MENINGKATKAN ATENSI BEKERJA BAGI MAHASISWA BKI UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Riski Ariesta Eka Putri NIM. B03212022
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
vii ABSTRAK
Riski Ariesta Eka Putri (B03212022), “Pengembangan Paket Emotional Courage
Theraphy dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa BKI
UIN Sunan Ampel Surabaya”.
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana bentuk paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (2) Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (3) Bagaimana evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI semester IV setelah melakukan pelatihan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa? (4) Bagaimana hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan dan kegunaan?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode Reseach and Development (R&D), dengan menggabungkan penelitian kualitatif den kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, observasi berupa evaluasi, refleksi, dan rekomendasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan skala penilaian yang berupa angket. Paket produk pengembangan ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama menjelaskan panduan, Bagian kedua membahas tentang isi paket. Bagian ketiga berisi evaluasi, refleksi dan rekomendasi dari mahasiswa BKI Semester IV. Pada proses penelitian, penulis berperan sebagai fasilitator yang menyampaikan langsung materi pelatihan ECT. Diawali dengan membagikan angket pretest., penyampaian materi dan mengsi lembar refleksi. Selanjutnya di akhir kegiatan pelatihan ditutup dengan mengisi lembar kuisioner post-test, untuk mengetahui secara keseluruhan sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan ECT.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan dan kegunaan. Berdasarkan hasil scoring angket, nilai data tim uji ahli memperoleh hasil akhir 75%, maka paket yang dirancang memenuhi standar uji dengan kategori tepat. Kemudian berdasarkan data angket yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah dilakukannya pelatihan ECT memberikan pengaruh yang signifikan bagi mahasiswa BKI semester IV dalam meningkatkan atensi bekerja.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Definisi Konsep ... 12
1. Paket ... 12
2. Emotional Courage Therapy (ECT) ... 13
3. Atensi ... 14
4. Mahasiswa ... 14
F. Spesifikasi Produk ... 15
G. Metode Penelitian ... 18
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 18
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 19
3. Jenis dan Sumber Data ... 19
4. Tahap-Tahap dalam Penelitian Pengembangan ... 21
5. Tahap Pengumpulan Data ... 23
6. TeknikAnalisi Data ... 26
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 27
H. Sistematika Pembahasan ... 30
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 32
xiii
1. Emotional Courage Therapy (ECT) ... 32
a. Definisi ECT ... 32
b. Konsep Dasar ECT ... 35
c. Pelaksanaan Prosedur ECT ... 46
2. Atensi Bekerja ... 47
a. Definisi Atensi Bekerja ... 47
b. Pengembangan Atensi ... 50
c. Teori Karier ... 55
d. Islam dan Profesi (Motivasi Bekerja)... 58
3. Alternatif Terapi (ECT) untuk Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa ... 67
a. Kesiapan Bekerja... 67
b. Alat Ukur Atensi Bekerja ... 70
c. Training ECT... 75
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 79
BAB III : PENYAJIAN DATA ... 82
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 82
1. Latar Belakang UIN SunanAmpel Surabaya ... 82
2. Profil BKI UIN SunanAmpel Surabaya ... 84
3. Deskripsi Konselor ... 91
4. DeskripsiKonseli... 92
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 94
1. Deskripsi Proses Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ... 94
a. Proses Pelatihan ... 94
b. Pengelolaan Waktu Pelatihan ... 96
c. LokasiPelatihan ... 99
2. DeskripsiProses Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya ... 100
xiv
BAB IV :ANALISIS DATA ... 110
A. Analisis Data Pengembangan Paket ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja Mahasiswa ... 110
1. Analisis Proses PelaksanaanPelatihan ECT ... 110
2. Analisis Hasil Pelatihan ... 113
B. Evaluasi, Refleksi, dan Rekomendasi dari Mahasiswa Setelah Melakukan Pelatihan ECT dalam Meningkatkan Atensi Bekerja 116 C. Analisis Ketepatan, Kelayakan, dan Kegunaan Paket ... 120
D. Revisi Produk ... 123
BAB V :PENUTUP ... 124
A. Kesimpulan ... 124
B. Saran ... 128
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data umum desaSpesifikasi Produk Pengembangan Paket Pelatihan
Emotional Courage
TherapydalamMeningkatkanAtensiBekerjabagiMahasiswa ... 18
Tabel 3.1 Daftar Nama Peserta Pelatihan ECT ... 94
Tabel 3.2 Pengelolaan Waktu ... 98
Tabel 4.1 Rekapitulasi Angket Pre-Test dan Post-test ... 112
Tabel 4.2 Paired Sample Statistik ... 112
Tabel 4.3 Paired Sample Korelasi ... 113
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia pada era globalisasi ini dihadapkan pada masalah perekonomian
terkait dengan ketenagakerjaan. Pada tahun 2015 Indonesia menjadi penentuan
bagi perekonomian, terutama dengan mulai berlaku efektifnya Masyarakat
Ekonomi Asia. Indonesia dapat menjadi pemenang, atau sebaliknya pecundang di
kawasan.1 Untuk mengatasi hal tersebut, maka yang harus diperhatikan adalah
kebijakan ke depan untuk menghadapi globalisasi tersebut melalui kesiapan
bekerja baik dari aspek pengetahuan, keterampilan, maupun mental.
Dalam bidang ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi
para pencari kerja karena tersedianya lapangan pekerjaan dengan berbagai
kebutuhan akan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi
keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa
jadi tanpa ada hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi
para wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang
diinginkan. Dengan terwujudnya komunitas Masyarakat Ekonomi Asean ini dapat
membuka mata semua pihak, bahwa kita mampu untuk meningkatkan
kepercayaan diri. Apabila memiliki kekuatan untuk bisa bangkit dan terus
1
Syprianus Aristeus, “Kesiapan Hukum Nasional dalam Menghadapi ASEAN Community 2015”,
menjaga kesinambungan stabilitas ekonomi yang sejak awal pemerintah Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ini terus meningkat, maka angka kemiskinan dapat
ditekan seminim mungkin, dan progres dalam bidang ekonomi lainnya pun
mengalami kemajuan yang cukup signifikan.2
Salah satu permasalahan krusial bangsa Indonesia adalah masalah
ketenagakerjaan dimana tingkat permintaan tenaga kerja jauh lebih rendah dari
pasokan tenaga kerja yang ada. Lebih ironisnya lagi tingkat pertumbuhan
pengangguran terdidik mengalami lonjakan yang luar biasa. Belum lagi bila
dicermati tenaga kerja terdidik yang menempati posisi pekerjaan saat ini
cenderung lebih banyak lulusan sarjana yang bekerja bukan pada bidang
keahliannya. Ketidakcocokan keterampilan melalui jenis pekerjaan dan tingkat
keterampilan, perlu mempertimbangkan kelompok usia. Terutama karena masalah
pengangguran terbuka di kalangan muda menjadi masalah yang sudah lama
terjadi di Indonesia. Angka pengangguran terbuka di kalangan muda (15-24
tahun) termasuk tinggi di Indonesia, terutama kaum muda dengan tingkat
pendidikan sekunder. Jumlah kaum muda mencapai lebih dari 50 persen
penduduk yang menganggur dan sebagian besar kaum muda yang menganggur
belum pernah bekerja sebelumnya.3
2
Majalah Lentera News “Berdamai dengan (Ibu) Pertiwi (edisi 8 November 2014), (Jakarta: Lentera News, 2014), hal 6.
3
Miyamoto Michiko, Tren ketenagakerjaan dan sosial di Indonesia 2014 - 2015: Memperkuat
daya saing dan produktivitas melalui pekerjaan layak/Kantor Perburuhan Internasional, ( Jakarta:
Terkait dengan permasalahan tenaga kerja, mahasiswa saat ini dihadapkan
pada suatu pertanyaan penting yaitu: “apakah setelah lulus nanti menjadi bagian
dari solusi, atau bahkan menjadi bagian masalah baru dalam bidang
ketenagakerjaan bangsa ini?”. Ironis memang jika notabene mahasiswa yang
setelah lulus nanti sangat diharapkan menjadi solusi permasalahan bangsa ini,
justru yang terjadi sebaliknya akan menambah beban dan masalah baru.4
Berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan pengertian dari tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Lebih lanjut dijelaskan pada Bab III Pasal 5, setiap tenaga kerja memiliki
kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. Dalam
hal ini mahasiswa adalah termasuk salah satu individu yang berhak untuk bekerja
dan memperoleh penghasilan yang layak.5
Pengalaman kerja bagi mahasiswa bisa diperoleh dari bekerja paruh waktu
seperti yang sedang trend dikalangan mahasiswa saat ini. Bahkan banyak
perusahaan yang membuka peluang untuk bekerja paruh waktu bagi mahasiswa
yang masih aktif dalam kegiatan perkuliahan.
4
Husein Raya Aditama, Fenomena Mahasiswa yang Kuliah sambil Bekerja. (https://timetable258.wordpress.com/2012/12/14/fenomena-mahasiswa-yang-kuliah-sambil-bekerja/, 2014), Diakses, 29 Februari 2016, 6.25 PM).
5
Generasi muda sebagai penerus bangsa sangat diharapkan untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan bangsa Indonesia ini, menjadi bangsa yang
mampu bertahan dan mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat.
Dalam kondisi saat ini, dimana perubahan berlangsung sangat pesat dan penuh
ketidakpastian. Mahasiswa sebagai insan berpendidikan sudah seharusnya
memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat persoalan bangsa ini.
Masa mahasiswa adalah adalah masa dimana sangat dekat dengan rencana dan
impian yang akan dicapainya. Merujuk pada pendapat Ginzberg, Ginsburg,
Axerald, dan Herma tentang tiga tahapan perkembangan karir yang dibagi
menjadi tiga tahap pokok, yaitu: Tahap Fantasi (0-11 tahun) masa sekolah dasar;
Tahap Tentatif (12-18 tahun) masa sekolah menengah; dan Tahap Realistis
(19-25 tahun) masa perguruan tinggi. Tentunya mahasiswa termasuk dalam tahap
realistis, pada masa ini seseorang harus memfokuskan diri dengan
sungguh-sungguh pada karirnya agar semua yang telah direncanakan dan dipersiapkan
terealisasi dengan meraih karir yang gemilang. Mahasiswa tentunya mempunyai
peluang besar untuk sukses di karir manapun.6
Segala keterampilan hidup yang didapat dari belajar sangat berpengaruh
terhadap kehidupan individu, karena dengan belajar seseorang akan menemukan
teknik-teknik baru untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dalam
menghadapi persaingan kerja yang semakin ketat, tidak dapat dipungkiri bahwa
6
setiap mahasiswa dituntut untuk memiliki berbagai kemampuan dan kecakapan
lebih yang dapat dijadikan modal untuk bersaing dengan individu-individu lain.
Dalam menjalani aktivitas belajarnya, hal penting yang berkenaan dengan
optimalisasi pemusatan kegiatan berpikir adalah atensi atau perhatian. Dengan
adanya atensi ketika dalam proses belajar, maka seseorang akan berusaha
memfokuskan diri dan pikirannya pada berbagai materi pelajaran, namun di saat
yang sama mengabaikan berbagai hal yang akan mengganggu jalannya proses
belajar tersebut.
Dengan adanya atensi dalam belajar menunjukkan adanya motivasi
berprestasi yang besar pada mahasiswa. Karena mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki dorongan untuk berhasil lebih tinggi sebelum melakukan tugasnya
cenderung akan mempertimbangkan segala resiko yang dihadapi. Mereka tahu
betul bahwa setiap tugas atau pekerjaan yang dilakukannya tentu akan
mendapatkan penilaian atau evaluasi dari orang lain disekitarnya. Hal ini tentunya
akan berpengaruh kepada umpan balik yang akan didapat di kemudian hari. Oleh
karena itu di dalam menjalankan tugasnya akan dilakukan dengan cara-cara yang
kreatif dan inovatif serta dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi atas
apa yang mereka kerjakan.
Atensi mempengaruhi kemampuan individu untuk berinteraksi. Atensi
terhadap suatu hal dapat menyebabkan kemampuan fungsi indera menurun
merespon pekerjaan lainnya.7 Dalam menyusun rencana atau keputusan,
seseorang yang suasana hatinya bagus maka ia akan mempunyai persepsi yang
dapat membawanya kewawasan yang lebih luas dan cara berpikir yang lebih
positif.8
Sangat sulit untuk menyatukan dua pikiran dimana sebagian mahasiswa harus
memikirkan urusan perkuliahan sebagian lagi juga memikirkan urusan pekerjaan.
Keuntungan melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi adalah investasi jangka
panjang untuk karir. Kuliah sambil bekerja merupakan hal yang positif. Fakta
yang ada banyak mahasiswa yang prestasi akademiknya tetap baik dan mampu
bekerja dan memiliki pengalaman-pengalaman tambahan yang bermanfaat bagi
dirinya dan juga lingkungan sekitarnya.
Gagasan mengenai atensi didasarkan pada anggapan bahwa kemampuan
menilai manusia terbatas untuk bisa menerima stimulus dan informasi yang
jumlahnya sangat banyak dalam waktu bersamaan. Atensi memungkinkan
seseorang untuk menggunakan kemampuan mental tersebut secara bijaksana.
Dengan mengurangi tekanan stimulus dari luar (sensasi) maupun dari dalam
(memori dan pikiran) seseorang dapat menekankan stimulus yang menarik
baginya. Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk bisa memahami stimulus
7
Nugroho Wahjudi, Komunikasi dalam Keperawatan gerontik, (Jakarta:Buku Kedokteran EGD 2006), hal 19.
8
secara cepat dan akurat sehingga memungkinkan individu untuk meningkatkan
kemampuan memori terhadap informasi yang diabaikan.9
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari atensi akan semakin besar jika
seseorang menjadikan proses-prosesnya disadari. Sebagai tambahan bagi semua
nilai atensi. Atensi yang disadari mengandung tiga tujuan saat memainkan peran
kausalnya bagi kognisi. Pertama, atensi membantu pemonitoran
interaksi-interaksi individu dengan lingkungan. Melalui pemonitoran seseorang
mempertahankan kesadaran tentang seberapa baiknya seseorang beradaptasi
dengan situasi yang didalamnya menemukan dirinya tersebut. Kedua, atensi
membantu seseorang mengaitkan masa lalu (memori) dan masa kini (pencerapan),
dan memberikan pemahaman tentang kontiniuitas pengalaman. Kontiniuitas ini
landasan bagi identitas kepribadian seseorang tersebut. Ketiga, atensi membantu
individu mengontrol tindakan-tindakan kedepan. Seseorang tersebut dapat
melakukannya berdasarkan informasi yang diperoleh dari pemonitoran dan
pengaitan memori masa lalu dan pencerapan masa kini.10
Kebanyakan dari seseorang memutuskan telah gagal tanpa sekalipun
mencoba, sepertinya ketakutan telah membunuh rasa penasaran dan bahkan
mematikan harapan. Ketakutan-ketakutan yang tak beralasan, yang seolah
9
Suryani, Psikologi Kognitif, (Surabaya:Dakwah Digital Pres 2007), hal 29.
10
up dengan logika benar-benar telah membuat seseorang merasa “lebih baik kalah
daripada mengambil kemungkinan untuk menang”.11
Mengatasi rintangan ini sulit membutuhkan keberanian emosional. Untuk
meminimalkan rasa takut dan kecemasan sebelum dan selama saat-saat kritis yang
memerlukan keberanian emosional sehingga seseorang dapat memaksimalkan
peluang untuk berani mengambil tindakan. Memiliki keberanian emosional
mencerminkan kemampuan untuk bangkit kembali dari kemunduran dan
tantangan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Menurut Guy Winch Ph. D.
bahwa :
Emotional courage is about a brief moment, a pivotal instant in time in which we take an action--we choose to heed our convictions, beliefs, and intentions and do what we know in our heads is good for us (instead of heeding our fears and
anxieties and continuing to avoid the situation). 12
Keberanian emosional adalah kondisi sesaat dan bersifat instan yang sangat
diperlukan pada saat seseorang mengambil keputusan atau tindakan tertentu
dengan memperhatikan keyakinan serta niat yang ada didalam pikiran bukan
menunjukkan ketakutan, kecemasan atau bahkan menghindari situasi tertentu.
Keberanian Emosional ini diistilahkan oleh peneliti dengan istilah Emotional
Courage Therapy, yang selanjutnya disingkat dengan ECT.
11
Felix Siauw, How To Master Your Habits, (Jakarta: Al-Fatih Pres, 2014), hal 136.
12
Guy Winch Ph. D. 2015. Seven Ways Boost Your Emotional Courage,
Melihat fenomena saat ini, dimana mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya masih sedikit yang berani untuk
meningkatkan atensinya masuk didalam dunia pekerjaan (menjalani dua tugas
sekaligus yakni kuliah sambil bekerja). Rata-rata mahasiswa BKI hanya
menjalankan kuliah sambil berorganisasi bahkan hanya menjalankan kuliah saja.
Mahasiswa BKI diharapkan mempunyai potensi lebih, mampu berpikir dan
mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya, belajar
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dan berupaya untuk mewujudkan
kebaikan dan mengotrol dirinya dari kejelekan, berani mengeksplor diri
mengemukakan informasi diluar sana sebagai dasar perencanaan dan pembuatan
keputusan dimasa depan.
Melihat program bimbingan konseling ini memiliki kompetensi khusus dari
aspek psikologis, kepribadian, social masyarakat, dan menunjung tinggi nilai-nilai
islami. Konseling dilakukan oleh seorang ahli (profesional) yang mendapatkan
pendidikan dan pelatihan khusus tentang prinsip-prinsip dan teknik-teknik khusus
mengenai konseling.13 Salah satu ciri dasar untuk menjadi seorang “effective
helper” adalah “liking people”. Sangat penting bagi Konselor; bahwa seorang
konselor hendaknya mengalami sebagai klien pada suatu saat, karena pengenalan
terhadap diri bisa menaikkan tingkatan kesadaran diri (self awareness).
13
Pendidikan dan pelatihan mengenai konseling, prinsip, teknik dan
landasan-landasan ini yang dipelajari di dalam perkuliahan oleh mahasiswa bimbingan dan
konseling sebagai latihan dan pengalaman yang kemudian menjadi ciri dari
kepribadian dan penampilan konselor tersebut.14
Berangkat dari pemaparan diatas, peneliti mengangkat judul “Pengembangan
Paket Emotional Courage Therapy (ECT) dalam Meningkatkan Atensi Bekerja
bagi Mahasiswa BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya”.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penting adanya
sebuah buku paket yang bisa dijadikan panduan bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa BKI semester 4 dalam meningkatkan atensinya bekerja. Oleh karena
itu, permasalahan penelitian difokuskan pada upaya untuk menyusun paket
pelatihan ECT kepada Mahasiswa BKI.
Adapun rumusan masalah secara rinci dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja
bagi mahasiswa ?
2. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi
bekerja bagi mahasiswa ?
14
3. Bagaimana evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI semester 4
setelah melakukan pelatihan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja
bagi mahasiswa ?
4. Bagaimana hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan
dan kegunaan ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan tentu memiliki tujuan agar penelitian
menjadi terarah. Adapun tujuan pada penelitian ini :
1. Menghasilkan paket pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi
mahasiswa
2. Menjelaskan proses pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi bekerja bagi
mahasiswa
3. Menjabarkan hasil evaluasi, refleksi dan rekomendasi para mahasiswa BKI
semester 4 setelah melakukan pelatihan ECT dalam meningkatkan atensi
bekerja mahasiswa
4. Mengetahui hasil uji kelayakan paket yang sesuai dengan ketepatan, kelayakan
dan kegunaan
D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini, peneliti berharap menghasilkan karya ilmiyah yang
1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran dan tambahan
referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti masalah ini lebih lanjut
2. Bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum, mampu menambah khazanah
keilmuan serta menjadi panduan untuk melakukan pelatihan ECT dalam
meningkatkan atensi bekerja mahasiswa
3. Bagi peneliti, penelitian ini akan menambah pemahaman tentang konsep ECT
serta cara meningkatkannya sehingga bisa menjadi sebuah pedoman untuk
menjadi pembimbing, pendidik, dan pengasuh yang cerdas emosional dan
spiritual.
E. DEFINISI KONSEP
Peneliti perlu membatasi konsep yang diajukan dalam penelitian agar tidak
terjadi misspersepsi dan terhindar dari kesalah pahaman makna serta dapat
memudahkan dalam mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian. Adapun
definisi konsep dari penelitian ini adalah:
1. Paket
Paket adalah media layanan bimbingan yang berisi seperangkat kegiatan
dengan prosedur kerja yang sistematis yang terdiri dari beberapa tema dimana
setiap tema diakhiri dengan refleksi dan rekomendasi.
Adapun judul paket yang dibuat oleh peneliti adalah “Emotional
Courage Therapy” (ECT). Buku paket ini terdiri dari empat bagian. Bagian
tentang isi dan pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari empat tema, yaitu
mebangun maindset keberanian, peningkatan kesadaran, keluar dari zona
aman, menampilkan keberanian dan kepercayaan diri. Bagian ketiga, berisi
tentang lembar evaluasi, refleksi dan rekomendasi terkait dengan buku paket
ini.
2. Emotional Courage Therapy (ECT)
ECT dicetuskan pertama kali oleh Ermanno Bergami, lahir di Italia.
Keberanian emosional adalah tentang sesaat, instan penting dalam waktu di
mana seseorang mengambil tindakan kemudian memilih untuk memperhatikan
keyakinan diri, dan memiliki niat untuk melakukan apa yang ada dalam pikiran
seseorang dengan tujuan yang postif baginya (bukan mengindahkan ketakutan
dan kecemasan dan terus menghindari situasi)15.
Keberanian emosional berarti seseorang akan meninggalkan zona
nyaman yang dulunya hidup di dunia yang lebih sempit dan tampaknya lebih
aman, dengan mengambil tindakan membesarkan hidupnya berada diluar
jangkauan seseorang tersebut demi mencapai tujuan tertentu yang lebih baik.
Ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki keberanian untuk menderita jika itu
memungkinkan seseorang tersebut untuk tumbuh dan hidup yang lebih besar.
15
Devorah F. Curtis, Effect of a quality of life coaching intervention on psychological
courage and self-determination, (International Journal of Evidence Based Coaching and Mentoring
3. Atensi
Atensi ialah proses mental berupa konsentrasi terhadap hal-hal yang
bersifat sensoris (mental event). Atensi merupakan sarana yang digunakan
untuk mengolah sejumlah informasi yang tersedia melalui indera, memori,
dan proses kognitif lainnya. Atensi ada kaitannya dengan kesadaran yaitu
apakah atensi dilakukan secara sadar atau tidak oleh organisme.16
Ada fungsi utama atensi sadar yaitu: pertama, deteksi sinyal, meliputi
vigilance (kewaspadaan), dan search (pencarian) dimana seseorang harus
menemukan kehadiran stimulus tertentu. Kedua, Selective attention (atensi
yang terseleksi), yaitu seseorang yang memiliki untuk menerima stimulus
tertentu dan mengabaikan yang lain. Ketiga, devided attention (atensi yang
terbagi) yaitu seseorang yang secara bijaksan membagi atensi untuk
menyelamatkan performasinya pada lebih dari satu tugas dalam satu waktu.17
4. Mahasiswa
Mahasiswa adalah orang yang belajar disekolah tingkat perguruan
tinggi untuk mempersiapkan dirinya bagi suatu keahlian tingkat sarjana.
Mahasiswa adalah pemuda-pemuda yang berjiwa dinamis, yang terpelajar,
16
Suryani, Psikologi Kognitif, (Surabaya:Dakwah Digital Pres 2007), hal 29.
17
karena itu mengetahui persoalan yang dihadapi secara cepat yang pertama dan
utama adalah ialah mempersiapkan diri untuk suatu keahlian tertentu.18
Kehidupan social pada jenjang usia remaja ditandai oleh menonjolnya
fungsi intelektual dan emosional. Sejumlah penelitian tentang emosi
menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan faktor remaja. Perkembangan intelektual
menghasilkan kemampuan berpikir kritis untuk memahami makna yang
sebelumnya tidak dimengerti dan menimbulkan emosi terarah pada satu
objek19
F. SPESIFIKASI PRODUK
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka penelitian pengembangan ini dirancang sedemikian
rupa, berguna, menunjang pencapaian tujuan, dan sistematis. Oleh karena itu
penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memiliki empat kriteria berikut
ini, yaitu:
1. Ketepatan yaitu isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan
prosedur paket. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat
validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan instrument skala
penilaian
18
Arief Budiman, Kebebasan, Negara, Pembangunan, (Jakarta:Pustaka Alfabet. 2006), hal 251.
19
2. Kelayakan yakni paket yang dikembangkan memenuhi persyaratan yang ada
baik dari sisi prosedur maupun pelaksanaannya.
3. Kegunaan yang dimaksud adalah paket yang dikembangkan memiliki daya
guna dan bermanfaat bagi mahasiswa dalam meningkatkan atensi bekerja
melalui ECT.
4. Respon Afeksi Positif yang dimaksud bahwa isi paket berpotensi
meningkatkan keberanian mahasiswa serta meningkatkan atensi bekerja
dengan menerapkan isi paket dalam kehidupan sehari-hari.20
Untuk lebih memperjelas, dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1.1
Spesifikasi Produk Pengembangan Paket Pelatihan Emotional Courage Therapy dalam Meningkatkan Atensi Bekerja bagi Mahasiswa
NO VARIABEL INDIKATOR INSTRUMEN PELAKSANA
1 Ketepatan
(accuracy)
a. Ketepatan obyek b. Ketepatan tujuan dan
prosedur
c. Kejelasan deskripsi tahap dan materi
d. Kesesuaian gambar dan materi
Angket/Wawancara Tim ahli
2 Kelayakan
(feasibility)
a. Prosedur Praktis
b. Keefektifan biaya, waktu, dan tenaga
Angket/Wawancara Tim ahli
3 Kegunaan
(utility)
a. Pemakai produk
b. Kualifikasi yang diperlukan c. Dampak paket pelatihan
terhadap mahasiswa
Angket/Wawancara Tim ahli/ Mahasiswa
4 Respon afeksi positif
Mahasiswa tertarik dengan paket dan menerapkannya. Wawancara Observasi Mahasiswa 20
Agus Santoso, Pengembangan Paket Pelatihan Interpersonal Skills melalui Ketrampilan
Komunikasi Konseling Bagi Mahasiswa BPI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, (Laporan Penelitian
Paket ECT dalam menigkatkan atensi bekerja mahasiswa ini terdiri dari
dua bagian, yaitu:
1. Bentuk Paket
Bentuk paket pelatihan ECT ini terdiri dari 4 tema, yaitu: 1). Maindset
Berani, 2). Kesadaran, 3). Percaya Diri, 4). Zona Aman
Tema-tema ini dibentuk dalam beberapa kegiatan dan tips untuk
mahasiswa dalam meningkatkan atensi. Selain itu, tema dilengkapi dengan
kata-kata motivasi disertai gambar yang memiliki korelasi sehingga diharapkan
mampu menambah ketertarikan mahasiswa.
2. Isi Paket
Isi paket pola bimbingan ini terdiri dari tiga bagian. Adapun rinciannya
sebagai berikut:
a. Bagian pertama menjelaskan panduan. Panduan ini terdiri dari tiga bagian,
yaitu; 1) Deskripsi Pelaksanaan, 2) Pelaksanaan Kegiatan, 3) Evaluasi
Kegiatan.
b. Bagian kedua membahas materi pelatihan yang terdiri dari empat tema
yaitu: 1). Maindset Berani, 2). Kesadaran, 3). Percaya Diri, 4). Zona Aman
c. Bagian ketiga diakhiri dengan evaluasi, refleksi dan rekomendasi.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan isi paket ini dirancang dengan menggunakan beberapa
tentang motivasi, kegiatan visualisasi, kemudian melakukan simulasi dengan
role play secara berpasangan, dan kegiatan melakukan refleksi dan penguatan
masing-masing dengan menuliskan pada selembar kertas yang berisi tentang
zona amannya sekarang, apa yang ingin dicapai, dan apa yang seharusnya
dicapai.
G. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian dan
pemngembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan
produk tertentu. Penelitian dan pengembangan ini dilakukan untuk
menghasilkan produk tertentu yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk
menguji keefektifan produk tersebut agar berfungsi di masyarakat luas.21
Metode penulisan pengembangan ini telah banyak digunakan pada
ilmu pengetahuan teknologi seperti kendaraan, alat-alat kedokteran,
dikembangkan ,melalui penulisan pengembangan bisa juga digunakan dalam
bidang ilmu social, seperti psikologi, konseling, pendidikan, sosiologi,
manajemen, dan lain-lain.
Dalam rangka mencari data yang valid, maka penulisan ini disusun
dengan rancangan penulisan seefektif dan seefisien mungkin, agar dalam
21
penulisannya nanti tidak memakan waktu yang terlalu lama dan dapat berjalan
lancar sesuai dengan yang diharapkan penulis.
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan jenis penulisan yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari wawancara,
sedangkan data kuantitatif diperoleh dengan menggunakan skala penilaian
yang berupa angket. Dalam penulisan, penulis menggunakan penulisan
populasi yaitu mengambil sampel dari mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan BKI Semester IV. Desain produk harus diwujudkan
dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan dan menjadi pegangan
untuk menilai dan membuatnya.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa
semester IV jurusan BKI di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Sedangkan lokasi penelitian yaitu di ruang kelas yang berada di
gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
3. Jenis dan Sumber Data
a) Jenis Data
Jenis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa
fakta dan angka, dengan kata lain segala fakta dan angka yang dijadikan
ditemukan jenis data dan sumber datanya. Adapun jenis data pada
penelitian ini adalah:
a. Data primer adalah data pokok dari penelitian ini, yaitu proses tepat
dalam pemberian pelatihan ECT bagi mahasiswa yang diambil dari
hasil observasi di lapangan, serta respon dari obyek penelitian yaitu
peserta pelatihan.
b. Data sekunder adalah data maupun informasi yang didapatkan oleh
peneliti secara tidak langsung melalui sumber pertama informan akan
tetapi melalui data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
dengan mudah melalui membaca dan mengamati.22 Dalam penelitian
ini data sekunder diambil dari beberapa buku dan artikel tentang ECT
dan seluruh data yang berhubungan dengan ECT.
b) Sumber data
Untuk mendapatkan keterangan dan informasi, penulis
mendapatkan informasi dari sumber data, yang dimadsud dengan sumber
data adalah subyek dari mana data diperoleh.23 Adapun sumber datanya
adalah :
22
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 209.
23
1. Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh
penulis di lapangan yaitu informasi dari peserta yakni mahasiswa
jurusan BKI semester IV yang telah mengikuti pelatihan.
2. Sumber data sekunder yitu segala informasi yang berbentuk literature.
4. Tahap-Tahap dalam Penelitian Pengembangan
Agar dapat memberikan pelatihan pengembangan paket ECT, tentunya
diperlukan sarana yang dapat membantu jalannya pelatihan ini, karena adanya
paket ini sangat dibutuhkan oleh mahasiswa dalam meningkatkan atensi
bekerja. Dan prosedur-prosedur ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Tahap Pertama : Perencanaan
1) Mengkaji dan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan
masalah-masalah perkembangan mahasiswa, baik yang berhubungan
dengan potensi diri dan meningkatkan atensi bekerja.
2) Menetapkan prioritas kebutuhan dengan mempertanyakan perlu
tidaknya pelatihan ECT dan aspek-aspek apa saja yang perlu
dikembangakan
b. Tahap Kedua : Pengembangan
1) Merumuskan tujuan yaitu mengembangkan emosi keberanian dalam
2) Menyusun naskah pengembangan dengan mempersiapkan materi yang
terdiri dari empat tema, yaitu: 1). Maindset Berani, 2). Kesadaran, 3).
Percaya Diri, 4). Zona Aman.
3) Mengembangkan paket yang menjadi petunjuk bagi mahasiswa agar
dapat mengikuti proses bimbingan dengan tepat sehingga peserta
penelitian dapat memahami target yang diinginkan setelah
diadakannya pelatihan. Adaput paket yang dikembangkan berupa
paket pengembangan Emotional Courage Therapy (ECT) dalam
meningkatkan atensi bekerja bagi mahasiswa.
4) Menyusun strategi evaluasi pelatihan, mengingat pentingnya
mengetahui tingka keberhasilan paket ini, maka keberadaaan evaluasi
menjadi sangat penting. Oleh karena itu dibutuhkan strategi dalam
mengevaluasi layanan pelatihan yang diberikan dalam batas waktu
yang telah ditentukan. Hasil evaluasi ini dapat dipergunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan paket yang dikembangkan.
c. Tahap Ketiga : tahap Uji Coba
1. Tahap uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk, baik
dari sisi isi maupun rancangannya. Kegiatan uji coba atau evaluasi ini
dilakukan dalam tiga tahap yaitu: uji ahli, uji kelompok kecil, dan uji
kelompok terbatas. Uji ahli bertujuan untuk mengetahui
kelompok kecil dan terbatas bertujuan untuk mengetahui keefektifan
perubahan produk yang dihasilkan dari uji ahli serta menentukan
tingkat pemahaman mahasiswa dalam pelatihan.
2. Merevisi produk yaitu kegiatan terakhir dari proses pengembangan ini
dimana dari hasil perolehan data dan pelatihan yang dilakukan oleh uji
ahli dan uji kelompok kecil dan terbatas dapat dianalisa untuk dijadikan
bahan penyempurnaan produk.24
5. Tahap Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati peserta
pelatihan (mahasiswa) meliputi: kondisi peserta, kegiatan peserta, dan
proses pelatihan sebelum dan sesudah pelaksanaan pelatihan dengan
tujuan agar dapat membedakan aktifitas para informan sebelum dan
sesudah pelatihan.
24
b. Wawancara
Wawancara merupakan alatre-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan sebelumnya. Teknik wawancara mendalam.
Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang
diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara.
Pada sesi wawancara ini, peneliti akan melakukan wawancara kepada
mahasiswa yang mengikuti pelatihan tersebut, yaitu menanyakan tentang
respon dan tanggapan peserta dengan diadakannya pelatihan
menggunakan paket ECT, melalui beberapa pertanyaan apakah materi
yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan mereka untuk meningkatkan
atensi bekerja, kemudian bagaimana respon peserta terhadap paket
panduan yang diberikan.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya
karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.25
Dalam penelitian ini dokumentasi dilakukan untuk mendapat
gambaran tentang lokasi penelitian yang meliputi: luas wilayah penelitian,
jumlah peserta penelitian, batas wilayah, kondisi geografis di sekitar
Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Termasuk juga foto-foto pada saat
peserta melakukan pelatihan.
d. Angket
Angket cukup popular dalam istilah penelitian social dan pendidikan
instrument ini sering juga disebut kuisioner. Dalam angket terdapat
beberapa pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian
yang hendak di pecahkan, disusun, dan disebarkan oleh responden untuk
memperoleh informasi di lapangan.
Dalam penelitian ini penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan
tertulis yang berhubungan dengan keefektifan dari paket yang dihasilkan
dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti peneliti menyiapkan angket
berupa: 1). Pre-test, dengan beberapa pertanyaan tentang potensi
mahasiswa dalam meningkatkan keberanian, 2). Post-test angket ini
diberikan setelah mahasiswa mendapatkan materi pada saat pelatihan,
sehingga dapat diketahui perkembangannya.
25
6. Teknik Analisi Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
lapangan model Miles dan Huberman. Analisis ini dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu.26 Analisis ini bertujuan agar peneliti memperoleh suatu hasil
temuan dari lapangan sesuai dengan focus permasalahan dalam penelitian ini.
Prosedur utama dalam penelitian pengembangan ini terdiri dari tiga langkah,
yaitu:
a. Melakukan Analisa Produk yang akan dikembangakan
Model pengembangan ini dimulai dari pengumpulan informasi dan
data. Informasi yang dibutuhkan adalah perlu tidaknya pelatihan paket
ECT dan bagian mana yang perlu dikembangkan.
b. Pengembangan Produk Awal
Model pengembangan dirancang dalam format dan tahapan yang jelas,
sederhana, dan sistematis, sehingga tidak terlalu rumit dilaksanakan.
c. Uji Coba lapangan dan Revisi Produk
Pengembangan paket dalam model ini memiliki tahapan khusus yang
berbentuk uji lapangan dan revisi produk, sehingga melalui penilaian dan
revisi atas produk pengembangan, akan dihasilkan produk yang efektif
dan tentunya diharapkan menarik bagi para penggunanya.
26
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan dalam
penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif untuk mendapatkan
kemantapan validitas data. Dalam penelitian ini, peneliti memakai keabsahan
data sebagai berikut:
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar penelitian.
Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti turut serta dilapangan
penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai, jika hal itu
dilakukan maka akan membatasi:
1) Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks.
2) Membatasi kekeliruan peneliti.
3) Mengkompensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa
atau pengaruh sesaat.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten interpretasi
dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan
dan tentative, mencari suatu usaha, membatasi berbagai pengaruh, mencari
Ketekunan pengamatan bermadsud menemukan ciri-ciri atau
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang
sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara
rinci.
Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci
secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian
menelaah secara rinci sampai pada pemeriksaan tahap awal tampak salah
satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang
biasa. Untuk keperluan itu teknik ini menuntut agar peneliti mampu
menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentative dan
penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Trianggulasi dibedakan atas empat
macam yakni:
1) Trianggulasi data (data triangulation) atau trianggulasi sumber, adalah
penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data yang berbeda
untuk mengumpulkan data yang sejenis.
2) Trianggulasi peneliti (investigator triangulation), yang dimaksud
simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji
validitasnya dari beberapa peneliti.
3) Trianggulasi metodologis (methodological triangulation), jenis
trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau
metode pengumpulan data yang berbeda.
4) Trianggulasi teoretis (theoretical triangulation), trianggulasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu
teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Adapun trianggulasi yang peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi data dan trianggulasi metode. Dalam trianggulasi data atau
sumber, peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mengumpulkan data
dengan permasalahan yang sama. Artinya bahwa data yang ada dilapangan
diambil dari beberapa sumber penelitian yang berbeda-beda dan dapat
dilakukan dengan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3) Membandingkan apa yang dikatan orang-orang tentang situasi
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang
pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Sedangkan trianggulasi metode yang peneliti terapkan bahwa
pengumpulan data dilakukan melalui berbagai metode atau teknik
pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti bahwa pada satu kesempatan
peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat yang lain menggunakan
teknik observasi, dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi
kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data diperoleh
benar-benar akurat. Dalam skripsi ini kualitatif yang mendominasi,
sedangkan kuantitatif sebagai pelengkap data yang dibutuhkan maka
keabsahan pengumpulan data lebih fokus pada kualitatif.
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Penelitian ini membutuhkan pembahasan yang sistematis agar lebih mudah
dalam memahami. Oleh karena itu, penulis menyusun penelitian ini ke dalam
lima bab pembahasan. Adapun sistematika pembahasan tersebut secara umum
Bab I Pendahuluan, merupakan bagian awal dari penelitian yang dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam memahami keseluruhan dari pembahasan. Bab
ini berisi beberapa sub bagian yaitu; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Spesifikasi Produk, Keterbatasan Penelitian
Pengembangan, Definisi Operasional dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang membahas tentang kajian teoritik
yang meliputi: ECT, membahas teori-teori yang yang mendasari ECT, pengertian
atensi , dan. Selain itu, bab ini juga berisi penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini membahas tentang Rancangan
Penelitian, Subjek dan Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur
Penelitian dan Pengembangan
Bab IV Paparan Hasil Penelitian Pengembangan. Bab ini merupakan
paparan hasil penelitian pengembangan, yang meliputi Deskripsi Produk, Proses
Pelaksanaan Pelatihan ECT pada mahasiswa, Evaluasi, Refleksi, dan
Rekomendasi, Hasil Uji Kelayakan Paket, dan Analisis Data.
32
BAB II
EMOTIONAL COURAGE THERAPY (ECT) DAN ATENSI BEKERJA
A. Kajian Teoritik
1) Emotional Courage Therapy (ECT)
a. Definisi ECT
Manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi. Emosi
adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang
jelas pada tubuh. Emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku
yang mengarah (approach) atau menyingir (avoidance) terhadap sesuatu.
Emosi secara teoritis dapat memotivasi tindakan atau perilaku.27
Setiap emosi pada dasarnya adalah adalah dorongan untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah. Setiap emosi memainkan peran
khas, sebagaimana diungkapkan oleh ciri-ciri biologis. Kekuatan emosional
mencerminkan kemampuan seseorang untuk bangkit kembali dari
kemunduran dan tantangan dalam jangka pendek dan panjang. Emosi
berperan penting dalam kehidupan. Emosi adalah penyambung hidup bagi
kesadaran diri dan kelangsungan diri yang secara mendalam menghubungkan
seseorang dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain, serta dengan alam
dan kosmos. Emosi memberi tahu seseorang tentang hal-hal yang paling
27
utama bagi diri sendiri dan masyarakat, nilai-nilai kegiatan, dan kebutuhan
yang memberi kita motivasi, semangat, kendali diri, dan kegigihan. Dalam
Internasional Jurnal of Evidence Based Coaching Intervention on
Psycholgical Courage and Self-Determination, oleh Devorah F. Curtis
(University San Fransisco):
Courage has been defined as an extreme expression of motivation and commitment and is often associated with self-determination, faith, hopefulness, and perseverance when striving toward something of inherent value while experiencing fear
(Baumann, 2007; Jablin, 2006). 28
Keberanian didefinisifan sebagai ungkapan yang hebat dari motivasi
dan komitmen yang sering dikaitkan dengan ketepatan hati , kepercayaan,
harapan, dan kegigihan untuk melawan ketakutan yang melekat pada diri.
Psychological courage is described as “the psychological energy involved in confronting destructive habits, irrational anxieties and fears, and hearing the truth in daily life” (Putnam,
1997: 2). 29
Keberanian psikologis digambarkan sebagai "energi psikologis yang
terlibat dalam menghadapi kebiasaan yang merusak, kecemasan irasional dan
ketakutan, dan mendengar kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.
Hannah, Sweeney & Lester. (2007) state that courageous actions require emotional and cognitive skills, not will alone. Hannah et al. (2007) further theorized that building positive emotional skills to reduce associations
28
Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan Emosional. (Bandung:Penerbit Kaifa, 2000), hal 19.
29
Devorah F. Curtis. Effect of a quality of life coaching intervention on psychological
courage and self-determination. (International Journal of Evidence Based Coaching and Mentoring
of fears may be an essential step before demonstrating courageous actions
and autonomous motivation. 30
Hannah, Sweeney & Lester menyatakan bahwa, tindakan berani
memerlukan ketrampilan emosional dan kognitif, dan membangun
ketrampilan emosional yang positif untuk mengurangi bentuk ketakutan dan
merupakan langkah penting sebelum menunjukkan tindakan yang berani dan
motivasi otonomi (mengurus kebutuhan sendiri).
Keberanian emosional adalah tentang sesaat dan instan, penting dalam
waktu di mana seseorang mengambil tindakan kemudian memilih untuk
memperhatikan keyakinan diri, dan memiliki niat untuk melakukan apa yang
ada dalam pikiran seseorang dengan tujuan yang postif baginya (bukan
mengindahkan ketakutan dan kecemasan dan terus menghindari situasi).
Keberanian emosional berarti seseorang akan meninggalkan zona
nyaman yang dulunya hidup di dunia yang lebih sempit dan tampaknya lebih
aman, dengan mengambil tindakan membesarkan hidupnya berada diluar
jangkauan seseorang tersebut demi mencapai tujuan tertentu yang lebih baik.
Ini berarti bahwa seseorang dapat memiliki keberanian untuk menderita jika
itu memungkinkan seseorang tersebut untuk tumbuh dan hidup yang lebih
besar.
30
Hannah, Sweeney & Lester, The Use of Awerness, Courage, Therapeutic Love, and
Behavioral Interpretation in Functional Analytic Psyco Therapy, (International Journal of Evidence
b. Konsep Dasar ECT
ECT dicetuskan pertama kali oleh Ermanno Bergami, lahir di
Italia. ECT dikembangkan melalui lima pendekatan teori konseling dan
psikoterapi yaitu teori kognitif, teori behavioral, CBT (Cognitive
Behavioral Theraphy), teori realitas dan teori gestalt. ECT menurut
penulis adalah sebuah teknik terapeutik yang berusaha untuk
mengembangkan kompetensi diri yang bersifat keberanian. Dibutuhkan
banyak energi untuk menekan rasa takut dan keraguan yang ada dalam
pikiran dengan berusaha dan melatih rasa keberanian. Keberanian
didasarkan pada "bertindak dari hati", membiarkan hati dan perasaan
mendorong untuk melakukan suatu tindakan atau aksi. Karena pada
dasarnya emosi keberanian itu akan muncul secara simultan dari
pengalaman seseorang. Keberanian emosional terbentuk dalam diri
seseorang melalui proses pengalaman lama (menakutkan dan
menyakitkan), dan sesuatu yang terjadi pada diri bermula dari
menghindari rasa sakit, rasa malu, kesedihan, dan kecemasan. Untuk
selanjutnya beberapa pendekatan tersebut terkait dengan ECT,
sebagaimana berikut:
1) Teori Kognitif
Terapi kognitif ini didasarkan pada teori bahwa afek (keadaan
oleh bagaimana seseorang tersebut membentuk dunianya dengan
berpikir lebih realistik, menentukan bagaimana perasaan dan
reaksinya. Pikiran akan memberikan rangkaian kejadian didalam
kesadarannya. Terapi kognitif dipergunakan untuk mengidentifikasi,
memperbaiki gejala perilaku yang tidak sesuai dan fungsi kognitif
yang terhambat.31
Teknik terapi kognitif berorientasi pada bagaimana pikiran
dapat memberikan kontribusi yang tepat dalam mengenali pikiran
negatif yang muncul, dan dalam memberikan keseimbangan
emosional. Kesimbangan emosional dapat dihasilkan melalui persepsi
individu dalam memberi penilaian terhadap setiap deretan peristiwa
yang telah dilewati dalam dunia ini. Semua penilaian tentang setiap
peristiwa tersebut tergantung dari self talking individu dengan
pikirannya, yang disebut dengan dialog internal, sehingga apa pun
tanggapan dari pikiran tersebut tergantung dari seberapa baik individu
tersebut mengenal sederetan dari setiap peristiwa positif maupun
negatif yang berada didalam pikirannya, sehingga penilaian tersebut
pada akhirnya akan menghasilkan suatu perasaan atau mood yang
diciptakan secara otomatis dari pikiran-pikiran inividu tersebut.32
31
Prof. Dr. Singgih Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: Libri, 2011), hal 227.
32
Tindakan manusia timbul berdasarkan stimulus-stimulus yang
diterima dan diubah menjadi tanda atau symbol-simbol yang
digunakan dalam otak dan tersimpan dalam ingatan (memori) dan akan
direproduksi kembali apabila diperlukan, kemudian memberikan
reaksi dan akhirnya terjadi pembentukan atau perubahan perilaku.
Individu aktif dalam mempersepsikan, meningat, mereproduksi,
pengolahan informasi, menafsirkan, dan mengambil keputusan.33
2) Teori Behavioral
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification)
adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar
(learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan psikopatologi
seperti; depresi (depression), kecemasan (anxiety disorders), ketakutan
(phobias), dengan memakai tehnik yang didesain untuk menguatkan
kembali perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang
tidak diinginkan.
Menurut Skinner, individu adalah organisme yang memperoleh
perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Tempat kedudukan atau
faktor-faktor lingkungan dan bawaan yang khas secara bersama-sama
menghasilkan akibat (tingkah laku) yang khas pula dari individu
33
tersebut. Selanjutnya, Skinner telah menguraikan sejumlah teknik
yang digunakan untuk mengontrol perilaku, antara lain: 34
1. Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional
condition). Skinner menyatakan, terkadang untuk mengubah
kondisi emosional dalam diri. Misalnya, beberapa orang
menggunakan teknik meditasi untuk mengatasi stress.
2. Melakukan respon-respon lain (performing alternative respons).
Menurut Skinner, seseorang menahan diri dari melakukan perilaku
yang berdampak pada hukuman dengan melakukan hal lain.
Misalnya,
3. Menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement).
Salah satu teknik yang digunakan untuk mengendalikan perilaku,
menurut Skinner adalah positive self reinforcement. Seseorang
menghadiahi diri sendiri dengan menonton film bagus dibioskop.
4. Menghukum diri sendiri (punishment).
Pendekatan behavioral menganggap perilaku seseorang dengan
segala aspeknya saat ini adalah hasil dari proses belajar dan hal ini
diperoleh dalam interaksinya dengan dunia luar. Manusia dalam
keadaan khusus, dianggap sebagai “objek” yang dapat diberlakukan
dan dapat diubah sesuai keinginan dari individu tersebut.
34
Konseling dan terapi behavior adalah hasil dari belajar. Semua
individu adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta
lingkungan. Terapi behavior, pada dasarnya merupakan proses
penghapusan hasil belajar yang salah dengan memberikan
pengalaman-pengalaman belajar baru yang didalamnya mengandung
respon-respon yang layak yang belum dipelajari.
Terapi behavior sebagai teknik khusus yang mempergunakan
dasar psikologi (khususnya proses belajar) untuk mengubah perilaku
seseorang secara kuantitatif. Perilaku yang diubah ini, adalah perilaku
yang tidak sesuai (maladaptive) yang mengganggu perkembangan dan
pertumbuhan dalam pribadi seseorang. Kata perilaku diinterpretasikan
luas, meliputi respon yang tidak terlihat seperti emosi yang dapat
diketahui secara khusus dan yang ada kaitannya dengan perilaku yang
nampak pada pribadi seseorang. Teknik yang dipakai dalam terapi
perilaku adalah: relaksasi, pengebalan (desensitisasi) sistematik,
latihan kepekaan, peniruan melalui model, kondisioning aktif
(operant), penguasaan diri (termasuk “biofeedback”), kejenuhan,
kondisioning melalui penolakan (aversion).35
Timbulnya masalah perilaku karena ada sesuatu gejala didalam
kepribadian seseorang yang mempengaruhi diri pribadi seseorang
35
tersebut, sehingga menimbulkan berbagai kesulitan, antara lain
kesulitan untuk menyesuaikan diri, tidak bisa menerima keadaan baik
didalam maupun diluar dirinya. Terapi perilaku telah berhasil dalam
berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini memakan waktu
yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah
digunakan. Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk
gejala perilaku yang terbatas, bukannya disfungsi global (sebagai
contohnya, konflik neurotik, gangguan kepribadian).
3) Terapi Kognitif Behavioral (CBT)
Terapi kognitif-behavioristik mendasarkan pada penggabungan
antara tiga pendekatan terhadap manusia, yakni pendekatan biomedik,
intrapsikis, dan lingkungannya. Ini adalah campuran dari terapi
kognitif dan perilaku. Usaha untuk mengubah perilaku yang nyata
dengan mengubah pikiran, interpretasi, dugaan, strategi, dalam
memberikan respon.
Prinsip dasar dari CBT adalah bahwa cara seseorang berpikir
dalam situasi tertentu mempengaruhi emosional dan fisik, serta
mengubah perilakunya. Setiap orang akan memiliki cara berpikir
sendiri, respon individu terhadap peristiwa tertentu. Kunci dari CBT
adalah untuk mengidentifikasi pikiran yang paling penting, perasaan
tanggapan tersebut rasional dan bermanfaat. CBT bekerja pada asumsi
bahwa keyakinan mempengaruhi emosi dan perilaku dengan
mengidentifikasi dan mengatasi pikiran bermasalah dapat membantu
seseorang untuk mengubah perilaku menjadi pengalaman yang lebih
baik. CBT dapat memaksimalkan pada akal sehat dan membantu
seseorang untuk melakukan hal-hal sehat yang kadang-kadang dapat
melakukannya secara alami dan tanpa berpikir dan meningkatkan
secara teratur.36
4) Teori Realitas
Terapi Realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada
tingkah laku sekarang. Terapis berfungsi sebagai guru dan model serta
mengonfrontasikan klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien
menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
tanpa merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Inti Terapi
Realitas adalah penerimaan tanggung jawab pribadi. Istilah terapi
realitas pertama kali dicetuskan oleh William Glesser berprofesi
sebagai konsultan psikiatri di salah satu lembaga di California pada
tahun 1956, yang dituangkan didalam bukunya berdasarkan dari
pengalaman dan pokok-pokok pikirannya.
36
Terapi Realitas yang menguraikan prinsip-prinsip dan
prosedur-prosedur yang dirancang untuk membantu orang-orang
dalam mencapai suatu “ identitas keberhasilan“. Terapi Realitas adalah
suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena dalam
penerapan-penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang
tidak ketat. Salah satu sebab mengapa Glasser meraih popularitas
adalah keberhasilannya dalam menerjemahkan sejumlah konsep
modifikasi tingkah laku ke dalam model praktek yang relatif sederhana
dan tidak berbelit-belit.37
Terapi realitas memusatkan perhatian pada perbuatan atau
tindakan saat ini dan pikiran yang menjadi dasarnya, bukan pada
pemahaman, perasaan, dan pengalaman yang sudah lewat atau
ketidaksadaran. Terapi realitas bertujuan untuk memberikan
kemungkinan dan kesempatan kepada klien, agar ia bisa
mengembangkan kekuatan-kekuatan psikis yang dimiliki untuk
menilai perilakunya sekarang, dan apabila perilakunya tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka perlu memperoleh perilaku
baru yang lebih efektif.38 Tujuan dari terapi realitas adalah:
37
Gerald Corey, Konseling & Psikoterapi Teori Dan Praktek, (Bandung : Refika Aditama, 2005), hal. 269.
38
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya
dapat menentukan dan melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul
segala resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan
keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian
kepribadian yang sukses, yang dicapai dengan menanamkan
nilai-nilai adanya keinginan individu untuk mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas
kesadaran sendiri.
5) Teori Gestalt
Dalam terapi gestalt, pandangan terhadap hakikat manusia
denga kemanusiannya adalah sebagai berikut:
a. Manusia adalah adalah keseluruhan dari komposisi bagian-bagian
yang saling berhubungan seperti emosi, pikiran, perasaan,
pengamatan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Dalam hal ini manusia adalah “aktor” bukan “reaktor”. Manusia
luar dan dari dalam dan menyadari kemampuannya dan melakukan
pilihan.
c. Manusia memliki kemampuan yang meyakinkan untuk
menentukan arah kehidupannya.
Sasaran utama terapi gestalt adalah memperkuat penyadaran
(awareness) yang akan mengingatkan arti kehidupannya secara
penuh, disini dan sekarang (here and now). Penyadaran ini
meliputi pengetahuannya terhadap lingkungan, tanggung jawab
terhadap pilihannya, pengetahuan terhadap diri sendiri, penerimaan
terhadap diri sendiri dan kemampuan untuk berhubungan dengan
lingkungan. Disamping itu tujuan lain adalah untuk mengajar
seseorang agar bisa mencapai integrasi diri yang memungkinkan
bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan mandiri.
Mekanisme penerapan dan tujuan dalam ECT
Dalam menghadapi dunia kerja yang diperlukan adalah kognisi,
keterampilan, dan mental. Khususunya bagi para mahasiswa untuk
kesiapannya dalam menghadapi dunia kerja dengan menyiapkan
mental, berlatih serta mencoba terjun langsung di dunia pekerjaan
Bagan 2.1 ECT dan Target Atensi
Target ECT yang paling utama adalah memusatkan target
atensinya pada mental, dengan membentuk mental dan penguatan
emosi keberanian. Mental adalah hal yang paling utama dalam diri
yaitu langkah awal memulai suatu pekerjaan yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Apabila mental sudah terbentuk maka kognsi
dan keterampilan akan menjadi satu kesatuan yang akan membentuk
karakter diri.
Dalam pelaksanaan ECT ini bertujuan untuk meningkatkan
keberanian mahasiswa dalam mengambil keputusan, yakni melakukan
dua kegiatan sekaligus kuliah sambil bekerja. Fokus dalam kedua hal
sekaligus yakni kuliah dan bekerja. Kognisi
Mental Keterampilan
Emotional Courage Therapy ini tidak hanya meningkatkan
keberanian saja melainkan membantu membangun keyakinan untuk
melangkah kearah yang lebih baik (keluar dari zona aman).
c. Pelaksanaan Prosedur ECT
Setelah mempelajari teori kognitif, behavioral, CBT, realitas, dan
gestalt penulis menyimpulkan bahwa ECT adalah sebuah proses belajar
seseorang melalui self talking (dialog internal) untuk membentuk
keyakinan yang dapat mempengaruhi emosi, sehingga membentuk
perilaku dan pengalaman yang lebih baik (adaptive/ appropriate
behavior)
Proses belajar seseorang tersebut bisa dilakukan dengan cara
Memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional condition),
untuk mengubah kondisi emosional dalam diri. Dengan visualisasi dan
meditasi untuk mengatasi stress. Menguatkan diri secara positif (positive
self reinforcement) dengan menghadiahi diri sendiri apabila telah berhasil
menjalankan komitmennya dengan baik dan Menghukum diri sendiri
(punishment) apabila melanggar apa yang menjadi komitmennya agar
bisa mengendalikan perilaku yang tidak sesuai.
Atensi yang dimadsud disini adalah proses mental yang diawali
melalui pengamatan inderawi yang tersimpan dalam memori seseorang
masa lampau dan masa kini, serta mengontrol dan merencanakan
tindakan yang akan dilakukan.
Ada fungsi utama atensi sadar yaitu:
pertama, deteksi sinyal, meliputi vigilance (kewaspadaan), dan
search (pencarian) dimana seseorang harus menemukan kehadiran
stimulus tertentu.
Kedua, Selective attention (atensi yang terseleksi), yaitu seseorang
yang memiliki untuk menerima stimulus tertentu dan mengabaikan yang
lain.
Ketiga, devided attention (atensi yang terbagi) yaitu seseorang yang
secara bijaksana membagi atensi untuk menyelamatkan performasinya
pada lebih dari satu tugas dalam satu waktu. Umumnya, pekerjaan yang
stimultan dari beberapa tugas terkontrol. Dengan latihan orang mampu
melakukan lebih dari satu tugas terkontrol secara stimultan, bahkan
dalam tugas yang melibatkan pemahaman dan pengambilan keputusan. 39
2) Atensi Bekerja
a. Definisi Atensi Bekerja
Atensi ialah proses mental berupa konsentrasi terhadap hal-hal
yang bersifat sensoris (mental event). Atensi merupakan sarana yang
digunakan untuk mengolah sejumlah informasi yang tersedia melalui
39
indera, memori, dan proses kognitif lainnya. Informasi didapatkan dari
penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi
membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang
kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsangan tertentu
mental event
1. mempersepsi: persepsi merupakan suatu proses menginterprestasi atau
menafsirkan informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia.
Misalnya pada waktu seorang melihat sebuah gambar, membaca
tulisan, atau mendengar suara tertentu, ia akan melakukan
interprestasi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya dan relevan
dengan hal-hal itu. persepsi sangat bergantung pada pengetahuan
serta pengalaman, dari perasaan, keinginan dan dugaan-dugaan.
2. mengingat, Stimulus yang diterima oleh sistem indera tubuh kemudian
diterima manusia sebagai informasi dan disimpan dalam ingatan
sensori. Ingatan ini memengaruhi persepsi manusia dan kemudian
menjadi ingatan kerja (ingatan jangka pendek). Informasi baru dijaga
dalam ingatan dengan adanya proses mental dan kemudian disimpan
dalam ingatan jangka panjang.
3. merencanakan tindakan, Setiap pekerjaan yang kita lakukan harus
memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut upaya dilakukan
akhir akan dicapai. Dengan adanya tujuan akan menjadikan semangat
untuk melakukan suatu pekerjaan, fokus sekaligus melakukan
tindakan-tindakan bertahap yang diperlukan agar tujuan tersebut
dapat terwujud.
4. melakukan tindakan Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat
dibentuk sehingga menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan
frekuensi melakukan tindakan tersebut. Proses terkendali biasanya
dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk
dapat