• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 [362008055] BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 [362008055] BAB II"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1 Kajian Teoritik

1.1 Integrated Marketing Communications (IMC)

Pemasaran di era ini yang lebih dikenal sebagai era “Knowledge based

society” telah mengubah posisi komunikasi sebagai jantungnya kegiatan

pemasaran, orkestrasi elemen-elemen pemasaran memerlukan analisis yang

terintegrasi. Proses pengintegrasian telah melahirkan suatu konsep IMC

(Integrated Marketing Communications) yang berkembang secara kontinu dan

selalu melakukan revisi terhadap seluruh pemikiran dari berbagai pendekatan

komunikasi dalam aktivitas pemasaran. (Estaswara, 2008:13). Era pemasaran

modern saat ini, menuntut para produsen melakukan strategi-strategi pemasaran

yang menitik beratkan kepada konsep-konsep komunikatif, yang berarti bahwa

pemasaran tidak hanya bagaimana memasarkan barang kepada khalayak namun

juga melakukan pendekatan-pendekatan komunikatif kepada khalayak selaku

konsumen, hal ini dapat diperjelas dengan adanya konsep IMC atau Komunikasi

Pemasaran Terpadu. Alasan mendasar dari komunikasi pemasaran terpadu ini

adalah bahwa komunikasi pemasaran akan menjadi satu-satunya keunggulan

kompetitif yang terus berlanjut dari suatu organisasi pemasaran di tahun 1990-an

memasuki abad 21. (Terence A, Shimp. 2000:24).

IMC adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk

program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara

berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung

kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, IMC

menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima

(2)

11

Dengan kata lain, proses IMC berawal dari pelanggan atau calon

pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan

mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program

komunikasi yang persuasif. IMC adalah usaha terpadu dan terkoordinasi untuk

mempromosikan konsep merek melalui penggunaan berbagai alat komunikasi

yang “berbicara dengan satu bahasa.” Salah satu dari beberapa ciri utama IMC

adalah penggunaan semua sumber hubungan/kontak merek atau perusahaan

sebagai jalur penyampaian pesan yang potensial. (Terence A, Shimp. 2000:15).

Menurut Estaswara (2008:214) dalam masyarakat informasi, pemasaran

adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran, di mana keduanya tidak

dapat dipisahkan. Menurut Harold Lasswell dalam karya klasiknya, The Structure

and Function of Communication in Society (1972) mengatakan bahwa cara yang

baik dalam menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut:

Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Definisi Lasswell

ini juga menunjukan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja

serta mempunyai tujuan.

Riswandi (2009:3) menjelaskan berdasarkan definisi Lasswell ini dapat

diturunkan 5 unsur dalam komunikasi yang saling bergantung, yaitu pertama;

sumber (source). Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau mempunyai

kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok,

organisasi, perusahaan atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang

dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Ketiga; Saluran atau media, yaitu

alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannya kepada

penerima. Keempat; Penerima (receiver) sering juga disebut sasaran atau tujuan,

yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasarkan pengalaman masa lalu,

persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan menafsirkan seperangkat

simbol verbal atau nonverbal yang ia terima. Kelima; Efek, yaitu apa yang terjadi

pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya terhibur, menambah

(3)

12

Dalam dekade terakhir ini, komponen dalam komunikasi pemasaran dalam

bauran pemasaran menjadi sangat penting. Bauran komunikasi pemasaran

(marketing communication mix/promotion mix) merupakan ramuan sekaligus

penerapan lima alat promosi utama perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan

pemasaran. Yang termasuk lima alat promosi itu sendiri adalah :

Advertising (iklan)

Semua bentuk presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa

yang dibayar oleh sponsor tertentu. Setiap bentuk presentasi dan promosi

non personal yang memerlukan biaya tentang gagasan, barang, atau jasa

oleh sponsor yang jelas. Bisa melalui iklan media massa yang ada atau

iklan luar ruangan seperti pemasangan billboard, spanduk dan poster.

Adapun iklannya itu sendiri biasanya dibuat atas pesanan si pemasang

iklan itu, oleh sebuah agen atau biro iklan atau bisa saja oleh bagian

Humas (Public Relations) lembaga pemasang iklan itu sendiri.

Publicity (publisitas)

Seperti halnya iklan, publisitas menggambarkan komunikasi massa,

namun juga tidak seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan

biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam

media cetak atau televisi secara gratis karena perwakilan media

menganggap informasi tersebut penting dan layak disampaikan kepada

khalayak mereka.

Personal Selling (penjualan perorangan)

Bentuk komunikasi antar individu dimana tenaga penjual

menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon

pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan. Presentasi personal

oleh tenaga penjualan sebuah perusahaan dengan tujuan menghasilkan

transaksi penjualan dan membangun hubungan dengan pelanggan.

(4)

13

Sales Promotion (promosi penjualan)

Terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang

terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya

pembelian dalam waktu singkat. Sebagai bahan perbandingan, ada iklan

yang didesain untuk mencapai tujuan lain yaitu menciptakan kesadaran

pada merek dan mempengaruhi sikap pelanggan. Promosi penjualan

diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang besar dan pengecer)

maupun kepada konsumen.

Public Relations (hubungan masyarakat)

Public relations (PR) atau Hubungan masyarakat (Humas) adalah salah

satu alat manajemen. Dengan itu, perusahaan dapat mengevaluasi sikap

publik dan mengidentifikasi kebijakan dan prosedur yang menjadi minat

atau perhatian publik.

Secara keseluruhan, aktivitas-aktivitas yang disebutkan diatas merupakan

komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasaran (marketing mix).

Komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran

pemasaran, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu

arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya. Tahapan-tahapan

komunikasi dan strategi pesan disusun berdasarkan pencapaian kesadaran atas

keberadaan sebuah produk atau jasa, menumbuhkan sebuah keinginan untuk

memiliki atau mendapatkan produk, sampai dengan mempertahankan loyalitas

pelanggan. Secara ringkas, manajer komunikasi pemasaran mempunyai berbagai

alat komunikasi yang dapat mereka gunakan. Pentingnya alat-alat ini dan

aplikasinya secara spesifik tergantung kepada situasi yang harus dihadapi oleh

(5)

14 1.2 Marketing Public Relations 1.2.1 Definisi

Public Relations adalah profesi yang sangat menarik sekaligus juga

menantang. Menurut John D. Bergen dalam artikelnya Public Relations Careers:

“Daya tarik profesi PR adalah karena sebagai wakil organisasi ia berkomunikasi

dengan publik yang beragam termasuk mereka yang mempengaruhi publik yaitu

karyawan, investor, konsumen, mitra usaha, media, masyarakat, pemerintah dan

kebijakannya. (Hardiman Ima, 2007:6).

Tanggung jawab besar yang diemban oleh seorang professional PR adalah

membangun dan memelihara citra positif perusahaan. Membangun citra positif

perusahaan adalah pekerjaan yang berkesinambungan dan menuntut sinergi yang

baik dari seluruh unit perusahaan. Dalam membangun citra positif perusahaan,

professional PR harus dapat menganalisis dengan jitu bagaimana memposisikan

perusahaan dibenak publik. Pilihan bisa beragam sesuai dengan arahan strategi

dari perusahaan itu sendiri. Membangun hubungan baik dengan berbagai institusi,

komunitas maupun perseorangan atau tokoh masyarakat. Hubungan baik adalah

pekerjaan yang terus berkesinambungan tiada henti. Menjaga hubungan baik

dapat membantu kelancaran akses komunikasi. (R.F Sylvia dan A Widodo,

2009:8).

Assumpta Maria (2002:12) menjelaskan definisi kerja PR yang resmi dari

IPRA adalah sebagai berikut : Public Relations merupakan fungsi manajemen

yang khas yang mendukung pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara

organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan dan

kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan dan persoalan, membantu

manajemen memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan

opini publik, menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk

melayani kepentingan umum, dan menggunakan penelitian serta teknik

(6)

15

Definisi kerja IPRA menunjukan bahwa PR adalah fungsi manajemen,

menegaskan bahwa komunikasi dalam kegiatan PR itu sangat penting.

Komunikasi yang dimaksud ialah komunikasi dua arah dari organisasi ke

publiknya, dari publik ke organisasi secara timbal balik, dengan memperhatikan

opini publik sebagai efeknya, baik yang terdapat pada publik internal maupun

publik eksternal. Komunikasi yang sehat dan etis didasarkan atas penelitian yang

seksama. Assumpta Maria (2002:13).

1.2.2 Tugas Marketing Public Relations

Lima pokok tugas Public Relations menurut Assumpta Maria (2002:39)

sehari-hari sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi

secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik

mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan,

tujuan, serta kegiatan yang dilakukan. Semua itu disesuaikan dengan

kebutuhan, keinginan dan harapan publik internal atau eksternal dan

memperhatikan, mengolah, mengintegrasikan pengaruh lingkungan yang

masuk demi perbaikan dan perkembangan organisasi.

2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum

atau masyarakat.

3. Memperbaiki citra organisasi. Bagi PR, menyadari citra yang baik tidak

hanya terletak pada bentuk gedung, presentasi, publikasi, dan seterusnya,

tetapi terletak pada (1) bagaimana organisasi bisa mencerminkan

organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan

perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk

dikontrol, dievaluasi. (2). Dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan

gambaran komponen yang kompleks.

4. Tanggung jawab sosial. PR merupakan instrumen untuk bertanggung

(7)

16

tersebut. Terutama kelompok publik sendiri, publik internal, dan pers.

Suatu organisasi mempunyai kewajiban adanya usaha untuk pelayanan

sosial yang harus menjadi tanggung jawab, “pintu terbuka”.

5. Komunikasi. PR mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi

timbal balik, maka, pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam

fungsinya, komunikasi itu sentral. Perlu juga untuk dimiliki adalah

pengetahuan manajemen dan kepemimpinan, struktur organisasi.

Manajemen tidak dapat berjalan sebagaimana seharusnya tanpa adanya

PR. Manajemen sangat berperan dalam kehidupan manusia sehari-hari,

apalagi dalam kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini. Dalam

prakteknya, Marketing PR memiliki dua fungsi utama yaitu Brand Image

dan Corporate Social Responsibility.

Menurut Cutlip, Scott M & Center Allen H (Prentice–Hall), Inc. 1994:139)

bahwa upaya pemecahan persoalan program kerja dan kegiatan riset dalam public

relations (PR) dikenal melalui ‘Proses (4) Empat Tahapan Utama,’ sebagai

landasan pedoman melaksanakan penelitian untuk merancang program kerja PR

selanjutnya, dan langkah-langkahnya dijabarkan sebagai berikut :

1. Research and Listening (Riset dan Memperhatikan)

Dalam tahapan ini melalui riset untuk menemukan fakta (fact finding) di

lapangan atau suatu hal yang berkaitan dari opini, sikap dan reaksi publik

dengan kebijaksanaan pihak organisasi/perusahaan bersangkutan.

Kemudian melakukan pengevaluasian (penilaian) dari fakta, data dan

informasi yang diperoleh tersebut sebagai acuan pedoman untuk

menentukan keputusan diambil berikutnya. Pada tahap ini biasanya, pihak

PRO (Pejabat Humas) harus memiliki kemampuan ‘mendengar dan

menemukan’ fakta lapangan yang ada di dalam masyarakat (publik) dan

berkaitan langsung dengan kepentingan organisasi/perusahaan atau

(8)

17

2. Planning and Decision (Perencanaan dan Pengambilan Keputusan) Pada tahap ini, pihak PR bersangkutan merancang suatu perencanaan dan

upaya pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijaksanaan dan

menetapkan program kerja organisasi/perusahaan yang sejalan dengan

kepentingan pihak lainnya (publik) sebagai khalayak sasaran yang

memiliki sikap, opini dan ide-ide dan reaksi tertentu terhadap

kebijaksanaan (keputusan) yang telah ditetapkan oleh pihak organisasi.

3. Communication and Action (Komunikasi dan Pelaksanaan)

Tahapan ini, adalah bagaimana PR mampu menjelaskan dan sekaligus

mendramatisirkan informasi mengenai ‘pelaksanaan’ yang akan dilakukan,

sehingga menimbulkan pesan-pesan yang efektif untuk mempengaruhi

opini publik atau pihak lain yang dianggap penting, berpotensi dalam

upaya memberikan dukungan penuh.

4. Evaluating (Penilaian)

Pada langkah ini, pihak public relations mengadakan penilaian (evaluasi)

terhadap hasil-hasil dari riset dan hingga perencanaan program kerja

(aktivitas PR), serta efektivitas dari proses manajemen dan bentuk atau

model komunikasi yang dipergunakan. Setiap tahapan-tahapan dari empat

langkah proses PR tersebut diatas, adalah sama pentingnya dengan

efektivitas dalam riset PR yang berkaitan dengan strategi program kerja

public relations. Jadi keempat langkah proses kerja PR tersebut harus

berjalan ‘seirama dan harmonis’ antara tahapan-tahapan satu sama lainnya

(9)

18 1.2.3 Brand Image (Citra Merek)

Brand image adalah kumpulan gagasan-gagasan, perasaan dan sikap yang

dimiliki oleh konsumen mengenai merek, dan kesan yang dibentuk oleh pesan dan

pengalaman tentang merek, sehingga menimbulkan citra yang ada dalam benak

konsumen, dan mencerminkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang

produk, dan bagaimana mereka menilainya. Citra merek (brand image) dapat

dianggap sebagai jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat

sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam

bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan kepada suatu merek, sama

halnya ketika kita berpikir mengenai orang lain. Sebagai contoh, pemikiran atau

citra apakah yang segera muncul dalam benak anda ketika anda sedang mengingat

sahabat anda? Anda pasti akan mengasosiasikan teman anda dengan karakteristik

fisik, ciri-ciri, kekuatan, dan bahkan kelemahan tertentu. Demikian pula dengan

merek, ia dihubungkan dengan pemikiran atau asosiasi tertentu dalam memori

kita. (Terence A, Shimp. 2000:7).

1.2.4 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)

Saat ini masih banyak perdebatan mengenai kepentingan sebuah

perusahaan untuk melaksanakan program CSR. Perusahaan mulai dituntut untuk

memiliki rasa tanggung jawab terhadap kelangsungan lingkungan sekelilingnya.

Tidak hanya lingkungan tempat perusahaan beroperasi, namun juga diberbagai

wilayah yang memang membutuhkan perhatian kita sebagai manusia yang

memiliki rasa kemanusiaan. Program CSR yang dikelola dan dikomunikasikan

dengan baik akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan juga

meningkatkan reputasi perusahaan. CSR penting karena membangun ikatan

emosional masyarakat dengan perusahaan. Tidak hanya sekedar hubungan

industrialis, tapi juga hubungan antarmanusia. Reputasi perusahaan lebih mudah

terjaga ketika banyak pihak memiliki keterikatan emosi yang positif dengan

(10)

19

Philip Kotler dan Nancy Lee juga mengatakan bahwa Corporate Social

Responsibility memiliki kemampuan untuk meningkatkan citra perusahaan karena

jika perusahaan menjalankan tata kelola bisnisnya dengan baik dan mengikuti

peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah maka pemerintah dan masyarakat

akan memberikan keleluasaan bagi perusahaan tersebut untuk beroperasi di

wilayah mereka. Citra positif ini akan menjadi aset yang sangat berharga bagi

perusahaan dalam menjaga keberlangsungan hidupnya saat mengalami krisis1.

1.2.5 Brand Community (Komunitas Merek)

Brand Community adalah suatu komunitas yang disusun atas dasar kedekatan dengan suatu produk atau merek. Komunitas adalah sekelompok

orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana

dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota

komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values

(Hermawan Kertajaya, 2008:16). Proses pembentukannya bersifat horisontal

karena dilakukan oleh individu-individu yang kedudukannya setara.

Salah satu contoh brand community adalah Komunitas Transmania

yang dibentuk melalui strategi yang dijalankan oleh Marketing PR sebagai

wadah para pemirsa setia yang loyal terhadap Trans TV sebagai perusahaan

bukan hanya terhadap program-programnya saja. Komunitas adalah

“Kelompok sosial yang ditandai dengan tindakan hidup bersama, memiliki

kepentingan dan tujuan bersama”. Pemikiran tentang komunitas

menyiratkan berkumpulnya tujuan demi kemakmuran bersama, eksistensi

norma-norma dan bentuk solidaritas tertentu pada anggota-anggotanya.

Konseptor utama istilah komunitas ini adalah sosiolog dari Jerman bernama

Tonnies. (Dominique Wolton, 2007:315).

1

(11)

20

Pada tahun 2001 artikel berjudul “brand community” dipublikasikan

dalam jurnal penelitian konsumen (SSCI), mereka menjelaskan konsep

brand community sebagai suatu bentuk komunitas yang terspesialisasi,

komunitas yang memiliki ikatan yang tidak berbasis pada ikatan secara

geografis, namun lebih didasarkan pada seperangkat struktur hubungan

sosial di antara penggemar merek tertentu. Komunikasi dalam komunitas

adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam komunitas

tersebut baik formal maupun informal (De Vito, 1997 : 340).

Karakteristik yang Mendorong Terbentuknya Brand Community

Sebuah penelitian tentang komunitas merek dalam industri majalah di

New Zeeland (Davidson et.al, 2007) menemukan terdapat 5 karakteristik yang

mendorong terbentuknya komunitas merek, yaitu :

a. Brand Image (Citra Merek)

Citra merek yang terdefinisi dengan baik akan membentuk komunitas

merek.

b. Aspek Hedonis

Komunitas merek umumnya lebih cepat pada produk yang kaya akan

kualitas daya ekspresim pengalaman, dan hedonis.

c. Sejarah

Merek yang memiliki sejarah hidup yang panjang akan lebih

memungkinkan terciptanya komunitas merek secara alamiah.

d. Konsumsi Publik

Produk-produk yang dikonsumsi secara publik mampu menciptakan

komunitas mereknya. Produk yang dikonsumsi publik akan melahirkan

konsumen yang saling berbagi apresiasi dengan sesamanya, hal ini

(12)

21 e. Persaingan yang tinggi

Tingginya persaingan produk mendorong konsumen setianya untuk

bersatu dan membentuk komunitas merek terhadap merek yang disukai.

1.2.6 Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan,

mempertahankan mereka berarti meningkatkan kinerja dan mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan, hal ini menjadi alasan utama bagi sebuah

perusahaan untuk menarik dan mempertahankan mereka. Griffin (2002: 4)

menyatakan bahwa “loyalty is defined as non random purchase expressed over

time by some decision making unit”. Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa

loyalitas lebih ditujukan kepada suatu perilaku, yang ditunjukan dengan

pembelian rutin, didasarkan pada unit pengambilan keputusan. 2Guna sampai pada

tahap loyal terhadap suatu merek, tahap awal dari proses tersebut adalah tahap

pembelajaran, yaitu konsumen belajar dari pengalaman terdahulu. Perilaku

mereka dimasa depan hampir sama dengan pengalaman tersebut. Menurut

Dharmmesta (1999: 77) loyalitas berkembang mengikuti tiga tahap yaitu kognitif,

afektif, dan konatif. Tinjauan ini memperkirakan bahwa konsumen menjadi loyal

lebih dulu pada aspek kognitifnya, kemudian afektif dan akhirnya pada aspek

konatif. Dalam hal ini ketiga aspek tersebut harus selaras, meskipun dalam

literatur tentang disonansi memperlihatkan tidak semua kasus mengalami hal yang

sama (Dharmmesta, 1999: 77 yang dikutif dari Oskamp, 1991). Usaha untuk

memperoleh pelanggan yang loyal tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi melalui

beberapa tahapan, mulai dari mencari pelanggan potensial sampai memperoleh

partners. (Ratih Hurriyati, 2008:129).

2

http://sandy-adisutiyono.blogspot.com/2010/03/konsep-loyalitas-merek.html, 3 Mey 2012,

(13)

22 • Karakteristik Loyalitas

Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini

dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan

Griffin (2002:31), pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut:

Melakukan pembelian secara teratur (Makes regular repeat purchase); Membeli

diluar lini produk/jasa (Purchase across product and service lines);

Merekomendasikan produk lain (Refers other); Menunjukan kekebalan dari daya

tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the

competition).

2. Penelitian Yang Relevan

Ada banyak penelitian dari berbagai universitas di Indonesia yang

membahas mengenai Brand Community baik lokal maupun nasional. Antara lain

adalah :

• Pengaruh Community Development PR Trans TV dalam meningkatkan kesadaran merek terhadap Trans TV (Studi Kasus Transmania Jakarta)

oleh Boandra Maulady, mahasiswi angkatan 2008 jurusan marketing

communication. Universitas Binus Jakarta. Penelitian ini membahas

mengenai kajian tentang brand awareness dengan menggunakan metode

kuantitatif (menyebar kuisioner kepada 75 peserta komunitas Transmania).

• Penelitian mengenai “Peranan Public Relations PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) Pada Komunitas Transmania”. Penulis: Desrina

Rahmi. Dengan menggunakan konsep dan penerapan teori PENCILS.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode ini

menggunakan metode wawancara berstruktur kepada empat narasumber

yaitu, public relations departement Marketing Public Relations TRANS

TV unit Community Development dan seluruh pengurus komunitas

(14)

23

• Penelitian mengenai Komunitas Transmania Jakarta yang merupakan salah satu program dari Marketing PR Trans TV. Berkaitan dengan hal ini,

penelitian sebelumnya yang telah dilakukan adalah “Strategi Public

Relations Trans TV Dalam Membina Hubungan Baik Dengan Transmania

(Community Relations)” oleh Indhira Ratna K, Fisip UNDIP tahun 2010.

Penelitian tersebut adalah penelitian pada studi kajian ilmu Public

Relations. Dalam penyusunannya Public Relations mempelajari target

audience terlebih dahulu yaitu Transmania, agar strategi yang disusun

tersebut dapat sesuai dengan tujuan perusahaan dan dapat memenuhi

kepentingan komunitas dan perusahaan.

• Penelitian lain mengenai “Building Brand Ambassadorship Throught Brand Community” oleh Vincentia, Binus International tahun 2011.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

keinginan anggota komunitas untuk menjadi duta merek (Brand

Ambassadorship) melalui aktifitas brand community.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, yang menjadi

pembeda dalam penelitian ini adalah peneliti ingin memberikan sajian

hasil penelitian Transmania sebagai komunitas pemirsa setia pertama yang

dibentuk oleh Marketing Public Relations TRANS TV dilihat dari sudut

pandang bauran komunikasi pemasaran (IMC) yaitu public relations yang

bertanggung jawab untuk membentuk brand image perusahaan melalui

brand community dan tanggung jawab sosial melalui program CSR untuk

membangun loyalitas komunitas terhadap Trans TV. Peneliti akan

menjabarkan strategi Marketing PR Trans TV dalam membangun brand

loyalty komunitas melalui program kerja yang telah dan akan

direncanakan demi terciptanya Transmania yang loyal terhadap Trans TV,

(15)

24 3. Kerangka Pikir Peneliti

Trans TV sebagai perusahaan penyiaran televisi non pemerintah atau

swasta memiliki kepentingan terhadap keberlangsungan perusahaan dan

memerlukan sumber daya baik secara financial maupun non financial. Untuk

memenuhi kepentingan tersebut, Trans TV melakukan rangkaian strategi

pemasaran dan pengenalan program-program yang diproduksinya melalui suatu

divisi dibawah perusahaan tersebut yang dinamakan Marketing PR.

Trans TV

CSR & Brand Image

Kegiatan Internal

- Bakti Sosial - Bakti

Lingkungan - Jambore - Sanggar Tari - Dsb.

Marketing PR

Kegiatan Eksternal

- Syuting on/off air

- Press Conference - HUT

- Para Merdeka - Dsb.

Brand Community

Transmania

Brand Loyalty

Advertising Sales Promotion Personal

selling Publicity

IMC

(16)

25

Marketing PR sebagai divisi yang membidangi perihal pencitraan

perusahaan serta upaya-upaya untuk mendekatkan produk, perusahaan dengan

konsumen memiliki tugas membuat program-program untuk mendukung

pencitraan melalui strategi pemasaran yang komunikatif. Diantaranya melakukan

apa yang disebut dengan brand image yaitu membangun image atau citra

perusahaan dimata khalayak. Selain itu untuk kepentingan keberlangsungan

perusahaan dalam jangka panjang, Trans TV melalui Marketing PR membuat

program-program sosial dilingkungan luar perusahaan atau biasa disebut CSR

(Corporate Social Responsibility).

Brand image dan CSR merupakan bentuk dari menyatunya dua strategi

pemasaran yang disatukan dalam satu bauran strategi komunikatif yang bertujuan

untuk melekatkan citra perusahaan kepada khalayak yang disebut dengan IMC.

Untuk memberikan ruang terhadap keberlangsungan kedua program tersebut,

MPR membentuk dan membina komunitas pemirsa setia Transmania (Brand

Community). Brand community ini memiliki kegiatan-kegiatan baik kegiatan

yang menyangkut eksternal perusahaan misalnya syuting on/off air, press

conference, HUT Trans TV, para merdeka dan kegiatan internal dari komunitas

misalnya bakti sosial, bakti lingkungan, jambore, sanggar tari, dsb. Dari kesemua

strategi yang dijalankan melalui Brand Community ini, harapan yang ingin

dicapai adalah terbentuknya citra perusahaan dan menciptakan loyalitas pemirsa

yang tergabung dalam komunitas Transmania terhadap stasiun TV bukan hanya

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Menurut Romney dan Steinbart (2003,p691), Sistem Informasi Akuntansi adalah manusia dan sumber daya di dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan

Penelitian ini dilakukan di LAZ PT Semen Padang dnagan tujuan untuk mengetahui : (1) Untuk mengetahui pelaksanaan dari pengelolaan serta pengunaan dana yang

Buat karyawan-karyawan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea, Pak Suhunan sirait, B’sefliadi, B’Mestika, B’rikson, B’frans serta bapak-bapak yang tidak tersebutkan namanya yang

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1 guru SD, sebaiknya dapat mengembangkan media gambar seri dalam pembelajaran mengarang, sehingga memudahkan siswa dalam

Dengan fondasi sistem Cakar Ayam yang dipasang memenuhi dasar kaki-kaki menara, maka tekanan menara ke tanah fondasi menjadi sangat kecil, dan bila terjadi beban- beban kejut seperti

Untuk dapat menemukan ciri yang khas dari sinyal EEG maka diperlukan metode pengolahan yang tepat, dalam penelitian ini ciri diperoleh dari hasil ekstraksi

kepada unit pengawasan, kemudian mengirim LHP dan BAP Fisik kepada pejabat pemeriksa dokumen. Dalam hal diperlukan, unit pengawasan segera berkoordinasi dengan

Bapak Muhammad Hayat, MA selaku penguji II dan Dosen Prodi Sosiologi yang telah menguji dan memberikan ilmu serta bimbingan, arahan, saran dalam penyusunan