• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosi Terhadap Keberhasilan Usaha Rumah Makan Nasi Kapau Hj. Uni Emi Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Efikasi Diri dan Kecerdasan Emosi Terhadap Keberhasilan Usaha Rumah Makan Nasi Kapau Hj. Uni Emi Medan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Efikasi Diri

2.1.1 Pengertian Efikasi Diri (Self Efficacy)

Menurut Bandura, dari semua pemikiran yang mempengaruhi fungsi manusia, dan merupakan bagian penting dari teori kognitif sosial adalah efikasi diri (self efficacy). Efikasi diri adalah penilaian diri terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang ditetapkan. Efikasi diri memberikan dasar bagi motivasi manusia, kesejahteraan, dan prestasi pribadi ( Hidayat, 2011:156)

Self-Efficacy merupakan salah satu faktor personal yang menjadi perantara atau mediator dalam interaksi antara faktor perilaku dan faktor lingkungan. Self Efficacy dapat menjadi penentu keberhasilan performansi dan pelaksanaan pekerjaan. Self-Efficacy juga sangat mempengaruhi pola pikir, reaksi emosional, dalam membuat keputusan (Mujiadi, 2003:86).

(2)

Self-efficacy adalah perasaan kita bahwa kita efektif dalam dunia. Telah dihabiskan banyak waktu untuk mendiskusikan tentang self-efficacy, karena melihat betapa pentingnya hal tersebut dalam dunia nyata. Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap kemampuan diri mereka menemukan diri mereka “hilang dalam orang banyak”. Mereka secara tidak sengaja memperlihatkan keraguan mereka, dan teman mereka mendengar, dan belajar untuk mencari nasehat dari yang lainnya (Reivich & Shatte, 2002:42).

Pengertian-pengertian tersebut memberikan pemahaman kepada peneliti bahwa Self-Efficacy adalah sebuah keyakinan subjektif individu untuk mampu mengatasi permasalahan-permasalan atau tugas, serta melalukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.2 Sumber Efikasi diri.

(3)

1. Enactive attainment and performance accomplishment (pengalaman keberhasilan dan pencapaian prestasi)

Yaitu sumber ekspektasi Self-Efficacy yang penting, karena berdasar pengalaman individu secara langsung. Individu yang pernah memperoleh suatu prestasi, akan terdorong meningkatkan keyakinan dan penilaian terhadap Self-Efficacy-nya. Pengalaman keberhasilan individu ini meningkatkan ketekunan dan kegigihan dalam berusaha mengatasi kesulitan, sehingga dapat mengurangi kegagalan.

2. Vicarious experience (pengalaman orang lain)

Yaitu mengamati perilaku dan pengalaman orang lain sebagai proses belajar individu. Melalui model ini Self-Efficacy individu dapat meningkat, terutama jika ia merasa memiliki kemampuan yang setara atau bahkan merasa lebih baik dari pada orang yang menjadi subyek belajarnya. Ia akan mempunyai kecenderungan merasa mampu melakukan hal yang sama. Meningkatnya Self-Efficacy individu ini dapat meningkatkan motivasi untuk mencapai suatu prestasi. Peningkatan Self-Efficacy ini akan menjadi efektif jika subyek yang menjadi model tersebut mempunyai banyak kesamaan karakteristik antara individu dengan model, kesamaan tingkat kesulitan tugas, kesamaan situasi dan kondisi, serta keanekaragaman yang dicapai oleh model.

3. Verbal persuasion (persuasi verbal)

(4)

kesuksesan. Akan tetapi Self Efficacy yang tumbuh dengan metode ini biasanya tidak bertahan lama, apalagi kemudian individu mengalami peristiwa traumatis yang tidak menyenangkan.

4. Physiological state and emotional arousal (keadaan fisiologis dan psikologis). Situasi yang menekan kondisi emosional dapat mempengaruhi Self Efficacy. Gejolak emosi, goncangan, kegelisahan yang mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah yang dialami individu akan dirasakan sebagai suatu isyarat akan terjadi peristiwa yang tidak diinginkan, maka situasi yang menekan dan mengancam akan cenderung dihindari. Empat hal tersebut dapat menjadi sarana bagi tumbuh dan berkembangnya Self-Efficacy satu individu. Dengan kata lain Self-Efficacy dapat diupayakan untuk meningkat dengan membuat manipulasi melalui empat hal tersebut.

2.1.3 Komponen Efikasi Diri

Bandura (1986:78) mengungkapkan bahwa perbedaan Self-Efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi, yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Magnitude (tingkat kesulitan tugas)

(5)

dan ia akan menghindari situasi dan perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

2. Strength (kekuatan keyakinan)

Yaitu berkaitan dengan kekuatan pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan, walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang. Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

3. Generality (generalitas),

Yaitu hal yang berkaitan cakupan luas bidang tingkah laku di mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

(6)

2.2 Kecerdasan Emosi

2.2.1 Defenisi Kecerdasan Emosional

Dalam Sumiyarsih, dkk (2012) menjelaskan bahwa istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi keberhasilan individu. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On (Sumiyarsih dkk, 2012)) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.

(7)

tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja.

Menurut Goleman dalam (Yanuarita,2014:10), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya.

(8)

pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.

Menurut Robbins dan Judge (2009, 335) Kecerdasan emosional (emotional intelligence) adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut pada intinya adalah tema yang mendasari riset kecerdasan emosional akhir-akhir ini. Kecerdasan Emosional terdiri ada lima dimensi:

1. Kesadaran Diri : sadar atas apa yang dirasakan.

2. Manajemen Diri : kemampuan mengelola emosi dan dorongan-dorongan diri sendiri.

3. Motivasi Diri : kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduruan dan kegagalan.

4. Empati : kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain. 5. Keterampilan Sosial : kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.

Menurut Uno (2005:73) kecakapan emosi yang paling sering mengantar orang ke tingkat keberhasilan antara lain :

(9)

2.2.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional

Gardner dalam Yanuarita (2014:11-15) mendefenisikan kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri. Kesadaran diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi.

Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman kesadaran seseorang terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang juga merupakan bagaian dari kesadaran diri. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri yang positif. Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek yaitu :

(10)

2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatankekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.

3. Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri.

b. Mengelola Emosi

Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan. Kemampaun ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.

c. Memotivasi Diri Sendiri

(11)

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan menjadi beberapa komponen utama yaitu :

1. Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan.

2. Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan biologis, seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan memotivasi pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut.

3. Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan.

Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut Goleman optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai jatuh dalam keputusasaan atau depresi saat menghadapi kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam kehidupan. d. Mengenali Emosi Orang Lain

(12)

tersembunyi yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan dan lebih mampu mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan orang mengenai berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera perasaan seseorang sebelumn yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Empati memahami cara-cara komunikasi yang dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri (self awareness) dan kendali diri (self control).

e. Keterampilan Sosial

Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, meyelesaikan perselisihan untuk bekerjasama dalam tim.

(13)

menjalin hubungan, membutuhkan kematangan dua keterampilan emosional lain, yaitu manajemen diri dan empati. Dengan kedua landasan tersebut, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan social yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional

Yanuarita (2014;15) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional.

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu:

Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.

Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor eksternal meliputi :

(14)

Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.

2.2.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional

Robbin dan Judge (2009, 336-337) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :

1. Daya tarik intuitif

Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional. Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri di dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut.

2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting

(15)

3. EI Berbasis Biologis

Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orangorang dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg tidak memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis secara neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan ukuran-ukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan membuat keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yanglebih sehat dalam hal ini.

Dalam Robbin dan Judge (2009, 336-337) juga menjelaskan bahwa kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu : 1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar

2. EI Tidak Dapat Diukur

3. Validitas EI Masih Dipertanyakan

2.3 Keberhasilan Usaha

2.3.1 Defenisi Keberhasilan Usaha

(16)

benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.

Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat, keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota dari perusahaan tersebut bertambah.

Menurut Anoraga dalam Sazali (2011), keberhasilan usaha dapat tercapai jika memiliki persiapan yang matang, yaitu dengan menyiapkan rencana usaha. Rencana usaha dapat menjadi acuan dalam semua aktivitas yang akan dilaksanakan usaha tersebut, apapun jenis usaha yang dilakukan. Suryana (2006:7) menggambarkan seorang yang berhasil berwirausaha sebagai orang yang mampu menggabungkan nilai, sifat utama dan sikap dengan modal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktik.

Keberhasilan suatu usaha ditunjukkan dengan adanya hubungan yang signifikan antara keuntungan, jumlah penjualan dan pertumbuhan yang dimiliki usaha tersebut (Dalimunthe dalam Tanjung, 2012). Suatu usaha yang baik dapat terus tumbuh dan berkembang jika memiliki sensitivitas yang baik terhadap perubahan yang terjadi, adaktif, memiliki rasa kebersamaan dan rasa saling memiliki terhadap identitas usaha yang dijalankan, memiliki toleransi sehingga mampu terbuka pada setiap peluang yang ada dan pada umumnya sangat konservatif (De Geus dalam Situmorang, 2011:83).

(17)

1. Adanya ide serta visi misi yang jelas pada bisnis

2.Membuat perencanaan usaha, pengorganisasian, dan cara menjalankannya. 3. Kemauan dan keberanian menghadapi resiko.

4. Mengembangkan hubungan yang baik kepada semua pihak yang terkait dengan kepentingan usaha.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Menurut Basrowi (2014, 19-26) ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam mencapai keberhasilan usaha yaitu :

a. Motivasi b. Usia

c. Pengalaman d. Pendidikan

Sedangkan menurut Tambunan (2002:14) ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah:

1. Kekuatan modal

2. Kualitas sumber daya manusia 3. Penguasaan teknologi

4. Sistem manajemen

5. Jaringan bisnis dengan pihak luar 6. Tingkat entrepreneurship

Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan usaha adalah sebagai berikut:

(18)

3. Sistem perburuhan dan kondisi perburuhan 4. Tingkat pendidikan masyarakat

5. Lingkungan global

Dari faktor-faktor diatas yang dinilai dominan dalam mempengaruhi keberhasilan usaha mikro adalah faktor internal yaitu tingkat kewirausahaan yang akan membentuk perilaku kewirausahaan dari pengusaha untuk mengelola usahanya menggunakan cara-cara yang berbeda dan lebih efisiensi guna menunjang keberhasilan usaha yang ingin dicapai.

Sumber: Tarigan dan Yenawan (2013)

Gambar 2.1

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha 2.3.3 Faktor Penyebab Keberhasilan Usaha

Keberhasilan hidup pada dasarnya merupakan dambaan setiap orang sehingga orang akan melakukan apa saja untuk mencapainya. Dalam banyak studi, para peneliti mengidentifikasi karakteristik seorang wirausaha yang berhasil sebagai berikut (Basrowi, 2013:21) :

Pendidikan

Pola Pikir Passion

Pareto Perilaku

(19)

a. Komitmen dan ketabahan hati secara total.

b. Bergerak maju untuk mencapai tujuan dan tumbuh. c. Peluang dan orientasi pada tujuan.

d. Mengambil inisiatif dan tanggung jawab pribadi. e. Konsisten terhadap pemecahan masalah.

f. Realisme dan mempuinyai sense of humor.

g. Mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan mencari risiko. h. Memiliki obsesi untuk mendapatkan peluang

i. Memiliki kreatifitas dan fleksibilitas. j. Memiliki kemampuan leadership. k. Selalu terbuka untuk bekerja sama. l. Keinginan untuk belajar dari kegagalan. m. Memiliki motivasi yang besar untuk sukses.

n. Berkemauan dan bekemampuan melihat, megakui dan mengharagai potensi pihak orang lian.

o. Berorientasi pada masa depan.

Menurut Situmorang (2012:84) ada beberapa faktor yang menghambat suatu usaha masuk dalam kategori usaha yang luar biasa, yaitu :

1. Faktor Psikologis

Pemimpin tidak berani mengambil resiko dan cenderung merasa nyaman dengan kondisi yang ada (comfort zone).

(20)

Sumberdaya manusia yang ada tidak merasa tertantang untuk mengembangkan diri, memberikan ide mereka, ataupun melakukan inovasi. Hal ini disebabkan oleh lingkungan perusahaan yang membiasakan hal tersebut. Begitu juga ditambah dengan masalah pengelolaan SDM yang kurang baik.

3. Tekanan dari Pihak Luar

Tekanan eksternal bisa berasal dari keluarga, lingkungan sekitar dan sebagainya.

2.3.4 Indikator Keberhasilan Usaha

Keberhasilan usaha dapat diukur dari berbagai segi diantaranya laba usaha yang berhasil dicapai oleh para pengusaha dalam kurun waktu tertentu. Keberhasilan usaha diidentikkan dengan perkembangan perusahaan. Perkembangan perusahaan adalah proses dalam pertambahn akumulasi modal, jumlah karyawan, volume penjualan ,dan lain-lain. Beberapa indicator dalam menentukan keberhasilan usaha menurut Noor (2007:397) adalah sebagai berikut: 1. Laba (profitability)

Laba merupakan tujuan utama dari bisnis. Laba usaha adalah selisih antara pendapatan dengan biaya.

2. Produktivitas dan efisiensi

(21)

3. Daya saing

Daya saing adalah kemampuan atau ketangguhan dalam bersaing untuk merebut perhatian dan loyalitas konsumen. Suatu bisnis dikatakan berhasil, bila dapat mengalahkan pesaingatau paling tidak masih bias bertahan menghadapi pesaing.

4. Kompetensi dan etika usaha

Kompetensi merupakan akumulasi dari pengetahuan ,hasil penelitian, dan pengalaman secara kuantitatif maupun kualitatif dalam bidangnya sehingga dapat menghasilkan inovasi sesuai dengan tuntutan zaman.

5. Terbangunnya citra baik

Citra baik perusahaan terbagi dua yaitu trust internal dan trust eksternal. Trust internal adalah amanah dari segenap orang yang ada dalam perusahaan sedangkan trust eksternal adalah timbulnya rasa amanah atau percaya dari segenap stakeholder perusahaan, baik itu konsumen, pemasok, pemerintah, maupun masyarakat luas bahkan juga pesaing.

2.3.5 Upaya Mencapai Keberhasilan Usaha

Seorang produsen atau wirausahawan dalam menjalankan uahanya banyak mengalami peristiwa jatuh bangun. Terkadang wirausahawan harus menanggung risiko kerugian, tetapi pada suatu ketika memperoleh keuntungan. Sehingga dalam dunia usaha selalu ada risiko atau ketidakpastian usaha. Untuk mencapai keberhasilan usaha, seorang wirausahawan setidaknya melakukan upaya sebagai berikut (Sunyoto, 2013:93) :

(22)

c. Menaklukan diri sendiri. d. Menerima saran orang lain.

e. Mempunyai keinginan yang kuat untuk selalu belajar. f. Mempunyai motivasi kerja yang tinggi

Selain berpikir positif, seorang wirausahwan dalam menggali peluang pasar setidaknya mempunyai modal utama untuk meraih keberhasilan (Sunyoto,2013:93) yaitu :

1. Pola pikir yang mengarah pada sikap dan kemauan untuk sukses. 2. Kepribadian yang kuat untuk sukses.

(23)

Tabel 2.1 Karakteristik wirausahawan yang berhasil dalam usaha

No. Karakteristik Ciri

1 PercayaDiri Mengandalkan tingkat percaya dirinya yang tinggi dalam mencapai sukses.

2 Pemecahan Masalah Cepa tmengenali dan memecahkan masalah yang dapat menghalangi kemampuannya mencapai tujuans ukses.

3 Berprestasi Tinggi Bekerja keras dan bekerjasama dengan para ahli untuk memperoleh prestasi.

4 Pengambil Risiko Tidak takut mengambil risiko, tetapi akan

Menghindari risiko tinggi jika dimungkinkan.

5 Ikatan Emosi Tidak akan meperbolehkan hubungan emosional yang menggangu sukses usahanya.

6 Tingkat Energy Tinggi

Berdedikasi tinggi dan bersedia bekerja dengan jam kerja yang panjang untuk membangun usahanya.

7 Pengendalian Pribadi

Mengenali arti pentingnya pribadinya bagi kegiatan usahanya.

8 Pemikiran Kreatif Akan selalu mencari suatu cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu di dalam usaha.

9 Pengendalian Diri Mengendalikan semua yang mereka lakukan.

10 Pemilik obyektif Mengakui jika terjadi kesalahan.

(24)

2.3.6 Bentuk Kepemilikan pada suatu usaha

Menurut Madura (2001:35) menyebutkan macam – macam kepemilikan bisnis antara lain :

1. Franchise (waralaba)

adalah suatu pengaturan perjanjian dimana seorang pemilik bisnis memperbolehkan pemilik bisnis lain memakai merek dagangnya atau hak ciptanya, dalam kondisi tertentu. Setiap Universitas Sumatera Utara 21 waralaba menjalankan operasi bisnisnya secara mandiri dan biasanya dimiliki oleh pengusaha perseorangan.

2. Milik Sendiri

Pemilik perusahaan perseorangan disebut pengusaha perseorangan. Pengusaha perseorangan mendapatkan pinjaman dari kreditor untuk membantu operasional perusahaan, tetapi pinjaman ini tidak menggambarkan kepemilikan. Pengusaha perseorangan wajib membayar sendiri semua utang akibat pinjaman, tetapi tidak perlu membagi keuntungan kepada kreditor. 3. Cabang

Bentuk kepemilikan cabang disebut juga kemitraan yaitu mitra usaha yang tanggung jawabnya terbatas kepada modal atau properti yang dikontribusikan kepada perusahaan kemitraan tersebut.

2.3.7 Pengertian Usaha Kecil

(25)

yang ada dalam kegiatan usaha tersebut, dan biasanya hanya mempekerjakan tidak lebih dari lima puluh orang.

Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda di benak masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada sebagian benak orang sebuah toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es yang menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang Universitas Sumatera Utara 22 menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi. Sebenarnya bukan hal-hal seperti itu. Usaha kecil adalah jika memiliki sepuluh gerobak untuk berjualan roti atau es, dan bahkan toko kelontong yang mempunyai dua atau tiga bahkan lebih cabang.

Definisi UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap. UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah usaha skala kecil yang menggunakan kurang dari 5 (lima) orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap tenaga kerja antara 5 (lima) hingga 19 (sembilan belas) orang.

(26)

kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan dengan seni dan budaya (Anoraga, 2002:45)

Analisis Hasil Penelitian PetrikaFitri

1. Secara parsial pengetahuan

1.Efikasi diri dan motivasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

Keberhasilan usaha pada pemilik took pakaian di Pusat Grosir Metro Tanah

(27)

Lanjutan Tabel

Analisis Hasil Penelitian Jeffrey M.

(28)

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran bertujuan untuk mengemukakan secara umum mengenai objek penelitian yang dilakukan dalam kerangka variabel yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu self efficacy dan kecerdasan emosi sebagai variabel bebas dan keberhasilan usaha sebagai variabel terikat.

Berikut pengertian yang disimpulkan oleh penulis dari variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini.

2.4.1 Pengaruh Efikasi diri terhadap Keberhasilan Usaha

Self-Efficacy adalah sebuah keyakinan subjektif individu untuk mampu mengatasi permasalahan-permasalan atau tugas, serta melalukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.. Wirausaha yang memilki Self efficacy yang tinggi melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima oleh orang lain disekitarnya. Kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang yang didalamnya terdiri dari berbagai kemampuan untuk memotivasi diri, beradaptasi, mengendalikan dorongan hati dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain. Ketika seorang wirausahawan memiliki kebebasan dalam menentukan arah keberhasilannya, meraka akan lebih merasa puas karena hasil kerja dan pemikiran meraka sendiri yang menjadikan mereka berhasil.

2.4.2 Pengaruh Kecerdasan Emosi terhadap Keberhasilan Usaha

(29)

kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurutnya koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya.

Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.

Astamoen (2005:251) Keberhasilan usaha adalah suatu proses dari seseorang dalam mencapai tujuan atau prestasi dengan cara yang terbaik dan benar sehingga mencapai keberhasilan. Di dalam proses termasuk resiko yang harus dihadapi bahkan kegagalan yang harus dialami.

(30)

Sumber : (Bandura, 1986) (Hidayat, 2011) (Yanuarita, 2014), (Astamoen, 2005)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Efikasi diri (X1)

Kecerdasan emosi (X2)

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha
Tabel 2.1 Karakteristik wirausahawan yang berhasil dalam usaha
Tabel 2.2 Penelitian terdahulu
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

〔商法一ニ九〕手形金の一部に関する原因債務不存在といわゆる二重無権の抗弁東京地裁昭和四 六年ニ月一二日判決 倉沢, 康一郎Kurasawa,

Artinya orang tua peserta didik memiliki status sosial yang cukup mampu membiayai anak disekolah, terdapat pengaruh positif signifikan antara status sosial

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SATUAN KERJA PENGEMBANGAN LLASDP JAWA

Sistem yang sudah jadi akan dilakukan uji coba untuk mengetahui aturan yang dibuat apakah sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu dapat memilih musuh yang

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu

Setelah Anda masuk di Paramadina e-Learning, maka Anda dapat mengakses link Mata Kuliah (course) yang Anda ambil ( Gambar 7 ), dengan cara me-klik program studi di

Berpikir reflektif ( reflective thinking ) siswa SD berkemampuan matematika tinggi dalam pemahaman masalah pecahan. Prosiding seminar nasional matematika dan