• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Kanker Payudara di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Payudara

1. Pengertian

Kanker adalah penyakit bat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker.

Kanker payudara merupakan suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali yang terjadi pada jaringan payudara (Mulyani, 2013)

Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan

payudara. Kanker ini mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu,

jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada payudara. Definisi lain dari kanker

payudara yaitu suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau

perkembangan tidak terkontrol dari sel-sel jaringan payudara (Nugroho, 2011).

2. Faktor Resiko

(2)

Berbagai faktor resiko tersebut menurut Pamungkas (2011) adalah sebagai berikut:

2.1. Faktor resiko yang tidak dapat dihindari a. Gender

Wanita adalah resiko utama kanker payudara. Pria juga bisa mengidap namun perbandingannya adalah seratus banding satu.

b. Usia

Sekitar dua dari tiga wanita menderita kanker payudara yang berusia diatas 55 tahun sedangkan 1 dari 8 wanita menderita kanker payudara yang berumur di bawah 45 tahun.

c. Pernah Menderita Kanker Payudara

Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif beresiko tinggi menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena kanker diangkat, maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebsesar 0,5-1% per tahun.

d. Riwayat Keluarga

Wanita yang mempunyai ibu, saudara perempuan, dan anak yang menderita kanker, ternyata memiliki resiko 3 kali lebih besa untuk menderita kanker payudara.

e. Faktor Genetik dan Hormonal

(3)

wanita memiliki salah satu dari gen tersebut, maka ia berkemungkinan besar menderita kanker payudara.

Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker paydara, yakni p53, BARD1, BRCA3, dan Noey2, ATM, CHEK2, PTEN,. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami kerusakan.

Faktor hormonal pun berperan penting, karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya se-sel yang secara genetik sudah mengalami kerusakan dan menyebabkan kenker. f. Pernah Menderita Penyakit Payudara Nonkanker

Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah menderita penyakit payudara nonkanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah saluran air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperflasia atifik).

g. Menarche

(4)

pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita kanker payudara.

h. Ras

Wanita berkulit putih akan lebih rendah terkena resiko kanker payudara dibandingkan wanita Amerika. Dan, wanita Afrika-Amerika kemungkinan besar mati karean kanker ini. Alasan yang tampaknya paling mungkin adalah bahwa wanita Afrika-Amerika mempunyai tumor yang berkembang lebih cepat.

i. Tingkat ketebalan jaringan payudara

Jaringan payudara yang tebal menandakan terdapatnya jaringan kelenjar yang lebih banyak dan jaringan lemak yang lebih sedikit. 2.2. Faktor resiko yang bisa dihindari

a. Pemakaian Pil KB Atau Terapi Sulih Esterogen

Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung pada usia, lamanya pemakaian, dan faktor lainnya. Sebenarnya, sebelum diketahui seberapa lama efek pil setelah pemakaian pil dihentikan. Sepertinya, terapi sulih esterogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun sedikit meningkatkan resiko kanker payudara. Dan, resikonya meningkat jika pemakaiannya berlangsung lebih lama.

b. Obesitas Pasca Menopause

(5)

resiko kanker payudara dikarenakan tigginya kadar esterogen pada wanita yang mengalami obesitas.

c. Pemakaian Alkohol

Pemakaian alkohol lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

d. Bahan Kimia

Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa pemaparan bahan kimia yang menyerupai esterogen (yang terdapat pada pestisida dan produk industri lainnya) berkemungkinan meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

e. DES (Dietilstilbestrol)

Wanita yang menkonsumsi DES guna mencegah keguguran beresiko tinggi menderita kanker payudara.

f. Penyinaran

Pemaparan terhadap penyinaran, terutama penyinaran pada dada, semasa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.

g. Tidak memberikan ASI h. Kurang beolahraga

(6)

3. Tanda dan Gejala Kanker Payudara

Menurut (Mulyani,2013), beberapa gejala kanker payudara yaitu : 3.1. Ditemukannya benjolan pada payudara

Gejala awal yang signifikan dan sering dialami wanita ialah benjolan tidak biasa yang ditemukan pada payudara. Benjolan itu biasanya ditandai dengan rasa sakit bila dipegang atau ditekan.

3.2. Perubahan pada payudara

Biasanya gejala yang terjadi ialah berubah ukuran, bentuk payudara dan putting. Di mana gejala itu awalnya ditandai dengan permukaan payudara akan berwarna merah, kemudian perlahan kulit mengerut seperti kulit jeruk.

3.3. Puting mengeluarkan cairan

Pada putting sering kali mengeluarkan cairan (nipple discharge) seperti darah, tetapi juga terkadang berwarna kuning, kehijau-hijauan berupa nanah.

3.4. Pembengkakan pada payudara

Gejala kanker payudara juga ditandai dengan pembengkakan payudara tanpa ada benjolan merupakan gejala umumnya. Bahkan, kadang-kadang salah satu payudara pembuluh darahnya lebih terlihat. 4. Stadium Kanker Payudara

(7)

sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG, dan bila memungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World Health Organization)/ AJCC (American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh American Cancer

Society dan American College of Surgeons) (Rukiyah & Yulianti, 2012).

4.1. Stadium I : Pada stadium ini, benjolan kanker tak lebih dari 2 cm dan tidak dapat terdeteksi dari luar. Perawatan yang sangat sistematis akan diberikan pada kanker stadium ini, tujuannya adalah agar sel kanker tidak dapat menyebar dan tidak berlanjut pada stadium selanjutnya. Pada stadium ini, kemungkinan sembuh total pada pasien adalah 70 %.

(8)

dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

4.3. Stadium IIIA : Menurut data dari Depkes, 87 % kanker payudara ditemukan di stadium ini. Benjolan kanker sudah berukuran lebih dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar limfa.

4.2. Stadium III B : Kanker sudah menyebar ke seluruh bagian payudara, bahkan mencapai kulit, dinding dada, tulang rusuk dan otot dada. Selain itu juga penyebarannya juga sudah menyerang secara tuntas kelenjar limfa. Jika sudah demikian tidak ada alternatif lain selain pengangkatan payudara.

4.3. Stadium IV : Sel-sel kanker sudah merembet menyerang bagian tubuh lainnya, biasanya tulang, paru-paru, hati atau otak. Atau bisa juga menyerang kulit, kelenjar limfa yang ada di dalam batang leher. Sama seperti stadium 3, tindakan yang harus dilakukan adalah pengangkatan payudara.

5. Pengobatan

Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung pada stadium klinik penyakit (Nugroho, 2011) yaitu:

(9)

a. Modified Radical Mastectomy: operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.

b. Total (Simple) Mastectomy: operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.

c. Radical Mastectomy: operasi pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara. 5.2. Radiasi

a. Penyinaran / radiasi

Proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi.

b. Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.

5.3. Kemoterapi

(10)

membunuh sel kanker. Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh.

b. Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.

5.4. Terapy Hormon

Hal ini dikenal sebagai ‘Therapy anti-estrogen’ yang system kerjanya memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker pada payudara.

5.5. Pengobatan Herceptin adalah terapi biological yang dikenal aktif melawan HER2-positive pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III, dan IV

6. Efek Samping Pengobatan

(11)

mengelupas. Tidak seperti yang terjadi pada kulit yang terbakar matahari, kulit akan secara perlahan-lahan dan mungkin hanya dalam potongan kecil saja. Selain pada kulit, efek samping terjadi pada ketiak dengan timbulnya rasa tidak nyaman, nyeri pada dada, kelelahan, masalah jantung, menurunnya sel darah putih, juga masalah pada paru-paru. Menurut Oetami dkk (2014) gangguan emosi ialah menangis, kecemasan berupa khawatir memikirkan dampak pengobatan, tidak merasa malu menderita kanker payudara, tidak merasa harga diri menurun berupa pesimis dalam menjalani kehidupan, tidak mengalami stress, dan tidak mengalami reaksi amarah berupa tidak suka melaksanakan pengobatan. dengan penyebaran sel cancernya.

B. Kecemasan

1. Pengertian

Menurut Stuart (2006) Ansietas (Kecemasan) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya (Dalami dkk, 2009).

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan (Hawari, 2004).

(12)

makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan juga merupakan pengalaman subjektif dari individu dan tidak dapat diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang spesifik. 2. Kepribadian Pencemas

Seseorang akan menderita gangguan cemas manakala yang bersangkutan tidak mampu mengatasi stresor psikososial yang dihadapinya. Tetapi pada orang-orang tertentu meskipun tidak ada stresor psikososial, yang bersangkutan menunjukkan kecemasan juga, yang ditandai dengan otak atau tipe kepribadian pencemas, yaitu cemas, khawatir, tidak tenang, ragu, bimbang, memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir), kurang percaya diri, gugup apabila tampil dimuka umum,sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain, tidak mudah mengalah, gerakan sering serba salah, sering mengeluh, khawatir berlebihan terhadap penyakit,mudah tersinggung, suka membesar-besarkan masalah yang kecil, dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu

(13)

3. Faktor – Faktor Mempengaruhi Kecemasan

Menurut Stuart (2006) Faktor Predisposisi kecemasan ditinjau dari berbagai teori yang telah dikembangkan:

3.1. Teori psikoanaltik

Dalam pandangan Psikoanalitis, ansietas adalah konfilik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani seseorang yang dikendalikan oleh norma – norma budaya seseorang. ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

3.2. Teori interpersonal

Menurut pandangan interpesonal Kecemasan timbul dari ketakutan terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk terjadi kecemasan yang berat.

3.3. Teori perilaku

(14)

menghindari rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia pada awal kehidupannya dihadapkan rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan yang terjadi kecemasan yang berat pada kehidupan masa dewasanya. ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan ansietas, konflik yang menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang dirasakan.

3.4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi.

3.5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat – obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama – aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu kesehatan uum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi ansietas. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor.

4. Tanda dan Gejala Kecemasan

(15)

mimpi-mimpi yang menegangkan. Gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan – keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran berdenging (tinnitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya (Hawari,2001).

5. Tingkat Kecemasan

Menurut Peplau dalam Suliswati (2005) menidentifikasi ada empat tingkat kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.

5.1. Tingkat kecemasan ringan

Dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:

a. Respon fisiologi: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

b. Respon kognitif: lapang persepsi melebar, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menjelaskan masalah secara efektif.

(16)

5.2. Tingkat kecemasan sedang

Individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain. Pada tingkat ini, biasanya menimbulkan beberapa respon seperti:

a. Respon fisiologi: sering nafas pendek, nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik, mulut kering, anorexia, diare/konstipasi, gelisah.

b. Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatian.

c. Respon prilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

5.3. Tingkat kecemasan berat

Pada kecemasan tingkat berat lapangan persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh prilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/ arahan untuk terfokus pada area lain. Pada tingkat ini, menunjukkan respon seperti:

a. Respon fisiologi: nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan.

(17)

c. Respon perilaku dan emosi: perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking.

5.4. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detil perhatian hilang. Karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian. Pada tahap ini, akan

menunjukkan beberapa respon seperti:

a. Respon fisiologi: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

b. Respon kognitif: lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis.

c. Respon perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, kehilangan kendali atau kontrol diri, persepsi kacau.

6. Respon Kecemasan

Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain:

6.1. Respon fisiologis terhadap kecemasan

(18)

Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknya antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat.

6.2. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

(19)

6.3. Respon kognitif

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.

6.4. Respon afektif

Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

7. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2013) Untuk mengetahuit sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali yaitu menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton

Rating Scale For Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok

gejala yang masing – masing kelompok dirinci lagi dengan gejala –gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala yang diberi penilaian (score) antara 0-4 yang artinya adalah : Nilai 0 : Tidak Ada gejala (keluhan), 1 : Gejala Ringan, 2 : Gejala Sedang, 3 : Gejala Berat , 4 : Gejala Berat sekali .

(20)

kecemasan, 14-20 kecemasan ringan, 21-27 kecemasan sedang, 28-41 kecemasan berat, 42-56 berat sekali.

8. Kecemasan pada penderita kanker payudara

Menurut Puckett, (2007) bagi banyak wanita yang diagnosa kanker payudara bukan saja berdampak pada fisiknya tetapi juga pada emosi, dan pada mentalnya, yang kemudian dpat berpengaruh terhadap hubungan dengan orang lain yakni hubungan dengan teman, suami, anak, keluarga. Selanjutnya puckett menambahkan bahwa ketidakpastian dari penyakit itu sendiri memperparah dampak tersebut. Ketidaktahuan tentang kanker payudara akan semakin meningkatkan emosionallitas penderita yang berkaitan dengan hubungannya dengan orang lain. Hal itu akan meningkatkan kecemasan dan mengubah segalanya dalam kehidupannya.

Keluhan lain seperti rasa sepi, rasa kesendirian putus asa, rasa takut, cemas, waswas, rasa ingin dicintai, rasa ingin disayangi, rasa aman, kebutuhan spiritual, support sosial, serta sangat memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan yang dengan tulus hati mau mendengar, memberikan uluran kasih sayang, dan perhatian sangat diperlukan oleh penderita kanker payudara khususnya penderita yang mendekati saat – saat terakhirnya ( Heriady, 2008).

(21)

Frustasi dalam memenuhi dorongan biologis karena ketikmampuan yang diakibatkan penyakit kanker, atau efek – efek samping dari pengobatan kanker ( Baradero, 2007).

Respon pasien terhadap ketiga hal tersebut meliputi cemas, depresi, menurunya harga diri, permusuhan, dan mudah marah. Termasuk dalam efek sosiologinya, yaitu berkurangnya interaksi dengan keluarga dan teman- teman , serta dapat mengurangi partisipasi dalam kegiatan sehari – hari.

Menurut Tarwoto (2003), ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan stres dan cemas pada diri seseorang yakni: lingkungan yang asing, kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain, berpisah dengan pasangan dan keluarga, masalah biaya, kurang informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah dan masalah pengobatan. C. Relaksasi Otot Progresif

1. Pengertian Relaksasi Otot Progresif

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa nyaman, stress fisik, dan emosi (Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005).

(22)

Mengurangi ketegangan otot merupakan komponen dari terapi komplementer yang digunakan untuk menurunkan angka kecemasan dan memberikan kenyamanan (Snyder, Pestka & Bly, 2006). Sebagai contoh, relaksasi otot sering menjadi bagian dari guided imagery. Banyak teknik yang ditawarkan untuk memberikan relaksasi otot. Salah satu yang sering digunakan adalah Progressive Muscle Relaxation yang diperkenalkan oleh Edmund Jacobson pada tahun 1938.

Relaksasi otot memberikan sensasi kesadaran terhadap otot dan ketegangan yang ada pada diri individu dan menurunkan ketegangan tersebut. Kesadaran tersebut dapat dicapai dengan menegangkan otot-otot dan merelakskannya dengan fokus terhadap otot tersebut dan membayangkan otot tersebut bebas dari ketegangan yang dirasakan (Snyder, Pestka & Bly, 2006).

Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali (Snyder, Pestka & Bly, 2006). Ketika otot tubuh terasa tegang, kita akan merasakan ketidaknyamanan, seperti sakit pada leher, punggung belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan berdampak pada sakit kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan akan menganggu aktivitas dan keseimbangan tubuh seseorang (Marks, 2011).

(23)

Kegiatan ini menciptakan sensasi dalam melepaskan ketidaknyamanan dan stress (Potter dan Perry, 2005). Dengan melakukan tindakan relaksasi otot progresifsecara berkelanjutan, seorang individu dapat merasakan relaksasi otot pada berbagai kelompok otot yang diinginkan.

Menurut Herodes (2010), teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasrkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespon pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot (Davis,1995).

Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes,2010). Teknik relaksasi otot progresif merupakan suatu terapi yang diberikan kepada klien dengan menegangkan otot-otot tertentu daan kemudian relaksasi.

2. Manfaat Relaksasi Otot Progresif

(24)

sehari-hari. Jacobson (1938) dalam Snyder, Pestka & Bly, (2006)mengatakan bahwa relaksasi otot progresif menurunkan konsumsi oksigen tubuh, metabolisme tubuh, frekuensi nafas, ketegangan otot, kontraksi ventrikel yang tidak sempurna, tekanan darah sistolik dan diastolik, dan meningkatkan gelombang alpha otak.

3.Prinsip Kerja Relaksasi Otot progresif

Dalam melakukan relaksasi otot progresif hal yang penting dikenali adalah tegangan otot ketika otot berkontraksi (tegang) maka rangsangan akan disampaikan ke otot melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan. Relaksasi adalah pemanjangan dari serat serat otot tersebut yang dapat menghilangkan sensasi ketegangan setelah memahami dalam mengidentifikasi sensasi tegang, kemudian dilanjutkan dengan merasakan relaks. Ini merupakan sebuah prosedur umum untuk mengidentifikasi lokalisasi ketegangan, relaksasi dan merasakan perbedaan antara keadaan tegang (tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok otot utama. Dengan demikian, dalam relaksasi otot progresif diajarkan untuk mengendalikan otot-otot rangka sehingga memungkinkan setiap bagian merasakan sensasi tegang dan relaks secara sistematis (Mc Guigan dan Lehrer, 2005).

4. Mekanisme Fisiologi Relaksasi Otot Progresif dalam Mengatasi Kecemasan

(25)

ini, saraf pusat melibatkan sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Beberapa organ dipengaruhi oleh kedua sistem saraf ini. Walaupun demikian, terdapat perbedaan antara efek sistem saraf simpatis dan para simpatis yang berasal dari otak dan saraf tulang belakang (Andreassi, 2000 dalam Conrad dan Roth, 2007). Antara simpatik dan para simpatik bekerja saling timbal balik. Aktifasi dari sistem saraf simpatik disebut juga

erotropic atau respon figh or flightdimana organ diaktifitas untuk keadaan

stress. Responini memerlukan energi yang cepat, sehingga hati lebih banyak melepaskan glukosa untuk menjadi bahan bakar otot sehingga metabolisme juga meningkatkan. Cannon (1929 dalam Damanik, 2012) mengobservasi efek dari saraf simpatis, yaitu meningkatkan denyut nadi, tekanan darah, hiperglikemia, dan dilatasi pupil, pernafasan meningkatkan, serta otot menjadi tegang.

Aktivitas dari sistem saraf parasimpatis disebut juga trophotropic yang dapat menyebabkan perasaan ingin istirahat, dan perbaikan fisik tubuh. aktivas ini merupakan dasar yang disebut Benson (1972 dalam Condrad dan Roth, 2007) yaitu respon relaksasi. Respon parasimpatik meliputi penurunan denyut nadi dan tekanan darah serta meningkatkan aliran darah. Oleh sebab itu melalui latihan relaksasi dapat memunculkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang.

5. Syarat dilakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif

(26)

melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal, hindari makan dan minum yang terbbaik dalam melakukan latihan sebelum makan, jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri, dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks, perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri, menegakkan kelompok otot dua kali tegangan, melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali, memeriksan apakah klien benar-benar relaks, terus-menerus memberikan instruksi, memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, latihan membutuhkan waktu selama 15 sampai 20 menit dan dilakukan latihan 5 – 20 kali latiahan.

6. Pelaksanaan Teknik Relaksasi Otot Progresif

Berdasarkan (Davis, 1995) Relaksasi otot progresif memberikan cara dalam mengidentifikasi otot dan kumpulan otot tertentu serta membedakan antara perasaan tegang dan relaks. Terdapat 10 kelompok utama dalam relaksasi otot progresif yang meliputi (1) kelompok otot pergelangan tangan, (2) kelompok otot lengan bawah, (3) kelompok otot siku dan lengan atas, (4) kelompok otot bahu, (5) kelompok otot kepala dan leher, (6) kelompok otot wajah(bibir, dahi, rahang) (7) kelompok otot punggung, (8) kelompok otot dada, (9), kelompok otot perut, (10) kelompok otot kaki dan paha.

(27)

dalam dua bagian, yaitu bagian pertama dengan mengulang kembali pada saat praktek sehingga lebih mengenali bagian otot tubuh yang paling sering tegang, dan bagian kedua dengan prosedur singkat untuk menegangkan merilekskan beberapa otot secara simultan sehingga relaksasi otot dapat dicapai dalam waktu singkat. Waktu yang diperlukan untuk melakukan relaksasi otot progresif sehingga dapat menimbulkan efek yang maksimal adalah selama satu sampai dua minggu dan dilaksanakan selama satu sampai dua kali 15 menit per hari (Davis, 1995).

Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut: 1. Kelompok otot pergelangan tangan

a. Rentangkan lengan dan kepalkan kedua telapak tangan anda dengan kencang, sekuat dan semampu yang anda bisa. Rasakan ketegangan pada kedua pergelangan tangan anda selama 5-7 detik.

b. Lepaskan kepalan tangan anda dan rasakan tangan anda menjadi lemas dan semua ketegangan pada tangan anda menjadi hilang. Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot tangan anda. Rasakan pergelangan tangan anda menjadi semakin lemas.

2. Kelompok otot lengan bawah

(28)

b. Lemaskan dan luruskan kembali tangan bagian bawah anda pada posisi yang nyaman. Rasakan lengan bawah dan telapak tangan anda menjadi lemas dan seya ketegangan hilang. Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

c. Ulangi lagi gerakan menegangkan dan melemaskan otot lengan bawah anda, rasakan perbedaan pada saat tegang dan lemas serta rasakan lengan bawah anda menjadi semakin lemas.

3. Kelompok otot siku dan lengan atas

a. Genggamlah kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian bawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot lengan atas terasa kencang dan tegang. Lakukanlah sebisa dan semampu anda. Lakukan selama 5-7 detik. b. Luruskan siku dan jari-jari anda, rasakan lengan atas anda menjadi lemas

dan ketegangan pada lengan atas sudah hilang. Rasakan hal tersebut 10-20 detik.

c. Ulangi lagi gerakan menegangkan otot siku dan lengan atas anda, rasakan perbedaan antara saat tegang dan lemas serta rasakan otot siku dan lengan atas semakin lemas.

4. Kelompok otot bahu

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa menyentuh kedua telinga. Rasakan ketegangan pada bahu selama 5-7 detik. b. Lemaskan bahu anda hingga semua ketegangan pada bahu anda tadi hilang.

Rasakan hal tersebut selama 10-20 detik.

(29)

a. Tekuk leher dan kepala anda ke belakang hingga menekan bantal, rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian belakang. Rasakan ketegangannya selama 5-7 detik

b. Lemaskan dan luruskan kepada dan leher anda hingga semua ketegangan pada kepala dan leher anda hilang. Lakukan dalam 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan otot tersebut menjadi sangat lemas

d. Tekuk leher dan kepala anda ke depan hingga menyentuh dada, rasakan ketegangan pada leher dan kepala bagian depan selama 5-7 detik.

e. Lemaskan dan luruskan kepala dan leher anda hingga semua ketegangan pada kepala dan leher anda hilang, rasakan dalam 10-20 detik.

f. Ulangi gerakan dan rasakan otot semakin lemas 6. Kelompok otot wajah

a. Kerutkan dahi anda ke atas dan rasakan ketegangan pada dahi anda selama 5-7 detik

b. Lemaskan dahi anda sehingga ketegangan pada dahi anda akan hilang, rasakan hal ini selama 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan tersebut dan rasakan dahi anda semakin lemas.

d. Tutup mata anda sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan pada mata selama 5-7 detik.

e. Lemaskan mata perlahan-lahan dan hilangkan ketegangannya selama 10-20 detik.

(30)

g. Katupkan rahang dan gigi anda secara bersamaan sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangannya selama 5-7 detik.

h. Lemaskan rahang anda dan hilangkan ketegangannya perlahan-lahan dan rasakan dalam 10-20 detik.

i. Ulangi gerakan tersebut hingga anda merasakan rahang anda semakin lemas. j. Monyongkan bibir anda ke depan sekuat dan semampu yang anda bisa,

rasakan ketegangan selama 5-7 detik.

k. Lemaskan bibir dan hilangkan ketegangan pada bibir selama 10-20 detik. l. Ulangi gerakan dan rasakan bibir semakin lemas.

7. Kelompok otot punggung

a. Jika anda dalam posisi tidur, maka bangunlah dan jadikan posisi anda duduk di tempat tidur. Lengkungkan punggung dan busungkan dada sekuat dan semampu yang anda bisa, rasakan ketegangan pada punggung selama 5-7 detik.

b. Lemaskan punggung anda sehingga ketegangannya hilang dan rasakan melemasnya punggung 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan lemasnya punggung anda. 8. Kelompok otot dada

a. Tarik nafas dalam dan tahan semampu anda. Rasakan ketegangan pada dada selama 5-7 detik.

b. Lemaskan otot dada sambil mengeluarkan nafas secara perlahan-lahan rasakan hilangnya ketegangan pada dada dalam 10-20 detik.

(31)

9. Kelompok otot perut

a. Tarik perut ke bagian dalam dan bernafaslah secara perlahan-lahan, rasakan ketegangan pada perut selama 5-7 detik.

b. Lemaskan otot perut, dan hilang kan ketegangan serta rasakan melemasnya otot perut dalam 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan otot perut yang semakin lemas 10. Kelompok otot kaki dan paha

a. Tekuk telapak kaki ke arah atas, tekuk sebisa mungkin, dan rasakan ketegangannya selama 5-7 detik.

b. Lemaskan otot-otot kaki dan paha, hilangkan ketegangannya dan rasakan selama 10-20 detik.

c. Ulangi gerakan dan rasakan kaki dan paha semakin lemas.

d. Tekuk telapak kaki ke arah bawah, sehingga otot betis menjadi tegang, rasakan ketegangannya selama 5-7 detik.

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Kamis tanggal Dua puluh dua bulan Juni tahun Dua ribu tujuh belas pukul 07.00 s.d 10.00 WIB melalui website LPSE Kementerian Keuangan www.lpse.kemenkeu.go.id telah

kesiapan mental dalam menghadapi ujian nasional, agar tujuan pendidikan.. sekolah dan tujuan pendidikan nasional dapat dicapai secara bertahap lagi. berkelanjutan

[r]

Nilai korelasi Spearman Rang yaitu sebesar 0.291 dengan nilai signifikan 0.022, hal ini menunjukkan bahwa nilai p< 0.05 artinya bahwa terdapat hubungan

Biaya modal ( cost of capital ) adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik yang berasal dari utang, saham preferen, saham biasa,

Petro Prabu, yang mengolah data pembayaran gas dengan menggunakan Microsoft Visual Basic 6.0 dan database Mysql , yang terdiri dari form data pelanggan, form input

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh penulis penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di

Keadilan prosedural ini diukur dengan instrumen McFarlin dan Sweeney (1992) dengan skala likert 1 sampai 5. Semakin tinggi skor maka semakin fair persepsi subordinat