TERAPI SHALAT TAHAJUD DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEORANG SANTRI DI PONDOK PESANTREN
BAITUL-JANNAH SURABAYA SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh: Rhodiyah NIM. B53212092
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Rhodiyah (B53212092), Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitu Jannah Surabaya?, (2)Bagaimana hasil akhir Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya ?
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam meningkatkan Kedisiplinan seorang Santri di Baitul Jannah Surabaya serta membandingkan keadaan konseli sebelum dan sesudah mendapatkan konseling melalui pendekatan tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumen hasil observasi dan wawancara dari konseli serta informan.
Adapun proses pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam meningkatkan kedisiplinan seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya yakni dengan langkah-langkah seperti identifikasi masalah, diagnosa, prognosa,
treatment/ terapi dan follow up. Kemudian pada treatment/ dilakukan suatu
pendekatan yaitu Terapi Shalat Tahajud yang didalamnya ada tahap persiapan yakni dalam hal ini konselor membangunkan konseli pada jam 03.30 malam, dan memberikan buku yang berisi do’a kepada konseli, tahap proses yakni dalam hal ini shalat tahajud dilakukan dua roka’at atau satu salam, dan yang terakhir adalah tahap konseling dan refleksi. Kemudian diadakan evaluasi yang berupa diskusi hasil proses konseling antara konselor dan konseli dan dilanjutkan dengan tindak lanjut. Berdasarkan proses tersebut, dalam penelitian ini konseli mengalami kegagalan dalam mematuhi peraturan dan tanggung jawab serta tata tertib yang berlaku di pondok pesantren baitul jannah Surabaya. Setelah mendapatkan terapi, konseli telah menunjukkan tanda ada sedikit perubahan meskipun belum maksimal.
Hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini adalah kurang berhasil dengan prosentase 66%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan gejala yang awalnya 6 gejala yang tampak menjadi 4 gejala yang dapat ditinggalkan, dan 2 yang menjadi kadang-kadang ditinggalkan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Masalah ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Definisi Operasional ... 9
F. Metode Penelitian ... 12
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 12
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 13
3. Jenis dan Sumber Data ... 13
4. Tahap-Tahap Penelitian ... 15
5. Teknik Pengambilan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 18
7. Teknik Keabsahan data ... 19
G. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II: SHALAT TAHAJUD DAN KEDISIPLINAN A. Shalat Tahajud... 21
1. Pengertian Shalat Tahajud ... 21
2. Dasar Hukum Shalat Tahajud ... 22
3. Keutamaan Shalat Tahajud ... 24
4. Adab Bangun Malam ... 29
5. Tata Cara Shalat Tahajud ... 34
6. Faktor-faktor yang memudahkan mengerjakan Shalat Tahajud ... 38
7. Kisah Seputar Pengamal Shalat Tahajud ... 42
8. Hubungan Shalat Tahajud Dengan Pembentuka Karakater ... 42
9. Hubungan Shalat Tahajud dan Pembinaan Kedisiplinan ... 48
B. Kedisiplinan ... 51
1. Pengertian Kedisiplinan ... 51
2. Jenis-jenis Kedisiplinan ... 54
3. Tujuan Diadakannya Disiplin ... 56
BAB III: TERAPI SHALAT TAHAJUD DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SEORANG SANTRI DI PONDOK PESANTREN BAITUL JANNAH SURABAYA
A. Deskripsi Umum Pondok Pesantren Baitul Jannah... 59
1. Profil Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabay ... 59
a. Visi ... 60
b. Misi ... 60
c. Tujuan ... 61
d. Kegiatan Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 62
e. Tata Tertib Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 62
f. Struktur Kepengerusan Pondok Pesantren Baitul Jannah ... 64
2. Deskripsi Konselor... 65
a. Profil Konselor ... 65
b. Latar Belakang Pendidikan Konselor ... 65
c. Pengalam Konselor ... 65
3. Deskripsi Konseli ... 66
a. Profil Konseli ... 66
b. Latar Belakang Pendidikan Konseli ... 67
c. Latar Belakang Keluarga Konseli ... 67
d. Lingkup Pergaulan ... 68
4. Masalah Konseli... 68
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
1. Proses Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya... 69
a. Identifikasi Masalah ... 70
b. Diagnosa ... 72
c. Prognosa ... 73
d. Treatment (Terapi) ... 74
e. Evaluasi dan Follow Up ... 82
2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Terapi Shalat Tahajud Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya ... 84
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri di Pondok Baitul Jannah Surabya ... 87
B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Terapi Shalat Tahajud dalam Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya ... 99
BAB V: PENUTUP A. KESIMPULAN ... 103
B. SARAN ... 104
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kondisi Konseli Sebelum Dilakukan Konseling Untuk
Meningkatkan Kesiplinan dengan Pendekatan Terapi Shalat
Tahajud ... 72
Tabel 1.2 Deskripsi Shalat Tahajud selama satu bulan ... 77
Tabel 1.3 Kondisi Konseli Sesudah Dilakukan Konseling dengan Pendekatan
Terapi Shalat Tahajud ... 85
Tabel 1.4 Perbandingan Data Teori dan Data Empiris ... 88
Tabel 1.5 Kondisi Konseli Sebelum dan Sesudah Dilakukan Konseling
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Disiplin diri merupakan substansi di era global untuk dimiliki dan
dikembangkan oleh anak (santri) karena dengannya dia dapat memiliki
kontrol internal untuk berperilaku yang senantiasa taat moral. Dengan
demikian, anak tidak hanyut oleh arus globalisasi, tetapi sebaliknya ia
mampu mewarnai dan mengakomodasi.1
Menurut Malayu, kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang secara sukarela menaati semua
peraturan dan sadar akan tanggung jawabnya. Dan kesediaan adalah suatu
sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan
lembaga, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.2
Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan
kehidupan pribadi kelompok. Tata tertib itu bukan buatan binatang, tetapi
buatan manusia sebagai pembuat dan pelaku. Sedangkan disiplin timbul dari
dalam jiwa karena adanya dorongan untuk menaati tata tertib tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa disiplin adalah tata tertib, yaitu
1
Moh Shochib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membentuk Disiplin Diri (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 12.
2
2
ketaatan kepatuhan kepada peraturann tata tertib dan sebagainya. Berdisiplin
berarti menaati (mematuhi) tata tertib.3
Ary Ginanjar mengungkapkan bahwa kunci dari prinsip “keteraturan”
adalah sebuah disiplin. Disiplinlah yang akan mampu menjaga dan
memelihara sebuah sistem yang terbentuk. Dan kedisiplinan yang akan
mampu menciptakan sebuah sistem dan sebuah kepastian. Tanpa sebuah
kedisiplinan maka sebuah tatanan akan hancur. Sebaliknya kedisiplinan akan
menciptakan sebuah tatanan yang akan menghasilkan sebuah keberhasilan.4
Kedisiplinan merupakan bagian penting dalam pendidikan, baik
dalamkonteks pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Disiplin
sangat diperlukan dalam kehidupan, karena disiplin adalah kunci utama
meraih sukses.5 Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk menerapkan
disiplin dalam berbagai aspek baik dalam beribadah, belajar dan kehidupan
lainnya. Perintah untuk berlaku disiplin secara implisit termaktub dalam
firman Allah SWT dalam Qur’an surat An-Nisa’ ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul
3
Syaiful Bahri Djamarah, Rahasia Sukses Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), hal. 17.
4
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual (ESQ) (Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2001), hal. 202.
5
3
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya
(Q.S. An-Nisā/4: 59).6
Dengan disiplin yang kuat, maka itulah orang yang pada dirinya akan
tumbuh sifat iman yang kuat pula. Dan orang yang beriman adalah orang
yang pada dirinya atau tumbuh sifat yang teguh dalam berprinsip, tekun
dalam usaha dan pantang menyerah dalam kebenaran. Disiplin adalah kunci
kebahagiaan, dengan disiplin ketenangan hidup akan tercapai.7
Imam Santoso mengatakan “kecenderungan di masyarakat yang
tampak pada akhir-akhir ini adalah tingkah laku yang mau senang sendiri,
ketidak patuhan pada hukum dan hukum dan pelanggaran-pelanggaran
terhadap tata tertib yang berlaku”. Hal ini oleh para ahli dinyatakan sebagai
kecenderungan bahwa kedisiplinan manusia indonesia menurun.8
Hal tersebut senada dengan fenomena tersebut si atas ditemukan oleh
peneliti di lapangan yaitu di pondok pesantren Baitul Jannah Surabaya. Setiap
santri Pondok Pesantren Baitu Jannah (PPJB) dalam kesehariannya
diwajibkan mengikuti peraturan dan ketentuan serta kegiatan-kegiatan yang
sudah ditetapkan. Kegiatan yang wajib diikuti antara lain: sholat barjama’ah )maghrib, isya’ subuh), mengaji kitab )setelah isya’ dan subuh), membaca Sholawat/diba’an )seminggu sekali) dan khitobah (senin malam) serta
khataman dan dzikir bersama(sebulan sekali). Bagi santri yang memang
6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit J-ART, 2004), hal. 87.
7
Agoes Soejanto, Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), hal. 74.
4
udzur atau ada halangan dalam mengikuti kegiatan, diwajibkan untuk izin
kepada pengurus yang menangani kegiatan tersebut. Santri yang tidak
mengikuti shalat berjama’ah harus izin ke pengurus yang menangani shalat
berjama’ah )seksi Ubudiyah). Bagi mereka yang tidak bisa mengikuti
pengajian, maka wajib izin/lapor kepada seksi pendidikan dan begitupun
seterusnya. Adapun bagi mereka yang melanggar peraturan, mereka harus
berani menanggung sangsi yang sudah ditetapkan, biasanya sangsinya berupa
hukumam yang mendidik dari pengurus dan pengasuh.
Namun meskipun demikian masih ada salah satu santri yang
melanggar peraturan peraturan yang sudah ditetapkan. Dalam kasus ini adalah
seorang santri bernama Farida (nama samaran). Dalam kesehariannya, yang
bersangkutan sering melanggar peraturan pondok. Di antara beberapa
peraturan yang dilanggar anatar lain tidak mengikuti sholat berjama’ah )maghrib, isya’ dan subuh), tidak masuk ketika waktu mengaji kitab (setelah isya’ dan subuh), tidak piket ketika jadwal bagiannya piket, serta sering tidak
memperhatikan ustadnya ketika sedang menjelaskan.9
Pelanggaran yang dilakukan oleh seseorang dimungkinkan terjadi
karena beberapa faktor seperti: 1) Ketidaksanggupan menyerap norma-norma
kebudayaan. Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
ke dalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan
perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas. 2) Sikap mental yang
tidak sehat membuat orang tidak pernah merasa bersalah atau menyesali
9
5
perilakunya yang dianggap tidak baik. 3) Lingkungan pergaulan sangat
mempengaruhi perkembangan sikap dan perilaku seseorang. Biasanya orang
akan mengikuti dan beradaptasi dengan lingkungan pergaulannya walaupun
itu sudah termasuk perilaku yang tidak baik.10
Perilaku yang di tampakkan Farida merupakan kecenderungan dari
perilaku rendahnya disiplin diri. Karena kegagalannya dalam mematuhi
peraturan-peraturan atau norma-norma yang berlaku. Padahal Suatu lembaga
baik lembaga pendidikan (sekolah, pondok) ataupun lembaga kerja
(perusahaan) seorang individu sangatlah dituntut untuk selalu mempunyai
kedisiplinan diri, hal tersebut sangat diperlukan untuk tercapainya semua
tujuan yang diharapkan dari suatu lembaga tersebut.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang shalatnya kokoh, maka
bisa dipastikan dia akan semakin kokoh memegang kewajiban yang lain.
Shalat sebagai sarana munajat kepada Allah SWT yang menciptakan alam
semesta. Shalat juga merupakan bentuk penghambaan paling hakiki sebagai
mahluk kepada sang Khalik. Dalam hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.11
Dengan shalat seseorang bisa mengungkap segala bentuk kebutuhan,
kesulitan yang mendera dirinya, bahkan mendapatkan manfaat sehat, baik
10
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 215-224. 11
6
sehat jasmani maupun sehat rohani. Shalat membuat manusia tidak lupa diri
yang dapat menghancurkan dirinya sendiri. Shalat juga menumbuhkan
kepercayaan diri, menghalau kekhawatiran dan rasa takut, menjaga
keseimbangan jiwa, memberikan harapan yang terus ada, dan memunculkan
ketenagan pada dirinya.
Shalat adalah sarana untuk melatih sebuah kedisiplinan. Waktu telah
ditentukan dengan pasti sehingga orang yang mampu melakukan shalat secara
disiplin, niscaya akan menghasilkan pula pribadi-pribadi yang memiliki
disiplin yang tinggi. Kemampuan untuk melakukan shalat tepat waktu, adalah
suatu jaminan bahwa orang tersebut disamping bisa dipercaya juga memiliki
kesadaran akan arti penting sebuah waktu yang harus ditepati. Isi dari shalat
pun harus tertib dan teratur, dimulai dari wudhu, niat, takbiratul ihram hingga
salam. Semua dilakukan secara beraturan dan sangat teratur. Ini
menggambarkan betapa suatu keteraturan itu dimulai dari cara berfikir )do’a shalat) sampai dengan pelaksanaan fisiknya. Ini pelatihan kedisiplinan yang
sesungguhnya, langsung diberikan oleh Allah.12
Peneliti lebih memilih shalat tahajjud dalam penelitiannya, tidak
memilih shalat-shalat sunah yang lain yang sudah dibiasakan oleh santri di
pondok pesantren Baitul Jannah Surabaya Karena beberapa alasan yaitu
secara spiritual shalat tahajjud mempunyai kenikmatan tersendiri yang tidak
dapat dirasakan pada shalat shalat sunah lainnya. Pertama, dilaksanakan
setelah tidur sehingga tubuh berada dalam keadaan fresh (segar) dan fikiran
12
7
berada dalam keadaan plong. Kedua, tidak ada gangguan berat, yang bisa
terjadi sebab orang orang disekitar sedang terlelap,yang ada hanyalah kita dan
tuhan. Ketiga, dilaksanakan dalam waktu yanng cukup panjang dan
berkesinambungan sehingga memungkinkan terjadinya konsentrasi dan
kontempasi yang cukup Intens.13
Berangkat dari hal inilah, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terkait dengan upaya meningkatkan kedisilinan melalui terapi shalat tahajjud.
Adapun judul penelitian ini adalah: Terapi Shalat Tahajjud dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Seorang Santri Baitul Jannah Surabaya. (Studi
Kasus di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya,
maka penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana proses terapi shalat tahajjud dalam meningkatkan kedisiplinan
pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya?
2. Bagaimana hasil terapi shalat tahajjud dalam meningkatkan ke disiplinan
pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah Surabaya?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti uraikan di atas maka
tujuan penelitian ini adalah:
13
8
1. Untuk mengetahui bagaimana proses shalat tahajjud dalam meningkankan
kedisiplinan pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul Jannah
Surabaya.
2. Untuk mengetahui bagaimana hasil akhir dari terapi shalat tahajjud dalam
meningkatkan kedisiplinan pada seorang santri di Pondok Pesantren Baitul
Jannah Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian mempunyai beberapa manfaat antara lain adalah :
1. Manfaat teoritis,
a. Menambah khazanah keilmuan Bimbingan dan Konseling Islam dalam
hal meningkatkan kedisiplinan dengan terapi shalat tahajjud.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi mahasiswa Bimbingan dan
Konseling Islam, khususnya bagi mahasiswa dalam melakukan proses
konseling dalam hal disiplin diri.
2. Manfaat praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi
khususnya kepada orang tua, konselor, guru, dan pengurus pesantren
dalam upaya membimbing dan memotivasi para santri untuk
meningkatkan kedisiplinan dalam mengikuti kegiatan yang sudah
ditetapkan.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam
menangani kasus yang sama dengan menggunakan dimensi-dimensi
9
E. Definisi Operasional
1. Terapi Shalat tahajjud
Shalat tahajud ialah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu
malam: sedikitnya dua rokaat dan sebanyak-banyaknya tidak terbatas.
Waktunya sesudah shalat isya’ sampai terbit fajar. Shalat diwaktu malam
hanya dapat disebut shalat tahajud dengan syarat apabila dilakukan
sesudah bangun dari tidur malam, sekalipun tidur itu hanya sebentar. Jadi
apabila dikerjakan tanpa tidur sebelumnya, maka ini bukan shalat tahajud,
tetapi shalat-shalat sunah saja seperti witir dan sebagainya.14
Shalat tahajud dilakukan secara individual dalam keheningan di
penghujung malam ketika orang-orang terlelap tidur. Hal itu bisa
meninggikan jiwa manusia dan mendekatkannya kepada Allah. Manusia
merasakan kehadiran tuhan dalam hatinya dan dalam lubuk jiwa yang
paling dalam sehingga tercipta kesadaran untuk mengagungkan dan
mengimani kehadiran Allah.15 Ayat berikkut menegaskan masalah ini:
“Hai orang yang berselimut (muhammad), bangunlah (untuk
shalat) dimalam hari, kecuali sedikit(dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu.
Daan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami kan
14 Moh. Rifa’I,
Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT Karya Putra, 2014), hal. 88.
15
Muhammad Imron, Munajat Kemulyaan Anugerah dan Kebahagiaan Shalat Tahajud
10
menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan pada waktu
itu lebih berkesan (QS. Al-Muzzammil, [574]: 1-6.16
Sementara terapi adalah usaha atau pengobatan untuk memulihkan
kesehatan seseorang yang sedang sakit baik fisik ataupun mental. Jadi
terapi shalat tahajjud adalah cara atau usaha untuk menyembuhkan
seseorang yang sedang sakit fisik ataupun mental dengan cara melakukan
sholat dimalam hari setelah bangun dari tidur. Dimana pada malam itu
seorang hanba bisa mengungkapkan segala keinginanannya terhadap
tuhannya yang maha agung, karena pada waktu itu Allah berjanji akan
mengabulkan segala doa atau permintaan dari hambanya.
2. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata dasar “disiplin’ yang mendapat
awalan ke – dan akhiran –an. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata
disiplin berarti ketaatan (kepatuhan) kepada Peraturan (tata tertib).17
Disiplin yaitu ketaatan atau kepatuhan kepada tata tertib dan sebagainya.
disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati
tata tertib tersebut.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kedisiplinan adalah tata
tertib, yaitu ketaatan, kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan
sebagainya. Berdisiplin berarti menaati(mematuhi) tata tertib.18
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah (Bandung: CV Diponegoro, 2014), hal. 574.
17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hal. 268.
18
11
Menurut F. W Foerster dalam bukunya Doni Koesoema yang
berjudul Pendidikan Karakter, disiplin merupakan keseluruhan ukuran
bagi tindakan yang menjamin kondisi-kondisi moral yang diperlukan.
Sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak terganggu. Adanya
kedisiplinan, dapat menjadi semacam tindakan preventif dan
menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kaum muda.19
Sedangkan menurut W.J.S. Purwadarminta, disiplin memiliki dua
arti, yaitu latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib.20 Jadi, disiplin dapat diartikan
sebagai sikap dan patuh terhadap aturan dan tata tertib yang sudah
ditentukan. Selanjutnya Henry Clay Lindgren juga mendefinisikan
pengertian disiplin di dalam bukunya yang berjudul EducationalPsycology
in the Classroom bahwa “The meaning of discipline is control by
enforcing obedience or orderly conduct”.21
Artinya: Definisi dari disiplin
adalah mengontrol dengan cara mematuhi peraturan/perilaku baik.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kedisiplinan tersebut, dapat
diambil suatu pengertian bahwa kedisiplinan merupakan perilaku taat dan
patuh terhadap tata aturan yang berlaku yang didasarkan atas kesadaran
diri terhadap tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan.
19
Doni Koesoema, A., Pendidikan Karakter ( Strategi Mendidik Anak di Zaman Global)
(Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 233-236 20
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), hal. 254.
21
12
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian secara holistic
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah.22
Jadi, pendekatan kualitatif yang peneliti gunakan pada penelitian
ini digunakan untuk memahami fenomena yang dialami oleh konseli
secara menyeluruh yang dideskripsikan berupa kata-kata dan bahasa untuk
kemudian dirumuskan menjadi model, konsep, teori, prinsip dan definisi
secara umum.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus (case study) adalah penelitian tentang status subyek
penelitian yang berkenan dengan suatu kejadian mengenai perseorangan
dari keseluruhan personalitas.23
2. Sasaran dan lokasi penelitian
a. Sasaran penelitian
22
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 6.
23
13
Sasaran penelitian adalah pihak yang berperan dalam penelitian ini
yaitu farida sebagai konseli, sedangkan Rhodiyah berperan sebagai
Konselor.
b. Lokasi penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengambil lokasi yang
merupakan tempat tinggal konseli, yaitu pondok pesantren Baitul
Jannah Surabaya.
3. Jenis dan sumber data
a. Jenis data
Sehubung dengan penelitian yang sifatnya study kasus yang
hanya melibatkan satu klien, maka dalam penelitian ini tidak
menggunakan sampel ataupun populasi. Jadi pengetahuan diri klien
dengan cara observasi dan interview mengenai perkembangan klien
secara rinci yang diperoleh dari klien.
Adapun jenis data ini dikelompokkan menjadi data primer
dan sekunder, sebagai berikut:
1) Data primer
Data primer yaitu data paling utama dan paling penting yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Data primer dalam
penelitian ini antara lain: Bagaimana cara shalat Tahajudnya
konseli, berapa kali shalat tahajud dilakukan oleh konseli. Pada
14
proses shalat tahajud yang dilakukan oleh konseli, bagaimana
hasil akhir dari proses pelaksanaan shalat tahajud.
2) Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung kelengkapan
penelitian.24 Data ini diperoleh dari gambaran lokasi penelitian
dan keadaan lingkungan sekitar pondok pesantren Baitul
Jannah. Adapun data skunder dalam penelitian ini antara lain:
data tentang keluarga klien, data pendidikan klien, pergaulan
konseli, serta masalah konseli.
b. Sumber data
Untuk mendapatkan sumber data tertulis, peneliti mendapatkannya
dari sumber data. Adapun sumber data pada penelitian ini dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Sumber data primer
Sumber data primer yaitu sumber utama yang menjadi tempat
untuk mendapatkan data.25 Adapun yang menjadi sumber
primernya dalam penelitian ini adalah Farida (konseli), disini
peneliti melakukan wawancara dan observasi langsung pada
konseli (Farida).
2) Sumber data sekunder
24
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Unair, 2011), hal. 129. 25
15
Sumber data sekunder adalah sumber data yang dapat
melengkapi data dari sumber utama.26 Adapun yang menjadi
sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah informan
yakni dalam hal ini adalah guru konseli, pengurus pondok dan
teman konseli.
4. Tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap berikut disusun dan digunakan untuk rancangan
penelitian supaya proses penelitian lebih sistematis dan bisa
dipertanggung jawabkan validitasnya. Adapun tahap-tahapnya sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Menyusun rancangan penelitian
2) Memilih lapangan penelitian
3) Menjajaki dan menilai keadaan lapangan
4) Memilih dan memanfaatkan informan
5) Menyiapkan perlengkapan penelitian
6) Persoalan etika penelitian
b. Tahap pekerjaan lapangan
1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
2) Memasuki lapangan
3) Berperan serta sambil mengumpulkan data
26
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format- format Kuantitatif dan Kualitati
16
4) Tahap analisis data
5. Tehnik pengambilan Data
Tahap analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan
megurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Setelah peneliti mendapatkan data dari lapangan, peneliti mengadakan
pengecekan atau melakukan proses analisis terhadap hasil temuan guna
menghasilkan pemahaman terhadap data. Peneliti menganalisis data
yang dilakukan dan dikerjakan secara intensif.
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu tahap penting
dalam proses penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi partisipatif,
wawancara mendalam serta dokumentasi sebagai penguat data secara
tertulis.
a. Observasi
Definisi observasi adalah pengamatan, pengawasan,
peninjauan, penyelidikan, penelitian.27 Sedangkan menurut
Cartwright dalam Hardiansyah Haris mendefinisikan observasi
sebagai suatu proses melihat, mengamati, mencermati serta
merekam prilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model
observasi partisipatif atau partisipan. Karena dengan observasi ini,
maka data yang akan diperoleh oleh peneliti akan lebih lengkap,
27
17
tajam, dan sampai mengetahui makna pada tingkat makna dari
setiap perilaku yang tampak. Peneliti akan melakukan pengamatan
dilokasi yang menjadi tempat penelitian. Peneliti akan menggali
data berdasarkan apa yang ada di lapangan.
Peneliti melakukan observasi terhadap konseli (Farida)
tentang bagaimana cara shalat tahajudnya konseli, pada jam berapa
konseli melakukan shalat tahajud, bagaimana proses shalat
tahajudnya konseli, bagaimana pengaruh shalat tahajud terhadap
perubahan sikap keseharian konseli.
b. Wawancara
Sudjana dalam sugiyono bahwa wawancara adalah roses
pengumpulan data atau informasi melalui tatap muka antara pihak
penanya (interviewer) dengan pihak yang ditanya atau penjawab
(interviewer). Wawancara dilakukan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lansung oleh interviewer kepada yang
diwawancarai. Peneliti akan mencari data secara langsung bertemu
dengan informan.
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari
konseli (farida), guru konseli, Pengurus pondok PPBJ teman
terdekatnya. Isi pertanyaan dalam wawancara Terkait dengan
bagaimana perasaan konseli setelah melakukan shalat tahajud,
18
tahajud, bagaimana sikap konseli terhadap guru atau teman setelah
melakukan shalat tahajud. dan lain sebagainya.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode untuk mencari data mengenai
hal-hal yang berupa catatan, notulen, agenda, dan sebaginya.28
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang penelitian dan data-data tentang latar belakang
konseli.
Data yang diperoleh melalui metode ini adalah data berupa
gambaran umum tentang lokasi penelitian, yang meliputi
dokumentasi tempat tinggal konseli, identitas konseli, masalah
konseli, serta data lain yang menjadi data pendukung seperti foto
dan absen pondok dan lain lain.
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya
yang dilakukan dengan data, mengorganisasikan data, memilih-milih
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensikannya, mencari dan
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta
memutuskan apa yang diceritakan kepada orang lain.29
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan pelaksanaan
28
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 225 29
19
praktek konseling dengan kriteria keberhasilan secara teoritik,
membandingkan kondisi awal konseli sebelum proses konseling dengan
kondisi setelah pelaksanaan proses konseling.
7. Keabsahan Data
Di dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan dua teknik
keabsahan data, antara lain:
a) Perpanjangan keikut sertaan
Yaitu lamanya waktu keikutsertaan peneliti pada latar penelitian
dalam pengumpulan data serta dalam meningkatkan derajat
kepercayaan data yang dilakukan dalam waktu kurun yang relative
panjang.
b) Tringulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan
juga dapat di artikan sebagai teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data
dan sumber data yang ada.30
30
20
G. Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika dalam pembahasan ini terbagi menjadi
beberapa bab dan pada tiap babnya terdapat sub-sub sebagaimana uraian
berikut ini:
BAB I adalah pendahuluan yang berisi tentang latara belakang
masalah, rumusan masalah, tunuan peneelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II berisi tentang kajian teori, meliputi 1) pengertian sholat
tahajud, dasar hukum, keutamaan, tata cara, faktor yang memudahkan
mengerjakan sholat tahajud beserta kisah seputar pelaksanashalat tahajud,
hubungan shalat tahajud terhadap pembentukan karakter serta hubungan
shalat tahajud dan pembinaan kedisiplinan. 2) pengertian kedisiplinan,
jenis-jenis, beserta tujuan diadakannya disiplin.
BAB III berisi tentang Penyajian data, di dalam penyajian data
meliputi tentang deskripsi berisi yang dipaparkan secukupnya agar
pembaca mengetahui objek yang akan dikaji dan deskripsi lokasi
penelitian, meliputi hasil penelitian. Pada bagian ini dipaparkaan mengenai
data dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan perumusan
masalah yang diajukan.
BAB IV berisi tentang penyajian dan analisis data, di dalamnya
membahas tentang pengujian data dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dari
21
BAB II
SHALAT TAHAJUD DAN KEDISIPLINAN A. Shalat Tahajud
1. Pengertian Shalat Tahajud
Tahajud berasal dari kata tahajjada yang sama artinya seperti
istaiqazha, yang berarti terjaga, sengaja bangun, atau sengaja tidak tidur.
Hal itu tentu saja dilakukan pada waktu malam, sehingga dinamakan
“Shalatullail atau qiyamullail” yang diterjemahkan dengan shalat malam.1
Sedang menurut Moh. Sholeh, shalat tahajud artinya bangun dari tidur.
Shalat tahajud artinya shalat sunnah yang dikerjakan pada waktu malam
hari dan dilaksanakan setelah tidur terlebih dahulu walaupun tidurnya
hanya sebentar.2
Sementara shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan di
sepertiga malam yang terakhir, dimana orang yang terbiasa dengannya
mendapatkan predikat sebagai orang yang shalih, sedangkan tujuan dari
shalat tahajjud adalah untuk melengkapi ibadah, berdoa, dan bermunajat
kepada Allah SWT terhadap berbagai kebutuhan dan keperluan seseorang
sebagai manusia.
Abdullah bin Umar menjelaskan bahwa shalat tahajud
dilaksanakan setelah bangun tidur. Menurut Imam Syafi’i, shalat tahajud
bisa dilaksanakan sebelum atau sesudah tidur. Meskipun shalat ini
1
Sudirman Abbas, The Power Of Tahajud (Jakarta: Qultum Media, 2007), hal. 1. 2
22
hukumnnya sunnah, namun Nabi SAW menjelaskan shalat ini mempunyai
keutamaan setelah shalat lima waktu. Sebuah hadis menyebutkan: dari
Abu Hurairah-semoga rida Allah tercurah padanya-dari Rasulullah
bahwasanya beliau pernah ditanya, “Apakah shalat yang lebih utama
sesudah shalat lima waktu?” Beliau menjawab, “Shalat malam.” (H.R.
Muslim)
Nabi SAW bersabda, “Hai sekalian manusia ! Sebarkan ucapan salam,
berilah makanan dan lakukan shalat malam dikala orang sedang terlelap
tidur, niscaya kalian akan masuk surga Tuhanmu dengan damai dan
tenang.” (H.R. Tirmidzi)3
Para pelaku shalat malam adalah mereka yang mencapai
pertolongan dalam pengucilan, karena shalat tahajud merupakan shalat
paling utama setelah shalat wajib. Begitu banyak keutamaan sebagaimana
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist.
2. Dasar Hukum Shalat Tahajud
Shalat tahajud merupakan shalat sunnah yang sangat dianjurkan
oleh Rasulullah SAW. Adapun yang menjadi perintah dalam
melaksanakan shalat tahajud tercantum dalam Al-Qur’an surat Al-isra’/17
ayat 79 yang berbunyi:
3
23
Artinya: “Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai
suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu
mengangkatmu ke tempat yang terpuji”. (Q.S. al-Isra/17: 79).4
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian malam bangun
dan bertahajudlah denganya, yakni dengan bacaan Al-qur’an itu, dengan
kata lain lakukanlah shalat tahajud sebagai suatu ibadah tambahan
kewajiban. Atau sebagai tambahan ketinggian derajat bagimu,
mudah-mudahan dengan ibadah-ibadah ini tuhan pemelihara dan pembimbingmu
mengangkatmu di hari kiamat nanti ke tempat yang terpuji.5
Menurut M. Quraish shihab dalam bukunya yang berjudul Tafsir
Al-Misbah, kata (
ىسع
) „asa berarti harapan, tetapi tentu saja harapan tidakmenyentuh Allah SWT. Karena harapan mengandung makna
ketidakpastian, sedang tidak ada sesuatu yang tidak pasti bagi-Nya. Atas
dasar itu harapan bagi mitra bicara. Dalam ayat ini Rasulullah
diperintahkan untuk melaksanakan tuntunan diatas disertai dengan harapan
kiranya Allah menganugerahkan beliau maqaman mahmuda.
Sedangkan kata (
اد حا ا
)
“maqoman mahmudan” dapat berartikebangkitan yang terpuji, bisa juga ditempat yang terpuji bertemu. Ayat ini
menjelaskan apa sebab pujian dan siapa yang memuji. Ini berarti yang
memujinya semua pihak, termasuk semua mahluk. Mahluk memuji karena
mereka merasakan keindahan dan manfaat yang mereka peroleh bagi diri
mereka. Dari sekian banyak riwayat dan dari berbagai sumber yang
4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya: Al-Hikmah (Bandung: CV Diponegoro, 2014), hal. 290.
5
24
menyatakan bahwa maqam terpuji itu adalah syafaat terbesar Nabi
Muhammad SAW pada hari kebangkitan.
Ayat di atas menegaskan bahwa yang dinamakan shalat tahajjud
adalah shalat yang dikerjakan pada malam hari. Maka shalat sunnah yang
dikerjakan di siang hari tidak disebut dengan shalat tahajud. Ayat tersebut
juga menegaskan bahwa salah satu fungsi dari shalat tahajjud, yakni
sebagai ibadah tambahan bagi manusia.
3. Keutamaan Shalat Tahajud
Keutamaan shalat tahajud dapat dilihat dari ayat-ayat Al-Qur’an
dan beberapa hadist yang menjelaskan bahwa shalat sunah yang paling
utama adalah shalat tahajud.
a. Keutamaan Shalat malam menurut Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menjelaskan tentang keutamaan
shalat malam. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an, ada beberapa ayat yang
menganjurkan kepada orang-orang shalat agar mengisi waktu malam
dengan beribadah kepada Allah SWT.
25
sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohon ampunan di
waktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz-Dzariyat [51]:15-18).6
Dan ayat Al-Qur’an yang lain adalah:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur. Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antar mereka. Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada
bagian yang panjang dimalam hari. (QS. al-Insan 23-26).7
Habib Idrus menjelaskan makna ayat „Bersabarlah kamu untuk
melaksanakan ketetapan Tuhanmu’ dengan cara menjalankan perintah
dan anjuran Allah swt. dengan ikhlas dan senang hati. Amalan yang
dilakukan dengan ikhlas tidak memberatkan bagi pelakunya. Jika
seseorang merasa nyaman dan nikmat dalam beribadah kepada Tuhan,
maka tidak akan ada rasa malas untuk bangkit, rukuk dan sujud
kepada-Nya.
Dikatakan pula hendaknya orang-orang menyebut nama Tuhan di
pagi dan petang. Bahkan di malam hari dianjurkan untuk bersujud
maupun bertasbih. Sesungguhnya Allah tahu betul kesibukan
6
Asy-Syifa, Al-qur’an dan Terjemahannya, hal. 1104.
7
26
Nya dalam menjalani kehidupan di siang hari. Maka dia menyediakan
waktu di malam hari untuk istirahat dan selebihnya untuk menghadap
kepadaNya dengan penuh konsentrasi. Bangun di tengah malam yang
sunyi terlepas dari gangguan-gangguan dari luar sehingga bisa
memusatkan pikiran dan perhatian hanya kepada Allah.8
b. Keutamaan shalat malam menurut As-Sunnah
, ا ع با ا ثدح: ديعس ب بيتق يثدح
,رشب يا ع
دبع ب ديم يا ع
, ر حا مرلا
ع
, اي لا ضفا: يملسو هيلع ها ىلص ها سر اق: اق ه ع ها يضر ر ر يا
, اض ر دعب
, رح هار ش
, ا لا ضفاو
, ض رفلا دعب
ملس هاور ي.) يللا اص
Artinya: telah bercerita kepadaku Qutaibah bin Said: telah bercerita kepada kita Abu awanah, dari Abi Bisrin, dari Humaidi bin abdirrahman himyari, dari Abu Hurairah RA. Berkata: Nabi Muhammad SAW bersaba “sebaik-baik puasa setelah (puasa)Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram, dan sebaik-baik shalat setelah shalat Fardhu adalah shalat malam.” HR. Muslim).9
Rasulullah SAW bersabda,
يل ّ ك اع و راب ا ّبر
: يف رخأا يّللا ثلث ى ب نح ,اي ّدلا ءا ّسّلا ا ل
. هلرفغأف يرغتس ,هيطعأف يلأس ,هل يجتسأف ي عد
10
“Tuhan kita yang maha mulia dan maha tinggi pada setiap malam
turun turun kelangit dunia ketika sepertiga malam terakhir. Dia
berfirman, „Orang yang berdo’a kepad-Ku akan aku kabulkan. Orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan aku beri. Orang yang memohon ampun-Ku akan aku ampuni.
Rasulullah SAW bersabda: “Dua rakaat shalat yang dilakukan hanba
pada tengah malam adalah lebih baik dari pada dunia dan seisinya.
8
Habib Idrus Al-Hamid, Keajaiban Shalat Tahajud (Surabaya: Pustaka Media, 2009), hal. 42-43.
9
Al- Imam Muslim Ben Al-Hajjaj, Sahih Muslim (Lebanon: Dar Al- Kutub Al- Ilmiyah, 2008), hal. 484.
10
27
Kalau saja tidak akan memberatkan umatku, niscaya aku wajibkan
kepada mereka.”11
لا اي ب م يلع
,مأا ع ا و ها ا برق يللا ايق او ,م لبق نحا لا أد ه أف يل
دس ا ع ءادلل درط و ا يسلل رف و
.
“Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam, karena ia merupakan
tradisi orang-orang saleh sebelum kalian. Shalat malam itu adalah kedekatan kepada Allah Azza wa Jalla, penebusan dosa, pengusir
pennyakit dari tubuh, dan pencegah perbuatan dosa.12
Semasa hidupnya Rasulullah SAW, beliau tidak pernah
meninggalkan ibadah malam. Sebagian waktu malam beliau gunakan
untuk menegakkan shalat malam. Shalat tahajud merupakan shalat yang
diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW sebelum turun perintah
shalat wajib lima waktu dan sekarang shalat tahajud merupakan shalat
yang sangat dianjurkan kepada manusia untuk dilaksanakan.13
: لاق ا ع ها يضر شئاع عو
رّطفت ىّتح يّللا مّلسو ها ىّلص ه سر اك
افأ (( : اق ؟ رّخأ ا و ب ل رفغدقو ها سر ا ا ع م : هل ل ف ,ها دق
.هيلع قفّت )) اٌر ش اٌدبع كأ
1ض
dari Aisyah, Nabi Muhammad SAW tegak shalat malam hingga kedua
kakinya merekah, lalu aku tanyakan kepadanya: “kenapa engkau
beribadah sedemikan rupa, bukankan Allah telah mengampuni dosa=dosamu yang terdahulu dan yang akan datang? jawabnya:
“tiada patutkah aku berbuat sebagai hanba yang pandai bersyukur?.
(demikian perbuatan seorang hamba yang pandai bersyukur kepada
tuhannya). “HR. Bukhari Muslim).15
12
Imam al-Ghazali, Keagungan Shalat (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 111.
13
Abu Sattar, Kekuatan Maha Dahsyat Ibadah-Ibadah Malam (Yokyakarta: Araska, 2011),hal. 16-17.
14
Syaih Imam Yahya, Riyadus-Sholihin (Surabaya: Darul Abidin, ), hal.353. 15
28
Di ceritakan dari Abdullah bin Salam r.a bahwasanya Nabi Muhammad
SAW bersabda:
ا شفأ اّلا ا ّا (( : اق مّلسو ها ىّلص ىّيبّلا ّ ا ه ع ها يضر اس ب ها دبع عو
اّسلاب
. ي رّتلا هاور )) اسب ّ ا ا لخد , اي اّلاو يّللاب ا ّلصو , اعّطلا ا عطأو ,
16
“Wahai sekalian manusia, sebarluaskanlah ucapaan salam, berikanlah
makanan dan shalatlah kamu pada malam sewaktu manusia sedang
tidu:niscaya kamu sekalian akan masuk surga dengan selamat”. (HR
Tirmidzi).17
Menurut hadist Rasulullah SAW yang lain adalah.
“Siapa shalat malam dengan sebagus-bagusnya, maka Allah SWT,
memulyakan Sembilan perkara. Lima macam didunia dan empat
macam diakhirat. Radlatul „Ulama).18
Adapun lima keutamaan di dunia adalah:
1) akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana
2) tanda ketaatannya akan kelihatan di mukanya
3) akan dicintai para hamba Allah yang shalih dan dicintai oleh semua
manusia
4) akan dijadikan orang yang bijaksana, yakni diberi pemahaman
dalam agama.
5) Allah menjadikannya sebagai orang yang bijak. Yakni dia
dianugerahi oleh Allah sebagai orang yang alim.
Sedangkan empat keutamaan di akhirat adalah:
16
Syaih Imam Yahya, Riyadus-Sholihin (Surabaya: Darul Abidin, ), hal. 354.
17
Muslich Shabir, Terjemah Riyadlus Shalihin (Semarang: PT Karya Thoha, 1981), hal. 156.
18
29
1) wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur dihari pembalasan .
2) akan mendapatkan keringanan ketika dihisab.
3) ketika menyeberangi jembatan Shiratal Mustaqim. bisa
melakukannya dengan sangat cepat, seperti halilintar yang
menyambar.
4) catatan amalnya akan diberikan ditangan kanan.19
secara umum keutamaan shalat tahajud dapat disebutkan,
diantaranya:
1) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud, ia akan mendapat
pahala shalat yang paling utama setelah shalat fardhu
2) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud akan menjadi orang
yang paling dekat dengan Allah SWT.
3) orang yang selalu melaksanakan shalat tahajud akan menjadi orang
yang senantiasa selalu dicintai Allah SWT.
4. Adab Bangun Malam
Adab-adab bangun malam yakni yang pertama :
a. Berwudhu’ sebelum tidur dan berniat hendak bangun malam
Berkaitan dengan ini Al-Barra’ bin „Azib r.a.meriwayatkan bahwa
Nabi Saw. Bersabda,
ءاّض تف عجض خا ا ا اق مّلسو هيلع ها ىّلص ها سر ّ ا اع ب ءاّرلا يثّدح
فو يلا ي جو لسا يّا ّم للا , ق ّم مأا ّش ىلع عجّطا ّم اّ لل ء ضو
ض
ا يلا ّاا اج او أجل ا يلا ب رو بغر يلا ر ظ ا او يلا ر ا
19
30
ّ تليل ّ اف اك رخا ّ لعجاو لسرا ّلا ّيب بو ل ا ّلا بات ب
. رطفلا ىلع او
Artinya: “ Diceritakan oleh Al-Barra’ bin „Azib, Seseungguhnya Nabi
Muhammad bersabda, “Jika kamu hendak tidur, berwudhulah terlebih
dahulu seperti ketika hendak shalat. Berbaringlah paada sisi badan
sebelah kanan, lalu berdoalah, „Ya Allah, kupasrahkan diriku kepada -Mu, kuhadapkan wajahku -Mu, kuserahkan urusanku kepada-Mu karena harap dan takut kepada-kepada-Mu. Tiada tempat bernaung dan tiada tempat berlindung dari-Mu kecuali kepada-Mu. Aku beriman pada Kitab-Mu yang engkau turunkan kepada Nabi-Mu yang engkau
utus.’Jika kamu meninggal pada malam itu ditetapkan bagimu
kematian diatas fitrah(kesucian) dan doa itu menjadi kata-kata terakhir
yang kamu ucapkan.”20
Tidur dalam keadaan berwudhu adalah sesuatu yang istimewa
dalam kehidupan muslim. Dengan berwudhu dan berdo’a sebelum
tidur, dia memaknai hidupnya untuk beribadah kepada Allah. Inilah
tujuan penciptaan seluruh mahluk. Sungguh tidurnya dalam keadaan
berdzikir kepada Allah dan bangunnya pun dalam keadaan berdzikir
kepada-Nya. Dengan demikian, dzikir menjadi ruh kehidupannya dan
kehidupan ruhnya.21
b. Berzikir kepada Allah ketika Bangun Malam
„Ubadah bin Al-Shamit r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Bersabda, “barang siapa bangun pada malam hari, lalu membaca: la
ilaha illahu wahdah, la syarika lah, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa
huwa „ala kulli syai’in qadir. Alhamdu lillah, subhanallah, wa la ilaha
illallah, wallahu akbar, wala hawla wa la quwwata illa billahil- „aliyil
20
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yogyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 177.
21
31
„azhim. Lalu membaca : Allahummaghfir li (ya Allah, ampunilah aku)
atau berdoa apa saja, niscaya dikabulkan. Jika dia berwudhu dan shalat,
niscaya shalatnya diterima “ )HR Al-Bukhari:[2/68], Al-Tirmidzi
[3414], Ibn Majah [3878], Al-Darimi [2/291], Ahmad [5/313]).22
c. Menyikat Gigi Setelah Bangun Tidur
Menyikat gigi setelah bangun tidur ditegaskan oleh Nabi Saw. Jabir
r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika seseorang
bangun tidur untuk shalat malam, hendaklah dia menyikat gigi. Sebab,
jika seseorang membaca Al-Qur’an dalam shalatnya, malaikat
menempelkan mulutnya kemulut orang ini dan apapun yang keluar dari
mulut malikat itu masuk kedalam mulutnya” (Albani, Shahih
Al-Jami’ no. 733).
Menurut Abdul Aziz bin Abi Rahimahullah, ada dua akhlak mulia
yang merupakan akhlak seorang muslim, yaitu tahajud pada malam hari
dan rajin menykat gigi.23
d. Membaca Al-Qur’an dengan suara sedang
Tentang adab ini, Allah Swt. Berfirman, dan janganlah kamu
mengeraskkan suaramu dalam shalatmu dan jannganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah diantara kedua itu (QS.
Al-Isra’ [17]: 110).
e. Memulai Shalat Malam dengan shalat Dua Rakaat yang pendek
22
Sallamah Muhammad Abul Kamal, Mukjizat Shalat Malam (Bandung: Mizania, 2008), hal. 137.
23
32
Rasulullah Saw. Bersabda, “Jika seseorang bangun malam,
hendaklah dia memulai shalat tahajudnya dengan mengerjakan shalat
dua rakaat dengan bacaan yang pendek” (HR Muslim [198] dan Ibn
Khuzaimah [1150]).
f. Merenungkan dan menghayati bacaan Al-Qur’an
Menurut beberapah hadist shahih, seseorang hanya memperoleh
pahala dari shalatnya jika menyadari apa yang dilakukannya dengan
sepenuh hati. Karena itu, menghayati makna Al-Qur’an yang dibaca
pada shalat malam adalah sesuatu yang penting.24
g. Membayangkan kehadiran Allah
Ketika anda melaksanakan shalat malam, bayangkanlah bahwa
anda akan menjemput kehadiran Allah. Sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadis, pada sepertiga malam terakhir, Allah turun kelangit dunia
dalam keadaan yang pantas bagi keagungan dan kemuliaanNya dan
berfirman, “Adakah orang yang memohon ampunan sehingga aku
mengampuninya? Adakah orang yang bertobat sehingga aku menerima
taubatnya? Adakah orang yang berdoa sehingga aku mengabulkannya?
Adakah orang yang melakukan ini dan itu…?” (HR Al-Bukhari 2/66,
dan Muslim [168-172]).
h. Mandi, Memakai parfum, dan mengenakan baju yang Bagus
Rasulullah Saw, memakai parfum dengan kesturi dan ambar. Ibn
Mas’ud r.a. seneng memakai baju bagus dan bersih serta memakai
24
33
parfum jika hendak shalat. Al-Mughirah bin Hakim Al-Shan’ani
memakai baju yang palin bagus dan menggunakan parfum ketika
hendak shalat tahajud. „Abdullah bin Zakariyya dan sahabat-sahabatnya
bahkan mandi setiap malam untuk beribadah.
i. Ikhlas dan Menghindari Rasa Bangga Diri
Jika engkau senang bangun malam, hal itu merupakan tanda bahwa
Allah mencintaimu. Karena itu raihlah mahkota cinta-Nya dengan
keikhlasan. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan (menuluskan) ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang
lurus (QS Al-Bayyinah [98]:5). Terhindar dari riya dan kemunafikan
dikalangan para ulama dan para pembaca Al-Qur’an lebih mulia dari
pada al-kibrit al-ahmar (kesadaran spiritual yang sangat tinggi).25
Al-Fudhail bin „Iyadh berkata, “betapa indah ucapan Muthrif bin „Abdullah, “tidur pada malam hari lalu menyesal pada pagi hari lebih
aku sukai dari pada bangun malam dan membanggakan diri pada pagi
hari, bahwa aku bangun sementara orang-orang tertidur” )Hilyah
Al-Auliya’, jil.2,h.300).
Rasulullah saw. Memberitahukan kepada kita bahwa orang yang
melakukan ketaatannya hanya untuk mendaptkan dunia materi, atau
25
34
untuk riya’ dan agar didengar orang, ia akan mendapat hukuman yang
keji dan hukuman itu selalu menantinya.26
j. Berdoa dengan doa Rasulullah kala bangun tidur
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Ia mengatakan: Rasulullah
saw. Bersabda:
أوو دسج ي ي افاعو يحور ّيلع ّدر ّلا ه د حا : يلف مكدحا ظ يتسا ا ا
.هرك ب
“Jika diantara kalian bangun dari tidur hendaknya mengucaapkan: “Segala puji bagi Allah, yang telah mengembalikan nyawaku kepadaku, memberi kesejahteraan pada jasadku, dan memberi izinkepadaku untuk mengingat-Nya.” 27
5. Tatacara Shalat Tahajud
a. Waktu Shalat Tahajud
Para ulama’ menjelaskan bahwa shalat tahajud bisa dikerjakan
dipermulaan, dipertengahan, dan penghabisan malam. Keterangan ini
didasarkan atas riwayat sahabat sebagai berikut :
“Kapan saja kita ingin melihat Nabi SAW shalat malam, ketika itu
pula kita pasti dapat melihatnya; dan kapan saja kita ingin melihat
tidurnya Nabi SAW, disaat itu pula kita dapat melihatnya; bila beliau
berpuasa, terus dilakukannya sampai-sampai kita akan mengira bahwa
beliau tidak pernah pernah buka. Namun, kalau sudah berbuka,
26
Muhammad Shaleh Ali Abdillah Ishaq, Bersujud di Keheningan Malam (Yokyakarta: Mitrapusaka, 2007), hal. 20.
27
35
sampai kita akan berkata bahwa beliau tidak pernah berpuasa.” )H.R. Ahmad, Bukhari, dan Nasa’i).28
Dalam Al-Qur’an dijelaskan juga tentang waktu shalat tahajud:
“Hai orang yang berselimut (muhammad), bangunlah (untuk shalat)
dimalam hari, kecuali sedikit(dari padanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Daan
bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzzammil,
[574]: 1-4)
Firman Allah ini