• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDI al Muawwanah Sememi Benowo Surabaya: problematika dan alternatif.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDI al Muawwanah Sememi Benowo Surabaya: problematika dan alternatif."

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

DISUSUN OLEH :

NURUL MAGHFIROH

D01213044

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2017

Diajukan dalam memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu ( S – 1 ) dalam Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan pada

(2)

Nama : Nurul Maghfiroh NIM : D01213044

Jurusan/Prodi : Pendidikan Islam/Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenarnya, bahwa skripsi ini saya tulis benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan pengambil-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemukakan hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Surabaya, 10 April 2017

Yang membuat pernyataan

Nurul Maghfiroh

(3)

Nama : Nurul Maghfiroh Nim : D01213044

Judul : PENGUATAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI )DI SDI AL MUAWWANAH SEMEMI BENOWO SURABAYA (PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF)

Ini telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Surabaya, 10 April 2017

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag, M.Pd.I Yahya Aziz, M.Pd.I

(4)

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dekan,

Prof. Dr. H. Ali Mudlofir, M.Ag NIP. 196311161989031003

Penguji I,

Prof. Dr. H. Ali Mas’ud, M.Ag, M.Pd.I NIP. 196301231993031002

Penguji II,

Dr. Ahmad Yusam Thobroni, M.Ag. NIP. 197107221996031001

Penguji III,

Dr. H. Syamsudin, M.Ag. NIP. 196709121996031003

Penguji IV,

(5)
(6)

SDI Al Muawwanah Sememi Benowo Surabaya (Problematika dan Alternatif)

Nama : Nurul Maghfiroh

NIM : D01213044

Pembimbing I & II : Prof. Dr. H. Ali Mas’ud,M.Ag,M.Pd.I dan Yahya Aziz, M.Pd.I

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu : (1) Bagaimana upaya penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya? (2) Bagaimana problematika penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya? (3) Bagaimana solusi mengatasi problematika penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya ?

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih bersifat normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Selain itu, metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan. Sehingga banyak nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran PAI tidak terimplementasikan dengan baik.

Data-data penelitian ini dihimpun dari Sekolah Dasar Islam Al-Muawwanah Surabaya sebagai obyek penelitian. Dalam mengumpulkan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berkenaan dengan itu, penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari lapangan menunjukkan bahwa siswa dapat menjadi manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia serta mengenal budaya agama islam dan mampu menerapkan perbuatan-perbuatan yang di anjurkan oleh agama islam dalam kehidupannya sehari-hari. Problematika yang ada dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya di antaranya siswa kurang mampu membaca Al-Qur’an dengan benar karena latar belakang dari keluarga yang kurang memahami agama, serta lingkungan yang kurang mendukung untuk mempelajari ilmu agama, belum diadakan penataran bagi guru Pendidikan Agama Islam dan sarana/alat pembelajaran yang masih terbatas. Sedangkan untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya diantaranya adalah dengan mengadakan kebijakan program Agamisasi yang mencakup Qur’anisasi yang artinya berusaha menciptakan sekolah yang memiliki pondasi agama yang kuat.

(7)

SAMPUL LUAR

SAMPUL DALAM ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGATAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 10

E. Penelitian Terdahulu ... 10

F. Batasan Masalah ... 11

G. Definisi Operasional ... 12

H. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 15

1. Penguatan ... 15

(8)

1. Pengertian Problematika ... 41

2. Faktor-Faktor Munculnya Problematika Pendidikan ... 42

3. Problematika Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 64

C. Solusi Mengatasi Problematika Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ... 87

1. Upaya Mengatasi Problematika Peserta Didik Dalam Pendidikan Agama Islam ... 87

2. Upaya Mengatasi Problem Pendidik Dalam Pendidikan Agama Islam ... 89

3. Upaya Mengatasi Problem Kurikulum Dalam Pendidikan Agama Islam ... 89

4. Upaya Mengatasi Problem Manajemen Dalam Pendidikan Agama Islam ... 91

5. Upaya Mengatasi Problem Sarana Dan Prasarana Dalam Pendidikan Agama Islam ... 91

6. Upaya Mengatasi Problem Lingkungan Dalam Pendidikan Agama Islam ... 92

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ... 93

1. Pendekatan ... 93

2. Jenis Penelitian ... 94

B. Sumber Data ... 94

C. Lokasi Penelitian ... 95

D. Tahap-Tahap Penelitian ... 95

(9)

4. Tahap Penulisan Laporan ... 96

E. Teknik Pengumpulan Data ... 96

1. Observasi ... 96

2. Wawancara ... 97

3. Dokumentasi ... 97

F. Teknik Analisis Data ... 98

1. Data Reduction (Reduksi Data) ... 98

2. Data Display (Penyajian Data) ... 99

3. Verification (Penarikan Kesimpulan) ... 99

G. Teknik Keabsahan Data ... 100

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 101

1. Profil SDI Al Muawwanah Surabaya ... 101

2. Letak Geografis SDI Al Muawwanah Surabaya ... 101

3. Sejarah Singkat SDI Al Muawwanah Surabaya ... 102

4. Visi Dan Misi SDI Al Muawwanah Surabaya ... 103

5. Struktur Organisasi SDI Al Muawwanah Surabaya ... 103

6. Keadaan Guru Dan Karyawan SDI Al Muawwanah Surabaya ... 105

7. Keadaan Siswa SDI Al Muawwanah Surabaya ... 106

8. Sarana Dan Prasarana SDI Al Muawwanah Surabaya ... 106

B. Penyajian Data ... 108

(10)

Agama Islam di SDI Al Muawwanah ... 122 3. Problematika Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya Dan Alternatif Solusinya ... 126 C. Analisis Data ... 127

1. Penguatan Pelaksanaan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya ... 127 2. Dampak Positif Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SDI Al Muawwanah Surabaya ... 132

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 135 B. Saran-Saran ... 136

DAFTAR PUSTAKA

(11)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecilnya dulu. Seseorang pada waktu kecilnya tidak pernah mendapat pendidikan agama, maka pada masa dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan orang yang diwaktu kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, misalnya ibu-bapaknya orang yang tahu agama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama, ditambah pula dengan pendidikan agama secara sengaja di rumah, sekolah dan masyarakat. Maka orang tersebut akan dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama dan dapat merasakan betapa takut melanggar larangan-larangan agama dan dapat merasakan betapa nikmatnya hidup beragama.1 Kendatipun demikian, pendidikan agama harus senantiasa diterapkan pada anak sebagai langkah awal untuk menuju ke arah kedewasaan.

Pendidikan merupakan pilar yang penting dalam menuntut setiap perubahan. Sebagai pilar atau dasar bagi perubahan maka pendidikan mempunyai beban berat untuk mengupayakan perubahan tersebut dan telah

1

(12)

terbukti dalam sejarah Indonesia maupun dunia, bahwa pendidikan adalah

agent of change menuju perbaikan taraf berfikir dan perubahan status dalam hidup bermasyarakat.

Pendidikan adalah proses sepanjang masa yang terus menerus selalu dibutuhkan manusia dalam menapaki kehidupan di dunia demi mencapai kebahagiaan hakiki, maka pendidikan khususnya adalah pendidikan Islam memiliki tujuan utama yang menjadi tonggak yaitu membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, berkemauan keras, cita-cita benar, dan memiliki akhlak yang tinggi serta luhur. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.2 Pencapaian suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.

Sekolah mempunyai peranan yang penting dalam membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seharusnya berupaya menciptakan suasana yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.3 Tugas-tugas perkembangan siswa menyangkut aspek-aspek kematangan dalam berinteraksi sosial, kematangan personal, kematangan dalam mencapai filsafat hidup, dan kematangan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

2

M. Athiyah Al Abrosyi, At-Tarbiyatul Islamiyah, Diterjemahkan oleh Bustami A. Gani, Djohar Bahry, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1993), Cet. 7.hlm,1.

3

(13)

Esa. Salah satu mata pelajaran yang melaksanakan fungsi tersebut adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam adalah pikiran, pendapat dan renungan manusia tentang suatu proses transformasi serta usaha pengembangan bakat kemampuan seseorang. Dalam hal ini meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotor, maupun akhlak pribadi untuk menetapkan status, kedudukan, dan fungsi di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, pendidikan dalam ajaran Islam merupakan suatu proses penyampaian informasi yang kemudian diserap oleh masing-masing individu yang dapat menjiwai berpikir, bersikap, dan bertindak. 4

Pendidikan Agama Islam sangat signifikan dalam mengembangkan wawasan keilmuan dan memperkokoh akidah seseorang serta menanamkan sikap istiqomah dalam beribadah, membentuk akhlak mulia, bersikap toleransi terhadap sesama manusia, sehingga dimana pun ia berada selalu berusaha menampakkan wajah Islam yang rahmatan lil „alamin bagi kehidupan umat manusia. Dengan demikian, penyelenggaraan pendidikan agama islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya meningkatkan iman, takwa dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan.

Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) secara khusus adalah membentuk akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan manusia yang bermoral,

4

(14)

jiwa yang bersih, kemauan yang keras, dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk, serta berakhlak yang tinggi. 5

Seiring zaman yang semakin bergulir dalam arus modernisasi dan globalisasi yang penuh tantangan dengan arus multidimensi. Berbagai fenomena kerusakan moral atau akhlak terjadi ditengah masyarakat kita. Beberapa tahun ini Bangsa Indonesia terjangkit berbagai krisis dalam segala bidang baik aspek ekonomi, moneter, sosial, budaya, moralitas, politik dan lain-lain, yang pada hakikatnya adalah berawal dari krisis akhlak. Maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, perilaku asusila, pergaulan bebas, praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menjamur serta penyakit lainnya adalah sebagai indikasi merosotnya moral bangsa.6

Pemuda, pelajar, dan mahasiswa, diantaranya anak-anak adalah generasi penerus dan harapan bangsa yang merupakan penentu peradaban dan kemajuan bangsa. Sebagai generasi penerus demi mewujudkan bangsa dan negara yang berperadaban sesuai dengan nilai-nilai Islam serta sesuai kepribadian bangsa maka dituntut untuk memiliki kepribadian Islami haruslah memiliki kematangan jiwa, mental dan moralitas. Untuk dapat meraih kematangan tersebut diperlukan proses yang berkesinambungan dalam mata

5

Athiyah al-Abrosyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H. Bustami, (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 103.

6

(15)

rantai pendidikan. Pemuda dalam hal ini yaitu anak didik menjadi objek esensial pendidikan yang diharapkan akan benar-benar mampu melaksanakan prinsip-prinsip kemanusiaan dengan cara efektif dan operatif, diantaranya adalah melalui pendidikan Islam.7

Pendidikan Islam adalah Pendidikan Ideal. Pendidikan Islam telah berabad-abad sebelumnya menyuarakan banyak prinsip dari metode-metode penting dalam dunia pendidikan, telah bersaham dalam kebangunan mental dan pembentukan akhlak.8

Berlandaskan tujuan akhir pendidikan agama adalah tercapainya pendidikan akhlak yang luhur, maka di sinilah peran pendidikan dalam islam untuk membimbing, mengarahkan, membentuk anak didik secara bertahap atau berangsur-angsur demi terwujudnya tujuan penciptaan manusia yaitu sebagai "abdun" (hamba Allah) dan sebagai "khalifah" (pemimpin) di bumi. Terlihatlah dengan jelas dari pernyataan tersebut bahwa peran, tugas dan tanggung jawab pendidik untuk dapat mengantarkan anak didiknya mencapai tujuan pendidikan. Bimbingan dan pendidikan yang sangat efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan dalam keluarga. Keluarga dalam hal ini adalah orang tua yang mana merupakan peletak dasar dan utama bagi pendidikan selanjutnya serta

7

Uus Ruswandi, “Orientasi Pendidikan Umum dan Pembinaaan akhlak Remaja”,dalam Tedi Priatna (Ed.),Cakrawala Pemikiraan Pendidikan Islam (Bandung; Mimbar Pustaka, tt ), hlm. 45.

8

(16)

orang tua adalah pendidik utama dan pertama bagi anak.9 Menjadi hal yang tidak boleh dilupakan pula bahwa dalam mendidik anak, seorang pendidik hendaknya memahami perkembangan anak didiknya yang meliputi perkembangan fisik, motorik, intellegensi, sensoris, linguistis, dan emosional.10

Setiap anak berpotensi untuk menjadi cerdas secara emosional, intelektual maupun spiritualnya, karena secara fitri manusia dibekali kecerdasan oleh Allah SWT dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba (abdun) dan

Khalifatullah dibumi. Selanjutnya manusia mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengembangkan kecerdasannya secara optimal. Dalam konteks ini peran orang tua sangatlah penting dalam menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan anak. Seperti disebutkan diatas bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, dalam hal ini Nabi Muhammad Saw berkata :

Artinya : “ Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda : Semua anak-anak dilahirkan suci (fitrah), tetapi ibu bapaknyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi”.(HR. Muslim).

9

Jalaludin, Mempersiapkan Anak Sholeh, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Telaah pendidikan Terhadap Sunnah Rasulullah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. 2, hlm. 78.

10

(17)

Dan di dalam Al-Qur’an sudah disebutkan dalam Surat Ar-Rum ayat 30:















































Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Dari uraian tersebut maka peran dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah sangat penting dalam membimbing, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya dan menanamkan pendidikan akhlak sebagai jiwa dari pendidikan Islam secara berangsur-angsur dan bertahap sampai tercapai tujuan pendidikan. Orang tua bertanggung jawab penuh demi masa depannya terutama dalam pembentukan kecerdasan (fitrah) baik intelligensi, emosional, terlebih lagi spiritual.

(18)

peran penting guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada peserta didik.

Guru PAI diharapkan dapat membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah terhadap sesama siswa, dengan guru di sekolah dan di luar sekolah. Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tidak sekedar terkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata, tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan yang bersifat kognitif menjadi nilai-nilai yang diinternalisasikan dalam diri siswa sehingga dapat berperilaku secara konkret-agamis dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan pembelajaran PAI selama ini lebih pada belajar tentang agama dan kurang berorientasi pada belajar bagaimana cara beragama yang benar. Akibatnya, terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara

gnosis dan praxis dalam kehidupan nilai agama, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi Islami. 11 Selain itu, persoalan pendekatan dalam pembelajaran merupakan salah satu problem yang dihadapi PAI di sekolah.

Pendekatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam masih bersifat normatif, dalam arti pendidikan agama menyajikan norma-norma yang seringkali tanpa ilustrasi konteks sosial budaya sehingga siswa kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Selain

11

(19)

itu, metodologi pendidikan agama tidak kunjung berubah sejak dulu hingga sekarang, padahal masyarakat yang dihadapi sudah banyak mengalami perubahan.12 Sehingga banyak nilai-nilai yang terdapat dalam pembelajaran PAI tidak terimplementasikan dengan baik.

Usaha pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga Pendidikan Agama Islam diharapkan jangan sampai menumbuhkan semangat fanatisme, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik dan masyarakat, dan memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional. Walhasil, Pendidikan Agama Islam diharapkan mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya?

2. Bagaimana problematika penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya?

3. Bagaimana solusi mengatasi problematikapenguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah Sememi Surabaya ?

12

(20)

C. TUJUAN PENELITIAN

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah

2. Untuk mengetahui problematika penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah

3. Untuk mengetahui solusi dalam mengatasi problematika penguatan Mata Pelajaran PAI di SDI Al-Muawwanah

D. KEGUNAAN PENELITIAN

1. Sebagai sarana studi kami tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan problematika yang ada

2. Sebagai sarana studi kami tentang bagaimana upaya penguatan Mata Pelajaran PAI serta faktor-faktor yang menunjang dan menghambat melaksanakan penguatan Mata Pelajaran PAI

E. PENELITIAN TERDAHULU

(21)

kami dalam menyusun skripsi yang sedang kami rencanakan ini. Karya – karya Ilmiah itu diantaranya adalah:

Skripsi yang berjudul : “Upaya guru Pendidikan Agama Islam melalui

penanaman nilai keagamaan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual siswa

kelas 8 SMP Islam Sidoarjo.” Karya ini ditulis oleh Ziyanah Walidah

(D71212149) bersama dengan Bapak Dosen Pembimbing; Moh. Faizin,M.Pd.I. Dari jurusan Pendidikan Agama Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya yang terbit pada tahun 2016. Tersimpan didalam katalog perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya dengan nomor panggil KT-2016 008 PAI.

F. BATASAN MASALAH

Dalam skripsi yang sedang kami rencanakan ini. Kami beri judul : Penguatan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di SDI Al-Muawwanah Sememi Benowo (Problematika dan Alternatif). Sesuai dengan judul, kami akan membahas tentang bagaimana upaya penguatan pendidikan agama islam di SDI Muawwanah, khususnya untuk peserta didik di SDI Al-Muawwanah. Didalam sana terdapat berbagai permasalahan-permasalahan yang cukup kompleks untuk diangkat sebagai bahan penelitian.

(22)

Mengenai permasalahan yang ada, kami akan membatasi tentang upaya penguatan pendidikan agama islam di SDI Al-Muawwanah akan dilihat melalui pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang akan mendukung keberhasilan PAI di kelas.

G. DEFINISI OPERASIONAL

Agar pembahasan lebih fokus dan mengarah kepada sasaran pembahasan, maka dalam defenisi oprasional kami paparkan beberapa kata kunci sesuai dengan judul yang ada, yakni : Penguatan, Pendidikan Agama Islam,

1. Penguatan :

Penguatan mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat13. Di dalam penelitian ini, penguatan yang dimaksud adalah cara untuk memperkuat materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut.

2. Pendidikan Agama Islam

adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran agama Islam.14 Jadi, pendidikan agama Islam adalah adalah usaha sadar oleh pendidik kepada

13

http://cakons.blogspot, penguatan pendidikan. Diakses pada tanggal 01 Januari 2017.

14

(23)

peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.15

Adapun yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah suatu usaha atau pembuatan yang menguatkan agar Pendidikan Agama Islam di SDI Al-Muawwanah tidak hanya sebagai subjek materi mata pelajaran saja, tetapi Pendidikan Agama Islam juga dapat dijadikan sumber nilai bagi para peserta didik dalam segala tingkah lakunya.

Oleh karena itu sumber nilai yang diperoleh dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tidak mungkin hanya diperoleh lewat tatap muka guru PAI di dalam kelas, tetapi juga melalui kegiatan extra kurikuler. Hal tersebutlah yang penulis maksudkan, sebagai usaha penguatan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDI Al-Muawwanah.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk memahami alur penulisan skripsi ini kami akan memaparkan beberapa bagian BAB pembahasan dari apa yang akan kami rencanakan nantinya :

I. Berisikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Batasan Masalah, Definisi Oprasional, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

15

(24)

II. Berisikan tentang kajian teoritis yang membahas tentang konsep dasar dan penguatan mata pelajaran pendidikan agama islam bagi anak (yang di dalamnya meliputi pengertian pendidikan agama islam, dasar dan tujuan pendidikan agama islam, metode pendidikan agama islam, materi pendidikan agama islam, serta pembentukan pendidikan agama islam terutama pendidikan akhlak bagi anak). Pengertian penguatan, dasar dan tujuan penguatan, ciri-ciri penguatan yang relevan di terima. Faktor-faktor pendukung serta penghambat dalam pelaksanaan penguatan mata pelajaran PAI di SDI AL-Muawwanah. Problematika penguatan mata pelajaran PAI. Alternatif solusi mengatasi mata pelajaran PAI serta dampak positif penguatan mata pelajaran di SDI Al-Muawwanah.

III. Berisikan tentang metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber data, teknik penentuan subyek atau obyek penelitian yakni populasi dan sampel juga teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

IV. Bab Laporan Hasil Penelitian yang berisikan tentang gambaran umum dari obyek penelitian serta penyajian data.

(25)

KAJIAN TEORI

A.PENGUATAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Penguatan

a. Pengertian Penguatan

Penguatan berasal dari kata kuat yang mempunyai arti banyak tenaganya atau mempunyai yang lebih. Sedangkan kata jadian pengenalan mempunyai arti perbuatan (hal dan sebagainya) yang menguati atau menguatkan.1 Penguatan mengandung makna menambahkan kekuatan pada sesuatu yang dianggap belum begitu kuat.2

Secara Substansial, penguatan mempunyai makna usaha menguatkan hal atau sesuatu yang tadinya lemah menjadi kuat.

Di dalam penelitian ini, penguatan yang dimaksud adalah cara untuk memperkuat materi pelajaran pendidikan agama islam sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi tersebut.

Burrhus Frederick Skinner terkenal dengan teori operand conditioning-nya. Teori skinner menyatakan bahwa penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Penguatan disini diartikan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan

1

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, tt), 1122

2

(26)

lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya diamati dan diukur. Menurut Skinner terdapat dua penguatan yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif jika penguatan tersebut menghasilkan sikap atau perilaku yang positif. Biasanya ditandai dengan kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan penuh semangat. Sedangkan penguatan negatif jika suatu penguatan menghasilkan sikap atau perilaku yang tidak diharapkan.3

Peran guru sangat diperlukan dalam hal ini untuk selalu memberikan penguatan positif kepada siswa. Penguatan positif dapat berupa pujian seperti kamu pintar, bagus, cerdas, good atau dengan memberikan hadiah seperti kue, permen, gambar bintang. Apalagi jika kita mengacu pada kurikulum 2013 yang menekankan pada pembentukan karakter siswa. Teori skinner ini dapat dijadikan acuan dengan baik dalam penguatan positifnya. Guru diharapkan selalu menghargai apapun yang dimiliki oleh peserta didik dan menghadiahinya dengan penuh kesabaran dan semangat.

b. Jenis-jenis Penguatan

1) Positive reinforcement (penguatan positif), yaitu penguatan yang dilakukan ke arah kinerja yang positif

2) Negative reinforcement (penguatan negatif), yaitu penguatan yamg dilakukan karena mengurangi atau menghentikan keadaan yang tidak disukai

3

(27)

3) Extinction (peredaan), yaitu tidak mengukuhkan suatu perilaku, sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi perilaku yang tidak diharapkan

4) Punishment, yaitu konsekuensi yang tidak menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.4

c. Dasar dan Tujuan Penguatan

Adapun dasar-dasar penguatan adalah :

1) Social demand atau tuntutan masyarakat, karena dalam struktur masyarakat akan terjadi pergeseran-pergeseran nilai yang sesuai dengan nilai budaya yang dianut dan budaya yang mempengaruhinya.5

2) Perkembangan teknologi yang menuntut untuk melakukan teknologi dan secara otomatis akan mempermudah manusia dalam menguasai dan memanfaatkan alam dan lingkungannya dan dengan perkembangan teknologi pula membuat sistem komunikasi secara global, sehingga menyebabkan arus informasi tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.6

3) Kebijakan pemerintah

Kebijakan-kebijakan pemerintah tertuang dalam sikap-sikap politik, ekonomi, pendidikan dan hankam, kebijaksanaan itu akan mempengaruhi upaya-upaya penguatan pada masyarakat.

4

Dara Ainy, Achievement Theory (Teori Kebutuhan Mc.Clelland).

http://daraainy.blogspot.com/2013, di akses pada tanggal 23 Januari 2017

5

Bertrand Russel, Pendidikan dan Tatapan Sosial, terj. Ahmad Setiawan Abadi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), 47

6

(28)

4) Tujuan penguatan a) Pembaharuan

Yang dimaksud dengan pembaharuan di sini adalah pembaharuan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu.

b) Optimalisasi

Optimalisasi dalam kamus modern bahasa Indonesia mempunyai definisi hal yang bagus atau tinggi atau paling menguntungkan, oleh karena itu penguatan mempunyai upaya untuk membuat sesuatu hal agar berfungsi secara baik dan berdaya guna bagi kehidupan manusia. d. Evaluasi

Evaluasi atau penafsiran, penilaian, perkiraan, keadaan atau penentuan nilai. Maksud dari definisi tersebut adalah penguatan merupakan upaya evaluatif terhadap perkembangan terkini karena upaya penguatan sendiri mempunyai makna menuju sesuatu yang baru, oleh karena itu untuk menentukan pada arah mana yang akan dituju dibutuhkan evaluasi sebagai bahan kajian.7

e. Ciri-ciri Penguatan yang Relevan Diterima

7

(29)

Penguatan atau usaha menghidupkan kembali unsur yang ada dalam proses pembaharuan usaha-usaha tersebut kadangkala dalam tindakan aplikatif belum dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu dalam kajian teori ini akan dibahas tentang ciri-ciri penguatan yang relevan diterima oleh masyarakat. Ciri-ciri tersebut adalah :

1) Secara relatif lebih menguntungkan daripada praktek atau kebiasaan yang sudah ada.

2) Sepadan dengan nilai-nilai yang ada dan pengalaman adopsi masa lalu. 3) Tidak terlalu rumit untuk diterima masyarakat.

4) Dapat didemonstrasikan pada suatu basis tertentu. 2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan agama islam, kita ketahui bahwa Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga kata, yaitu: Pendidikan, Agama, dan Islam. Para pakar pendidikan memberikan pengertian kata

“pendidikan” dengan bermacam-macam pengertian, diantaranya adalah : 1) Menurut Ki Hajar Dewantara kata “pendidikan” mempunyai arti sesuatu

yang menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai warga negara dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

(30)

kemampuan dasar anak didik di dalam pendidikan formal maupun informal.

3) Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pada bab I tentang ketentuan umum Pasal I ayat (I) disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.8

Dari beberapa pengertian tentang pendidikan di atas dapat penulis simpulkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk membimbing dan mengembangkan potensi dan kepribadian serta kemampuan dasar peserta didik untuk menuju kedewasaan, berkepribadian luhur, berakhlak mulia dan mempunyai kecerdasan berpikir yang tinggi melalui bimbingan dan latihan.

Adapun pengertian “Agama”, secara khusus di identikkan dengan

istilah “ad-din”. Dalam tuntutan orang Arab secara Etimologis kata “ad

-din” digunakan untuk menunjukkan lebih dari satu makna, diantaranya

adalah : pertama mengandung makna kekuasaan, otoritas, hukum, dan perintah. Makna kedua yaitu, ketaatan, peribadatan, pengabdian, dan

8

(31)

ketundukan kepada kekuasaan dan dominasi tertentu. Ketiga, mengandung makna hukum, undang-undang, jalan, madzhab, agama, tradisi, dan taklid. Dan terakhir menganduung makna balasan, imbalan, pemenuhan, dan perhitungan.9

Menurut Harun Nasution, istilah agama berasal dari kata Sansekerta. salah satu pendapat mengatakan bahwa kata “agama” tersusun dari dua kata yaitu “a” yang artinya tidak, dan “gam” yang artinya pergi, jadi tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Di lain pendapat ada yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci dan terakhir kata

“agama” diartikan tuntutan.10

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka kata “agama” menurut

Kuntowijoyo bahwa agama di sebut juga sebagai pemahaman ketuhanan. Pemahaman ini didasarkan atas duasudut pandang, yaitu : ketuhanan dalam arti teoritik, yaitu pengetahuan tentang yang tertinggi yang menimbulkan persembahan, dan pemahaman ketuhanan secara eksistensial, yaitu Tuhan dihayati sebagai tujuan akhir yang melahirkan aktualisasi.11

Secara terminologi kata Islam Mengandung pengertian tunduk dan berserah diri kepada Allah secara lahir maupun batin dalam melaksanakan

9

Abdul Rahman An Nahiawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat, Terjemahan Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1983), h. 22-23

10

Syuaeb Kurdi, Abdul Aziz, Model Pembelajaran Efektif Pendidikan....,h.4

11

(32)

perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.12 Sebagaimana dipertegas dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 83 uang berbunyi :













Artinya : maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.

Dari ketiga uraian kata diatas, maka jika dirangkaikan ketiga pengertian tersebut yaitu pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut :

Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran- ajaran agama Islam.13 Guru PAI betanggung jawab atas itu.

Jadi, pendidikan agama Islam adalah adalah usaha sadar oleh pendidik kepada peserta didik untuk menanamkan nilai-nilai ajaran Islam agar dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam.14 b. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

12

Ibid., h.6

13

Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,1992), hlm. 20.

14

(33)

Setiap aktifitas yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai dasar atau landasan yang kokoh dan kuat. Dasar adalah pangkal tolak suatu aktifitas. Didalam menetapkan dasar suatu aktifitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar didalam kehidupannya.

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.15

Begitu pula dengan Pendidikan Agama mempunyai dasar yang kuat. Adapun dasar-dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :

1) Dasar yuridis atau hukum

Dasar-dasar yuridis pelaksanaan pendidikan agama Islam adalah berdasarkan perundang-undangan secara ;angsung dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Adapun secara terperinci dasar yuridis tersebut terdiri dari tiga macam, yaitu :

a) Dasar ideal

Dasar ideal pelaksanaan pendidikan agama islam yaitu dasar dari falsafah negara Pancasila, yaitu sila pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa. Dasar ini mengandung pengertian bahwa seluruh

15

(34)

bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama.16

b) Dasar struktural atau konstitusional

Dasar konstitusional adalah dasar pelaksanaan agama islam yang diambil dari Undang-Undang Dasar 1945 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. 2) negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap pendudukan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.17 Dari bunyi undang-undang tersebut adalah mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama.

c) Dasar operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-lembaga Pendidikan di Indonesia, serta mengamalkannya dalam lingkungan keluarga.18

2) Dasar religius

Yang dimaksud dengan dasar reliigius adalah dasar-dasar yang bersumber dalam agama Islam yang tertera dalam Al-Qur’an maupun hadits. Dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan

16

Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramdhani, 1993) h. 18

17

Undang-Undang Dasar 1945, (Surabaya: Apollo, 2002) h. 23

18

(35)

tentang pelaksanaan pendidikan agama merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah melaksanakannya. Hal ini diperkuat oleh ayat-ayat Al Quran yang berperan sebagai landasan dalam menjalankannya. Dengan begitu landasan religius ini diharapkan mampu menjadi bekal dalam menjalankan hidup bermsyarakat. Adapun ayat-ayat tersebut antara lain sebagai berikut :











Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-nahl: 125)



















Artinya :”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah yang munkar: merekalah orang-orang yang beruntung.”

(36)





























Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan

keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada

mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.

At-Tahrim:6) 3) Dasar psikologi

Dasar psikologi yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehiduoan bermasyarakat. Dalam hidupnya manusia selalu memerlukan pegangan hidup yang disebut agama. Manusia merasakan bahwa dalam jiwanya terdapat suatu perasaan yang mengaku adanya dzat yang Maha Kuasa. Dialah tempat berlindung dan tempat memohon pertolongan. Oleh karena itu senantiasa mendekatkan dirinya kepada Tuhan. Adapun cara mereka mengabdi kepada Tuhan mereka dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan agama mereka yang di anut.

(37)

berikutnya akan langsung dimulai untuk mencapai tujuan selanjutnya dan terus begitu sampai kepada tujuan akhir.19

Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting karena merupakan arah yang akan dituju oleh pendidikan itu. Untuk merumuskan tujuan pendidikan, pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dai kepribadian total manusia melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan manusia. Karena itu pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual, imajinasi, fisikal, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun secara koletif dan memotivasi semua aspek untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.20

Demikian pula halnya dengan tujuan Pendidikan Agama Islam itulah yang hendak dicapai dalam kegiatan atau pelaksanaan Pendidikan Agama Islam. Dalam merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam terdapat banyak versi, diantaranya adalah dalam buku metodik khusus Pendidikan Agama Islam, merumuskan tujuan Pendidikan Agama Islam adalah :

19

Zakiyah Daradjat, “Metodologi Pengajaran Agama Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h 72

20

(38)

a) Tujuan umum Pendidikan Agama Islam ialah membimbing anak agar menjadi orang muslim sejati, beriman, beramal shaleh, dan berakhlak mulia serta guna bagi masyarakat, agama, dan negara. Sebab beriman yang teguh akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56:





Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka mengabdi kepada-Ku”

Selain beribadah seorang muslim harus mempunyai cita-cita seperti dalam al-Qur’an surat Al-Baqoroh ayat 201 :













Artinya :” Dan diantara mereka da ayang berdo’a: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”

b) Tujuan khusus Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk kepribadian adab budi pekerti yang luhur menurut ajaran Islam sesuai

(39)

Dari definisi perumusan pendidikan agama diatas bahwa tujuan terakhit dari Pendidikan Agama Islam terletak pada realisasi sikap penyerahan dari sepenuhnya pada Allah SWT, baik secara perorangan masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhannya seperti yang terkandung dalam surat Al-An’am ayat 162 yang berbunyi :













Artinya : katakanlah:”Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Secara keseluruhan Pendidikan Agama Islam serta tujuan Pendidikan Agama Islam berarti pembentukan manusia yang bertaqwa. Ini sesuai dengan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasila yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

c. Metode Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama islam sebagai bagian dari pendidikan agama islam merupakan salah satu bagian dalam mencapai tujuan pendidikan untuk menjadikan manusia kamil. Pendidikan sebagai transfer of knowledge

(40)

dapat diwariskan kepada generasi berikutnya dan benar-benar terinternalisasi dalam diri generasi mendatang.

Salah satu alat pendidikan agama islam yakni metode pendidikan agama islam. Yang mana dengan menggunakan metode yamg tepat maka ajaran-ajaran agama dapat diserap oleh anak didik dengan sebaik-baiknya. Metode yang tepat akan menentukan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Sebagai seorag calon pendidik agama islam maka kita perlu mengetahui metode-metode dalam pendidikan agama islam. Dengan mengetahui metode-metode tersebut maka kita diharapkan mampu menyampaikan materi-materi ajaran agama islam dengan berbagai variasi sehingga tujuan pendidikan agama islam dapat tercapai dengan lebih mudah.

Sebelum lebih jauh membicarakan tentang metode pendidikan agama islam, maka terlebih dahulu tentang pengertian dari metode pendidikan agama islam itu sendiri.

Dari segi bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan

hodos. Meta berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara.21 Dengan demikian metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai suatu maksud dan tujuan. Metode diartikan sebagau alat untuk mengolah dan mengembangkan suatu

21

(41)

gagasan sehingga menghasilkan suatu teori atau temuan. Dengan menggunakan metode serupa itu, maka ilmu pengetahuan apapun dapat berkembang.

Kemudian jika dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam, maka dapat diartikan sebagai cara kerja yang teratur dan sistematis serta memikirkan semua faktor-faktor yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam atau untuk menyampaikan materi-materi pendidikan agama islam secara efektif dan efisien.

Metode pendidikan merupakan salah satu sarana yang amat penting dalam mencapai tujuan pendidikan. E. Mulyasa menuliskan bahwasanya dalam proses interaksi edukasi seorang pendidik atau guru harus mampu memberikan pengalaman yang bervariasi, serta memperhatikan minat dan kemampuan siswa.22 Masih menurut E. Mulyasa bahwasanya pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru. Senada dengan E. Mulyasa, Nana Sudjana menyatakan bahwa proses interaksi edukasi akan berjalan baik jika siswa banyak aktif dibanding dengan guru. Oleh karena itu metode belajar yang baik adalah yang dapat menumbuh kembangkan kegiatan belajar siswa.23

22

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional”menciptakan pembelajaran kreatif dan

menyenangkan”.h. 107

23

(42)

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memilih metode yang akan di pakai. Winarno Surahmat menyatakan bahwa setidaknya ada lima faktor yang perlu di perhatikan yakni :24

1) Siswa (dengan berbagai tingkat kematangan dan minatnya) 2) Tujuan (dengan berbagai jenis dan fungsinya)

3) Situasi (dengan berbagai keadaannya)

4) Fasilitas (dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya) 5) Pengajar (dengan berbagai kemampuannya)

Sedangkan Wenstenlein juga mempertimbangkan lima hal dalam menentukan metode pendidikan yang akan dipakai, yakni :25

1) Tujuan

2) Lingkungan pendidikan dan peralatan 3) Sistem pendidikan

4) Kebutuhan anak didik 5) Kemampuan pendidik

Sedangkan Ahmad Pathoni dalam bukunya metodologi pendidikan agam islam menuliskan bahwasanya ada 6 faktor yang mempengaruhi metode pendidikan26, antara lain :

1) Tujuan pendidikan 2) Bahan pendidikan

24

Winarno Surahmat. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar..h. 97

25

Wenstenlain. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan (Buku Panduan Mahasiswa)...h. 92-93

26

(43)

3) Guru/pendidik 4) Anak didik 5) Situasi mengajar

6) Faktor lain, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi jenis metode tersebut.

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode pendidikan tidak jauh berbeda. Satu sama lain saling melengkapi dan terkadang hanya penyusunannya yang berbeda.

Dengan kaitannya faktor-faktor diatas, maka tifak mustahil bagi seorang guru didalam menyampaikan materi pendidikan agama islam dapat menggunakan metode yang tepat, sehingga dapat membawa hasil yang sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Adapun macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pendidikan agama islam pada umunya meliputi:27 Metode ceramah, Metode tanya jawab dan Metode diskusi.

Secara garis besar beberapa ahli juga menjelaskan hal yang sama tentang metode-metode yang bisa dipakai dalam pendidikan sebagaimana yang disebutkan diatas. Dan disini akan menjelaskan beberapa metode yang disebutkan diatas.

1) Metode Ceramah

Metode ini sering juga disebut sebagai “one man show method” merupakan bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan secara

27

(44)

lisan oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar. Metode ini sangat tepat digunakan untuk menyampaikan suatu informasi. Kelebihan dari metode ini adalah :

a) Biayanya murah

b) Dapat menyajikan pelajaran kepada murid dalam jumlah yang besar dalam waktu yang sama

c) Mudah mengulang jika diperlukan

d) Seorang guru yang mampu berceramah dengan baik akan menjadikan materi yang disampaikan lebih menarik

e) Memberikan pengalaman kepada murid u ntuk belajar mendengar dan memahami dengan baik perkataan orang lain

f) Memberi pengalaman kepada murid untuk membuat catatan kecil (membuat ringkasan)

g) Materi yang disusun dengan sistematis dapat menghemat waktu belajar Namun demikian metode ini juga memiliki kelemahan. Kelemahan dari metode ini adalah :

a) Perhatian murid hanya pada guru dan terkadang gur dianggap paling benar, sehingga dalam metode ini gurulah yang harus aktif

b) Terdapat unsur paksaan, yakni murid harus mendengar apa yang disampaikan guru dan menganggapnya benar setiap jalan fikiran guru c) Pada pendidikan dasar metode ini kurang baik jika dilaksanakan 100%.

(45)

untuk bertanya terhadap istilah atau sesuatu yang belum difahami oleh murid.

Dalam pendidikan agama metode ini sangat tepat untuk menyampaikan materi tentang tauhid. Karena tauhid merupakan materi yang sukar untuk didiskusikan serta tidak dapat dipraktekkan.

2) Metode Tanya Jawab

Metode ini merupakan metode yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic. Metode yang biasanya dipadukan dengan metode ceramah ini mempunyai fungsi sebagai tolak ukur untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa serta untuk memberikan latihan dan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terhadap materi yang belum dikuasai.

Sikap guru dalam menerima jawaban dari anak didik adalah jangan mematahkan semangat serta jangan terlalu menonjolkan kesalahan murid yang dapat mengurangi harga dirinya didepan yang lain. Dalam pendidikan agama metode ini dapat digunakan sebagai jalan untuk segera menemukan kesalahfahaman terhadap materi agama. Karena kesalahan kecil dapat menimbulkan madhorot yang sangat besar jika seorang murid memahami hal agama tidak sesuai dengan apa yang guru sampaikan. 3) Metode Diskusi

(46)

untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu. Fungsi dari diskusi adalah untuk merangsang murid untuk berfikir dan mengeluarkan pendapatnya sendiri, serta ikut menyumbangkan fikiran dalam suatu masalah. Juga sebagai sarana mengambil satu jawaban yang aktual atau suatu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang seksama. Keistimewaan metode ini dalam pendidikan agama islam antara lain :

a) Mendidik murid untuk saling bertukar informasi, pikiran dan pendapat b) Memberikan kesempatan murid untuk menghayati pembaharuan suatu

problematika secara bersama-sama

c) Memberikan kesempatan murid untuk memperoleh penjelasan-penjelasan dari berbagai sudut pandang dan sumber

d) Memberikan kesempatan kepada murid untuk berdiskusi dibawah asuhan guru

e) Mengembangkan solidaritas dan sikap toleransi terhadap berbagai pendapat yang bervariasi

f) Membina murid untuk berfikir matang sebelum berbicara

g) Mengajarkan kepada murid untuk berfikir dan menyampaikan pendapat secara logis dan sistematis

(47)

d. Pembentukan Pendidikan Agama Islam Bagi Anak

Akhir-akhir ini banyak orangtua yang kurang memperhatikan pendidikan bagi anak, terutama pada anak usia dini. Padahal pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan mendasar bagi anak untuk masa depannya. Dalam era globalisasi yang sangat cepat berkembang dan informasi yang cepat menyebar ini, seharusnya para orangtua lebih memperhatikan dan harus lebih pintar dalam memilih pendidikan yang baik untuk sang anak. Salah satu pendidikan yang paling penting ditanamkan pada anak adalah pendidikan agam islam karena sangat berperan penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi anak. Pendidikan agam islam ada baiknya ditanamkan dan diajarkan pada anak sejak usia dini. Ini karena mengingat banyaknya kasus yang terjadi pada anak karena kemerosotan moral dan akhlak yang tidak baik. Dalam hal ini peran orangtua sangat penting untuk mengajarkan dan menanamkan moral dan akhlak yang baik dalam pembentukan karakter dan kepribadian yang baik bagi seorang anak.

Jadi pendidikan agama islam adalah ikhtiar manusia dengan jalan bimbingan dan pimpinan untuk membantu dan mengarahkan fitrah agama si anak untuk menuju terbentuknya kepribadian utama sesuai dengan ajaran agama.

(48)

untuk pendidikan selanjutnya. Sebagaimana menurut pendapat Zakiyah

Drajat bahwa: ”pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,

pengalaman dan latihan yang dilaluinya sejak kecil”.

Anak diibaratkan seperti kertas putih yang masih bersih, yang bisa ditulis dengan apa saja. Orangtua dalam hal ini memiliki peran yang sangat penting karena orangtua merupakan pendidik awal dan mendasar terbentuknya karakter seorang anak. Baik dan buruknya ditentukan bagaimana orangtua dalam mengajarkan nilai-nilai agama islam kepada anaknya.

Rasulullah telah memberikan tuntunan bagaimana cara mendidik dan mempersiapkan anak. Dan hal yang paling penting adalah keteladanan yang akan memfokuskan perhatian pada pengkaderan individu dan pembentukan kepribadian secara alami. Penanaman akhlak dan moral anak perlu ditanamkan sejak usia dini karena lebih mudah menyerap dan meniru terhadap pelajaran yang diajarkan sehingga lebih mudah untuk membentuk kepribadian anak yang baik kedepannya.

(49)

dilingkungan keluarga. Oleh karen itu keluarga sangat bertanggung jawab untuk mengajari anak tentang berbagai perilaku islami dan juga nilai-nilai pendidikan sosial yang baik bagi anak.

Dalam pendidikan bagi seorang anak terdapat tiga hal pokok dan mendasar yang harus diperhatikan dan diajarkan oleh orangtuanya, yaitu pendidikan akidah, pendidikan ibadah dan pendidikan akhlak.

Pendidikan yang pertama adalah pendidikan akidah karena pendidikan ini merupakan pendidikan yang sangat penting dan mendasar yang harus ditanamkan pada anak. pendidikan akidah itu meliputi pengenalan, keyakinan dan keimanan kepada Allah. Orang tua harus menanamkan keyakinan dan keimanan bahwa Allah itu ada dan selalu melihat serta mengawasinya dalam setiap perbuatan yang ia lakukan.

Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan ibadah karena merupakan pendidikan yang menekankan pada cara yang harus dilakukan untuk beriman kepada Allah. Dalam hal ini orang tua harus mengajarkan bagaimana cara untuk berkomunikasi dan lebih dekat kepada Allah yaitu dengan melakukan ibadah, baik ibadah wajib atau ibadah sunnah. Contohnya seperti sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

(50)

diajarkan pada anak sejak usia dini. Ini untuk membentuk kepribadian muslim yang baik kedepannya. Oleh karena itu harus diterapkan pada anak, contohnya seperti bagaimana adab makan yang baik, adab berteman, sopan santun kepada orangtua, menghormati yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan lain sebagainya.

Lembaga pendidikan yang selanjutnya adalah sekolah yang merupakan lembaga pendidikan yang berperan membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengembangkan potensi anak. Akan tetapi sekolah juga berperan membentuk kepribadian anak setelah lembaga keluarga. Oleh karena itu orangtua harus lebih pintar memilih sekolah yang dapat membentuk karakter dan kepribadian anak menjadi lebih baik.

Dalam lingkungan di luar rumah masjid juga termasuk sebagai lembaga Agama yang penting untuk mendidik dan mengajarkan anak serta meningkatkan kualitas keimanannya kepada Allah SWT. Tidak hanya itu masjid juga dapat membuat anak dapat menumbuhkan perilaku yang baik dalam dirinya. Masjid sebagai tempat untuk beribadah dan untuk mengaji serta mengkaji Al-Qur’an dan ilmu lainnya.

(51)

akan lebih mudah untuk membentuk kepribadian dan karakter yang baik kedepannya.

B.PROBLEMATIKA PENGUATAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

1. Pengertian Problematika

Problematika adalah berasal dari akar kata bahasa Inggris “problem”

artinya soal, masalah atau teka-teki. Juga berarti problematik, yaitu ketidaktentuan.

Problematika berasal dari kata problem yang dapat diartikan sebagai permasalahan atau masalah. Adapun masalah itu sendiri adalah “ suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik, agar tercapai hasil yang maksimal.28 Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problem berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.29

Sedangkan yang lain menyatakan bahwa problema/problematika merupakan suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.30 Masalah adalah sesuatu yang dipertanyakan dan sangat penting untuk dipecahkan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa problematika adalah berbagai persoalan yang belum dapat terselesaikan, hingga terjadi kesenjangan antara harapan dan

28 “Pengertian Masalah”

http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2020002-pengertian-masalah diakses pada tanggal 15 Februari 2017 pada pukul 10:51 WIB

29Depdikbud

, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), hal. 276

30Syukir

(52)

kenyataan yang dihadapi dalam proses pemberdayaan, baik yang datang dari individu, guru maupun dalam upaya pemberdayaan masyarakat Islami secara langsung dalam masyarakat.

2. Faktor-faktor Munculnya Problematika Pendidikan

Pembangunan pendidikan yang sudah dilaksanakan sejak Indonesia merdeka telah memberikan hasil yang cukup mengagumkan sehingga secara umum kualitas sumberdaya manusia Indonesia jauh lebih baik. Namun dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita masih ketinggallan jauh, oleh karena itu, upaya yang lebih aktif perlu ditingkatkan agar bangsa kita tidak menjadi tamu terasing di Negeri sendiri terutama karena terjajah oleh budaya asing dan terpaksa menari diatas irama gendang irang lain. Upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang relatif ringan. Hal ini di sebabkan dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup mendasar dan bersifat kompleks. Kita masih menghadapi sejumlah masalah yang sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan selanjutnya, ada beberapa masalah internal pendidikan yang dihadapi, antara lain sebagai berikut.

(53)

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kemiskinan.

b. Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam (IPA), matematika, serta bahasa terutama bahasa inggris padahal penguasaan materi tersebut merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek.

c. Rendahnya efisiensi internal karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.

d. Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang disebut dengan relev

Gambar

 Tabel 4.1
NO. Tabel 4.2 IJAZAH TERTINGGI
 Tabel 4.3 NO TINGKAT
Tabel 4.4

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa performansi forwarding pada BGP confederation selalu lebih unggul karena besarnya informasi routing yang ada di dalam tabel

Hasil perhitungan komposisi cuplikan dari analisis XRF memperlihatkan bahwa untuk satu kali deposisi pada tiga buah substrat, ketiga lapisan tipis yang terbentuk

Avrist Asya Equity (IDR): Dana investasi ini dikelola dengan menggunakan prinsip syariah dan diarahkan pada pencapaian hasil investasi yang lebih tinggi dengan tingkat risiko

Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada.. DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PPSE

Dari penyampain motivasi kepada karyawan yang baik serta pemberian kompensasi yang sesuai tentunya akan meningkatkan disiplin kerja bagi karyawan untuk bekerja

Berdasarkan posisi akhir partikel Mikroplastik menyebar dan mengenai perairan yang berpotensi memiliki biota, selanjutnya dilakukan kajian resiko ekologis berdasarkan

Aplikasi basisdata terintegrasi yang diterapkan di Institut Teknologi Padang yang meliputi akademik, keuangan dan kepegawaian/ Sumber Daya Manusia dapat diakses

1. Fase ini bertujuan untuk menetapkan strategi, visi, tujuan strategik, para bisnis eksekutif yang harus benar - benar dimengerti oleh para pelaku proyek BPM. Perlu dimengerti