• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Buku Rencana

Penanggulangan

Bencana

Provinsi

Sumatera

Barat 2008 -2012 disusun

sebagai

bentuk

komitmen

Pemerintah

Provinsi

Sumatera

Barat dalam menjalankan

amanah

Undang-Undang

Nomor 24

Tahun 2007 tentang

Penanggulangan

Bencana

yang didalamnya

memuat hal - hal yang terkait dengan

pelaksanaan

Penanggulangan

Bencana

dalam lingkup

wilayah negara Kesatuan

Republik

Indonesia.

Dalam Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 tersebut

ditegaskan

bahwa penanggulangan

bencana

yang berpotensi

terjadi, tidak hanya menjadi tanggungjawab

pemerintah

semata tetapi juga menjadi

tanggungjawab

semua pihak yang memiliki kapasitas dalam penanggulangan

bencana seperti

akademisi,

lembaga

kemasyarakatan,

media massa,

institusi

swasta,

dan juga masyarakat

umum.

Untuk itu, Pemerintah

Provinsi Sumatera Barat telah melakukan langkah - langkah yang sesuai

diantaranya

dengan

penyusunan

Rencana

Penanggulangan

Bencana

Provinsi

Sumatera

Barat 2008

-2012 dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan

yang ada di Provinsi Sumatera Barat.

Penyusunan

Rencana Penanggulangan

Bencana Provinsi Sumatera Barat 2008 - 2012 ini sudah

dimulai

sejak Maret 2008 dan berakhir

pada Oktober

2008. Dalam Rencana

Penanggulangan

Bencana

Provinsi

Sumatera

Barat 2008 - 2012 ini dapat dilihat

program

dan kegiatan

dalam lima tahun kedepan

yang menjadi

prioritas

Provinsi

Sumatera

Barat

dalam penanggulangan

bencana.

Akhir saya mengucapkan

terima kasih kepada semua pemangku

kepentingan

yang telah mendukung

tersusunnya

Buku Rencana Penanggulangan

Bencana Provinsi Sumatera Barat 2008 - 2012 ini,

dengan harapan

buku ini dapat dijadikan

pendoman

oleh semua pihak dalam upaya penanggulangan

bencana

di Provinsi

Sumatera

Barat yang kita cintai ini.

Semoga upaya kita dalam menyelamatkan

manusia dari ancaman bencana memberikan

hasil yang

optimal

dan diridhoi

oleh Allah SWT.

Padang, November2008

(3)

KATASAMBI.'TAN

Kami

menyambut

baik atas tersusunnya

Buku Rencana

Penanggulangan

Bencana

Provinsi

Sumatera

Barat Tahun 2008 - 2012. Rencana

Penanggulangan

Bencana

tingkat Provinsi ini

merupakan

yang pertama di Indonesia.

Hal ini menunjukkan

kesungguhan

Pemerintah

Provinsi

Sumatera Barat serta para pemangku kepentingan

dalam Penanggulangan

Bencana untuk

melakukan

penyelenggaraan

Penanggulangan

Bencana

yang sistemik,

menyeluruh,

terpadu dan

terkoordinasi

dengan harapan agar terwujud masyarakat

yang tangguh dalam menghadapi

bencana

di daerah

masing

- masing.

Sebagaimana

diamanatkan dalam Undang Undang no 24 Tahun 2OO7 tentang

Penanggulangan

Bencana,

setiap Daerah harus menyusun

Rencana

Penanggulangan

Bencana,

sebagai

bentuk dari upaya pengurangan

risiko bencana

sekaligus

bagian

pembangunan

system

Penanggulangan

Bencana

melalui

perkuatan

subsistem

Perencanaan.

Dalam

manajemen

bencana

di isyaratkan

bahwa salah satu kunci keberhasilan

dalam melaksanakan

suatu program adalah

tersedianya

perencanaan

yang baik.

Rencana

Penanggulangan

Bencana

ini merupakan

langkah

awal dari serangkaian

kegiatan

penanggulangan

bencana

di Sumatera

Barat.

Perencanaan

ini harus

teruji di lapangan

dan jangan

segan

- segan untuk menyempurnakannya

jika terdapat kelemahan

- kelemahan

dalam tataran

implementasinya.

Rencana

Penanggulangan

Bencana

ini hanya

akan operasional

jika terintegrasi

ke dalam

rencana

pembangunan

daerah.

Untuk

itu perlu

dukungan

berbagai

pihak

terkait

baik

dari

eksekutif

maupun

legislatif

untuk mengintegrasikan

rencana

ini ke dalam rencana

pembangunan

daerah

dan men.ladikan

Penanggulangan

Bencana

khususnya

program

pengurangan

risiko bencana

menjadi

salah

satu program

pembangunan

daerah.

Selaku Kepala BNPB

saya memberikan

apresiasi

setinggi-tingginya

kepada Pemerintah

Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat beserta

seluruh pemangku

kepentingan

yang berperan

dalam

penyusunan

rencana

Penanggulangan

Bencana

ini, semoga

inisiatif

ini dapat tertularkan

ke daerah

lainnya

untuk

maksud

dan tujuan

yang

sama.

Jakarta, November

2008

Kepala,

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA

Provinsi Sumatera

Barat

W

(4)

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT

N O M O R I I 5 T A H U N 2 O O S

TENTANG

ITENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI SUMATERA BARAT'

2008-2012

DENGAN RAI.IMAT TUIIAN YANG MAI_IA ESA

M e n i m b a n g :

GUBERNUR SUMATERA BARAT

a. bahwa

l<ondisi

geografis

Provinsi

Sumatera

Barat merupakan

daerah

rawan

bencana

seperti

gempa,

stunami,

tanah longsor,

banjir, gurlullg

meletus

dan

angin

puting

belir-rng

yang

berpotensi

menimbulkan

kerusal<an

dan kerLrgian;

b. bahwa

dalarn

rangka

penglrrangan

risilco

bencana

di Provinsi

Sumatera

Barat

dibutuhkan

perencanaan

secara

terpadu

dan terkoordinir

sesuai

dengan

Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2007 sefta ketentuan

Peraturan

Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat

Nomor 5 Tahun

2007;

c. bahwa berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud

pada huruf a darr

huru b, mal<a

perlu ditetapkan

Peraturan

Gubernur

Sumatera

Barat Tentang

Rencana

Penan

ggr-r

langan

Bencana

Prov

i nsi Sumatera

Barat.

L Undang-Undang

Nornor

61 Tahun

1958

teritang

Penetapan

Undang-Undang

Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan

Daerah-Daerah

Swatantra

Tingkat I Sumatera

Barat, Jambi dan Riau nrenjadi

Urrdang-Undang

Jo Peraturan

Pemerintah

Nonror 29 Tahutl 1979;

2. Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan

Lingl<ungan

H i d u p ;

3. Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 1999

tenlang

I(ehutanan;

4. Undang-Undarrg

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistern Perencanaan

Pembangunan

Nasional;

5. Undang-Undang

Nomor 32 Tahr.rn

2004 tentang Pemerintahan

Daerah

sebagairnana

telah beberapa

l<ali

diubah,

teral<hir

dengan

Undang-Undang

Nonror

12 Tahun

2008;

6. Undang-Undang

Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perirnbangan

l(euangan

Antara

Pemerintah

Pusat

dan Pemerintah

daerah;

7. Undang-Undang

Nornor

24 Tahun

2007 tentang

Penanggr,rlangan

Bencana;

8. Undang-Undang

Nornor

26 Tahun 2007 tehtang

Penataan

Ruang;

Mengirrgat

(5)

I. Undang-Undang

Nomor 27 Tahun 2007 tentaLrg

Pengelolaan

Wilayali

Pesisir

dan Pulau-Pulau

I(ecil;

10. Peraturan

Pemerintah

Nomor 58 Tahun

2005

tentang

Pengelolaan

l(euangan

Daerah;

11. Peraturan

Pemerintah

Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian

Urusan

Pemerintahan

Antara Pemerintah,

Pemerintahan

Daerah Provinsi dan

Pemerintahan

Daerah

Kabupaten/Kota;

12. Peraturan

Pemerintah

Nomor 2l Tahun 2008 tentang

Penyelenggaraan

Penanggu

Iangan

Bencana;

l3.Peraturan

Pemerintah

Nomor 22 Tahun 2008 tentans Pendanaan

dan

Pengelolaan

Bantuan

Bencana;

14. Peraturan

Pemerintah

Nomor 23 Tahun 2008 tentang

tentang

Peran

Sefia

Lerlbaga Internasional

dan Lembaga Asing Non Pemerintah

Dalarn

Penanggr"r

langan

Bencana;

15. Peraturan

Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat Nomor 4 Tahr-rn

2007 tentang

Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Sumatera

Barat

2006-20

I 0;

16. Peraturan

Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat Nomor 5 Tahun 2007 tentans

Penanggulangan

Bencana;

17. Peraturan

Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat Nornor 7 Tahun 2008 terrtang

Rencana

Pembangunan

Jangl<a

Panjarrg

Daerah

(RPJPD)

Provinsi

Sumatera

Barat 2005-2025,

M E M U T U S K A N

Menctapl<an :

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT TENTANG

RENCANA PENANGGULANGAN BENCANA PROVINSI

SUMATERA BARAT 2O08-2012

P a s a l

1

Rencana

Penanggulangan

Bencana

Provinsi

Sumatera

Barat

2008-2012,

yang

selanjutnya

disingl<at

dengan

RPB Provinsi

Sumatera

Barat adalah

Dokumen

Perencanaan

Jangl<a

Menengah

Penanggulangan

Bencana

Provinsi Sumatera

Barat

untuk

periode

Tahun

2008

sarnpaidengan

Tahun2012;

Pasal

2

RPB Provinsi Sumatera

Barat 2008-2012

disusun

sebagai

pedoman

bagi

Pemerintah,

Pemerintah

Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota,

Perguruan

f inggi, Lembaga

Profesi,

Lembaga

Swadaya

Masyarakat,

Internasional

Non

Goverment

Organisasi

dan Masyarakat;

P a s a l

3

RPB Provinsi

Sumatera

Barat 2008-2012

dimal<sr.rd

dalarn

pasal

2 meniadi

pedornan

bagi:

a. Pemerintah

Provinsi

dalam menyusun

Rencana

Aksi Pengurangan

Risil<o

Bencana;

b, Pernerintah

Kabupaten/Kota

dalam menyusln'r

Rencana

Penanggulangan

Bencana

Kabupaten/Kota;

(6)

Pasal

4

RPB Bencana

Provinsi Sumatera

Barat 2008-2012

sebagaimana

tercantlm

dalam Lampiran

merupakan

satu kesatuan

dan bagian

yang tidak terpisahkan

dari Peraturan

Gubernur

ini:

Pasal

5

Peraturan

Gubernur

ini mulai berlaku

pada

tanggal

diundangkan

Agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan

mengundangkan

Peraturan

Gubernur

ini dengan

penempatannya

dalam Berita Daerah

Provinsi

Sumatera

Barat.

Diundangkan

di Padang

pada

tanggal 10 Desernber 200g

648

BERITA

DAERAH

PROVINSI

SUMATERA

BARAT

NOMOR: 115 Tahun 2O0B

DAERAH

TERA BARAT

(7)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

Daftar

 

Isi

 

DAFTAR

 

ISI

 

 

 

 

DAFTAR

 

ISI

 

i

 

DAFTAR

 

ISTILAH

 

iii

 

 

Bab 1 PENDAHULUAN 

1

  

L

ATAR 

B

ELAKANG

 

1

 

T

UJUAN

 

3

 

L

ANDASAN 

H

UKUM

 

3

 

R

UANG 

L

INGKUP

 

4

 

P

ENGERTIAN

 

5

 

 

Bab 2 GAMBARAN RISIKO BENCANA 

A

NCAMAN 

B

AHAYA

 

8

 

B

AHAYA 

A

LAM

 

12

 

B

AHAYA 

N

ON 

A

LAM

 

12

 

K

ERENTANAN

 

12

 

K

EMAMPUAN

 

16

 

R

ISIKO

 

17

 

 

Bab 3  KERANGKA PENANGGULANGAN BENCANA 

17 

A

NCAMAN 

B

AHAYA

 

17

 

V

ISI 

D

AN 

M

ISI

 

18

 

K

EBIJAKAN 

&

 

S

TRATEGI

 

18

 

 

Bab 4  KELEMBAGAAN 

24 

S

TRUKTUR 

O

RGANISASI

 

24

 

T

UGAS 

D

AN 

F

UNGSI

 

26

 

S

UMBER 

D

AYA

 

27

 

 

Bab 5  PERAN DAN POTENSI MASYARAKAT 

30 

M

ASYARAKAT

.

 

30

 

D

UNIA 

U

SAHA

 

31

 

L

EMBAGA 

N

ON 

P

EMERINTAH

 

32

 

P

ERGURUAN 

T

INGGI

 

32

 

M

EDIA

 

33

 

 

Bab 6  KEGIATAN PENANGGULANGAN BENCANA 

34 

(8)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

Daftar

 

Isi

T

AHAP 

T

ANGGAP 

D

ARURAT

 

41

 

T

AHAP 

R

EHABILITASI

 

42

 

R

ENCANA 

T

INDAK

 

44

 

P

ERAN 

RPB

 

44

 

K

EBIJAKAN 

O

PERASIONAL

 

44

 

M

EKANISME 

I

MPLEMENTASI

 

45

 

K

EBIJAKAN 

O

PERASIONAL

 

45

 

 

Bab 7  PENDANAAN 

46 

 

Bab 8  PENUTUP 

47 

 

SEKAPUR

 

SIRIH

 

48

 

 

 

LAMPIRAN

 

1:

 

RENSTRA

 

PB

 

PROVINSI

 

SUMATERA

 

BARAT

 

LAMPIRAN

 

2:

 

RENCANA

 

TINDAK

 

PB

 

PROVINSI

 

SUMATERA

 

BARAT

 

 

(9)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Daftar

 

Istilah

DAFTAR

 

ISTILAH

 

 

 

APBD

:

 

Anggaran

 

Pendapatan

 

dan

 

Belanja

 

Daerah

  

BAPPEDA

:

 

Badan

 

Perencanaan

 

Pembangunan

 

Daerah

  

BAPPEDALDA

:

 

Badan

 

Pengendalian

  

Dampak

 

Lingkungan

 

Daerah

  

BKD

:

 

Badan

 

Kepegawaian

 

Daerah

  

BMG

:

 

Badan

 

Meteorologi

 

dan

 

Geofisika

  

BNPB

:

 

Badan

 

Nasional

 

Penggulangan

 

Bencana

  

BPBD

:

 

Badan

 

Penggulangan

 

Bencana

 

Daerah

 

CSR

:

 

Corporate

 

Social

 

Responsibility

 

DIKNAS

:

 

Dinas

 

Pendidikan

 

Nasiomal

  

DINAS

 

PU

:

 

Dinas

 

Pekerjaan

 

Umum

  

DINKES

:

 

Dinas

 

Kesehatan

 

DINSOS

:

 

Dinas

 

Sosial

 

DISHUB

:

 

Dinas

 

Perhubungan

  

DKP

:

 

Dinas

 

Kelautan

 

dan

 

Perikanan

  

DOLOG

:

 

Depot

 

Logistik

 

DPA

:

 

Dokumen

 

Pelaksanaan

 

Anggaran

  

DPRD

:

 

Dewan

 

Perwakilan

 

Rakyat

 

Daerah

 

KESBANGLINMAS

:

 

Kesatuan

 

Bangsa

 

dan

 

Perlindungan

 

Masyarakat.

  

KPUD

:

 

Komisi

 

Pemilihan

 

Umum

 

Daerah

  

(10)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Daftar

 

Istilah

 

 

NGO

:

 

Non

 

Government

 

Organization

 

PB

:

 

Penanggulangan

 

Bencana

  

PRB

:

 

Pengurangan

 

Resiko

 

Bencana

 

PUSDALOPS

:

 

Pusat

 

Pengendalian

 

Operasi

 

RAD

:

 

Rencana

 

Aksi

 

Daerah

  

RKA

:

 

Rencana

 

Kerja

 

Anggaran

  

RPB

:

 

Rencana

 

Penggulangan

 

Bencana

  

RTRK

:

 

Rencana

 

Tata

 

Ruang

 

Kota

  

RTRW

:Rencana

 

Tata

 

Ruang

 

Wilayah

  

SAR

:

 

Search

 

and

 

Rescue

  

SATKORLAK

:

 

Satuan

 

Kordinasi

 

Pelaksanaan

  

SATLAK

:

 

Satuan

 

Pelaksana

  

SATPOL

 

PP

:

 

Satuan

 

Polisi

 

Pamong

 

Praja

  

SOP

:

 

Standard

 

Operating

 

Procedure

 

(Prosedur

 

Tetap)

 

SOTK

 

:Satuan

 

Organisasi

 

Tata

 

Kerja

 

UN

:

 

United

 

Nation

 

(Perserikatan

 

Bangsa

bangsa)

 

 

 

(11)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

   

Bab

1

 

PENDAHULUAN

 

 

 

encana

 

dalam

 

bentuk

 

apapun

 

dapat

 

terjadi

 

kapan

 

saja

 

dan

 

dimana

 

saja

 

di

 

muka

 

bumi

 

ini.

 

Bencana

  

tersebut

 

ada

 

yang

 

datang

 

dengan

 

didahului

 

oleh

 

peringatan

 

namun

 

ada

 

juga

 

yang

 

datang

 

secara

 

mendadak.

 

Manusia

 

sebagai

 

mahluk

 

yang

 

ditakdirkan

 

hidup

 

di

 

dunia

 

ini

 

diberi

 

kemampuan

 

untuk

 

bertahan

 

hidup

 

dalam

 

kondisi

 

dimana

 

dia

 

berada

 

termasuk

 

dalam

 

keadaan

 

terjadinya

 

bencana.

 

Pada

 

mulanya

 

kesadaran

 

untuk

 

bertahan

 

dan

 

tetap

 

eksis

 

dari

 

bencana,

 

hanya

 

merupakan

 

kepedulian

 

individu

 

atau

 

sekelompok

 

kecil

 

masyarakat.

 

Namun,

 

seiring

 

berkembangnya

 

jumlah

 

masyarakat,

 

kebutuhan

 

pengelolaan

 

bencana

 

yang

 

lebih

 

sistematis

 

secara

 

bersama

sama

 

sangat

 

diperlukan

 

agar

 

hasilnya

 

lebih

 

efektif

 

dan

 

efisien. 

 

LATAR

 

BELAKANG

 

Saat

 

ini

 

isu

 

bencana

 

sudah

 

menjadi

 

isu

 

universal.

 

Pada

 

akhir

 

dekada

 

abad

 

yang

 

lalu,

 

beberapa

 

negara

 

telah

 

berkumpul

 

dan

 

mendeklarasikan

 

sebagai

 

dekade

 

pengurangan

 

resiko

 

bencana.

 

Dalam

 

deklarasi

 

telah

 

disepakati

 

perlunya

 

pemahaman

 

dan

 

komitmen

 

bersama

 

dari

 

semua

 

pihak

 

dalam

 

penanggulangan

 

bencana.

 

Yang

 

paling

 

penting

 

dari

 

semuanya

 

adalah

 

komitmen

 

dari

 

para

 

pengambil

 

keputusan

 

di

 

setiap

 

negara.

  

Resolusi

 

Nomor

 

63

 

tahun

 

1999

 

yang

 

dikeluarkan

 

Dewan

 

Ekonomi

 

dan

 

Sosial

 

Perserikatan

 

Bangsa

bangsa,

 

menyerukan

 

kepada

 

pemerintahan

 

di

 

setiap

 

negara

 

untuk

 

menyusun

 

suatu

 

Rencana

 

Tindak

 

Nasional

 

yang

 

bertujuan

 

untuk

 

mengurangi

 

risiko

 

bencana.

 

Dengan

 

rencana

 

tersebut,

 

diharapkan

 

keberlanjutan

 

dari

 

pembangunan

 

di

 

masing

masing

 

negara

 

akan

 

tetap

 

dapat

 

dilaksanakan.

  

Perkembangan

 

internasional

 

selanjutnya

 

adalah

 

pertemuan

 

Hyogo

 

yang

 

mencanangkan

  

Hyogo

 

Framework

 

for

 

Action

 

2005

2015

 

yang

 

menyerukan

 

pada

 

seluruh

 

negara

 

untuk

 

menyusun

 

mekanisme

 

Pengurangan

 

Risiko

 

Bencana

 

(PRB)

 

atau

 

Disaster

 

Risk

 

Reduction

 

(DRR)

 

yang

 

terpadu

 

dengan

 

dukungan

 

kelembagaan

 

dan

 

sumber

daya

 

yang

 

tersedia.

  

Negara

 

Republik

 

Indonesia

 

adalah

 

bagian

 

dari

 

masyarakat

 

dunia

 

yang

 

bertanggung

 

jawab

 

untuk

 

melindungi

 

masyarakatnya

 

sendiri

 

dari

 

bencana

 

telah

 

mengeluarkan

 

Undang

undang

 

Republik

 

Indonesia

 

Nomor

 

24

 

tahun

 

2007

 

tentang

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

(PB).

 

Undang

undang

 

ini

 

bertujuan

 

(12)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

untuk

 

memberi

 

perlindungan

 

kepada

 

kehidupan

 

dan

 

penghidupan

 

yang

 

ada

 

di

 

negara

 

Republik

 

Indonesia

 

dari

 

bencana

 

dengan

 

cara

 

menyelenggarakan

 

penanggulangan

 

bencana

 

secara

 

terencana,

 

terpadu,

 

terkoordinasi

 

dan

 

terintegrasi.

 

Disamping

 

itu,

 

undang

undang

 

ini

 

juga

 

mengakomodir

 

kearifan

 

budaya

 

lokal

 

seperti

 

sikap

 

gotong

royong,

 

kesetia

kawanaan

 

dan

 

kedermawanan

 

dalam

 

pelaksanaan

 

kegiatan

 

penanggulangan

 

bencana

 

di

 

daerahnya

 

masing

masing.

 

Dalam

 

undang

undang

 

tersebut,

 

Pemerintah

 

Daerah

 

diwajibkan

 

untuk

 

menyelenggarakan

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

di

 

daerahnya.

 

Penanggulangan

 

bencana

 

tersebut

 

meliputi

 

pemenuhan

 

hak

 

masyarakat

 

yang

 

terkena

 

bencana,

 

perlindungan

 

dari

 

dampak

 

bencana,

 

peningkatan

 

kapasitas

 

masyarakat

 

untuk

 

mengurangi

 

risiko

 

bencana,

 

dan

 

pembangunan

 

fisik

 

yang

 

ramah

 

bencana.

 

Semua

 

kegiatan

 

tersebut

 

wajib

 

menggunakan

 

anggaran

 

Pendapatan

 

dan

 

Belanja

 

Daerah

 

(APBD).

 

Selain

 

itu,

 

Pemerintah

 

Daerah

 

juga

 

memiliki

 

hak

 

untuk

 

menetapkan

 

kebijakan

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

di

 

daerahnya

 

selaras

 

dengan

 

kebijakan

 

pembangunan

 

daerah

 

dengan

 

memasukkan

 

unsur

unsur

 

potensi

 

alam

 

dan

 

teknologi

 

yang

 

ada

 

di

 

daerahnya.

 

Sehubungan

 

dengan

 

undang

undang

 

bencana

 

tersebut,

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

telah

 

menyusun

 

Rencana

 

Penanggulan

 

Bencana

 

(RPB)

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Penyusunan

 

dimulai

 

sejak

 

bulan

 

November

 

2007

 

dan

 

berakhir

 

pada

 

bulan

 

Oktober

 

2008.

 

Beberapa

 

tahapan

 

dalam

 

proses

 

penyusunan

 

RPB

 

telah

 

dilakukan

 

antara

 

lain

 

identifikasi

 

data

 

(kuisioner,

 

interview,

 

lokakarya,

 

diskusi

 

grup),

 

analisis

 

data,

 

dan

 

penulisan

 

draf.

 

Konsultasi

 

publik

 

juga

 

dilakukan

 

ketika

 

draf

 

pertama

 

diselesaikan

 

untuk

 

menguji

 

apakah

 

RPB

 

telah

 

sesuai

 

dengan

 

kebutuhan

 

masyarakat.

 

 

Dalam

 

penyusunan

 

RPB

 

telah

 

melibatkan

 

partisipasi

 

dari

 

semua

 

pemangku

 

kepentingan

 

yang

 

terkait

 

dengan

 

kebencanaan.

 

Mereka

 

terdiri

 

dari

 

Akademisi,

 

LSM,

 

Dinas

Dinas

 

yang

 

ada

 

di

 

Provinsi

 

dan

 

Kabupaten/Kota,

 

Perusahan

 

Swasta,

 

Media

 

Massa,

 

Tokoh

tokoh

 

Masyarakat,

 

dan

 

lain

lain.

 

Agar

 

proses

 

penyusunan

 

RPB

 

lebih

 

sistematis,

 

dibentuk

 

Tim

 

Inti

 

yang

 

memiliki

 

kompetensi

 

dibidang

 

kebencanaan

 

untuk

 

memandu,

 

mengarahkan,

 

dan

 

mengkordinasikan

 

keselurahan

 

proses.

  

Dalam

 

pelaksanaannya,

 

RPB

 

ini

 

akan

 

menjadi

 

panduan

 

bagi

 

semua

 

pihak

 

dalam

 

pelaksanan

 

pembangunan

 

di

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

yang

 

berbasiskan

 

kebencanaan.

 

RPB

 

ini

 

berlaku

 

mulai

 

tahun

 

2008

 

hingga

 

tahun

 

2012.

 

(13)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

TUJUAN

 

Tujuan

 

penyusunan

 

Rencana

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

(RPB)

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

adalah:

 

1.

Mempersiapkan

 

perencanaan

 

yang

 

terarah,

 

terpadu

 

dan

 

terkoordinasi

 

untuk

 

menurunkan

 

risiko

 

bencana

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

  

2.

Meningkatkan

 

kinerja

 

lembaga

 

dan

 

instansi

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

menuju

 

profesionalisme

 

dengan

 

pencapaian

 

yang

 

terukur

 

dan

 

terarah.

 

3.

Mensinergikan

 

kinerja

 

pemerintah,

 

swasta,

 

masyarakat

 

dan

 

instansi

 

terkait

 

dalam

 

penanggulangan

 

bencana

 

sesuai

 

dengan

 

budaya

 

masing

masing

 

daerah

 

di

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

4.

Melindungi

 

masyarakat

 

di

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

dari

 

bahaya

 

yang

 

mengancam.

 

L

ANDASAN

 

H

UKUM

 

Rencana

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

Tahun

 

2008

 

 

2012

 

dibuat

 

berdasarkan

 

landasan

 

hukum

 

yang

 

berlaku

 

di

 

Indonesia

 

dan

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Landasan

landasan

 

hukum

 

tersebut

 

adalah

 

:

    

1.

Undang

Undang

 

Nomor

 

23

 

Tahun

 

1997,

 

tentang

 

Pengelolaan

 

Lingkungan

 

Hidup.

 

2.

Undang

Undang

 

Nomor

 

41

 

Tahun

 

1999,

 

tentang

 

Kehutanan.

 

3.

Undang

Undang

 

Nomor

 

7

 

Tahun

 

2004,

 

tentang

 

Sumber

daya

 

Air.

 

4.

Undang

Undang

 

Nomor

 

25

 

Tahun

 

2004,

 

tentang

 

Sistem

 

Perencanaan

 

Pembangunan

 

Nasional

 

(SPPN).

 

5.

Undang

Undang

 

Nomor

 

32

 

Tahun

 

2004,

 

tentang

 

Pemerintah

 

Daerah.

 

6.

Undang

Undang

 

Nomor

 

24

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Penanggulangan

 

Bencana.

 

7.

Undang

Undang

 

Nomor

 

26

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Penataan

 

Ruang.

 

8.

Undang

Undang

 

Nomor

 

27

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Pengelolaan

 

Wilayah

 

Pesisir

 

dan

 

Pulau

Pulau

 

Kecil.

 

9.

Peraturan

 

Pemerintah

 

Nomor

 

38

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Urusan

 

Pemerintahan

 

antara

 

Pemerintah,

 

Pemerintah

 

Daerah

 

Provinsi

 

dan

 

Pemerintah

 

Daerah

 

Kabupaten/Kota.

 

10.

Peraturan

 

Pemerintah

 

Nomor

 

21

 

Tahun

 

2008,

 

tentang

 

Penyelenggaraan

 

Penanggulangan

 

Bencana.

 

(14)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

12.

Peraturan

 

Pemerintah

 

Nomor

 

23

 

Tahun

 

2008,

 

tentang

 

Peran

 

Serta

 

Lembaga

 

Internasional

 

dan

 

Lembaga

 

Asing

 

Non

Pemerintah

 

dalam

 

penanggulangan

 

bencana.

 

13.

Peraturan

 

Daerah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

Nomor

 

4

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Rencana

 

Pembangunan

 

Jangka

 

Menengah

 

Daerah

 

(RPJMD)

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

Tahun

 

2006

2010.

 

14.

Peraturan

 

Daerah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

Nomor

 

5

 

Tahun

 

2007,

 

tentang

 

Penanggulangan

 

Bencana.

 

15.

Keputusan

 

Gubernur

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

Nomor

 

32

 

Tahun

 

2002,

 

tentang

 

Prosedur

 

Tetap

 

(PROTAP)

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

dan

 

Penanganan

 

Pengungsi

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

  

R

UANG

 

L

INGKUP

 

Rencana

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

berlaku

 

di

 

wilayah

 

administratif

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

yang

 

terdiri

 

dari

 

12

 

Kabupaten

 

dan

 

7

 

Kota

 

seperti

 

terlihat

 

pada

 

gambar

 

1

.

 

Diharapkan

 

Rencana

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

dapat

 

memberikan

 

solusi

 

dalam

 

menangani

 

masalah

 

kebencanaan

 

yang

 

terjadi

 

di

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Dalam

 

pelaksanaannya,

 

RPB

 

ini

 

dapat

 

dilihat

 

dari

 

dua

 

sudut

 

pandang

 

yaitu

 

dari

 

sudut

 

pandang

 

Pemerintah

 

Provinsi

 

dan

 

dari

 

sudut

 

pandang

 

Pemerintah

 

Kabupaten.

 

Di

 

internal

 

Pemerintahan

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat,

 

RPB

 

ini

 

terbatas

 

dalam

 

pelaksanaan

 

fungsi

 

koordinasi,

 

fasilitasi

 

dan

 

motivasi/stimulasi

 

Pemerintah

 

Provinsi

 

kepada

 

Pemerintahan

 

Kabupaten/

 

Kota

 

yang

 

berada

 

di

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

  

Sedangkan

 

dalam

 

lingkup

 

Pemerintahan

 

Kabupaten/

 

Kota,

 

RPB

 

ini

 

dapat

 

dijadikan

 

Gambar

 

1.

  

Wilayah

 

administrasi

 

Provinsi

 

Sumatera Barat

  

(Sumber

 

:

 

(15)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

rujukan

 

dalam

 

penyusunan

 

RPB

 

Kabupaten/

 

Kota

 

yang

 

berisikan

 

kegiatan

kegiatan

 

yang

 

bersifat

 

teknis

 

sesuai

 

dengan

 

kondisi

 

lokal.

  

Dari

 

lingkup

 

fase

 

bencana

 

yang

 

dibahas,

 

RPB

 

ini

 

mencakup

 

seluruh

 

tahapan

 

dalam

 

penang

gulangan

 

bencana

 

yaitu

 

fase

 

mitigasi/pence

gahan,

 

fase

 

kesiap

siagaan,

 

fase

 

tanggap

 

darurat

 

dan

 

fase

 

pemulihan

 

bencana.

  

Sementara

 

itu,

 

jenis

 

bencana

 

yang

 

dibahas

 

dalam

 

Rencana

 

Penang

gulangan

 

Bencana

 

ini,

 

disesuaikan

 

dengan

 

tipe

 

bencana

 

yang

 

ada

 

di

 

Undang

und

ANG

 

N

OMOR

 

24

 

T

AHUN

 

2007

 

TENTANG

 

Penanggulangan

 

Ben

cana.

 

Sedangkan

 

prioritas

 

bencana

 

yang

 

ditangani

 

dalam

 

RPB

 

disesuaikan

 

dengan

 

kondisi

 

daerah

 

yang

 

diperoleh

 

dari

 

identifikasi

 

data

 

dan

 

hasil

 

penampungan

 

ide

 

secara

 

partisipatif

 

dari

 

seluruh

 

kelompok

 

yang

 

terlibat

 

dalam

 

penyusunan

 

RPB

 

ini.

 

P

ENGERTIAN

 

Untuk

 

menyamakan

 

persepsi

 

dalam

 

memahami

 

Rencana

 

Penanggulangan

 

Bencana

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat,

 

disajikan

 

pengertian

pengertian

 

kata

 

dan

 

kelompok

 

kata

 

sebagai

 

berikut:

  

ƒ

ƒ

Bencana

 

(disaster)

 

adalah

 

suatu

 

peristiwa

 

yang

 

disebabkan

 

oleh

 

alam

 

(seperti

 

gempa

bumi,

 

tsunami,

 

gunung

 

meletus,

 

banjir,

 

kekeringan,

 

angin

 

topan,

 

tanah

 

longsor,

 

epidemi

 

dan

 

wabah

 

penyakit)

 

atau

 

ulah

 

manusia

 

(seperti

 

gagal

 

teknologi,

 

gagal

 

modernisasi,

 

konflik

 

sosial

 

antar

kelompok

 

atau

 

antar

komunitas

 

masyarakat

 

dan

 

teror)

 

sehingga

 

menyebabkan

 

timbulnya

 

korban

 

jiwa,

 

kerusakan

 

lingkungan,

 

kerugian

 

harta

 

benda

 

dan

 

dampak

 

psikologis.

 

ƒ

ƒ

Bahaya

 

(hazard)

 

adalah

 

situasi,

 

kondisi

 

atau

 

karakteristik

 

biologis,

 

klimatologis,

 

geografis,

 

geologis,

 

sosial,

 

ekonomi,

 

politik,

 

budaya

 

dan

 

teknologi

 

suatu

 

masyarakat

 

di

 

suatu

 

wilayah

 

untuk

 

jangka

 

waktu

 

tertentu

 

yang

 

berpotensi

 

menimbulkan

 

korban

 

dan

 

kerusakan.

 

ƒ

ƒ

Kerentanan

 

(vulnerability)

 

adalah

 

tingkat

 

kekurangan

 

kemampuan

 

suatu

 

masyarakat

 

untuk

 

mencegah,

 

menjinakkan,

 

mencapai

 

kesiapan,

 

dan

 

menanggapi

 

dampak

 

bahaya

 

tertentu.

 

Kerentanan

 

dapat

 

berupa

 

kerentanan

 

fisik,

 

ekonomi,

 

sosial

 

dan

 

tabiat,

 

yang

 

dapat

 

ditimbulkan

 

oleh

 

beragam

 

penyebab.

 

ƒ

(16)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

ƒ

ƒ

Risiko

 

(risk)

 

bencana

 

adalah

 

potensi

 

kerugian

 

yang

 

ditimbulkan

 

akibat

 

bencana

 

pada

 

suatu

 

wilayah

 

dan

 

kurun

 

waktu

 

tertentu

   

berupa

 

kematian,

 

luka,

 

sakit,

 

jiwa

 

terancam,

 

hilangnya

 

rasa

 

aman,

 

mengungsi,

 

kerusakan

 

atau

 

kehilangan

 

harta,

 

dan

 

gangguan

 

kegiatan

 

masyarakat.

 

ƒ

ƒ

Pencegahan

 

(prevention)

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

dilakukan

 

untuk

 

mencegah

 

terjadinya

 

sebagian

 

atau

 

seluruh

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Mitigasi

 

(mitigation)

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

dilakukan

 

untuk

 

mengurangi

 

risiko

 

bencana

 

dengan

 

menurunkan

 

kerentanan

 

dan/atau

 

meningkatkan

 

kemampuan

 

menghadapi

 

ancaman

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Mitigasi

 

Fisik

 

(Structure

 

Mitigation)

 

adalah

 

upaya

 

dilakukan

 

untuk

 

mengurangi

 

risiko

 

bencana

 

dengan

 

menurunkan

 

kerentanan

 

dan/atau

 

meningkatkan

 

kemampuan

 

menghadapi

 

ancaman

 

bencana

 

dengan

 

membangun

 

infrastruktur.

 

ƒ

ƒ

Mitigasi

 

Non

Fisik

 

(Non

 

Structure

 

Mitigation)

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

dilakukan

 

untuk

 

mengurangi

 

risiko

 

bencana

 

dengan

 

menurunkan

 

kerentanan

 

dan/

 

atau

 

meningkatkan

 

kemampuan

 

menghadapi

 

ancaman

 

bencana

 

dengan

 

meningkatkan

 

kapasitas

 

pemerintah

 

dan

 

masyarakat

 

dalam

 

menghadapi

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Kesiap

siagaan

 

(preparedness)

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

dilakukan

 

untuk

 

mengantisipasi

 

bencana

 

melalui

 

pengorganisasian

 

langkah

langkah

 

yang

 

tepat

guna

 

dan

 

berdaya

guna.

 

ƒ

ƒ

Peringatan

 

dini

 

(early

 

warning)

 

adalah

 

upaya

 

pemberian

 

peringatan

 

sesegera

 

mungkin

 

kepada

 

masyarakat

 

tentang

 

kemungkinan

 

terjadinya

 

bencana

 

pada

 

suatu

 

tempat

 

oleh

 

lembaga

 

yang

 

berwenang.

 

ƒ

ƒ

Tanggap

 

darurat

 

(emergency

 

response)

 

bencana

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

dilakukan

 

dengan

 

segera

 

pada

 

saat

 

kejadian

 

bencana

 

untuk

 

menangani

 

dampak

 

buruk

 

yang

 

ditimbulkan,

 

yang

 

meliputi

 

kegiatan

 

penyelamatan,

 

evakuasi

 

korban

 

dan

 

harta

 

benda,

 

pemenuhan

 

kebutuhan

 

dasar,

 

perlindungan,

 

pengurusan

 

pengungsi,

 

penyelamatan,

 

serta

 

pemulihan

 

pra

sarana

 

dan

 

sarana.

 

ƒ

(17)

L

 

ampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

1

 

Pendahuluan

 

  

ƒ

ƒ

Pemulihan

 

(recovery)

 

adalah

 

upaya

 

mengembalikan

 

kondisi

 

masyarakat,

 

lingkungan

 

hidup

 

dan

 

pelayanan

 

publik

 

yang

 

terkena

 

bencana

 

melalui

 

rehabilitasi.

 

ƒ

ƒ

Rehabilitasi

 

(rehabilitation)

 

adalah

 

perbaikan

 

semua

 

aspek

 

pelayanan

 

publik

 

dan

 

kehidupan

 

masyarakat

 

sampai

 

tingkat

 

yang

 

memadai

 

pada

 

wilayah

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Rekonstruksi

 

(reconstruction)

 

adalah

 

upaya

 

perbaikan

 

jangka

 

menengah

 

dan

 

jangka

 

panjang

 

berupa

 

fisik,

 

sosial

 

dan

 

ekonomi

 

untuk

 

mengembalikan

 

pelayanan

 

publik

 

dan

 

kehidupan

 

masyarakat

 

pada

 

kondisi

 

yang

 

sama

 

atau

 

lebih

 

baik

 

dari

 

sebelum

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Penanggulangan

 

Bencana

 

(disaster

 

management)

 

adalah

 

upaya

 

yang

 

meliputi:

 

penetapan

 

kebijakan

 

pembangunan

 

yang

 

berisiko

 

timbulnya

 

bencana;

 

pencegahan

 

bencana;

 

mitigasi

 

bencana;

 

kesiap

siagaan;

 

rehabilitasi

 

dan

 

rekonstruksi.

 

ƒ

ƒ

Status

 

keadaan

 

darurat

 

bencana

 

adalah

 

suatu

 

keadaan

 

yang

 

ditetapkan

 

oleh

 

Pemerintah

 

untuk

 

jangka

 

waktu

 

tertentu

 

atas

 

dasar

 

rekomendasi

 

badan

 

yang

 

diberi

 

tugas

 

untuk

 

menanggulangi

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Pengungsi

 

adalah

 

orang

 

atau

 

sekelompok

 

orang

 

yang

 

terpaksa

 

atau

 

dipaksa

 

keluar

 

dari

 

tempat

 

tinggalnya

 

untuk

 

jangka

 

waktu

 

yang

 

belum

 

pasti

 

sebagai

 

akibat

 

dampak

 

buruk

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Setiap

 

orang

 

adalah

 

orang

 

perseorangan,

 

kelompok

 

orang,

 

dan/atau

 

badan

 

hukum.

 

ƒ

ƒ

Korban

 

bencana

 

adalah

 

orang

 

atau

 

sekelompok

 

orang

 

yang

 

menderita

 

atau

 

meninggal

 

dunia

 

akibat

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Prosedur

 

Tetap

 

adalah

 

serangkaian

 

upaya

 

terstruktur

 

yang

 

disepakati

 

secara

 

bersama

 

tentang

 

siapa

 

berbuat

 

apa,

 

kapan,

 

dimana

 

dan

 

bagaimana

 

cara

 

penanganan

 

bencana.

 

ƒ

ƒ

Gagal

 

teknologi

 

adalah

 

jenis

 

ancaman

 

bahaya

 

yang

 

disebabkan

 

oleh

 

tidak

 

berfungsinya

 

atau

 

kesalahan

 

operasi

 

suatu

 

media/aplikasi

 

tertentu.

 

ƒ

(18)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

  

Bab

2

 

GAMBARAN

 

RISIKO

 

BENCANA

 

 

 

engan

 

banyaknya

 

jenis

 

bahaya

 

alam

 

yang

 

mengancam,

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

dapat

 

disebut

 

sebagai

 

wilayah

 

“Supermarket

 

Bencana

 

Alam”.

 

Selain

 

potensi

 

bencana

 

yang

 

disebabkan

 

oleh

 

aktivitas

 

alam,

 

provinsi

 

ini

 

juga

 

memiliki

 

potensi

 

bencana

 

yang

 

disebabkan

 

oleh

 

manusia

 

seperti

 

konflik

 

sosial,

 

epidemi

 

wabah

 

penyakit

 

dan

  

kegagalan

 

teknologi.

 

Pada

 

paragraf

 

berikut

 

akan

 

disajikan

 

gambaran

 

umum

 

potensi

 

bencana

 

yang

 

ada

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Potensi

 

bencana

 

ini

 

diperoleh

 

berdasarkan

 

hasil

 

identifikasi

 

data

 

melalui

 

survey

 

secara

 

tidak

 

langsung

 

maupun

 

secara

 

langsung. 

 

A

NCAMAN

 

B

AHAYA

 

Sejarah

 

telah

 

mencatat

 

beberapa

 

bencana

 

yang

 

ditimbulkan

 

oleh

 

gempa

 

bumi

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Pada

 

tanggal

 

28

 

Juni

 

1926,

 

telah

 

terjadi

 

gempa

 

bumi

 

di

 

Padang

 

Panjang

 

dengan

 

kekuatan

 

7

 

Sekala

 

Richter

 

yang

 

merenggut

 

354

 

korban

 

meninggal

 

dunia

 

dan

 

lebih

 

kurang

 

3000

 

rumah

 

rusak.

 

Gempa

 

ini

 

sangat

 

populer

 

diantara

 

para

 

orang

orang

 

tua

 

masyarakat

 

yang

 

berada

 

di

 

wilayah

 

yang

 

terkena

 

gempa

 

dan

 

menjadikan

 

kejadian

 

ini

 

sebagai

 

referensi

 

penunjuk

 

waktu

 

untuk

 

mencatat

 

sesuatu

 

kejadian.

 

Pada

 

tanggal

 

6

 

Maret

 

2007,

 

siklus

 

gempa

 

yang

 

sama

 

terjadi

 

lagi

 

dengan

 

kekuatan

 

6,3

 

Sekala

 

Richter

 

dan

 

merenggut

 

66

 

korban

 

meninggal

 

dunia

 

dan

 

lebih

 

kurang

 

35000

 

rumah

 

rusak

 

di

 

10

 

kabupaten/kota

 

yang

 

berdekatan

 

dengan

 

pusat

 

gempa

 

ini.

 

Walaupun

 

jumlah

 

korban

 

tidak

 

sebanyak

 

yang

 

pertama,

 

namun

 

banyaknya

 

rumah

 

yang

 

rusak

 

telah

 

membuat

 

masyarakat

 

trauma

 

dan

 

merasa

 

tidak

 

aman

 

terhadap

 

kehidupan

 

yang

 

akan

 

datang.

  

Setelah

 

gempa

 

dan

 

tsunami

 

Aceh

 

pada

 

bulan

 

Oktober

 

2004,

 

bencana

 

gempa

 

bumi

 

telah

 

menjadi

 

momok

 

bagi

 

masyarakat

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Lebih

lebih

 

lagi

 

kejadian

 

gempa

 

yang

 

terjadi

 

secara

 

beruntun

 

pada

 

tahun

tahun

 

berikutnya

 

seperti

 

pada

 

bulan

 

April

 

2005,

 

Maret

 

2007,

 

September

 

2007,

 

dan

   

juga

 

gempa

gempa

 

kecil

 

yang

 

mengikutinya

 

telah

 

membuat

 

bencana

 

gempa

 

bumi

 

menjadi

 

isu

 

utama

 

di

 

provinsi

 

ini

 

yang

 

menggerakkan

 

semua

 

pihak

 

untuk

 

mempersiapkan

 

diri

 

menghadapi

 

kemungkinan

 

dampak

 

yang

 

mungkin

 

ditimbulkannya.

 

(19)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

2 Gambaran

 

Resiko

 

Bencana

  

Disamping

 

itu,

 

Peraturan

 

Gempa

 

Indonesia

 

(SNI

1726,

 

2002)

 

menempatkan

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

sebagai

 

salah

 

satu

 

provinsi

 

yang

 

memiliki

 

percepatan

 

gempa

 

maksimum

 

(PGA)

 

tertinggi

 

di

 

Indonesia

 

(lihat

 

Gambar

 

2).

 

Hal

 

ini

 

menunjukkan

 

bahwa

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

bisa

 

dipastikan

 

adalah

 

daerah

 

yang

 

rawan

 

terhadap

 

bencana

 

gempa

 

bumi.

 

Dari

 

hasil

 

kajian

 

yang

 

dilakukan

 

para

 

ahli

 

geologi

 

dan

 

juga

 

didukung

 

oleh

 

dokumen

 

dari

 

Pemerintahan

 

Belanda

 

menunjuk

kan

 

bahwa

 

di

 

Kota

 

Padang

 

telah

 

terjadi

 

tsunami

 

yang

 

cukup

 

besar

 

yang

 

terjadi

 

pada

 

tanggal

 

10

 

February

 

1797

 

dan

 

24

 

November

 

1833.

 

Dilaporkan

 

ketinggian

 

tsunami

 

saat

 

itu

 

lebih

 

kurang

 

3

 

sampai

 

4

 

meter

 

dan

 

landaannya

 

menjangkau

 

lebih

 

kurang

 

1

 

km.

 

Dalam

 

waktu

 

dekat

 

para

 

ahli

 

juga

 

memperkirakan

 

akan

 

terjadi

 

gempa

 

besar

 

yang

 

merupakan

 

siklus

 

gempa

 

yang

 

sama

 

yang

 

berpusat

 

pada

 

zona

 

subduksi

 

Sumatera

 

yang

 

berada

 

di

 

dekat

 

Kepulauan

 

Mentawai

 

di

 

pantai

 

barat

 

pulau

 

Sumatera

 

dan

 

memiliki

 

potensi

 

menimbulkan

 

tsunami

 

yang

 

akan

 

menggenangi

 

daerah

 

pantai

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Gambar

 

3

 

menunjukkan

 

peta

 

potensi

 

genangan

 

tsunami

 

di

 

daerah

 

pantai

 

wilayah

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat.

 

Gambar

 

3.

  

Lokasi

 

landaan

 

tsunami

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

(Sumber:

 

Departemen

 

Energi

 

dan

 

Sumber

 

Daya

 

Mineral).

 

(20)

Lampiran

 

Pergub

 

Nomor

 

115

 

Tahun

 

2008

 

 

Bab

 

2 Gambaran

 

Resiko

 

Bencana

  

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

memiliki

 

4

 

gunung

 

berapi

 

yaitu

 

Gunung

 

Merapi,

 

Gunung

 

Tandikat,

 

Gunung

 

Talang

 

dan

 

Gunung

 

Kerinci.

  

Keempat

 

gunung

 

ini

 

berpotensi

 

menimbulkan

 

bencana

 

terhadap

 

wilayah

 

di

 

sekitarnya.

 

Tahun

 

lalu,

 

aktifitas

   

Gunung

 

Talang

 

yang

 

sempat

 

menyembulkan

 

lahar

 

meskipun

 

tidak

 

sampai

 

menimbulkan

 

bencana

 

besar

 

telah

 

menarik

 

para

 

ahli

 

nasional

 

maupun

 

internasional

 

untuk

 

mengkaji

 

lebih

 

lanjut

 

karakteristik

 

gunung

 

untuk

 

mem

peridiksi

   

aktifitasnya

 

dimasa

 

yang

 

akan

 

datang.

   

Begitu

 

juga

 

Gunung

 

Marapi

 

masih

 

terus

 

mengeluarkan

 

asap

 

pada

 

beberapa

 

tahun

 

belakang

 

ini,

 

sehingga

 

potensi

 

bencana

 

yang

 

ditimbulkannya

 

terhadap

 

penduduk

 

di

 

sekitar

 

gunung

 

yang

 

cukup

 

padat

 

saat

 

ini

 

sangat

 

besar.

 

Lokasi

 

keempat

 

gunung

 

dapat

 

di

 

lihat

 

pada

 

Gambar

 

4.

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

   

juga

 

memiliki

 

sungai

sungai

 

besar

 

yang

 

mengalir

 

dari

 

wilayah

 

pegunungan

 

di

 

sebelah

 

timur

 

menuju

 

ke

 

arah

 

pantai

 

di

 

bagian

 

barat.

 

Secara

 

tradisionil,

 

perkembangan

 

pen

duduk

 

di

 

Provinsi

 

Sumatera

 

Barat

  

di

mulai

 

dari

 

daerah

 

tepian

 

sungai

sungai

 

besar

 

seperti

 

asal

 

usul

 

masyarakat

 

di

 

Kabupaten

 

Solok,

 

Kabupaten

 

Pasaman,

 

Kabupaten

 

Damasraya,

 

dan

 

Kabupaten

 

Agam.

 

Lokasi

 

yang

 

berada

 

di

 

sekitar

 

sungai

 

menyebabkan

 <

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrak senyawa flavonoid memiliki nilai efektivitas antioksidan yang lebih besar daripada ekstrak etanol 70 % sehingga dapat disimpulkan ekstrak senyawa flavonoid

Penelitian yang dilakukan oleh Anatan (2008) yang mengemukakan faktor anteseden yang harus diperhatikan dalam pengelolaan rantai psokan untuk menjamin kualitas

[r]

Seleksi Penerimaan CPNS yang dinyatakan memenuhi Persyaratan (MP) Tes Kompetensi Dasar.. (Tahap I) selanjutnya diwajibkan mengikuti Tes Kompetensi Bidang (Tahap II)

[r]

Pesanan yang diterima oleh suatu perusahaan akan memacu perkembangan unit usaha itu untuk maju, karena keuntungan atau laba yang diperoleh akan semakin banyak seiring

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SULTAN AGENG

Hasil uji statistik menunjukkan nilai p=0,013 untuk hubungan antara lama menopause dengan SMT, nilai p=0,76 untuk hubungan antara lama menopause dengan gejala