• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Preferensi Oviposisi Bactrocera dorsalis (Diptera : Tephritidae) Pada Beberapa Fase Warna Kematangan Buah Jeruk Tanah Karo di Laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Preferensi Oviposisi Bactrocera dorsalis (Diptera : Tephritidae) Pada Beberapa Fase Warna Kematangan Buah Jeruk Tanah Karo di Laboratorium"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jeruk

Botani Tanaman

Tanaman jeruk termasuk dalam susunan taksonomi sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo :

Rutales Famili : Rutaceae Genus : Citrus Species : Citrus sinensis L.

Tanaman jeruk mempunyai akar tunggang panjang dan akar serabut

(bercabang pendek kecil) serta akar-akar rambut. Bila akar tunggang mencapai

tanah yang keras atau yang terendam air, maka pertumbuhannya akan berhenti.

Tetapi bila tanahnya gembur, panjang akar tunggang mencapai 4 meter. Akar

cabang yang mendatar bisa mencapai 6-7 meter (Soelarso, 1996 dalam Ginting,

2004).

Tanaman jeruk berupa pohon dengan tinggi antara 2-3 m. Batangnya

mempunyai duri yang kuat. Cabang muda umumnya pipih bersudut, warnanya

hijau tua agak mengilat dan bila batang sudah tua akan terdapat retak-retak halus

yang pada sudut ketiak akan terdapat duri yang umumnya berwarna hijau tua

(Pracaya, 2003 dalam Bangun, 2009).

Helaian daun berbentuk bulat telur memanjang, elliptis atau berbentuk

lanset dengan ujung tumpul, melekuk ke dalam sedikit, tepinya bergerigi beringgit

sangat lemah dengan panjang 3,5-8cm. Bunganya mempunyai diameter

1,5-2,5cm, berkelamin dua daun mahkotanya putih. Bunga beraturan berbentuk anak

(2)

Komposisi Jeruk Manis

Komposisi buah jeruk manis terdiri dari bermacam-macam, diantaranya

air 70-92 % (tergantung kualitas buah ), gula, asam organik, asam amino, vitamin,

zat warna, mineral, dan lain-lain. Buah jeruk manis yang semakin tua, kandungan

gulanya semakin bertambah, tetapi kandungan asamnya berkurang dan jika

langsung terkena sinar matahari akan mengandung gula lebih banyak. Pada waktu

masih muda banyak mengandung asam oksalat, tetapi akan berkurang pada waktu

buah masak. Kandungan asam sitrat jeruk manis pada waktu muda cukup banyak,

tetapi setelah buah masak semakin berkurang sampai dua per tiga bagian. Asam

amino adalah persenyawaan yang dapat menjadi struktur protein, selama

perkembangan buah, kandungan asam amino berubah-ubah secara kuantitatif dan

kualitatif. Buah jeruk manis Valencia dan Washinton semakin tua kandungan

prolinenya semakin tinggi. Selain itu kandungan carotenoid dapat memberikan

warna kuning, orange, dan merah diantaranya yaitu xanthophyll, violaxanthin,

lycopene. Kandungan flavonoid terbagi menjadi dua yang tidak ada rasa disebut

hesperidin sedangkan limonin menyebabkan rasa pahit pada sari buah jeruk manis

(Pracaya, 2000).

Pada umumnya buah jeruk merupakan sumber vitamin C yang berguna

untuk kesehatan manusia. Sari buah jeruk mengandung 40-70 mg vitamin C per

100 g bahan, tergantung jenisnya. Makin tua buah jeruk, biasanya makin

berkurang kandungan vitamin C-nya tetapi buah jeruk manis yang langsung

terkena sinar matahari akan mengandung lebih banyak vitamin C-nya. Vitamin C

terdapat dalam sari buah, daging dan kulit, terutama pada lapisan terluar kulit

(3)

Adapun komposisi kimia buah jeruk manis dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Kandungan dalam Buah Jeruk

Komponen Jumlah per 100 gram

Energi 45 kkal

Protein 0,9 gram

Lemak 0,2 gram

Karbohidrat 11,2 gram

Fosfor 23 mg

Kalsium 33 mg

Besi 0,4 mg

Vitamin A 190 SI

Vitamin B1 0,08 mg

Vitamin C 49 mg

Air 87,2 gram

(Sumber : Anshori, 2006)

Tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah.

Buah yang lebih matang lebih disukai oleh lalat buah untuk meletakkan telur

daripada buah yang masih hijau. Tingkat kematangan buah sangat mempengaruhi

populasi lalat buah. Jenis pakan yang banyak mengandung asam amino, vitamin,

mineral, air, dan karbohidrat dapat memperpanjang umur serta meningkatkan

keperidian lalat buah. Peletakan telur dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur

buah. Bagian buah yang ternaungi dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk

(4)

Hama Lalat Buah Bactrocera dorsalis

Biologi

Menurut Rosmaini et al., (2014) klasifikasi lalat buah sebagai berikut

kingdom : Animalia, Phylum : Arthropoda, Class : Insecta, Order : Diptera,

Family : Tephritidae, Genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera dorsalis.

Famili tephritidae beranggotakan lalat-lalat yang berukuran kecil sampai

sedang yang biasanya yang mempunyai bintik-bintik atau pita (band) pada sayap

sayapnya. Bintik-bintik tersebut seringkali membentuk pola menarik dan rumit.

Pada kebanyakan jenis lalat buah sel anak pada sayapnya memiliki juluran distal

yang lancip di bagian posterior (Handayani, 2015).

Lalat buah mengalami perkembangan sempurna atau dikenal dengan

holometabola yang memiliki 4 fase metamorfosis yaitu: telur, larva, pupa, dan

imago. Telur diletakkan pada buah berkelompok 2-15 butir. Lalat buah betina

dapat meletakkan telur 1- 40 butir/hari. Seekor lalat betina dapat meletakkan telur

100-500 butir (Handayani, 2004). Menurut Riski (2015), bahwa satu ekor betina

Bactrocera dorsalis dapat menghasilkan telur sebanyak 22.6-32.8 butir/imago/5

hari.

Telur berwarna putih transparan berbentuk bulat panjang dengan salah

satu ujungnya runcing yang berukuran kurang lebih 1 mm. Telur lalat buah

berbentuk seperti pisang memiliki ukuran panjang dan lebar 1,17 × 0,21 mm.

Lalat buah betina akan meletakkan telur lebih cepat dalam kondisi yang terang,

(5)

Gambar 1. Kelompok Telur Bactrocera dorsalis (Budiawan et al., 2011)

Larva berwarna putih keruh atau putih kekuningan, berbentuk bulat

panjang dengan salah satu ujungnya runcing (Gambar 2). Tubuh larva lalat buah

terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, toraks (tiga ruas), dan abdomen (delapan

ruas). Fase larva terdiri atas tiga instar. Larva membuat saluran-saluran di dalam

buah dan mengisap cairan buah. Larva hidup dan berkembang dalam daging buah

selama 6-9 hari dan menyebabkan buah menjadi busuk (Mardiasih, 2010).

Gambar 2. Larva Bactrocera. dorsalis

Pupa awalnya dari berwarna putih, kemudian mengalami perubahan warna

menjadi kekuningan dan coklat kemerahan. Perkembangan pupa tergantung

dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang sesuai dengan stadium pupa

adalah 0-9 %. Masa perkembangan pupa antara 4–10 hari. Pupa berada di dalam

tanah sekitar 2– 3 cm di bawah permukaan tanah. Pupa berubah menjadi imago

(6)

Gambar 3. Pupa Bactrocera dorsalis

Imago lalat buah umumnya memiliki ciri-ciri penting di kepala, toraks,

sayap, dan abdomen. Panjang tubuh lalat dewasa sekitar 3,5–5mm, berwarna

hitam kekuningan. Kepala dan kaki berwarna coklat. Thorak berwarna hitam,

abdomen jantan berbentuk bulat sedangkan betina terdapat alat tusuk. Siklus

hidup lalat buah dari telur sampai imago berlangsung selama kurang lebih 27 hari

(Astriyani, 2014).

a b

(7)

Gejala Serangan

Lalat betina mengunakan ovipositornya menusuk buah atau sayur untuk

meletakkan telurnya dalam lapisan epidermis. Setelah telur menetas, larva akan

menggerek buah dan menyebabkan buah membusuk di bagian dalam. Bila

diamati, pada buah yang terserang akan tampak lubang kecil kehitaman bekas

tusukan. Buah menjadi rusak, lembek, busuk dan akhirnya rontok. Lalat buah juga

meletakkan telurnya tidak hanya di dalam buah, tetapi juga pada bunga dan

batang. Batang yang terserang menjadi benjolan seperti bisul sehingga buah yang

dihasilkan kecil-kecil dan menguning (Rosmaini et al., 2014).

Serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak.

Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peletak

telur) lalat betina saat meletakkan telur ke dalam buah. Selanjutnya karena

aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva

akan makan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak.

Buah tersebut apabila dibelah pada daging buah terdapat ulat-ulat kecil dengan

ukuran antara 4-10 mm yang biasanya meloncat apabila tersentuh

(Sunarno dan Stefen, 2013).

a b

Gambar 5. Gejala Serangan Bactrocera dorsalis pada jeruk (a) setelah dibelah, (b) masih utuh

Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging buah selama 6-9

(8)

pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah dihisap dan

dicerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri

pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukan buah. Jika aktivitas

pembusukan (karena aktivitas hama di dalam buah, noda tersebut berkembang

menjadi meluas) sudah mencapai tahap lanjut, buah akan jatuh ke tanah,

bersamaan dengan masaknya buah, larva lalat buah siap memasuki tahap pupa,

larva masuk ke dalam tanah dan menjadi pupa (Sunarno, 2011).

Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat

dewasa berwarna kecoklatan, dada berwarna gelap dengan dua garis kuning

membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang (Rahmawati, 2014).

Preferensi Oviposisi

Peletakan telur merupakan masalah yang penting bagi lalat buah,

mengingat kehidupan larva sepenuhnya terjadi di dalam tubuh inang. Induk lalat

buah harus memilih tanaman inang yang tepat, terutama dari segi pemenuhan gizi

bagi keturunannya. Induk lalat buah sangat menyukai inang yang berupa buah

setengah masak. Menurut Adrika (2004) pada tanaman jambu biji, pepaya, pisang,

jeruk, dan mangga. Bactrocera dorsalis lebih menyukai buah yang matang

daripada buah muda.

Bactrocera dorsalis lebih menyukai warna kuning dan putih dibandingkan

dengan warna-warna lainnya. Bila buah menjelang masak dan warna kuning

mulai tampak, lalat betina dapat mengenali inangnya untuk bertelur. Lalat

Tephritidae yang menyerang buah, umumnya tertarik oleh substansi yang

mengandung ammonia dalam buah, contoh lainnya protein hidrolisis atau protein

autolisis. Oleh karena itu zat-zat tersebut dapat digunakan sebagai perangkap lalat

(9)

melalui feromon, juga melalui kilatan warna tubuh dan pita atau bercak pada

sayap (Budiawan et al., 2011).

Uji preferensi dilakukan untuk mengetahui tingkat preferensi suatu hama

terhadap varietas yang diuji, sehingga dapat ditentukan apakah suatu varietas

menjadi inang utama atau sebagai inang alternatif. Makin tinggi tingkat preferensi

suatu hama berarti makin rentan suatu varietas, sehingga dapat ditentukan apakah

suatu varietas dapat dijadikan sebagai sumber gen ketahanan atau tidak. Variabel

yang diamati dalam uji prefensi adalah intensitas serangan hama, populasi larva,

dan berat larva (Sianipar, 2008).

Menurut penelitian yang dilakukan Oka (2005), preferensi adalah dipilih

atau disukainya suatu varietas lain untuk tempat bertelur, sebagai pakan, maupun

tempat berlindung. Menurut penelitian yang dilakukan Untung (2001), ciri-ciri

morfologi tanaman dapat menghasilkan rangsangan fisik untuk kegiatan makan

serangga atau kegiatan peletakan telur. Selain itu, ciri-ciri fisiologi yang

mempengaruhi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh

metabolisme tanaman. Hal ini didukung penelitian Sianipar (2008) bahwa

kandungan gula menentukan preferensi lalat buah terhadap berbagai jenis buah,

maka semakin tinggi kandungan gula yang terdapat di dalam buah akan lebih

disukai oleh lalat buah.

Perilaku Serangga dalam Mencari Inang

Sebagaimana pada serangga fitofagus terutama lalat buah, terdapat

hubungan antara tanaman dengan serangga. Hubungan tersebut dapat terjadi

secara fisik maupun secara kimiawi terutama dengan adanya senyawa yang

mudah menguap dan mampu menolak (repellent) maupun menarik (attractant)

(10)

secara umum berupa rangsang bau yang dikeluarkan oleh tanaman

inang dan tergolong senyawa kimia hasil metabolisme sekunder

(Setiawan, 2015).

a b

Gambar 6. Bactrocera dorsalis betina meletakkan telur kedalam daging buah jeruk (a) fase II, (b) fase III

Aktivitas lalat buah dalam menemukan tanaman inang ditentukan oleh

warna, bentuk, dan aroma (bau) dari buah. Menurut Abadi (2014) lalat buah aktif

pada sore hari menjelang senja. Bactrocera spp., berkopulasi biasanya pada senja

hari. Lalat buah termasuk serangga yang kuat terbang, lalat jantan mampu terbang

4 – 15 mil (6,44 – 24,14 km) tergantung pada kecepatan dan arah angin. Lalat

buah banyak beterbangan di antara pohon-pohon buahan bila buah sudah hampir

matang atau masak.

Salah satu cara serangga mengenali inangnya yaitu dengan cara stimulus

visual melalui indera penglihatan, selain itu juga secara stimulus chemical melalui

indera penciuman. Serangga dari ordo diptera kelompok hama, umumnya

(11)

dari warna. Hal ini berarti bahwa tiap fase warna buah juga merupakan faktor

pendukung untuk hama ini mau meletakkan telurnya (Setiawan, 2015),

Lalat buah betina memiliki alat peletak telur disebut ovipositor. Menurut

Rahmawati (2014) lalat betina meletakkan telurnya di dalam buah sedalam 2-4

mm melalui kulit buah. Lalat buah betina dapat meletakkan 10 sampai 12 telur

setiap hari dan sekitar 200-250 telur selama hidupnya, dimana penelitian

Karindah et al., (2013) sebelumnya mengungkapkan bahwa pada hari ke-8, lalat

buah betina mulai bertelur pada masing-masing tempat peneluran. Jumlah telur

pada tempat peneluran beraroma jeruk terus bertambah hingga hari ke-14.

Sedangkan Siwi (2014) mengungkapkan bahwa tingkat kematangan buah

berpengaruh terhadap kehidupan lalat buah. Buah yang lebih matang lebih disukai

oleh lalat buah untuk meletakkan telur daripada buah yang masih hijau. Tingkat

kematangan buah sangat mempengaruhi populasi lalat buah. Jenis pakan yang

banyak mengandung asam amino, vitamin, mineral, air, dan karbohidrat dapat

memperpanjang umur serta meningkatkan keperidian lalat buah. Peletakan telur

dipengaruhi oleh bentuk, warna, dan tekstur buah. Bagian buah yang ternaungi

dan agak lunak merupakan tempat ideal untuk peletakan telur (Siwi, 2014).

Pengendalian Hama

1. Peraturan dan Kebijakan

Pencegahan B. dorsalis ini telah banyak yang dilakukan, salah satunya

yaitu penerapan Peraturan Pemerintah Menteri Pertanian

No.37/KPTS/HK.060/I/2006. Peraturan ini menjelaskan tentang pencegahan,

penyebaran, dan masuknya lalat buah dari wilayah atau negara lain. Pengendalian

B. dorsalis dengan membungkus buah dan penyemprotan insektisida sintetik

(12)

2. Pembungkusan

Berbagai upaya pengendalian lalat buah telah dilakukan, baik secara

tradisional dengan membungkus buah dengan kantong plastik, kertas koran atau

daun kelapa maupun dengan menggunakan insektisida kimia. Disamping itu,

petani mengendalikan lalat buah dengan atraktan, yaitu senyawa yang dapat

menarik lalat buah jantan. Pengendalian lalat buah lainnya yaitu dengan

menggunakan musuh alami sebagai pengatur keseimbangan di alam

(Astriyani, 2014).

3. Perangkap

Penggunaan perangkap dengan umpan sebenarnya ditujukan untuk

memantau populasi lalat buah yang ada di lapangan atau mendeteksi spesies lalat

buah. Pengendalian lalat buah menggunakan perangkap dengan atraktan akan

berhasil apabila perangkap dipasang secara terus menerus dan dalam jumlah yang

banyak. Atraktan yang digunakan berupa bahan kimia sintetis yang dapat

mengeluarkan bau atau aroma makanan lalat buah seperti aroma buah atau bau

wewangian berahi lalat betina. Perangkap yang berisi atraktan yang sudah

dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam

perangkap karena aroma atraktan dan akan menarik lalat buah untuk masuk ke

dalam perangkap karena aroma atraktan dan akan menyebankan lalat buah mati

karena pengaruh insektisida (Abadi, 2014).

4. Sanitasi

Bertujuan untuk memutus atau mengganggu daur hidup lalat buah

sehingga perkembangan lalat buah dapat ditekan. Sanitasi kebun dilakukan 24

dengan cara menggumpulkan buah-buah terserang, baik yang gugur maupun yang

(13)

dibenamkan dalam tanah. Dengan demikian, larva-larva yang masih terdapat di

dalam buah tidak dapat meneruskan siklus hidupnya untuk menjadi pupa dalam

tanah. Namun demikian sebagian besar petani beranggapan bahwa sanitasi buah

buah yang gugur tidak berguna dan membuang-buang waktu saja. Untuk

mengganggu daur hidup lalat buah dapat juga dilakukan pencacahan

(pembongkaran) tanah yang agak dalam dibawah tajuk pohon (tetapi harus

hati-hati agar tidak melukai akar) merata dan sering. Pupa yang terdapat di dalam

tanah akan terkena sinar matahari, terganggu hidupnya dan akhirnya mati

Gambar

Tabel 1. Kandungan dalam Buah Jeruk
Gambar 1. Kelompok Telur Bactrocera dorsalis (Budiawan et al., 2011)
Gambar 3. Pupa Bactrocera dorsalis
Gambar 5. Gejala Serangan Bactrocera dorsalis pada jeruk (a) setelah dibelah, (b) masih utuh
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tertinggi pada rataan durasi waktu ketertarikan imago lalat buah betina pada beberapa limbah terdapat pada perlakuan A3 (limbah kakao) sebesar 60.48 menit dan terendah