ABSTRAK
PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU USAHA KOSMETIK YANG MENGANDUNG BAHAN BERBAHAYA
DI PROVINSI LAMPUNG
Oleh
Avis Sartika, Figanefi, Diah Gustiniati
Email : avissartika10@gmail.com
Salah satu zat berbahaya yang sering terdapat dalam bahan kosmetik pada umumnya adalah merkuri. Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin saja tidak tercantum pada label) bisa menimbulkan keracunan dan berdampak buruk pada tubuh jika digunakan dalam waktu yang lama. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan ada sejumlah kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, antara lain berupa Bahan Kimia Obat yang dapat membahayakan tubuh manusia. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik dan apakah faktor yang menghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi Lampung. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris dan yuridis normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan kemudian data dianalisi secara deskriftif kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh penulis penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di provinsi lampung secara umum dilakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pasal 62 ayat (1) bahwa pelaku usaha yang melanggar ketentuan dapat dipidana dengan pidana paling lama lima tahun penjara atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) kemudian melalui penegak hukum pula ada penyelidikan, penyidikan, dan penyitaan untuk dijadikan barang bukti, bila diperlukan untuk diadakan penahanan, kemudian diajukan ke kejaksaan, lalu ke pemgadilan untuk diadili dan diputus. Saran dalam penelitian ini adalah hendaknya aparat penegak hukum untuk lebih tegas dalam menanggulangi tindak pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi Lampung, dan masyarakat lebih mengetahui dampak-dampak dari penggunaan kosmetik dan bahaya dari penggunaan nya tersebut. Masyarakat itu sendiri pun diharapkan untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam membeli produk-produk kosmetik yang beredar di pasar-pasar.
ABSTRACT
THE LAW ENFORCEMENT AGAINST COSMETICS BUSINESS ACTIVITIESCONTAINING DANGEROUS MATERIALSIN LAMPUNG
PROVINCE
By
Avis Sartika, Figanefi, Diah Gustiniati
Email : avissartika10@gmail.com
One of the harmful substances commonly found in cosmetic ingredients is mercury. An inorganic mercury in the whitening cream (which may not be on the label) which can cause toxicity and harm the body if used for a long period of time. The Food and Drug Supervisory Agency (BPOM) states that there are a number of cosmetics containing hazardous substances, such as drug chemicals that can harm the human body. The problems in this research are formulated as follows:how is the criminal law enforcement against cosmetic business actors? and what are inhibiting factors in the enforcement of criminal law against cosmetic business containing hazardous materials in Lampung Province? The approaches used in this research were empirical and normative approaches.The data collection was done through literature study and field study then the data were analyzed descriptively qualitative to obtain a research conclusion. Based on the results and the data analysis conducted by the reseacher, the criminal law enforcement on cosmetic containing hazardous materials in Lampung province has been done in accordance with the law of Article 62 paragraph (1) that business actor violating the regulation can be punished a maximum of five years imprisonment or a fine of no more than Rp 2,000,000,000.00 (two billion rupiahs). The legal process consisted of inquiry, investigation and seizure to be used as legal evidence, if necessary to be held for detention, then submitted to the prosecutor's office, then to the judiciary for trial and termination. It is suggested that the law enforcement officers should be more assertive in tackling the criminal acts against cosmetic business containing hazardous materials in Lampung Province, and the society should be more aware of the effects of using cosmetic containing hazardous materials.It is also expected that the society to be more careful and meticulous in buying cosmetic products that are circulated in the markets.
I. PENDAHULUAN
Pada era perdagangan bebas sekarang banyak kosmetik yang beredar di pasaran dengan berbagai jenis merek. Ketidaktahuan konsumen terhadap berbagai bahan kimia yang terdapat pada kosmetik mengundang banyak keprihatinan, dan keinginan seorang wanita untuk selalu tampil cantik banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab dengan
memproduksi atau
memperdagangkan kosmetik yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan kepada masyarakat.
Produk-produk kosmetik yang ada dipasar Indonesia khususnya bagi daerah Bandar Lampung ini juga banyak menjual kosmetik yang dengan mengatasnamakan merk atau produk kosmetik ternama yang terdaftar dalam BPOM, dengan menawarkan harga yang lebih murah dibanding dengan produk aslinya inilah yang membuat masyarakat khususnya wanita menjadi tergiur untuk membelinya.
Tanggung jawab produk adalah tanggung jawab pelaku usaha atau produsen untuk suatu produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran
yang menimbulkan atau
menyebabkan kerugian karena cacad yang ada pada produk tersebut.1 Salah satu zat berbahaya yang sering terdapat dalam bahan kosmetik pada umumnya adalah merkuri.
Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin saja tidak
1
Wahyu sasongko, S.H., M.H, 2016, Ketentuan-Ketentuan Hukum Pokok Hukum
Perlindungan Konsumen, Penerbit:
Universitas Lampung 2016
tercantum pada label) bisa menimbulkan keracunan dan berdampak buruk pada tubuh jika digunakan dalam waktu yang lama.2 Walaupun sudah berkali-kali dikampanyekan bahwa cantik itu tidak ditentukan oleh kulit putih, tetapi masih banyak wanita yang mengejar memiliki kulit putih secara instant.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatakan ada sejumlah kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, antara lain berupa Bahan Kimia Obat (BKO) yang dapat membahayakan tubuh manusia. Bahan Kimia Obat (BKO) tersebut antara lain seperti obatobatan jenis antibiotik, deksametason, hingga hidrokuinon.
Jadi, yang dimaksud dengan bahan berbahaya dalam kosmetik adalah bahan kimia obat yang dilarang penggunaannya dalam bahan baku pembuatan kosmetik.3karena akan merusak organ tubuh manusia. Oleh karena itu penggunaan bahan kimia obat yang mengandung bahan berbahaya dalam pembuatan kosmetik dilarang.
Kepala Balai Basar POM Bandar Lampung Setia Murni mengatakan, kosmetik banyak kosmetik yang mengandung bahan berbahaya yang masih beredar di pasar. Diantaranya kosmetik bermerek Temulawak Widya Day Cream dan Nigh Cream, Mirocell Nigh Cream, Icome Night Cream. Kosmetik ini mengandung merkuri yang bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh bahkan bisa
2
Dian Putriyanti,dkk, 100% Cantik. Best Publisher. Jakarta. Hlm. 104
3
menyebabkan kanker. Kosmetik tersebut berhasil ditemukan BPOM selama 2016. Kosmetik dan obat yang berbahaya ini didapat dari berbagai daerah di Lampung. Hampir di semua kota Kabupaten Kota ditemukan.4
Contoh kasus yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Tanjung Karang beberapa bulan lalu terjadi di daerah Bukit Kemuning, lampung Utara yang dilakukan penyelidikan langsung oleh Polda Lampung.
Selain mengandung bahan
berbahaya, peredaran kosmetik ini juga mengandung pada pemalsuan merek ternama, logo dipalsukan, dan dibuat sama persis seperti aslinya.5 Contoh kasus lainnya yang terjadi beberapa bulan lalu juga terjadi di daerah Kalianda tepatnya dikota Jeram, bahkan telah dilakukan penyelidikan dan penahanan kepada pelaku usaha yang mengandung kosmetik berbahaya ini selama 2 kali.
Penegakan hukum yang tidak terlalu keras menyebabkan pelaku usaha merasa tidak kapok untuk mengedarkan kosmetik berbahaya yang tidak mengandung izin edar ini. Denda yang tidak terlalu diberatkan kepada pelaku usaha kecil ini pun juga membuat penegakan hukum membuat tidak ditakuti oleh pelaku usaha ini. Oleh karena itu, BPOM menghimbau masyarakat agar berhati-hati membeli produk. Barang yang terdaftar akan memiliki nomor registrasi POM CD diikuti 10 digit
Hasil wawancara dengan Mansur B sebagai Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang, pada tanggal 7 maret 2017, pukul 09.30 WIB
untuk produk dalam negeri. Sedangkan produk luar negeri memiliki nomor registrasi POM CL diikuti 10 digit.
Adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjamin tercapainya perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia. Disinilah peran pemerintah dalam menangani pengawasan peredaran kosmetik di masyarakat. Pemerintah dalam upaya perlindungan konsumen mempunyai peran penting selaku penengah antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan konsumen, agar masing-masing pihak dapat berjalan seiring tanpa merugikan satu sama lain. Pemerintah juga harus bertanggung jawab dalam pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan perlindungan konsumen, untuk menjamin diperolehnya hak konsumen.
Pelaku usaha dalam usaha harus sesuai dengan aturan yang berlaku Pasal 62 ayat (1) menegaskan : “pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dalam Pasal 10 dan Pasal 17 ayat (1) huruf a, dan pasal 18 dipidana dengan penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak 2 miliar rupiah”6
Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah akhirnya menetapkan pembentukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah
6
Non Departemen. Pasal 67 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 20137 menyebutkan bahwa,
BPOM mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berkaitan dengan upaya untuk
meningkatkan perlindungan
konsumen dan pengawasan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan, maka BPOM berusaha melakukan upaya pengawasan dan peringatan kepada pelaku usaha untuk tidak menjual kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan BPOM akan menarik kosmetik tersebut dari peredaran.
Bentuk permasalahan yang ada pada penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya adalah sebagai berikut :
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi lampung?
2. Apakah faktor yang menghambat
penegakan hukum pidana
terhadap pelaku kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi Lampung?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris
7
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden
dan yuridis normatif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan. Data dianalisi secara deskriftif kualitatif untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Untuk mengetahui penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang megandung bahan berbahaya di provinsi lampung, untuk mengeahui faktor-faktor yang menyebabkan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang langkah-langkah apa yang ditempu oleh Kepolisian terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Polda Lampung.
II. PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Usaha Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya
Penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi Lampung yang melanggar Undang-undang Perlindungan Konsumen dan Undang-undang Badan POM, dalam melaksanakan
tugasnya berwenang untuk
melakukan penarikan produk dari
peredaran dan memberikan
peringatan baik dlam jangka waktu tertentu maupun insidentil.8
Penegakan hukum pidana adalah upaya aparat penegak hukum untuk menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi
8
saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan, dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab. Sebagai suatu proses kegiatan yang meliputi berbagai pihak termasuk masyarakat dalam kerangka pencapaian tujuan, adalah keharusan untuk melihat penegakan hukum pidana sebagai sistem peradilan pidana.9
Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses perwujudan ide-ide. Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep hukum yang diharapkan rakyat dapat menjadi kenyataan. Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal.10
Salah satu kasus yang terjadi terjadi di daerah Kalianda tepatnya dikota Jeram, bahkan telah dilakukan penyelidikan dan penahanan kepada pelaku usaha yang mengandung kosmetik berbahaya ini selama 2 kali. Yang awalnya hanya dilakukan penyitaan saja. Setelah bebrapa lama pengadilan menerima berkas perkara lagi akhirnya dilakukan penahanan. Bukan hanya bahan berbahaya yang terkandung didalamnya tapi juga
9
Mardjono Reksodiputro, 1994, sistem Peradilan Pidana, Pusat Keadilan dan Pengadilan Hukum, Jakarta, hlm. 76
10
Dellyana,Shant. 1998, Konsep Penegakan Hukum, PT:Liberty. Yogyakarta. hlm.32
menirukan merek ternama, dan memalsukan logo.11
Pada kasus pelaku usaha yang menyalahgunakan tindak usahanya ini harus diberikan hukum yang sesuai dengan undang-undang atau pertauran yang ada, agar menimbulkan efek jera bagi pelaku
usaha yang sudah pernah
mendapatkan sanksi penyitaan, agar bisa menjadi contoh dan tolak ukur bagi pelaku kosmetik yang mengandung bahan berbahaya lainnya agar tidak melanjutkan usaha ilegalnya tersebut.
Keinginan manusia untuk selalu tampil cantik dan ketidaktahuan konsumen akan efek samping yang ditimbulkan dari kosmetik mengandung bahan berbahaya bisa dijadikan suatu alasan mereka untuk masih tetap menggunakan kosmetik tersebut, dan kesempatan itulah yang menjadikan pelaku usaha yang tidak
bertanggung jawab dengan
memproduksi ataupun
memperdagangkan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau kosmetik ilegal tersebut yang dapat merusak kesehatan sehingga dapat merugikan kesehatan konsumennya.
Memproduksi kosmetik harus mengikuti aturan-aturan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor
HK.00.05.4.1745 Pasal 5 yang menyebutkan bahan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
11
a) Bahan yang diizinkan digunakan
dalam kosmetik dengan
pembatasan dan persyaratan penggunaan sesuai dengan yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran 1.
b) Zat warna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik sesuai
dengan yang ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam lampiran 2.
c) Zat pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan persyaratan penggunaan dan kadar maksimum yang diperbolehkan dalam produk akhir sesuai dengan yanag ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran 3.
d) Bahan tabir surya yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan persyaratan kadar maksimum dan persyaratan lainnya sesuai engan yang ditetapkan sebagaiman tercantum dalam lampiran 4.
Sesuai Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dapat menjamin tercapainya perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia. Disnilah peran pemerintah dalam menangani pengawasan peredaran kosmetik di masyarakat. Pemerintah dalam upaya perlindungan konsumen mempunyai peran penting selaku penengaah antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan konsumen, agar masing-masing pihak dapat berjalan seiring tanpa merugikan satu sama lain.12
Pengertian Kosmetik sendiri atau yang bisa disebut juga dengan Kosmetika berasal dari kata kosmein
(Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud meningkatkan kecantikan.
Dapat disimpulkan bahwa kosmetik adalah bahan yang digunakan untuk mempercantik diri, membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak bermaksud
untuk menyembuhkan atau
mengobati suatu penyakit.
Disimpulkan pula bahwa kosmetik ilegal adalah kosmetik yang tidak memiliki izin edar dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan baik dibuat di Indonesia atau diluar negeri dan tidak sesuai dengan ketentuan baik persyaratan mutu, kemanaan, kemanfaatan, dan dapat merugikan masyarakat.13 Dalam kerangka sistem peradilan pidana, peran aparatur penegak hukum, khususnya penyidik sangat strategis, penyidik merupakan pintu gerbang utama dimulainya tugas pencarian kebenaran materiil kaarena melalui proses penyidikan sejatinya upaya
penegakan hukum mulai
dilaksanakan. Dalam rangka penanganan tidak pidana peredaran kosmetik ilegal ini sendiri, maka
13
untuk tahap penyidikan jika ada indikasi terjadinya tindak pidana peredaran kosmetik ilegal, penydikan dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) balai besar pengawas obat dan makanan di Bandar Lampung tepatnya Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan.14
Berikut adalah tahapan penyidikan yang telah dilakukan oleh BBPOM kepada pelaku-pelaku usaha, yaitu : 1. Melaksanakan pemeriksaan di
Tempat Kejadian Perkara (TKP) Jika ada temuan kasus kosmetik ilegal, maka selanjutnya PPNS BBPOM di Bandar Lampung mengeluarkan Surat Perintah Penyidikan dengan Nomor SPP/04/BBPOM/PPNS/VI/201 yang dikeluarkan oleh Kepala Balai. Di dalam surat perintah penyidikan tindak pidana di bidang obat dan makanan, selain itu juga memuat tersangka beserta alamatnya.
2. Penggeledahan
Penggeledahan dilakukan untuk mengumpulkan fakta dan bukti yang erat kaitannya dengan tindak pidana. Pelaksanaan penggeledahan dalam penyidikan ini dikakukan dengan Surat Perintah Penggeledahan.
3. Penyitaan Barang Bukti
Setelah dilakukan
penggeledahan, barang bukti yang ditemukan kemudian disita sebagai barang bukti, tindakan penyitaan ini biasanya dilakukan
bersamaan dengan
penggeledahan.
14
Hasil wawancara dengan Firdaus Umar, S.Si,Apt sebagai Kepala Bidang Pemeriksaan dan Penyidikan BPOM Kota Bandar Lampung, tanggal 15 maret 2017, pukul 15.15 WIB
4. Meminta persetujuan/penetapan kepada pengadilan negeri setempat
Setelah melakukan
penggeledahan maka tindakan selanjutnya PPNS BBPOM meminta persetujuan/penetapan kepada Pengadilan Negeri setempat.
5. Pemeriksaan terhadap tersangka Pemeriksaan terhadap tersangka yang dilakukan oleh PPNS BBPOM di bandar Lampung. Pada saat tersangka diperiksa tersangka diperbolehkan untuk didampingi oleh penasehat hukum mereka.
6. Gelar perkara pelanggaran tindak pidana
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap tersangka maka selanjutnya tindakan lain sesuai dengan ketentuan KUHAP, yaitu: a. Pembuatan Surat Tanda Terima Barang Bukti. Surat ini dibuat bersamaan dengan berita acara penggeledahan dan penyitaan. Ini adalah tanda telah diterimanya barang bukti dari tersangka sebagai pemilik atau pihak yang menguasai barang yang dijadikan barang bukti dalam tindak pidana pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau tidak mempunyai izin edar.
segera diserahkan kepada jaksa penuntut umum.15
7. Menyerahkan Berkas Perkara kepada Jaksa Penuntut Umum melalui Penyidik Polri
Setelah semua langkah-langkah penyidikan yang diuraikan diatas selesai dilakukan maka tugas PPNS
BBPOM di Bandar Lampung
selanjutnya adalah menyelesaikan administrasi atau dengan kata lain melakukan pemberkasan penyidikan. Berkas perkara penyidikan selanjutnya diserahkan PPNS BBPOM kepada jaksa penuntut umum.16
Pada awal bulan januari 2017 lalu, Kepala Balai Besar POM Bandar Lampung Setia Murni mengatakan berhasil menemukan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya, yang masih banyak beredar di pasar-pasar. Kosmetik yang berbahaya termasuk obat dan makanan yang berbahaya ini juga didapat dari berbagai daerah di Lampung. Hampir di semua Kabupaten kota ditemukan. Karena itu, ia menghimbau bahwa masyarakat berhati-hati memilih kosmetik dan disesuaikanlah dengan kebutuhan. Penggunaan kosmetik yang tidak mengandung bahan berbahaya saja jika digunakan terlalu sering atau terlalu berlebihan akan menimblkan efek negatif, apa lagi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya ini jika digunakan, pasti sengat berdampak buruklah bagi kesehatan.
15
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
16
http://pom.co.id/
B. Faktor-faktor yang
Menghambat Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Usaha Kosmetik yang
Mengandung Bahan
Berbahaya
Setiap proses penegakan hukum terhadap sesuatu tindak pidana tentu tidak terlepas dari segala sesuatu yang bersifat menghambat dalam pelaksanaanya. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah sebagai berikut :
a. Faktor hukumnya sendiri (Undang-undang)
b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum c. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum d. Faktor masyarakat yakni
lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan e. Faktor kebudayaan
Begitu juga dengan proses pelaksanaan penegakan hukum pada pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau kosmetik ilegal ini. Hambatan itu pasti ada, bisa dari faktor internal juga dari faktor eksternal. Kelima faktor tersebut saling berkaitan, dengan demikian kelima faktor tersebut akan dijelaskan lenih lanjut dengan mencontohkan kasus-kasus yang terjadi di lingkungan masyarakat sekitar.
1. Undang-undang
Dalam menjatuhkan kebijakan yang berhubungan dengan pemberian sanksi kepada pelaku usaha. Peraturan yang masih ada krang tegas mengatur batas sejauh mana pelaku usaha harus diteruskan perkaranya ke
pemberian sanksi hanya berupa pengawasan dan pembinaan oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM).17
Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Mengenai berlakunya Undang-undang tersebut mempunyai dampak positif.
Asas-asas tersebut antara lain : a. Undang-undang tiak berlaku
surat.
b. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa lebih tinggi. c. Mempunyai kedudukan yang
lebih tinggi pula.
d. Undang-undang yang bersifat
khusus menyampingkan
Undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama.
e. Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan Undang-undang yang berlaku terdahulu.
f. Undang-undang yang tiak dapat diganggu gugat.
g. Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi, melalui
pelestarian ataupun
pembaharuan.18
17
Hasil wawancara dengan AKBP Budiman Sulaksono sebagai kepala kepolisian daerah lampung DIR RESKRIMSUS, ppada tanggal 9 Maret 2017, pukul 10.15 WIB. 18
Satjipto Raharjo, 1980, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, hlm.15.
2. Aparatur Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan
golongan panutan dalam
masyarakat, yang hendaknya
mempunyai
kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasis masyarakat.
Mereka harus dapat
berkomunikasi dan mendapati pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu menjalankan atau membawakan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Didalam faktor penegak hukum ini pasti lebih banyak hambatan atau kendala yang dijumpai dalam proses pelaksanaan penegakan hukum terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya ini.
3. Faktor Sarana dan Fasilitas
Sarana dan fasilitas mempunyai peran yang sangat penting dalam penegakan hukum. Penegak hukum pasti akan bekeja dengan baik jika ada sarana dan fasilitas yang menunjang, disinlah peran pemerintah juga sangat penting untuk memperhatikan kinerja daan prasarana dari usaha penegakan hukum itu sendiri.19
Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin
aparatur penegak hukum
menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual khususnya untuk sarana atau fasilitas tersebut.
4. Faktor Masyarakat
Penegakan hukum itu sendiri berasal dari masyakat, dan
19
bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam masyarakat. Penulis menganalisis bahwa faktor masyarakat yang menjadi penghambat penanggulan tindak pidana bahaya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya yaitu rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana dan kepada siapa mencari perlindungan hukum terhadap bahaya kosmetik ilegal ini. Faktor lainnya kurangnya pengawasan masyarakat, dan penegak hukumnya sendiri.
Penulis juga berpendapat bahwa penggunaan kosmetik untuk saat ini telah menjadi kebutuhan manusia bisa dianggap sebelah mata lagi, dan sekarang semakin terasa bahwa kebutuhan adanya kosmetik yang beraneka bentuk dengan ragam warna dan
keunikan kemasan serta
keunggulan dalam memberikan fungsi bagi konsumen menuntut industri kosmetik untuk semakin
terpicu mengembangkan
teknologi yang tidak saja mencakup peruntukkannya dari kosmetik itu sendiri namun juga
kepraktisannya didalam
penggunaannya.
Faktor penghambat Penegakan Hukum menjadi tolak ukur bagi masyarakat untuk merasakan suatu keadilan. Mengenai kasus
kosmetik ilegal dimana
masyarakat sangat berperan aktif dalam masalah penegakan hukum, maksudnya masyarakat harus mendukung secara penuh dan bekerja sama dengan para penegak hukum dalam usaha penegakan hukum.
5. Faktor Kebudayaan
Penulis menganalisis bahwa faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di provinsi lampung ada 2 (dua) faktor, yang pertama yaitu, kurangnya perhatian masyarakat terhadap produk khususnya kosmetik yang mengandung bahan berbahaya atau kosmetik ilegal, dan
kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap bahaya penggunaan kosmetik uang digunakan dalam penggunaan sehari-hari.
Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perilakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang.
III. PENUTUP
A.Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut : 1. Penegakan hukum pidana
terhadap pelaku usaha kosmetik
yang mengandung bahan
berbahaya pada tahap Formulasi adanya Peraturan perundang-undangan sesuai ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 pasal 62 ayat (1) bahwa pelaku usaha yang melanggar
ketentuan sebagaiamana
Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), dan sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan dpat
menjamin tercapainya
perlindungan hukum bagi konsumen di Indonesia. Pada tahap Aplikasi terdapat pihak kepolisian dalam hal ini Polda Lampung melakukan tindakan
yang diperlukan untuk
menyelesaikan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dengan melakukan tahap yaitu, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pengumpulan barang bukti, penyitaan, lalu diajukan ke Pengadilan. Selanjutnya tindak pidana itu akan diperiksa, diadili, dan diputus oleh Majelis Hakim. Pada tahap Eksekusi akan dilakukan penahanan. Diberikan jukuman bisa kurungan penjara dan pidana denda.
2. Faktor-faktor penghambat dalam
penegakan hukum pidana
terhadap pelaku usaha kosmetik
yang mengandung bahan
berbahaya di Provinsi Lampung yang paling berdampak adalah faktor peran aparatur penegak hukum dan faktor masyarakat. Keterangan pelaku yang mengaku mereka (pelaku usaha) hanyalah sebagai penjual kecil biasa yang tidak mengetahui apa saja bahan yang terkandung dalam kosmetik tersebut dan pelaku usaha tersebut memberi kesaksian bahwa mereka adalah penjual dari tangan ke tangan bukan sebagai pabriknya menjadi hambatan untuk peran penegak hukumnya snediri untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Dan faktor masyarakat
juga berperan banyak untuk penegakan hukum terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya ini,
yaitu dengan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang bahayanya penggunaan kosmetik baik legal maupun ilegal, dan dengan bagaimana dan kepada siapa mencari perlindungan hukum terhadap bahaya kosmetik ilegal ini masyarakat masih minim pengetahuan. Dan kurangnya pengawasan masyarakat kepada dampak bahaya dari penggunaan kosmetik yang mengandung bahan berbahaya yang dijual dipasar-pasar.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya Aparat penegak hukum disarankan untuk lebih tegas dalam menanggulangi tindak pidana terhadap pelaku usaha kosmetik yang mengandung bahan berbahaya di Provinsi Lampung, dan lebih adil untuk menegakan hukum walaupun hanya pelaku usaha kecil atau pedagang kaki lima dengan tahap formulasi, aplikasi, maupun eksekusinya. Agar terciptanya rasa aman pada masyarakat khususnya wanita yang lebih berperan untuk menggunakan kosmetik dalam aktivitas sehari-hari.
sosialisasi kepada masyarakat khususnya wanita mengenai hukum produk kosmetik atau bahan-bahan kosmetik yang sering digunakan sehari-hari agar masyarakat lebih mengetahui dampak-dampak dari penggunaan kosmetik dan bahaya dari penggunaan nya tersebut. Masyarakat itu sendiri pun diharapkan untuk lebih berhati-hati dan teliti dalam membeli dan menggunakan kosmetiknya itu sendiri, dan lebih peka terhadap bahaya penggunaan kosmetik ilegal yang beredar di pasar-pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Putriyanti. Dian. 2009 100% Cantik.
Best Publisher. Yogyakarta.
Raharjo, Satjipto. 1980. Hukum dan
Masyarakat. Angkasa.
Bandung.
Reksodiputro, Mardjono. 1994.
Pusat Keadilan dan
Pengadilan Hukum. Pusat
Keadilan dan Pengabdian Hukum. Jakarta.
Sasongko, Wahyu. 2016.
Ketentuan-Ketentuan Hukum Pokok
Hukum Perlindungan
Konsumen. Universitas
Lampung. Bandar Lampung
Shant, Dellyana. 1998. Konsep Penegakan Hukum. Liberty. Yogyakarta.
Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Perubahan ketujuh atas Keputusan Presiden.
Pasal 1 ayat 1 Keputusan Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745.
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
220/Men.Kes/Per/IX/76
Tentang Produksi dan
Peredaran Kosmetika & Alkes.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999.
Undang-undang Perlindungan Konsumen.
http://pom.co.id/
Lampung.tribunnews.com/amp/2017/ 01/ 21/kosmetik-berbahaya-beredar-di-pasar