• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rencana Pembangunan dan Rencana Kerja Pemerintah Depernas-01 Bab-19"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 19.

ADMINISTRASI PEMERINTAH Pendahuluan

Sjarat penting dalam penjelenggaraan rentjana pembangunan, ialah suatu aparatur Pemerintahan jang effisien dengan pedjabat-pedjabat jang tjukup keahlian dan pengalamannja, belum dipenuhi.

Maka mendjadi kebidjaksanaan Pemerintah untuk berusaha terus-menerus menjederhanakan administrasi dan aturan-aturannja serta meninggikan mutu keahlian pegawai dilapangan Pemerintahan.

Persoalan-persoalan pokok.

Persoalan-persoalan pokok jang kita hadapi sekarang dalam lapangan administrasi

pemerintahan adalah 4 matjam, jakni:

A. Menjusun dan menjelenggarakan anggaran-belandja,

B. Mentjapai pembagian tugas antara funksi-funksi pemerintahan jang tegas,

C. Menjusun pemerintahan swatantra (otonomi) jang s luas-luasnja,

D. Mempertinggi effisiensi corps pegawai negeri jang tjakap dan djudjur.

A. Menjusun dan menjelenggarakain anggaran-belandjn

Anggaran-belandja negara merupakan garis politik Pemerintah untuk tahun jang bersangkutan dan instruksi bagi pentjelenggara tugas Pemerintah sampai berapa djauh tugas itu boleh didjalankan. Maka penjusunan dan penjelenggaraan anggaran-belandja jang tidak lantjar dalam waktu jang lampau, menjebabkan bahwa Djawatan-djawatan tidak mempunjai pedoman jang tegas.

(2)

merupakan pengharnbat bagi penjelesaian suatu projek.

(3)

Pembitjaraan usul-usul anggaran-belandja guna projek-projek

pembangunan oleh Kementerian-kementerian

bersangkutan

de-ngan Kementerian Keuade-ngan dan Biro Perantjang

Negara,

hen-daknja selesai pada waktunja, sehingga rentjana

anggaran-belan-dja seluruhnja dapat disampaikan kepada DPR pada tanggal

1 September, sebelum tahun jang berkenaan dengan anggaran itu.

Didalam menjelenggarakan anggaran-belandja

ternjata

didjum-pai beberapa kesulitan. Misalnja sangat lambat datangnja otorisasi-otorisasi didaerah, menjebabkan tidak ada waktu lagi un-tuk menjelenggarakan beberapa projek-projek jang panting. Dan diubahnja "virementstelsel" (virement: hak Pemerintah untuk memindahkan kredit ternjata tidak memungkinkan penjusunan anggaran-belandja Kementerian-kementerian jang saksama.

Pokok pikiran penjederhanaan sistim jang mendjadi tudjuan di keluarkannja Undang-undang Darurat tersebut dan jang berarti berlakunja „kasstelsel” dengan sepenuhnja bagi pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan-penerimaan ialah: hanja pengeluaranpengeluaran dan

penerimaan-penerimaan jang didalam waktu

tahun-anggaran (dari tanggal 1 Djanuari sampai dengan tanggal 31 Desember) sungguh-sungguh dikeluarkan dari atau dimasukkan dalam kas-kas negara akan dimuat dalam daftar perhitungan ang-garan jang berkenaan dengan tahun itu. Sedangkan maksud ter-utama daripada „kasstelsel” ini ialah penjederhanaan jang memungkinkan mengadjukan daftar perhitungan anggaran-belandja tepat pada waktunja.

(4)

alokasi-alokasi jang telah ditetapkan, djuga akan terdjamin kontinuitet jang tidak terputus-putus didalam pelaksanaan tersebut.

Faktor-faktor jang perlu diperhatikan dalam hal ini ialah aturanaturan I.C.W. (Indonesische

Comptabiliteitswet) dan

aturan-aturan penjelenggaraannja jang sudah kuno dan kekurangan pengetahuan dan keahlian para pegawai administratif.

(5)

Oleh Kementerian Keuangan semendjak tahun 1950 diadakan kursus-kursus terus-menerus untuk mendidik pegawai-pegawai administratif. Disamping itu perlu diadakan penjelidikan saksama daripada keseretan dalam menjelenggarakan administrasi keuangan.

Karena makin meluasnja tugas pemerintahan maka baik dipertimbangkan untuk mengadakan mekanisasi dari administrasi Pusat. Dengan demikian ratusan s.p.m.u. (surat perintah mengeluarkan uang) dan lain-lain dokumen dapat dikerdjakan dengan segera.

B. Susunan Aparatur Pemerintah Pusat.

Tidak adanja stabilitet dalam susunan aparatur Pemerintah Pusat dan re-organisasi jang sering diadakan dalam masing-masing Kementerian, menambah kesulitan-kesulitan administratif.

Dengan keputusan Presiden tertanggal 8 September 1952 No. 211, dibentuk suatu Panitia Negara untuk menjelidiki Organisasi Kementerian-kementerian (disingkat PANOK) berdasarkan per-timbangan bahwa pembentukan itu dianggap perlu „berhubung dengan keadaan Negara, jang antara

lain menghendaki

diadakan-nja organisasi dari Pemerintah jang effisien dengan memperhatikan isinja Peraturan Pemerintah tahun 1952 No. 20”.

Panitia tersebut telah selesai dengan pekerdjaannja dan menjampaikan laporannja pada tanggal 26 April 1954.

PANOK mengusulkan supaja lingkungan pekerdjaan Kemen-terian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Dikemukakan bahwa karena beberapa fasal dari PP 1952 No. 20 itu belum didjalankan, akibatnja ialah diferensiasi jang berlebihan, duplikasi, organisasi dan formasi pegawai terlalu besar dan kemewah-mewahan. PANOK memperhitungkan bahwa djika usul-usulnja dilaksanakan, dapat tertjapai pengurangan anggaran-belandja sebesar Rp.

130.680.201.--Laporan tersebut pada waktu ini kembali dipeladjari oleh Kementerian-kementerian sebelum

dibitjarakan dan diambil

(6)

dalam penjusunan aparatur pemerintah-an jpemerintah-ang lebih effisien, perlu diperhatikpemerintah-an perkembangan-perkembangan baru jang berlangsung sesudah Laporan itu diselesaikan. C. Menjusun Pemerintahan Otonomi.

Sjarat bagi daerah untuk memperkembangkan ekonominja ialah kesempatan sepenuhnja untuk mendjalankan tugas tersebut, baik organisatoris (pembatasan-pembatasan antara Pusat dan Daerah),

(7)

penjusunan organisasi dan aparatur daerah maupun dalam keuangannja.

Pemerintahan Daerah sekarang diatur dalam bermatjam-matjam undang-undang dan peraturan-peraturan lain berdasarkan hukum jang berlaku sebelum terbentuknja Undang-undang Dasar Se-mentara sekarang ini, dan jang ternjata menimbulkan banjak ketidakpastian dan kesulitan-kesulitan.

Maka sjarat utama untuk memungkinkan perkembangan daerahdaerah ialah suatu Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah jang baru.

Undang-undang Pokok barn, disamping dilaksanakannja pemilihan anggauta-anggauta D.P.R.D.2 akan membawa stabilisasi didaerah; maka kebidjaksanaan dalam lapangan ekonomi akan ditetapkan dengan lebih djelas dan tegas dengan disertai perasaan tanggung-djawab terhadap penduduk daerah.

Demikian djuga soal kepegawaian Pemerintah Daerah dapat dengan lebih mudah dipetjahkan.

Karena sjarat mutlak dalam soa] otonomi ialah kemungkinan bagi daerah-daerah untuk mempunjai

dan mempergunakan

sum-ber-sumber penghasilan sendiri, perlu sekali ditetapkan hubungan keuangan antara Pusat dan Daerah.

Suatu Rentiana Undang-undang Perimbangan Keuangan (antara Pusat dan Daerah otonom) kini sedang menghadapi tingkat pembitjaraan dalam D.P.R.

Demikian pula halnja dengan Rentjana Undang-undang tentang Peraturan Umum Padjak Daerah dan Rentjana Undang-undang tentang Retribusi Daerah.

Ini semua panting karena tidak adanja ketentuan mengenai anggaran-belandja daerah, menghadapkan daerah pada kesulitankesulitan jang tak terhingga.

Maka kesimpulannja ialah bahwa perlu sekali ditetapkan dengan selekas mungkin :

a. Undang-undang Pokok Pemerintahan Daerah jang baru,

b. Undang-undang tentang Perimbangan Keuangan

(antara

Pu-sat dan Daerah otonom).

(8)

d. Undang-undang tentang Peratu'ran Umum Retribusi Daerah.

Telah timbul maksud dibentuknja berbagai propinsi jang baru berdasarkan perkembangan keadaan diseluruh wilajah negara ser-ta mengingat keinginan-keinginan rakjat dari berbagai-bagai

(9)

rah. Memang pembentukan propinsi dapat memberi rangka untuk melaksanakan perkembangan daerah sesuai dengan keinginan keinginan penduduk didaerah itu. Akan tetapi dalam ini perlu perso-alannia dipertimbangkan masak-masak dengan menindjaunja dari pelbagai sudut, misalnja dari segi keuangan Negara umumnja, daerah pada chususnja, sumber-sumber daerah, perhubungan pun pula dari segi administrasi, kepegawaian, pendidikan dan umumnja segala faktor jang dapat mempengaruhi madju-mundurnja daerah dan penduduknja.

D. Mempertinggi effisiensi Pegawai pekerdja Negara.

Atas usaha bersama Kementerian Perburuhan dan Biro Peran-tjang Negara pada tanggal 18 Mei 1954 dibentuk Panitia Kerdja Statistik Penempatan Tenaga, jang diketuai oleh wakil dari Kementerian Perburuhan.

Panitia tersebut telah menghasilkan perhitungan banjaknja pegawai/pekerdja Pemerintah pada achir tahun 1953. Seluruhnja berdjumlah 1.727.548, belum terhitung anggauta Angkatan Perang.

Dapat disimpulkan dari laporan Panitia Kerdja tersebut, bahwa dewasa ini aparatur Pemerintah sangat besarnja, dibandingkan dengan keadaan dalam tahun 1940.

Meskipun tugas Pemerintah bertambah benar, boleh disangsikan apakah berlipat gandanja djumlah pegawai sampai lebih dari tiga kali, seimbang dengan tambahan itu.

Kebidjaksanaan dalam soal kepegawaian ialah mengusahakan supaja :

a. seluruh aparatur Pemerintah (termasuk djuga Pemerintah Daerah) disederhanakan;

b. mutu keahlian para pegawai dipertinggi; c. pegawai-pegawai jang tjakap dihargai.

Guna mengadakan penjederhanaan aparatur Pemerintah, perta-ma-tama diperlukan usul-usul jang benar tentang kelebihan pega-wai. Hendaknja bagi pegawai-pegawai/pekerdja-pekerdja jang kelebihan terbuka kemungkinan untuk menambah pengetahuan/keahliannja supaja mereka dapat diterima dalam lapangan-lapangan lain.

(10)

tenaga perlu diberi peranan jang panting. Soal-soal tersebut diatas ini perlu dipeladjari &eh suatu Panitia Negara, fang dalam waktu jang ter-batas harus memadjukan usul-usul konkrit kepada Pemerintah.

(11)

Usaha-usaha Kementerian untuk niempertinggi mutu keahlian pars pegawai hendaknja dilandjutkan.

Tjara-tjara menghargai ketjakapan pegawai

seperti tertera

da-lam P.G.P.N. tidak memuaskan, antara lain disebabkan tidak adanja "jobdescription" (penentuan tugas) dan tidak adanja "jobevaluation" (penghargaan tugas).

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkembangannya tidak semua teori atom Dalton benar, karena pada tahun 1897 J.J.Thomson mene- mukan partikel bermuatan listrik negatif yang kemudian disebut elektron.. Tahun

Dengan demikian pelelangan ini dinyatakan gagal dengan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan

Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil dan Mikro (UKM) dalam

Hubungan antara reaksi oksidasi reduksi (redoks) de- ngan energi listrik dapat dipelajari dalam elektrokimia. Elek- trokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari hubungan timbal

Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan atau dijatuhkan

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

(5) Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja yang menjamin penempatan tenaga kerja sesuai dengan kesehatan dan pekerjaan

Potensi sektor perbankan di Jawa Timur yang terpetakan secara spasial, terdapat 3 daerah unggulan sektor (sub sektor) perbankan, sedangkan dari aspek pengembangan