• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PAKET EMOTIONAL COURAGE THERAPHY DALAM MENINGKATKAN ATENSI BEKERJA BAGI MAHASISWA BKI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PAKET EMOTIONAL COURAGE THERAPHY DALAM MENINGKATKAN ATENSI BEKERJA BAGI MAHASISWA BKI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN ATENSI BEKERJA BAGI MAHASISWA BKI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Riski Ariesta Eka Putri NIM. B03212022

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vii ABSTRAK

Riski Ariesta Eka Putri (B03212022), “Pengembangan Paket Emotional Courage

Theraphy dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa BKI

UIN Sunan Ampel Surabaya”.

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana bentuk paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (2) Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (3) Bagaimana evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI semester IV setelah melakukan pelatihan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (4) Bagaimana hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan dan kegunaan?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode Reseach and Development (R&D), dengan menggabungkan penelitian kualitatif den kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, observasi berupa evaluasi, refleksi, dan rekomendasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan skala penilaian yang berupa angket. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan panduan, Bagian kedua membahas tentang isi paket. Bagian ketiga berisi evaluasi, refleksi dan rekomendasi dari mahasiswa BKI Semester IV. Pada proses penelitian, penulis berperan sebagai fasilitator yang menyampaikan langsung materi pelatihan ECT. Diawali dengan membagikan angket pretest., penyampaian materi dan mengsi lembar refleksi. Selanjutnya di akhir kegiatan pelatihan ditutup dengan mengisi lembar kuisioner post-test, untuk mengetahui secara keseluruhan sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan ECT.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan dan kegunaan. Berdasarkan hasil scoring angket, nilai data tim uji ahli memperoleh hasil akhir 75%, maka paket yang dirancang memenuhi standar uji dengan kategori tepat. Kemudian berdasarkan data angket yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan ECT memberikan pengaruh yang signifikan bagi mahasiswa BKI semester IV dalam meningkatkan atensi bekerja.

(7)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Konsep ... 12

1. Paket ... 12

2. Emotional Courage Therapy (ECT) ... 13

3. Atensi ... 14

4. Mahasiswa ... 14

F. Spesifikasi Produk ... 15

G. Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 19

3. Jenis dan Sumber Data ... 19

4. Tahap-Tahap dalam Penelitian Pengembangan ... 21

5. Tahap Pengumpulan Data ... 23

6. TeknikAnalisi Data ... 26

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27

H. Sistematika Pembahasan ... 30

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 32

(8)

xiii

1. Emotional Courage Therapy (ECT) ... 32

a. Definisi ECT ... 32

b. Konsep Dasar ECT ... 35

c. Pelaksanaan Prosedur ECT ... 46

2. Atensi Bekerja ... 47

a. Definisi Atensi Bekerja ... 47

b. Pengembangan Atensi ... 50

c. Teori Karier ... 55

d. Islam dan Profesi (Motivasi Bekerja)... 58

3. Alternatif Terapi (ECT) untuk Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa ... 67

a. Kesiapan Bekerja... 67

b. Alat Ukur Atensi Bekerja ... 70

c. Training ECT... 75

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 79

BAB III : PENYAJIAN DATA ... 82

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 82

1. Latar Belakang UIN SunanAmpel Surabaya ... 82

2. Profil BKI UIN SunanAmpel Surabaya ... 84

3. Deskripsi Konselor ... 91

4. DeskripsiKonseli... 92

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 94

1. Deskripsi Proses Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ... 94

a. Proses Pelatihan ... 94

b. Pengelolaan Waktu Pelatihan ... 96

c. LokasiPelatihan ... 99

2. DeskripsiProses Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ... 100

(9)

xiv

BAB IV :ANALISIS DATA ... 110

A. Analisis Data Pengembangan Paket ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja Mahasiswa ... 110

1. Analisis Proses PelaksanaanPelatihan ECT ... 110

2. Analisis Hasil Pelatihan ... 113

B. Evaluasi, Refleksi, dan Rekomendasi dari Mahasiswa Setelah Melakukan Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja 116 C. Analisis Ketepatan, Kelayakan, dan Kegunaan Paket ... 120

D. Revisi Produk ... 123

BAB V :PENUTUP ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran ... 128

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data umum desaSpesifikasi Produk Pengembangan Paket Pelatihan

Emotional Courage

TherapydalamMeningkatkanAtensiBekerjabagiMahasiswa ... 18

Tabel 3.1 Daftar Nama Peserta Pelatihan ECT ... 94

Tabel 3.2 Pengelolaan Waktu ... 98

Tabel 4.1 Rekapitulasi Angket Pre-Test dan Post-test ... 112

Tabel 4.2 Paired Sample Statistik ... 112

Tabel 4.3 Paired Sample Korelasi ... 113

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia pada era globalisasi ini dihadapkan pada masalah perekonomian

terkait dengan ketenagakerjaan. Pada tahun 2015 Indonesia menjadi penentuan

bagi perekonomian, terutama dengan mulai berlaku efektifnya Masyarakat

Ekonomi Asia. Indonesia dapat menjadi pemenang, atau sebaliknya pecundang di

kawasan.1 Untuk mengatasi hal tersebut, maka yang harus diperhatikan adalah

kebijakan ke depan untuk menghadapi globalisasi tersebut melalui kesiapan

bekerja baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, maupun mental.

Dalam bidang ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi

para pencari kerja karena tersedianya lapangan pekerjaan dengan berbagai

kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi

keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa

jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi

para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang

diinginkan. Dengan terwujudnya komunitas Masyarakat Ekonomi Asean ini dapat

membuka mata semua pihak, bahwa kita mampu untuk meningkatkan

kepercayaan diri. Apabila memiliki kekuatan untuk bisa bangkit dan terus

1

Syprianus Aristeus, “Kesiapan Hukum Nasional dalam Menghadapi ASEAN Community 2015”,

(12)

menjaga kesinambungan stabilitas ekonomi yang sejak awal pemerintah Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono ini terus meningkat, maka angka kemiskinan dapat

ditekan seminim mungkin, dan progres dalam bidang ekonomi lainnya pun

mengalami kemajuan yang cukup signifikan.2

Salah satu permasalahan krusial bangsa Indonesia adalah masalah

ketenagakerjaan dimana tingkat permintaan tenaga kerja jauh lebih rendah dari

pasokan tenaga kerja yang ada. Lebih ironisnya lagi tingkat pertumbuhan

pengangguran terdidik mengalami lonjakan yang luar biasa. Belum lagi bila

dicermati tenaga kerja terdidik yang menempati posisi pekerjaan saat ini

cenderung lebih banyak lulusan sarjana yang bekerja bukan pada bidang

keahliannya. Ketidakcocokan keterampilan melalui jenis pekerjaan dan tingkat

keterampilan, perlu mempertimbangkan kelompok usia. Terutama karena masalah

pengangguran terbuka di kalangan muda menjadi masalah yang sudah lama

terjadi di Indonesia. Angka pengangguran terbuka di kalangan muda (15-24

tahun) termasuk tinggi di Indonesia, terutama kaum muda dengan tingkat

pendidikan sekunder. Jumlah kaum muda mencapai lebih dari 50 persen

penduduk yang menganggur dan sebagian besar kaum muda yang menganggur

belum pernah bekerja sebelumnya.3

2

Majalah Lentera News “Berdamai dengan (Ibu) Pertiwi (edisi 8 November 2014), (Jakarta: Lentera News, 2014), hal 6.

3

Miyamoto Michiko, Tren ketenagakerjaan dan sosial di Indonesia 2014 - 2015: Memperkuat

daya saing dan produktivitas melalui pekerjaan layak/Kantor Perburuhan Internasional, ( Jakarta:

(13)

Terkait dengan permasalahan tenaga kerja, mahasiswa saat ini dihadapkan

pada suatu pertanyaan penting yaitu: “apakah setelah lulus nanti menjadi bagian

dari solusi, atau bahkan menjadi bagian masalah baru dalam bidang

ketenagakerjaan bangsa ini?”. Ironis memang jika notabene mahasiswa yang

setelah lulus nanti sangat diharapkan menjadi solusi permasalahan bangsa ini,

justru yang terjadi sebaliknya akan menambah beban dan masalah baru.4

Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan pengertian dari tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang

dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Lebih lanjut dijelaskan pada Bab III Pasal 5, setiap tenaga kerja memiliki

kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Dalam

hal ini mahasiswa adalah termasuk salah satu individu yang berhak untuk bekerja

dan memperoleh penghasilan yang layak.5

Pengalaman kerja bagi mahasiswa bisa diperoleh dari bekerja paruh waktu

seperti yang sedang trend dikalangan mahasiswa saat ini. Bahkan banyak

perusahaan yang membuka peluang untuk bekerja paruh waktu bagi mahasiswa

yang masih aktif dalam kegiatan perkuliahan.

4

Husein Raya Aditama, Fenomena Mahasiswa yang Kuliah sambil Bekerja. (https://timetable258.wordpress.com/2012/12/14/fenomena-mahasiswa-yang-kuliah-sambil-bekerja/, 2014), Diakses, 29 Februari 2016, 6.25 PM).

5

(14)

Generasi muda sebagai penerus bangsa sangat diharapkan untuk dapat

berpartisipasi dalam pembangunan bangsa Indonesia ini, menjadi bangsa yang

mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat.

Dalam kondisi saat ini, dimana perubahan berlangsung sangat pesat dan penuh

ketidakpastian. Mahasiswa sebagai insan berpendidikan sudah seharusnya

memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat persoalan bangsa ini.

Masa mahasiswa adalah adalah masa dimana sangat dekat dengan rencana dan

impian yang akan dicapainya. Merujuk pada pendapat Ginzberg, Ginsburg,

Axerald, dan Herma tentang tiga tahapan perkembangan karir yang dibagi

menjadi tiga tahap pokok, yaitu: Tahap Fantasi (0-11 tahun) masa sekolah dasar;

Tahap Tentatif (12-18 tahun) masa sekolah menengah; dan Tahap Realistis

(19-25 tahun) masa perguruan tinggi. Tentunya mahasiswa termasuk dalam tahap

realistis, pada masa ini seseorang harus memfokuskan diri dengan

sungguh-sungguh pada karirnya agar semua yang telah direncanakan dan dipersiapkan

terealisasi dengan meraih karir yang gemilang. Mahasiswa tentunya mempunyai

peluang besar untuk sukses di karir manapun.6

Segala keterampilan hidup yang didapat dari belajar sangat berpengaruh

terhadap kehidupan individu, karena dengan belajar seseorang akan menemukan

teknik-teknik baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam

menghadapi persaingan kerja yang semakin ketat, tidak dapat dipungkiri bahwa

6

(15)

setiap mahasiswa dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan dan kecakapan

lebih yang dapat dijadikan modal untuk bersaing dengan individu-individu lain.

Dalam menjalani aktivitas belajarnya, hal penting yang berkenaan dengan

optimalisasi pemusatan kegiatan berpikir adalah atensi atau perhatian. Dengan

adanya atensi ketika dalam proses belajar, maka seseorang akan berusaha

memfokuskan diri dan pikirannya pada berbagai materi pelajaran, namun di saat

yang sama mengabaikan berbagai hal yang akan mengganggu jalannya proses

belajar tersebut.

Dengan adanya atensi dalam belajar menunjukkan adanya motivasi

berprestasi yang besar pada mahasiswa. Karena mahasiswa-mahasiswa yang

memiliki dorongan untuk berhasil lebih tinggi sebelum melakukan tugasnya

cenderung akan mempertimbangkan segala resiko yang dihadapi. Mereka tahu

betul bahwa setiap tugas atau pekerjaan yang dilakukannya tentu akan

mendapatkan penilaian atau evaluasi dari orang lain disekitarnya. Hal ini tentunya

akan berpengaruh kepada umpan balik yang akan didapat di kemudian hari. Oleh

karena itu di dalam menjalankan tugasnya akan dilakukan dengan cara-cara yang

kreatif dan inovatif serta dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi atas

apa yang mereka kerjakan.

Atensi mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi. Atensi

terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi indera menurun

(16)

merespon pekerjaan lainnya.7 Dalam menyusun rencana atau keputusan,

seseorang yang suasana hatinya bagus maka ia akan mempunyai persepsi yang

dapat membawanya kewawasan yang lebih luas dan cara berpikir yang lebih

positif.8

Sangat sulit untuk menyatukan dua pikiran dimana sebagian mahasiswa harus

memikirkan urusan perkuliahan sebagian lagi juga memikirkan urusan pekerjaan.

Keuntungan melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi adalah investasi jangka

panjang untuk karir. Kuliah sambil bekerja merupakan hal yang positif. Fakta

yang ada banyak mahasiswa yang prestasi akademiknya tetap baik dan mampu

bekerja dan memiliki pengalaman-pengalaman tambahan yang bermanfaat bagi

dirinya dan juga lingkungan sekitarnya.

Gagasan mengenai atensi didasarkan pada anggapan bahwa kemampuan

menilai manusia terbatas untuk bisa menerima stimulus dan informasi yang

jumlahnya sangat banyak dalam waktu bersamaan. Atensi memungkinkan

seseorang untuk menggunakan kemampuan mental tersebut secara bijaksana.

Dengan mengurangi tekanan stimulus dari luar (sensasi) maupun dari dalam

(memori dan pikiran) seseorang dapat menekankan stimulus yang menarik

baginya. Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk bisa memahami stimulus

7

Nugroho Wahjudi, Komunikasi dalam Keperawatan gerontik, (Jakarta:Buku Kedokteran EGD 2006), hal 19.

8

(17)

secara cepat dan akurat sehingga memungkinkan individu untuk meningkatkan

kemampuan memori terhadap informasi yang diabaikan.9

Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari atensi akan semakin besar jika

seseorang menjadikan proses-prosesnya disadari. Sebagai tambahan bagi semua

nilai atensi. Atensi yang disadari mengandung tiga tujuan saat memainkan peran

kausalnya bagi kognisi. Pertama, atensi membantu pemonitoran

interaksi-interaksi individu dengan lingkungan. Melalui pemonitoran seseorang

mempertahankan kesadaran tentang seberapa baiknya seseorang beradaptasi

dengan situasi yang didalamnya menemukan dirinya tersebut. Kedua, atensi

membantu seseorang mengaitkan masa lalu (memori) dan masa kini (pencerapan),

dan memberikan pemahaman tentang kontiniuitas pengalaman. Kontiniuitas ini

landasan bagi identitas kepribadian seseorang tersebut. Ketiga, atensi membantu

individu mengontrol tindakan-tindakan kedepan. Seseorang tersebut dapat

melakukannya berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemonitoran dan

pengaitan memori masa lalu dan pencerapan masa kini.10

Kebanyakan dari seseorang memutuskan telah gagal tanpa sekalipun

mencoba, sepertinya ketakutan telah membunuh rasa penasaran dan bahkan

mematikan harapan. Ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang seolah

9

Suryani, Psikologi Kognitif, (Surabaya:Dakwah Digital Pres 2007), hal 29.

10

(18)

up dengan logika benar-benar telah membuat seseorang merasa “lebih baik kalah

daripada mengambil kemungkinan untuk menang”.11

Mengatasi rintangan ini sulit membutuhkan keberanian emosional. Untuk

meminimalkan rasa takut dan kecemasan sebelum dan selama saat-saat kritis yang

memerlukan keberanian emosional sehingga seseorang dapat memaksimalkan

peluang untuk berani mengambil tindakan. Memiliki keberanian emosional

mencerminkan kemampuan untuk bangkit kembali dari kemunduran dan

tantangan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Guy Winch Ph. D.

bahwa :

Emotional courage is about a brief moment, a pivotal instant in time in which we take an action--we choose to heed our convictions, beliefs, and intentions and do what we know in our heads is good for us (instead of heeding our fears and

anxieties and continuing to avoid the situation). 12

Keberanian emosional adalah kondisi sesaat dan bersifat instan yang sangat

diperlukan pada saat seseorang mengambil keputusan atau tindakan tertentu

dengan memperhatikan keyakinan serta niat yang ada didalam pikiran bukan

menunjukkan ketakutan, kecemasan atau bahkan menghindari situasi tertentu.

Keberanian Emosional ini diistilahkan oleh peneliti dengan istilah Emotional

Courage Therapy, yang selanjutnya disingkat dengan ECT.

11

Felix Siauw, How To Master Your Habits, (Jakarta: Al-Fatih Pres, 2014), hal 136.

12

Guy Winch Ph. D. 2015. Seven Ways Boost Your Emotional Courage,

(19)

Melihat fenomena saat ini, dimana mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya masih sedikit yang berani untuk

meningkatkan atensinya masuk didalam dunia pekerjaan (menjalani dua tugas

sekaligus yakni kuliah sambil bekerja). Rata-rata mahasiswa BKI hanya

menjalankan kuliah sambil berorganisasi bahkan hanya menjalankan kuliah saja.

Mahasiswa BKI diharapkan mempunyai potensi lebih, mampu berpikir dan

mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya, belajar

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan berupaya untuk mewujudkan

kebaikan dan mengotrol dirinya dari kejelekan, berani mengeksplor diri

mengemukakan informasi diluar sana sebagai dasar perencanaan dan pembuatan

keputusan dimasa depan.

Melihat program bimbingan konseling ini memiliki kompetensi khusus dari

aspek psikologis, kepribadian, social masyarakat, dan menunjung tinggi nilai-nilai

islami. Konseling dilakukan oleh seorang ahli (profesional) yang mendapatkan

pendidikan dan pelatihan khusus tentang prinsip-prinsip dan teknik-teknik khusus

mengenai konseling.13 Salah satu ciri dasar untuk menjadi seorang “effective

helper” adalah “liking people”. Sangat penting bagi Konselor; bahwa seorang

konselor hendaknya mengalami sebagai klien pada suatu saat, karena pengenalan

terhadap diri bisa menaikkan tingkatan kesadaran diri (self awareness).

13

(20)

Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling, prinsip, teknik dan

landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan oleh mahasiswa bimbingan dan

konseling sebagai latihan dan pengalaman yang kemudian menjadi ciri dari

kepribadian dan penampilan konselor tersebut.14

Berangkat dari pemaparan diatas, peneliti mengangkat judul “Pengembangan

Paket Emotional Courage Therapy (ECT) dalam Meningkatkan Atensi Bekerja

bagi Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel

Surabaya”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penting adanya

sebuah buku paket yang bisa dijadikan panduan bagi mahasiswa khususnya

mahasiswa BKI semester 4 dalam meningkatkan atensinya bekerja. Oleh karena

itu, permasalahan penelitian difokuskan pada upaya untuk menyusun paket

pelatihan ECT kepada Mahasiswa BKI.

Adapun rumusan masalah secara rinci dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja

bagi mahasiswa ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi

bekerja bagi mahasiswa ?

14

(21)

3. Bagaimana evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI semester 4

setelah melakukan pelatihan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja

bagi mahasiswa ?

4. Bagaimana hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan

dan kegunaan ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Setiap penelitian yang dilakukan tentu memiliki tujuan agar penelitian

menjadi terarah. Adapun tujuan pada penelitian ini :

1. Menghasilkan paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi

mahasiswa

2. Menjelaskan proses pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi

mahasiswa

3. Menjabarkan hasil evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI

semester 4 setelah melakukan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi

bekerja mahasiswa

4. Mengetahui hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan

dan kegunaan

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan penelitian ini, peneliti berharap menghasilkan karya ilmiyah yang

(22)

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan

referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini lebih lanjut

2. Bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, mampu menambah khazanah

keilmuan serta menjadi panduan untuk melakukan pelatihan ECT dalam

meningkatkan atensi bekerja mahasiswa

3. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah pemahaman tentang konsep ECT

serta cara meningkatkannya sehingga bisa menjadi sebuah pedoman untuk

menjadi pembimbing, pendidik, dan pengasuh yang cerdas emosional dan

spiritual.

E. DEFINISI KONSEP

Peneliti perlu membatasi konsep yang diajukan dalam penelitian agar tidak

terjadi misspersepsi dan terhindar dari kesalah pahaman makna serta dapat

memudahkan dalam mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian. Adapun

definisi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Paket

Paket adalah media layanan bimbingan yang berisi seperangkat kegiatan

dengan prosedur kerja yang sistematis yang terdiri dari beberapa tema dimana

setiap tema diakhiri dengan refleksi dan rekomendasi.

Adapun judul paket yang dibuat oleh peneliti adalah “Emotional

Courage Therapy” (ECT). Buku paket ini terdiri dari empat bagian. Bagian

(23)

tentang isi dan pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari empat tema, yaitu

mebangun maindset keberanian, peningkatan kesadaran, keluar dari zona

aman, menampilkan keberanian dan kepercayaan diri. Bagian ketiga, berisi

tentang lembar evaluasi, refleksi dan rekomendasi terkait dengan buku paket

ini.

2. Emotional Courage Therapy (ECT)

ECT dicetuskan pertama kali oleh Ermanno Bergami, lahir di Italia.

Keberanian emosional adalah tentang sesaat, instan penting dalam waktu di

mana seseorang mengambil tindakan kemudian memilih untuk memperhatikan

keyakinan diri, dan memiliki niat untuk melakukan apa yang ada dalam pikiran

seseorang dengan tujuan yang postif baginya (bukan mengindahkan ketakutan

dan kecemasan dan terus menghindari situasi)15.

Keberanian emosional berarti seseorang akan meninggalkan zona

nyaman yang dulunya hidup di dunia yang lebih sempit dan tampaknya lebih

aman, dengan mengambil tindakan membesarkan hidupnya berada diluar

jangkauan seseorang tersebut demi mencapai tujuan tertentu yang lebih baik.

Ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki keberanian untuk menderita jika itu

memungkinkan seseorang tersebut untuk tumbuh dan hidup yang lebih besar.

15

Devorah F. Curtis, Effect of a quality of life coaching intervention on psychological

courage and self-determination, (International Journal of Evidence Based Coaching and Mentoring

(24)

3. Atensi

Atensi ialah proses mental berupa konsentrasi terhadap hal-hal yang

bersifat sensoris (mental event). Atensi merupakan sarana yang digunakan

untuk mengolah sejumlah informasi yang tersedia melalui indera, memori,

dan proses kognitif lainnya. Atensi ada kaitannya dengan kesadaran yaitu

apakah atensi dilakukan secara sadar atau tidak oleh organisme.16

Ada fungsi utama atensi sadar yaitu: pertama, deteksi sinyal, meliputi

vigilance (kewaspadaan), dan search (pencarian) dimana seseorang harus

menemukan kehadiran stimulus tertentu. Kedua, Selective attention (atensi

yang terseleksi), yaitu seseorang yang memiliki untuk menerima stimulus

tertentu dan mengabaikan yang lain. Ketiga, devided attention (atensi yang

terbagi) yaitu seseorang yang secara bijaksan membagi atensi untuk

menyelamatkan performasinya pada lebih dari satu tugas dalam satu waktu.17

4. Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar disekolah tingkat perguruan

tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana.

Mahasiswa adalah pemuda-pemuda yang berjiwa dinamis, yang terpelajar,

16

Suryani, Psikologi Kognitif, (Surabaya:Dakwah Digital Pres 2007), hal 29.

17

(25)

karena itu mengetahui persoalan yang dihadapi secara cepat yang pertama dan

utama adalah ialah mempersiapkan diri untuk suatu keahlian tertentu.18

Kehidupan social pada jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya

fungsi intelektual dan emosional. Sejumlah penelitian tentang emosi

menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh

faktor kematangan dan faktor remaja. Perkembangan intelektual

menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang

sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu

objek19

F. SPESIFIKASI PRODUK

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah

dijelaskan sebelumnya, maka penelitian pengembangan ini dirancang sedemikian

rupa, berguna, menunjang pencapaian tujuan, dan sistematis. Oleh karena itu

penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memiliki empat kriteria berikut

ini, yaitu:

1. Ketepatan yaitu isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan

prosedur paket. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat

validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan instrument skala

penilaian

18

Arief Budiman, Kebebasan, Negara, Pembangunan, (Jakarta:Pustaka Alfabet. 2006), hal 251.

19

(26)

2. Kelayakan yakni paket yang dikembangkan memenuhi persyaratan yang ada

baik dari sisi prosedur maupun pelaksanaannya.

3. Kegunaan yang dimaksud adalah paket yang dikembangkan memiliki daya

guna dan bermanfaat bagi mahasiswa dalam meningkatkan atensi bekerja

melalui ECT.

4. Respon Afeksi Positif yang dimaksud bahwa isi paket berpotensi

meningkatkan keberanian mahasiswa serta meningkatkan atensi bekerja

dengan menerapkan isi paket dalam kehidupan sehari-hari.20

Untuk lebih memperjelas, dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1.1

Spesifikasi Produk Pengembangan Paket Pelatihan Emotional Courage Therapy dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa

NO VARIABEL INDIKATOR INSTRUMEN PELAKSANA

1 Ketepatan

(accuracy)

a. Ketepatan obyek b. Ketepatan tujuan dan

prosedur

c. Kejelasan deskripsi tahap dan materi

d. Kesesuaian gambar dan materi

Angket/Wawancara Tim ahli

2 Kelayakan

(feasibility)

a. Prosedur Praktis

b. Keefektifan biaya, waktu, dan tenaga

Angket/Wawancara Tim ahli

3 Kegunaan

(utility)

a. Pemakai produk

b. Kualifikasi yang diperlukan c. Dampak paket pelatihan

terhadap mahasiswa

Angket/Wawancara Tim ahli/ Mahasiswa

4 Respon afeksi positif

Mahasiswa tertarik dengan paket dan menerapkannya. Wawancara Observasi Mahasiswa 20

Agus Santoso, Pengembangan Paket Pelatihan Interpersonal Skills melalui Ketrampilan

Komunikasi Konseling Bagi Mahasiswa BPI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, (Laporan Penelitian

(27)

Paket ECT dalam menigkatkan atensi bekerja mahasiswa ini terdiri dari

dua bagian, yaitu:

1. Bentuk Paket

Bentuk paket pelatihan ECT ini terdiri dari 4 tema, yaitu: 1). Maindset

Berani, 2). Kesadaran, 3). Percaya Diri, 4). Zona Aman

Tema-tema ini dibentuk dalam beberapa kegiatan dan tips untuk

mahasiswa dalam meningkatkan atensi. Selain itu, tema dilengkapi dengan

kata-kata motivasi disertai gambar yang memiliki korelasi sehingga diharapkan

mampu menambah ketertarikan mahasiswa.

2. Isi Paket

Isi paket pola bimbingan ini terdiri dari tiga bagian. Adapun rinciannya

sebagai berikut:

a. Bagian pertama menjelaskan panduan. Panduan ini terdiri dari tiga bagian,

yaitu; 1) Deskripsi Pelaksanaan, 2) Pelaksanaan Kegiatan, 3) Evaluasi

Kegiatan.

b. Bagian kedua membahas materi pelatihan yang terdiri dari empat tema

yaitu: 1). Maindset Berani, 2). Kesadaran, 3). Percaya Diri, 4). Zona Aman

c. Bagian ketiga diakhiri dengan evaluasi, refleksi dan rekomendasi.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan isi paket ini dirancang dengan menggunakan beberapa

(28)

tentang motivasi, kegiatan visualisasi, kemudian melakukan simulasi dengan

role play secara berpasangan, dan kegiatan melakukan refleksi dan penguatan

masing-masing dengan menuliskan pada selembar kertas yang berisi tentang

zona amannya sekarang, apa yang ingin dicapai, dan apa yang seharusnya

dicapai.

G. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

pemngembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tertentu. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk

menghasilkan produk tertentu yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk

menguji keefektifan produk tersebut agar berfungsi di masyarakat luas.21

Metode penulisan pengembangan ini telah banyak digunakan pada

ilmu pengetahuan teknologi seperti kendaraan, alat-alat kedokteran,

dikembangkan ,melalui penulisan pengembangan bisa juga digunakan dalam

bidang ilmu social, seperti psikologi, konseling, pendidikan, sosiologi,

manajemen, dan lain-lain.

Dalam rangka mencari data yang valid, maka penulisan ini disusun

dengan rancangan penulisan seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam

21

(29)

penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat berjalan

lancar sesuai dengan yang diharapkan penulis.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan jenis penulisan yang

bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara,

sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan skala penilaian

yang berupa angket. Dalam penulisan, penulis menggunakan penulisan

populasi yaitu mengambil sampel dari mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Jurusan BKI Semester IV. Desain produk harus diwujudkan

dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan dan menjadi pegangan

untuk menilai dan membuatnya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa

semester IV jurusan BKI di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan

Ampel Surabaya.

Sedangkan lokasi penelitian yaitu di ruang kelas yang berada di

gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

3. Jenis dan Sumber Data

a) Jenis Data

Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa

fakta dan angka, dengan kata lain segala fakta dan angka yang dijadikan

(30)

ditemukan jenis data dan sumber datanya. Adapun jenis data pada

penelitian ini adalah:

a. Data primer adalah data pokok dari penelitian ini, yaitu proses tepat

dalam pemberian pelatihan ECT bagi mahasiswa yang diambil dari

hasil observasi di lapangan, serta respon dari obyek penelitian yaitu

peserta pelatihan.

b. Data sekunder adalah data maupun informasi yang didapatkan oleh

peneliti secara tidak langsung melalui sumber pertama informan akan

tetapi melalui data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh

dengan mudah melalui membaca dan mengamati.22 Dalam penelitian

ini data sekunder diambil dari beberapa buku dan artikel tentang ECT

dan seluruh data yang berhubungan dengan ECT.

b) Sumber data

Untuk mendapatkan keterangan dan informasi, penulis

mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimadsud dengan sumber

data adalah subyek dari mana data diperoleh.23 Adapun sumber datanya

adalah :

22

Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 209.

23

(31)

1. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh

penulis di lapangan yaitu informasi dari peserta yakni mahasiswa

jurusan BKI semester IV yang telah mengikuti pelatihan.

2. Sumber data sekunder yitu segala informasi yang berbentuk literature.

4. Tahap-Tahap dalam Penelitian Pengembangan

Agar dapat memberikan pelatihan pengembangan paket ECT, tentunya

diperlukan sarana yang dapat membantu jalannya pelatihan ini, karena adanya

paket ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam meningkatkan atensi

bekerja. Dan prosedur-prosedur ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Tahap Pertama : Perencanaan

1) Mengkaji dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan

masalah-masalah perkembangan mahasiswa, baik yang berhubungan

dengan potensi diri dan meningkatkan atensi bekerja.

2) Menetapkan prioritas kebutuhan dengan mempertanyakan perlu

tidaknya pelatihan ECT dan aspek-aspek apa saja yang perlu

dikembangakan

b. Tahap Kedua : Pengembangan

1) Merumuskan tujuan yaitu mengembangkan emosi keberanian dalam

(32)

2) Menyusun naskah pengembangan dengan mempersiapkan materi yang

terdiri dari empat tema, yaitu: 1). Maindset Berani, 2). Kesadaran, 3).

Percaya Diri, 4). Zona Aman.

3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi mahasiswa agar

dapat mengikuti proses bimbingan dengan tepat sehingga peserta

penelitian dapat memahami target yang diinginkan setelah

diadakannya pelatihan. Adaput paket yang dikembangkan berupa

paket pengembangan Emotional Courage Therapy (ECT) dalam

meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa.

4) Menyusun strategi evaluasi pelatihan, mengingat pentingnya

mengetahui tingka keberhasilan paket ini, maka keberadaaan evaluasi

menjadi sangat penting. Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam

mengevaluasi layanan pelatihan yang diberikan dalam batas waktu

yang telah ditentukan. Hasil evaluasi ini dapat dipergunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan paket yang dikembangkan.

c. Tahap Ketiga : tahap Uji Coba

1. Tahap uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, baik

dari sisi isi maupun rancangannya. Kegiatan uji coba atau evaluasi ini

dilakukan dalam tiga tahap yaitu: uji ahli, uji kelompok kecil, dan uji

kelompok terbatas. Uji ahli bertujuan untuk mengetahui

(33)

kelompok kecil dan terbatas bertujuan untuk mengetahui keefektifan

perubahan produk yang dihasilkan dari uji ahli serta menentukan

tingkat pemahaman mahasiswa dalam pelatihan.

2. Merevisi produk yaitu kegiatan terakhir dari proses pengembangan ini

dimana dari hasil perolehan data dan pelatihan yang dilakukan oleh uji

ahli dan uji kelompok kecil dan terbatas dapat dianalisa untuk dijadikan

bahan penyempurnaan produk.24

5. Tahap Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati peserta

pelatihan (mahasiswa) meliputi: kondisi peserta, kegiatan peserta, dan

proses pelatihan sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan dengan

tujuan agar dapat membedakan aktifitas para informan sebelum dan

sesudah pelatihan.

24

(34)

b. Wawancara

Wawancara merupakan alatre-checking atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan sebelumnya. Teknik wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara.

Pada sesi wawancara ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada

mahasiswa yang mengikuti pelatihan tersebut, yaitu menanyakan tentang

respon dan tanggapan peserta dengan diadakannya pelatihan

menggunakan paket ECT, melalui beberapa pertanyaan apakah materi

yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk meningkatkan

atensi bekerja, kemudian bagaimana respon peserta terhadap paket

panduan yang diberikan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

(35)

hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya

karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.25

Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk mendapat

gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: luas wilayah penelitian,

jumlah peserta penelitian, batas wilayah, kondisi geografis di sekitar

Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Termasuk juga foto-foto pada saat

peserta melakukan pelatihan.

d. Angket

Angket cukup popular dalam istilah penelitian social dan pendidikan

instrument ini sering juga disebut kuisioner. Dalam angket terdapat

beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian

yang hendak di pecahkan, disusun, dan disebarkan oleh responden untuk

memperoleh informasi di lapangan.

Dalam penelitian ini penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan

tertulis yang berhubungan dengan keefektifan dari paket yang dihasilkan

dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti peneliti menyiapkan angket

berupa: 1). Pre-test, dengan beberapa pertanyaan tentang potensi

mahasiswa dalam meningkatkan keberanian, 2). Post-test angket ini

diberikan setelah mahasiswa mendapatkan materi pada saat pelatihan,

sehingga dapat diketahui perkembangannya.

25

(36)

6. Teknik Analisi Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu.26 Analisis ini bertujuan agar peneliti memperoleh suatu hasil

temuan dari lapangan sesuai dengan focus permasalahan dalam penelitian ini.

Prosedur utama dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari tiga langkah,

yaitu:

a. Melakukan Analisa Produk yang akan dikembangakan

Model pengembangan ini dimulai dari pengumpulan informasi dan

data. Informasi yang dibutuhkan adalah perlu tidaknya pelatihan paket

ECT dan bagian mana yang perlu dikembangkan.

b. Pengembangan Produk Awal

Model pengembangan dirancang dalam format dan tahapan yang jelas,

sederhana, dan sistematis, sehingga tidak terlalu rumit dilaksanakan.

c. Uji Coba lapangan dan Revisi Produk

Pengembangan paket dalam model ini memiliki tahapan khusus yang

berbentuk uji lapangan dan revisi produk, sehingga melalui penilaian dan

revisi atas produk pengembangan, akan dihasilkan produk yang efektif

dan tentunya diharapkan menarik bagi para penggunanya.

26

(37)

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam

penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif untuk mendapatkan

kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini, peneliti memakai keabsahan

data sebagai berikut:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.

Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti turut serta dilapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu

dilakukan maka akan membatasi:

1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.

2) Membatasi kekeliruan peneliti.

3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa

atau pengaruh sesaat.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi

dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan

dan tentative, mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari

(38)

Ketekunan pengamatan bermadsud menemukan ciri-ciri atau

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara

rinci.

Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci

secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian

menelaah secara rinci sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah

satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang

biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar peneliti mampu

menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentative dan

penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat

macam yakni:

1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah

penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda

untuk mengumpulkan data yang sejenis.

2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud

(39)

simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji

validitasnya dari beberapa peneliti.

3) Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), jenis

trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan

mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau

metode pengumpulan data yang berbeda.

4) Trianggulasi teoretis (theoretical triangulation), trianggulasi ini

dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu

teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah

trianggulasi data dan trianggulasi metode. Dalam trianggulasi data atau

sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data

dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada dilapangan

diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat

dilakukan dengan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara

2) Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatan orang-orang tentang situasi

(40)

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang

berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang

pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa

pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik

pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan

peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan

teknik observasi, dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi

kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data diperoleh

benar-benar akurat. Dalam skripsi ini kualitatif yang mendominasi,

sedangkan kuantitatif sebagai pelengkap data yang dibutuhkan maka

keabsahan pengumpulan data lebih fokus pada kualitatif.

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penelitian ini membutuhkan pembahasan yang sistematis agar lebih mudah

dalam memahami. Oleh karena itu, penulis menyusun penelitian ini ke dalam

lima bab pembahasan. Adapun sistematika pembahasan tersebut secara umum

(41)

Bab I Pendahuluan, merupakan bagian awal dari penelitian yang dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam memahami keseluruhan dari pembahasan. Bab

ini berisi beberapa sub bagian yaitu; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan dan Manfaat Penelitian, Spesifikasi Produk, Keterbatasan Penelitian

Pengembangan, Definisi Operasional dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang membahas tentang kajian teoritik

yang meliputi: ECT, membahas teori-teori yang yang mendasari ECT, pengertian

atensi , dan. Selain itu, bab ini juga berisi penelitian terdahulu yang relevan.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas tentang Rancangan

Penelitian, Subjek dan Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur

Penelitian dan Pengembangan

Bab IV Paparan Hasil Penelitian Pengembangan. Bab ini merupakan

paparan hasil penelitian pengembangan, yang meliputi Deskripsi Produk, Proses

Pelaksanaan Pelatihan ECT pada mahasiswa, Evaluasi, Refleksi, dan

Rekomendasi, Hasil Uji Kelayakan Paket, dan Analisis Data.

(42)

32

BAB II

EMOTIONAL COURAGE THERAPY (ECT) DAN ATENSI BEKERJA

A. Kajian Teoritik

1) Emotional Courage Therapy (ECT)

a. Definisi ECT

Manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi. Emosi

adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang

jelas pada tubuh. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku

yang mengarah (approach) atau menyingir (avoidance) terhadap sesuatu.

Emosi secara teoritis dapat memotivasi tindakan atau perilaku.27

Setiap emosi pada dasarnya adalah adalah dorongan untuk bertindak,

rencana seketika untuk mengatasi masalah. Setiap emosi memainkan peran

khas, sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologis. Kekuatan emosional

mencerminkan kemampuan seseorang untuk bangkit kembali dari

kemunduran dan tantangan dalam jangka pendek dan panjang. Emosi

berperan penting dalam kehidupan. Emosi adalah penyambung hidup bagi

kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara mendalam menghubungkan

seseorang dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, serta dengan alam

dan kosmos. Emosi memberi tahu seseorang tentang hal-hal yang paling

27

(43)

utama bagi diri sendiri dan masyarakat, nilai-nilai kegiatan, dan kebutuhan

yang memberi kita motivasi, semangat, kendali diri, dan kegigihan. Dalam

Internasional Jurnal of Evidence Based Coaching Intervention on

Psycholgical Courage and Self-Determination, oleh Devorah F. Curtis

(University San Fransisco):

Courage has been defined as an extreme expression of motivation and commitment and is often associated with self-determination, faith, hopefulness, and perseverance when striving toward something of inherent value while experiencing fear

(Baumann, 2007; Jablin, 2006). 28

Keberanian didefinisifan sebagai ungkapan yang hebat dari motivasi

dan komitmen yang sering dikaitkan dengan ketepatan hati , kepercayaan,

harapan, dan kegigihan untuk melawan ketakutan yang melekat pada diri.

Psychological courage is described as “the psychological energy involved in confronting destructive habits, irrational anxieties and fears, and hearing the truth in daily life” (Putnam,

1997: 2). 29

Keberanian psikologis digambarkan sebagai "energi psikologis yang

terlibat dalam menghadapi kebiasaan yang merusak, kecemasan irasional dan

ketakutan, dan mendengar kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.

Hannah, Sweeney & Lester. (2007) state that courageous actions require emotional and cognitive skills, not will alone. Hannah et al. (2007) further theorized that building positive emotional skills to reduce associations

28

Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional. (Bandung:Penerbit Kaifa, 2000), hal 19.

29

Devorah F. Curtis. Effect of a quality of life coaching intervention on psychological

courage and self-determination. (International Journal of Evidence Based Coaching and Mentoring

(44)

of fears may be an essential step before demonstrating courageous actions

and autonomous motivation. 30

Hannah, Sweeney & Lester menyatakan bahwa, tindakan berani

memerlukan ketrampilan emosional dan kognitif, dan membangun

ketrampilan emosional yang positif untuk mengurangi bentuk ketakutan dan

merupakan langkah penting sebelum menunjukkan tindakan yang berani dan

motivasi otonomi (mengurus kebutuhan sendiri).

Keberanian emosional adalah tentang sesaat dan instan, penting dalam

waktu di mana seseorang mengambil tindakan kemudian memilih untuk

memperhatikan keyakinan diri, dan memiliki niat untuk melakukan apa yang

ada dalam pikiran seseorang dengan tujuan yang postif baginya (bukan

mengindahkan ketakutan dan kecemasan dan terus menghindari situasi).

Keberanian emosional berarti seseorang akan meninggalkan zona

nyaman yang dulunya hidup di dunia yang lebih sempit dan tampaknya lebih

aman, dengan mengambil tindakan membesarkan hidupnya berada diluar

jangkauan seseorang tersebut demi mencapai tujuan tertentu yang lebih baik.

Ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki keberanian untuk menderita jika

itu memungkinkan seseorang tersebut untuk tumbuh dan hidup yang lebih

besar.

30

Hannah, Sweeney & Lester, The Use of Awerness, Courage, Therapeutic Love, and

Behavioral Interpretation in Functional Analytic Psyco Therapy, (International Journal of Evidence

(45)

b. Konsep Dasar ECT

ECT dicetuskan pertama kali oleh Ermanno Bergami, lahir di

Italia. ECT dikembangkan melalui lima pendekatan teori konseling dan

psikoterapi yaitu teori kognitif, teori behavioral, CBT (Cognitive

Behavioral Theraphy), teori realitas dan teori gestalt. ECT menurut

penulis adalah sebuah teknik terapeutik yang berusaha untuk

mengembangkan kompetensi diri yang bersifat keberanian. Dibutuhkan

banyak energi untuk menekan rasa takut dan keraguan yang ada dalam

pikiran dengan berusaha dan melatih rasa keberanian. Keberanian

didasarkan pada "bertindak dari hati", membiarkan hati dan perasaan

mendorong untuk melakukan suatu tindakan atau aksi. Karena pada

dasarnya emosi keberanian itu akan muncul secara simultan dari

pengalaman seseorang. Keberanian emosional terbentuk dalam diri

seseorang melalui proses pengalaman lama (menakutkan dan

menyakitkan), dan sesuatu yang terjadi pada diri bermula dari

menghindari rasa sakit, rasa malu, kesedihan, dan kecemasan. Untuk

selanjutnya beberapa pendekatan tersebut terkait dengan ECT,

sebagaimana berikut:

1) Teori Kognitif

Terapi kognitif ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan

(46)

oleh bagaimana seseorang tersebut membentuk dunianya dengan

berpikir lebih realistik, menentukan bagaimana perasaan dan

reaksinya. Pikiran akan memberikan rangkaian kejadian didalam

kesadarannya. Terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi,

memperbaiki gejala perilaku yang tidak sesuai dan fungsi kognitif

yang terhambat.31

Teknik terapi kognitif berorientasi pada bagaimana pikiran

dapat memberikan kontribusi yang tepat dalam mengenali pikiran

negatif yang muncul, dan dalam memberikan keseimbangan

emosional. Kesimbangan emosional dapat dihasilkan melalui persepsi

individu dalam memberi penilaian terhadap setiap deretan peristiwa

yang telah dilewati dalam dunia ini. Semua penilaian tentang setiap

peristiwa tersebut tergantung dari self talking individu dengan

pikirannya, yang disebut dengan dialog internal, sehingga apa pun

tanggapan dari pikiran tersebut tergantung dari seberapa baik individu

tersebut mengenal sederetan dari setiap peristiwa positif maupun

negatif yang berada didalam pikirannya, sehingga penilaian tersebut

pada akhirnya akan menghasilkan suatu perasaan atau mood yang

diciptakan secara otomatis dari pikiran-pikiran inividu tersebut.32

31

Prof. Dr. Singgih Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri, 2011), hal 227.

32

(47)

Tindakan manusia timbul berdasarkan stimulus-stimulus yang

diterima dan diubah menjadi tanda atau symbol-simbol yang

digunakan dalam otak dan tersimpan dalam ingatan (memori) dan akan

direproduksi kembali apabila diperlukan, kemudian memberikan

reaksi dan akhirnya terjadi pembentukan atau perubahan perilaku.

Individu aktif dalam mempersepsikan, meningat, mereproduksi,

pengolahan informasi, menafsirkan, dan mengambil keputusan.33

2) Teori Behavioral

Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification)

adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar

(learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi

seperti; depresi (depression), kecemasan (anxiety disorders), ketakutan

(phobias), dengan memakai tehnik yang didesain untuk menguatkan

kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang

tidak diinginkan.

Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh

perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Tempat kedudukan atau

faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama

menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula dari individu

33

(48)

tersebut. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik

yang digunakan untuk mengontrol perilaku, antara lain: 34

1. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional

condition). Skinner menyatakan, terkadang untuk mengubah

kondisi emosional dalam diri. Misalnya, beberapa orang

menggunakan teknik meditasi untuk mengatasi stress.

2. Melakukan respon-respon lain (performing alternative respons).

Menurut Skinner, seseorang menahan diri dari melakukan perilaku

yang berdampak pada hukuman dengan melakukan hal lain.

Misalnya,

3. Menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement).

Salah satu teknik yang digunakan untuk mengendalikan perilaku,

menurut Skinner adalah positive self reinforcement. Seseorang

menghadiahi diri sendiri dengan menonton film bagus dibioskop.

4. Menghukum diri sendiri (punishment).

Pendekatan behavioral menganggap perilaku seseorang dengan

segala aspeknya saat ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini

diperoleh dalam interaksinya dengan dunia luar. Manusia dalam

keadaan khusus, dianggap sebagai “objek” yang dapat diberlakukan

dan dapat diubah sesuai keinginan dari individu tersebut.

34

(49)

Konseling dan terapi behavior adalah hasil dari belajar. Semua

individu adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta

lingkungan. Terapi behavior, pada dasarnya merupakan proses

penghapusan hasil belajar yang salah dengan memberikan

pengalaman-pengalaman belajar baru yang didalamnya mengandung

respon-respon yang layak yang belum dipelajari.

Terapi behavior sebagai teknik khusus yang mempergunakan

dasar psikologi (khususnya proses belajar) untuk mengubah perilaku

seseorang secara kuantitatif. Perilaku yang diubah ini, adalah perilaku

yang tidak sesuai (maladaptive) yang mengganggu perkembangan dan

pertumbuhan dalam pribadi seseorang. Kata perilaku diinterpretasikan

luas, meliputi respon yang tidak terlihat seperti emosi yang dapat

diketahui secara khusus dan yang ada kaitannya dengan perilaku yang

nampak pada pribadi seseorang. Teknik yang dipakai dalam terapi

perilaku adalah: relaksasi, pengebalan (desensitisasi) sistematik,

latihan kepekaan, peniruan melalui model, kondisioning aktif

(operant), penguasaan diri (termasuk “biofeedback”), kejenuhan,

kondisioning melalui penolakan (aversion).35

Timbulnya masalah perilaku karena ada sesuatu gejala didalam

kepribadian seseorang yang mempengaruhi diri pribadi seseorang

35

(50)

tersebut, sehingga menimbulkan berbagai kesulitan, antara lain

kesulitan untuk menyesuaikan diri, tidak bisa menerima keadaan baik

didalam maupun diluar dirinya. Terapi perilaku telah berhasil dalam

berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu

yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah

digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk

gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai

contohnya, konflik neurotik, gangguan kepribadian).

3) Terapi Kognitif Behavioral (CBT)

Terapi kognitif-behavioristik mendasarkan pada penggabungan

antara tiga pendekatan terhadap manusia, yakni pendekatan biomedik,

intrapsikis, dan lingkungannya. Ini adalah campuran dari terapi

kognitif dan perilaku. Usaha untuk mengubah perilaku yang nyata

dengan mengubah pikiran, interpretasi, dugaan, strategi, dalam

memberikan respon.

Prinsip dasar dari CBT adalah bahwa cara seseorang berpikir

dalam situasi tertentu mempengaruhi emosional dan fisik, serta

mengubah perilakunya. Setiap orang akan memiliki cara berpikir

sendiri, respon individu terhadap peristiwa tertentu. Kunci dari CBT

adalah untuk mengidentifikasi pikiran yang paling penting, perasaan

(51)

tanggapan tersebut rasional dan bermanfaat. CBT bekerja pada asumsi

bahwa keyakinan mempengaruhi emosi dan perilaku dengan

mengidentifikasi dan mengatasi pikiran bermasalah dapat membantu

seseorang untuk mengubah perilaku menjadi pengalaman yang lebih

baik. CBT dapat memaksimalkan pada akal sehat dan membantu

seseorang untuk melakukan hal-hal sehat yang kadang-kadang dapat

melakukannya secara alami dan tanpa berpikir dan meningkatkan

secara teratur.36

4) Teori Realitas

Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada

tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta

mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien

menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar

tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti Terapi

Realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi. Istilah terapi

realitas pertama kali dicetuskan oleh William Glesser berprofesi

sebagai konsultan psikiatri di salah satu lembaga di California pada

tahun 1956, yang dituangkan didalam bukunya berdasarkan dari

pengalaman dan pokok-pokok pikirannya.

36

(52)

Terapi Realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan

prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang

dalam mencapai suatu “ identitas keberhasilan“. Terapi Realitas adalah

suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena dalam

penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang

tidak ketat. Salah satu sebab mengapa Glasser meraih popularitas

adalah keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah konsep

modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang relatif sederhana

dan tidak berbelit-belit.37

Terapi realitas memusatkan perhatian pada perbuatan atau

tindakan saat ini dan pikiran yang menjadi dasarnya, bukan pada

pemahaman, perasaan, dan pengalaman yang sudah lewat atau

ketidaksadaran. Terapi realitas bertujuan untuk memberikan

kemungkinan dan kesempatan kepada klien, agar ia bisa

mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimiliki untuk

menilai perilakunya sekarang, dan apabila perilakunya tidak dapat

memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka perlu memperoleh perilaku

baru yang lebih efektif.38 Tujuan dari terapi realitas adalah:

37

Gerald Corey, Konseling & Psikoterapi Teori Dan Praktek, (Bandung : Refika Aditama, 2005), hal. 269.

38

(53)

1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya

dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul

segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan

keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian

kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan

nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.

5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas

kesadaran sendiri.

5) Teori Gestalt

Dalam terapi gestalt, pandangan terhadap hakikat manusia

denga kemanusiannya adalah sebagai berikut:

a. Manusia adalah adalah keseluruhan dari komposisi bagian-bagian

yang saling berhubungan seperti emosi, pikiran, perasaan,

pengamatan yang tidak dapat dipisahkan.

b. Dalam hal ini manusia adalah “aktor” bukan “reaktor”. Manusia

(54)

luar dan dari dalam dan menyadari kemampuannya dan melakukan

pilihan.

c. Manusia memliki kemampuan yang meyakinkan untuk

menentukan arah kehidupannya.

Sasaran utama terapi gestalt adalah memperkuat penyadaran

(awareness) yang akan mengingatkan arti kehidupannya secara

penuh, disini dan sekarang (here and now). Penyadaran ini

meliputi pengetahuannya terhadap lingkungan, tanggung jawab

terhadap pilihannya, pengetahuan terhadap diri sendiri, penerimaan

terhadap diri sendiri dan kemampuan untuk berhubungan dengan

lingkungan. Disamping itu tujuan lain adalah untuk mengajar

seseorang agar bisa mencapai integrasi diri yang memungkinkan

bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan mandiri.

Mekanisme penerapan dan tujuan dalam ECT

Dalam menghadapi dunia kerja yang diperlukan adalah kognisi,

keterampilan, dan mental. Khususunya bagi para mahasiswa untuk

kesiapannya dalam menghadapi dunia kerja dengan menyiapkan

mental, berlatih serta mencoba terjun langsung di dunia pekerjaan

(55)

Bagan 2.1 ECT dan Target Atensi

Target ECT yang paling utama adalah memusatkan target

atensinya pada mental, dengan membentuk mental dan penguatan

emosi keberanian. Mental adalah hal yang paling utama dalam diri

yaitu langkah awal memulai suatu pekerjaan yang belum pernah

dilakukan sebelumnya. Apabila mental sudah terbentuk maka kognsi

dan keterampilan akan menjadi satu kesatuan yang akan membentuk

karakter diri.

Dalam pelaksanaan ECT ini bertujuan untuk meningkatkan

keberanian mahasiswa dalam mengambil keputusan, yakni melakukan

dua kegiatan sekaligus kuliah sambil bekerja. Fokus dalam kedua hal

sekaligus yakni kuliah dan bekerja. Kognisi

Mental Keterampilan

(56)

Emotional Courage Therapy ini tidak hanya meningkatkan

keberanian saja melainkan membantu membangun keyakinan untuk

melangkah kearah yang lebih baik (keluar dari zona aman).

c. Pelaksanaan Prosedur ECT

Setelah mempelajari teori kognitif, behavioral, CBT, realitas, dan

gestalt penulis menyimpulkan bahwa ECT adalah sebuah proses belajar

seseorang melalui self talking (dialog internal) untuk membentuk

keyakinan yang dapat mempengaruhi emosi, sehingga membentuk

perilaku dan pengalaman yang lebih baik (adaptive/ appropriate

behavior)

Proses belajar seseorang tersebut bisa dilakukan dengan cara

Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional condition),

untuk mengubah kondisi emosional dalam diri. Dengan visualisasi dan

meditasi untuk mengatasi stress. Menguatkan diri secara positif (positive

self reinforcement) dengan menghadiahi diri sendiri apabila telah berhasil

menjalankan komitmennya dengan baik dan Menghukum diri sendiri

(punishment) apabila melanggar apa yang menjadi komitmennya agar

bisa mengendalikan perilaku yang tidak sesuai.

Atensi yang dimadsud disini adalah proses mental yang diawali

melalui pengamatan inderawi yang tersimpan dalam memori seseorang

(57)

masa lampau dan masa kini, serta mengontrol dan merencanakan

tindakan yang akan dilakukan.

Ada fungsi utama atensi sadar yaitu:

pertama, deteksi sinyal, meliputi vigilance (kewaspadaan), dan

search (pencarian) dimana seseorang harus menemukan kehadiran

stimulus tertentu.

Kedua, Selective attention (atensi yang terseleksi), yaitu seseorang

yang memiliki untuk menerima stimulus tertentu dan mengabaikan yang

lain.

Ketiga, devided attention (atensi yang terbagi) yaitu seseorang yang

secara bijaksana membagi atensi untuk menyelamatkan performasinya

pada lebih dari satu tugas dalam satu waktu. Umumnya, pekerjaan yang

stimultan dari beberapa tugas terkontrol. Dengan latihan orang mampu

melakukan lebih dari satu tugas terkontrol secara stimultan, bahkan

dalam tugas yang melibatkan pemahaman dan pengambilan keputusan. 39

2) Atensi Bekerja

a. Definisi Atensi Bekerja

Atensi ialah proses mental berupa konsentrasi terhadap hal-hal

yang bersifat sensoris (mental event). Atensi merupakan sarana yang

digunakan untuk mengolah sejumlah informasi yang tersedia melalui

39

(58)

indera, memori, dan proses kognitif lainnya. Informasi didapatkan dari

penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi

membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang

kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan tertentu

mental event

1. mempersepsi: persepsi merupakan suatu proses menginterprestasi atau

menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia.

Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca

tulisan, atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan

interprestasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan

dengan hal-hal itu. persepsi sangat bergantung pada pengetahuan

serta pengalaman, dari perasaan, keinginan dan dugaan-dugaan.

2. mengingat, Stimulus yang diterima oleh sistem indera tubuh kemudian

diterima manusia sebagai informasi dan disimpan dalam ingatan

sensori. Ingatan ini memengaruhi persepsi manusia dan kemudian

menjadi ingatan kerja (ingatan jangka pendek). Informasi baru dijaga

dalam ingatan dengan adanya proses mental dan kemudian disimpan

dalam ingatan jangka panjang.

3. merencanakan tindakan, Setiap pekerjaan yang kita lakukan harus

memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya dilakukan

(59)

akhir akan dicapai. Dengan adanya tujuan akan menjadikan semangat

untuk melakukan suatu pekerjaan, fokus sekaligus melakukan

tindakan-tindakan bertahap yang diperlukan agar tujuan tersebut

dapat terwujud.

4. melakukan tindakan Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat

dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan

frekuensi melakukan tindakan tersebut. Proses terkendali biasanya

dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk

dapat

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Nama Peserta Pelatihan ECT ................................................................
Spesifikasi Produk Pengembangan Paket Pelatihan Tabel 1.1 Emotional Courage Therapy dalam
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Pengelolaan waktu kegiatan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut, mengingat penelitian ini mempelajari kompetensi komunikasi penutur asli dalam hal pemakaian strategi pembentengan dalam artikel penelitian ilmiah

basis data, adalah penting bahwa kita pertama mengidentifikasi batasan-batasan sistem yang ada dan bagaimana sistem tersebut dapat menghubungkan dengan bagian lain yang

Dengan membuat upper dan lower duration, kita bisa membuat beberapa pilihan mengenai apa saja yang akan kita lakukan pada proyek ini sehingga proyek ini bisa

Perolehan emas metode amalgamasi langsung yang rendah (<60 %) ini juga menimbulkan masalah pencemaran air sungai dari merkuri dan logam-logam berat, pemborosan

Konsentrasi dan tekanan oksigen lebih besar dalam alveolus dari pada dalam kapiler sehingga terjadi difusi dan filtrasi lewat membran pernapasan dari alveolus ke

baik, walaupun masih banyak kekurangan dibeberapa titik dari rantai nilai perusahaan. Rantai nilai produk olahan susu segar Cimory secara keseluruhan terdiri dari

Masyarakat saat ini menganggap media komunikasi mobile sebagai kebutuhan yang sangat praktis dalam penggunaanya. Hal ini sangat berbanding lurus dengan berkembangnya

Meskipun grafik menunjukkan bahwa nilai prediksi inflasi tidak sama persis dengan nilai aktual inflasi, tetapi pergerakan kurva estimasi memiliki kecenderungan