PANDUAN PRAKTIS PENGUKURAN DURASI RUPTURE
GELOMBANG PRIMER SECARA MANUAL
MENGGUNAKAN SOFTWARE SEISGRAM2K
Madlazim
Pusat Studi Sains Kebumian
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Surabaya (UNESA)
1. Pendahuluan
Durasi rupture merupakan salah satu parameter gempa bumi yang bisa
digunakan untuk indikator apakah suatu gempa bumi berpotensi tsunami atau
tidak. Bila durasi rupture suatu gempa bumi lebih besar dari 65 detik (Madlazim,
2013), maka gempa bumi tersebut berpotensi tsunami. Bila durasi rupture suatu
gempa bumi kurang dari 65 detik, maka gempa bumi tersebut tidak berpotensi
tsunami. Untuk mengukur durasi rupture gelombang P gempa bumi bisa dilakukan
secara manual maupun secara otomatis. Berikut ini akan dijelaskan tahap demi
tahap cara pengukuran durasi rupture (Tdur) gelombang P dari gempa bumi lokal
menggunakan prosedur langsung yang dikembangkan oleh Lomax dan Micellini
(2009). Sedangkan untuk pengukuran secara otomatis pertama-tama harus dibuat
program komputer dulu sebelum mengukur durasi rupture. Program komputer
Joko Tingkir (Madlazim, 2013) merupakan contoh program komputer yang
digunakan untuk mengukur durasi rupture, periode dominan dan durasi exceed 50
detik secara otomatis, real time dan simultan.
2. Software yang diperlukan
Pengukuran durasi rupture bisa dilakukan menggunakan OS Windows,
Linux atau Solaris. Pada kesempatan ini digunakan OS Windows yang didalamnya
sudah terinstal software Java SDK atau JRE 2 atau Java versi yang lebih tinggi
yang bisa diunduh di http://java.com dan software SeisGram2k60.jar yang bisa
diunduh di http://alomax.free.fr/seisgram/ver60/SeisGram2K_install.html.
3. Tahapan Pengukuran Durasi Rupture
Berikut beberapa tahap yang harus dilakukan untuk mengukur durasi
rupture:
[image:1.612.187.435.573.724.2]b. Buka file seismogram kecepatan dalam format SAC
[image:2.612.95.526.152.327.2]File Open File pilih file.SAC komponen vertikal (BHZ). Berikut akan digunakan contoh data broad band seismogram gempa bumi yang terjadi di Mentawai tanggal 25 Oktober 2010 Mw = 7,8 yang direkam oleh stasiun seismik GSI yang merupakan jaringan GE milik GEOFON yang berada pada lintang 1,30° dan bujur 97,58°.
Gambar 2. Seismogram kecepatan gempa bumi Mentawai 25/10/2010
c. Klik tombol Remove Mean
d. Pada Command Line Interaction (di bawah kotak seismogram) ketik " filp_5 filtw 15.0 ltw 25.0 thres1 10.0 thres2 10.0 tupevt 1.0 res PICK " untuk picking awal kedatangan gelombang P (P0).
Gambar 3. Picking kedatangan awal gelombang P (P0)
e. Cek hasil picking-nya yang berada pada file SeisGram2K_1389360856.pick yang berada dalam satu direktori (folder) dengan software SeisGram2K.jar, kemudian ubahlah P0 menjadi P (angka 0 dihapus). Hasil pengukuran durasi rupture (Tdur) akan bisa dilihat pada file SeisGram2K_1389360856.pick
[image:2.612.95.528.395.564.2]Gambar 4. Seismogram setelah difilter dengan frekuensi tinggi
[image:3.612.98.524.258.415.2]g. Pada Command Line Interaction ketik "sqr" untuk mendapatkan 'kuadrat' dari seismogram.
Gambar 5. Seismogram yang telah 'dikuadratkan'
h. Pada Command Line Interaction ketik "smo type TRIANGLE ha 5.0" untuk mendapatkan rms amplitude dari seismogram.
Gambar 6. Seismogram yang telah 'di-smoothing'
[image:3.612.88.538.466.659.2]Gambar 7. Seismogram yang telah 'dipotong'
[image:4.612.127.495.355.507.2]j. Pada Command Line Interaction ketik "rmean lb 20" me-remove mean (rerata) k. Pada Command Line Interaction ketik "norm" untuk normalisasi amplitude.
Gambar 8. Normalisasi amplitude
l. Pada Command Line Interaction ketik "cdur thres 0.9 cutoff 0.2 durfract 2.5 185.0" untuk menentukan waktu delay ketika amplitudonya 0,9 dari peak (T0,9).
[image:4.612.134.491.558.694.2]m. Pada Command Line Interaction ketik "cdur thres 0.8 cutoff 0.2 durfract 2.5 185.0" untuk menentukan waktu delay ketika amplitudonya 0,8 dari peak (T0,8).
Gambar 10. Menentukan T0,8
[image:5.612.95.528.350.524.2]m. Pada Command Line Interaction ketik "cdur thres 0.5 cutoff 0.2 durfract 2.5 185.0" untuk menentukan waktu delay ketika amplitudonya 0,5 dari peak (T0,5).
Gambar 11. Menentukan T0,5
[image:5.612.138.482.588.730.2]Sampai pada langkah n ini, kita sudah bisa menentukan waktu delay T0,9, T0,8,T0,5 dan T0,2 yang nilanya bisa dilihat pada file SeisGram2K_1389360856.pick (angkanya di depan .pick mungkin berbeda) yang secara keseluruhan bisa ditampilkan sebagai berikut:
GSI__BH ? Z ? P + 20101025 1443 39.169 GAU 0.15 0.0 12.887825 0.4 GSI__BH ? Z ? P1 + 20101025 1443 55.719 GAU 0.3 0.0 10.67511 1.6 GSI__BH ? Z ? P2 + 20101025 1444 25.419 GAU 0.25 0.0 14.891259 0.2 GSI__BH ? Z ? T0.9 ? 20101025 1445 39.119 GAU 0.0 0.0 125.0 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.8 ? 20101025 1445 40.069 GAU 0.0 0.0 125.950005 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.5 ? 20101025 1446 07.319 GAU 0.0 0.0 153.2 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.2 ? 20101025 1446 34.169 GAU 0.0 0.0 180.05 0.0
Dari output tersebut bisa diketahui hasil pengukuran T0,9 = 125,0 detik, T0,8= 125.95 detik, T0,5 = 153,2 detik dan T0,2=180,05 detik. Selanjutnya durasi rupture (Tdur) bisa ditentukan dengan cara sebagai berikut:
1. Ubahlah nama file SeisGram2K_1389360856.pick menjadi jokotingkir.pick
[image:6.612.121.503.301.492.2]2. Copy file script sg2defaults berikut ke dalam folder yang sama dengan software SeisGram2K.jar 3. Ulangi langkah a dan b. Maka akan diperoleh hasil perhitungan Tdur sbb:
Gambar 13. Tampilan perhitungan Tdur
Hasil akhir pengukuran Tdur bisa dilihat pada file jokotingkir.pick seperti berikut:
GSI__BH ? Z ? P + 20101025 1443 39.169 GAU 0.15 0.0 12.887825 0.4 GSI__BH ? Z ? P0 + 20101025 1443 39.169 GAU 0.15 0.0 12.887825 0.4 GSI__BH ? Z ? P1 + 20101025 1443 55.719 GAU 0.3 0.0 10.67511 1.6 GSI__BH ? Z ? P2 + 20101025 1444 25.419 GAU 0.25 0.0 14.891259 0.2 GSI__BH ? Z ? T0.9 ? 20101025 1445 39.119 GAU 0.0 0.0 125.0 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.8 ? 20101025 1445 40.069 GAU 0.0 0.0 125.950005 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.5 ? 20101025 1446 07.319 GAU 0.0 0.0 153.2 0.0 GSI__BH ? Z ? T0.2 ? 20101025 1446 34.169 GAU 0.0 0.0 180.05 0.0 GSI__BH ? Z ? Tdur ? 20101025 1446 34.169 GAU 23.068571 0.0 175.0 0.0
Referensi dan Publikasi
Lomax, A. & Michelini, A., 2009. Tsunami early warning using earthquake rupture
duration, Geophys. Res. Lett., 36, L09306, doi:10.1029/2009GL037223.
Lomax, A. And A. Michelini, 2011. Tsunami early warning using earthquake rupture
duration and P-wve dominant period: the importance of length and depth of faulting,
Geophys. J. Int. 185, 283-291, doi: 10.1111/j.1365-246X.2010.04916.x.
Madlazim (2011), Toward Indonesian Tsunami Early Warning System by Using Rapid
Rupture Duration Calculation, Science of Tsunami Hazards, Vol 30, No. 4, Tsunami
Society International, USA.
Madlazim (2011), Menuju Sistem Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan
Durasi Rupture Gempabumi secara Cepat dan Tepat, Edisi 3, 2011, Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia (HAGI).
Madlazim, (2011), Estimasi Durasi, Arah dan Panjang Rupture, serta Lokasi-lokasi
Gemabumi Susulan Menggunakan Perhitungan Cepat, Jurnal Penelitian Fisika dan
Aplikasinya (JPFA), Vol 2, No. 2.
Madlazim (2012), Toward tsunami early warning system in Indonesia by using rapid
rupture
durations
estimation,
AIP
Conf.
Proc.
1454,
pp.
142-145;
doi:http://dx.doi.org/10.1063/1.4730707 (4 pages) INTERNATIONAL CONFERENCE
ON PHYSICS AND ITS APPLICATIONS: (ICPAP 2011)
Madlazim (2012),Menuju Peringatan Dini Tsunami Menggunakan Perhitungan Cepat
Periode Dominan danT50 Exceeds, Seminar Ilmiah Bulanan BMKG "Scientific Journal
Club" Kerjasama BMKG-ITS, Surabaya, Kamis, 27 September 2012.
MADLAZIM (2013), ASSESSMENT OF TSUNAMI GENERATION POTENTIAL
THROUGH RAPID ANALYSIS OF SEISMIC PARAMETERS CASE STUDY:
COMPARISON OF THE EARTHQUAKES OF 6 APRIL AND OF 25 OCTOBER 2010
OF SUMATRA, SCIENCE OF TSUNAMI HAZARDS 1 (32), UNITED STATE.
Majalah Tempo tanggal 3 Maret 2013. Hal. 60 (Ilmu & Teknologi). "Joko Tingkir Penaksir
Tsunami".
Koran Tempo tanggal 25 September 2013. Hal. A12 (Ilmu dan Teknologi 100%
Indone-sia). " Joko Tingkir, Sang Pendeteksi Tsunami".