama yang berpendapat bahwa antara HAN dan HTN tidak terdapat perbedaan yang hakiki atau tidak terdapat perbedaan yuridis yang prinsipiil. Pendapat ini pada umumnya dianut oleh para sarjana hukum di Perancis, Inggris, Amerika Serikat dan negara-negara sosialis. Di Indonesia yang menganut pendapat ini adalah Prajudi yang berpendapat bahwa tidak ada perbedaan-perbedaan yuridis prinsipiil antara HAN dan HTN. HTN diartikan sebagai hukum konstitusi negara secara keseluruhan yang menyoroti hukum dasar daripada negara secara keseluruhan sedangkan HAN menitik beratkan perhatian kepada administrasi daripada negara itu sendiri. 2. Golongan kedua berpendapat bahwa terdapat perbedaan yang hakiki antara

(12)

yang digunakan. Cara pendekatan yang dilakukan oleh HTN ialah untuk mengetahui organisasi dari negar, serta badan-badan lainnya, sedangkan HAN menghendaki bagaimana caranya negara serta organ-organnya melakukan tugasnya.

Menurut Sri Soemantri, hubungan HTN dan HAN adalah sebagai berikut:

1. HTN mempelajari Negara dalam keadaan diam, HAN mempelajari Negara dalam keadaan bergerak.

2. Kalau HTN dengan meminjam istilah kedokteran diibaratkan anatomi, maka HAN diibaratkan dengan fisiologi.

3. HTN berkenaan dengan pembuatan kebijakan, HAN sebagai pelaksana kebijakan.

Mengenai Hubungan Hukum Administrasi Negara dan Hukum Administrasi Negara berikut beberapa pendapat para ahli mengenai hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara, diantaranya:

(13)

2. Hukum Tata Negara adalah hukum mengenai Konstitusi dari pada suatu negara secara keseluruhan, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah khusus membahas administrasi daripada negara saja.

Dengan demikian, maka asas-asas dan kaidah-kaidah daripada Hukum Tata Negara yang bersangkutan dengan administrasi berlaku pula bagi Hukum Administrasi Negara. Hukum Tata Negara atas Hukum Konstitusi Negara hukum mengenai konstitusi negara, sedangkan konstitusi negara pada pkoknya dibagi atas beberapa bagian, yaitu Legislasi, Judiksi, Eksaminasi dan Administrasi. Dan oleh karena itu Hukum Tata Negara membahas mengenai administrasi, di samping legalisasi, judiksi dan eksaminasi. Akan tetapi pembahasannya mengenai administrasi itu hanyalah secara umum saja. Hukum Administrasi Negara. Dapatlah dikatakan, bahwa Hukum Tata Negara sebagai genus dan Hukum Administrasi Negara sebagai species. Dapatlah disimpulkan, bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan pengkhususan dari salah satu bagian dari Konstitusi Negara, yaitu mengenai administrasi negara. (G. Pringgodigdo, SH)

3. Mr. W. F. Prins dalam bukunya “ Inleiding in het Administratief Recht van Indonesia” mengatakan, bahwa Hukum Tata Negara adalah mengenai hal-hal yang azasi, sedangkan Hukum administratif Negara adalah berkenaan dengan peraturan-peraturan teknis, yang selama kita tidak tersangkut secara langsung kepadanya hanya penting bagi para ahli saja

4. Sarjana terkenal Prof. C. van Vollenhoven mengungkapkan bahwa Hukum Tata Negara merupakan hukum tentang distribusi kekuasaan-kekuasaan negara, sedang Hukum Administrasi Negara merupakan hukum mengenai pelaksanaan daripada kekuasaan-kekuasaan atau kewenangan-kewenangan tersebut. Dalam buku “Omtrek van het Administratief recht”, Prof. van Vollenhoven menegaskan, bahwa Hukum Administrasi Negara Meliputi semua hukum yang sejak berabad-abad tidak dicap sebagai Hukum Tata Negara Material, Hukum Perdata Material, atau Hukum Pidana Material.

(14)

mencegah agar pemerintah tidak membuat ketentuanyang sewenang-wenang, berdasarkan wewenang yang diterimanya dari Hukum Tata Negara. (A.V. Dicey)

2.4 Hubungan HTN dan HAN

Secara sekilas dari pengertian yang sudah dijelaskan di atas, hubungan antara HTN dengan HAN adalah ruang lingkup HAN terdapat dalam HTN. Hal ini terlihat pada penjelasan para pakar bahwa HTN terdiri dari HTN dalam arti luas dan HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit merupakan pengertian lain dari HAN. Karena kedua bidang hukum ini memiliki keterkaitan yang erat, maka Kranenburg berpendapat bahwa, “kita tidak mungkin mempelajari HAN tanpa didahului dengan pelajaran HTN” (Ridwan 2011, 48). Para cendekiawan pun memahami hubungan antara HAN dan HTN harus melalui pembelajaran yang intensif dengan HTN terlebih dahulu. Ditambah lagi dengan melihat apa yang dikemukakan oleh Van Vollenhoven yang berpendapat bahwa Hubungan antara Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara yang berdasarkan fungsi Hukum Administrasi Negara menurut Van Vollenhoven adalah bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan perpanjangan (verlengstuk) dari Hukum Tata Negara.

(15)

“Disamping peraturan perundang-undangan (UUD) tertulis, ada peraturan-peraturan tidak tertulis yang melengkapi konstitusi tertulis. Keseluruhan dari peraturan tertulis dan peraturan tidak tertulis ini dinamakan hukum konstitusi. Istilah ini sinonim dengan HTN dalam arti sempit. HTN dalam arti sempit bersama-sama HAN dinamakan HTN dalam arti luas” (dalam Ridwan 2011, 48-49)

Hukum Adminitrasi Negara merupakan peraturan-peraturan hukum yang melaksanakan Hukum Tata Negara, sesuai dengan pandangan: Prof Donner, dalam teori “Dwipraja” membagi pekerjaan pemerintahan dalam “menentukan tugas” dan “mewujudkan tugas”. Fungsi menentukan tugas adalah Hukum Tata Negara. Sedangkan Fungsi mewujudkan tugas adalah Hukum Administrasi Negara. Hukum Tata Negara mempunyai tugas politik, Hukum Administrasi Negara mempunyai tugas teknis.

Contoh dari HTN adalah Undang Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan tentang susunan, jumlah, prosedur maupun tugas-tugas kementerian negara. Pada dasarnya, pembentukan kementerian negara berlandaskan hak prerogatif presiden sebagai kepala pemerintahan, yang kemudian harus dituangkan dalam suatu peraturan tertulis supaya masyarakat memahami struktur organisasi pemerintahan di bawah presiden. Lebih jauh lagi diteruskan dalam Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Jika undang-undang membahas secara general, peraturan presiden dibentuk menyesuaikan dengan siklus pergantian terpilihnya presiden sehingga probabilitas jumlah kementerian berubah-ubah.

(16)

dengan pemerintah diatasnya. Pengaturan ini sesuai dengan penjelasan HAN yang mengupas teknis dari penyelenggaraan pemerintahan dan relasi yang gamblang soal masyarakat dengan pemerintah sebagai pelayan publik, yaitu aparatur sipil negara sebagai perantaranya. Konteks peraturan daerah, ada Peraturan Daerah Kota Surabaya yang mengatur tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan. Tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan. Sama halnya dengan pendapat Kranenburg dan Vegting, HTN berkenaan dengan struktut umum dari negara, UUD dan undang-undang organik, yaitu undang-undang provinsi, undang-undang kotapraja dan undang-undang perairan, sedangkan HAN mempelajari undang-undang yang khusus, yang mengatur susunan dan wewenang yang khusus dari organ-organ jawatan umum, hukum kepegawaian termasuk didalamnya hukum pension pegawai, undang-undang milisi, peraturan yang mengatur pengajaran beserta bagian-bagiannya, undang-undang sosial, undang-undang perumahan, undang-undang perburuhan, dan sebagainya (Ridwan 2011, 52)

(17)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(18)

3.2 Saran dan Kritik

Makalah ini dibuat untuk menjelaskan tentang hubungan antara HTN dan HAN. Penulis menyadari masih adanya celah maupun kekurangan dalam pembuatannya sehingga kami menerima saran atau kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya. Permohonan maaf dan evaluasi dari penulis kepada para pembaca semua untuk dapat menerima usaha dari penulis.

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, Jum. 2012. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baiq Wardhani. “Roles of State and Non-state Actors in IR.” Presentasi kuliah Pengantar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya, 1 Oktober 2012.

Budiardjo, Miriam. 1982. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.

Hariri, Jusuf. 2014. “Penggolongan dan Kodifikasi Hukum.” Presentasi kuliah Sistem Hukum Indonesia Insitut Pemerintahan Dalam Negeri. Jatinangor, November 2014.

Huda, Ni’matul. 2006. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Kansil, C S T. 1984. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Kranenburg & Vegting. Tt. Inleiding in het Nederlands Administratief Recht, (terjemahan) Yayasan Penerbit Gadjah Mada, Yogyakarta.

(19)

Ridwan HR. 2011. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Soemantri, Sri. 1992. Bunga Rampai Hukum Tata Negara Indonesia. Bandung:

Alumni.

Siagian, Sondang P. 1986. Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

HUBUNGAN HAN DAN HTN

H-2 / KELOMPOK 2:

1.

Fitria Pebriani

(20)

3.

Devri Putra

4.

Riska Adriani

5.

Hafifurahman

6.

Dewi Ayu L.

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Referensi

Dokumen terkait

  Dengan   demikian   Wisma   Nasional   itu

b) Guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Non PNS serta tidak sedang mendapat tugas tambahan atau dalam proses pengangkatan sebagai kepala satuan

ASUS Hangouts Meet hardware kit also comes with a touchscreen control panel for one-touch meeting management, and a high-quality speakermic box that employs echo-cancellation

Komplikasi adalah kondisi dimana munculnya penyakit lain atau gangguan medis lain pada seseorang sebagai akibat penanganan yang terlambat serta kurang tepat dari suatu

Dasar formal kedudukan pancasila sebagai dasar Negara republik Indonesia tersimpul dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 alenia IV yang bunyinya sebagai berikut

Analisis perbandingan metode bayesian network dan dempster-shafer pada sistem pakar diagnosis diagnosis penyakit mata ini hanya diterapkan diagnosis 6 jenis

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul ”Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental dan Makroekonomi Terhadap

penulis berharap bahwa akan hubungan negatif antara rasio utang dari perusahaan dan likuiditas karena perusahaan dengan likuiditas yang tinggi dapat mengahsilkan pemasukan kas