7
II. METODE PENELITIAN
Dinamika collembola diukur dengan menghitung kelimpahan collembola pada serasah dan tanah selama periode 12 minggu. Laju Dekomposisi serasah dengan menggunakan serasah jerami padi dan serasah daun kacang tanah.
Gambar 2.1. Bagan Alir Penelitian 2.1 Teknik sampling
Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dan eksperimen. Metode survei dilakukan dengan teknik pengambilan sampel tanah dan metode Pitfall trap, sedangkan metode eksperimen yaitu dengan menggunakanlitter bag di lahan yang diberii sampel serasah daun kacang tanah dan jerami padi yang telah dikeringkan dan ditimbang per kantong dengan berat 2 gram. Serasah ditanam pada kedalaman 5-10 cm. Keseluruhan sampel yang ditanam pada lahan adalah 150 kantung (2 jenis serasah x 5 kuadrat x 5 pengambilan x 3 sampel). Penanaman sampel dilakukan secara acak di masing-masing kuadrat sepanjang garis transek. Setiap pengambilan sampel minggu ke 1, minggu ke 3, minggu ke 5, minggu ke 8 dan minggu ke 12 dari masing-masing kuadrat diambil 3 kantung
Bagaimana pengaruh C:N serasah berbeda yang terdekomposisi terhadap komunitas Collembola dan bagaimana laju dekomposisi serasahnya ?
Tanah pertanian
Ekstraksi Metode
Pitfall trap
Lahan pertanian
Kelimpahan dan Ragam Collembola
Laju Dekomposisi
Dinamika Collembola
Korelasi dekomposisi serasah dan komunitas Collembola
8
sampel, satu kantung sampel untuk ekstraksi Collembola, satu kantung sampel untuk berat abu, dan kantung yang lainnya untuk analisis C dan N. Selain itu sampel tanah juga dan Collembola dari pitfall trap diambil dari tiap kuadrat untuk mengetahui kelimpahan Collembola pada tanah. Pengukuran data fisik dan kimia tanah dilakukan pada setiap pengambilan sampel. Data tersebut berupa kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah dengan kedalaman 2 cm dan 10 cm pada setiap kuadrat serta diambil 1 kantung sampel tanah yang digunakan untuk dianalisis.
Variabel yang diamati meliputi variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas meliputi C:N serasah jerami padi dan C:N serasah daun kacang tanah. Variabel tergantung berupa dinamika/fluktuasi Collembola, sedangkan parameter yang diamati adalah ragam familia Collembola dan jumlah individu pada masing-masing familia Collembola, serta laju dekomposisi serasah jerami padi dan serasah daun kacang tanah. Parameter lain yang diukur adalah faktor fisik dan kimia berupa suhu tanah, kelembaban tanah, pH tanah, C:N yang terdekomposisi , kandungan C dan N serasah daun kacang tanah dan jerami padi serta berat abu serasah.
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Persiapan Bahan
Serasah daun kacang tanah dan jerami padi dikeringkan pada suhu ruang sampai kering angin selama 1 minggu. Setelah dilakukan pengeringan, daun di masukkan di dalam oven dengan suhu 55°C selama 2 hari (Renninger et al., 2007). Daun yang sudah kering dipotong dengan ukuran yang sama, ditimbang masing-masing dengan berat 2 gram, lalu dibungkus dengan mengunakan kantung strimin yang berukuran 10 x 10 cm dan ditanam pada lahan yang telah dipilih.
2.2.2 Aplikasi di lapangan
Sebanyak 150 kantung serasah daun kacang tanah dan jerami padi ditanam pada lahan yang ditanami ketela pohon dan ubi jalar. Masing-masing kuadrat ditanam 2 jenis serasah, yang terdiri dari 15 kantung serasah jerami padi dan 15 kantung serasah daun kacang tanah ditanam secara acak pada kedalaman 5-10 cm. Pengambilan sampel dilakukan bertahap yaitu minggu ke 1, minggu ke 3, minggu ke 5, minggu ke 8 dan minggu ke 12 setelah penanaman serasah.
9
penanaman serasah (Schenker, 1984 dalam Coleman et al., 2004). Keseluruhan sampel tanah diekstrak dengan metodehigh gradient extractionpada corongBerlese-Tullgrenyang sudah dimodifikasi untuk memisahkan Collembola dari tanah (Rahmawaty, 2004; Rahmadi, 2004).
Metode pitfall trap dilakukan dengan cara membuat lubang perangkap dengan menggali tanah di sekitar serasah tertanam seukuran botol film. Botol film diletakkan ke dalam lubang sehingga permukaan atas botol sejajar dengan permukaan tanah. Kemudian botol diisi alkohol 70% sebanyak 1/3 dari botol yang ditambahkan 2 tetes larutan Gliserin. Seng dipasang sebagai atap untuk melindungi perangkap jebakan dari hujan. Setelah 3 hari pemasangan botol diambil, lalu dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penyortiran dan identifikasi Collembola di bawah mikroskop (Rahmawaty, 2004).
Saat pengambilan kantung dilakukan juga pengukuran kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah pada kedalaman 2 cm dan 10 cm pada setiap kuadrat. Tata letak lahan seperti pada Gambar 2.2.
penanaman serasah (Schenker, 1984 dalam Coleman et al., 2004). Keseluruhan sampel tanah diekstrak dengan metodehigh gradient extractionpada corongBerlese-Tullgrenyang sudah dimodifikasi untuk memisahkan Collembola dari tanah (Rahmawaty, 2004; Rahmadi, 2004).
Metode pitfall trap dilakukan dengan cara membuat lubang perangkap dengan menggali tanah di sekitar serasah tertanam seukuran botol film. Botol film diletakkan ke dalam lubang sehingga permukaan atas botol sejajar dengan permukaan tanah. Kemudian botol diisi alkohol 70% sebanyak 1/3 dari botol yang ditambahkan 2 tetes larutan Gliserin. Seng dipasang sebagai atap untuk melindungi perangkap jebakan dari hujan. Setelah 3 hari pemasangan botol diambil, lalu dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penyortiran dan identifikasi Collembola di bawah mikroskop (Rahmawaty, 2004).
Saat pengambilan kantung dilakukan juga pengukuran kelembaban tanah, suhu tanah dan pH tanah pada kedalaman 2 cm dan 10 cm pada setiap kuadrat. Tata letak lahan seperti pada Gambar 2.2.
penanaman serasah (Schenker, 1984 dalam Coleman et al., 2004). Keseluruhan sampel tanah diekstrak dengan metodehigh gradient extractionpada corongBerlese-Tullgrenyang sudah dimodifikasi untuk memisahkan Collembola dari tanah (Rahmawaty, 2004; Rahmadi, 2004).
Metode pitfall trap dilakukan dengan cara membuat lubang perangkap dengan menggali tanah di sekitar serasah tertanam seukuran botol film. Botol film diletakkan ke dalam lubang sehingga permukaan atas botol sejajar dengan permukaan tanah. Kemudian botol diisi alkohol 70% sebanyak 1/3 dari botol yang ditambahkan 2 tetes larutan Gliserin. Seng dipasang sebagai atap untuk melindungi perangkap jebakan dari hujan. Setelah 3 hari pemasangan botol diambil, lalu dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penyortiran dan identifikasi Collembola di bawah mikroskop (Rahmawaty, 2004).
10 2.2.3 Enumerasi Collembola
Serasah dan sampel tanah diambil dari lapangan dibawa ke laboratorium. Sampel tanah dan serasah diekstraksi dengan metode high gradient extraction menggunakan corong Berlese-Tullgren funnelyang sudah dimodifikasi. Ekstraksi dilakukan selama 5 hari dengan pencahayaan. Collembola yang diperoleh ditampung dalam botol penampung yang berisi alkohol 70% (Tiana, 2008). Tahap selanjutnya adalah penyortiran, yaitu pemisahan Collembola dari materi dan organisme lainnya di bawah mikroskop stereo. Proses clearing dengan menggunakan asam laktat 60% supaya tubuhnya bersih dari lemak dan kotoran lainnya. Proses selanjutnya adalah mounting. Identifikasi dilakukan sampai dengan tingkatan familia berdasarkan Greensladeet al. (2000).
2.3 Laju dekomposisi
Laju dekomposisi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Harmon, et., 1999) : Xt/Xo=e-kt
Keterangan:
Xt = bobot awal serasah
Xo = bobot serasah setelah waktu t (hari)
e = angka dasar logaritma (2,7182) k = koefisien dekomposisi
t = waktu (hari) 2.4 Analisis Data
Pengukuran laju dekomposisi dilakukan dengan model Eksponensial decay menggunakan berat sisa serasah. Korelasi antara komposisi Collembola pada tiap jenis serasah, laju dekomposisi serasah, dan faktor lingkungan dianalisis dengan Canonical Correspondence Analysis (CCA). Menurut Clarke dan Ainsworth (1993) standar pengelompokkan angka korelasi adalah :
0 = tidak ada korelasi antara variabel, >0-0,25 = korelasi sangat lemah,
>0,25-0,5 = korelasi cukup, >0,5-0,75 = korelasi kuat, >0,75-0,99 = korelasi sangat kuat,