PERAN PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH DALAM MENINGKATKAN
PRODUKTIVITAS UMKM DI KARAH SURABAYA
(Studi Kasus BMT Amanah Ummah Surabaya)
SKRIPSI
Oleh : Muhammad Iksan NIM. C04211102
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Peran Pembiayaan Mud}a>rabah Dalam Meningkatan
Produktivitas UMKM di Karah Surabaya (Studi Kasus BMT Amanah Ummah)”
skripsi ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah tentang bagaimana implementasi pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah? dan bagaimana peranan pembiayaan mud}a>rabah dalam meningkatkan produktivitas UMKM di BMT Amanah Ummah Karah Surabaya?
Data penelitian dihimpun melalui wawancara dan studi pustaka sebagai sumber utama, wawancara yang digunakan adalah langsung secara struktur maupun bebas dari pihak BMT Amanah Ummah yaitu kepada manager, marketing dan nasabah pembiayaan mud}a>rabah, selanjutnya dianalisis dengan teknik deskripsi kualitatif.
Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini adalah dalam pembiayaan mud}a>rabah BMT Amanah Ummah Surabaya sebagai pemilik dana (s}a>h}ibul ma>l) yang menyediakan seluruh kebutuhan modal dengan pihak pengelola usaha (mud}a>rib) untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh dibagi menurut perbandingan (nisbah) yang disepakati, begitu juga sebaliknya jika mengalami kerugian. Dalam perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mud}ārabah, porsi yang diberikan adalah 30:70 di mana 30% adalah bagian BMT Amanah Ummah dan 70% adalah bagian nasabah. Cara perhitungan juga dijelaskan di awal perjanjian. Pembiayaan bagi hasil muḍārabah ini dihitung dari asumsi pendapatan nasabah, yaitu diasumsikan bahwa nasabah akan mendapatkan keuntungan sebesar 10% dari pembiayaan yang diajukan nasabah atau bisa juga sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Peran pembiayaan muḍārabah yang diberikan BMT Amanah Ummah Surabaya bagi usaha nasabah terlihat dari kegiatan usaha yang dikelola oleh nasabah. Dari yang awalnya kekurangan modal hingga usahanya menghasilkan keuntungan lebih. Nasabah begitu terbantu dalam menjalankan usaha yang dijalaninya. Hal ini salah satunya dibuktikan dengan semakin banyaknya barang dagangan yang dimiliki nasabah. Pembiayaan muḍārabah tidak hanya semata-mata bermotifkan ekonomi tetapi juaga motif sosial yaitu diperuntukkan untuk masyarakat kecil. Masyarakat kecil merasa sangat terbantu karena dengan pembiayaan muḍārabah akan menjauhkan masyarakat dari rentenir dan juga pembiayaan muḍārabah akan menyelamatkan kaum muslim dari praktik riba yang sangat jelas haram hukumnya.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Kajian Pustaka ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 10
H. Metode Penelitian ... 11
I. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II TINJAUAN TENTANG BMT, PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DAN PRODUKTIVITAS UMKM ... 18
A. Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT) ... 18
1. Pengertian BMT... 18
3. Produk Pembiayaan Dana BMT ... 23
B. Pembiayaan Mud}a>rabah ... 24
1. Definisi Mud}a>rabah ... 24
2. Macam-macam Pembiayaan Mud}a>rabah ... 27
3. Rukun Pembiayaan Mud}a>rabah ... 28
4. Pengertian Pembiayaan ... 28
5. Tujuan Pembiayaan Mud}a>rabah ... 29
6. Aspek Teknis Pembiayaan Mud}a>rabah ... 30
7. Mekanisme Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mud}a>rabah ... 31
C. Produktivitas UMKM ... 33
1. Produktivitas ... 33
2. Definisi UMKM ... 35
3. Karakteristik UMKM di Indonesia ... 36
4. Peranan UMKM di Bidang Ekonomi ... 38
5. Peranan UMKM di Bidang Sosial ... 39
BAB III : PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM... 40
A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 40
1. Sejarah KJKS Amanah Ummah Surabaya ... 40
2. Visi Dan Misi ... 41
3. Legalitas BMT Amanah Ummah Surabaya ... 42
4. Struktur Organisasi KJKS Amanah Ummah Surabaya ... 43
5. Tugas Dan Tanggung Jawab Pegawai KJKS Amanah Ummah Surabaya ... 43
B. Produk-Produk BMT Amanah Ummah Surabaya ... 45
1. Produk Simpanan ... 45
2. Produk Pembiayaan ... 46
C. Implementasi Pembiayaan Mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah Surabaya ... 47
BAB IV ANALISIS PERAN PEMBIAYAAN MUD}A>RABAH DALAM
MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UMKM DI KARAH
SURABAYA ... 54
A. Analisis Implementasi Pembiayaan Mud}a>rabah di KJKS Amanah Ummah Surabaya ... 54
B. Analisis Peran Pembiayaan Mud}a>rabah Dalam Meningkatkan Produktivitas UMKM di KJKS Amanah Ummah Surabaya ... 62
BAB V PENUTUP ... 63
A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri jasa keuangan syariah telah memberikan berbagai
macam usaha yang berbasis lembaga keuangan mikro yang siap untuk memenuhi
kebutuhan keuangan pada lini usaha mikro. Pemerintah telah mengatur dan
memberikan pengarahan dalam UUD tentang koperasi berbasis syariah yaitu nomor
17 tahun 2012 pasal 87 ayat (3) disebutkan bahwa ”koperasi dapat menjalankan
usaha atas dasar prinsip ekonomi syariah” dan pada ayat selanjutnya disebutkan ”ketentuan mengenai berdasarkan prinsip ekonomi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan pemerintah”.1
BMT telah menjadi pembicaraan di masyarakat sebagai lembaga keuangan
syariah yang sukses dan dipercaya menjadi solusi mengatasan kemiskinan.
Pengertian BMT sendiri adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya baitul ma>l
wa tamwi<l secara harfiah/ lugowi baitul ma>l berarti rumah dana dan baitul tamwi<l
berarti rumah usaha.2 Dengan demikian, keberadaan BMT dapat dipandang yang
memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai media penyalur pendayagunaan harta
ibadah seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta dapat pula sebagai institusi
yang bergerak di bidang investasi yang bersifat produktif sebagaimana layaknya
bank. Dengan keberadaan BMT sebagai sektor investasi yang bersifat produktif.
Memberikan peluang bagi UMKM untuk meminjam sebagian dananya
diperuntukkan sebagai modal usaha dengan syarat yang mudah. Dalam hal ini, salah
satu keunikan dari produk BMT yaitu akad bagi hasil khususnya pembiayaan
1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.
2
mud}a>rabah. Mud}a>rabah merupakan transaksi yang harus dilaksanakan atas dasar
kepercayaan. Di mana kepercayaan didasari dengan penerapan akidah, akhlaq dan
moral sesuai dengan ketentuan syariah.3
Secara umum mud}a>rabah dibagi menjadi dua yaitu mud}a>rabah muṭlaqah dan
mud}a>rabah muqayyadah, yang dimaksud dengan mud}a>rabah muṭlaqah merupakan
kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola modal yang memiliki cakupan
bidang kerja yang sangat luas tanpa ada pembatasan. Artinya pengelola modal
memiliki kebebasan untuk pengusaha modal tersebut kedalam sektor usaha apapun
yang penting halal dan menguntungkan. Pemilik dana tidak membatasi bidang usaha
tertentu. Sedangkan mud{a>rabah muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara
pemilik modal (s}a>h{ibul ma>l) dengan pengelola (mud}}a>rib), dimana nisbah bagi hasil
disepakati dia awal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian (rugi) ditanggung oleh
pemilik modal.
BMT Amanah Ummah tentang pembiyaan mud}a>rabah sering dimanfaatkan
untuk membiayai usaha yang sudah jelas dan menguntungkan serta berjangka waktu
pendek. BMT akan sangat hati-hati, karena BMT akan menanggung kerugian
material secara penuh jika ternyata usaha yang dibiayai mengalami kegagalan.
Skema pembiayaan mud}a>rabah yaitu:
1. Pengusaha mempunyai usaha akan tetapi mempunyai kendala dalam hal
permodalan, sebaliknya BMT mempunyai modal serta membutuhkan pengelola
yang professional.
2. Kedua belah pihak bertemu dan mensepakati akad bagi hasil yang telah di
sepakati dari awal yang di lakukan kedua belah pihak.
3. Ketentuan pembagian tugas telah ditentukan bersama, pengusaha dengan
keahliannya bertugas untuk mengelola dana yang diberikan BMT, dan BMT
dengan dana yang dimilikinya berkewajiban memberikan modal kepada
pengusaha.4
Skema di atas menujukan bahwa peran BMT sebagai lembaga keuangan syariah
sangat vital, karena BMT memberikan sarana sebagai lembaga keuangan yang berbasis
4
syariah, dengan prinsip syariah yang lebih memberikan kesejukan dalam memberikan
ketenangan baik para pemilik dana maupun kepada para pengguna dana.5
keberadaan BMT telah membantu sebagaian UMKM di Indonesia khususnya di
Provinsi Jawa Timur. Tumbuhnya koperasi-koperasi untuk menyalurkan dananya
kepada pelaku usaha kecil dan menengah. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
mencatat jumlah Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan unit Jasa Keuangan Syariah di
Jawa Timur per Oktober 2012 mencapai 24.915 unit atau 85% dari jumlah koperasi
yaitu 29.267 unit, sedangkan aset KJKS mencapai Rp 15 terliun dan volume
pembiayaan mencapai 20 triliun.6 Dengan pembiayaan tersebut koperasi KJKS atau
disebut BMT telah memberikan sebagaian dananya dipergunakan untuk usaha kecil
dan menengah.
Salah satu BMT yang ada di Jawa Timur adalah BMT Amanah Ummah yang
berada di Jalan Karah Agung no 42 B, Surabaya. BMT Amanah Ummah adalah salah
satu BMT yang menyediakan pembiayaan mud}a>rabah untuk menunjang para pengusaha
kecil dan menengah untuk mendapatkan modal agar dapat membuka usaha yang
diinginkan.
Dari latar belakang diatas, saya tertarik untuk mengambil sebuah judul yaitu
“Peran Pembiayaan Mud}ārabah Dalam Meningkatan Produktivitas UMKM di Karah
Surabaya (Studi Kasus BMT Amanah Ummah)”, dikarenakan pembiayaan mud}a>rabah
yang dilaksanakan di BMT Amanah Ummah sangat mudah dan membantu Usaha
Mikro Kecil Menenggah UMKM di Karah Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh hasil agar mengetahui mekanisme pembiayaan mud}a>rabah di BMT
5 Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana Perdana Media Group,2009), 446.
6 Warta Metropolis Jatim, “peranan Bank/ Lembaga Keuangan, Koprasi dan UMKM dalam Memperkuat
5
Amanah Ummah dan untuk mengetahui peran pembiayaan mud}a>rabah untuk nasabah
yang membuka usaha kecil dan menengah.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Identifikasi Masalah :
Berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, maka penulis melakukan
identifikasi masalah yaitu:
a. Perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh BMT Amanah ummah terhadap
UMKM di Karah Surabaya.
b. Cara BMT Amanah Ummah dalam pelaksanaan pembiayaan terhadap
nasabah di Karah Surabaya.
c. Cara BMT Amanah Ummah menerapkan bagi hasil dan menghitung nisbah
dalam pembiayaan mud}a>rabah.
d. Peran BMT Amanah Ummah dalam memberikan pelayanan tentang
pembiayaan mud}a>rabah dalam meningkatkan produktivitas UMKM.
2. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka lebih fokus pada
pembahasan ini hanya dibatasi pada:
a. Implementasi pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah Ummah di Karah
Surabaya.
6
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan memberikan rumusan yang paling jelas dari
permasalahan yang ada untuk mempermudah analisa. Berdasarkan uraian yang telah
ada, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis implementasi pembiayaan mud}a>rabah di BMT Amanah
Ummah?
2. Bagaimana analisis pembiayaan mud}a>rabah dalam meningkatkan produktivitas
UMKM di BMT Amanah Ummah Karah Surabaya?
D. Kajian pustaka
Penelitian yang akan penulis lakukan berjudul “Peran Pembiayaan Mud}a>rabah
dalam Meningkatkan Produktivitas UMKM di Karah Surabaya (Studi kasus BMT
Amanah Ummah)”. Penelitian ini tentu tidak lepas dari berbagai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pandangan dan juga referensi.
Pertama, Penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Sukron
(2011) dengan judul “Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan dan Meningkatkan Pembiayaan Usaha Kecil dan Menegah”, dalam
penelitian tersebut membahas tentang strategi yang di gunakan oleh BMT
Almunawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM).
Hasil dari penelitian ini adalah strategi yang digunakan BMT Almunawwarah
7
saling memberi informasi jika ada mitra yang lain membutuhkan pembiayaan untuk
mengembangkan usaha mereka.7
menurut pandangan penulis, ada kesamaan dengan penelitian yang akan
penulis lakukan berupa pembahasan tentang pembiaayan terhadap UMKM tetapi ada
perbedaan yang menyebabkan penulis ingin melakukan penelitian yaitu penelitian
tersebut berpacu pada strategi yang dilakukan yang kemudian ditinjau dari
pengembang pembiayaan terhadap UMKM sedangkan penulis yang akan melakukan
penelitian, penelitian akan lebih terfokus pada penelitian peran pembiayaan
mud}a>rabah yang dilakukan oleh BMT Amanah Ummah untuk memproduktivitas
UMKM.
Kedua, penelitian karya Kania Suci, (2008) dengan judul ”Analisis Koperasi Baitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) di
Kota Jakarta”. Dalam penelitian ini membahas bagaimana peran koperasi Baitul Ma<l Wa> Tamwil (BMT) dalam mengembangkan usaha mikro kecil di kota jakarta.
Hasil penelitian ini adalah Usaha Mikro Kecil (UMK) memiliki peran penting
dalam perekonomian Indonesia, karena dengan UMK ini, pengangguran akibat
angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor
UMK telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan
ekonomi Indonesia.8
penelitian tersebut, menurut pandangan penulis, ada kesamaan dengan
penelitian yang akan, penulis lakukan berupa pembahasan tentang UMKM tetapi ada
perbedaan yang menyebabkan, penulis ingin melakukan penelitian yaitu penelitian
tersebut berpacu pada pengembangan UMKM yang kemudian ditinjau dari
7 Sukron, “Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan dan Meningkatkan Pembiayaan
Usaha Kecil dan Menegah”, (Skripsi--Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011).
8 Kania Suci, “Analisis Koperasi Bitul Ma>l Wa Tamwil (BMT) dalam Pengembangan Usaha Mikro Kecil
8
pelaksanaan pembiayaan sedangkan penulis yang akan melakukan penelitian,
penelitian akan lebih terfokus pada penelitian peran pembiayaan mud}a>rabah dalam
produktivitas UMKM yang dilakukan oleh BMT Amanah Ummah.
Ketiga, karya Isnaini, (2011) dengan judul ”Analisis Implementasi Prosedur
Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi
Kasus Pembiayaan Mud}a>rabah Muqayyadah pada Bank Muamaalat Indonesia
Cabang Tanjung Balai)” di dalam penelitian tersebut membahas tentang bagaimana
implementasi Bank Muamaalat Indonesia dalam melakukan pembiayaan mud}a>rabah
muqayyadah terhadap pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Hasil penelitian tersebut adalah setiap perusahaan tentunya memiliki
aturan-aturan baku yang menjadi pedoman kinerja dalam menjalankan aktivitasnya. Dalam
pelaksanaannya, tidak semua perusahaan secara murni menjalankan aktivitasnya
tersebut sesuai dengan aturan yang berlaku saja.9
penelitian tersebu, menuada kesamaan dengan menuurut pendapat si peneliti
yang akan penulis lakukan, berupa pembahasan tentang pembiayaan terhadap
UMKM tetapi ada perbedaan yang menyebabkan penulis ingin melakukan penelitian
yaitu penelitian tersebut berpacu pada aturan pembiayaan terhadap UMKM yang
kemudian ditinjau dari pelaksanaan pembiayaan sedangkan penulis yang akan
melakukan penelitian, penelitian akan lebih terfokus pada penelitian peran
pembiayaan mud}a>rabah yang dilakukan oleh BMT Amanah Ummah untuk
meningkatkan produktivitas UMKM.
9Isnaini, “Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank
Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Muḍārabah Muqayyadah pada Bank Muamaalat Indonesia Cabang Tanjung
9
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, adapun
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi pembiayaan Muḍārabah BMT Amanah Ummah
di Karah Surabaya.
2. Untuk mengetahui peran pembiayaan Muḍārabah dalam meningkatkan
produkuktivitas UMKM di BMT Amanah Ummah Karah Surabaya.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1. Teoretis
Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir dalam Program
Strata Satu (S-1) Jurusan Ekonomi Syariah, disamping itu penelitian ini juga
diharapkan mampu menambah keilmuan penelitian dalam bidang pembiayaan
mud}a>rabah yang lebih mendalam.
2. Praktis
a. Secara akademik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi untuk peneliti
selanjutnya dan menambah kontribusi dalam memperkaya ilmu khususnya
tentang pembiayaan mud}a>rabah.
b. Secara ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana kepada
mahasiswa dalam upaya pengembangan pemikiran dalam bidang ekonomi
10
G. Definisi Operasional
Konsep-konsep perlu didefinisikan secara jelas oleh peneliti agar pembaca
atau orang lain mengetahui maksud dari konsep yang dipakai peneliti dalam
penelitian tersebut. Konsep-konsep yang sama bisa jadi dapat diartikan berbeda oleh
pembaca. Definisi operasional merupakan suatu langkah yang dapat memberitahukan
bagaimana cara mengukur variabel dan untuk memudahkan pengukuran
masing-masing variabel berdasarkan kenyataan yang terjadi di lapangan. Dimana variabel
dalam penelitian yang akan dilakukan adalah pembiayaan mud}a>rabah dan
produktivitas UMKM.
Pembiayaan mud}a>rabah adalah akad kerjasama (pemberian modal) atas suatu
usaha dengan nilai yang disepakati antara nasabah dengan BMT Amanah Ummah,
setelah sebelumnya nasabah menyebutkan dengan sebenarnya biaya modal atas
barang/usaha tersebut dan besarnya keuntungan yang dapat diperolehnya. Dalam
pengelolaannya BMT Amanah Ummah sebagai s}a>h}ibul ma>l, memberikan modal
kepada nasabah. Nasabah akan mengelolah modal untuk usaha yang dia ajukan dan
disepakati kedua belah pihak anatara BMT (s}a>h}ibul ma>l ) dan nasabah (mud}a>rib).
Produktivitas UMKM adalah suatu ukuran perbandingan antara hasil
keseluruhan dan masukan yang ada di Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Masukan dibatasi dengan tenaga kerja, sedangkan keseluruhan di ukur dalam ke
satuan fisik, bentuk dan nilai. Dalam hal ini pembiayaan tersebut, ditentukan dengan
nilai atau laba yang dihasilkan dari pembiayaan mud}a>rabah terhadap UMKM di
Karah Surabaya.
Implementasi pembiayaan pada BMT Amanah Ummah sebagai s}ha>ibul ma>l
11
Karah Surabaya dan UMKM sebagai mud}a>rib wajib melunasi pinjam dari BMT
dengan waktu yang ditentukan dan disepakati kedua belah pihak.
Mekanisme akad mud}a>rabah, BMT Amanah Ummah sebagai s}a>h}ibul ma>l
memberikan dananya dalam bentuk barang kepada mud}a>rib dan barang tersebut
sudah disepakati oleh kedua belah pihak. Kemudian BMT Amanah Ummah
memberitahukan harga yang sebenarnya kepada UMKM dan besarnya keuntungan
yang di peroleh oleh BMT Amanah Ummah kepada UMKM di Karah Surabaya.
H. Metode Penelitian
1. Data yang dikumpulkan
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek alamiah di mana peneliti adalah instrumen kunci.
Laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data dapat berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, memo, atau dokumen resmi lainnya.10 Data yang
diperlukan dalam penelitian berupa sejarah singkat BMT Amanah Ummah,
kerjasama antara BMT dengan UMKM di Karah Surabaya serta mekanisme
pembiayaan mud}a>rabah yang di lakukan oleh BMT Amanah Ummah.
Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan pola berfikir dengan
pendekatan induktif yang berarti suatu jenis pola berfikir yang bertolak dari fakta
empiris yang didapat dari lapangan (berupa data penelitian) yang kemudian
dianalisis, ditafsirkan dan berakhir dengan penyimpulan terhadap permasalahan
berdasarkan pada data lapangan tersebut. Dengan kata lain metode analisis
12
dengan pola berfikir induktif merupakan metode analisis yang menguraikan dan
menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dan bukan dimulai dari deduksi
teori.11
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
dapat memberikan data penelitian secara langsung.12 Sedangkan sumber data
sekunder adalah sumber yang mampu atau dapat memberikan informasi atau data
tambahan yang dapat memperkuat data pokok.13
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah bagian Sumber Daya
Manusia, Marketing dan pembiayaan. Peneliti menggunakan data ini untuk
mendapatkan informasi langsung tentang pembiayaan mud}a>rabah dengan
mengamati dan wawancara sekaligus memperoleh informasi sebagai data
primer penelitian. Narasumber yang diwawancarai adalah (Human Resources
Departement) HRD BMT Amanah Ummah Syifaani Usrul Wiladah, SM dan
Castomer Service BMT Amanah Ummah Nur Arum Sri Rahayu, Marketing
BMT Amanah Ummah Amelia Rizki Ichwana, Admenistrasi Keuangan BMT
Amanah Ummah Dewi Sri mewawancarai nasabah adalah Sutrisno (pedagang
buah), Dewi (laundry), Rudy (Online Shop).
11 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), 40.
12 Joko P. Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), 87.
13
b. Sumber Data Sekunder Peneliti
Peneliti menggunakan sumber data sekunder ini untuk memperkuat
penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan dari data
primer.
penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan masalah pokok penelitian, baik manusia
maupun benda (majalah, koran, data-data lainnya). Buku-buku yang menjadi
sumber data sekunder adalah:
1) Veithzal Rivai. Islam financial Managemen. Jakarta: Raja Grafindo
Prasada, 2008.
2) Muhammad Ridwan. Pendirian Baitul Maal wat-Tamwil (BMT).
Yogjakarta: Citra Media, 2006.
3) Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2001.
4) Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer.
Yogyakarta: UII Press, 2000.
5) Edy Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusi. Jakarta: Prenada Media
Group. 2009.
6) Dokumen-dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan
pembahasan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, secara lebih detail teknik pengumpulan
14
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
observasi nonpartisipatif, yaitu pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia
hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan,atau bisa juga
disebut observasi pasif.
b. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan salah satu bentuk teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Dalam penelitian ini, wawancara
dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara struktur maupun
bebas dengan pihak BMT Ammanah Ummah, khususnya karyawan maupun
UMKM di sekitar karah dalam meningktkan pembiayaan Muḍārabah untuk
pengusaha kecil menengah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.14 Studi
dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar, maupun
elektronik. Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen
yang berhubungan dengan pembiayaan mikro di BMT Amanah Ummah di
Karah Surabaya.
15
4. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data adalah proses untuk memperoleh data ringkasan
berdasarkan kelompok data mentah. Data mentah adalah hasil pencatatan peristiwa
atau karakteristik elemen yang dilakukan pada tahap pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tekhnik pengolahan data secara
manual dimana memperoleh data mentah dengan melakukan observasi, interview
(wawancara) dan dokumentasi.
Untuk mengolah data, penulis menggunakan tiga kegiatan analisis yakni
sebagai berikut:15
a. Reduksi data
Kegiatan ini adalah sebuah proses pemilihan data, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan data, pengabstrakan data, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dalam kegiatan ini yang
dilakukan penulis adalah memilih data yang harus dibuang, data yang akan
dipakai untuk penelitian serta data yang harus dilakukan peringkasan.
b. Penyajian data
Penyajian data dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang
tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian yang dilakukan penulis adalah penyajian dalam
bentuk naratif yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pihak terkait dan
dokumentasi.
c. Menarik kesimpulan
pengelolahan data kualitatif ini penulis tidak tergesa-tergesa untuk
menarik kesimpulan tetapi secara bertahap dengan tetap meperhatikan
15 Diah An-Nur, “Tekhnik pengeolahan data”, dalam
16
perkembangan perolehan data karena sejak awal penelitian, penulis sudah mulai
mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat menjadi suatu kesimpulan
tertentu.
5. Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kualitatif, yaitu proses analisa data yang diperoleh melalui penelitian di
lapangan maupun kepustakaan disusun secara sistematis. Peneliti menggunakan
teknik ini karena penelitian ini menggunakan data-data untuk menggambarkan
suatu fenomena yang apa adanya (alamiah). Sehingga benar salahnya, sudah sesuai
dengan peristiwa yang sebenarnya. Penelitian deskriptif disebut juga penelitian
ilmiah karena semua data yang diambil merupakan fenomena apa adanya. Hasil
penelitian deskriptif sering digunakan untuk lanjut dengan penelitian analitis.
penelitian ini, penulis menganalisis data melalui tiga langkah. Langkah yang
pertama adalah membuat rincian-rincian yang berkaitan dengan permasalahan
yakni tentang mud}a>rabah yang terjadi dalam kerjasama dan mekanisme bagi
hasilnya. Kemudian langkah kedua adalah menerapkan pola pikir induktif dengan
mengelompokkan data menjadi beberapa data khusus kemudian disimpulkan secara
umum. Setelah memperoleh data, penulis menganalisis praktik mud}a>rabah di BMT
Amanah Ummah dan impelementasinya dalam meningkatkan produktivitas UMKM
di Karah Surabaya.
Langkah ketiga merupakan langkah terakhir, dalam langkah terakhir yang
dilakukan adalah mengkaitkan kesimpulan-kesimpulan umum yang telah diperoleh
dengan teori mud}a>rabah dengan implementasi yang terjadi dalam meningkatkan
17
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab yang terdiri dari lima bab,
yaitu:
Bab satu, berupa pendahuluan yang berisi latar belakang, identifikasi batasan
masalah, rumusan masalah, kegunaan hasil penelitian, tujuan penelitian, kajian
pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab dua, bab ini menguraikan tentang kerangka teoritis mencakup tinjauan
umum tentang BMT, pembiayaan mud}a>rabah dan produktivitas UMKM.. Dalam bab
ini dibahas teori-teori yang menjadi dasar pedoman tema penelitian yang diangkat.
Bab tiga, membahas tentang gambaran umum hasil penelitian yang secara
garis besar meliputi profil BMT Amanah Ummah dan praktek pembiayaan terhadap
UMKM di Karah Surabaya serta mekanisme pelaksanaan pembiayaan mud}a>rabah
yang dilakukan oleh BMT Amanah Ummah dalam meningkatkan produktivitas
UMKM dan peran pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Amanah ummah untuk
meningkatkan produktivitas UMKM di sekitar Karah Surabaya.
Bab empat, bab ini mengungkapkan mengenai analisis yang meliputi analisis
terhadap pelaksanaan pembiayaan mud}a>rabah dan peran pembiayaan mud}a>rabah
dalam meningkatkan produktivitas UMKM di Karah Surabaya.
Bab lima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari hasil
penelitian dan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Khususnya
dalam tujuan pengembangan produk pembiayaan mud}a>rabah untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan produktivitas UMKM di BMT Amanah Ummah Karah
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG BMT, PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH DAN PRODUKTIVITAS UMKM
A. Baitul Ma>l wa Tamwil (BMT)
1. Pengertian BMT
BMT adalah kependekan kata dari balai usaha mandiri terpadu atau
baitul ma>l wa tamwil yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi
berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah.1 BMT juga biasa dikenal dengan sebutan
baitul ma>l dan baitul tamwil. Secara harfiah, baitul ma>l berarti rumah dana dan
baitul tamwil adalah rumah usaha. Baitul ma>l dikembangkan berdasarkan sejarah
perkembangannya, yakni dari masa nabi sampai abad pertengahan perkembangan
Islam. Yang dimana, baitul ma>l berfungsi untuk mengumpulkan sekaligus
mengelolah dana sosial, sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang
bermotif laba.2 Baitul ma>l lebih mengarah pada usaha-usaha non profit yang
mengumpulkan dana-dana dari infaq, zakat dan sadaqah yang kemudian
disalurkan kepada yang berhak untuk menerimanya.3
Baitul tamwil mengarah pada usaha pengumpulan nasabah dan
penyaluran dana yang kegiatannya mengembangkan usaha-usaha produktif guna
meningkatkan kualitas usaha ekonomi pengusaha kecil dan mikro, antara lain
dengan cara mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan usaha ekonomi.4
Sedangkan menurut Imammuddin yang dikutip oleh Abdullah Zaky Al-Kaaf
dalam bukunya Ekonomi dalam Perspektif Islam, baitul ma>l dibagi menjadi tiga
1 Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan Umat Kontemporer, (Yogyakarta: UII Press, 2000), 113.
2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), 126.
3 Gita Danupranata, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: UPFE-UMY, 2006), 56.
19
kelompok yaitu: pertama, baitul ma>l khas, adalah bank negara yang khusus untuk
kepentingan pemerintah dan berada di bawah kepala negara, baik untuk
pemasukan atau pengeluaran. Kedua, baitul ma>l adalah bank negara yang
melayani segala kebutuhan rakyat, baik muslim atau d}zimmi. Dan ketiga, baitul
ma>l al muslimin adalah bank-bank yang didirikan oleh rakyat muslimin (bukan
negara), untuk memenuhi segala bank pemerintah dan bank swasta lainnya.5
Sebagai lembaga untuk berbisnis, BMT lebih mengembangkan usahanya
pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan
lainnya, yaitu menghimpun dana dari anggota dan calon anggota dalam bentuk
tabungan (simpanan) maupun deposito serta menyalurkannya kembali kepada
sektor ekonomi yang halal dan dapat menguntungkan.6Baitul Ma>l BMT di
Indonesia berbadan hukum koperasi, sehingga langkahnya harus sejalan dengan
ketentuan perkoperasian.
Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1992 tentangperkoperasian, yang didalamnya disebutkan bahwa
perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Dengan memperhatikan kedudukan koperasi yang seperti ini,
jelaslah bahwa peran BMT sangatlah penting dalam menumbuhkan dan
mengembangkan potensi bagi ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kehidupan
rakyat yang sejahtera di berbagai bidang termasuk dalam bidang ekonomi.7
a. Tujuan Pendirian BMT
Tujuan didirikannya BMT adalah agar dapat meningkatkan kualitas
usaha ekonomi rakyat untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan
5 Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2002), 205-206.
6 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul..., 126.
20
masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut dapat dipahami bahwa BMT
berorentasi pada upaya peningkatan kesejahteraan ummat. Sehingga dengan
menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidupnya
melalui peningkatan usaha-usahanya.8
b. Prinsip-prinsip Utama BMT
BMT menjalankan sebuah usahanya pada praktek kehidupan nyata,
BMT berpegang teguh pada beberapa prinsip sebagai berikut :9
1) Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan mimplementasikan
pada prinsip-prinsip syariah dan muamaalah Islam ke dalam kehidupan
nyata.
2) Keterpaduan, yakni antara nilai-nilai spiritual dan moral dalam
menggerakkan dan mengarahkan etika bisnis yang dinamis, adil, dan
berakhlak mulia.
3) Kekeluargaan, yakni mengutamakan kepentingan bersama diatas
kepentingan pribadi. Semua pengelola pada setiap tingkatan, pengurus,
serta anggotanya dibangun atas dasar kekeluargaan, sehingga tumbuh rasa
saling melindungi dan menanggung.
4) Kebersamaan, yakni kesatuan, polapikir, sikap, dan cita-cita antar semua
elemen anggota BMT. Antar pengelola dan pengurus harus mempunyai satu
visi yang sama yaitu untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial agar
menjadi lebih baik.
5) Kemandirian, yakni diatas semua golongan politik.
21
6) Profesionalisme, yaitu semangat kerja yang tinggi yang dilandasi dengan
dasar keimanan.
2. Produk Penghimpunan Dana BMT
Ada beberapa produk penghimpunan dan penyaluran dana yang dapat di
kembangkan oleh sebuah lembaga keuangan Islam termasuk BMT. Adapun
bentuk-bentuk simpanan yang diselenggarakan oleh BMT adalah sebagai berikut:
a. Simpanan Pokok Khusus (Modal Penyertaan)
Yaitu simpanan yang dapat dimiliki oleh invidu maupun lembaga
dengan jumlah setiap penyimpanan tidak harus sama. Simpanan ini hanya
dapat ditarik setelah jangka waktu satu tahun melalui musyawarah tahunan.
Atas simpanan ini, penyimpan akan mendapatkan laba sesuai dengan jumlah
modalnya.10
b. Simpanan Pokok
Yaitu simpanan yang harus dibayar saat menjadi anggota BMT.
Besarnya simpanan pokok harus sama. Pembayarannya dapat dicicil, supaya
dapat menjaring anggota yang lebih banyak. Sebagai bukti keanggotaan,
simpanan pokok tidak boleh ditarik selama menjadi anggota. Jika simpanan
ini ditarik, maka dengan sendirinya keanggotaannya dinyatakan berhenti.
c. Simpanan Wajib
Simpanan ini menjadi sumber modal yang mengalir terus setiap
waktu. Besar kecilnya sangat tergantung pada kebutuhan permodalan dan
anggotanya. Besarnya simpanan wajib setiap anggota sama. Baik simpanan
22
pokok maupun wajib akan turut diperhitungkan dalam pembagian SHU (sisa
hasil usaha).11
d. Akad Simpanan Wadi’ah
Wadi’ah adalah akad penitipan barang atau uang pada pihak bmt,
dengan cara memberikan surat berharga, pemindah bukuan atau transfer dan
perintah membayar lainnya. Dalam hal ini, BMT berkewajiban menjaga dan
merawat barang tersebut dengan baik serta mengembalikannya
sewaktu-waktu pada saat penitip menghendakinya.12
Ada dua macam simpanan yang berakad wadi’ah, antara lain : 1) Wadi’ah Yad Amanah
Yaitu penitipan barangatau uang, yang mana pihak yang
menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan tersebut. Dalam hal ini, pihak penerima titipan dapat
membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.
2) Wadi’ah Yad D}ama>nah
Yaitu penitipan barang, yang mana pihak yang menerima titipan
boleh menggunakan dan memanfaatkan barang yang dititipkan. Dalam hal
ini, pihak dari BMT mendapatkan hasil dari pengguna dana dan
memberikannya dalam bentuk bonus.13
e. Simpanan Mud}a>rabah
Simpanan mud}a>rabah adalah merupakan akad kerja sama modal antara
pemilik dana dengan pengelola dana (muḍa>rib) atas dasar bagi hasil. Dalam
hal penghimpunan dana, BMT berfungsi sebagai muḍa>rib (pengelola dana)
11 Ibid., 154. 12 Ibid., 150.
13Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001),
23
dan penyimpan sebagai s}a>h}ibul ma>l. Prinsip ini dapat dikembangkan untuk
semua jenis simpanan di BMT.14 Secara garis beras simpanan mudarabah
terbagi dua, yaitu: mud}a>rabah mut}laqah dan mud}a>rabah muqayyadah.
3. Produk Pembiayaan Dana BMT
Pembiayaan merupakan aktivitas terpenting bagi BMT, karena
berhubungan dengan rencana untuk memperoleh pendapatan. Pembiayaan adalah
suatu fasilitas yang diberikan oleh pihak BMT kepada anggotanya untuk
menggunakan dana yang telah dikumpulkan pihak lembaga keuangan dari
anggotanya.15 Adapun jenis-jenis produk pembiayaan dana BMT yang telah
dikembangkan seperti pembiayaan dengan prinsip kerja sama, yakni bentuk
pembiayaan kepada anggota atau nasabah BMT yang menyertakan sejumlah
modal baik uang tunai maupun barang untuk meningkatkan produktivitas usaha.
Sistem pembiayaan tersebut dapat diterapkan dalam dua akad pembiayaan, yaitu
pembiayaan mud}a>rabah dan pembiayaan musyarakah.16
a. Pembiayaan Mud}a>rabah
Pembiayaan mud}a>rabah adalah akad kerja sama usaha antara antara
dua belah pihak, yang mana pihak pertama yang menyediakan seluruh
modalnya dan pihak yang lain menjadi pengelola. Keuntungan usaha dari
pembiayaan tersebut dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam
kontrak.17
b. Pembiayaan Musharakah
14 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul..., 152.
15 Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan..., 119.
16 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul..., 169.
24
Yaitu akad kerja sama antara dua belah pihak yakni BMT dengan
anggota, yang mana modalnya berasal dari kedua belah pihak dan keduanya
bersepakat dalam keuntungan dan resikonya. Dalam hal ini, pihak BMT akan
menyertakan modal kedalam proyek atau usaha yang diajukan setelah
mengetahui besarnya partisipasi anggota. Dalam akad ini, BMT dapat terlibat
aktif dalam kegiatan usaha anggota.18
B. Pembiayaan Mud}a>rabah
1. Definisi Mud}a>rabah
Mud}a>rabah berasal dari kata ḍarb, yang berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang
memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.19 Dalam bahasa Arab, kata ini
termasuk ke dalam kata yang memiliki banyak arti. Namun dibalik keluwesan
kata ini, dapat ditarik benang merah yang dapat mencerminkan keragaman
makna yang ditimbulkannya, yaitu bergeraknya sesuatu kepada sesuatu yang
lain.20
Mud}a>rabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Muslim sejak
zaman nabi, Bahkan telah diperaktikkan oleh bangsa arab sebelum turunya
islam. Ketika Nabi Muhammad Saw. Berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan
akad mud}a>rabah dengan Khadijah. Dengan demikian , ditinjau dari segi hukum
islam, maka praktik mud}a>rabah ini dibolehka, baik menurut Al-qur’an , Sunnah,
maupun ijma.
18 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul..., 171.
19Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah...,95.
20 Muhammad, Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam STIS
25
Akad mud}a>rabah merupakan akad antara dua pihak di mana satu pihak
berperan sebagai pemilik modal (s}a>h}ibul ma>l) dan mempercayakan sejumlah
modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni pengelola (mud}a>rib), dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak berupa besarnya nisbah bagi hasil. Kerugian
ditanggung oleh s}a>h}ibul ma>l selama kerugian itu bukan diakibatkan kelalaian
muḍarib. Seandainya memang akibat kecurangan atau kelalaian muḍa>rib, maka
ia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Seperti yang dijelaskan
dalam Allah dalam Al-Quran :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa’: 29)21
Praktik pembiayaan mud}a>rabah antara Khadijah dengan nabi, saat itu
khadijah mempercayakan barang daganganya untuk dijual oleh Nabi Muhammad
Saw Ke luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal
(s}a>h}ibul ma>l) sedangkan Nabi Muhammad Saw. Berperan sebagai pelaksana
usaha (mud}a>rib). Bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak satu pihak
berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk
dikolah oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk
mendapatkan untung disebut akad mud}a>rabah. Atau singkatnya, akad mud}a>rabah
Secara teknis, akad mud}a>rabah adalah akad kerja sama antara dua belah
pihak, yang mana pihak pertama (s}a>h}ibul ma>l) menyediakan seluruh modalnya,
sedangkan pihak yang lain menjadi pengelola (muḍa>rib). Keuntungan usaha
secara mud}a>rabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal
selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian dari si pengelola. Akan tetapi,
22 Adiwarman A. Karim, Bank Islam(Analisis Fiqih dan Keuangan) (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006),
27
jika kelalaian tersebut diakibatkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola,
maka harus bertanggung jawab atas kelalaian tersebut.23
Akad mud}a>rabah adalah salah satu bentuk akad kerjasama kemitraan
yang berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi, dimana salah satu mitra yang
disebut dengan s}a>h}ibul ma>l atau rabbul ma>l (penyedia dana) untuk menyediakan
sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif, sedangkan mitra
lainnya yang disebut muḍa>rib yang memiliki keahlian untuk menjalankan
usahanya baik menyediakan modalnya (100%) kepada pengusaha atau yang
sering disebut muḍa>rib, untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat
bahwa keutungan yang dihasilkan akan dibagi menurut kesepakatan yang
ditentukan sebelumnya dalam akad.24
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pihak lembaga keuangan
syariah dalam menilai pengajuan pembiayaan didasarkan pada rumus 5C, yaitu:
a. Character artinya sifat pribadi atau karakter anggota pengambil pinjaman.
b. Capacity artinya kemampuan anggota untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil.
c. Capital (modal) artinya penilaian besarnya modal yang diperlukan peminjam
atau nasabah.
d. Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam
kepada pihak lembaga keuangan.
23Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah... 95.
28
e. Condition (kondisi ekonomi) artinya pembiayaan yang diberikan juga perlu
mempertimbangkan kondisi ekonomi yang dikaitkan dengan prospek usaha
calon nasabah.25
2. Macam-macam Pembiayaan Mud}a>rabah
Secara umum mud}a>rabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu mud}a>rabah
muthlaqah dan mud}a>rabah muqayyadah.
a. Mud}a>rabah mut}hlaqah adalah bentuk kerja sama antara s}a>h}ibul ma>l dan
muḍa>rib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu dan daerah bisnis.
b. Mud}a>rabah muqayyadah adalah kebalikan dari mud}a>rabah mut}hlaqah. Disini
muḍa>rib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usahanya.26
3. Rukun-rukun Pembiayaan Mud}a>rabah
Faktor-faktor (rukun) yang harus ada dalam akad mud}a>rabah adalah:
a. Adanya pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha).
b. Obyek mud}a>rabah (modal dan kerja).
c. Persetujuan antara kedua belah pihak (ijab dan qabul).
d. Nisbah keuntungan.27
4. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berasal dari
kata biaya yang artinya uang yang dikeluarkan untuk mengadakan atau
melakukan sesuatu. Sedangkan kata pembiayaan artinya segala sesuatu yang
berhubungan dengan biaya.28 Pembiayaan merupakan aktivitas utama dari BMT
25 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), 49.
26 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqih Muamaalat), (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003), 172.
27 Adiwarman A. Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 205.
29
yaitu suatu fasilitas yang diberikan BMT kepada anggotanya untuk
menggunakan dana yang telah dikumpulkan oleh BMT dari anggotanya.29 Dapat
dikatakan pembiayaan, karena bank syariah menyediakan dana guna membiayai
kebutuhan nasabah yang membutuhkannya dan layak memperolehnya.
Kegiatan pembiayaan (financing) pada lembaga keuangan syariah, dalam
arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendifinisakan pendanaan yang dilakukan
oleh lembaga pembiayaan, seperti bank syari’ah, kepada nasabah.30 Menurut sifat
penggunaannya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukkan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
masalah usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.31
Sedangkan menurut keperluannya, pembiayaan produktif dibagi dalam dua
kelompok:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang diperlukan
untukmemenuhi kebutuhan dalam hal peningkatan produksi, baik secara
kuantitatif yaitu jumlah hasil produksinya, maupun secara kualitatif yaitu
masalah peningkatan kualitas atau mutu hasil dari produksi.
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan barang-barang modal investasi serta fasilitas-fasilitas yang
berkaiatan dengan masalah tersebut.32
29 Muhammad, Lembaga-lembaga Keuangan...,119.
30 Muhammad, Manjemen Bank Syari’ah (Yogyakarta:UPP Mencerdaskan Bangsa, 2002), 260.
31Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah...,160.
30
5. Tujuan Pembiayaan Mud}a>rabah
Pembiayaan mud}a>rabah dapat dipergunakan oleh bank untuk hal-hal yang
sangat beragam sekali, diantaranya :33
a. Investasi dalam suatu proyek yang sepenuhnya dimiliki oleh suatu badan
usaha tertentu.
b. Membiayai nasabah yang telah diketahui kredibilitas dan bonafiditasnya serta
diharapkan usaha yang dikelola cukup feasible dan profitable.
6. Aspek Teknis Pembiayaan Mud}a>rabah
Dalam melaksanakan pembiayaan mud}a>rabah, langkah-langkah yang
harus diperhatikan dapat dibedakan ke dalam pembiayaan badan usaha dan
pembiayaan proyek.34
a. Pembiayaan Badan Usaha
1) Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayai.
2) Melakukan dan menganilisi dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana
keuntungan yang diperoleh dan kelakan bisnis.
3) Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal termasuk untuk
memungkinkan perusahaan segera didaftarkan.
4) Menunjuk anggota-anggota direksi yang akan mengelola jalannya
perusahaan.
b. Pembiayaan Proyek / Kontrak
33Muhammmad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2005), 18.
31
1) Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala nasabah
membutuhkan dana dimuka untuk modal kerja proyek yang telah
didapatnya.
2) Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada kinerja nasabah
dalam menjalankan usaha dengan kontrak dan kemampuannya untuk
membayar tepat pada waktunya.
3) Melakukan analisa kredit dan dievaluasi terhadap proposal yang diajukan.
4) Menerbitkan offering letter manakala proposal telah disetujui dan
diutarakan pula didalamnya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
nasabah dalam rangka mendapatkan fasilitas pembiayaan.
7. Mekanisme Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mud}a>rabah
Bagi hasil dalam transaksi mud}a>rabah merupakan pembagian atas
hasil usaha yang dilakukan muḍa>rib atas modal yang diberikan oleh s}a>h}ibul
ma>l. Bagi hasil atas kerja sama usaha ini diberikan sesuai dengan nisbah yang
telah dituangkan dalam akad mud}a>rabah . Perhitungan bagi hasil pembiayaan
mud}a>rabah dibagi menjadi 2 :35
1) Revenue Sharing (bagi hasil)
Perhitungan bagi hasil dengan menggunakan revenue sharing ialah
berasal dari nisbah dikalikan dengan pendapatan sebelum dikurangi biaya.
2) Profit / Loss Sharing( bagian kerungian)
Perhitungan bagi hasil dengan menggunakan profit/loss sharing
merupakan perhitungan bagi hasil yang berasal dari nisbah dikalikan
dengan laba usaha sebelum dikurangi pajak penghasilan. Pendapatan kotor
32
dikurangi dengan harga pokok penjualan, biaya-biaya (biaya administrasi
dan umum, biaya pemasaran, biaya penyusutan dan biaya lain-lain), sama
dengan laba usaha sebelum pajak. Laba usaha sebelum pajak dikalikan
dengan nisbah yang disepakati, merupakan bagi hasil yang harus
diserahkan oleh nasabah kepada bank syariah.
Metode penghitungan bagi hasil dalam ekonomi syariah secara umum
dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :36
a) Menghitung saldo rata-rata harian sumber dana sesuai klasifikasi dana
yang dimiliki.
�� =� ��� �� �∑
Dimana,
DA = saldo rata-rata harian n = waktu atau hari
b) Menghitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah
tersalurkan pada proyek atau usaha-usaha lainnya.
WA = ∑(total dana x jumlah hari periode dana)
c) Menghitung distribusi pendapatan yang diterima dalam periode tertentu.
�� =�� ��
���
Dimana,
WA (Weight Average) = saldo rata-rata tertimbang TWA (Total Weight Average ) = total saldo rata-rata tertimbang
TP = total pendapatan periode tertentu
DP = distribusi pendapatan
36Koperasi Syariah, “Konsep Bagi hasil dalam Ekonomi Syariah”, dalam
33
d) Membandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah
disalurkan.
e) Mengalokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana
yang dimiliki sesuai dengan saldo rata-rata tertimbang.
f) Memperhatikan nisbah sesuai dengan kesepakatan yang tercantum dalam
kesepakatan (akad).
g) Mendistribusikan bagi hasil tersebut sesuai dengan nisbahnya kepada
pemilik dana sesuai dengan klasifikasi dana yang ditanamkan.
C. Produktivitas UMKM
1. Produktivitas
Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban
manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya
(effort) manusia untuk selalu meningkatkan kuaitas kehidupan dan penghidupan
di segala bidang. Menurut Encyclopedia Britanica disebutkan bahwa
produktivitas dalam ekonomi berarti rasio bagi hasil yang dicapai dengan
pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan menurut
formulasi National Productivity Board (NPD) Singapore, dikatakan bahwa
produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat
untuk melakukan perbaikan.37
34
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input).
Dengan kata lain bahwa produktivitas dua dimensi, yaitu:38
a. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah pada pencapaian untuk
kerja yang maksimaal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas dan waktu.
b. Dimensi kedua adalah efesiensi yang berkaitan dengan upaya
membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana
pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Produktivitas merupakan suatu sikap mental yang selalu mempunyai
pandangan bahwa kualitas hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari
esok harus lebih baik dari hari ini. Ungkapan tersebut merupakan ungkapan
positif dari produktivitas, akan tetapi bila dilihat secara netral pengertian teknik
dari produktivitas total adalah perbandingan jumlah yang dihasilkan (output)
suatu unit kegiatan produktif terhadap jumlah keseluruhan sumber-sumber daya
(input) yang dipergunakan oleh unit tersebut.39
Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, kinerja,
kualitas, hasil-hasil merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan
demikian produktivitas merupakan kombinasi antara efektivitas dan efisiensi,
sehingga dapat diukur sebagai berikut:
P�oduktivita� =Output yang diha�ilkanInput yang diha�ilkan =Penggunaan SDA/M =Pencapian Tujuan Efetivita�Efe�ien�i
38 Payaman, J. Simanjuntak, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi, 1998), 77.
39 Gaspersz, V., Analisa Untuk Peningkatan Kualitas (Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001),
35
Sumanth dalam Gaspersz memperkenalkan konsep formal yang disebut
siklus produktivitas (productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan
produktivitas terus menerus. Pada dasarnya konsep ini hanya terdiri dari empat
tahap utama:40
a. Pengukuran produktivitas
b. Evaluasi Produktivitas
c. Perencanaan Produktivitas
d. Peningkatan Produktivitas
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dilihat bahwa produktivitas
sangat erat kaitannya dengan inovasi yang dilakukan pengusaha karena inovasi
yang dilakukan pengusaha memiliki pengaruh terhadap efektifitas dan efisiensi
usaha.
2. Definisi UMKM
Usaha kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih dari lima
puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak lima ratus juta rupiah (tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak sebesar
dua milyar lima ratus juta rupiah. Sedangkan usaha menengah adalah usaha yang
memiliki kekayaan bersih lebih dari lima ratus juta rupiah sampai dengan paling
banyak adalah sepuluh milyar rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari dua milyar lima
ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak lima puluh milyar rupiah
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008).
36
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2008 Pasal 6, UMKM dibedakan berdasarkan
asset dan omsetnya sebagai berikut :
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut :
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyakRp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut :
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut :
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
3. Karakteristik UMKM di Indonesia
Ada empat alasan yang menjelaskan posisi strategis UMKM di Indonesia.
Pertama, UMKM tidak memerlukan modal yang besar sebagaimana perusahaan
37
kerja yang diperlukan tidak menuntut pendidikan formal tertentu. Ketiga,
sebagian besar berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur
sebagaimana perusahaan besar. Keempat, UMKM terbukti memiliki ketahanan
yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.41
Usaha kecil dan menengah diharapkan mempunyai peranan yang semakin
penting dalam pengembangan perekonomian nasional baik dalam produksi,
ekspor, maupun penyerapan tenaga kerja. Dalam rangka mendukung
pengembangan dan pemberdayaan UKM, Bank Indonesia melakukan penelitian
Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi
potensi ekonomi daerah kepada stakeholders, baik kepada Pemerintah Daerah,
perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan
dalam upaya pemberdayaan UKM. Beberapa aspek karakteristik usaha kecil dan
menengah meliputi:42
a. Bentuk Badan Hukum
Salah satu yang disoroti dari karakteristik industri kecil adalah badan
hukumnya. Sebagian besar industri kecil nasional tidak berbadan hukum atau
bersifat informal. Karena sifat usahanya yang informal, maka industri kecil
sering kali tidak terjangkau oleh berbagai jenis kebijakan pembinaan yang
dilakukan pemerintah, baik dibidang kemitraan, perkreditan atau yang
lainnya.
b. Sumber Daya Manusia
41 Dyah Ratih Sulistyastuti, “Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional
UKM di Indonesia 1999 –2001”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, No. 1 (2004), 145.
42 Muhammad Arif Hari Purwanto, “Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja pada UKM Batik Tulis Khas
38
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang
sangat vital dalam menentukan maju mundurnya perusahaan. Salah satu
faktor yang menentukan kualitas SDM adalah tingkat pendidikannya.
Semakin tinggi tingkat pendidikannya semakin besar pula kemampuannya
dalam segala hal, termasuk kemampuannya untuk berkarya secara lebih
produktif. Dalam UKM dicirikan dengan rendahnya kualitas tenaga kerja atau
tingkat pendidikan dan dominannya tenaga kerja laki-laki.
1) Keterampilan
Kemampuan penguasaan teknologi merupakan salah satu faktor
terpenting bagi sektor industri atau usaha dalam mencapai keunggulan
kompetitif. Faktor inilah yang tidak dimiliki oleh industri kecil, yang
menyebabkan sulit untuk berkembang.
2) Permodalan
Merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi oleh industri
kecil. Kebanyakan pengusaha pada industri kecil mengandalkan dari
modalnya sendiri. Sedikitnya pengusaha industri kecil yang
menggunakan modal dari pinjaman diduga karena terbatasnya akses ke
sumber modal pinjaman seperti bank atau lembaga keuangan lainnya.
Kemungkinan lain karena memang tidak diperlukan modal usaha yang
besar mengingat bahwa skala industri kecil relatif terbatas.
3) Orientasi Pasar
Wilayah pemasaran hasil industri kecil kebanyakan hanya dalam
negeri saja. Industri kecil sangat kesulitan dalam melakukan ekspor
secara langsung. Volume dan nilai ekspor yang relatif kecil serta
39
membuat perusahaan kurang efisien dalam melakukan ekspor secara
langsung. Kemampuan industri kecil untuk melakukan ekspor secara
lansung dapat dilakukan oleh daerah yang tahap pembangunan
industrinya relatif lebih maju dari daerah lainnya.
4) Proses Pemasaran
Mengenai cara pemasaran hasil produk-produk industri kecil, sebagian
besar menjualnya kepada para pedagang dan ada juga yang secara
langsung menjualnya kepada konsumen. Hanya ada sedikit sekali industri
kecil yang memanfaatkan jasa koperasi dalam memasarkan barangnya.
4. Peranan UMKM di Bidang Ekonomi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan
dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. UMKM diharapkan mampu
memanfaatkan sumber daya nasional, termasuk pemanfaatan tenaga kerja yang
sesuai dengan kepentingan rakyat dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
maksimum. UMKM telah menunjukkan peranannya dalam penciptaan
kesempatan kerja dan sebagai salah satu sumber penting bagi pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB). Usaha kecil juga memberikan kontribusi yang
tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di sektor-sektor industri,
perdagangan dan transportasi. Sektor ini mempunyai peranan cukup penting
dalam penghasilan devisa negara melalui usaha pakaian jadi (garment),
barang-barang kerajinan termasuk meubel dan pelayanan bagi turis.43
5. Peranan UMKM di Bidang Sosial
43 Arief Rahmana, “Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan Daya Saing Usaha Kecil Menegah”,
40
UMKM mampu memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi
ketimpangan pendapatan, terutama di negara-negara berkembang. Peranan usaha
kecil tidak hanya menyediakan barang-barang dan jasa bagi konsumen yang
berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli
lebih tinggi. Selain itu, usaha kecil juga menyediakan bahan baku atau jasa bagi
usaha menengah dan besar, termasuk pemerintah lokal. Tujuan sosial dari
UMKM adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan minimum, yaitu menjamin
kebutuhan dasar rakyat.44