• Tidak ada hasil yang ditemukan

SILLABUS PRAKTIK PERADILAN KONSTITUSI | Muchamad Ali Safa'at

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SILLABUS PRAKTIK PERADILAN KONSTITUSI | Muchamad Ali Safa'at"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SILABUS

A. IDENTITAS MATA KULIAH

NAMA MATA KULIAH : PRAKTIK PERADILAN KONSTITUSI STATUS MATA KULIAH : WAJIB

KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

B. DESKRIPSI MATA KULIAH

Mata kuliah ini memberikan ketrampilan kepada mahasiswa untuk melakukan tahapan-tahapan persidangan di Mahkamah Konstitusi dan membuat dokumen-dokumen yang diperlukan dalam peradilan Mahkamah Konstitusi.

C. KOMPETENSI MATA KULIAH

Mahasiswa memiliki ketrampilan melakukan persidangan di Mahakamah Konstitusi dan membuat dokumen-dokumen perkara dan persidangan.

D. LEVEL KOMPETENSI

LEVEL KOMPETENSI I:

PERSIDANGAN, DOKUMEN PERSIDANGAN, DAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

A. Pengajuan Permohonan

1. Alur Pengajuan Permohonan 2. Batas Waktu

3. Registrasi Perkara B. Tahapan Persidangan

1. Pemeriksaan Pendahuluan 2. Pemeriksaan Persidangan 3. Putusan

C. Dokumen Persidangan 1. Permohonan

2. Jawaban

3. Keterangan Pihak Terkait 4. Keterangan Ahli

5. Kesimpulan 6. Putusan

D. Administrasi Persidangan

1. Penerimaan Pendaftaran Perkara 2. Registrasi Perkara

(2)

4. Pengumuman dan Pemanggilan Sidang 5. Penggabungan Perkara

6. Berita Acara Persidangan 7. Risalah Sidang

8. Penarikan Perkara

9. Administrasi Putusan di Berita Negara 10.Minutasi Putusan

11.Pengarsipan Putusan

LEVEL KOMPETENSI II:

Praktik Peradilan Pengujian Undang-Undang 1. Para Pihak

1. Pemohon 2. Pihak Terkait 2. Legal Standing

1. Perorangan Warga Negara /Sekelompok Warga Negara 2. Badan Hukum Privat/Publik

3. Lembaga Negara

4. Kesatuan Masyarakat Hukum Adat 3. Permohonan

1. Struktur Permohonan 2. Alat Bukti

3. Materi Pokok Permohonan a. Identitas Pemohon b. Kewenangan Mahkamah c. Posita

d. Petitum

4. Keterangan Pihak Terkait

1. Keterangan Pembentuk Undang-Undang 2. Keterangan Pihak Terkait Lain

5. Kesimpulan Pemohon dan Pihak Terkait 6. Putusan

1. Putusan Sela dan Putusan Akhir 2. Struktur Putusan

3. Substansi Putusan 4. Amar Putusan

LEVEL KOMPETENSI III:

PRAKTIK PERADILAN PERKARA SKLN A. Para Pihak

(3)

2. Termohon

3. Materi Pokok Permohonan a. Identitas Pemohon b. Kewenangan Mahkamah c. Posita

d. Petitum

D. Keterangan Pihak Terkait

E. Kesimpulan Pemohon dan Pihak Terkait F. Putusan

1. Putusan Sela dan Putusan Akhir 2. Struktur Putusan

3. Substansi Putusan 4. Amar Putusan

LEVEL KOMPETENSI V: PRAKTIK PERADILAN PHPU A. Jenis-jenis Pemilu

1. Pemilu DPR, DPD, DPRD.

2. Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 3. Pemilu Kepala Daerah

B. Jenis-jenis sengketa Pemilu 1. Pelanggaran Pidana

2. Pelanggaran Administratif 3. Sengketa Hasil

C. Sengketa Hasil Pemilu 1. Pengertian Sengketa Hasil

2. Perkembangan Kewenangan MK PHPU

D. Pemohon

E. Permohonan

F. Termohon dan Pihak Terkait G. Alat Bukti dan Pembuktian

H. Putusan

(4)

LEVEL KOMPETENSI VI:

PRAKTIK PERADILAN PEMBUBARAN PARTAI POLITIK A. Kedudukan dan Fungsi Parpol

B. Alasan Pembubaran Partai Politik

C. Pemohon

D. Permohonan

E. Termohon

F. Alat Bukti dan Pembuktian

G. Putusan

1. Putusan Sela 2. Putusan Akhir

LEVEL KOMPETENSI VII:

PRAKTIK PERADILAN MEMUTUS PENDAPAT DPR

A. Peran MK dalam Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden B. Alasan Pemberhentian

C. Pemohon/Pendakwa

D. Permohonan

E. Termohon

F. Alat Bukti dan Pembuktian

G. Putusan

H. Akibat Hukum dan Pelaksanaan Putusan

BAHAN PUSTAKA:

Abdul Mukthie Fadjar. Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006.

Ahmad Syahrizal. Peradilan Konstitusi: Suatu Studi Tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Fatmawati. Hak Menguji (Toetsingsrecht) yang Dimiliki oleh Hakim Dalam Pengujian UU. Jakarta: PT RajaGrafindo, 2005.

H.A.S. Natabaya. Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006.

(5)

Harjono. Konstitusi Sebagai Rumah Bangsa: Pemikiran Hukum Dr. Harjono. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2008.

I Dewa Gede Palguna. Mahkamah Konstitusi, Judicial Review, dan Welfare State. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI , 2008.

Jimly Asshiddiqie. Perihal Undang-Undang di Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006.

Jimly Asshiddiqie. Hukum Acara Pengujian Undang-Undang. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2005.

Jimly Asshiddiqie. Model-Model Pengujian Konstitusional Di Beberapa Negara. Jakarta: Konpress, 2005.

Jimly Asshiddiqie. Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006.

Jimly Asshiddiqie. Sengketa Kewenangan AntarLembaga Negara. Jakarta: Konspress, 2005.

Maruarar Siahaan. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2006.

Soimin. Impeachment Presiden & Wakil Presiden. Yogyakarta: UII Press, 2009.

Muchamad Ali Safa’at dkk. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2010.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum.

(6)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. PMK Nomor 006/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.

PMK Nomor 008/PMK/2006 tentang Pedoman Beracara Dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara.

PMK Nomor 12/PMK/2008 tentang Prosedur Beracara Dalam Pembubaran Partai Politik.

PMK Nomor 15/PMK/2008 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah.

PMK Nomor 16/PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

PMK Nomor 17/PMK/2009 tentang Pedoman Beracara Dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden.

PMK Nomor 18/PMK/2009 tentang Pedoman Pengajuan Permohonan Elektronik (Electronic Filing) Dan Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh (Video Conference).

PMK Nomor 19/PMK/2009 tentang Tata Tertib Persidangan.

Referensi

Dokumen terkait

Ketentuan tersebut dimuat kembali dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Kedudukan Mahkamah Konstitusi tetap berada pada Pasal 2 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2003 jo Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi

Dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011, menyatakan

Sebab, Pasal 65 Undang-Undang nomor 24 Tahun 2003 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK), secara tegas menyatakan,

Pasal 16 ayat (2) Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 06/ PMK/ 2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang (PMK Nomor 06/ PMK/ 2005), seandainya Pemohon

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

Bahwa berdasarkan Pasal 74 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011

Memutus dan menyatakan bahwa sepanjang Pasal 7A ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah