• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosiding Inovasi Teknologi Ramah Lingkungan 2013"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK SUMBERDAYA LAHAN

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

Hamdan1)* dan Irma Calista Siagian2) 1)

Peneliti Pertama, BPTP Bengkulu

2) Peneliti Pertama, BPTP Bengkulu

Jalan Irian Km. 6.5 Bengkulu 38119 e-mail : dhan_firas@yahoo.co.id

ABSTRAK

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas, sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan pertanian berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya lahan yang belum dipetakan berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif. Pemetaan karaketeristik sumberdaya lahan ini dilakukan di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan beberapa tahapan metodologi yaitu inventarisasi sumberdaya lahan dan evaluasi sumberdaya lahan. Tujuan dari kegiatan ini untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah dan menyusun peta kesesuaian lahan berdasarkan zona agroekologi skala 1:50.000. Inventarisasi sumberdaya lahan dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan, yaitu: penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan dan verifikasi lapangan sedangkan evaluasi sumberdaya lahan dilakukan dengan analisis contoh tanah dan penyusunan database. Berdasarkan hasil interpretasi dan pengamatan di lapangan, daerah penelitian dikelompokkan ke dalam 6 grup landform yaitu aluvial, marin, fluvio marin, tektonik, volkanik dan aneka bentuk. Karakteristik lahan yang digunakan dalam menilai lahan meliputi temperatur rata-rata tahunan, curah hujan, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman efektif, kematangan dan ketebalan gambut, KTK, KB, pH, C-Organik, N-Total, P2O5, K2O, salinitas, alkalinitas, kedalaman sulfidik, lereng, batuan di permukaan, singkapan batuan,

bahaya longsor, bahaya erosi serta tinggi dan lama genangan. yang Zona pengembangan pertanian Kabupaten Bengkulu Tengah seluas 74.649,90 ha (71,40%) terdiri dari zona pengembangan tanaman pangan lahan basah dan lahan kering, zona pengembangan tanaman tahunan dan tanaman pangan dengan sistem wana tani dan zona pengembangan tanaman tahunan/perkebunan.

Kata Kunci:zona agroekologi, landform, sumberdaya lahan

PENDAHULUAN

Kebutuhan lahan yang semakin meningkat dan persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian dan non pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Permasalahan utama yang dihadapi berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya lahan untuk sector pertanian, yaitu belum dipetakannya tingkat kesesuaian lahan yang menunjukkan keunggulan komparatif. Pengembangan komoditas pertanian unggulan harus didukung oleh daya dukung agroekologi, artinya bahwa komoditas tersebut untuk dapat tumbuh dan berproduksi tinggi harus didukung oleh kondisi biofisiknya (tanah dan iklim), teknologi, dan sosial budaya petani. Selain itu komoditas pertanian tersebut harus mempunyai permintaan yang tinggi baik di pasar dalam maupun di luar daerah tersebut yang merupakan keunggulan kompetitif.

Provinsi Bengkulu memiliki potensi sumberdaya alam yang terbatas, sehingga sangat diperlukan upaya pemanfaatan lahan secara optimal. Dari luas wilayah provinsi 1.978.870 ha, hanya 1.000.913 ha (51,58%) yang dapat digolongkan sebagai kawasan budidaya. Selebihnya merupakan kawasan hutan dengan topografi bergelombang hingga berbukit/bergunung. Oleh sebab itu dalam pengembangan usaha pertanian, kebijakan yang diperlukan adalah mewujudkan optimalisasi penggunaan lahan, melakukan usaha intensifikasi teknologi pertanian dan penggunaan komoditas unggulan/spesifik lokasi pada lahan-lahan yang telah dimanfaatkan.

Data dan informasi sumberdaya lahan yang dikemas dalam produk ZAE merupakan data dasar yang penting dalam perencanaan pengembangan sistem usaha pertanian spesifik lokasi. Penyusunan peta pewilayahan komoditas skala 1:50.000 Kabupaten Bengkulu Tengah berdasarkan ZAE dilakukan dengan identifikasi dan karakterisasi sumberdaya lahannya melalui pendekatan analisis terrain, dengan mempertimbangkan karakteristik lahan yaitu relief, lereng, proses geomorfologi, litologi/bahan induk, dan hidrologi sebagai parameter dalam analisis terrain (Van Zuidam, 1986).

(2)

(1:250.000-1:10.000) kedalam empat kategori yaitu: terrain province, terrain system, terrain unit, dan terrain component. Kategori terrain unit yang setara dengan land catena dapat digunakan untuk mendelineasi satuan lahan pada skala 1:50.000 (Kips et al., 1981; Van Zuidam, 1986; Meijerink,1988).

Kabupaten Bengkulu Tengah memiliki luas wilayah 112.394 ha yang terdiri dari 10 kecamatan, 112 desa definitif dan 1 kelurahan yang secara geografis berbatasan; Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkulu Utara, sebelah Selatan dengan Kabupaten Seluma, sebelah Timur dengan Kabupaten Kepahiang, dan sebelah Barat dengan Kota Bengkulu. Sebagai kabupaten baru, tentunya memerlukan data dukung yang memadai dalam upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang ada khusunya sumberdaya pertanian.

Tujuan dari kegiatan ini untuk mengidentifikasi, mengkarakterisasi sumberdaya lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah dan menyusun peta kesesuaian lahan berdasarkan zona agroekologi skala 1:50.000 serta memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan dengan melakukan evaluasi kesesuaian lahan sehingga dapat meningkatkan keunggulan komparatifnya dan melakukan analisis ekonomi untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Dengan meningkatnya keunggulan komparatif dan kompetitif tersebut, diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk baik secara regional, nasional dan bahkan internasional.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian mencakup seluruh batas administrative Kabupaten Bengkulu Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia, di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Seluma, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kepahiang.

Penyusunan Peta Satuan Lahan Kabupaten Bengkulu Tengah Skala 1:50.000 dilakukan dengan dua tahapan metodologi: 1. Inventarisasi Sumberdaya Lahan meliputi: penyusunan peta dasar, analisis satuan lahan dan verifikasi lapangan (pengamatan tanah, pengambilan contoh tanah, penyusunan satuan evaluasi lahan), 2. Penyusunan Peta Satuan Lahan, terdiri dari pendetilan peta satuan lahan skala 1:250.000 dilakukan dengan overlay peta kontur, peta lereng interval 12.5 dari Digital Elevation Model (DEM) dengan bantuan program SAGA serta interpretasi citra landsat 7 ETM+. Pengelompokkan landform mengacu pada Klasifikasi Landform LREP II (Marsoedi et.al, 1997). Pengambilan contoh tanah

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

Peta Satuan Lahan Kabupaten Bengkulu Tengah

Tabel 1. Legenda satuan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah.

Simbol Litologi Relief (% lereng)

Elevasi

(m dpl) Karakteristik dan Klasifikasi Tanah

L u a s Ha %

Af.1121-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sangat terhambat;

pH sangat masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 1.599,02 1,53

Af.1122-f Endapan liat Datar (0-1) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sangat terhambat; pH

masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 654,14 0,63

Af.12-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur lempung liat berdebu; drainase sangat

terhambat; pH masam; KTK 61,09 ( Tropaquepts) 1.845,30 1,77

Mf.32-f Endapan liat Datar (0-1) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 32,77 (Hapludults) 2.647,57 2,53

Mf.32-n Endapan liat Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 32,77 (Hapludults) 7.394,78 7,07

Mf.32-u Endapan liat Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 24,25 (Hapludults) 6.037,37 5,77

Mfq.111-n Endapan liat, pasir Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase cepat; pH masam; KTK 24,25

(Tropopsamments) 1.193,14 1,14

Mfq.112-n Endapan liat, pasir Agak datar (1-3) 0-400 Dalam; tekstur liat berdebu; drainase baik; pH masam; KTK 59,18

(Hapludults) 1.182,23 1,13

Bu.03-f Endapan liat,

gambut Datar (0-1) 0-400

Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase terhambat; pH

masam; KTK 11,82 (Hydraquents) 1.383,32 1,32

Va.32-h Tuff andesit Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 36,26 (Dystropepts) 3.233,72 3,09

Va.33-c Tuff andesit Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 36,26 (Dystropepts) 2.559,12 2,45

Va.33-m Tuff andesit Bergunung (>40) 700-1.200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 62,01 (Dystropepts) 3.523,69 3,37

Vab.31-n Tuff andesit, basal Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76

(Dystropepts) 351,74 0,34

Vab.31-r Tuff andesit, basal Bergelombang (8-15) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76

(4)

(Dystropepts)

Vab.32-c Tuff andesit, basal Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76

(Dystropepts) 2.242,92 2,15

Vab.32-h Tuff andesit, basal Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; liat; drainase sedang; pH masam; KTK 32,76

(Dystropepts) 1.472,15 1,41

Vab.33-h Tuff andesit Berbukit (25-40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 29,74 (Dystropepts) 915,62 0,88

Vab.33-m Tuff andesit Bergunung (>40) 700-1.200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 29,74 (Dystropepts) 11.630,56 11,12

Tq.101-n Endapan batuan

felsik kasar Agak datar (1-3) 0-400

Sangat dalam; tekstur liat; drainase baik; pH masam; KTK 16,74

(Haplohumults) 2.176,06 2,08

Tq.102-u Endapan batuan

felsik kasar Berombak (3-8) 0-400

Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 33,25 (Dystropepts) 3.895,37 3,73

Tq.103-r Endapan batuan

felsik kasar Berbukit kecil (15-25) 0-400

Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 33,25 (Dystropepts) 3.138,36 3,00

Tq.111-n Batu pasir Agak datar (1-3) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37

(Dystropepts) 98,15 0,09

Tq.112-u Batu pasir Berombak (3-8) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37

(Dystropepts) 7.730,57 7,39

Tq.113-r Batu pasir Berbukit (25-40) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam; KTK 62,01 (Dystropepts)

11.724,69 1,21

Tq.121-c Batu pasir Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat; drainase sedang; pH masam; KTK 22,37

(Dystropepts) 8.056,03 7,71

Tq.121-h Batu pasir Berbukit (25-40) 700-1200 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 62,01 (Dystropepts) 10.544,32 10,09

Tq.122-c Batu pasir Berbukit kecil (15-25) 0-400 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 62,01 (Dystropepts) 780,51 0,75

Tq.122-m Batu pasir Bergunung (>40) 400-700 Sangat dalam; tekstur liat berdebu; drainase sedang; pH masam;

KTK 62,01 (Dystropepts) 2.528,29 2,42

Dari kegiatan pemetaan satuan lahan di Kabupaten Bengkulu Tengah dengan skala 1:50.000 dihasilkan 28 satuan peta tanah dan setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumberdaya lahan mempunyai karakteristik-karakteristik yag dapat dirinci dan diuraikan sebagai karakteristik lahan, baik berupa karakteristik tanah maupun fisikk lingkungannya. Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi dapat bersifat tunggal maupun bersifat lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lain. Karenanya dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Dari karakteristik lahan pada tabel 1 diketahui bahwa drainase pada 28 satuan peta tanah cenderung sedang hingga terhambat. Pada kondisi drainase sedang, air meresap ke dalam massa tanah agak lambat. Air tanah bebas berada di dalam tanah cukup dalam. Tanah basah terjadi hanya dalam wajtu yang singkat selama masa pertumbuhan, tetapi cukup panjang bagio pertumbuhan berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan yaitu tanah berwarna homogen, tanpa bercak atau karatan besi dan mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampau ≥ 50 cm. Sedangkan pada kondisi drainase lambat, air meresap ke dalam tanah secara sangat lambat, sehingga tanah menjadi basah pada lapisan teratas secara periodik selama masa pertumbuhan tanaman, atau selalu basah pada masa yang panjang. Air bebas biasanya berada di permukaan tanah dalam waktu yang cukup lama. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat ditemui di lapangan yaitu tanah berwarna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan.

2.

Rincian Relief Kabupaten Bengkulu Tengah

(5)

Tabel 2. Rincian relief Kabupaten Bengkulu Tengah.

Penilaian kualitas/karakteristik lahan terhadap persyaratan tumbuh tanaman yang dinilai dipisahkan dalam tiga kelompok yaitu: (1) persyaratan tumbuh tanaman (crop requirements) yang merupakan karakteristik zone agroekologi; (2) persyaratan pengelolaan [management pengelolaan (management requirements)] yang merupakan grup manajemen atau grup perbaikan lahan; (3) persyaratan pengawetan (conservation requirements) yang merupakan grup konservasi dan lingkungan. Khusus bagi peruntukan pengembangan peternakan terdapat satu kriteria lainnya, yakni (4) persyaratan faktor kenyamanan (freshness) bagi kehidupan ternak.

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi. karakteristik lahan yang digunakan dalam menilai lahan adalah temperatur rata-rata tahunan, curah hujan (tahunan atau pada masa pertumbuhan), kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman efektif, kematangan dan ketebalan gambut, KTK, KB, pH, C organik, total N, P2O5, K2O, salinitas, alkalinitas, kedalaman sulfidik, lereng, batuan di permukaan, singkapan batuan, bahaya longsor, bahaya erosi serta tinggi dan lama genangan.

KESIMPULAN

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2002. Petunjuk Teknis Penyusunan Pewilayahan Komditas Pertanian Berdasakan Zona Agroekologi (ZAE) Skala 1:50.000 (Model 1).

Balai Penelitian Tanah. 2002. Penyusunan Peta Satuan Evaluasi Lahan Untuk Pewilayahan Komoditas Pertanian Skala 1:50.000 Melalui Analisis Terrain (Model 2).

Buurman, P., and T. Balsem 1990. Land unit classification for the reconnaissance soil survey of Sumatra. TR No. 3, Version 2.1. LREP Project. Centre for Soil and Agroclimate Research, Bogor.

CSR/FAO Staff. 1983. Reconnaissance land resource surveys 1: 250.000 scale Atlas Format Procedures. AGOF/INS/78/006. Manual 4, Version 1. CSRlFAO, Bogor.

Dent, F.J., Desaunettes, J.R, and J.P. Malingreau. 1977. Detailed reconnaissance land resources surveys Cimanuk Watershed area (West Java). AGL/T'F/INS/44. Working paper No. 14. FAO/SRI, Bogor.

Desaunettes, J. R 1977. Catalogue of landform fro Indonesia. Example of physiographic approach to land evaluation for agricultural development. AGL/TF/INS/44. Working paper No. 14. SRI/FAO. Bogor.

Djaenudin, D., Marwan H., H. Subagyo, Anny Mulyani, dan N. Suharta. 2000. Kriteria kesesuaian lahan versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Environmental Systems Research Institute, Inc. 1996. Arc View GIS. FAO. 1977. Guidelines for soil profile description. FAO Soil Bulletin 73. Rome.

Goosen, D. 1967. Aerial photo interpretation in soil survey. FAO Soil Bulletin No.6. Rome.

Hartomi, H. D. dan H. Suhardjo. 2001. Kebijakan Pewilayahan Komoditas. Makalah Kebijakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Puslitbangtanak, Bogor.

FAO. 1996. Agro-ecological zoning guidelines. FAO Soil Bulletin 73. Rome.

Kassam, A.H., H.T. van Velthuizen, G.W. Fischer and M.M. Shah. 1991. Agroecological land resources assessment for agricultural development planning. A case study of Kenya. Resource data base and land productivity. Technical Annex 1. Land Resources. Land and Water Development Division, FAO, Rome. Kips, A.. Djaenudin, and Nata Suharta. 1981. The land unit approach to land

resources surveys for land use planning with particular reference to the Sekampung watershed, Lampung Province, Sumatra., Indonesia. AGOF/INS/78/006. Technical Note No. 11. Centre for Soil Research, Bogor.

Marsoedi, Ds., Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof dan ER. Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landform LT 5 Versi 3.0. Proyek LREP II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Marwan H., D. Djaenudin, Subagyo H., S. Hardjowigeno, dan E.R. Jordens. 2000. Petunjuk Teknis Pengoperasian Program Sistem Otomatisasi Penilaian Lahan (Automized Land Evaluation System/ALES) Versi 3.0. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Muljadi, D., and F.J. Dent. 1979. Evaluation of Indonesian soil and land resources. Indonesian Agricultural Research and Development Journal. No. 1-2: 21-23.

Mulyani, A. 2001. proposal Penelitian Pembinaan Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas Pertanian Berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE) Skala 1 : 50.000. Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Lahan dan Agroklimat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Rossiter, D.G. and A.R. Van Wambeke. 1997. ALES Version 4.65 User’s Manual. Cornell University. Dept. of

Soil, Crop & Atmospheric Sciences. Ithaca, NY USA.

Soil Survey Staff, 1998. Keys to Soil Taxonomy. United States Department of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. Eighth Edition, 1998.

Sudaryanto, T. dan N. Syafa’at. 2000. Prosfektif Sektor Pertanian dan Peranan Kegiatan ZAE dalam

Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Komoditas Unggulan. Hal 21-40 dalam Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional melalui Pendekatan Zone Agroekolog menunjang Gema Prima. Mataram, 8-9 Maret 1999.

Gambar

Tabel  1. Legenda satuan lahan Kabupaten Bengkulu Tengah.
Tabel 2. Rincian relief Kabupaten Bengkulu Tengah.

Referensi

Dokumen terkait

1 Surat Pernyataan bahwa Perusahaan yang bersangkutan dan manajemennya atau peserta perorangan, tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut dan tidak sedang dihentikan

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/ST/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

seorang mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam kampus maupun di luar kampus..

Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya diucapkan terima kasih.. Pokja 2 ULP Kabupaten Kendal

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Evaluasi Dokumen Kualifikasi 07/POKJA.D2.A1/SL/IV/2017 tanggal 12 April 2017, maka dengan ini diumumkan Daftar Pendek

lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik, kepatuhan pada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku di kampus, mengerjakan segala sesuatunya tepat waktu, dan

[r]

• Penerapan nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar sungguh-sungguh, lulus tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan