• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BILAL BIN RABAH DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW (580-640 M).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN BILAL BIN RABAH DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW (580-640 M)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN BILAL BIN RABAH DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW (580-640 M)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh :

KHARISMA NOVY AKBARINA NIM: A0.22.11.015

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2016

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACT

Skripsi ini berjudul “Bilal bin Rabah 580-640 M (Studi Biografi Sang Muadzin Rasulullah)”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1)Bagaiman sejarah biografi Bilal bin Rabah (2)Apa peran Bilal bin Rabah dalam dakwah Rasulullah (3)Apa keistimewaan Bilal bin Rabah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan historis, dan teori yang digunakan adalah teori peranan. Pendekatan historis bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh tentang Biografi Bilal bin Rabah. Teori Peranan digunakan penulis untuk mengungkapkan adanya peranan Bilal bin Rabah pada masa Rasulullah. Sementara untuk langkah-langkah dalam proses penelitian sejarah terdiri dari empat tahapan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi.

(7)

ABSTRACT

This thesis entitled "Bilal bin Rabah 580-640 M (Study of the Biography of the Prophet muezzins)". The focus of the research discussed in this paper are (1) What is the biographical history Bilal bin Rabah (2) What is the role of Bilal Bin Rabah in dakwah Rasulullah (3) What features Bilal bin Rabah.

This study takes a historical approach, and the theory used is the theory of the role. The historical approach aims to know thoroughly about the biography of Bilal bin Rabah. Role theory used by the author to reveal the role of Bilal Ibn Rabah at the time of the Prophet. As for the steps in the process of historical research consists of four stages, namely: heuristic, criticism, interpretation and historiography.

(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM………... i

PERNYATAAN KEASLIAN………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI………..……….... iv

TRANSLITERASI………... v

MOTTO... .... vi

PERSEMBAHAN ……….. vii

ABSTRAK ……….………... viii

KATA PENGANTAR………….……….………...……... x

DAFTAR ISI………...………..…….. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…….………..………. 1

B. Rumusan Masalah…………..………...……….. 6

C. Tujuan penelitian………..………...……… 6

D. Kegunaan Penelitian…...………...………….. 6

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik………...……….. 7

(9)

G. Metode Penelitian……….………... 10

H. Sistematika Pembahasan………..………… 16

BAB II BIOGRAFI BILAL BIN RABAH A. Genealogi ………... 18

B. Masuk Islamnya Bilal bin Rabah... 21

C. Pernikahan... 26

D. Wafatnya Bilal bin Rabah... 29

BAB III PERAN BILAL BIN RABAH DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW A. Sebagai Muadzin Rasulullah...………..…….. 31

1. Awal mula menjadi muadzin……….………… 33

2. Adzan di atas ka’bah pada penaklukan Makkah... 40

3. Adzan terakhir Bilal bin Rabah... 45

B. Keterlibatan dalam perang... 48

1. Perang Badar Kubro... 49

BAB IV KEISTIMEWAAN BILAL BIN RABAH A. Keteguhan Imannya... 56

(10)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan………....,……….. 70

B.Saran………...………...…... 71

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keadaan rusak dan tingkat kemerosotan yang di alami umat manusia dalam pertengahan abad ke-6 M jauh lebih parah dari pada yang mungkin dapat diperbaiki oleh para ahli di bidang perbaikan masyarakat. Masalahnya bukan memperbaiki kepercayaan tertentu, bukan menghapuskan adat istiadat tertentu, atau mengubah cara peribadatan tertentu, atau memperbaiki segi-segi tertentu dalam kehidupan masyarakat. Mengenai semuanya itu telah cukup banyak diusahakan oleh kaum muslimin dan guru-guru yang bermunculan pada setiap abad dan zaman di seluruh penjuru dunia.1

Permasalahannya adalah penghapusan puing-puing kejahiliyahan, membersihkan reruntuhan keberhalaan yang menumpuk berabad-abad lamanya hingga membenamkan ajaran para nabi dan rasul serta menyiakan-nyiakan jerih payah kaum muslimin dan guru-guru yang mengajarkan kebajikan dan keutamaan. Untuk itu tidak ada jalan lain kecuali menanamkan aqidah tauhid sekokoh-kokohnya di dalam jiwa semua manusia tanpa pamrih apapun selain mendambakan keridhaan Allah SWT, bersembah sujud hanya

1

M.H. Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW (Bandung: Pustaka

Hidayah, 2008), 63.

(12)

2

kepada-Nya, menumbuhkan semangat mengabdi kemanusiaan, membela kebenaran serta melawan setiap keinginan buruk dan mengalahkan hawa nafsu. Ringkasnya ialah, menyelamatkan umat manusia dari perbuatan bunuh diri terjun ke dalam neraka dunia dan akhirat.2

Dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah. Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum

Sabi’in.3

Sehingga kedatangan Rasulullah sangat dibutuhkan untuk membawa manusia dari zaman kebodohan menuju cahaya yang terang benderang yaitu dengan ajaran agama Islam. Islam adalah ajaran terakhir yang diriwayatkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Tidak ada Rasul yang diutus kembali dan tidak terdapat lagi wahyu yang diturunkan untuk mengatur

2

Ibid., 64.. 3

Wili Caswili,”Sejarah Dakwah Rasulullah Periode Makkah dan Madinah“, http://wilyhikaru22.blogspot.co.id/2013/05/sejarah-dakwah-rasulullah-saw-periode.html, (Mei 2013)

(13)

3

kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Hal ini mengisyaratkan bahwa agama islam yang dinyatakan sempurna di akhir hayat Rasulullah.4

Dengan berbagai halangan dan rintangan Rasulullah menegakkan agama Islam di kota Makkah, berdakwah secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan sehingga muncullah sahabat-sahabat Rasulullah yang luar biasa dan mempunyai arti penting dalam sejarah dakwah Rasulullah dalam menegakkan agama Islam di antaranya adalah Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Ustman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib ke empat sahabat tersebut adalah para pengganti Rasulullah dalam meneruskan dakwah setelah beliau wafat. Dan ada pula dari kalangan Budak yang kemudian dimerdekakan oleh Abu Bakar yakni Bilal Bin Rabah, serta diajak untuk memeluk agama Islam.

Sebelum memeluk Islam, Bilal ini tidak lebih dari seorang budak yang mengembala unta milik tuannya demi satu genggam kurma. Kalau bukan karena Islam, pastilah ia tetap seorang budak yang berkelana di antara keramaian hingga wafatnya dan tidak ada orang yang mengingatnya.

Tetapi ia telah membuktikan keimanan dan keagungan agama yang dipercayainya dengan benar selama hidup dan dalam sejarah. Sebuah tempat tertinggi di antara orang-orang mulia dan suci dalam Islam. Banyak Tokoh-tokoh sejarah tidak dianugerahkan kemasyhuran yang telah dicapai Bilal.

Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud katanya, “yang pertama menganut ajaran Islam sebanyak 7 orang yaitu Rasulullah, Abu 4

Al-Qur’an, 5 (Al Maidah): 3

(14)

4

Bakar, Ammar beserta Ibunya Sumayyah, Suhaib, Bilal dan Mikdad bin Aswad r.a.

Rasulullah terlindung oleh keberadaan pamannya sedang Abu Bakar terlindung oleh kaumnya, sedang yang lain semuanya ditimpa siksaan dengan besi dan dijemur di terik matahari yang panas sehingga tidak seorang pun bisa bertahan, dan terpaksa memenuhi kehendak kaum quraisy, kecuali Bilal bin Rabah yang amat sekali tabah. Bilal sangat tabah sekali dalam menghadapi siksaan kaumnya, di mana kaumnya meyiksanya dan diseret oleh anak-anak kecil keliling kota Makkah, sedang beliau hanya berkata, “Ahad, Ahad, Ahad.” 5

Zubair bin Bakar meriwayatkan dari Urwah bin Zubair r.a. katanya, “Bilal adalah budak dari bani Jumah, ketika masuk Islam mereka menyiksa Bilal di bawah terik matahari sampai punggungnya terlentang di tanah yang panas sedang beliau tetap teguh berkata, “Ahad, Ahad, Ahad.” Ketika Bilal berkata Ahad, Ahad, Waraqah bin Naufal sedang melewati Bilal yang sedang tersiksa. Abu Nuaim juga meriwayatkan dalam kitab Alhiyah jilid 1 halaman 148 dari Hisyam bin Urwah katanya, “pernah pada suatu hari ketika Bilal berkata Ahad, Ahad, Ahad”. Kemudian Waraqah bin Naufal lewat berkata kepada Bilal, “Apakah kamu berkata Ahad, Ahad ya Bilal?”. Kemudian Waraqah menemui majikannya yang bernama Umayyah bin Khalaf karena

5

M. Yusuf Al-Kandhawi, Kehidupan Para Sahabat Rasulullah, Terj. Bey Arifin, et al (Surabaya:

Bina Ilmu Ananda, 2008), 55.

(15)

5

dialah yang menyiksa Bilal dan berkata kepadanya, “Demi Allah, kalau sampai Bilal terbunuh, pasti akan aku puja kuburannya.”

Bilal terus disiksa setiap hari sampai suatu hari ketika Abu Bakar melihat kejadian itu, beliau berkata kepada Umayyah, “Tidakkah kamu takut kepada Allah terhadap perbuatanmu itu kepada budak miskin ini, sampai kapan kamu akan melepaskan orang ini?” jawab Umayyah, “kamu sendiri yang merusakkan akidahnya. Karena itu selamatkan dia sekehendakmu!”. Jawab Abu Bakar, “Aku punya budak hitam lebih kuat dari padanya dan seakidah denganmu. Karena itu aku akan tukarkan dengannya (Bilal).” Setelah disetujui oleh Umayyah Usul Abu Bakar ini maka Bilal dilepaskan oleh Umayyah dan Abu Bakar menukarnya dengan budaknya. Kemudian oleh Abu Bakar, Bilal dibebaskan dan beliau juga memerdekakan enam orang lainnya bersama Bilal. 6

Begitu besar ketabahan dan keteguhan Iman Bilal bin Rabah dalam perjuangan mempertahankan keislamannya, meski penuh dengan siksaan. inilah yang membuat saya tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang beliau. Bahwa jarang sekali atau tidak ada lagi orang yang sepertinya meski di siksa beliau tetap mempertahankan keimanannya. Oleh karena itu saya ingin mengetahui lebih lanjut sejarah tentang sahabat Bilal bin Rabah yang berperan penting dalam dakwah Rasulullah ini. Selain itu juga belum ada yang memilih judul ini dalam penulisan Skripsi.

6

Ibid., 56.

(16)

6

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan judul tersebut mengenai Peranan Bilal bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah SAW (580-640 M), maka penulis menetapkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Biografi Bilal Bin Rabah?

2. Apa Peran Bilal Bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah? 3. Apa Keistimewaan Bilal Bin Rabah ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin penulis capai berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Biografi Bilal Bin Rabah.

2. Untuk Mengetahui Peran Bilal Bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah. 3. Untuk Mengetahui Apa Keistimewaan Bilal Bin Rabah.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Secara Akademik (Praktis)

a. Hasil dari pada penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian di bidang kesejarahan.

(17)

7

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Penulisan ini menggunakan pendekatan historis dan pendekatan sosiologis. Pendekatan historis digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dengan pendekatan historis ini penulis dapat menjelaskan latar belakang sejarah kehidupan Bilal Bin Rabah.

Penulis menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial lainnya untuk mempermudah membantu ilmu sejarah memecahkan masalah. Menurut Sartono Kartodirdjo, penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkan, dan sebagainya.7 Dengan pendekatan tersebut maka akan memudahkan penulis untuk merelasikan antara ilmu sosial sebagai ilmu bantu dalam penelitian sejarah.

Penulis menggunakan pendekatan sosiologi. Sosiologi dan sejarah merupakan disiplin ilmu dengan asal usul yang sama, dan telah lama sejarah membahas tentang masyarakat atau manusia. Sosiologi sebagai ilmu sosial yang paling pokok dan umum sifatnya, membantu untuk memahami latar belakang, susunan, dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat.8 Dalam penelitian ini pendekatan sosiologis digunakan untuk menggambarkan interaksi sosial yang terjadi dalam kehidupan Bilal bin

7

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 4.

8

Irvinf M.Zeitlin, Memahami Kembali Sosiologi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995),

203.

(18)

8

Rabah, antara individu maupun golongan yang akan menimbulkan suatu dinamika kehidupan. 9

Sedangkan Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan yang dikemukakan oleh Levinson. Peranan merupakan proses dinamis dari status. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya.

Levinson dalam Soekanto mengatakan peranan mencakup tiga hal, antara lain:

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.10

9

Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), 171. 10

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Press, 2009), 239-244.

(19)

9

Dalam hal ini, Bilal Bin Rabah memiliki peran yakni sebagai budak, sebagai sahabat yang memliki arti penting dalam Islam dan Dakwah Rasulullah yakni sebagai penyeru umat Rasulullah untuk melakukan sholat dengan mengumandangkan adzan.

F. Penelitian Terdahulu

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan tinjauan-tinjauan karya tulis berupa skripsi tentang Sahabat Bilal Bin Rabah namun masih belum ada. Adapun beberapa Skripsi sahabat-sahabat Rasulullah yang penulis temukan yaitu :

1. Khalifah Utsman bin Affan 644-656 M (studi historis tentang kebijakan politik). Oleh: Lailatul Maghfiroh, 2005. Skripsi ini berisi tentang kebijakan politik Ustman bin Affan dalam bidang agama dan bidang kepegawaian yang ia jalankan dengan mencerminkan kelembutan hati dan rasa sayang terhadap sesama. Namun akhirnya pemerintahan utsman goyah karena masyarakat menuduh Ustman melakukan nepotisme, mereka pun melakukan perlawanan.

(20)

10

pembentukan administrasi negara, kedua eksternal yaitu upaya untuk menguasai beberapa wilayah penting untuk mewujudkan dakwah Islam. 3. Ali Bin Abi Thalib Dalam Pemerintahannya di Madinah (35-40 H/ 656-661

M). Oleh: Afifatun, 2005. Skripsi ini berisi tentang proses pembai’atan Ali sebagai Khalifah, kebijakan-kebijakan Ali dalam bidang politik, Sosial dan Ekonomi, serta membahas perpecahan yang terjadi pada masa Ali.

4. Baitul Mal Masa Umar Ibn Abdul Aziz (99-102 H/ 717-720 M). Oleh: Machsunah, 2014. Skripsi ini berisi tentang baitul mal dan kebijakan-kebijakan Umar Ibn Abdul Aziz serta kondisi baitul mal pada masa Umar Ibn Abdul Aziz.

Dari penelitian terdahulu seperti yang dipaparkan di atas tersebut membahas tentang sahabat-sahabat nabi, namun belum ada penelitian yang membahas tentang sahabat Bilal bin Rabah.

G. Metode Penelitian

Untuk memudahkan dalam penyusunan penelitian ini, maka penulis menggunakan empat metode penulisan sejarah yaitu heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik), interpretasi (penafsiran), dan historiografi

(penulisan sejarah). Tahapan-tahapan metode penelitian sejarah akan dijelaskan sebagai berikut:11

11

Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah (Jakarta: Yayasan Idayu, 1978), 38.

(21)

11

1. Heuristik; atau pengumpulan sumber-sumber yaitu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data, atau jejak sejarah. Sumber sejarah disebut juga data sejarah. 12 Tahapan ini merupakan tahapan yang pertama dilakukan oleh penulis yaitu melakukan penelitian dengan mengumpulkan sumber-sumber. Baik itu yang bersifat primer maupun sekunder. Karena penelitian ini mengacu pada studi literatur maka sumber-sumber yang dicari dan dipakai adalah sumber yang bersifat kepustakaan. Penggunaan metode heuristik pada penelitian berupa skripsi yang berjudul Peranan Bilal bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah SAW (580-640 M) ini sangat membutuhkan banyak sumber-sumber, data-data yang otentik, maupun jejak sejarah sehingga hasil dari penelitian ini benar-benar valid. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian murni literatur (Library research). Dengan kata lain heuristik yaitu mencari dan menemukan sumber atau data terkait dengan judul skripsi ini yaitu Peranan Bilal bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah SAW (580-640 M) sumber tersebut penulis temukan dalam perpustakaan UIN Sunan Ampel, perpustakaan Daerah, koleksi milik pribadi maupun tidak dan lain-lain.

Adapun Sumber kepustakaan yang membahas tentang Peranan Bilal bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah SAW (580-640 M) yang bersifat Primer dan Sekunder yaitu:

12

Kuntowijoyo, pengantar ilmu sejarah (yogyakarta: yayasan bentang budaya, 2011), 12.

(22)

12

a. Sumber Primer

Adalah sumber yang ditulis oleh pihak yang terlibat langsung dalam peristiwa sejarah atau pihak yang menjadi saksi mata peristiwa sejarah. Sumber primer yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah:

1) Buku yang berjudul Sirah Nabawiyah yang ditulis oleh Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam dan diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia oleh H.Samson Rahman.

2) Buku hadits yang berjudul Shohih Bukhori. 3) Buku hadits yang berjudul Shohih Muslim.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang tidak ditulis oleh pihak yang terlibat langsung atau pihak yang menjadi saksi mata peristiwa sejarah. digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut didapatkan dari beberapa buku diantaranya adalah:

1) Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat yang Akrab dalam Kehidupan Rasul. Terj. M. Arfi Hatim. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000. 2) Teguh Pramono, 100 muslim paling berpengaruh dan terhebat

sepanjang sejarah. Yogyakarta: DIVA Press , 2015.

(23)

13

4) Soekama Karya, Asep Usman Ismail, Hanun Asrohah, Murodi ,

Ensiklopedia Mini Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Logo Wacana

Ilmu, 1998

5) Muhammad Ihsan Lc, MSI, Kisah sahabat nabi for kids. Bekasi : Sukses Publishing, 2012

6) Hilmi ali sya’ban, bilal bin rabah Al-habsy. Beirut: Dar kitab Ilmiyah, 1991

7) Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, terj. A.Nashir Budiman. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

8) Muhammad Bakr Ismail, Pesona 66 Sahabat menguak jejak-jejak keteladanan para sahabat Rasulullah, terjemahan: Irwan Raihan. Solo: Al-Qowan, 2013

9) Mushthafa Murad, 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, terj. Abu ‘Aisyah. Solo: Insan Kamil, 2011

10) Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedi Sahabat, terj. Syafarudin, Lc dan Darwis. jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2015

2. Verifikasi atau kritik sumber merupakan metode tahap kedua dalam meneliti sumber sejarah. Verifikasi terbagi menjadi dua macam cara/langkah yaitu:

(24)

14

kata-kata, dan semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensitasnya (keaslian sumber). Untuk sumber buku adalah sumber yang ditulis oleh seorang pelaku sejarah.

b. Kredibilitas sumber atau kesahihan sumber (kritik interen) adalah mengakui bahwa sumber tersebut adalah sumber yang asli dan dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan setelah dilakukan berbagai penelitian dan kritik terhadap sumber.13 Dari sumber primer yang saya dapatkan, yaitu: penelitian ini menggunakan literatur karangan ibn hisyam serta kitab hadits karangan Imam Bukhori dan Muslim. Dari sumber-sumber di atas, peneliti telah mengklarifikasi dengan cara membandingkan isi sumber tersebut dengan sumber data lain yang berupa data sekunder atau pendukung. Setelah melakukan perbandingan, terdapat kesamaan isi dan kesesuaian data dengan yang ada pada sumber-sumber lain, sehingga sumber primer yang didapatkan tersebut dapat dijadikan sumber yang relevan untuk bahan pokok kajian penelitian ini.

Selain itu, dalam sumber yang disebutkan di atas, tidak ditemukan tulisan-tulisan yang mengarah pada pembuatan karya untuk kepentingan tertentu. Maka dari itu, peneliti menyimpulkan bahwa sumber tersebut adalah sumber primer, karena isi dan sumber tersebutr

13

Ibid., 99.

(25)

15

setelah dibandingkan dengan sumber sekunder isinya dapat dipertangungjawabkan kebenarannya.

Hal itu dilakukan karena berguna untuk mengetahui kebenaran sumber yang didapatkan untuk menunjang kajian peneliti serta memberikan informasi yang akurat tentang Peranan Bilal bin Rabah dalam Dakwah Rasulullah SAW (580-640 M).

3. Interpretasiatau penafsiran sejarah yaitu kegiatan untuk menetapkan atau memberikan makna yang berhubungan dengan fakta-fakta yang diperoleh, yaitu melalui:

a. Seleksi dan klarifikasi data adalah usaha untuk memilih data respresentatif (data yang cocok) dengan mengelompokkan sesuai dengan permasalahan dan pembahasan dalam skripsi ini.

b. Analisis data yaitu menginterpretasikan saling keterkaitan data, kemudian di ambil suatu kesimpulan untuk dijadikan fakta sejarah.

Tanpa penafsiran data sejarawan tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh.14

4. Historiografi (penulisan sejarah), tahap akhir metode penulisan sejarah yang menyajikan cerita dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.Setelah melakukan proses analisis dan

14

Ibid., 100.

(26)

16

sintesis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan sehingga menjadi satu perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis.

Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untuk dibaca orang lain. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan struktur dan gaya bahasa penulisan nya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan. Dalam penelitian ini menghasilkan sebuah laporan penelitian yang berjudul peranan Bilal bin Rabah dalam dakwah Rasulullah SAW (580-640 M).

H.Sistematika Pembahasan

Secara umum sistematika pembahasan disusun untuk mempermudah pemahaman terhadap penulisan ini, dimana akan dipaparkan tentang hubungan antara bab demi bab. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan beberapa bab yang akan dibahas:

(27)

17

kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II, menjelaskan tentang Biografi Bilal bin Rabah, di singung pula tentang masuk Islamnya serta pernikahannya, dan yang terakhir adalah tentang wafatnya.

Bab III, menjelaskan mengenai Peran Bilal bin Rabah sebagai Muadzin Rasulullah serta dalam keterlibatan beliau dalam peperangan bersama Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Bab IV, menjelaskan tentang keistimewaaan-keistimewaan Bilal Bin Rabah.

(28)

BAB II

BIOGRAFI BILAL bin RABAH

A. Genealogi

Nama lengkapnya Bilal bin Rabah Al-Habasyi. Ia berasal dari negeri

Habasyah, sekarang Ethiopia. Ia biasa dipanggil Abu Abdillah1 dan digelari

Muadzdzin Ar-Rasul. Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum

hijrah.Ayahnya bernama Rabah dengan seorang Ibu yang di kenal dengan

nama Hamamah, seorang hamba sahaya hitam di antara hamba-hamba sahaya

Makkah, oleh karena itu sebagian orang memanggilnya dengan Ibnu

As-Sauda.2

Sebagai keturunan afrika, Bilal mewarisi warna kulit hitam, rambut

keriting, dan postur tubuh yang sangat tinggi. Sosoknya mungkin mirip

dengan orang habsy.3 Bilal tumbuh di Ummul Qura, dia adalah hamba sahaya

milik anak yatim dari Bani Abdud Dar, Bapak mereka mewasiatkannya

kepada Umayyah bin Khalaf4 salah seorang pemuka kekufuran.5

1 Hilmi ‘Ali Sya’ban, Bilal Bin Rabah Al-Habsy, (Beirut: Dar Kitab Ilmiyah, 1991), 1. 2Abdurrahman Ra’fat Basya,

Mereka Adalah Para Sahabat, Terj. Izzudin Karimi (Solo: At-Tibyan,

2010), 243.

3Teguh Pramono,

100 muslim paling berpengaruh dan terhebat sepanjang sejarah (Yogyakarta: DIVA

Press , 2015), 198.

4Umayyah bin Khalaf seorang golongan musyrikin dari suku Quraisy salah seorang pedagang Makkah

yang kaya raya dan sosok yang memiliki wibawa dalam jiwa penduduk Makkah dari kalangan Quraisy. Muhammad Ihsan, Kisah sahabat nabi for kids (Bekasi : Sukses Publishing, 2012), 283.

5Abdurrahman Ra’fat Basya, Mereka adalah para sahabat, 243.

(29)

19

Orang tua Bilal termasuk tawanan yang dibawa dari Etiopia ke

Arabia.6 Bilal beserta Bapaknya adalah tawanan perang yang kemudian

diperjual belikan sebagain budak. Demikianlah Bilal sebagai budak beliau

diperjual belikan dan berpindah-pindah tuan sampai akhirnya menjadi budak

Umayyah bin Khalaf.7 Bilal mulanya berkhidmat melayani Umayyah

biasanya berdagang dan membawa serta Bilal ikut bersamanya dalam

perjalanan-perjalanannya. Ia juga menjadikannya sebagai penjaga tempat

hartanya. Bilal juga dikenal dengan kemerduan suaranya di antara para budak

di Makkah.8

Bilal adalah seorang yang teguh pendiriannya, tenang dalam

penampilannya, berwibawa, cerdas dan kuat daya ingatnya. Sejak kecil dia

menghabiskan masa remaja dengan menjadi pembantu majikannya. Beliau

adalah orang yang bagus akhlaknya, tunggal tiada duanya, istimewa bila

dibandingkan dengan kebanyakan sahabatnya dengan sifat-sifat yang sudah

dikenal pada dirinya. Itu menjadikan dia menempati kedudukan yang

terpecaya di antara mereka. Salah satu terpenting adalah perkataan yang jujur

dalam seluruh perkataannya, bahkan juga pada seluruh perbuatannya, baik

saat beraktifitas maupun ketika diam tenang.9

6Ja’far Subhani,

Sejarah Nabi Muhammad SAW, Terj. Muhammad Hasyim, et al (Jakarta: Lentera,

2009), 188.

7Soekama Karya, Asep Usman Ismail, Hanun Asrohah, Murodi ,

Ensiklopedia Mini Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta : Logo Wacana Ilmu, 1998), 225.

8Muhammad Ihsan, Kisah sahabat nabi for kids (Bekasi : Sukses Publishing, 2012), 283-284. 9Hilmi Ali Sya’ban, bilal bin rabah Al-habsy ( Beirut: Dar Kitab Ilmiyah, 1991), 3.

(30)

20

Kejujurannya adalah kejujuran secara total, bukan parsial. Akan tetapi

keadaan lahiriahnya berbeda dari satu pribadi ke pribadi yang lainnya.

Seseorang menjadikannya terkenal dengan itu sampai kepercayaan terhadap

perkataannya dan perbuatannya mencapai tingkatan yang tidak diragukan lagi

dan tidak syubhat lagi padanya. Setiap orang itu mempunyai kunci

kepribadian yang menunjukkan pada akhlaknya dan perangai mentalnya.

Kunci kepribadian Bilal adalah kejujuran pada makna tertingginya. Rasulullah

dan kaum muslimin mempersaksikan kejujuran itu ada pada dirinya.10

Dia adalah orang yang berpengaruh bagi orang sekitarnya. Dan dia

memenuhi kebutuhan orang lain berpindah di antara pasar dan rumah. Inilah

yang membuat dirinya memahami hakikat semua permasalahan dan dapat

membedakan tingkah laku (budi pekerti) manusia. Mana yang baik dan mana

yang buruk diantara mereka.dia sukses dengan kesabarannya dan tabah dalam

derita sakit serta kekerasan yang ia alami. Hal ini tidak mengubah kekuatan

qona’ah dan keimanannya. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Dia menjadi

di kenal dengan kemerduan suaranya yang keras serta indah dalam membaca

Al-Qur’an dan lantang ketika adzan.11 Dialah orang pertama yang

mengumandangkan adzan untuk shalat. Selanjutnya dia dibantu oleh Abu

Mahdzurah dan Ibnu Ummi Maktum.12

10Muhammad Bakr Ismail,

Pesona 66 Sahabat, Terj. Irwan Raihan (Solo: Al-Qowam, 2013), 284.

11Hilmi Ali Sya’ban, bilal bin rabah Al-habsy , 4. 12Muhammad Bakr Ismail, Pesona 66 Sahabat, 284.

(31)

21

Ketika Makkah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung

Sholallahu ‘alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid,

Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal

masuk Islam, di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya

memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu’minin Khadijah binti Khuwailid,

Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama

ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.13

B. Masuk Islamnya Bilal Bin Rabah

Bilal hidup di pinggiran kota Makkah, dia menjadi seorang Budak

yang dikehendaki majikannya. Memenuhi kebutuhan, membersihkan rumah,

mengembala hewan ternak tanpa bayaran dan penghargaan. Dalam

kehidupannya serba dalam keterpaksaan dan hinaan. Penduduk Makkah

akhirnya dapat memahami hakikat kehidupannya dan terdapat penyimpangan

dalam peradaban manusia dan makna moralitas. Tetapi hidupnya berubah

setelah ia memeluk agama Allah SWT.14

Islam menerangi kota Makkah ketika Rasulullah datang dengan

membawa ajarannya, orang yang percaya tentang adanya kebenaran yang

dibawa oleh Rasulullah adalah Abu Bakar tanpa kebimbangan ia menerima

13Rony Wijaya, “ Biografi Bilal bin Rabah” http://bio.or.id/biografi-bilal-bin-rabbah/ 14Hilmi Ali Sya’ban, Bilal bin Rabah Al-Habsy, 5.

(32)

22

jakan Rasulullah untuk masuk ke dalam agama Islam.15Bilal masuk Islam

lewat ajakan Abu Bakar. Saat itu Bilal berusia tiga puluhan tahun.16

Bilal sering mendengar nama Muhammad disebut oleh Umayyah bin

Khalaf saat berbincang-bincang dengan kawan-kawan dan orang-orang

terkemuka kabilahnya. Mereka membicarakan kekasih Allah ini dengan penuh

kemurkaan dan kebencian. Kendati demikian, mereka tidak mengingkari sifat

amanah dan keberaniannya. Mereka juga tidak mengingkari keluhuran

akhlaknya, kejujuran tutur katanya, dan kejernihan akalnya.17 Namun mereka

sangat membenci Nabi Muhammad.

Diceritakan bahwa Lewat tengah malam bilal terbangun. Rasa lelah

dan kantuknya memang belum hilang. Segera dilipat selimutnya, sepertinya ia

sedang menanti sesuatu. Tergoda bilal untuk memeluk gulingnya. Beberapa

menit kemudian bilal seakan mendengar bisikan memanggilnya. Digosok

matanya seraya meyakinkan diri bahwa yang didengarnya bukan kisah mimpi.

Dengan sigap ia bangkit dari pembaringannya sambil telinganya dilebarkan.

Benar, ia memang mendengar suara memanggilnya.

Walau ia seorang budak yang rajin dan patuh, takkan pernah ia

merasakan panggilan yang penuh kasih seperti yang baru saja didengarnya.

Segera bilal membuka pintu. Segera dibukanya pintu. Di depannya berdiri

15Syaikh Mahmud Syakir,

Ensiklopedi Peperangan Rasulullah SAW, Terj. Abdul Syukur Abdul

Razzaq (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), 9.

16Muhammad Moljum Khan,

100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, Terj.Wiyanto Suud,

et al (Jakarta: Noura Books, 2012), 88.

17Mahmud Al-Mishri, Ensiklopedi Sahabat, Terj. Syafarudin, et al (Jakarta: Pustaka Imam

Asy-Syafi’i), 68.

(33)

23

sosok jangkung dan ramping di tengah kegelapan. Ternyata yang berkunjung

menemui Bilal adalah Abu Bakar. Beliau sengaja mengunjungi Bilal malam

karena tidak ingin ada orang yang tau bahwa ia menemui Bilal dengan tujuan

mengajaknya masuk Islam.18 Lantas Bilal menanyakan tujuan Abu Bakar

menemuinya.

Kemudian Abu Bakar menjelaskan tujuannya datang menemui Bilal,

dengan berkata: “dengar, Bilal. Masih ingatkah kamu ketika kita

bersama-sama dalam misi dagang quraisy ke syiria?” Bilal menjawab: “iya, saya ingat

tuan!” Abu Bakar bertanya kembali : “dan masih ingatkah engkau akan

seorang pendeta, yang menceritakan nubuwah yang pernah di lihatnya?

Bukankah pendeta tersebut berkata, akan tiba saatnya muncul seorang rasul

dari tengah gurun arab?” dan dijelaskan bahwa apa yang dikatakan pendeta

tersebut telah terjadi yakni datangnya Rasul Terakhir yakni Nabi Muhammad

SAW. Tetapi Bilal masih menanyakan kebenarannya sehingga Abu Bakar

menjelaskan bahwa dia mendengar desas-desus di Makkah, bahwa

Muhammad dengan diam-diam mengajak umat manusia agar berserah diri

hanya kepada Allah, yang Maha Esa. Dan aku tahu bahwa apa yang

disampaikannya adalah kebenaran. Aku kemudian pergi menemuinya dan

bertanya tentang apa yang kudengar. Ia pun menerangkan dengan santunnya

kepadaku, wahai Bilal.

18Abu Bakar melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dengan mengajak Bilal bin Rabah supaya

mengikuti ajaran Rasulullah. Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman,

Terj. A.Nashir Budiman (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 3.

(34)

24

Nabi Muhammad menjawab, bahwa Allah sesembahanku itu maha

Esa dan maha Kuasa. Dia adalah dzat yang maha mencoba dan maha pemberi

ingat. Allah pula lah yang telah mempercayakan kepadaku untuk meneruskan

karya Ibrahim, dan dia pula yang menugaskanku agar menyampaikan

ajarannya kepada umat manusia.” Abu Bakar menghela nafas dan sejenak

kemudian meneruskan kisahnya. Kata Abu Bakar, “Demi Allah, Muhammad

seumur hidupku aku belum pernah melihatmu berbohong, karena itu aku

percaya bahwa engkau memang telah menyampaikan kebenaran. Keluhuran

budimu memang meyakinkanku, dan aku yakin bahwa Allah memang telah

menyiapkan dirimu untuk menjadi teladan bagi sekalian umat manusia.karena

itu, Muhammad, dengarkanlah persaksianku. “ Aku beriman kepada Allah

yang engkau sembah, dan aku percaya bahwa Muhammad adalah utusan

Allah”. Mendengar itu Muhammad kemudian menjabat tanganku menerima

persaksianku.” Tetapi Bilal masih ragu dengan bertanya apakah dia di ajak

Muhammad. kemudian Abu Bakar menjelaskan kembali tugas Nabi

Muhammad kepada Bilal.19

19Tugas muhammad adalah menyampaikan ajaran Allah kepada seluruh umat manusia, tidak peduli

tuan atau budak. Diajaknya kita untuk meyakini bahwa tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah, dzat yang maha pencipta langit dan bumi serta segala makhluk yang ada di dalamnya. Allah adalah dzat yang maha mengetahui, dzat yang maha mengetahui, dzat yang akan memberikan ganjaran kepada mereka yang berbuat baik maupun memberikan siksa kepada mereka yang berbuat buruk, serta mengajak kita mengabdi kepada Allah, untuk selalu berpijak kepada kebenaran, keadilan dan persamaan.Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, Terj. A.Nashir

Budiman (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 6.

(35)

25

Ia mengajarkan bahwa semua manusia sederajat bagaikan gigi dari

sisir yang sama, juga mengajarkan bahwa manusia bebas tidak lebih baik dari

budak, atau sebaliknya, kecuali pada keluhuran, keimanan dan ketaqwaannya

kepada Allah. Aku tak ingin berbicara panjang denganmu Bilal. Hanya satu

ajakanku, terimalah dan berimanlah kepada ajaran Muhammad. Janganlah

biarkan bimbang dan ragu sedikitpun menyelusup di hatimu. Yakinlah bahwa

ajakan Muhammad akan mengantarkan kita kepada kebahagiaan sejati, yang

tidak ada lagi kebahagiaan lain yang dapat menyamainya, serta mengantarkan

kita pada puncak kebaikan. Karena itu, Bilal, mari akun ajak engkau untuk

mengucapkan kalimat persaksian :

ﷲﱠ إ ﮫ ا

ْنا ﺪﮭْﺷأ

و

دﮭْﺷأ

ﱠنأ

اًدﱠﻣﺣﻣ

لوﺳر

Artinya : Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad

adalah utusan Allah.

Mendengar itu tidak ada perasaan lain di hati Bilal kecuali keharuan.

Perlahan air matanya menitik dari pelupuk mata, dan perlahan ia

menempelkan wajahnya di hamparan pasir. Ia bersujud. Dengan terbata-bata

kemudian terdengar Bilal melafalkan kalimat persaksian (dua syahadat). Sejak

saat itu Bilal telah masuk kedalam jajaran umat Islam. Wajah Abu Bakar

(36)

26

Muhammad dan aku akan menunggumu pada saat seperti ini di rumahku.

Ingat, jangan terlambat datang, sahabatku!”

“akan selalu ku ingat ajakanmu, Abu Bakar!”, tutur bilal. Sekali lagi Abu

Bakar menggenggam erat tangan Bilal, dan keduanya kemudian pulang

kerumahnya masing-masing.20 Sejak saat itu Bilal bin Rabah mengikuti

ajaran Rasulullah dengan penuh keimanan.

C. Pernikahan

Pada suatu hari ia meminang dua wanita untuk dirinya dan saudaranya

Bilal mempunyai saudara dalam Islam, julukannya adalah Abu Ruwaihah. Dia

ingin meminang seorang perempuan dari kalangan warga Yaman, lantas dia

mengajak Bilal untuk menemaninya, karena berharap mereka mau

menerimanya sebagai suami dari anak perempuan mereka.21 sehingga ia

berkata kepada bapak wanita itu : “Saya adalah Bilal, dan ini saudaraku, dua

orang budak dari habsy. Pada mulanya kami adalah sesat tetapi Allah

membimbing kami. Kami adalah dua budak lalu Allah memerdekakan kami.

Jika anda setuju menikahkan anak perempuan anda dengan kami, segala puji

bagi Allah tetapi jika anda menolak, maka Allah maha besar.”22 Mereka

20Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, Terj. A.Nashir Budiman

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 3-7.

21Muhammad Bakr Ismail,

Pesona 66 Sahabat, 285.

22Khalid Muhammad Khalid, Para Sahabat yang Akrab dalam Kehidupan Rasul. Terj. M. Arfi Hatim.

(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), 93.

(37)

27

menjawab, “siapa saja yang menjadi saudaranya Bilal, maka kami akan

menikahkannya.23

Setelah urusannya selesai dan diterima lamaran Saudaranya, Beliau

mulai memikirkan kehidupannya akhirnya beliau meminang seorang wanita

bernama Hind.

Bapak dari wanita tersebut kemudian meminta Bilal untuk menunggu

sejenak, karena dia akan bermusyawarah dengan rasulullah. Bilal kemudian

pulang ke madinah. Hari berlalu, dan ternyata utusan dari keluarga Hind

datang untuk bertemu Rasulullah. Pimpinan rombongan berkata kepada

Rasulullah bahwa mereka datang dari Yaman, dan telah mendengar lamaran

Bilal terhadap saudara perempuan kami, Hind. Jawaban kepada Bilal bahwa

kami akan bertanya lebih dahulu kepada Rasulullah dan kami memintanya

bersabar untuk menunggu. Oleh sebab itu mereka meminta pendapat

rasulullah.24

Rasulullah diam sejenak dan kemudian tersenyum, beliau berkata

bahwa barangsiapa yang bertanya tentang Bilal maka jawabnya dia adalah

manusia surga. Keluarga Hind terkesima mendengar jawaban Rasulullah yang

menggambarkan kecintaannya kepada Bilal sehingga mereka tidak keberatan

untuk menikahkan Bilal dengan saudara perempuannya Hind. Bilal sangat

23Muhammad Bakr Ismail,

Pesona 66 Sahabat, 286.

24Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, Terj. A.Nashir Budiman

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 36.

(38)

28

berbahagia dengan keputusan ini, karena dengan itu ia telah berhasil

menyempurnakan agamanya.

Suatu malam ketika Bilal pulang dari sholat malam di masjid Rasul, ia

duduk di sebelah istrinya dan menceritakan apa yang di dengarnya dari

Rasulullah. Tetapi sang istri kurang dapat menerimanya dan kemudian

menolak untuk mempercayainya. Bilal sangat marah. Ia tidak dapat menahan

kesabarannya, dan akhirnya kembali menemui Rasulullah serta menceritakan

apa yang baru dialaminya. Rasul kemudian memegang tangan Bilal dan

kemudian mengajaknya pergi ke rumahnya. Sesampai disana Rasul bertanya

kepada istrinya “apakah Bilal telah memarahimu?” kemudian istrinya

menjawab “tidak, aku sangat mencintainya.”25 Rasulullah berkata “ketahuilah

tentang apa yang dikatakan Bilal tentang diriku adalah benar. Bilal tidak

berdusta.26Oleh sebab itu, kalau engkau sedang marah, jangan sekali kali

memarahinya, karena tidak akan ada amalmu yang diterima oleh-Nya”.27

Para sahabat Nabi tidak meragukan satu kata pun yang diucapkan oleh

Bilal, walaupun mereka merasa heran atau aneh dengannya. Mereka juga tak

ragu terhadap berita yang disampaikan Bilal kepada mereka walaupun cukup

banyak hal yang mengingkarinya atau setidaknya meragukannya.28

25Ibid, 37.

26Muhammad Bakr Ismail,

Pesona 66 Sahabat, 285.

27Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, 37. 28Muhammad Bakr Ismail, Pesona 66 Sahabat, 285.

(39)

29

Setelah memberikan nasihat, akhirnya Rasulullah kembali

kerumahnya, dan sepanjang hidupnya Bilal hidup berbahagia bersama

istrinya.29

D. Wafatnya Bilal bin Rabah

Ibnu Katsir mengungkapkan: “ setelah Rasulullah wafat, Bilal turut

dalam pasukan yang pergi ke Syam untuk berperang. Ada juga yang

berpendapat bahwa Bilal tetap menjadi muadzin pada masa-masa awal

kepemimpinan Abu Bakar. Riwayat yang pertama lebih shahih dan

populer.”30

Bilal menetap di Syam sebagai muslim yang tekun beribadah dan

zuhud terhadap dunia. Dia sabar menunggu waktu bertemu lagi dengan

kekasihnya, Rasulullah Muhammad dan para Sahabat yang mendahuluinya.

Selang beberapa tahun, Muadzin pertama dan terbesar pada masa ini pun

terbaring kaku di pembaringan terakhirnya. Bilal menderita sakit yang sangat

seirus. Wajahnya memucat dan matanya tertutupi cairan.31

Sa’id bin Abdul Aziz bertutur: “Pada akhir hayatnya Bilal

mengatakan: ‘Aku akan bertemu orang-orang tercinta, Muhammad dan

29Sara Salem,

Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, 37.

30Mahmud Al-Mishri,

Ensiklopedi Sahabat, Terj. Syafarudin, et al (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,

2015), 85.

31Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, 48.

(40)

30

golongannya.’ Istrinya menyahut: ‘Celakalah aku!’ dan Bilal menanggapi:

“berbahagialah aku”.

Bilal pun menghembuskan nafas terakhir, sementara Allah

berkehendak mengabadikan namanya bagi penghuni alam semesta. Adapun

derajatnya di akhirat adalah surga yang penuh kenikmatan.32Bilal meninggal

dunia pada tahun 20 Hijriyah, usianya sekitar enam puluh tahun.33 Pada

zaman kekhalifahan Umar bin Khathab.34Namun, namanya masih harum

hingga kini. Bahkan, di sejumlah masjid di Indonesia, mungkin juga di negara

lainnya, nama muazin selalu tercantum dengan tulisan Bilal. Ini menunjukkan

sebagai penghormatan kepada sang muazin Rasulullah, pengumandang azan

pertama di dunia. Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya.

Semoga Allah senantiasa merahmatinya dan mempertemukan kita bersama di

Surga bersama Nabi Muhammad dan para sahabatnya, serta bisa mendengar

Bilal bin Rabah melantunkan adzannya di Surga.

32Ibid., 38.

33Muhammad Moljhum Khan,

100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah, 94.

34Adi Salman, Kisah Bilal Bin Rabah,

http://sitblogspot.blogspot.co.id/2015/06/kisah-bilal-bin-rabah.html, (Rabu, 17 Juini 2015).

(41)

BAB III

PERAN BILAL BIN RABAH DALAM DAKWAH RASULULLAH SAW

A. Sebagai Muadzin Rasulullah

Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Bilal bin Rabah adalah Muadzin pertama Rasulullah hingga beliau

wafat. Bilal menyerukan adzan selama 13 tahun.1 Muadzin menurut

penulis adalah orang yang mengumandangkan seruan adzan. Semua

berawal dari hijrahnya nabi ke kota Madinah dan menjadikannya

sebagai Penyeru Umat Islam dalam menjalankan kewajiban Sholat.

Karena adzan baru disyariatkan ketika Rasulullah dan para sahabat

hijrah ke kota Madinah. Jika kita membicarakan muadzin maka tidak

luput dari perkara munculnya adzan sehingga menjadikan Bilal bin

Rabah sebagai penyeru adzan.

Adzan menurut pengertian adalah pemberitahuan tentang

masuknya waktu sholat dengan lafal-lafal tertentu, dengan harapan

akan tercapai seruan untuk shalat berjamaah serta syiar Islam. Muhyi

ad-Din ibn ‘Arabi Ra, mengatakan bahwa adzan adalah pemberitahuan

tentang masuknya waktu dan ajakan untuk sholat berjama’ah di

(42)

32

masjid. Dalam makna batin, adzan adalah pemberitahuan tentang

tajalli ketuhanan (hadir atau munculnya eksistensi ketuhanan) agar diri

suci di dalam ber-musyahadah kepada-Nya.2

Dalam hadits Bukhori juga menjelaskan tentang keutamaan

adzan yakni: Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah bersabda,

“Apabila dikumandangkan seruan untuk sholat, setan pun pergi sambil

terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar adzan. Apabila adzan telah

selesai, ia kembali. Jika diulangi kembali seruan sholat (Iqamah), setan

pun pergi lagi. Dan apabila selesai (iqamah), setan pun kembali

sehingga ia membisiki ke dalam hati seseorang. Setan berkata, ‘Ingat

begitu, ingat begitu,’ yang hal tersebut tidak teringat olehnya

sebelumnya, sampai seseorang tidak sadar sudah berapa rakaat ia

shalat.”3

Sedangkan keutamaannya bagi Muadzin dari sebagian hadits

adalah:

• “Barang siapa yang menyerukan adzan selama dua belas tahun,

maka wajib baginya Surga. Akan dituliskan untuk adzan yang

diserukannya itu setiap hari sebanyak enam puluh kebaikan,

sedangkan iqamatnya sebanyak tiga puluh kebaikan.”4

2Hamdani Bakran Adz-Dzakiey,

Prophetic Intelligence;Kecerdasan Kenabian (Yogyakarta: Al-Manar,

2013), 341.

(43)

33

• “Dosa orang yang menyerukan adzan diampuni sejauh jangkauan

suaranya, dan diberi pahala seperti pahala orang yang shalat

bersamanya.”

• “Penyeru Adzan akan diampuni sejauh jangkauan suaranya, dan

segala sesuatu yang basah maupun kering akan bersaksi baginya.”5

• “Orang yang mengumandangkan adzan adalah orang yang paling

panjang lehernya pada hari kiamat.”6

Munculnya adzan yang menjadikan sahabat Bilal bin Rabah

sebagai muadzin Rasulullah. Penulis memaparkan sejarah Bilal bin

Rabah menjadi muadzin Rasulullah dalam dakwahnya baik di

Madinah maupun di Makkah.

1. Awal mula menjadi muadzin

Diceritakan, Sejak Bilal masuk Islam, beliau selalu ada di sisi

Rasul SAW. Bilal menjadi pembantu setia Rasulullah, cintanya kepada

Rasulullah adalah inti kehidupan baginya. Beliau adalah jiwa dunia

dan akhirat di kejujuran hati sanubarinya. Dia hidup dan mati sedang

dia tidak mengharapkan pada dunianya dan tidak pula sesudah

kematiannya, kecuali bahwa dia pulang kepada perlindungan Allah

dan menikmati keridhaan-Nya.

5Mahmud Al-Mishri,

Ensiklopedi Sahabat, terj. Syafarudin, et al (jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,

2015), 82.

(44)

34

Dia tidak memiliki hubungan yang mengikatnya dengan alam

dunia ini kecuali bahwa dia berada di salah satu sisinya yakni

hubungan dengan Muhammad.7 Beliau juga giat mempelajari ajaran

yang disampaikan Rasul kekasih Allah.

Ketika Rasul SAW Memerintahkan para sahabatnya untuk

berhijrah ke Madinah, Bilal ada di antara mereka. Ia keluar dari

Makkah di tengah malam hari yang gelap , bersama-sama dengan

sahabat Saad Abi Waqqas dan Ammar Ibnu Yassir ketika rombongan

muhajirin ini sampai di Madinah mereka disambut hangat bagaikan

saudara sekandung kaum Anshar terhadap Muhajirin, sehingga

seandainya kaum Muhajirin ini sangat miskin maka kaum Anshar

dengan ringan tangan akan membagikan hartanya bagi mereka.

Bilal tinggal di Madinah dalam suasana hati yang tidak tenang.

Ia selalu teringat wajah orang yang sangat dikasihinya, Rasulullah

SAW. Setiap hariia pergi ke batas kota Madinah untuk menengok

kalau-kalau Rasulullah datang menyusul pada hari itu apalagi saat itu

ia sudah mendengar bahwa Rasulullah datang ditemani oleh Abu

Bakar telah meninggalkan kota Makkah dan dalam perjalanan menuju

Madinah.

Hingga akhirnya Rasulullah tiba, Bilal adalah orang yang tidak

menyembunyikan rasa gembiranya. Namun tubuh Bilal yang belum

(45)

35

menyesuaikan diri dari cuaca Madinah akhirnya membuatnya sering

sakit-sakitan. Di benak Bilal selalu terpateri kerinduan untuk dapat

segera kembali ke Makkah.

Kini, di madinah, tugas mulia telah menanti Nabi SAW, yakni

membangun masjid pertama di Quba. Kala itu arah kiblat telah diubah

dari menghadap ke Yerusalam menjadi menghadap ke ka’bah yang

ada di kota Makkah.

Suatu hari ketika masjid telah berhasil dibangun, Nabi duduk

disana dengan para sahabat yang mengelilinginya. Mereka sedang

beridskusi untuk mencari cara memanggil umat untuk bershalat. Hal

ini dikemukakan karena sebagian sahabat merasa kehilangan

kesempatan melaksanakan shalat wajib disebabkan tidak adanya tanda

manakala shalat wajib harus dilaksanakan. Oleh sebab itu salah

seorang sahabat kemudian menyampaikan usulannya.

Ada sahabat yang mengusulkan agar kibarkan bendera apabila

tiba saat melaksanakan shalat. Jika mereka melihatnya dari kejauhan

tentu akan segera menghentikan kegiatannya, dan sekaligus mengajak

rekan-rekan terdekatnya untuk segera melaksanakan shalat. Gagasan

ini terlihat cukup baik namun Rasul tidak berkenan.

Ada sahabat yang mengusulkan agar menggunakan suar nyala

api. Alasannya, mereka yang melihatnya dari jauh tentu akan segera

(46)

36

segera melaksanakan shalat sekaligus mengajak para sahabat yang ada

di dekatnya. Namun demikian terhadap gagasan ini ada yang memberi

komentar walau bagus, namun cara demikian mirip dengan apa yang

dilakukan kaum Majusi.8

Ada juga yang mengusulkan supaya ditiup trompet seperti

yang biasa dilakukan oleh pemeluk agama Yahudi. Ada lagi yang

mengusulkan supaya dibunyikan lonceng seperti yang biasa dilakukan

oleh orang Nasrani. ada seorang sahabat yang menyarankan bahwa

manakala waktu salat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat

yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat

itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia

berada ditempat yang jauh. Yang melihat api itu dinyalakan hendaklah

datang menghadiri salat berjamaah. Semua usulan yang diajukan itu

ditolak oleh Nabi, tetapi beliau menukar lafal itu dengan assalatu

jami’ah (marilah salat berjamaah). Lantas, ada usul dari Umar bin

Khattab jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil

kaum Muslim untuk shalat pada setiap masuknya waktu shalat.

Kemudian saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang dan Nabi

Muhammad SAW juga menyetujuinya.9

8Sara Salem,

Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, Terj. A. Nashir Budiman

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), 20-22.

(47)

37

Dalam hadits Bukhori Ibnu Umar berkata, “Orang-orang

Muslim ketika telah datang ke Madinah, mereka berkumpul lalu

mengira-ngira waktu sholat, namun tidak ada panggilan untuk itu.

Maka mereka membicarakan hal tersebut pada suatu hari. Sebagian

dari mereka berkata, ‘Jadikanlah lonceng sebagai tanda seperti lonceng

orang-orang nasrani.’ Sebagian yang lain berkata, ‘Bagaimana jika

terompet seperti terompet orang-orang yahudi? ‘Umar berkata,

‘Kenapa kalian tidak mengutus seseorang untuk menyeru Sholat?’

Maka Rasulullah bersabda, ‘Wahai Bilal, berdirilah dan berserulah

dengan seruan sholat’.”10

Ibnu ishaq berkata: pada saat kaum Muslimin berada dalam

keadaan seperti di atas, tiba-tiba Abdullah bin zaid bin tsa’labah bin

Abdu Rabbihi Saudara bani Al-Harits bin Al-Khazraj bermimpi

melihat seruan shalat. Ia menghadap Rasulullah SAW dan berkata:

“wahai Rasulullah, tadi malam aku bermimpi melihat seseorang

memakai pakaian hijau berjalan melewatiku dengan membawwa

lonceng, aku bertanya kepadanya, “Hai hamba Allah, bolehkah

loncengmu itu ku beli?” orang tersebut menjawab: “apa yang kau

inginkan darinya?” aku menjawab: “Aku akan gunakan untuk

memanggil orang untuk sholat. Orang tersebut berkata: “Maukah

(48)

38

engkau aku tunjukkan yang lebih baik dari pada lonceng ini?” Aku

berkata: “Apa itu?” Orang tersebut berkata: “Hendaknya engkau

berkata:”11

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah

Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah

Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah

Marilah kita bershalat

Marilah kita bershalat

11Ibnu Ishaq-Ibnu Hisyam, Sirah nabawiyah, 308-309. Lihat HR. Ibnu Majah 706, Sunan Ibnu Majah: 1/232.

(49)

39

Marilah kita menuju kemenangan

Marilah kita menuju kemenangan

Allah Maha Besar, Allah Maha Besar

Tiada Tuhan Selain Allah

Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Nabi

Muhammad.SAW, dan menceritakan perihal mimpi itu kepadanya,

kemudian Nabi Muhammad. SAW, berkata, "Itu mimpi yang

sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia

bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan

adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu

akupun melakukan hal itu bersama Bilal." Rupanya, mimpi serupa

dialami pula oleh Umar ia juga menceritakannya kepada Nabi

Muhammad SAW dan menyatakan, “wahai utusan Allah,

sesungguhnya aku baru saja bermimpi tepat sama dengan yang dialami

oleh Abdullah” Rasulullah pun menjawab “Wahai sahabatku, demi

Allah Dzat Yang Maha Terpuji, apa yang dialami Abdullah dan Umar

telah membuktikan kebenaran Adzan.12

Sejak saat itu, muadzin Rasulullah di Madinah adalah Bilal

ibn Rabah, orang yang pertama kali mengumandangkan azan untuk

12Syarifudin, Sejarah Adzan, http://adzan4.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-adzan.html, (Senin, 07 Mei 2012).

(50)

40

Rasulullah saw.13 Apabila tiba waktu shalat Bilal akan selalu naik ke

menara untuk mengumandangkan adzan. Keindahan suara Bilal telah

dikenal luas masyarakat Madinah. Bahkan ketika masih menjadi

budak Umayyah, keindahan puisi dan nyanyian Bilal telah memukau

banyak orang. Kini, suaranya menyesaki jalanan dan lorong kota

Madinah, dan kata-kata yang diucapkannya diingat dan dikenang umat

Islam hingga akhir zaman.

Apabila lengkingan Adzan Bilal sudah memenuhi udara

Madinah, umat islam segera bangkit dari tilamnya, dan beramai-ramai

menuju masjid Rasulullah untuk melaksanakan sholat subuh, Bilal

diizinkan untuk menyelipkan kalimat:

مْﻮﱠﻨ ا ﻦ ﺮْﯿﺧة ﱠﺼ ا ،مْﻮﱠﻨ ا ﻦ ﺮْﯿﺧة ﱠﺼ ا

(bahwa sesungguhnya shalat itu lebih baik daripada tidur).

Dalam sejarah umat islam, Bilal dicatat sebagai orang yang

memiliki kesempurnaan dan kejernian suara.14

2. Adzan di atas ka’bah dalam penaklukan Makkah

Hari demi hari berlalu, hingga tibalah saat Rasulullah kembali

ke Makkah sebagai penakluk dan pemenang. Rasulullah memasuki

kota Makkah, bersyukur dan mengucapkan takbir ‘Allahu Akbar’

dihadapan 10.000 orang Islam. Beliau menuju ka’bah, tempat suci

13Ahmad Mustafa Mutawalli, Syama’il Rasulullah, terj. Muflih Kamil (Jakarta: Qisthi Press,2009), 17. 14Sara Salem, Bilal Ibn Rabah Perjalanan Menembus Kepekatan Iman, 25-26.

(51)

41

yang telah dikelilingi oleh berhala berjumlah sama dengan jumlah hari

dalam setahun. Kebenaran telah datang dan kebathilan telah

dilenyapkan.15

Beliau terusir dari Makkah dalam keadaan bersedih, dan

sebelum berpisah dikatakan: “Demi Allah, kau adalah negeri Allah

yang paling dicintai-Nya, juga negeri yang paling dicintai Rasul-Nya.

Jika bukan karena kaumku yang mengusirku, niscaya aku tidak akan

meninggalkan.”

Dari Abdullah bin Umar; Bahwa Rasulullah datang pada hari

penaklukan Makkah dari arah dataran tingginya. Beliau mengendarai

unta dengan memboncangkan Usamah bin Zaid. Bersama beliau ada

Bilal bin Rabah, dan salah seorang pemegang kunci ka’bah : Utsman

bin Talhah.16 Kaum muslimin menginjakkan kaki di kota ini dengan

damai dan langsung menuju ke masjidil haram. Beliau pun meminta

agar dibawakan kunci ka’bah, lalu masuk bersama Usamah, Bilal, dan

Utsman. Sepanjang siang mereka di situ sebelum akhirnya beliau

keluar lebih dahulu, kemudian serentak kaum muslimin

berlomba-lomba masuk ke dalam baitullah. Orang yang pertama kali memasuki

ka’bah adalah Abdullah bin Umar. Didapatinya Bilal sedang berdiri 15Khalid Muhammad Khalid,

Para Sahabat yang Akrab dalam kehidupan Rasul (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2000), 90.

16Utsman bin Talhah, pemegang kunci ka’bah, masuk Islam pada perjanjian Hudaibiyah dan berhijrah bersama Khalid bin Walid. Dia mengantarkan Ummu Salamah dalam hijrahnya ke Madinah sebelum dia masuk Islam. Abdurrahman Ra’fat Basya, Mereka Adalah Para Sahabat(Solo: At-Tibyan, 2010),

247.

(52)

42

dibelakang pintu. “Di bagian mana Rasulullah mengerjakan shalat?”

Tanya Ibnu Umar. Bilal pun menunjukkan tempatnya. Abdullah

berkata: “Aku lupa menanyakan jumlah rakaat shalat beliau.”

Imam Ibnul Qayyim menambahkan: “Rasulullah

memerintahkan Bilal naik ke atas ka’bah untuk mengumandangkan

adzan.” 17 Ketika beliau naik di atas Ka’bah yang dimuliakan, beliau

melantunkan adzan dengan suara yang lantang dan merdu. Maka

leher-leher pun dilonggorkan untuk melihat ke arah Bilal dan mulailah

ribuan lisan menirukan adzan dibelakangnya dengan khusyuk.18

Adapun orang-orang dalam hatinya terdapat penyakit, maka

kedengkian memotong hati mereka. Bilal melantunkan adzan untuk

Nabi sepanjang hidup beliau. 19Saat azan yang dikumandangkan Bilal

sampai pada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadan Rosuulullaahi

(Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”. Juwairiyah

binti Abu Jahal bergumam, “Sungguh, Allah telah mengangkat

kedudukanmu. Memang, kami tetap akan shalat, tapi demi Allah, kami

tidak menyukai orang yang telah membunuh orang-orang yang kami

sayangi.” Maksudnya, adalah ayahnya yang tewas dalam Perang

Badar.

17Mahmud Al-Mishri,

Ensiklopedi Sahabat, 82-83.

18Hamdani Bakran Adz-Dzakiey,

Prophetic Intelligence;Kecerdasan, 347.

19Mushtafa Murad, 30 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, terj. Abu ‘Aisyah (Solo: Insan Kamil, 2011), 231.

(53)

43

Khalid bin Usaid berkata, “Aku bersyukur kepada Allah yang

telah memuliakan ayahku dengan tidak menyaksikan peristiwa hari

ini.” Kebetulan ayahnya meninggal sehari sebelum Rasulullah

Shalallahu ‘alaihi wasallam masuk ke kota Mekah. Hakam bin Abu

al-’Ash berkata, “Demi Allah, ini musibah yang sangat besar. Seorang

budak bani Jumah bersuara di atas bangunan ini (Ka’bah).”20

Pada waktu itu tiga pemuka kaum Quraisy duduk di halaman

ka’bah, begitu terpukul menyaksikan Bilal menginjak-nginjak

berhala-berhala. Terlebih saat bekas sahaya ini mengumandangkan adzan ke

seluruh penjuru Makkah di atasnya, dengan suara yang menggema,

guna menebar keharuman Islam laksana aroma bunga-bunga yang

bermekaran di musim semi. Mereka adalah Abu Sufyan bin Harb21

serta Attab bin Usaid dan al-Harits bin Hisyam.22Ketiganya pun

berkata satu sama lain. Attab berkata: “Sungguh, Allah memuliakan

Usaid sehingga tidak melihat kejadian yang tentu akan memicu amarah

ini.” Al-Harits berkata: “Demi Allah, seandainya aku tahu bahwa dia

pembawa kebenaran, niscaya akan kuikuti.” Abu Sufyan berkata: “

Aku akan diam. Jika aku berbicara, niscaya kerikil-kerikil

mengabarkan apa yang kukatakan.”

20Abdurrahman Ra’fat Basya,

Mereka Adalah Para Sahabat, 247-248.

21Pemuka Qurays yang baru saja masuk Islam.

(54)

44

Kemudian Nabi Menemui tiga orang ini dan menyatakan: “Aku

mengetahui apa yang kalian bicarakan.” Lalu beliau menyebutkan

perkataan mereka. Al-Harits dan Attab takjub dan menyatakan: “Kami

bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah. Demi Allah, tidak seorang

pun selain kami telah mengabarkannya kepada engkau.”23

Bilal hidup bersama Rasulullah, ikut ambil bagian dalam semua

perang, menjadi muadzin, menjalankan ibadah agama baru ini yang

membawanya dari kegelapan kepada cahaya, membebaskannya dari

perbudakan kepada kemerdekaan. Kedudukan agama Islam dan kaum

Muslim semakin tinggi. Bilal semakin dekat kepada Rasulullah setiap

hari, yang dilukiskan sebagai salah seorang penghuni surga.24

Secara ideal, saat ini mungkin sangat sulit untuk mengikuti dan

mencari seorang muadzin seperti Bilal bin Rabah, namun peristiwa

luar biasa ini dapat dijadikan motivator untuk meraih hakikat, dan

fungsi utama dari adzan. Sehingga, banyak kaum muslimin

berlomba-lomba untuk meneladani kebesaran dan kemuliaan sahabat Rasulullah

ini.

23Mahmud Al-Mishri,

Ensiklopedi Sahabat, Terj. Syafarudin et al (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i,

2015), 83-84.

(55)

45

3.Adzan terakhir Bilal bin Rabah

Tatkalah Rasulullah telah wafat, tibalah waktu shalat Bilal pun

berdiri untuk adzan kepada manusia. Sedangkan Nabi yang mulia

ketika itu telah diselimuti dengan kain namun belum dimakamkan,

tatkala Bilal sampai pada lantunan asyhadu anna Muhammadar

Rasulullah, suaranya tertahan oleh tangisannya dan beliau tidak

mampu menyelesaikan adzannya, sementara seluruh kaum muslimin

yang lain meneteskan air mata dan tenggelam dalam tangisan.

Setelah itu beliau masih mengumandangkan adzan selama tiga

hari. Namun setiap kali beliau sampai pada ucapan ashadu anna

muhammadar Rasulullah, beliau menangis dan membuat orang yang

mendengarnya juga menangis.25Setelah Rasulullah Wafat Abu Bakar

yang menggantikan Rasulullah dan di angkat menjadi

Khalifah.26Kemudian beliau meminta kepada Abu bakar untuk

diberhentikan dari tugas adzan setelah beliau tidak mampu

mengumandangkannya setelah kepergian Rasulullah serta meminta

izin kepada Abu bakar untuk ikut berjihad di jalan Allah dan

berjaga-jaga di perbatasan dari serangan musuh di negeri Syam. Beliau selalu

25Mushtafa Murad,

30 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, terjemahan: Abu ‘Aisyah , (Solo:

Insan Kamil, 2011), 231.

26Abul Hasan An-Nadwi, Riwayat Hidup Rasulullah, Terj. Bey Arifin et al (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008), 367.

(56)

46

mengulang-ulang permintaannya tersebut kepada Abu Bakar,27 beliau

berkata kepada Abu bakar, “jika anda membeli dan memerdekakan

saya dahulu untuk diri anda sendiri,maka tahanlah saya,namun jika

anda membeli dan memerdekakan saya karena Allah maka

lepaskanlah saya untuk berkhidmat kepada zat yang karena-Nya anda

telah memerdekakanku.”28

Maka Abu bakar pun berkata, “demi Allah,aku tidak

membelimu kecuali di jalan-Nya .” lalu Bilal berkata, “sesungguhnya

aku tidak mengumandangkan adzan lagi untuk seseorang setelah

Rasulullah meninggal.” Abu Bakar menjawab, “itu menjadi hakmu.”

Kemudian Bilal meninggalkan Madinah al-Munawarah dan

berangkat bersama pasukan pertama yang dikirim dan beliau menetap

di Darayya, suatu tempat dekat dengan Damaskus. Selama itu beliau

terus menahan diri dari adzan hingga umar datang ke negeri Syam,

lalu beliau bertemu dengan Bilal setelah sekian lama berpisah.

Sedangkan Umar telah sangat rindu kepada Bilal dan sangat

menghormatinya, sampai-sampai ketika beliau diingatkan dengan Abu

bakar dihadapannya,29Abu Nu’aim menceritakannya pada kami, Abd

Aziz bin Abi Salamah juga menceritakannya pada kami, dari

27Mushtafa Murad,

30 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga, 231.

28HR. Bukhari: 3755, Shohih Bukhari: 2/548.

Referensi

Dokumen terkait