• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tipe Kepribadaian dan Risk Tolerance sebagai Variabel Intervening terhadap Orientasi Investasi T2 912011028 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Tipe Kepribadaian dan Risk Tolerance sebagai Variabel Intervening terhadap Orientasi Investasi T2 912011028 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TELAAH TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Konsep

2.1.1. Tipe Kepribadian

(2)

Penelitian ini memakai karakteristik tipe kepribadian investor yang diamati dengan menggunakan lima tipe kepribadian utama (The big five) yang dikemukakan oleh Paul Costa Jr. dan Robert McCrae dari National Institute of Aging. Taksonomi kepribadian The Big Five umumnya dianggap yang paling komprehensif dan diterima, terutama untuk penelitian terapan (Mayfield et al, 2008). Klasifikasi The Big Five juga telah terbukti menjadi kuat di berbagai negara, untuk tetap stabil sepanjang waktu dan untuk memprediksi berbagai hasil, seperti prestasi kerja, status pekerjaan dan prestasi akademik (Roberts&Robins, 2000). Selain popularitasnya, The Big Five hasilnya mudah dipahami (Sneed et al, 1998). The Big

Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam

satu kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005). Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian the big five sebagai neuroticsm, extraversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness.

(3)

energik, optimis, sangat aktif dalam kegiatan dan berani menghadapi ketidakpastian. Openness to experience ditandai oleh orang berpikiran terbuka dan ingin tahu dengan hal-hal yang baru (berkebalikan dengan tradisional dan konservatif), memiliki ide-ide kreatif, inovatif dan imajinatif. Agreebleness memiliki karakteristik cenderung memahami orang lain (bijaksana), lebih mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, suka bekerja sama, patuh dan cenderung menghindari perdebatan (lebih memilih menyatukan pendapat). Conscientiousness ditandai dengan karakteristik sebagai orang yang sangat hati-hati, penuh kesadaran, berpikir ulang sebelum bertindak, cermat, berpikir sistematis, perencanaan dan perhitungan matang, teliti dan rapih dalam bertindak.

2.1.2. Risk Tolerance

(4)

Investor perlu memahami bahwa setiap investasi memiliki dua sisi: imbal hasil dan risiko, di mana keduanya memiliki korelasi positif: potensi imbal hasil yang tinggi selalu diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Namun risiko bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus dikelola. Ini berarti investor harus mengambil tingkat risiko tertentu dalam investasinya sesuai dengan profil risikonya. Hal tersebut penting untuk menentukan strategi mengelola risiko.

Risk Tolerance merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan produk investasi yang akan dipilih karena terkait langsung dengan tingkat risiko yang dapat diambil. Kebanyakan individu adalah investor yang konservatif, cenderung tidak mau mengambil risiko tambahan yang tidak terlalu dianggap perlu. Dalam hal ini tingkat risiko yang berani diambil akan sangat berpengaruh dengan keuntungan potensial yang diinginkan. Oleh karena itu mengukur berapa tingkat risk tolerance menjadi sangat penting sebelum melakukan investasi (Kusumaastuti, 2012)

Risk tolerance adalah kondisi seseorang yang mau

(5)

yang lebih tinggi dalam arti mengambil satu-satunya tanggung jawab, bertindak dengan informasi kurang, dan membutuhkan kontrol yang kurang dibanding seseorang dengan tingkat risk tolerance rendah. Individu dengan tingkat risk tolerance rendah umumnya: (a) menerima kemungkinan kerugian lebih rendah, (b) memilih untuk tidak beroperasi dalam situasi yang tidak familier atau asing, (c) mentoleransi ketidakpastian yang kurang, dan (d) memerlukan lebih banyak informasi tentang kinerja investasi (MacCrimmon & Wehrung, 1986). Singkatnya individu dengan risk tolerance tinggi lebih bisa menerima peristiwa volatile atau fluktuasi, sedangkan individu dengan tingkat risk tolerance rendah memerlukan kepastian.

2.1.3. Orientasi Investasi

(6)

dividend dan capital gain (Robert Ang, 1997). Total return yang

akan diterima pemegang saham merupakan tingkat kembalian investasi (return) yang merupakan penjumlahan dari Dividend Yield dan Capital Gain (Jogiyanto Hartono, 2003).

Ada dua kemungkinan yang akan dihadapi investor dalam berinvestasi yaitu memperoleh tingkat keuntungan yang terbesar dengan risiko tinggi atau tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terkecil (Suad Husnan,1998). Apabila investor dihadapkan pada dua alternatif investasi yang akan memberikan tingkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai risiko yang berbeda, maka investor akan memilih investasi dengan risiko yang terkecil. Dalam perdagangan efek khususnya saham, informasi memiliki peranan yang dominan dan crucial. Suad Husnan (1998) menyebutkan bahwa sebuah pasar modal dikategorikan efisien jika harga sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi terefleksikan pada harga sekuritas maka pasar modal tersebut semakin efisien. Pasar modal di Indonesia termasuk kedalam pasar modal yang kondisi efisien bentuk lemah (Weak from efficiency) yaitu harga mencerminkan semua informasi yang ada pada catatan di masa lalu.

(7)

dengan tingkat risiko tertentu. Investor yang rasional akan selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan melakukan berbagai analisis untuk mengurangi ketidakpastian dalam investasi atau dengan kata lain untuk mengurangi risiko. Informasi kinerja fundamental setiap emiten membantu para pemodal dalam membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan kembalian dari saham yang ada di bursa efek (Sunariyah, 2004). Investor dalam menanamkan modalnya berharap untuk memperoleh return saham yang sebesar-besarnya.

(8)

mengikuti suatu ritme atau pola tertentu. Investor akan berusaha menemukan polanya, ketika pola tersebut sudah ditemukan maka bisa diprediksi arah harga selanjutnya.

2.2. Pengembangan Hipotesis

2.2.1 Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Orientasi Investasi

Hasil penelitian Durand et al (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan keputusan investasi dan kinerja portofolio. Tipe kepribadian seorang investor dapat digunakan untuk memprediksi keputusan investor dalam memilih orientasi investasi saham jangka panjang atau jangka pendek.

Durand el al (2008) menemukan bahwa neuroticsm memiliki hubungan yang positif dan signifikan secara statistik dalam pengambilan risiko dan aktifitas trading. Sejalan dengan penelitian tersebut, Durn dan Huberman (2002) menghasilkan penelitian yang menunjukan bahwa investor yang lebih cemas cenderung sering melakukan transaksi jual beli saham lebih banyak. Trading mungkin dianggap sebagai sarana untuk mengurangi perasaan cemas. Dengan demikian investor akan cenderung untuk melakukan trading atau melkukan investasi yang jangka pendek, sehingga hipotesis pertama sebagai berikut :

H1 : Individu dengan tipe kepribadian neuroticism

(9)

Menurut Costa dan McRae (1992) pribadi extraversion adalah pribadi yang memiliki semangat yang tinggi, optimis dan berani menghadapi ketidakpastian. Individu ini cenderung lebih berani menghadapi fluktuasi harga saham. Hasil Penelitian Williams (1992) menunjukkan bahwa tipe kepribadian extraversion terlalu percaya diri dalam melakukan trading. Investor dengan tipe kepribadian ini sangat cocok menjadi trader karena aktif dalam bertransaksi saham, sedingga dapat dikatakan bahwa individu extraversion ini lebih cenderung memilih orientasi investasi jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedua sebagai berikut :

H2 : Individu dengan tipe kepribadian extraversion

berorentasi investasi jangka pendek

Menurut Moghaddam (2009) pribadi openness to experience menunjukkan seseorang yang kreatif, inovatif dan

imajinatif dan berani berspekulasi. Sifatnya yang berani berspekulasi (Lin, 2011) cenderung untuk berani menghadapi fluktuasi harga saham. Fluktuasi harga saham ini terjadi pada investasi saham jangka pendek. Hasil penelitian Akhtar et al (2012) menyatakan bahwa individu openness to experience memiliki hubungan yang positif dengan niat investasi saham jangka pendek. Sehingga hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 : Individu dengan tipe kepribadian openness to

(10)

Costa dan McRae (1992) menggambarkan tipe kepribadian agreeableness memiliki sifat yang suka bekerja sama dan patuh, sehingga dalam mengambil keputusan investasi, investor dengan tipe kepribadian ini cenderung mengikuti saran dari rekan sesama investor dan kelompoknya atau mengikuti tren saham yang sedang terjadi (Lin, 2011). Investor yang suka mengikuti tren, biasanya melakukan trading harian atau investasi jangka pendek, maka hipotesis keempat sebagai berikut:

H4 : Individu dengan tipe kepribadian agreeableness

berorentasi investasi jangka pendek

(11)

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kelima sebagai berikut:

H5 : Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness

berorentasi investasi jangka panjang

2.2.2 Pengaruh Risk Tolerance terhadap Orientasi Investasi

Hallahan et al (2004) berpendapat bahwa investor dapat menilai tingkat toleransi risiko. Schooley dan Worden ( 1996) dan Bailey dan Kinerson (2005) menyimpulkan ada korelasi positif antara perilaku investasi dan penilaian risiko.

Orientasi investasi saham menurut lamanya waktu berinvestasi dibagi atas dua yaitu investasi jangka panjang (investasi) dan investasi jangka pendek (trading). Investor jangka pendek (trader) mengikuti gerakan pasar secara seksama setiap saat. Dengan memanfaatkan informasi teknikal khususnya pada saham-saham yang aktif, investor dapat berpindah dari satu saham yang diprediksi harganya akan turun ke saham yang harganya akan naik. Investor tidak lagi menahan kepemilikan sahamnya lebih lama sebagai kompensasi atas biaya penyimpanan yang harus ditanggung, tetapi investor lebih memperhatikan faktor risiko atas suatu saham.

(12)

yang diinginkan adalah pertumbuhan nilai dalam jangka panjang dan dalam skala yang signifikan. Untuk tujuannya tersebut, investor akan memilih saham dengan fundamental yang bagus, artinya perusahaan emiten memiliki prospek usaha dan harga sahamnya di bawah nilai sebenarnya, sehingga harga target saham tersebut untuk beberapa waktu ke depan masih berpotensi lebih tinggi daripada harga saat ini.

Investor yang melakukan investasi jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli jangka pendek, bisa dilihat dari pergerakan harga saham ketika baru dibuka, dan biasanya trader ini akan nebeng dengan pergerakan investor besar. Jika investor tersebut yakin bahwa harga saham akan bergerak harganya, berarti ada permintaan besar, namun di sisi lain tidak diketahui investor besar akan memegang saham tersebut dalam jangka panjang, atau kemudian menjual lagi setelah memperoleh keuntungan potensial dan melakukan aksi ambil untung, di sinilah kerap terjadi kerugian bagi investor jangka pendek/trader karena terlambat menjual saham tersebut. Investasi jangka pendek dinilai memiliki risiko yang tinggi karena harga-harga saham yang selalu berfluktuasi (Pratomo&Ubaidillah, 2009). Trader biasanya memiliki toleransi yang tinggi terhadap risiko.

(13)

aman. Investor ini bisanya memilih saham dengan nilai fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka waktu yang panjang, dan tidak terlalu suka dengan fluktuasi, atau sesuatu yang bergejolak. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis keenam sebagai berikut:

H6 : Risk tolerance dapat mempengaruhi orientasi

investasi jangka pendek

2.2.3 Risk Tolerance sebagai Variabel Intervening Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Orientasi Investasi

Hasil penelitian Hunter dan Kemp (2004) menyimpulkan bahwa kepribadian berpengaruh pada preferensi risiko dan keputusan investasi. Pan dan Statman (2012) menemukan, bahwa risk tolerance yang tinggi terdapat di antara orang-orang dengan tipe kepribadian Extraversion dan Openness, tetapi rendah pada orang dengan tipe kepribadian Conscientiousness yang tinggi.

(14)

neuroticsm memiliki risk tolerance yang tinggi, dampaknya dapat dikaitkan dengan peningkatan perilaku trading. Trading dilakukan dalam jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hiporesis ketujuh sebagai berikut:

H7 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh

neuroticsm terhadap orientasi investasi jangka

pendek

Penelitian yang dilakukan oleh Peterson (2011) mengenai pengambilan keputusan investasi, orang dengan kepribadian ekstraversion cenderung lebih berani menghadapi ketidakpastian, sehingga lebih berani mengambil risiko. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Pan dan Statman (2012). Risiko dipandang sebagai suatu konsekuensi dari keputusan dan tindakan yang diambil dalam terkait dengan investasi. Individu dengan kepribadian ekstraversion memiliki semangat yang tinggi dalam berinvestasi, sikapnya yang optimis membuat investor selalu merasa bahwa investasi yang dilakukannya akan memberikan keuntungan sehingga lebih risk tolerance dengan berpegang pada prinsip high risk high

return. Risk tolerance yang tinggi membawa pengaruh kepada pemilihan investasi yang berisiko yaitu investasi saham jangka pendek. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis kedelapan :

H8 : Risk tolerance menjadi variabel intervening

pengaruh extraversion terhadap orientasi investasi

(15)

Menurut hasil penelitian Pan dan Statman (2012), individu dengan tipe kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Penelitian mengenai investasi, menyatakan investor dengan tipe kepribadian Openess to experience memiliki kemampuan yang lebih

dibandingkan dengan yang lain, dan tipe seperti ini cenderung senang dengan keuntungan yang tinggi (Peterson, 2011). Untuk mengejar keuntungan yang tinggi, risiko yang diambil juga tinggi sehingga lebih risk tolerance. Hal ini memungkinkan individu dengan kepribadian openness to experience memiliki risk tolerance yang tinggi. Dengan risk

tolerance yang tinggi, kepribadian ini cenderung memilih

orientasi investasi jangka pendek yang dinilai memiliki risiko tinggi dan menguntungkan. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesembilan sebagai berikut:

H9 : Risk tolerance menjadi variabel intervening pengaruh

openness to experience terhadap orientasi investasi

jangka pendek

Agreeableness menunjukkan individu yang suka bekerja

sama dan memahami orang lain, dengan sikapnya tersebut investor agreeableness cenderung bersikap risk tolerance. Risk tolerance yang dimiliki tipe kepribadian ini mengarahkan

(16)

H10 : Risk tolerance menjadi mediasi pengaruh

agreeableness terhadap orientasi investasi jangka

pendek

Penelitian yang dilakukan oleh Pirog dan Roberts (2007), investor dengan tipe kepribadian conscientiousness diharapkan lebih teliti pada penggunaan kartu kreditnya seperti mereview laporan keuangannya setiap bulan. Segala sesuatunya memiliki perencanaan dan terarah, dapat mengatur kredit yang didapat dengan sebaik mungkin dengan perencanaan yang matang. Perencanaan yang matang dan terarah ini untuk mengurangi risiko dalam pengelolaan keuangan. Pan dan Statman (2012) menemukan bahwa risk tolerance rendah pada orang dengan tipe kepribadian

Conscientiousness yang tinggi. Investor yang memiliki risk

tolerance yang rendah cenderung memilih investasi jangka panjang yang dinilai lebih aman dan tidak terlalu mengalami fluktuasi harga saham. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka hipotesis kesebelas sebagai berikut:

H11 : Risk tolerance menjadi variabel intervening

pengaruh Conscientiousness terhadap orientasi

(17)

Tipe Kepribadian 2.3. Model Hipotesis

Agreeable ness

Risk

Tolerance Orientasi

Investasi Extraver-

sion

Openness to Experience

E Neuroticism

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

• Beberapa jenis bahan yang ditambahkan pada makanan juga dapat menimbulkan reaksi alergi sehingga sering salah duga dengan bahan makanan aslinya sebagai penyebab alergi. •

Surat Izin Jasa Konstruksi (IUJK) Jasa Perencana Konstruksi dengan Klasifikasi Perencanaan Arsitektur, yang masih berlaku.. Sertifikat Badan Usaha (SBU) Jasa Perencana

Dicetak ulang oleh : Divisi Pendidikan dan Pelatihan RSUD Sultan Imanuddin

KONDISI PSIKOLOGIS ISTRI YANG MENJADI PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI PASAR BERAS KOTA

[r]

[r]

Sebagian besar subyek memiliki emosi yang cenderung tidak stabil ini ditandai adanya ketidakmatangan dalam emosinya, sensitif dalam arti mudah terpengaruh, mudah marah dan