BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 1 | P a g e
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN DAERAH
Permasalahan pembangunan daerah merupakan “gap expectation” antara
kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa
yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dibuat. Potensi
permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum
didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak
dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.
Permasalahan pembangunan yang masih memerlukan penanganan serius di
Kab. Kutai Barat selama periode 2011-2016 meliputi:
4.1.1. Aspek Geografi dan Demografi
a. Kab. Kutai Barat memiliki wilayah seluas 31.628,70 Km2 atau kurang lebih 15
persen dari luas Provinsi Kalimantan Timur, dengan sejumlah daerah rawan
bencana tanah longsor dan kemiringan yang tinggi sehingga menyebabkan
sejumlah daerah menjadi sulit dijangkau. Di samping itu, tingkat penyebaran
penduduk yang relatif tidak merata dengan tingkat terpadat di Kec. Sekolaq
Darat (49,6 jiwa/km2) dan terendah Kec. Long Apari (1,24 jiwa/km2), telah
menyebabkan terjadinya ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan;
b. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas penambangan dan rawan banjir yang
disebabkan karena kerusakan hutan;
c. Pertambahan jumlah penduduk yang cukup tinggi disertai dengan penyebaran
penduduk yang terkonsentrasi di kota kabupaten dan pusat-pusat kota
kecamatan, berpotensi menyebabkan kebutuhan sarana dan prasarana yang juga
terfokus di pusat-pusat konsentrasi penduduk;
d. Proporsi penduduk yang didominasi kelompok usia muda (usia 5-9 dan 10-14)
membutuhkan sarana dan prasarana pendukung seperti pendidikan dan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 2 | P a g e 4.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
4.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
a. Pertumbuhan ekonomi di Kab. Kutai Barat masih didominasi oleh sektor-sektor
yang tidak berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi masyarakat lokal pada
umumnya, khususnya terhadap peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan
penduduk lokal;
b. Tingkat ketimpangan pendapatan perkapita cenderung tinggi dan semakin
membesar ketimpangannya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi di
sektor-sektor yang bersentuhan langsung dengan masyarakat lokal pada umumnya
seperti pertanian lebih rendah dibandingkan dengan sektor-sektor yang tidak
bersentuhan secara langsung dengan masyarakat lokal pada umumnya seperti
pertambangan, hotel, restoran, bangunan dan jasa;
c. Sekalipun telah terjadi penurunan tingkat kemiskinan dari 13,25% di tahun 2005
menjadi 8,97% di tahun 2009, namun kemiskinan masih menjadi permasalahan
serius yang perlu diselesaikan di masa mendatang.
4.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
a. Di bidang pendidikan masih dijumpai sejumlah masalah seperti: (1) Masih
rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam bersekolah. Hal ini terlihat dari
jumlah penduduk usia 5 tahun ke atas yang bersekolah hanya mencapai 25,12% di
tahun 2009 yang sedikit lebih baik dibandingkan tahun 2004 yaitu sebesar 24,01%;
(2) Masih rendahnya angka melek huruf sekalipun telah terjadi perbaikan dalam
lima tahun terakhir dan masih rendahnya rata-rata lama bersekolah bagi anak usia
sekolah;
b. Masih tingginya angka pengangguran terutama di pedesaan yang mencapai 90%
dari total pengangguran di Kutai Barat dan didominasi oleh penduduk yang
berpendidikan SD ke bawah serta SMA umum;
c. Sekalipun lebih dari separuh dari penduduk Kutai Barat bekerja di sektor
pertanian di pedesaan (62,86%), namun efisiensi usaha di sektor ini masih rendah,
bahkan yang paling rendah dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya, yaitu
hanya 9,63;
d. Tingkat kesejahteraan sosial-ekonomi kita belum merata, artinya masih
terkonsentrasi di sentra ibu-kota kecamatan Daerah Cepat Tumbuh (DCT), dengan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 3 | P a g e e. Pemberdayaan Sumber Daya Alam (SDA) kita belum optimal untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pengembangan SDM masyarakat kita;
f. Sebagian besar penduduk Kutai Barat masih menggantungkan penghasilan
usahanya di sub-sektor pertanian yang tradisional dengan nilai tambah yang
relatif kecil, sehingga terus-menerus harus terjebak di dalam lingkaran
keterbatasan tarap hidup sosial-ekonomi, yang seakan-akan masih berjalan di
tempat (involutif). Karena itulah, maka struktur ekonomi masyarakat Kutai Barat
secara dominan masih berstruktur primer;
g. Pengusaha dan pelaku pasar ekonomi lokal, baik secara mikro maupun makro,
belum mampu bangkit dan berkembang secara maksimal, karena terbentur antara
lain pada faktor modal usaha, teknologi, pengetahuan dan mentalitasnya;
h. Masyarakat di kampung-kampung kita belum mampu secara kreatif, inovatif dan
produktif untuk memanfaatkan SDA yang tersedia di sekitarnya, lantaran masih
terbatasnya pengetahuan, keterampilan, modal usaha dan teknologi yang
tepat-guna (madya) untuk mengelola berbagai usaha ekonomi produktif, sehingga
pendapatan (income) masyarakat dan rumah tangga pun tidak bisa meningkat
secara signifikan dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Kesejahteraan
yang saya maksudkan, terutama adalah untuk pemenuhan kebutuhan dasar
manusia sebagai manusia (basic human needs), seperti pangan, pakaian,
perumahan, kesehatan, pendidikan, dll.
4.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Sistem pembangunan dan pemerintahan daerah yang berbasis desentralisasi
dan identitas kebudayaan lokal belum berjalan optimal. Pembangunan daerah harus
diletakkan di atas fondasi nilai-nilai budaya daerah yang menunjang proses kemajuan
manusia yang berdaulat dan bermartabat. Artinya pembangunan daerah kita harus
menghasilkan output (hasil): perubahan, ketertiban dan keadilan secara simultan dan
terpadu (holistik). Karena itu pembangunan daerah kita haruslah Terarah, Tertib, dan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 4 | P a g e 4.1.3. Aspek Pelayanan Umum
4.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Urusan Pendidikan
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan pendidikan, meliputi:
1) Masih rendahnya tingkat partisipasi sekolah, khususnya anak usia SLTA dan
sederajat;
2) Tidak meratanya penyebaran guru per sekolah;
3) Masih terbatasnya guru bidang studi untuk kelompok SMP dan SLTA sederajat;
4) Masih terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pendidikan;
5) Masih rendahnya kualitas guru dilihat dari jenjang pendidikan guru,
kompetensi, serta sertifikasi profesi.
b. Urusan kesehatan
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pembangunan kesehatan, meliputi:
1) Belum meratanya pelayanan dan fasilitas kesehatan dasar (pustu, puskesmas,
puskesmas terapung, BP, Polilinik, RS pemerintah dan swasta);
2) Masih terbatas dan belum meratanya penyediaan dan penyebaran tenaga
medis dan paramedis;
3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat,
terutama sanitasi dan lingkungan sehat;
4) Belum optimalnya penanganan dan pencegahan kematian ibu melahirkan;
5) Belum optimalnya penanganan dan pencegahan kematian bayi;
6) Belum optimalnya penanganan dan pencegahan anak dan balita gizi buruk;
7) Belum optimalnya upaya penanggulangan penyakit menular;
8) Belum optimalnya upaya penanggulangan penyakit tidak menular;
9) Belum semua indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) mampu
dicapai oleh pemerintah kab. Kutai Barat;
10)Pelayanan kesehatan lebih mengedepankan masih pada pelayanan kuratif
daripada preventif.
c. Urusan Pekerjaan Umum:
Permasalahan yang masih dihadapi urusan pekerjaan umum, meliputi:
1) Pembangunan jalan masih belum mampu mengatasi keterisolasian wilayah dan
masih terpusat di daerah perkotaan dan kecamatan sebagai pusat-pusat
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 5 | P a g e 2) Belum optimalnya upaya penanggulangan daerah rawan banjir;
3) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam memenuhi persyaratan
administratif dan teknis pembangunan bangunan tempat tinggal dan usaha;
4) Belum optimalnya upaya pembenahan pemukiman dan rumah tidak layak huni;
5) Belum optimalnya penanganan masyarakat yang bermukim di tepian sungai/
danau, dan rumah terapung (rakit);
6) Belum optimalnya upaya penyediaan dan penggunaan air bersih dan listrik bagi
masyarakat;
7) Pengalihan fungsi lahan.
d. Urusan Perhubungan
Permasalahan yang masih dihadapi urusan perhubungan, meliputi:
1) Pertumbuhan jumlah kendaraan darat tidak seimbang dengan pertumbuhan
ruas jalan, sehingga tingkat kepadatan jalan cenderung tinggi;
2) Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung pelabuhan udara.
e. Urusan Lingkungan Hidup
Permasalahan yang masih dihadapi urusan lingkungan hidup, meliputi:
1) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam memelihara kelestarian lingkungan
hidup;
2) Semakin tingginya kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh adanya
aktivitas ekonomi;
3) Belum optimalnya pengelolaan sampah, khususnya di perkotaan yang
cenderung semakin meningkat dikarenakan semakin bertambahnya penduduk.
f. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil
Permasalahan yang masih dihadapi urusan Kependudukan dan Catatan Sipil,
meliputi:
1) Masih rendahnya partisipasi masyarakat untuk mendaftarkan dan mencatatkan
diri di catatan sipil berupa KTP, akte kelahiran, Akte Perkawinan dan Akte
Perceraian;
2) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengikuti program KB.
g. Urusan Pemberdayaan Perempuan
Permasalahan yang masih dihadapi urusan Pemberdayaan Perempuan, di
antaranya berupa masih rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 6 | P a g e Tinggi), (b) angka melek huruf perempuan, (c) kontribusi perempuan dalam
pekerjaan upahan non pertanian, dan (d) keterwakilan perempuan dalam
tugas-tugas sebagai wakil rakyat.
h. Urusan sosial
Permasalahan yang masih dihadapi urusan sosial, berupa: belum optimalnya
penanganan bagi para penyandang cacat dan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS).
i. Urusan ketenagakerjaan
Permasalahan yang masih dihadapi urusan ketenagakerjaan, meliputi:
1) Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja yang membutuhkan lapangan
pekerjaan;
2) Pencari kerja lokal sangat didominasi oleh tenaga kerja dengan tingkat
pendidikan maksimal SLTA, sehingga tidak mampu memenuhi posisi lapangan
kerja yang memadai di sektor formal dan kalah bersaing dengan pencari kerja
yang berasal dari luar masyarakat Kutai Barat;
3) Ketidaksesuaian latar belakang pendidikan formal dengan kebutuhan dunia
kerja.
j. Urusan pemerintahan umum
Permasalahan yang masih dihadapi urusan pemerintahan umum, meliputi:
1) Masih rendahnya kualitas SDM aparatur;
2) Masih rendahnya kemampuan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam menopang
pembiayaan pembangunan daerah;
3) Belum efisien dan efektifnya pengelolaan keuangan daerah;
4) Masih rendahnya pengawasan pembangunan dan keuangan daerah.
k. Urusan pemberdayaan masyarakat dan kampung
Permasalahan yang masih dihadapi urusan pemberdayaan masyarakat dan
kampung, meliputi:
1) Belum optimalnya pengelolaan dan penggunaan Usaha Bersama Kampung
(UBK) dan Usaha Ekonomi Mikro Kampung dalam upaya memberdayakan
masyarakat kampung;
2) Belum optimalnya peran lembaga keswadayaan masyarakat dalam upaya
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 7 | P a g e 4.1.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
a. Urusan pertanian
Permasalahan yang dihadapi urusan pertanian meliputi:
1) Rendahnya nilai tambah dan produktivitas di sektor pertanian;
2) Belum optimalnya upaya untuk mengembangkan keterkaitan pembangunan di
sektor pertanian dengan pembangunan industri pengolahan hasil-hasil
pertanian.
3) Belum optimalnya pemanfaatan potensi perikanan, khususnya perikanan air
tawar atau sungai;
4) Belum optimalnya peranan pertanian tanaman pangan dan peternakan dalam
mendukung ketahanan pangan lokal.
b. Urusan Kehutanan
Permasalahan yang dihadapi urusan kehutanan berupa belum optimalnya peranan
hutan rakyat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan;
c. Urusan pariwisata
Permasalahan yang dihadapi di urusan pariwisata meliputi:
1) Belum optimalnya pengembangan objek wisata dan daya tarik wisata (OTW)
yang ada di wilayah Kutai Barat;
2) Kurangnya promosi dan pemasaran OTW dalam upaya meningkatkan kunjungan
wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara;
3) Terbatasnya sarana dan prasarana pendukung wisata;
d. Urusan industri dan perdagangan
Permasalahan yang dihadapi di urusan industri dan perdagangan meliputi:
1) Belum optimalnya peran UKM dalam mendukung aktivitas ekonomi masyarakat
lokal;
2) Belum optimalnya upaya pengembangan industri kecil dan menengah dalam
pemanfaatan potensi lokal yang berkaitan langsung dengan upaya penciptaan
lapangan kerja bagi masyarakat lokal.
4.1.4. Aspek Daya Saing Daerah
4.1.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
a. Daya saing produk yang dihasilkan di Kab. Kutai Barat khususnya dari sub sektor
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 8 | P a g e dari daya saing produk yang tinggi tersebut masih belum memberikan dampak
yang maksimal bagi masyarakat lokal.
b. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis UBK/koperasi/UKM belum berdaya
secara maksimal. Fondasinya sudah terbangun secara merata, namun
pengembangan lanjutannya, yang belum berjalan optimal.
4.1.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Masih terbatasnya sarana dan prasarana (infrastruktur) pendukung aktivitas
ekonomi masyarakat seperti jalan, listrik, air, telepon dan pelabuhan. Keterbatasan
ini menyebabkan terjadinya ekonomi biaya tinggi bagi investor yang mau melakukan
investasi di Kab. Kutai Barat. Di samping itu, terbatasnya sarana dan prasarana fisik
pendukung aktivitas ekonomi ini juga telah menyebabkan rendahnya daya saing
produk dari usaha ekonomi rakyat menjadi kalah bersaing dengan produk sejenis dari
daerah lain. Hal ini menyebabkan harga produk unggulan lokal yang diterima petani
misalnya menjadi rendah.
4.1.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
Iklim investasi di Kab. Kutai Barat masih perlu terus dilakukan perbaikan
secara bertahap dan berkelanjutan. Masalah pembebasan lahan nampaknya masih
menjadi kendala utama dalam upaya menciptakan iklim investasi yang kondusif. Di
samping itu, terbatasnya peraturan daerah yang lebih berpihak pada upaya
pengembangan ekonomi lokal juga menjadi kendala dalam upaya menciptakan daya
saing produk lokal.
4.1.4.4. Fokus Sumber Daya manusia
Masalah utama dalam pengembangan SDM adalah berkaitan dengan upaya
kesempatan, penempatan, jumlah dan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum
optimal. Masalah terinti SDM kita adalah berkisar antara dua masalah besar, yaitu: (1)
kurangnya pengembangan, dan (2) kurangnya pencurahan. Kurangnya pengembangan
mencakup dimensi-dimensi, seperti: (a) individualitas, (b) etika kerja/ profesi, (c)
pengetahuan, (d) keterampilan, (e) bakat, dan (f) apresiasi bekerja tekun dan ulet.
Sedangkan kurangnya pencurahan mencakup dimensi-dimensi, seperti: (a) kemampuan
bekerja, (b) sistem intensif, (c) penempatan jabatan yang sesuai dengan jenis
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 9 | P a g e 4.2. TELAAH RPJMN DAN RPJMD PROVINSI
Perencanaan pembangunan daerah dituntut untuk menjaga konsistensi dengan
perencanaan pembangunan di daerah diatasnya dan perencanaan pembangunan
Nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014
merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007. RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah
daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya
masing-masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 merupakan penjabaran
dari Visi, Misi, dan Program Presiden terpilih periode 2010-2014.
Dalam Visi, Misi dan Program Peresiden dan Wakil Presiden periode 2010-2014,
dengan tegas menyatakan keinginan dan keyakinannya untuk mewujudkan bangsa
Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, lebih mandiri, lebih aman dan damai, serta
lebih demokratis dan adil. Strategi yang ditetapkan untuk mencapai Visi dan Misi
tersebut difokuskan pada upaya untuk lebih memantapkan penataan kembali
Indonesia di segala bidang dengan menekankan pada upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan iptek serta penguatan
daya saing perekonomian.
Selanjutnya dalam rangka menjalankan arah pembangunan jangka panjang
maka, Visi Pembangunan Nasional RPJMN 2010-2014 adalah “Terwujudnya Indonesia
yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”. Untuk mencapai Visi tersebut maka
Misi Pembangunan Nasional ditetapkan dalam 3 (tiga) misi di antaranya:
1. Melanjutkan Pembangunan Menuju Indonesia yang Sejahtera
2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi
3. Memperkuat Dimensi Keadilan di Semua Bidang
Pelaksanaan pembangunan selama ini telah mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan kemajuan di berbagai daerah. Namun, perbedaan
kondisi geografis, sumber daya alam, infrastruktur, sosial budaya dan kapasitas
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 10 | P a g e Akibatnya, kesejahteraan masyarakat tidak selalu sama dan merata di seluruh
wilayah. Kemajuan pembangunan di Jawa-Bali dan Sumatera relatif lebih cepat
dibanding wilayah lainnya. Pemecahan berbagai masalah di daerah tersebut
memerlukan suatu kebijakan, program dan kegiatan yang konsisten, terpadu dan
bersifat lintas sektor, dengan mempertimbangkan kesesuaian tata ruang wilayah,
sistem hukum dan kelembagaan yang andal; serta koordinasi dan kerjasama yang solid
antara kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah dalam perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi berbagai kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan. Pemecahan berbagai masalah di daerah juga menjadi
bagian integral dari pelaksanaan agenda pembangunan yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Dalam Bab IV “Pengembangan Wilayah Kalimantan” buku III tersebut disebutkan bagaimana arah pembangunan Nasional di wilayah Kalimantan. RPJMD Kab.
Kutai Barat 2011-2016 harus mempertimbangkan arah pembangunan nasional yang
terdapat dalam Bab IV buku III tersebut. Isu strategis pembangunan kewilayahan di
Kalimantan menurut perspektif Rencana Pembangunan Nasional adalah sebagai
berikut:
1. Optimalisasi pengembangan sektor dan industri unggulan wilayah berbasis
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan kelautan;
2. Kuantitas dan kualitas jaringan infrastruktur wilayah;
3. Kesenjangan intrawilayah Kalimantan;
4. Degardasi sumber daya alam dan lingkungan hidup serta mitigasi bencana;
5. Kualitas sumberdaya manusia dan tingkat kemiskinan;
6. Pembangunan kawasan perbatasan;
7. Kualitas birokrasi dan tata kelola dalam kerangka otonomi daerah.
Dengan memperhatikan Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kalimantan,
pengembangaan wilayah Kalimantan diarahkan untuk:
1. Memelihara dan memulihkan kawasan yang berfungsi lindung dan kritis
lingkungan dalam rangka mendukung keberlanjutan pemanfaatan sumber
daya kehutanan, pertambangan, pertanian, dan sumber daya kelautan,
pesisir dan pulau-pulau kecil, serta mengurangi risiko dampak bencana
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 11 | P a g e 2. Mendayagunakan posisi strategis secara geografis yang berdekatan dengan
Negara Bagian Malaysia di Sarawak dan Sabah dalam kerangka kerja sama
ekonomi subregional BIMP-EAGA;
3. Mendorong percepatan penanganan kawasan perbatasan antarnegara
dengan negara Malaysia di Serawak dan Sabah sebagai beranda depan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di wilayah Kalimantan;
4. Meningkatkan aksesibilitas internal wilayah Kalimantan untuk mewujudkan
sinergi pengembangan potensi wilayah dan pemerataan tingkat
perkembangan antarwilayah melalui percepatan fungsionalisasi jaringan
jalan lintas Kalimantan secara terpadu dengan pengembangan jaringan
angkutan sungai, angkutan laut, jaringan jalan rel kereta api dan angkutan
udara;
5. Mendorong peran kawasan andalan sebagai penggerak pengembangan
ekonomi wilayah Kalimantan;
6. Mengembangkan industri pengolahan yang berbasis pada sektor kelautan,
pertanian, perkebunan, pertambangan, kehutanan secara berkelanjutan,
dan industri pariwisata yang berbasis pada penguatan dan pengembangan
ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal dan kelestarian fungsi
lingkungan hidup; dan
7. Mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat
pelayanan jasa koleksi dan distribusi di wilayah Kalimantan. Pengembangan
sistem pusat permukiman di wilayah Kalimantan ditekankan pada
terbentuknya fungsi dan hierarki pusat permukiman sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional yang meliputi pusat kegiatan nasional, pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal dan pusat kegiatan strategis nasional
di kawasan perbatasan negara.
Selain konsisten terhadap perencanaan pembangunan Nasional, RPJMD Kab.
Kutai Barat 2011-2016 juga harus memperhatikan perencanaan pembangunan Provinsi
Kalimantan Timur. Periode RPJMD Provinsi Kaltim yang harus diperhatikan dalam
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 12 | P a g e Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera”. Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan Misi Pembangunan Provinsi Kaltim sebagai berkut:
1. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa
untuk mewujudkan Kaltim sebagai “Island of Integrity”;
2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta sistem demokrasi
yang kondusif;
3. Mewujudkan kawasan perbatasan menjadi beranda depan Negara dan
percepatan pembangunan di wilayah pedalaman dan terpencil;
4. Mewujudkan struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro kerakyatan
dengan konsep pembangunan berkelanjutan;
5. Mewujudkan pemenuhan infrastruktur dasar untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat yang layak dan sejahtera;
6. Mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, terampil dan berakhlak mulia;
7. Mewujudkan perbaikan sistem subsidi, perlindungan sosial dan
penanggulangan /pengentasan masyarakat miskin.
4.3. ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KUTAI BARAT
Beberapa isu strategis yang harus dimanfaatkan dan diantisipasi oleh
pemerintah Kab. Kutai Barat adalah sebagai berikut:
4.3.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Beberapa isu strategis terkait dengan aspek kesejahteraan masyarakat adalah
sebagai berikut:
a) Masih rendahnya kualitas SDM sebagian besar masyarakat Kutai Barat akan
berpengaruh pada ketidakmampuan masyarakat lokal dalam mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kesejahteraannya;
b) Masih adanya daerah yang terisolir menyebabkan terbatasnya kemampuan
pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat;
c) Terbatas dan tidak meratanya infrastruktur akan berdampak pada tidak
meratanya aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat dan berpotensi
menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah yang rawan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 13 | P a g e d) Tidak meratanya sarana dan prasarana pendukung, khususnya sarana dan
prasarana pendukung pelayanan kesehatan dan pendidikan;
e) Masih rendahnya kualitas SDM penyelenggara pemerintahan dan pelayanan
publik;
f) Tuntutan bagi penyelenggara pelayanan dasar di daerah untuk mencapai
indikator sasaran yang telah ditetapkan dalam Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan Milleneum Development Goals (MDGs).
4.3.2. Aspek Pelayanan Umum
Beberapa isu strategis terkait dengan penyelenggaraan pelayanan umum
meliputi:
a) Pemerintah daerah saat ini dan terlebih di masa mendatang dituntut untuk
mampu menyelanggarakan pelayanan publik yang semakin cepat (faster),
semakin mudah (easier) dan semakin murah (cheaper) bagi seluruh lapisan
masyarakat;
b) Pemerintah daerah semakin dituntut untuk mampu menerapkan
prinsip-prinsip good governance dan clean government dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan umum. Prinsip-prinsip utama yang melandasi
good governance, yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi
masyarakat harus lebih diperhatikan dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik, baik di masa sekarang maupun di
masa mendatang;
c) Perkembangan teknologi informasi (IT, information technology) akan
semakin berpengaruh terhadap peningkatan kinerja penyelenggaraan
pelayanan publik dan karenanya pemerintah daerah dituntut untuk semakin
mampu menerapkan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik di masa mendatang;
d) Dalam penyelenggaraan pelayanan umum, Pemerintah Daerah semakin
dituntut untuk mampu merencanakan dan mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan pelayanan umum dan pemerintahan secara lebih konkrit,
jelas dan terukur. Berbagai komitmen dan kesepakatan yang harus dicapai
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 14 | P a g e
Development Goals) dan SPM (Standar Pelayanan Minimum), merupakan
wujud perlunya perencanaan dan pertanggungjawaban yang lebih konkrit,
jelas dan terukur. Semua ini jelas menuntut komitmen, tanggungjawab,
kapabilitas pemerintah daerah yang semakin besar dan sekaligus juga
semakin memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan
publik yang prima;
e) Tidak meratanya sarana dan prasarana pelayanan publik di seluruh wilayah
Kutai Barat yang disebabkan karena luasnya span of control dan masih
adanya sebagian wilayah yang terisolir;
f) Sekalipun jumlah pegawai cukup banyak, namun penyebaran SDM
penyelenggara pelayanan publik cenderung tidak merata dan masih
terpusat di kota-kota kecamatan yang dekat dengan pusat pemerintahan;
g) Semakin berkembangnya jumlah penduduk seiring dengan semakin
berkembangnya aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat di Kutai Barat,
menuntut kemampuan pengelolaan persampahan dan drainase perkotaan
yang semakin baik;
h) Perbaikan budaya demokrasi yang sehat dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembelajaran politik masyarakat.
4.3.3. Aspek Pembangunan Daya Saing
Salah satu aspek yang sangat ditekankan dalam rangka menjalankan
pemerintahan daerah adalah daya saing pemerintahan, isu-isu yang terkait dengan
pembangunan daya saing di Kab. Kutai Barat di antaranya:
a) Kutai Barat merupakan salah satu daerah dengan potensi SDA yang
melimpah. Namun demikian, kekayaan alam yang melimpah tersebut belum
mampu berperan sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth) bagi
berkembangnya sektor-sektor ekonomi kerakyatan dan peningkatan daya
saing;
b) Perdagangan bebas yang telah mulai diimplementasikan akan semakin
membuka peluang bagi masuknya investasi pada sektor-sektor unggulan
yang membutuhkan modal besar dan pemasaran produk unggulan dan
BAB IV – ANALISIS ISU-ISU STRATEGI IV - 15 | P a g e c) Masih rendahnya kualitas SDM dan terbatasnya sarana dan prasarana
pelayanan publik akan mempengaruhi daya saing daerah dalam menarik
investasi dan sekaligus memanfaatkan kesempatan kerja yang tercipta;
d) Tumpang tindih peraturan yang ditetapkan di tingkat pemerintah pusat,
akan berpengaruh bagi proses pengambilan keputusan di daerah;
e) Pengembangan ekonomi lokal masyarakat melalui optimalisasi UMKM dan
kemudahan memperoleh kredit mikro;
f) Terjalinnya hubungan yang baik dan harmonis antar suku, agama dan