i
TAUFIQURROHMAN FM DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN SANTRI DI PONDOK PESANTREN MATHLABUL ULUM JAMBU LENTENG
SUMENEP
SKRIPSI
Diajukan kepada universitas islam negeri sunan ampel Surabaya Untuk memenuhi salah satu persaratan dalam memperoleh gelar
sarjana social islam (S.Sos.I)
Oleh:
Khofifah Kartika (B03211013)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vii
ABSTRAK ABSTRAKS
Khofifah Kartika, 2015, Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep
Penelitian ini berfokus pada 1) adakah Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep, 2) sejauh mana Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep.
Sedangkan jenis penelitiannya berdasarkan tempat adalah penelitian lapangan (field Research) dan studi pustaka. Dan jenis penelitian bnerdasrkan tekniknya adalah Survey Research (penelitian survei). Sampel dalam penelitian ini adalah santri kelas IV MMI/MMAI dengan jumlah 76
santri. Tekhnik Sampling yang digunakan adalah sampling jenuh,
instrument dalam penelitian ini menggunakan angket bimbingan konseling islam dan disiplin santri. Untuk menguji validitas bimbingan konseling
islam dan disiplin santri menggunakan Product Moment dan untuk
menguji reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach’s dengan
bantuan program spss 16 for windows.
Adapun hasil akhir dari penelitian ini dengan menggunakan product moment yaitu 3,922. Yang menunjukkan ada ada pengaruh bimbingan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren mathlabul ulum jambu lenteng sumenep, dengan taraf signifikasi 5% dan hasil analisis korelasi dalam penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu “ada pengaruh bimbingan
konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dlam meningktkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum jambu lenteng sumenep”.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ……….. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING………….……….ii PENGESAHAN TIM PENGUJI………iii PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI………..iv PERSEMBAHAN ... v
MOTTO………vi
ABSTRAK ... ………….vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 11
2. Populasi, sample, dan teknik sampling ... 12
3. Variabel dan indaktor penelitian ... 13
F. Definisi Operasional ... 15
G. Teknik Pengumpulan Data ... 15
H. Teknik Analisi Data ... 15
I. Sistematika Pembahasan ... 19
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xi
1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 21
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 21
b. Tujuan dan Bimbingan Konseling Islam ... 27
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 28
d. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 29
e. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 30
f. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 35
B. Kyai ... 43
1. Pengertian Kyai ... 43
2. Macam-macam sebutan Kyai ... 45
C. Disiplin ... 50
1. Pengertian Disiplin ... 50
2. Factor yang mempengaruhi pembentukan disiplin ... 53
D. Hasil penelitian terdahulu ... 59
E. Hipotesis Penelitian ... 61
BAB III : PENYAJIAN DATA ... 63
A. Deskripsi Umum objek Penelitian ... 63
1. Latar Belakang Sejarah Pondok ... 63
2. Visi dan Misi Pesantren ... 64
3. Panca jiwa, Motto dan Nilai-nilai Dasar Pesantren ... 64
B. Tahap Penyajian Data ... 65
C. Tahap Pelaksanaan ... 65
1. Proses Penelitian ... 65
2. Proses Treatmen ... 66
D. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
E. Pengujian Hipotesis ... 66
BAB IV : ANALISA DATA ... 83
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
xii
2. Analisis Data Tentang Sejauh mana Pengaruh Bimbingan
Konseling Islam dalam meningkatkan disiplin Santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep . 91
BAB V : PENUTUP ... 93 A. Kesimpulan... 93 B. Saran ... 93
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia yang mempunyai penduduk mayoritas beragama Islam, mempunyai
sebuah lembaga pendidikan yang usianya sudah cukup tua yakni pondok pesantren,
walaupun pada awalnya nama ini hanya dikenal di pulau Jawa dan Madura. Karena itu
pondok pesantren diidentifikasi oleh para ahli dengan nama yang diberikan untuk
lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia.
Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah ada dan mengakar dalam masyarakat Indonesia jauh sebelum lahirnya system persekolahan yang diperkanalkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Pesantren pada masa lalu tidak diragukan lagi keberhasilannya dalam mendidik santri menjadi orang yang shalih dan bermoral tinggi, suatu kualitas yang tak bisa diabaikan masyarakat yang mendambakan ketenangan dan kedamaian dalam hidupnya.
Di Indonesia Pesantren bukan hanya sebagai lembaga pendidikan saja tetapi telah menjadi lembaga sosial dan penyiaran agama.1Sehubungan dengan itu pesantren memiliki tingkat integritas yang tinggi dengan masyarakat sekitarnya, dan menjadi rujukan bagi kehidupan masyarakat umum yang memandang pesantren sebagai komunitas khusus yang ideal terutama dalam bidang moral kehidupan beragama. Ia telah memainkan peran penting karena merupakan sistem pembelajaran dan pendidikan tertua di Indonesia dan menjadi sebuah media sosialisasi formal dimana keyakinankeyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai islam ditransmisikan dan ditanamkan.
1
Pesantren merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang bersifat tradisional. Predikat ini dikaitkan oleh Kuntowijoyo dengan ciri-ciri utama, yakni kurikulum, metode pembelajaran, dan kelembagaan.2Kurikulum dalam kaitan ini memiliki muatan pelajaran agama Islam seluruhnya ditambah dengan pelajaran ilmu alat, terutama bahasa arab, untuk memahami teks-teks keagamaan dalam bahasa aslinya yang bertujuan untuk menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Keberadaan pondok pesantren sebagai suatu lembaga pendidikan Islam dalam proses
berdirinya tidak terlepas dari seorang sesepuh (Kyai/Ajengan) dengan ilmu yang dimilikinya serta
dengan keikhlasan dalam beramal, prilakunya sesuai dengan apa yang disampaikan kepada
masyarakat sebagai suri tauladan bagi para santri khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Maka berdirilah sebuah lembaga kehidupan masyarakat yang mandiri dan ditunjang oleh sarana
dan prasarana untuk lancarnya kegiatan belajar mengajar.
Kondisi pondok pesantren seperti ini dihadapan masyarakat tentu saja didukung
oleh berbagai aspek yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan nilai-nilai
yang keberadaannya diakui masyarakat, juga merupakan perwujudan kultural sekaligus
merupakan paduan pemahaman Islam sebagai doktrin formal dan wibawa (kharisma)
maha guru karena Kyai merupakan pemegang kekuasaan mutlak.
Pondok pesantren adalah salah satu lembaga yang mampu memberi pengaruh
yang cukup besar dalam dunia pendidikan terutama dalam pondok, baik jasmani, rohani
maupun intelegensi. Karena sumber nilai-nilai dan norma-norma agama merupakan
kerangka acuan berfikir serta sikap ideal santri. Sehingga pondok pesantren sering
2
disebut sebagai alat transformasi kultural.Fungsi pokok pondok pesantren adalah
mencetak ulama‟ dan ahli agama.Kegiatan pembelajaran yang terjadi di pondok
pesantren tidak sekedar pemindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu yang
terpenting penanaman dan pembentukan nilai-nilai tertentu kepada santri. Tiga aspek
pendidikan yang terpenting yaitu psikomotorik, afektif, dan kognitif diberikan secara
stimulant dan seimbang kepada peserta didik.3
Pendidikan disini adalah pendidikan yang tidak sekedar memberi pengetahuan
beragam, tetapi justru yang lebih utama adalah membiasakan santri patuh dan taat
menjalankan ibadah dan berbuat serta bertingkah laku dalam kehidupannya sesuai dengan
norma-norma yang telah ditetapkan dalam agama Islam.
Pengenaan sanksi terhadap santri yang melanggar peraturan tersebut (Ta’zir) yang
pada dasarnya menanamkan sikap tanggung jawab yang sekaligus mendidik agar para
santri konsekuen terhadap peraturan.Sehingga santri yang terkena sangsi merasa takut
(jera) dan tidak melakukan perbuatan atau pelanggaran berulang-ulang. Dalam sistem
pendidikan pesantren terdapat tiga unsur yang saling terkait yaitu: (1) Pelaku: kiai, Ustadz, santri, dan pengurus. (2) Saranaperangkat keras: Mesjid, rumah kiai, rumah ustadz, pondok, gedung sekolah, tanah untuk keperluan kependidikan, gedung-gedung lain untuk keperluankeperluan seperti perpustakaan, kantor organisasi santri, keamanan, koperasi dan lain sebagainya, dan (3) Sarana perangkat lunak: tujuan, kurikulum, sumber belajar yaitu kitab, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara mengajar (bandongan, sorogan, halaqah dan menghafal) dan evaluasi belajar– mengajar.4Kelengkapan unsur-unsur tersebut
3
Abdullah pendidikan Agama Islam-Ta’lim “Pendidikan Kemandirian Di Pndok Pesantren” (Jakarta: Araska, 2012), hal: 2
4
beda di antara pesantren yang satu dan pesantren yang lain. Sebuah pesantren biasanya dijalankan oleh kiai yang dibantu oleh anggota keluarganya dan sejumlah santri seniornya. Pesantren merupakan bagian penting kehidupan kiai yang merupakan tempat di mana seorang kiai mengembangkan ilmu-ilmunya (ajaran Islam) kepada para santri melalui pengajaran.
Seperti halnya di pondok pesantren Mathlabul Ulum, para santri dibina untuk
hidup mandiri dan disiplin sesuai dengan peraturan yang berlaku, tetapi fakta dilapangan
mengatakan bahwa ada salah satu santri yang bolos pada pengajian-pengajian rutin yang
diadakan oleh pesantren, kemudian santri tersebut diberikan hukuman, yaitu santri
diberikan nasihat serta diberikan tugas untuk menghafal beberapa materi pelajaran yang
sudah dipelajari ketika santri tersebut bolos dan tentunya hafalan tersebut harus
dilaporkan kepada guru yang bersangkutan, tetapi seminggu kemudian lagi-lagi santri
tersebut mengulangi pelanggaran yang sama. Hai ini membuktikan bahwa pelaksanaan
ta’zir di Ponpes Mathlabul Ulum tidak terlalu berdampak baik terhadap kedisiplinan
santri, karena seharusnya dampak dari ta’zir menimbulkan suatu efek jera di dalam diri
santri.5
Jauh dari orang tua dan saudara-saudara kandung mengharuskan para santri siap
menjalani kehidupan secara mandiri. Jika mereka mendapatkan masalah, mereka hanya
memiliki ustadz atau pembantu kiai, serta teman-teman sebaya untuk meminta
bantuan.Bahkan teman-teman sebaya inilah yang memiliki peranan lebih besar dalam
kehidupan seorang santri. Ini dikarenakan interaksi mereka lebih banyak dilakukan
dengan teman sebaya tersebut, sejak bangun tidur hingga tidur kembali.
5
Adapun beberapa peraturan yang harus dipatuhi oleh para santri, diantaranya
tidak boleh keluar dari lingkungan pesantren, tidak boleh berinteraksi dengan lawan jenis,
tidak boleh membawa alat-alat elektronik dan benda tajam santri putri harus
menggunakan rok (berpakaian muslimah), tidak boleh merokok dan menggunakan
narkoba, dll. Jika peraturan-peraturan yang berlaku di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum
di langgar, maka santri akan dikenakan hukuman tergantung jenis pelanggaran yang
dilakukan. Contoh dari hukuman tersebut adalah membaca surat pernyataan, menagji di
depan mabid (kediaman Kyai), bagi santri putri memakai kerudung merah hijau, untuk
santri cowok di gundul, membuat makalah memakai bahasa Arab atau Bahasa Inggris,
diskors, sampai yang terberat adalah dikeluarkan dari pesantren.
Kegiatan-kegiatan dasar yang memenuhi hari-hari para santri di Pondok Pesantren
Mathlabul Ulum pada umumnya bisa dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu:
1. Kegiatan pribadi, misalnya mandi, mencuci pakaian, membersihkan kamar,
makan, membaca, mengobrol dengan teman, dan istirahat;
2. Kegiatan belajar, termasuk waktu belajar di kelas, mengaji di musholla/masjid
dan mengerjakan PR atau belajar sendiri;
3. Kegiatan sholat berjamaah di masjid; dan
4. Kegiatan ekstrakurikuler, misalnya olahraga yang dilakukan dua kali seminggu,
pramuka, Muhadharoh dua kali seminggu , Muhadhasah dua kali seminggu,
kesenian atau tugas-tugas sebagai bagian ORISMU/ISMU (Organisasi Santri
Adapun aktifitas harian (senin-sabtu) yang dilakukan santri pesantren Mathlabul
Ulum , dimulai pukul 03.00-05.00 bangun pagi, sholat tahajud, tadarus Alqur‟an dan
jamaah sholat subuh. Pukul 05.00-06.00 belajar bahasa dan mengaji kitab kuning, Pukul
06.00 makan pagi dan persiapan ke sekolah.Pukul 07.30-12.30 belajar formal di
kelas.Pukul 12.30-15.30 jamaah sholat Dzuhur, makan siang, istirahat/ekskul.Pukul
15.30-17.00 jamaah Ashar, belajar kitab.Pukul 17.00-19.00 kegiatan ringan, persiapan
sholat Magrib, pengajian Al-Quran/tafsir.Pukul 19.00-20.00, jamaah sholat isya, makan
malam.Pukul 20.00 mengulang pelajaran, Pukul 22.00 Istirahat, tidur. Aktifitas
Mingguan: Senin &Kamis kegiatan ekstrakulikuler : Kursus Bhs Arab & Inggris, Selasa
: Kesenian, Rabu : setelah shalat Subuh Muhadhasah dan siang Muhadharah jum‟at: Free/
Diskusi/ Rapat Bulanan Sabtu: Pramuka , Minggu: malam hari muhadarah (latihan
pidato) 3 bahasa, senam, olah raga, gotong royong, kegiatan individu. Kegiatan bulanan:
majelis dzikir dan taklim.
Tuntutan dan harapan dari pihak pesantren dan orang tua yang menginginkan para
santri dapat mematuhi semua peraturan-peraturan, menjalani semua aktifitas sesuai
dengan jadwal, dapat mengikuti semua materi pelajaran dengan nilai baik, dan menjadi
generasi penerus kaum intelektual yang mempunyai basic agama yang kuat dapat
menjadi hal yang positif atau negatif bagi para santri.
Berdasarkan observasi di pondok pesantren Mathlabul ulum tingkat kedisiplinan
Santri-Santriwati sangat rendah, tidak seperti dahulu ketika pondok mengalami kejayaan,
namun pada tahun 2006 pondok mengalami kerugian karena Kyai yang gagal
mencalonkan jadi bupati, sehingga membuat santri-santriwati kurang diperhatikan.
santri-santriwati yang melanggar kegiatan pondok, mahalnya uang makan dikarenakan
santri0santriwati tidak boleh memasak sendiri diwajibkan untuk ikut kos makan.
Sehingga membuat santri-santriwati melibatkan orang tua mereka untuk bolak-balik ke
pondok untuk mengirim mereka dan dari inilah tingkat kemandirian santri menurun.
Dengan banyaknya jadwal kegiatan di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum, tak
jarang pula muncul berbagai masalah yang dialami santri. Diantaranya, merasa tidak
betah, kabur, sakit, pindah sekolah, melanggar peraturan dan berbagai masalah yang
menyangkut kehidupan para santri. Seseorang dapat melakukan bermacam-macam cara
penyesuaian diri untuk mengatasi berbagai macam stres. Tiap orang mempunyai
cara-cara penyesuaian diri yang khusus, yang tergantung dari kemampuan-kemampuan yang
dimiliki, pengaruh-pengaruh lingkungan, pendidikan dan bagaimana ia mengembangkan
dirinya.
Ketika para santri dan santriwati maka melanggar peraturan yang telah di tetapkan
di pondok tersebut maka para pelanggar akan mendapatkan sangsi yang sesuai dengan
pelanggaran yang mereka lakukan. Akan tetapi sangsi tersebut tidak langsung berasal
dari atasan (Pengasuh) pondok melainkan beliau memberikan amanah kepada pengurus
pondok (kelas 5 MMIMMAI).
Jika melihat fenomena yang ada pada saat ini, tingkat displin lagi khususnya kelas
IV MMI/MMAI cenderung tinggi. Hal ini disebabkan oleh pribadi santri yang mengikuti
arus yang ada di dalam pondok apalagi ketika setelah pulang ke pondok disitulah banyak
santri yang melanggar karena arus di luar yang mereka bawak ke dalam pondok.
karena arus dan perubahan zaman yang semakin modern membuat mereka tanpa sadar
melanggar aturan pondok. Disnilah para pengurus pondok selaku tangan kanan pengasuh
pondok Kyai Taufiqurrahman melakukan tindakan pemeriksaan baik dalam kamar , kelas
dan di mushollah.
Hasil wawancara dari salah satu pengurus di pondok pesantren Mathlabu Ulum
(Tanggal 21 agustus 2015) adalah kebanyakan dari dari pada santri disini melanggara
aturan pondok yang telah di tentukan. Peratutan pondok tak lagi di taati, hanya sebagian
saja para santri yg benar-benar ikut dan patuh dengan peratutan yang ada di pondok. dan
hasil wawancara dari Pimpinan Pondok Pesantren Kyai Taufiqurrahman FM (pada
tanggal 23 Agustus 2015) juga didapatkan bahwa santri dan santriwatinya sebagian
banyak yang melanggar peraturan pondok baik yang ringan, sedang, maupun berat untuk
mengetahui hal tersebut tiap minggu beliau meminta kepada salah satu pengurus bagian
sekretaris untuk melaporkan hasil pelanggaran yang santri langgar guna untuk untuk
mengetahui apakah santri disiplin atau tidaknya.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM Dalam Menigkatkan
Disiplin Santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep
dengan tujuan untuk mengukur tingkat disiplin santri dalam mematuhi peraturan pondok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di ambil suatu peumusan
1. Adakah pengaruh Bimbingan Konseling Islam Kyai Taufiqurrahman FM
dalam meningkatan disiplin Santri di pondok Pesantren Mathlabul Ulum
Jambu Lenteng Sumenep?
2. Sejauh mana pengaruh bimbingan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM
dalm meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum
Jambu Lenteng Sumenep?
C. Tujuan Masalah
Dalam uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh Bimbingan konseling islam Kyai taufiqurrahman
FM dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu
Lenteng Sumenep.
2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh bimbingan konseling Islam Kyai
Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin Santri di pondok pesantren
Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lan sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi khazanah
keilmuan bimbingan konseling tentang pengembangan konseling Kyai dalam
Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan bimbingan
konselin islam mengenai bimbingan konseling islam terhadap kedisiplinan.
2. Secara praktis
a. Bagi Kyai Taufiqurrhman FM, hasil penelitian ini diharpakan dapat dijadikan
bahan evaluasi dalam mendidik dan meningktakn disiplin santrinya untuk menjadi
lebih disiplin.
b. Bagi peneliti selajutnya diharpkan bisa dijadikan referensi untuk melakukan
penelitian.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif karena data
yang peneliti ambil dalam bentuk angka akan diproses secaa statistik. Dan
dideskripsikan secara deduksi yang berangkat dari teori-teori umum, lalu dengan
observasi untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut ditariklah kesimpulan.
Kemudian dijabarkan secara eskriptif, karena hasilnya akan kami arahkan untuk
mendeskripsikan data yang diperoleh dan untuk menjawab rumusan masalah.
Sedangkan jenis penelitiannya berdasarkan tempat adalah penelitian lapangan
(field research) dan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk melakukan
pengumpulan data dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masallah yang
dibahas dalam skripsi ini. Penelitian lapangan (field research) digunakan
pengumpulan data dari objek penelitian, baik berupa data kuantitatif maupun data
Research (Penelitian Survei), karena tidak melakukan perubahan ( tidak ada
perlakuan khusus) terhadap variabel yang diteliti.
2. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitatif dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.6
Adapun populasi dari peneliti adalah santri dan santriwati kelas 4
MMI/MMAI yang bermukim di pondok pesantren Mathalabul Ulum Jambu
Sumenep, terdiri dari 36 santri laki-laki dan 40 perempuan. Jumlah populasi
dalam penelitian ini terdapat 76 santri dan santriwati. Penggunaan populasi pada
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konseling Kyai dalam meningkatkan
disiplin santri.
b. Sample
Sebelum penulis menentukan sampel, maka perlu adanya pemahaman
tentang sampel itu sendiri, untuk itu disini penulis akan memberikan pengertian
tentang sampel itu sediri menurut pakar.
Menurut Marzuki, “ sampel adalah sebagian individu-individu yang
diselidiki”.7
Sedangkan menurut Djawanto PS dan Pangestu Subagyo sampel adalah
sebagian dari populasi yang karakteistiknya hendak diselidiki, dan dianggap bisa
6
Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV. Alfa Beta, 1998, 57 7
mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah
keseluruhannya).8
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut, bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan
waktu. Maka peneliti dapat menggunakan sample yang diambil dari populasi itu.
Untuk itu sampel yang diambl dari populasi harus betul-betul mewakili.
Jadi yang jadi sampel untuk penelitian ini adalah 76 santri dan santriwati
di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yang mana teknik
ini adalah teknik penentuan sample bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sample. Hal ini digunakan oleh peneliti karena populasi yang akan diteliti
berjumlah 76 orang yang mana didalam sampling jenuh ketentuan dari populasi
yag dipakai adalah relativ kecil, kurang dari 100 orang.9
3. Variable dan Indikator Penelitian
Variable diartikan sebagai obyek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian.10 Menurut Sumadi Suryabrata, variable diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan
variable penelita itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala
yang akan diteliti.11 Dalam penelitian ini ada dua variable yaitu :
8
Djawanto PS dan Pangestu Subagyo, Statistik Induktif, (Yogyakarta : BPFE, 1990), hal: 95 9
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitaif Dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2013) hal: 80 1010
Suharsimi Arkunto, Prosedur Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Hal: 99 11
a. Variable Bebas (Independent Variable)
Variable bebas adalah variable yang mempengaruhi variable lain atau
menghasilkan akibat paa variable yang lain, yang pada umumnya berada
dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variable ini
dalam penelitian kuantitatif merupakan variable yang menjelaskan terjadinya
fokus atau topik penelitian.
b. Variable Terikat (dependent variable)
Variable terikat merupakan variable yang diakibatkan atau dipengaruhi
oleh variable bebas. Keberadaan variable ini dalam penelitian kuantitatif
adalah sebagai variable yang dijelaskan dalam fokus atau topik penelitian.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yakni mengenai
Konseling Kyai dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren
Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. Maka variabel bebas (x) dalam
penelitian ini adalah BKI (Bimbingan dan Konseling Islam) sedangkan
variabel terikatnya (y) adalah Disiplin.
c. Indikator Penelitian
Indikator merupakan sesuatu yang behubungan dengan yang diteliti.
Indikator yang telah ditentukan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang
diangkat yaitu Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Kyai dalam
meningkatkan disiplin santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum Jambu
Lenteng Sumenep.
1) Variabel X yaitu Bimbingan dan Konseling Islam, maka indikator Vx
a) Memahami
b) Mengarahkan
c) Membimbing
2) Variabel Y yaitu Disiplin, Indikator Vy yakni meningkatkan disiplin
Santri di antaranya:
a) Sikap mental yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil
atau pengembangan diri, latihan, pengendalian watak.
b) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma,
etika dan standar yang bagus.
c) Sikap kelakuan yang wajar. Menunjukan kesungguhan hati untuk
mentaati segala hal secara cermat dan tertib
4. Definisi Operasional
Dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh Bimbingan Dan Konseling Islam Kyai
Dalam Meningkatkan Disiplin Santri Di Pondok Pesantren Mathalabu Ulum Jambu
Lenteng Sumenep” peneliti merasa perlu memperjelas beberapa istilah yang terkait
den gan judul di atas diantaranya adalah:
a. Bimbingan dan Konseling Islam (BKI)
Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah,
kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadist
Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai
b. Disiplin
disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan
dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam
hatinya. Disiplin dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud disiplin adalah
perilaku seseorang yang sesuai dengan tata tertib atau aturan yang berlaku baik
yang muncul dari kesadaran dirinya maupun karena adanya sanksi atau
hukuman.12
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang
menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan penggunaan teknik
pengumpulan data atau teknik penggunaan data yang tidak digunakan semestinya
berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan.13
Untuk memperoleh data di atas, maka teknik pengumpulan data yang dipakai adalah:
a. Interview
Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal
semacam percakapan yang bertujuan mencari informasi.14
Dalam hal ini Sutrisno Hadi member batasan bahwa interview dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanyajawab sepihak
12
Eko Prasetyo dan Harry Muliadi Pengaruh Disiplin Siswa dan Fasilitas Perpustakaan Sekolah terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 3 No. 2 Juli. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang. . ( Jakarta: TERAS, 2008), hal: 219-240.
13
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana, 2009), hal: 123 14
atau lebih yang dikerjakan dengan sistematis dan berlangsung berdasarkan pada
tujuan penelitian.15
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang Konseling
Kyai dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum
Jambu Lenteng Sumenep.
b. Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir berisi pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau
sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau anggapan dan informasi
yang diperlukan oleh peneliti.16
Angket adalah daftar pertanyaan yang didistribusikan melalui pos untuk
dikembalikan atau dapat juga secara langsung dijawab di bawah pengawasan
peneliti.17
Adapun pemberian angket kepada santri untuk mengetahui tentang
bimbingan dan konseling islam Kyai dan juga seberapa tinggi x tingkat
kedisplinan santri di pondok pesantren Mathlabul Ulum.
c. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Hasil
pengamatan secara langsung dapat dicatat, sehingga dapat dihindari apabila ada
kesalahan yang disebabkan keterbatasan kemampuan dalam mengamati.18
15
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, 93 16
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendfekatan Proposal. (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) , hal: 69 17
S. Nasution MA, Metodologi Research, hal: 128 18
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencacatan dengan sistematik
fenomena-fenomena yang diselidiki.19
Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas pada
pengamatan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya:
melalui questionare dan checklist.
Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara
langsung terhadap obyek yang tgelah ditentukan, guna memperoleh data yang
langsung dapat di ambil oleh peneliti yaitu mengenai pengaruh bimbingan dan
konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di
pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan
untuk menelusuri data secara sistematis. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, catatan harian, dan laporan.20
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dimaksudkan untuk menguji kaitannya dengan kepentingan
pengujian hipotesis penelitian. Tujuannya adalah untuk mencari kebenaran data
tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari hasil kesimpulan yang
dilakukan. Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh bimbingan dan konseling
islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di pondok
pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep. Maka dalam penelitian ini
19
Sutrisno Hadi, MA, Metodologi Research II 20
diperlukan metode analisi data. Adapaun metode analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto, kofisien korelasi adalah suatu alat statistic yang
dapat dipergunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variable yang
berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan variable-variabel.21
Product Moment metode ini digunakan untuk mrengetahui tentang pengaruh
bimbingan dan konseling islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan
disiplin santri di Pondok Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep,
sebelum dan sesudah melakukan Bimbingan dan konselin Islam Kyai. Dengan
rumusan sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy : koefisien Korelasi Product Moment
N : Jumlah Individu Dalam Sampel
X : angka mentah untuk Variabel X
Y : angka mentah untuk Variabel Y
Adapun table standart untuk mengetahui nilai koefisien korelasi adalah sebagai
berikut:
21
Tabel 1.1
Standart Koefisien Korelasi
No Koefisien Korelasi Penjelasan
1 Antara 0.800-1.000 Sangat Tinggi
2 Antara 0.600-0.800 Tinggi
3 Antara 0.400-0.600 Sedang
4 Antara 0.200-0.400 Rendah
5 Antara 0.000-0.200 Sangat Rendah
Dari perhitungan rumus diatas, kemudian dikonsultasikan dengan “r” table jika
rxy lebih besar dari pada “r” table maka hipotesis kerja diterima dan hipotesis nihil
ditolak. Dan sebaliknya jika rxy lebih kecil dari pada “r” table, maka hipotesis kerja
ditolak dan hipotesis nihil diterima. Setelah itu rxy dikonsultasikan dan
diinterpretasikan untuk mencari sejauh mana pengaruh bimbingan dan konseling
islam Kyai Taufiqurrahman FM dalam meningkatkan disiplin santri di Pondok
Pesantren Mathlabul Ulum Jambu Lenteng Sumenep.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini agar menjadi bahan kajian yang mudah maka peneliti
menyusun sistematika pembahasann sebagai berikut:
BAB I : Yaitu pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian
yang terdiri dari a) pendekatan dan jenis penelitian, b) populasi, sampel dan teknik
sampling c) variable dan indicator peneliti, d) definisi operasional, e) teknik
pengumpulan data, f) teknik analisa data, kemudian pembahasan tentang sistematika
BAB II : membahas tentang kajian teoritik yang membahas tentang
bimbingan konseling islam dalam meningkatkan disiplin santri yang meliputi
pengertian bimbingan konseling islam, disiplin dan hipotesis penelitian.
BAB III : penyajian data. Dalam bab ini berisikan tentang deskripsi umum
objek penelitian yang meliputi letak geografis wilayah penelitian, kondisi demografis,
ekonomis dan social keagamaan dan lain sebagainya, selain berisikan deskripsi umum
objek penelitian, bab III juga berisikan tentang deskripsi hasil penelitian dan
pengujian hipotesis.
BAB IV : Yaitu Analisis data yang berisikan pemaparan tentang
argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis.
BAB V : Yaitu penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan
tentang kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dan kesimpulan
menjawab rumusan masalah yang berkaitan dengan tujuan penelitian, selain itu bab V
juga berisikan saran dan bagian akhir yang meliputi daftar pustaka serta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan Dan Konseling Islam
Menurut Ahmad Mubarak, Bimbingan dan Konseling Islam adalah usaha memberikan bantuan kepada seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin (Iman) didalam dirinya untuk mendorongnya mengatasi masalah yang dihadapi.22 Sedangkan Syaiful Akhyar Lubis menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam merupakan layanan bantuan konselor kepada klien atau konseli untuk menumbuh-kembangkan kemampuannya dalam memahami dan menyelesaikan masalah serta mengantisipasi masa depan dengan memilih alternatif tindakan terbaik demi mencapai kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat dibawah naungan ridha dan kasih sayang Allah.23
Erhamwilda dalam bukunya Konseling Islami, menyebutkan bahwa tujuan Bimbingan dan Konseling Islam adalah: 1) Agar manusia dapat memahami dan menyadari tindakan terbaik demi mencapai kehidupan yang bahagia didunia maupun diakhirat. 2) Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan yang ada pada dirinya. 3) Dapat mengembangankan sikap positif. 4) Membuat pilihan secara sehat. 5) Mampu menghargai orang lain. 6)
22
Ahmad Mubarok, Teori dan Kasus, cet I (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 2000), hal. 4-5. 23
Memiliki rasa tanggung jawab. 7)Mengembangkan hubungan antar pribadi dan dapat menyelesaikan konflik. 8) Membuat keputusan secara efektif .24
Pada dasarnya, bimbingan merupakan upaya pembinmbing untuk
membantu mengoptimalkan individu. Donald G. Mortensen dan Alan M.
Schmuller menyatakan, Guideance may be defined as tahat part of the total
educational program that helps provide the personal apportunities and
specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of
this abilities and capaties in term of the democratic idea.25
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan (Process of helping) kepada
individu agar mampu memahami dan menerima diri dan lingkungannya,
mengarahkan diri, dan menyesuaiakan diri secara positif dan kontruktif terhadap
tuntutan norma kehidupan (agama dan budaya) sehingga mencapai personal
maupun social
Bimbingan dan konseling merupakan proses interaksi antara konselor
dengfan klien/konselee baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung
(melalui media: internet, atau telepon) dalam rangka membantu klien agar dapat
mengembangkan potensi bdirinya atau memecahkan masalah yang dialaminya.
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang
secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun karier melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
24
Erhamwilda, Konseling Islami, (Yogyakarta:graha ilmu, 2008), hal: 117-118. 25
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam
memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal,
pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan
meningkatkan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungngannya. Semua
perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni
proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat
dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab
yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis
antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk
mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.26
Menurut Hamdan Bakhran Adz Dzakif dalam bukunya bimbingan
konseling dan psikoterapi Islam sebelum mendefinisikan konseling Islam perlu
diketahui berapa hal-hal yang berkenaan dengan eksistensi Islam dalam
membantu orang lain menuju kebaikan yang haqiqi, dari beberapa hal itu sebagai
berikut:
1). Al-quran adalah sumber bimbingan, nasehat dan obat untuk menaggulangi
permasalahan-permasalahan
Artinya: ”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan
petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(Yunus, 10:57)27
2). Para Rasul, Nabi, Auliya-nya atau para ahli waris mereka adalah konselor dan
terapis Allah SWT
26
Nidya Damayanti, Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. (Yogyakarta: Araska. 2012), hal: 9 27
Artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di
antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”.(Al
-Jumu‟ah, 62:2)28
Bimbingan konseling islam adalah proses pemberian bantuan terarah,
kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapatmengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilkinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Quran dan Hadist
Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga dapat hidup selaras dan sesuai
dengan tuntunan Al-Quran dan hadist. Apabila internalisasi nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Quran dan hadist telah tercapai dan fitrah beragama itu telah
berkemabang secara optimal maka individu tersebut dapat menciptakan hubungan
yang baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan alam semesta sebagai
manifestasi dari perannya sebagai khalifah di muka bumi yang sekaligus juga
berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.29
Adapun menurut Thohari Musnamar dalam buku “Dasar-dasar Konseptual
Bimbingan dan Konseling Islam” dijelaskan bahwa Bimbingan Islami adalah:
Proses pemberian bantuan terhadap individu, agar mampu hidup selaras dengan
ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat.
28
Departemen Agama, Al-Qur’an Dan Terjamah, hal. 932. 29
Sedangkan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terhadap
individu, agar menyadari kembali akan eksistensinya sebagai makhluk Allah yang
seharusnya selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.30 Dari beberapa definisi yang telah
dikemukakan di atas, dapat di garis bawahi bahwa dalam suatu bimbingan
penyuluhan Islam, tercakup beberapa unsur, yaitu:
a) Hendaknya ada proses kegiatan (usaha) yang dilakukan secara bertahap,
sistematis dan sadar, di dalam memberikan bantuan terhadap orang lain.
b) Bantuan itu diberikan kepada individu atau kelompok, agar ia mampu
memfungsikan nilai agama pada dirinya, melalui kesadaran atau potensi
dirinya.
c) Bantuan yang diberikan tidak hanya bagi mereka yang bermasalah, tetapi
mereka juga yang tidak bermasalah, dengan tujuan agar masalah yang
menghinggapi seseorang tidak menjalar kepada orang lain.
d) Bimbingan penyuluhan agama diberikan lebih jauh bertujuan untuk
menciptakan situasi dan kondisi masyarakat, yang mampu mengamalkan
ajaran agama secara benar dan istiqomah. Sehingga terciptanya masyarakat
yang bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
30
Bimbingan dan penyuluhan agama bertujan menciptakan situasi dan
kondisi masyarakat yang mengamalkan ajaran agama, dan situasi timbul pancaran
kehidupan keagamaan yang sejahtera dan bahagia.31
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Bimbingan dan
Konseling Islam adalah segala bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang
lain, baik secara individu maupun secara kelompok, baik yang bermasalah
ataupun tidak bermasalah, dengan tujuan agar mereka dapat memfungsikan
seoptimal mungkin keimanannya, sehubungan dengan masalah yang dihadapi,
terlepas dari masalahnya sehingga mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan
dalam kehidupannya, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Dan ayat-ayat yang berkenaan dengan konseling Islam adalah terdapat dalam QS
Al-Isra‟ : 82 yang berbunyi.:
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penwar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang lalim selain kerugian”.(QS: Al-Isra‟: 82).32
31
Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Tekhnik Dakwah (Surabaya : Bagian Penerbitan Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997), hal. 12.
32
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam kelangsungan perkembangan dan kehidupan manusia, berbagai
pelayanan diciptakan dan diselenggarakan. Masing-masing pelayanan ini berguna
dan bermanfaat untuk memperlancar dan memberikan dampak positif, konseling
Islam ini membantu individu untuk bisa menghadapi masalah sekaligus bisa
membantu mengembangkan segi-segi positif yang dimiliki oleh individu. Secara
singkat tujuan Konseling Islam dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Membantu konseli agar dia memiliki pengetahuan tentang posisi dirinya
dan memiliki keberanian mengambil keputusan, untuk melakukan suatu
perbuatan yang dipandang baik, benar dan bermanfaat, untuk
kehidupannya di dunia dan untuk kepentingan akhiratnya.
2. Tujuan khusus
a. Untuk membantu konseli agar tidak menghadapi masalah.
b. Untuk membantu konseli mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
c. Untuk membantu konseli memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik, sehingga tidak
akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.33
Adapun yang menjadi tujuan Konseling Islam menurut para ahli lainnya
sebagai berikut: Bertujuan memfungsikan seoptimal mungkin nilai-nilai
33
keagamaan dalam kebulatan pribadi atau tantangan masyarakat, sehingga dapat
memberikan manfaat bagi dirinya dan masyarakat.
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Fungsi bimbingan dan konseling islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat,
ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut.
Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling islam di kelompokkan menjadi empat:
1. Fungsi pencegahan (preventif)
Yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah
bagi dirinya.
Fungsi pencegahan dalam hal ini terutama adalah mencegah depresi pada
klien agar tidak semakin parah dan mencegah klien untuk tidak bertindak
nekad yang dapat mebahayakan dirinya.
2. Fungsi kuratif (korektif)
Yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi
atau dialaminya.
Fungsi kuratif atau korektif dalam hal ini adalah peneliti membantu
memecahkan masalah.
3. Fungsi pemeliharaan (presentative)
Yakni membantu individu agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan
4. Fungsi Pengembangan (development)
Yakni membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.34
d. Langkah-Langkah Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam pemberian bimbingan dikenal adanya langkah-langkah sebagai berikut:
1) Langkah identifikasi kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang
nampak. Dalam langkah ini mencatat kasus-kasus mana yang akan
mendapatkan bantuan terlebih dahulu.
2) Langkah diagnose
Langkah ini untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar
belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah
mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan terkumpul
kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.
3) Langkah prognosa
Langkah ini menetapkan jenis bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan
untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan
dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar
belakangnya.
4) Langkah terapi
Langkah ini adalah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini
merupakan pelaksanaan apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa.
34
5) Langkah evaluasi
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah
langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah
follow up (tindak lanjut), dilihat dari perkembangan selanjutnya dalam jangka
waktu yang jauh atau panjang.35
e. Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam
1. Konselor
Konselor atau pembimbing merupkan seseorang yang mempunyai wewenang
untuk memberikan bimbingan kepada orang lain yang sedang menghadapi
kesulitan atau masalah, yang tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain.
Menurut Thohari Musnamar dalam bukunya “Dasar-Dasar Konseptual
Bimbingan dan Konseling Islam”, persyaratan menjadi konselor antara lain:
a) Kemampuan Profesional
b) Sifat kepribadian yang baik
c) Kemampuan kemasyarakatan (Ukhuwah Islamiyah)
d) Ketakwaan kepada Allah SWT. 36
Sedangkan menurut H. M. Arifin, syarat-syarat untuk menjadi konselor
adalah:
a. Menyakini akan kebenaran Agama yang dianutnya, menghayati,
mengamalkan karena ia menjadi norma-norma Agama yang konsekuensi serta
35
I. Djumhur Ulama, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Bandung : CV Ilmu, 1975), hal. 104-106. 36
menjadikan dirinya dan idola sebagai muslim sejati baik lahir ataupun batin
dikalangan anak bimbingannya.
b. Memiliki sifat dan kepribadian menarik, terutama terhadap anak
bimbingannya dan juga terhadap orang-orang yang berada di lingkungan
sekitarnya.
c. Memiliki rasa tanggung jawab, rasa berbakti tinggi dan loyalitas terhadap
tugas pekerjaannya secara konsisten.Memiliki kematangan jiwa dalam
d. bertindak menghadapi permasalahan yang memerlukan pemecahan.
e. Mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik terhadap anak
bimbingan dan lingkungan sekitarnya.
f. Mempunyai sikap dan perasaan terikat nilai kemanusian yang harus
ditegakkan terutama dikalangan anak bimbingannya
g. sendiri, harkat dan martabat kemanusian harus dijunjung tinggi dikalangan
mereka.
h. Mempunyai keyakinan bahwa setiap anak bimbingannya memiliki
kemampuan dasar yang baik dan dapat dibimbing menuju arah perkembangan
yang optimal.
i. Memiliki rasa cinta terhadap anak bimbingannya.
j. Memiliki ketangguhan, kesabaran serta keuletan dalam melaksanakan tugas
dan kewajibannya, dengan demikian ia tidak lekas putus asa bila mengahadapi
kesulitan dalam menjalankan tugasnya.
k. Memiliki watak dan kepribadian yang familiar sebagai orang yang berada
l. Memiliki jiwa yang progresif (ingin maju dalam karirnya)
m. Memiliki sikap yang tanggap dan peka terhadap kebutuhan anak bimbing.
n. Memiliki pribadi yang bulat dan utuh, tidak berjiwa terpecahpecah karena
tidak dapat merekam sikap. Memiliki pengetahuan teknis termasuk metode
tentang bimbingan dan penyuluhan serta mampu menerapkannya dalam
tugas.37
Persyaratan yang banyak tersebut dikarenakan pada dasarnya seorang
konselor atau pembimbing adalah seorang pengemban amanat yang sangat berat
sekali. Oleh karena itu, konselor atau pembimbing juga memerlukan kematangan
sikap, pendirian yang dilandasi oleh rasa ikhlas, jujur serta pengabdian. Dari
beberapa pendapat di atas pada hakikatnya seorang konselor harus mempunyai
kemampuan untuk melakukan bimbingan dan konseling, dengan disertai memiliki
kepribadian dan tanggung jawab, serta mempunyai pengetahuan yang luas tentang
ilmu Agama dan ilmu-ilmu yang lain, yang dapat menunjang keberhasilan
bimbingan dan konseling. Dari uraian di atas tentang kualifikasi seorang konselor
juga tercantum dalam Al-Qur‟an sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-
Imron: ayat 159.
Artinya :“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut
terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
37
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada- Nya.”(Q.S. Al-Imron : 159).38
2. Konseli
Konseli adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan
dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain
untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi
masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi konseli itu sendiri.
Menurut Kartini Kartono, konseli hendaknya memiliki sikap dan sifat sebagai
berikut:
a) Terbuka
Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya proses Konseling.
Artinya konseli bersedia mengungkapkan segala sesuatu yang diperlukan
demi suksesnya proses Konseling.
b) Sikap percaya
Agar Konseling berlangsung secara efektif, maka konseli harus dapat
mempercayai konselor. Artinya konseli harus percaya bahwa konselor
benar-benar bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan
membocorkan rahasianya kepada siapapun.
38
c) Bersikap jujur
Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, harus
bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur mengemukakan data-data yang
benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang ia alami.
d) Bertanggung jawab
Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya sendiri sangat
penting bagi kesuksesan Konseling. Jadi, seorang dapat dikatakan konseli
apabila telah memenuhi kriteria sebagaimana tersebut di atas.
3. Masalah
Masalah adalah sesuatu yang menghambat, merintang atau mempersulit
usaha untuk mencapai tujuan, hal ini perlu ditangani ataupun dipecahkan oleh
konselor bersama konseli, karena masalah biasa timbul karena berbagai faktor
atau bidang kehidupan, maka masalah yang ditangani oleh konselor dapat
menyangkut beberapa bidang kehidupan, antara lain :
a) Bidang pernikahan dan keluarga
b) Bidang pendidikan
c) Bidang sosial (kemasyarakatan)
d) Bidang pekerjaan (jabatan)
e) Bidang keagamaan.39
Menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Buku “Kamus Psikologi”
dikatakan bahwa masalah atau problem adalah situasi yang tidak pasti, meragukan
dan sukar di fahami, masalah atau pernyataan yang memerlukan pemecahan.40
39
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Jakarta : Gramedia,1989), hal. 12. 40
Sedangkan menurut W.S Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah Menengah”, masalah adalah sesuatu yang menghambat merintangi,
mempersulit dalam mencapai usaha untuk mencapai tujuan.41
e. Asas-asas bimbingan dan konseling islam
1. Kebahagiaan hidup duniawi
Bagi seorang muslim, hanya merupakan kebahgiaan yang sifatnya sementara,
kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat
merupakan kebahgiaan yang abadi, yang amat banyak. Firman Allah dalam
al-Qur‟an surat Ar-Ra‟ad ayat 28-29 :
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat
Allah-lah hati menjadi tenteram. (28) Orangorang yang beriman dan beramal saleh,
bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (29)”. (QS. Ar-Ra‟d:
28-29).42
Oleh karena itulah maka Islam mengajarkan hidup dalam keseimbangan,
keselarasan dan keserasian antara kehidupan dunia dan akhirat.
41
Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung: Pionir Jaya, 1987), hal.375. 42
2. Asas-fitrah
Manusia menurut islam dilahirkan dalam atau membawa fitrah, yaitu berbagai
kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau
beragama islam. Allah berfirman dalam al-Qur‟an surat Ar-Rum ayat 30 :
Artinya :“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepadaagama (Allah)
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakanmanusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrahAllah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidakmengetahui”(QS. Ar-Rum: 30).43
3. Asas lilahit‟ala
Bimbingan dan konseling islam diselenggarakan semata-mata karena Allah,
konsekuensi dari asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan
penuh keikhlasan tanpa pamrih.sementara yang di bombing menerima atau
meminta bimbingan atau konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua
pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah karena dan untuk
mengabdi kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagi
makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepadanya. Abdi pada Allah
SWT. Sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT.
Firman Allah dalam al-Qur‟an surat Al-An‟am, ayat 162 :
43
Artinya :“Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS. Al-An‟am: 162).44
Dan dalam surat Az-Dzariyat, ayat 56 :
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku” (QS. Az-Dzariyat: 56).45
4. Asas bimbingan seumur hidup
Manusia hidup betapapun tidak ada aka nada yang sempurna dan selalu
bahagia. Dalam kehidupannya mungkin saja manusia akan menjumpai
berbagai kesulitan dan kesusahan. Oleh karena itu, maka maka bimbingan
konseling diperlukan selama hayat di kandung badan.
5. Asas kesatuan jasmani dan rohani
Bimbingan dan konseling islam memperlakukan klienya sebagai makhluk
jasmaniah. Rohaniah tidak memandang sebagai makhluk biologis semata, atau
makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konseling islam membantu
individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
Allah telah memberikan contoh dengan kasus yang digambarkan pada al-
Qur‟an surat Al-Baqarah, ayat 187:
44
Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya (Jakarta : Intermasa, 1986), hal. 216. 45
Artinya: “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur
dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun
adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 187).46
6. Asas keseimbangan rohaniah
Rohaniah manusia memiliki unsure dan daya kemampuan piker, merasakan
atau menghayati dan kehendak hawa nafsu serta juga akal, orang yang
dibimbing diajak mengetahui apa yang perlu diketahuinya, kemudian
memikirkan apa yang perlu dipikirkan, sehingga memperoleh keyakinan, tidak
menerima begitu saja, tetapi tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak
memahami apa yang perlu dipahami dihayatinya setelah berdasarkan
46
pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut. Allah
berfirman dalam surat Al- A‟raf ayat 179 :
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan
Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orangorang yang lalai”. (QS.
Al-A‟raf: 179).47
Orang-orang yang dibimbing dan diajak untuk mempergunakan semua
kemampuan rohaniah potensialnya, bukan cuma mengikuti hawa nafsu
(perasaan dan kehendak) semata
7. Asas kemajuan individu