• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hotel Ekonomis (Budget Hotel) di Kualanamu Arsitektur Hemat Energi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hotel Ekonomis (Budget Hotel) di Kualanamu Arsitektur Hemat Energi"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul

Judul proyek ini adalah Hotel Ekonomis (Budget Hotel) di Kuala Namu Arsitektur Hemat Energi. Hotel Ekonomis di Kuala Namu terdiri dari 3 kata dengan pengertian yang berbeda sebagai berikut:

Hotel ialah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola secara komersil. (Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT 1987)

Ekonomis ialah kata yang berhubungan dengan pengeluaran uang, penggunaan barang, bahasa bahkan waktu secara hati-hati/ hemat.

Kuala Namu merupakan sebutan sebuah kawasan di sekitar Bandara Kuala Namu, yaitu terletak di sekitar kecamatan Beringin, kecamatan Batang Kuis dan kecamatan Pantai Labu.

Jadi Hotel Ekonomis di Kuala namu merupakan suatu akomodasi sebuah penginapan di sekitar bandara Kuala Namu dengan berstandar bintang satu dengan ketentuan harga penginapan yang murah.

2.2 Ttinjauan Umum Proyek

2.2.1 Studi Banding Proyek dengan Fungsi Sejenis

(2)
(3)
(4)
(5)

Gambar 2.4Gambar Perancangan Bali Hotel Sumber: Internet

(6)

kebutuhan penginapan yang diintegrasikan dengan lokasi, aksesibilitas, feasibilitas serta kenyamanan dan keamanan penginapan.

2.3 Lokasi Perancangan

Hotel Ekonomis akan dibangun di lokasi yang strategis dan berada di kawasan bandara Kuala Namu, berada di kecamatan batang kuis tepatnya dekat dengan simpang perbatasan jalan utama bandara dengan jalan batang kuis, serta dekat dengan berbagai sarana dan fasilitas pendukung lainnya seperti mesjid, rumah makan, indomaret, pasar sore, dan pertokoan komersil lainnya.

2.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Tabel 2.1 Syarat Pemilihan Lokasi

No. Kriteria Lokasi

1 Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan dekat dengan bandara Kuala namu, dan jalan besar bandara, batang kuis dan kayu besar, serta dekat dengan pusat transportasi umum

2 Pencapaian

Akses pencapaian terdapat angkutan umum dan pribadi dari badan jalan masih terjangkau serta pengaturan jalan masih dapat dikontrol dengan baik 3 Ukuran Lahan

Ukuran lahan mencukupi kebutuhan ruang secara fungsional beserta fasilitas-fasilitas yang direncanakan (maksimal 1500m2)

4 Kemudahan Entrance Entrance menuju dan keluar tapak mudah diakses oleh pengguna dan pengunjung hotel

5 Kontur Tapak Kontur tapak relatif datar untuk memudahkan akses pencapaian dan pergerakan aktivitas transportasi

Sumber : Pribadi, 2016

(7)

Gambar 2.5Peta pencapaian site ke jalan besar sekitarnya disertai dengan jarak dan tempuh

(8)

2.3.2 Alternatif Pemilihan Lokasi

Gambar 2.6Peta Kawasan Kabupaten Deli Serdang dan Kecamatan Sumber: Internet

Gambar 2.7Peta Struktur Kota sekitar Alternatif Site Sumber: Internet

(9)

(berada di timur kawasan kec. Batang Kuis), kecamatan Pantai Labu (berada di utara kawasan kec. Batang Kuis), kecamatan Percut (berada di barat kawasan kec. Batang Kuis), serta Kota Medan yang memiliki akses terdekat dan tercepat dari dan ke kec.

Batang Kuis.

Gambar 2.8Peta Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Kuala Namu dan Sekitarnya

Sumber: Internet

(10)

2.3.3 Area Pelayanan

Gambar 2.9Peta Pencapaian ke Lokasi Site Sumber: Pribadi

Lokasi site dapat dicapai dari Jalan Bandara dengan Jalan Bantang Kuis. Jalan bandara merupakan jalan kolektor dan Jalan Batang Kuis merupakan jalan lingkungan. Keduanya memiliki jumlah kendaraan yang berlalu lalang banyak terutama pada jam-jam tertentu.

(11)

Gambar 2.10Peta Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Provinsi Sumatera tara Tahun 2003-2018.

Sumber: Internet

(12)

Gambar 2.11Peta kawasan Daerah Tujuan Wisata (DTW) terhadap site. Sumber: Internet

Gambar peta diatas merupakan area pelayanan kabupaten yang memiliki DTW sebagai tujuan wisata wisatawan yang berkunjung melalui Bandara Kuala Namu.

Adapun DTW yang ada di Sumatera Utara adalah sbb: 1. Kabupaten Deli Serdang

1) Kota Medan (bangunan bersejarah seperti Istana Maimun, Kantor Pos, Tjong A Fie, dll; Situs Kota Cina, Danau Siombak, Asam Kumbang, dll)

2) Pemandian Alam Lau Sigembur 3) Pemandian Alam Pantai Kasanova 4) Taman Hutan Wisata Sibolangit 5) Pemandian Alam Sembahe 6) Pemandian Alam Pulo Sari

7) Pemandian Alam Pantai Sari Laba Biru Indah 8) Objek Wisata Gua dan Air Panas Penen 9) Pemandian Bendungan Namurambe 10)Pemandian Alam Loknya

11)Danau Linting

12)Air Terjun Dua Warna 13)Pantai Muara Indah

4. Kabupaten Samosir dan Toba  Danau Toba

5. Kabupaten Serdang Bedagai  Pantai Cermin

(13)

Lokasi lahan terletak di jalan Bandara Kuala namu dekat dengan persimpangan Jl. Batang Kuis-Kuala Namu. Batas-batas site:

Sebelah Timur : Rumah Penduduk Sebelah Selatan : Jl. Pringgan Sebelah Barat : Rumah Penduduk Sebelah utara : Pertanian sawit

Luas lahan : 1 ha. (10000m2) Kontur : Relatif rata GSB : 2.5 m

Jarak dari pusat kota: dari Medan-Tembung-Batang Kuis-Aras Kabu-Lubuk Pakam-Kuala namu sepanjang 33,8km.

Pemilik : Persero Ketinggian maksimum : 46m Lantai : 9 lantai maksimal

Motel = tempat menginap yang didesain untuk pengunjung bermotor, terletak disamping jalan, memiliki fasilitas yang minim dan area parkir yang cukup untuk kendaraan bermotor. Tempat menginap tidak lebih dari 1 lantai.

Hostel = tempat menginap yang ideal untuk backpackers dan budget travelers, fasilitas akomodasi murah, pengunjung biasanya berbagi ruang tidur dan terdapat fasilitas komunal.

(sumber: Architect Handbook by Fred Lawson)

(14)

5. Area laundry

(sumber: Architect Handbook by Fred Lawson)

Jumlah parkir (khusus untuk perhitungan hotel bintang 1/ budget hotel) = /10 unit kamar

Total = 9 = 19 parkir mobil (minimal)

(sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Ir. Jimmy S. Juwana, MSAE)

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) = 70%

Koefisien Dasar hijau (KDH) = 100% - (KDB + 20%KDB)

Garis Sepadan Bangunan (GSB) = jalan + 1 = x3 + 1 = 2.5

Garis Sepadan Belakang = 2 m

Garis Sepadan Samping = 1 m

Tinggi maksimum = 46m (9lantai)

(sumber: Perda No. 6 Tahun 2011, Deli Serdang)

(15)
(16)

Gambar 2.12PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN TERTENTU BUPATI DELI

SERDANG.

(17)

Gambar 2.12PERATURAN DAERAH KABUPATEN DELI SERDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN TERTENTU BUPATI DELI

SERDANG.

Sumber: UUD

2.4 TINJAUAN KELOMPOK DAN PELAKU KEGIATAN 2.4.1 Deskripsi Kegiatan Pengguna

Deskripsi pengguna

(18)

Yaitu sekelompok orang atau perorangan yang mengunjungi fasilitas ini adalah orang yang menginap di hotel dengan tujuan utama sebagai tempat beristirahat dengan mempertimbangkan harga dan kebutuhan utama selama berkunjung. Kegiatan pengguna yang beristirahat di hotel ini adalah sebagai turis, atau untuk melakukan kegiatan bisnis.

b. Kelompok pengelola

Yaitu sekelompok orang atau badan yang mengelola dan bertanggung jawab atas segala kegiatan yang berlangsung dalam hotel yang mengatur segala operasional, keamanan maupun maintenance.

Tabel 2.2 Tabel Deskripsi Pengguna

Tamu Pengguna Kamar

Fungsi Kegiatan Sifat Ruang

Service Memarkirkan kendaraan PB R. Parkir

Service Mengurus administrasi PB Resepsionis, lobby Hunian Tidur, istirahat PR Kamar Tidur Service Mandi, buang air, sikat gigi PR Toilet/ KM

Fasilitas Makan, minum SP Ruang makan/santai Fasilitas Bersantai, nonton TV SP Ruang makan/santai

Karyawan Hotel

Fungsi Kegiatan Sifat Ruang

Service Parkir SP R. Parkir

Service

Bekerja/mengurus administrasi, mengantar koper/barang bawaan tamu

SP Resepsionis, lobby, kamar tamu

Service

Bekerja mengurus dapur, menyiapkan makanan, mengantar makanan, mengambil dan mencuci piring, loading barang, mencatat barang dan menyimpan perlengkapan dapur

PR

(19)

Service

Membersihkan ruangan kamar, mengambil dan mencuci laundry, menjemur dan melipat kemudian mengembalikan laundry ke tamu, membuang sampah, mengurus keperluan kamar dan mencuci sprei tempat tidur

Mengatur operasional hotel, keuangan, dan mengontrol karyawan

PR R. Manajer

Service Mengatur sistem mekanika elektrikal hotel, plumbing, ac dsb PR

R. Operasional teknis, semua ruangan hotel

Fasilitas Makan, Minum, menyimpan

brang bawaan, istirahat PR R. Loker

Service Buang air PR Toilet

Sumber: Pribadi

2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Standar Ruang Keterangan Sumber:

NAD : Neufert, Ernest. 1992. Data Arsitek, jilid 1 dan 2. Erlangga. Jakarta

TS : De Chiara, joseph, and John Calender. 1973. Time Saver Standard

for Building Types. McGraw Hill Book Company. New York. SBT : Sistem Bangunan Tinggi

(20)

 Untuk parkir kendaraan mobil dan beroda dua diasumsikan dari jumlah parkir untuk servis dan pengelola.

Tabel 2.3 Tabel Deskripsi Ruang

(21)

jlh kamar

Jenis Kelompok Ruang Luasan (m2)

Ruang Hunian Tamu 4674.8

Area Publik 1378

Area Servis 1067.95

Area parkiran 2070

Total Luasan Bangunan 7120.75

(22)

Sumber: Pribadi

2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang a. Unit Hunian

Unit hunian harus memperhatikan standar tingkat kenyamanan dan keamanan bagi penghuni hotel.

b. Fasilitas

Fasilitas pendukung hunian hotel hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan penghuni akan bersosialisasi, bersantai, dan menikmati hidangan yang disajikan hotel.

c. Kantor Pengelola

Kantor pengelola harus memperhatikan fleksibilitas dan standar bagi para pekerja.

d. Servis

Area servis harus ditata sesuai standar agar tidak menggaggu keselamatan dan kenyamanan bagi penghuni, serta memperhatikan fleksibilitas untuk perawatannya.

2.4.3.1. Klasifikasi Hotel

Klasifikasi hotel berdasarkan sistem penjualan harga kamar, di mana harga kamar yang dijual hanya harga kamar saja atau merupakan sistem

Hotel dengan perencanaa biaya termasuk harga kamar dan harga makan, terbagi dua:

 Full American Plan (FAP) : Harga termasuk tiga kali makan sehari  Modified American Plan (MAP) : Harga termasuk dua kali makan

(23)

c. Continental Plan Hotel

Hotel dengan perencanaan harga kamar sudah termasuk dengan continental breakfast

d. Bermuda Plan Hotel

Hotel dengan perencanaan harga kamar yang sudah termasuk dengan American Breakfast

2. Ukuran Hotel a. Small Hotel

Hotel dengan jumlah kamar maksimal 25 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan rendah.

b. Medium Hotel

Hotel dengan jumlah kamar sekitar 29-299 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan sedang.

c. Large Hotel

Hotel dengan jumlah kamar minimun 300 kamar. Hotel ini biasanya dibangun di daerah dengan angka kunjungan tinggi.

3. Tipe tamu Hotel a. Bussiness Hotel

Merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomoasi tamu yang mempunyai tujuan berbisnis. Hotel seperti ini memerlukan berbagai macam fasilitas seperti olah raga, bersantai, jamuan makan ataupun minum, fasilitas negosiasi dengan mengedepankan kenyamanan dan privasi yang tinggi. Selain itu standart luas ruang pertemuan juga perlu dipertimbangkan.

b. Pleasure Hotel

Merupakan hotel yang sebagian besar fasilitasnya ditujukan untuk memfasilitasi tamu yang bertujuan berekreasi. Sebagai fasilitas pendukung aktivitas rekreasi, hotek seperti ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk bersantai dan relaksasi baik itu unutk krgiatan outdoor ataupun indoor.

(24)

Merupakan hotel khusus bagi tamu antar negara. Hotel seperti ini sangant memerlukan privasi dan kemanan yang sangat tinggi. Biasanya lokasi hotel tersebut berada di pusat kota agar dekat dengan pusat pemerintahan suatu negara, atau berada jauh dari pusat kota tetapi lokasi tersebut mempunyai nilai lebih seperti pemandangan yang indah sehingga tamu daapt beristirahat dengan nyaman.

d. Sport Hotel

Merupakan hotel yang fasilitasnya ditujukan terutama untuk melayani tamu yang bertujuan untuk berolahraga. Untuk fasilitas sport hotel hampir sama dengan fasilitas pleasure hotel, hanya saja untuk fasilitas olah raga lebih ditonjolkan, tidak hanya sekedar fasilitas olah raga untuk berekreasi TELfasilitas untuk berekreasi juga tetap diadakan karena tidak semua tamu yang menginap di hotel tersebut merupakan kalangan penggemar olah raga saja tetapi juga merupakan masyarakat biasa.

4. Sistem bintang

Semakin banyak jumlah bintang suato hotel, pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Klasifikasi hotel berdasarkan sistem bintang, yaitu:

Khusus untuk hotel bintang lima, terdapat tingkatan yaitu Palm, Bronze, Diamond.

5. Lama Tamu menginap a. Transit Hotel

(25)

b. Semiresidential Hotel

Hotel dengan rata-rata waktu inap tamu cukup lama (mingguan). Fasilitas hotel seperti ini perlu dilengkapi dengan fasilitas yang lebih bervariasi, tidak membosankan, dan untuk waktu yang relatif lebih lama, seperti fasilitas kebugaran (spa, jogging track, tenis, kolam renang,dll), dan fasilitas rekreasi (restoran, cafe, taman bermain,dll).

c. Residential Hotel

Hotel dengan waktu kunjungan tamu yangtergolong lama (bulanan). Hotel seperti ini mengedepankan rasa nyaman dan keamanan pada tamu hotel. Fasilitas yang disediakan biasanya fasilitas yang dibutuhkan sehari-hari seperti supermaket atau perbelanjaan, fasilitas kebugaran, (spa, jogging track, tenis, kolam renang,dll), fasilitas rekresi (taman bermain, restoran, cafe, dll). Maka dari itu perletakan hotel yang seperti ini biasanya digabungkan atau join dengan tempat perbelanjaan atau supermaket agar saling dapat memberikan keuntungan, layanan dan sebagai daya tarik pengunjung.

6. Aktifitas Tmau Hotel a. City Hotel

Hotel yang terletak di pusat kota dan biasanya menampung tamu yang bertujuan bisnis atau dinas. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah tamu pebisnis atau urusan dinas, lokasi yang dipilh sebaiknya mendekati kantor-kantor atau area bisnis di kota tersebut.

b. Down Town Hotel

Hotel yang berlokasi di dekat perdagangan dan perbelanjaan. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah pengunjung yang ingin berwisata belanja ataupun menjalin relasi dagang. Kadang hotel ini dibangun brgbung dengan suatu fasilits perbelanjaan agar dapat saling memberikan keuntungan.

c. Suburban Hotel/Motel

Hotel yang berlokasi di pinggir kota. Sasaran konsumen dari hotel ini adalah tamu yang menginap dengan waktu pendek dan merupakan fasilitas transit masyarakat yang sedang melakukan perjalanan.

(26)

Hotel yang dibangun di tempat-tempat wisata. Tujuan pembangunan hotel ini adalah sebagai fasilitas akomodasi dari suatu aktivitas wasata.

7. Lokasi

 City Hotel : hotel yang terletak di dalam kota, dimana sebagian besar tamu yang menginap melakukan kegiatan bisnis.

 Urban Hotel : hotel yang terletak di dekat kota  Suburb Hotel: hotel yang terletak dipinggiran kota

 Resort Hotel : hotel yang terletak di daerah wisata, dimana sebagian besar tamu yang menginap tidak melakukan usaha.

8. Jumlah kamar dan persyaratannya

Berdasarkan jumlah bintang yang disandang, jumlah persyaratan kamar dan lainnya, yaitu;

 Hotel bintang satu (*) : jumlah kamar standar, minimal 15 kamar dengan kamar mandi di dalam luas kamar standar minimum 20m2.  Hotel bintang dua (**) : jumlah kamar standar, minimal 20 kamar

dengan kamar suite, minimum 1 kamar 1 kamar mandi di dalam luas standar kamar, minimum 22m2 luas kamar suite, minimum 44m2.  Hotel bintang tiga (***) : jumlah kamar standar, minimal 30 kamar

kamar suite, minimum 2 kamar kamar mandi di dalam luas kamar standar, minimum 24m2 luas kamar suite, minimum 48m2.

 Hotel bintang empat (****) : jumlah kamar standar, minimal 50 kamar kamar suite, minimum 3 kmaar kamar mandi di dalam luas kamar standar, minimum 26m2 luas kamar suite, minimum 52m2.

2.5 ELABORASI TEMA

Hotel Ekonomis di Kuala Namu ini menggunakan tema arsitektur hemat energi, yaitu akomodasi yang menggunakan bangunan dengan teknologi penghematan energi baik dari segi material, konstruksi dan utilitas.

(27)

Penghematan energi atau konservasi energi adalah tindakan mengurangi jumlah penggunaan energi. Penghematan energi dapat dicapai dengan penggunaan energi secara efisien dimana manfaat yang sama diperoleh dengan menggunakan energi lebih sedikit, ataupun dengan mengurangi konsumsi dan kegiatan yang menggunakan energi. Penghematan energi dapat menyebabkan berkurangnya biaya, serta meningkatnya nilai lingkungan, keamanan negara, keamanan pribadi, serta kenyamanan. Organisasi-organisasi serta perseorangan dapat menghemat biaya dengan melakukan penghematan energi, sedangkan pengguna komersial dan industri dapat meningkatkan efisiensi dan keuntungan dengan melakukan penghemaan energi.

Penghematan energi adalah unsur yang penting dari sebuah kebijakan energi. Penghematan energi menurunkan konsumsi energi dan permintaan energi per kapita, sehingga dapat menutup meningkatnya kebutuhan energi akibat pertumbuhan populasi. Hal ini mengurangi naiknya biaya energi, dan dapat mengurangi kebutuhan pembangkit energi atau impor energi. Berkurangnya permintaan energi dapat memberikan fleksibilitas dalam memilih metode produksi energi.

Selain itu, dengan mengurangi emisi, penghematan energi merupakan bagian penting dari mencegah atau mengurangi perubahan iklim. Penghematan energi juga memudahkan digantinya sumber tak dapat diperbaharui dengan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Penghematan energi sering merupakan cara paling ekonomis dalam menghadapi kekurangan energi, dan merupakan cara yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan meningkatkan produksi energi.

Frick, Heinz, dan Suskiyatno, FX. Bambang, 1998, menyebutkan bahwa eko-arsitektur adalah :

1. Holistis, berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan, yang lebih penting dari pada sekedar kumpulan bagianbagian.

2. Memanfatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan) dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.

3. Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.

4. Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan ke dua belah pihak.

(28)

kebutuhannya, kehidupan bukan merupakan faktor penentu, melainkan suatu sistem keseluruhan, termasuk kehidupan dan lingkungan material.

2.5.2. Interpretasi Tema

Pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010, tentang kriteria dan sertifikasi bangunan ramah lingkungan, Bab II pasal 4 dijelaskan bahwa kriteria bangunan ramah lingkungan sebagai berikut:

1. Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara lain meliputi:

a. Material bangunan yang bersertifikat eco-label b. Material bangunan lokal.

2. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya air dalam bangunan gedung antara lain:

a. Mempunyai sistem pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi

b. Menggunakan sumber air yang memperhatikan konservasi sumber daya air c. Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.

3. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi energi antara lain:

a. Refrigeran untuk pendingin udara yang bukan bahan perusak ozon.

b. Melengkapi bangunan gedung dengan peralatan pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.

5. Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestikpada bangunan gedung antara lain:

a. Melengkapi bangunan gedung dengan sistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus

(29)

6. Terdapat fasilitas pemilahan sampah

7. Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: a. Melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih;

b. Memaksimalkan penggunaan sinar matahari.

8. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan antara lain:

a. Melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir.

b. Mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim.

c. Mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan tata ruang.

d. Menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan perencanaan. 9. Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana antara lain:

a. Mempunyai sistem peringatan dini terhadap bencana dan bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan, badai, longsor dan kenaikan muka air laut.

b. Menggunakan material bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.

Keuntungan Tata Ruang Ramah Lingkungan:

Disain tata ruang ramah lingkungan memiliki beberapa keuntungan diantaranya:

1. Mengurangi biaya operasi a. Efisiensi energi

1) Disain ruang yang tanggap terhadap cuaca dan memakai teknologi hemat energi dapat mengurangi pemakaian pemanas dan pendingin sampai 60% serta, memotong pemakaian cahaya hingga 50% pada bangunan.

2) Pengembalian break evan point untuk bangunan yang menerapkan sustainable building lebih cepat dan lebih tinggi daripada bangunan yang tidak menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable building.

(30)

b. Efisiensi air

Disain ruang yang tepat akan meminimalkan penggunaan air yang berlebih.

c. Pengurangan sampah konstruksi

1) Sampah konstruksi dan demolisi adalah 35-40% dari sampah padat municipal. 2) Daur ulang sampah konstruksi dan demolisi dapat memberikan penghematan yang

berarti. Perluasan lahan konstruksi bukan hanya dengan cara menguruk lahan tapi bisa juga dengan cara waste hauling dan tipping fest.

3) Daur ulang menciptakan pekerjaan. Merubah material-material sisa ini menjadi local processors jauh lebih baik dari pada hanya dijadikan bahan untuk menguruk tanah serta dapat menciptakan peluang-peluang ekonomi yang baru.

2. Mengurangi biaya pokok.

a. Rehabilitasi bangunan yang sudah ada dapat mengurangi biaya infra struktur dan material.

b. Disain yang terintegrasi dapat menghemat biaya sehingga biaya-biaya tersebut dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lain.

c. Gedung yang hemat energi dapat mengurangi kebutuhan peralatan, pengurangan pemakaian peralatan seperti chiller atau insulasi seperti penahan panas.

d. Dengan mempergunakan pervious paving dan strategi runoff prevantion dapat mengurangi ukuran dan biaya dari struktur management stormwater .

3. Mengekspansi jangka waktu untuk mendapatkan keuntungan infestasi

Saat ini melalui analisa biaya life cycle building dapat dilihat nilai bersih sebuah design sebagai infestasi. Tujuan utama ialah untuk mencapai performance lingkungan yang paling baik dan paling efektif dalam biaya, jika memungkinkan hingga melewati dari masa perkiraan proyek tersebut. Dalam perputaran hidup sebuah bangunan 2% kurang lebih dari biaya keseluruhan life cycle adalah untuk biaya bangunan, 6% biaya operasi dan maintenance dan 92% adalah biaya personel.

(31)

Dengan kata lain banyak bangunan (green building) dinilai sebagai investasi yang nilainya akan bertambah sejalan dengan waktu, bahkan lebih dari nilai pasar.

Pengeluaran awal yang terlalu irit biasanya akan menghasilkan bangunan dengan pembiayaan yang lebih tinggi sepanjang life cycle dari bangunan tersebut. 4. Meningkatkan produktifitas dan kesehatan manusia

a. Dengan meningkatkan lingkungan dalam ruang maka dapat meningkatkan produktifitas pegawai sehingga 16%.

b. Pegawai yang bekerja di lingkungan dalam ruang yang sehat cenderung kurang melakukan absen dan mau bekerja lebih lama.

c. US Environmental Protecion Agency menilai bahwa polusi udara di dalam ruangan termasuk dalam lima tertinggi factor yang membahayakan kesehatan. Sepertiga dari bangunan-bangunan ditemukan mempunyai kondisi ruang dalam yang jelek.

d. Sindrome “bangunan sakit” dan penyakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan diperkitakan memakan biaya perobatan jutaan rupiah per tahun dan hilangnya jumlah produktifitas pekerja.

e. Keuntungan bagi penyewa bangunan green building selain secara keseluruhan mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, lingkungan kerja yang baik, kurangnya kecenderungan absen pegawai, moral pegawai yang lebih baik, tapi

juga menjadi “terpandang” di mata komunitas lain.

f. Memastikan kondisi ruang dalam yang sehat dapat mengurangi asuransi, biaya operasional dan resiko bahaya.

Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai berikut:

1. Bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan kekhasan aktivitas manusia pemakaiannya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra bngunan

2. Memanfaatkan sumber daya alam terbaru yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan (sumber energi, penyediaan air).

(32)

4. Bangunan yang sehat, artinya yang tidak memberi dampak negatif bagi kesehatan manusia dalam proses, pengoperasian/purna huni, maupun saat pembongkaran. Di dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana yang sehat.

Adapun arahan perencanaan bangunan ekologis adalah: perlindungan terhadap panas matahari, pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alamiah siang hari, pemanfataan angin untuk pengkondisian udara alamiah, dan antisipasi terhadap curah hujan/kelembaban

2.5.3. Keterkaitan Tema dengan Judul

Dengan menggunakan tema arsitektur hemat energi, proyek hotel Ekonomis di Kuala Namu dapat meningkatkan inovasi arsitektur yang ramah lingkungan di kawasan Kuala namu dan dapat menarik peminat usaha penginapan lainnya yang ingin membangun penginapan dengan inovasi-inovasi lainnya, sehingga dengan adanya persaingan usaha ini dapat meningkatkan perkembangan urban kawasan Kuala Namu.

Bangunan, termasuk di dalamna bangunan hotel, menggunakan 50% energi secara umum atau 70% listrik dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya sebagai pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor industri dan transportasi. Besarnya energi pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya biaya operasional bangunan (sebesar 25-30%), selain kontribusi yang cukup besar terhadap emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Sehingga penghematan energi menjadi salah satu solusi cerdas untuk diaplikasikan pada bangunan, terutama pada bangunan hotel.

2.5.4. Penerapan Tema dalam Rancangan

(33)

penggunaan ruangan rooftop, sehingga dapat menurunkan tingginya kebutuhan listrik dan air.

2.5.5. Studi Banding Arsitektur dengan Tema Sejenis

Penggunaan teknologi hemat energi yang diaplikasikan ke bangunan seperti pada hotel H2Hotel di USA dengan data sebagai berikut:

(34)
(35)

Gambar 2.14Suasana Hotel H2Hotel Sumber: Internet

(36)

sendiri. Difasilitasi restoran Spoonbar, menyajikan masakan Mediterania dan high-end koktail, dan lokasi tepat di tengah kota, menawarkan akses mudah ke sejumlah restoran, serta Hotel Healdsburg. Memiliki kriteria Hotel dengan 36 Kamar dan suasana sekitar tenang.

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Bali Hotel
Gambar 2.2 Masa dan Tampak Bali Hotel
Gambar 2.4 Gambar Perancangan Bali Hotel
Tabel 2.1  Syarat Pemilihan Lokasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Arah kebijakan pembangunan Provinsi Jawa Barat tahun 2014, yakni; 1). Peningkatan daya saing masyarakat, pelayanan kesehatan, kemandirian dan pengokohan ketahanan keluarga,

Masyarakat yang mengharapkan adanya bank syariah di Kabupaten Purworejo yaitu 9 persen, ini merupakan presentase yang tinggi dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk

Pendahuluan (ditulis dengan huruf Garamond, 13 pt), berisi latar belakang penelitian secara singkat, ulasan berbagai penelitian terdahulu secara singkat, serta research

Authors should ensure that every reference in the text appears in the list of references and vice versa.. Wikipedia, personal blog, or non scientific website is not allowed to

Dengan kata lain jika seorang siswa menunjukkan kebiasaan belajar yang negatif (misalnya tidak memiliki konsentrasi, merasa bosan, lelah dan mengantuk saat proses

Kemungkinan yang lain, kompleks yang diduga sebagai Kraton Kerajaan Banjar tersebut pada masa kejayaan Negara Daha sudah berfungsi sebagai daerah perwakilan dari Kerajaan

Satu diantara masyarakat yang memiliki kearifan lokal dalam hal penggunaan tumbuhan sebagai obat antara lain adalah Suku Osing yang berasal dari Kabupaten Banyuwangi Provinsi

Laporan Keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Operasional, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor pertimbangan sehat digunakan ketika