• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INTENTION TURNOVER DENGAN KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN INTENTION TURNOVER DENGAN KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASI."

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi

Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Psikologi

(S.Psi)

Nanang Nurcholiq

B07212065

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACT

This study aimed to determine the association between turnover intention and job satisfaction and organizational commitment.

This research is a quantitative method of multiple regression analysis of the data, the calculation program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows version 16:00. This study uses data collection techniques in the form of scale of scale turnover intention, job satisfaction and organizational commitment. The subjects were employees of Pizza Hut in Surabaya minimum age 19 years, with a minimum of 1 year old work, samples taken populatif numbered 43 people.

The results showed first hypothesis with a significance of 0.001 with a correlation of -0.455, which means there is a positive relationship of job satisfaction on turnover intention, the lower the level of job satisfaction, the higher the level of turnover intention. The results showed hypothesis 2 with a significance of 0.001 with a correlation of -0.475, which means there is positive organizational commitment to turnover intention, the lower the level of organizational commitment, the lower the level of turnover intention. The results showed hypothesis 3 with a significance of 0.000 which showed a significant turnover intention relationship with job satisfaction and organizational commitment.

(7)

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan intention turnover dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode analisis data regresi berganda, dengan perhitungan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for Windows versi 16.00. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala skala turnover intention, kepuasan kerja dan komitmen organisasi. Subjek penelitian ini adalah karyawan Pizza Hut di Surabaya yang berusia minimum 19 tahun, dengan lama bekerja minimum 1 tahun, sampel yang diambil secara populatif berjumlah 43 orang.

(8)

DAFTAR ISI 1. Pengertian Intention Turnover ... 19

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Intention Turnover ... 22

B. Kepuasan Kerja 1. Pengertian kepuasan kerja... 24

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja ... 26

C. Komitmen organisasi 1. Pengertian komitmen organisasi ... 27

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi ... 30

D. HubunganIntention TurnoverDenganKepuasanKerja Dan KomitmenOrganisasi 1. HubungankepuasankerjaterhadapIntention Turnover ... 32

2. HubunganKomitmenOrganisasiterhadapIntention Turnover... 33

E. Kerangka Teoritis ... 35

F. Hipotesis ... 36

BAB III : METODE PENELITIAN A. Identifikasi VariabeldanDefinisiOperasional 1. Identifikasi Variabel ... 37

2. DefinisiOperasional ... 37

B. Populasi, SampeldanTeknik Sampling 1. Populasi ... 40

2. Sampel dan Teknik Sampling ... 50

(9)

D. Blue print ... 44 1. Responden BerdasarkanUsia ... 51

2. Responden Berdasarkanjenis kelamin ... 53

3. Responden Berdasarkanlama bekerja ... 54

B. DeskripsiData Subyek ... 57

C. Deskripsidan Reliabilitas Data Uji Coba 1. Skala Intention turnover ... 58

2. Skala Kepuasan Kerja ... 61

3. Skal Komitmen Organisasi ... 64

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel1 : Blue Print skala Intention Turnover ... 45

Tabel2 : Blue Print skala kepuasan kerja ... 46

Tabel3 : Blue Print skala komitmen organisasi ... 46

Tabel 4 : Data RespondenBerdasarkanUsia ... 51

Tabel 5 : Deskripsi Data SubyekBerdasarkanUsia ... 52

Tabel 6 : Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53

Tabel 7 : Deskripsi Data ResondenBerdasarkanJenis Kelamin ... 54

Tabel8 : Data ResondenBerdasarkanLama Bekerja... 55

Tabel9 : DeskripsiResondenBerdasarkanLama Bekerja ... 56

Tabel10 :Deskriptif Data ... 57

Tabel11 :Uji daya diskriminasi aitem instrumen Intention Turnover ... 60

Tabel12 :Reliabilitas Instrumen Intention Turnover ... 60

Tabel13 :Uji daya diskriminasi aitem instrumen kepuasan kerja ... 63

Tabel14 : Reliabilitas Instrumen kepuasan kerja ... 64

Tabel15 : Uji daya diskriminasi aitem instrumen komitmen organisasi ... 67

Tabel16 : Reliabilitas Instrumen komitmen organisasi ... 68

Tabel17 :Hasil Uji Normalitas ... 68

Tabel18 :Hasil Uji Linieritas ... 69

Tabel19 :Hasil Uji Regresi Linier Ganda ... 70

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala intention turnover ... 85

Lampiran 2 : Skalakepuasan kerja ... 87

Lampiran3 : Skalakomitmen organisasi ... 90

Lampiran4 : Data mentah uji coba intention turnover ... 93

Lampiran5 : Data angka uji coba intention turnover ... 95

Lampiran6 : Data mentah uji coba kepuasan kerja ... 97

Lampiran7 :Data angka uji coba kepuasan kerja ... 99

Lampiran8 :Data mentah uji coba komitmen organisasi ... 101

Lampiran9 :Data angka uji coba komitmen organisasi ... 103

Lampiran10:ValiditasdanReliabilitasUjiCoba ... 105

Lampiran11: Data Mentahintention turnover ... 109

Lampiran12 :Data angkaintention turnover ... 111

Lampiran13 :Data mentah kepuasan kerja ... 113

Lampiran14 : Data Angka kepuasan kerja ... 115

Lampiran15 :Data Mentah komitmen Organisasi ... 117

Lampiran16 : Data Angka Komitmen Organisasi ... 119

Lampiran17 :HasilAnalisisStatistikUjiNormalitasIntention turnover ... 121

Lampiran18 :HasilAnalisisStatistikUjiNormalitas kepuasan kerja ... 122

Lampiran19 :HasilAnalisisStatistikUjiNormalitas komitmen organisasi ... 123

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perusahaan atau organisasi bisnis selalu memiliki visi dan misi dengan tujuan awal mencari keuntungan yang maksimal, jadi dituntut untuk siap berkompetisi dengan manajemen yang efektif dan sumber daya manusianya yang profesional pula. Setiap perusahaan akan menekan pengeluaran yang membengkak, salah satunya dengan cara pemutusan hubungan kerja besar-besaran untuk pekerja yang sudah pada batasan produktivitasnya dan pengurangan karyawan untuk pekerja yang dirasa kurang kompetitif dan kurang profesionalitas. Keberadaan karyawan dalam suatu perusahaan merupakan aset terbesar dan menguntungkan dalam sebuah perusahaan tersebut, dan setiap perusahaan harus cerdas dalam mengelolah karyawannya atau sumber daya manusia yang ada di dalamnya (Ekotama, 2015).

(13)

baik, dan kinerja karyawannya sangat buruk, maka tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal dipastikan sangat susah tercapai. Jadi jika kinerja karyawan dalam perusahaan tersebut sangat efektif dan efisien atau terorganisir pekerjaannya secara profesional, maka perusahaanpun akan mendapatkan keuntungan yang besar dan maksimal. Inilah permasalahan yang sering kali muncul pada setiap perusahaan, dimana kinerja setiap karyawannya atau sumber daya manusianya sangat diperhitungkan, karena kinerja mereka mempengaruhi pertumbuhan dan berkembangnya sebuah perusahaan untuk menjadi lebih baik dan mendapatkan keuntungan maksimal dalam bisnisnya.

Salah satu persoalan perusahaan maupun organisasi yang sering kali muncul dan menghambat pergerakan perkembangan tersebut ialah turnover.Keinginan karyawan untuk berpindah (turnover intention) yang berujung pada keputusan karyawan

untuk meninggalkan suatu organisasi atau sebuah perusahaan, akan semakin banyak menimbulkan berbagai potensi biaya, baik

itu biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang mesti dikorbankan, maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali (SuwandidanIndriantoro,1999).

(14)

personalia mengalami frustrasi ketika mengetahui bahwa proses rekrutmen yang telah berhasil menjaring staf yang dapat dipercaya dan berkualitas pada akhirnya ternyata menjadi sia-sia karena staf yang baru direkrut tersebut telah memilih pekerjaan di perusahaan lain (Dennis, 1998).

Realitas di beberapa perusahaan yang sedang berkembang, ketika sumber daya manusia yang handal sedang dipersiapkan, malah terjadi turnover intention pegawai yang cukup tinggi. Turnover intentions yang dimaksud adalah keinginan untuk berpindah, belum sampai pada tahap realisasi yaitu melakukan perpindahan dari satu tempat kerja ke tempat kerja lainnya. Menurut (Harnoto, 2002)banyak alasan yang menyebabkan timbulnya turnover intentions berpindah dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu adanya pikiran untuk keluar dan tersedia, diantaranya adalah keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sedangkan menurut Zeffane, dalam (Handoko, 1999) turnover intentions adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti berkerja dari pekerjaannya secara sukarela menurut

pilihannya sendiri. Menurut Lee dan Moudy dikutip Suwandi, dalam (Handoko, 1999) pengukuran keinginan alternatif pekerjaan yang lain.

(15)

manusia. Karena kejadian-kejadian tersebut tidak dapat diperkirakan, kegiatan-kegiatan pengembangan harus mempersiapkan setiap saat pengganti pegawai yang keluar.Sebagaipetunjuk kestabilan pegawai, dapatdilihat semakin tinggi turnover, berarti semakin sering terjadi pergantian pegawai.Tentu hal ini akan merugikan perusahaan.

Disisi lain, perubahan kondisi lingkungan organisasi baik internal maupun eksternal secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi komitmen organisasi dan tingkat stres pegawai yang dapat menurunkan tingkat kepuasan kerja yang pada akhirnya dapat menimbulkan niat untuk pindah bagi pegawai (turnover intention) yang pada akhirnya dapat menimbulkan turnover yang sebenarnya.

Pengelolaan pegawai secara efektif dan efisien dapat mengurangi tingginya tingkat keinginan pegawai untuk berpindah keperusahaan lain. Selain itu pengelola pegawai secara efektif dan efisien berdampak pada tingginya komitmen pegawai dan keinginan kuat untuk tetap menjadi bagian menjadi bagian dari

perusahaan, memiliki loyalitas yang tinggi sehingga akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan secara efektif dan efisien.

(16)

tercapainya tujuan pegawai maka kepuasan kerja pegawai akan meningkat. Pegawai yang puas dengan pekerjaannya dapat memberikan sumbangan dukungan dan komitmen yang besar bagi perusahaan walaupun perusahaan berada dalam masa yang sulit. Dengan demikian kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mewujudkan suatu komitmen organisasi. Oleh karena itu menurut Maertz dan Campion, dalam (Samad, 2006) proses identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk pindah (turnover intention) menjadi suatu hal yang penting untuk dipertimbangkan dan menjadi sesuatu yang efektif untuk menurunkan angka turnover yang sebenarnya. Menurut Judge,(dalamMobley, 1986) keinginan untuk mengakhiri tugas atau meninggalkan organisasi berhubungan negatif dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan

(17)

dengan gajinya ketika persepsi terhadap gaji dan apa yang mereka peroleh sesuai dengan yang diharapkan. Kepuasan kerja juga dihubungkan negatif dengan keluarnya karyawan (turnover intention) tetapi faktor-faktor lain seperti kondisi pasar kerja,

kesempatan kerja alternatif, dan panjangnya masa kerja merupakan kendala yang penting untuk meninggalkan pekerjaan yang ada (Robbins, 2001). Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dalam organisasi. Sedangkan individu yang merasa kurang terpuaskan dengan pekerjaannya akan memilih untuk keluar dan organisasi. Kepuasan kerja yang dirasakan dapat mempengaruhi pemikiran seseorang untuk keluar. Evaluasi terhadap berbagai alternatif pekerjaan, pada akhirnya akan mewujudkan terjadinya turnover karena individu yang memilih keluar organisasi akan mengharapkan hasil yang lebih memuaskan di tempat lain.

(18)

Kepuasan kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu perusahaan, kepuasan kerja di ukur dari bagaimana perusahaan memperlakukan setiap karyawannya. Menurut Handoko (dalam Sutrisno, 2009), “kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh (Koesmono, 2005) “kepuasan kerja merupakan penilaian, perasaan atau sikap seseorang atau karyawan terhadap pekerjaan dan berhubungan dengan lingkungan kerja, jenis pekerjaan, kompensasi, hubungan antar teman kerja, hubungan sosial di tempat kerja dan sebagainya”. Dapat di simpulkan dari penjelasan di atas bahwa kepuasan kerja adalah merupakan suatu sikap dari seorang karyawan yang menggambarkan sikap terpenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhan mereka melalui kegiatan kerja atau bekerja.

(19)

Selain kepuasan kerja, turnover intentions juga dipengaruhi oleh komitmen organisasi. Menurut (Robbins, 2001) komitmenorganisasi didefenisikan sebagai tingkatan dimana seorang pekerja mengidentifikasikan diri. Menurut Porter Mowday dkk, (dalam Kuntjoro, 2002) mendefinisikan komitmen organisasi adalahsebagai kekuatan yang relatif dari individu dalam mengidentifikasikanketer-libatan dirinya kedalam bagianorganisasi. Hal ini dapat ditandaidengan tiga hal, yaitu:Penerimaan terhadap nilai-nilaidan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untukberusaha dengan sungguh-sungguh atas nama organisasi, keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam organisasi (menjadi bagian dari organisasi).

(Mathis dan Jackson, 2006) mendefinisikan komitmenorganisasi karyawan yakin danmenerima tujuan organisasional, sertaberkeinginan untuk tinggal bersamaorganisasi tersebut.Komitmen organisasional didefinisikan tingkatkekerapan identifikasi dan keterikatanindividu terhadap organisasi yangdimasukinya, dimana karakteristikkomitmen organisasional

antara lainadalah loyalitas seseorang terhadaporganisasi, kemauan untuk mempergunakan usaha atas nama organisasi,kesesuaian antara tujuan seseorangdengan tujuan organisasi.

(20)

berhubungan dengan kepuasankerja dan komitmen organisasional.Menurut Meyer dan Allen, (dalam Sopiah, 2008) merumuskan mengenai komitmen dalam berorganisasisebagai suatu konstruk psikologisyang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untukmelanjutkan keanggotaannya dalamberorganisasi. Berdasarkan definisitersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akanlebih dapat bertahan sebagai bagiandari organisasi dibandingkan anggotayang tidak memiliki komitmenterhadap organisasi.

Pizza Hut adalah salah satu restoran cepat saji yang menyediakan menu makanan khas Italia, dan produk utamanya adalah pizza, selain itu juga terdapat produk makanan lain seperti spageti, pasta, salad dan lain sebagainya. Pihak Pizza Hut menerapkan Standard Mutu Kualitas Pelayanan yang harus dijalankan oleh seluruh karyawan Pizza Hut saat melayani konsumen. Dapat diambil contoh untuk standard waktu yang ditetapkan oleh Pihak Pizza Hut, batas makanan disajikan atau

(21)

daftar makanan yang dipesan, keseluruhannya dilakukan secara ramah oleh karyawan Pizza Hut.

Namun jika di lihat dalam SOP perusahaan sistem yang ada tidak semua di jalankan dengan benar. Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan hal tersebut tidak di jalankan dengan sesuai standart yang ada. Sebagai salah satu contoh kecil keseharian yang didapat karyawaan saat bekerja adalah sering terjadi job overload dikalangan karyawan. Karyawan harus mengerjakan beberapa tugas dan fleksibilitas jam kerja yang merugikan karyawan yang harusnya dalam sehari karyawan bekerja selama 8 jam dan 1 jam istirahat namun tak jarang terjadi overtime sampai 11 jam sehari. Maka tingkat turnover di kubu karyawan yang cukup tinggi tak dapat terhindarkan. Salah satu karyawan berpendapat bila kondisi outlet tempatnya bekerja dirasa sudah tidak kondusif, maka karyawan tersebut memilih untuk keluar dari outlet tersebut. Namun ia mengatakan bahwa enak tidaknya kondisi kerja di outlet juga tergantung oleh pimpinan yang membawahi outlet tersebut, sehingga tak jarang karyawan

tersebut pindah ke outlet yang lain.

(22)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah terdapat hubungan antara intention turnover dengan kepuasan kerja.

2. Apakah terdapat hubungan antara intention turnover dengan komitmen organiasi

3. Apakah terdapat hubungan antara intention turnover dengan kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan diatas, maka tujuan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui hubungan intention turnover dengan kepuasan kerja.

2. Untuk mengetahui hubungan intention turnover dengan komitmen organisasi.

(23)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini memberikan sumbangan pada ilmu psikologi terutama psikologi industri dan organisasi dalam ranah faktor-faktor turnover intention pada karyawan. Kemudian dapat menjadi masukan untuk penelitian lanjutan di bidang keilmuan manajemen sumber daya manusia dan manajemen proyek khususnya mengenai masalah turnover karyawan.

2. Praktis

a. Untuk karyawan mempunyai manfaat padaupayapengembangansumber daya manusia (SDM) agar semakinhandaldanberdayasaingunggul.

b. Perusahaan dapat mengetahui faktor apa yang mempengaruhi tingkat turnover intention pada perusahaan tersebut.

(24)

3. Keaslian Penelitian

Mengkaji beberapa permasalahan yang telah di kemukakan dalam latar belakang diatas, dapat di simpulkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebab terjadinya intensi keluar (turnover intensions) pada pegawai di PT. X cabang surabayaditinjaudarikepuasankerjadankomitmenorganisasi. Hal ini didukung dari penelitian terdahulu yang dapat dijadikan landasan penelitian yang dilakukan. Berikut beberapa penelitian pendukung dari penelitian ini.

(25)

Penelitian yang di lakukan oleh Supriati (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Turnover Intention Dosen pada Politeknik Bengkalis” hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa pelatihan dan pengembangan dan kompensasi mempunyai pengaruh terhadap turnover intention dosen sedangkan spesifikasi pekerjaan berpengaruh negatif terhadap turnover intention dosen pada Politeknik bengkalis.

Selain itu penelitian Ahsan, Maidin, Sudirman (2012) dengan judul “Pengaruh Kepuasan Kerja, Stress Kerja, Variabel Organisasi dan Kepemimpinan Terhadap Turnover Intention Karyawan pada Rumah Sakit Pertamina Balikpapan”. Hasil penelitian ini adalah variabel kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap turnover intention karyawan Rumah Sakit Pertamina Balikpapan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Caesary, Wessiani, Santoso (2011) dengan judul penelitian “analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Turnover Intention pada agent outbound call PT infomedia nusantara menggunakan metode structural equation modeling”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

(26)

kerjaberpengaruh negatif dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Faktor stres kerja berpengaruh positif dansignifikan terhadap turnover intention. Faktor komitmen organisasi berpengaruh negatif dan signifikanterhadap turnover intention. Selain diperoleh hubungan langsung, diperoleh pula hubungan tidak langsungantar faktor. Hubungan tersebut yaitu pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap komitmen organisasi sertakepemimpinan transformasional, karakteristik pekerjaan, dan kepuasan kerja terhadap turnover intention.Namun, untuk faktor stres kerja diketahui tidak memiliki hubungan apapun terhadap kepuasan kerja.

Penelitian lain yang di lakukan oleh Soegandhi, Sutanto, Setiawan (2013), dengan judul “Pengaruh kepuasan kerja dan loyalitas kerja terhadap organizational citizenship behavior pada karyawan PT. Surya timur sakti Jatim”. Hasil penelitian ini adalah kepuasan kerja dan loyalitas kerja berpengaruh positif terhadap organizational citizenship behavior karyawan PT. Surya Timur Sakti Jatim.

Beberapa penelitian internasional tentang turnover intention, kepuasan kerja dan komitmen organisasi antara lain:

Penelitian Hussain, Asif (2012) dengan judul “Is Employeesturnover Intention Driven by Organizational

(27)

penelitiannya menunjukkan bahwa niat omset karyawan sektor telekomunikasi ini adalah tergantung pada komitmen organisasi dan dirasakan organisasi mendukung, komitmen organisasi lebih lanjut dan dirasakan organisasi dukungan memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap keinginan berpindah dari para karyawan.

Penelitian Mbah, Ikemefuna (2012) dengan judul “Job Satisfaction and Employees Turnover Intentions in total Nigeria

plc. In Lagos State” hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara

spesifik atau positif kepuasan kerja mengurangi produktifitas karyawan dan serta sifat kondusif pekerjaan dan efisiensi pengawasan tidak hanya sebagai strategi untuk mengurangi turnover karyawan tetapi juga sebagai strategi perusahaan.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Saeed, Waseem, Sikander (2014) dengan judul “The Relationship of Turnover Intention with jobsatisfaction, job performance, Leader member

exchange, Emotional intelegence and Organizational

Commitment” hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan

(28)

Penelitian yang di lakukan oleh Mahdi, Mohd Zin, Mohd Nor, Sakat dan Naim (2012) dengan judul “The Relationship Between Job Satisfaction and Turnover Intention” hasil penelitian

ini menyatakan bahwa kedua bentuk kepuasan kerja intrinsik dan ekstrinsik kepuasan memiliki hubungan terbalik terhadap turnover intention karyawan.

Selanjutnya penelitian yang di lakukan oleh Samad (2006) dengan judul “The contribution of demographic variables: Job characteristhics and job satisfaction on turnover intention”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan kerja menyumbang varians yang lebih besar dalam niat omset daripada dari karakteristik pekerjaan. Temuan ini juga mengungkapkan bahwa kepuasan kerja memiliki efek lebih pada keinginan berpindah dari dari karakteristik pekerjaan. Temuan dan implikasi untuk praktek manajerial dalam penelitian ini dibahas dan diajukan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah subjek yang di gunakan ialah mereka yang sudah menjadi karyawan di suatu perusahaan dan memiliki masa

(29)

diteliti tingkat turnover untuk karyawan yang sudah bekerja kurang lebih selama 1 tahun. Tingkat turnover intention karyawan akan di lihat dari tingkat kepuasan kerja dan komitmen organisasi dari karyawan tersebut. Karyawan yang akan diteliti ini merupakan karyawan yang memang sudah kompeten dalam bidangnya. Juga perbedaan yang lain ialah tempat melakukan penelitian ini di suatu restoran atau perusahaan yang sudah mempunyai nama besar di industri kuliner di Indonesia yaitu Pizza

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Turnover Intention

1. Pengertian Turnover Intention

Harnoto (2002) mengatakan bahwa turnover intention

ditandai dengan tingkat produktivitas kinerja karyawan pada

perusahaan itu menurun, biasanya hal ini terjadi seperti dengan

sering datang terlambat, sering membolos, atau tingkat absensinya

tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias dan low inisiative

atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha dengan baik

dibanding dia masih awal bekerja.

Turnover intention (keinginan berpindah kerja) adalah

kecenderungan atau keinginan berkelanjutan yang dilakukan oleh

karyawan untuk meninggalkan organisasi dan digantikan kembali

oleh karyawan lain. Hal ini sering dijadikan sebagai indikator

kinerja perusahaan sehingga terlihat efektivitas dan efisiensi

organisasi yang negatif (Samuel dan Ikemefuna, 2012).

Turnover intention (keinginan berpindah kerja) merupakan

kecenderungan atau intensitas individu untuk meninggalkan

(31)

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik (Ronald dan Milkha,

2014). Sarminah (2006) menggambarkan hal tersebut sebagai

keinginan yang disadari untuk mencari alternatif pekerjaan dalam

organisasi lainnya.

Allen (2004), menjelaskan bahwa pindah kerja atau

turnover intention merupakan pegawai berhenti dari suatu

organisasi/perusahaan dan pindah kerja ke organisasi/perusahaan

lainnya dengan alasan tertentu.

Intensi adalah niat atau keinginan yang timbul pada

individu untuk melakukan sesuatu. Sementara turnover adalah

berhentinya atau penarikan diri seseorang karyawan dari tempat

bekerja. Dengan demikian, turnover intentions (intensi keluar)

adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti bekerja

dari pekerjaannya (Sopiah, 2008).

Dalam penelitiannya, Russ dan McNeilly (1995)

mengumpulkan beberapa studi yang telah mengevaluasi peranan

turnover intention, yaitu :

1. Fishbein & Ajzein dan Ancok, menjelaskan bahwa masalah

turnover itu sendiri sebagai wujud nyata dari turnover intentions

yaitu niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku tertentu yang

(32)

2. Fishbein dan Newman menjelaskan bahwa turnover intentions

menunjukkan perilaku niat untuk tetap (stay) atau meninggalkan

(leave) organisasi secara konsisten berhubungan dengan

perpindahan pekerjaan (turnover).

3. Mobley, homer dan Hollingsworth, turnover intentions

(niat berpindah) diantara para pegawai mempunyai korelasi yang

kuat dengan intention to quit (niat untuk keluar), job search

(pencarian pekerjaan) dan thinking of quit (memikirkan keluar).

4. Pasewark & Strawser menjelaskan bahwa turnover intentions

mengacu pada niat seseorang untuk mencari alternatif pekerjaan

lain dan belum terwujud dalam bentuk perilaku nyata.

5. Mobley, Griffeth, Hand dan Meglino berpendapat bahwa turnover

intentions (niat berpindah) seseorang dapat memberikan

penjelasan tentang pandangan dan evaluasi pekerjaan seseorang.

Jadi turnover intention (keinginan berpindah kerja)

merupakan kecenderungan individu untuk meninggalkan

organisasi dengan berbagai alasan yang ditandai dengan tingkat

produkti vitas kinerja karyawan pada perusahaan itu menurun,

biasanya hal ini terjadi seperti dengan sering datang terlambat,

sering membolos atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai

(33)

keinginan untuk berusaha dengan baik dibanding individu tersebut

masih awal bekerja.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Turnover Intention

Menurut Maertz dan Campion (dalam Samad 2006)

Faktor-faktor yang menjadi penyebab turnover intention pegawai adalah

kondisi pasar tenaga kerja, harapan terhadap pilihan kesempatan

kerja dan panjangnya masa kerja dengan perusahaan. Proses

identifikasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi niat untuk

pindah (turnover intention) menjadi suatu hal yang penting untuk

dipertimbangkan dan menjadi sesuatu yang efektif untuk

menurunkan angka turnover yang sebenarnya.

Price dan Mueller (dalam Dong-Hwan Chu dan Jung-Min Son 2012) menambahkan pernyataannya bahwa turnover intention

dipengaruhi oleh komitmen organisasi dan kepuasan kerja,

termasuk pemberian upah, integrasi sosial, komunikasi formal,

sentralisasi karyawan, rutinitas pekerjaan yang cenderung ke arah

burnout, peran atau tugas yang berlebihan, kesempatan promosi

dan pengembangan karir, pelatihan umum, dukungan pengawas,

dukungan rekan kerja, dan distribusi keadilan.

(34)

berhenti bekerja memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya turnover intention. Diantaranya adalah faktor eksternal

yang meliputi pasar tenaga kerja, faktor pendidikan, upah,

ketrampilan kerja dan supervisi. Kemudian faktor internal yang

merupakan faktor yang berasal dari karakteristik personal

karyawan seperti intelejensi, sikap, jenis kelamin, minat, umur, dan

lama bekerja serta reaksi individu terhadap pekerjaannya.

Mathis dan Jackson (2006) menegaskan dan

mendefmisikan pula mengenai kepuasan kerja yang merupakan

salah satu faktor timbulnya turnover intention yaitu keadaan emosi

yang positif dari mengevaluasi pengalaman kerja seseorang.

Ketidakpuasan kerja muncul saat harapan- harapan ini tidak

terpenuhi. Kepuasan kerja berpengarah negatif pada keinginan

untuk keluar (Elangovan, 2001). Salah satu cara karyawan dalam

mengungkapkan ketidakpuasan mereka akan pekerjaan mereka

selama ini adalah dengan suatu tindakan dimana tindakan ini

merupakan respon karyawan yang bersifat destruktif aktif.

Tindakan tersebut berupa exit (turnover/quit), yaitu perilaku atau

tindakan karyawan yang ditujukan kearah meninggalkan

organisasi. Perilaku ini mencakup pencarian suatu posisi baru di

luar organisasi maupun meminta untuk berhenti.

(35)

meninggalkan pekerjaannya karena kedua faktor yang

mempengaruhi perasaannya untuk meninggalkan organisasi

tersebut yaitu konsep organisasi sebagai kepuasan pekerjaan dan

komitmen organisasi itu sendiri.

B. Kepuasan Kerja

1. Pengertian Kepuasan

Kepuasan pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat

individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang

berbeda-beda, sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada

dirinya. Secara umum juga mengatakan bahwa kepuasan kerja

adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja

merupakan sikap umum sebagai hasil dari beberapa sikap khusus

terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan

sosial individu di luar kerja. Pandangan ini juga menyatakan

kepuasan kerja sebagai sikap atau sekumpulan sikap individu

terhadap pekerjaannya (Sopiah, 2008).

Tiffin (dalam As'ad, 1995) berpendapat bahwa kepuasan

kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap

pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan

dengan sesama karyawan. Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas

atau respon emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi

(36)

dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak

puas dengan salah satu atau lebih aspek yang lainnya.

Menurut pendapat Porter (dalam Sopiah, 2008)

memberikan pendapat mengenai kepuasan kerja merupakan

perbedaan antara seberapa banyak sesuatu yang seharusnya

diterima dengan seberapa banyak sesuatu yang sebenarnya dia

terima.

Kepuasan adalah cermin dari perasaan seseorang terhadap

pekerjaannya. Robbins (2006) mendefinisikan kepuasan kerja

adalah suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya,

selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja

dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Kepuasan kerja ditentukan oleh beberapa faktor yakni kerja yang

secara mental menantang, kondisi kerja yang mendukung,

rekan kerja yang mendukung, serta kesesuaian kepribadian

dengan pekerjaan.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja merupakan kondisi emosi yang senang atau emosi

positif yang berasal dari penilaian seorang karyawan terhadap

pekerjaannya sendiri, situasi kerja dan rekan kerja, serta kerjasama

(37)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Luthans (2006) memberikan gambaran mengenai dimensi

pekerjaan yang merepresentasikan karakteristik pekerjaan yang

paling penting di mana karyawan memiliki respon afektif, yaitu

pekerjaan itu sendiri yang dapat memberi kesempatan untuk belajar

dan bertanggungjawab, gaji atau upah yang dianggap pantas

dengan pekerjaannya, kesempatan promosi untuk maju dalam

organisasi, pengawasan untuk memberikan bantuan teknis dan

dukungan perilaku, rekan kerja yang mendukung secara teknis dan

sosial, serta kondisi pekerjaan bagus dan nyaman.

Faktor-faktor kepuasan kerja yang dikemukakan oleh

Robbins (dalam Sopiah, 2008) yaitu:

1. Pekerjaan itu sendiri

a. Merasa nyaman dengan pekerjaan saat ini

b. Memperoleh kesempatan menggunakan keterampilan

2. Upah

a. Menerima gaji sesuai dengan yang diharapkan

3. Promosi

a. Memperoleh kesempatan untuk peningkatan karir

(38)

a. Merasa mempunyai nilai yang sama antara atasan

dengan karyawan

b. Merasa bahwa hasil kerja dihargai oleh atasan

5. Situasi kerja dan rekan kerja

a. Merasa memperoleh dukungan, nasehat dan saran dari

kelompok kerja

C. Komitmen Organisasi

1. Pengertian Komitmen Organisasi

Reichers dan Scheneider (dalam Sopiah, 2008) berpendapat

bahwa komitmen organisasi (organizational climate) mengacu pada

persepsi bersama dari kebijakan, praktek, dan prosedur organisasi

secara informal dan formal.

Scheneider dan Reatsch (dalam Sopiah, 2008)

mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu konsep atau

gagasan multi faktor yang merupakan pencerminan dari

fungsi-fungsi kunci organisasi atau tujuan-tujuan organisasi, seperti iklim

yang kondusif atau iklim pelayanan. Komitmen organisasi adalah

perpaduan dari karaktristik-karaktristik organisasi yang terintegrasi

(39)

Meyer, Allen, dan smith (dalam sopiah, 2008)

mendefinisikan komitmenorganisasi merupakan satu kesatuan yang

saling mempunyai keterikatan yaitu Affective commitment, terjadi

apabila karyawan ingin menjadi bagian dari organisasi karena

adanya ikatan emosional.Continuance commitment, muncul apabila

karyawan tetap bertahan pada suatu organisasi karena

membutuhkan gaji dan keuntungan lain, atau karena tidak

menemukan pekerjaan lain.Normative commitment, timbul

dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan

menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa

komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya

dilakukan.

Komitmen organisasi merupakan usaha mendefinisikan dan

melibatkan diri dalam organsasi dan tidak ada keinginan

meninggalkannya (Robbins, 2006). Komitmen merupakan sikap

seseorang dalam mengidentifikasikan dirinya terhadap organisasi

beserta nilai-nilai dan tujuannya serta keinginan untuk tetap

menjadi anggota untuk mencapai tujuan. Komitmen organisasi

menunjuk pada pengidentifikasian dengan tujuan organisasi,

kemampuan mengarahkan segala daya untuk kepentingan

(40)

Mowday, dkk (dalam Luthans, 2006) menjelaskan bahwa

sebagai sikap, komitmen organisasi paling sering didefinisikan

sebagai:

1. keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota

organisasi tertentu

2. keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan

organisasi

3. keyakinan tertentu, penerimaan nilai, dan

tujuan organisasi.

Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan

loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan

dimana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap

organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan.

Luthans (2006) dalam bukunya Perilaku Organisasi

mendefinisikan komitmen organisasi sebagai sikap, yaitu :

1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi

tertentu.

2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan

(41)

3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan

organisasi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komitmen

organisasi merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan

pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota

organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan

keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan antara Affective

commitment, Continuance commitment,Normative commitment.

Komitmen organisasional memberikan hubungan positif terhadap

kinerja tinggi karyawan, tingkat pergantian karyawan yang rendah

dan tingkat ketidakhadiran karyawan yang rendah. Komitmen

organisasional juga memberikan iklim organisasi yang hangat dan

mendukung.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

Komitmen pegawai pada organisasi tidak terjadi begitu

saja, tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Steers

(dalam Sopiah, 2008) menyatakan tiga faktor yang mempengaruhi

komitmen seorang karyawan antara lain :

1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam

(42)

2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan

berinteraksi dengan rekan sekerja.

3. Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa

lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan

membicarakan perasaannya tentang organisasi.

Sementara itu, Minner (dalam Sopiah, 2008) mengemukakan

empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan antara lain :

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan

dalam pekerjaan, konflik peran, tingkat kesulitan dalam

pekerjaan

3. Karakteristik struktur, misalnya besar kecilnya organisasi,

bentuk organisasi, kehadiran serikat pekerjan, dan tingkat

pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan

4. Pengalaman kerja. Pengalaman kerja seorang karyawan sangat

berpengaruh terhadap tingkat komitmen karyawan pada

organisasi.

Karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan

yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi tentu memiliki

(43)

D. Hubungan Turnover Intention Dengan Kepuasan Kerja Dan Komitmen Organisasi

1. Hubungan kepuasan kerja denganTurnover Intention

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handoko (2008),

kepuasan kerja penting diperhatikan untuk aktualisasi diri

karyawan. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja maka

tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada

gilirannya akan menjadi frustasi dan berniat untuk keluar dari

tempat kerjanya atau dinamakan turnover intention.

Dalam rangka menguatkan penelitian tentang kepuasan

kerja, Herzberg (dalam Dessler, 1992) berpendapat bahwa setiap

orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu:

kebutuhan akan kesehatan atau kebutuhan akan pemeliharaan. Hal

ini berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh

ketentraman lahiriah. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas

jasa, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang

menyenangkan, mobil dinas, ramah dinas, dan bermacam-macam

tunjangan lainnya. Hilangnya faktor pemeliharaan ini dapat

menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dan tingkat absensi

(44)

2. Hubungan Komitmen Organisasi denganTurnover Intention

Penelitian terhadap perilaku organisasional menyimpulkan

bahwa setidaknya ada 2 (dua) sumber komitmen organisiasional

yang berbeda, yaitu komitmen afektif dan komitmen berkelanjutan.

Dimensi berganda komitmen organisasional menurut Meyer dan

Allen (dalam Witasari, 2009) mempunyai hubungan yang berbeda

terhadap maksud turnover dan perilaku yang berkaitan dengan

pekerjaan lainnya. Hasil penelitian Ketchand dan Strawser (dalam

Witasari, 2009) menunjukkan bahwa dimensi-dimensi komitmen

organisasional mempunyai efek pembeda dengan konsekuensi

organisasional, yaitu kepuasan kerja dan turnover intentions.

Bukti riset yang dilakukan Horn, Katerberg dan Hulin,

(dalam Ardiansah, Anis & Sutapa, 2003) menunjukkan hubungan

negatif antara komitmen organisasional baik dengan kemangkiran

maupun tingkat keluarnya karyawan. Komitmen organisasional

agaknya merupakan peramal yang lebih baik karena merupakan

respon yang lebih global dan bertahan terhadap organisasi secara

keseluruhan daripada kepuasan kerja. Mathieu dan Zaiac (dalam

Witasari, 2009) menyimpulkan terdapat hubungan positif antara

komitmen organisasional dan berbagai hasil seperti tingginya

kinerja, rendahnya tingkat keluarnya karyawan, dan rendahnya

(45)

Dunham et al., dan Heckett et al., (dalam Witasari, 2009)

menemukan hubungan yang lebih kuat antara komitmen afektif dan

turnover intentions karyawan daripada hubungan antara komitmen

berkelanjutan dengan turnover intentions karyawan. Meyer et al.,

(1993) menunjukkan hubungan negatif antara komitmen afektif

dan komitmen berkelanjutan dengan turnover intentions karyawan.

Diperkuat oleh Jenkins et al., (1992) yang menunjukkan bahwa

komitmen afektif berhubungan dengan penurunan turnover

intentions, sedangkan komitmen berkelanjutan berhubungan

negatif dengan turnover intentions karyawan.

Penelitian lainnya, hasil penelitian Bedian dan Achilles,

Netemeyer et al., Sager, Johnson et al, yang digunakan (dalam

Grant et al, 2001) sebagai dukungan penelitian, menunjukkan

bahwa semakin tinggi kepuasan kerja dan komitmen organisasional

diharapkan akan menurunkan maksud dan tujuan karyawan untuk

meninggalkan organisasi. Lebih lanjut, karyawan yang tidak puas

dengan aspek-aspek pekerjaannya dan tidak memiliki komitmen

terhadap organisasinya akan lebih mencari pekerjaan di organisasi

yang lain. Dengan demikian, Grant et al., (2001) menemukan

hubungan yang negatif antara komitmen organisasi dan turnover

intentions. Turnover intentions adalah kecenderungan atau tingkat

dimana seorang karyawan memiliki kemungkinan untuk

(46)

H1

Turnover Intention

(Y) H2

H3

Komitmen organisasi

(X2) Kepuasan Kerja

(X1)

E. Kerangka Teoritis

Turnover intention mempengaruhi keefektifan organisasi,

turnover yang tinggi berakibat pada meningkatnya biaya investasi

pada sumber daya manusia (SDM), serta dapat menyebabkan

ketidakstabilan dan ketidakpastian terhadap kondisi tenaga kerja

karyawan. Hal ini dapat berimplikasi pada kinerja perusahaan.

Tingkat turnover yang cenderung tinggi ini diidentifikasi disebabkan

oleh beberapa faktor antara lain kepuasan kerja dan komitmen

(47)

F. Hipotesis

Berdasarkan telaah teori yang dilakukan, maka peneliti

mencoba menarik konsep pemikiran penelitian secara teoritik,

sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara intention turnover dengan kepuasan

kerja.

2. Terdapat hubungan antara intention turnoverdengan komitmen

organisasi.

3. Terdapat hubungan antara intention turnoverdengan kepuasan

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1 Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan

merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada

data-data numerik dan diolah dengan metode statistika serta

dilakukan pada penelitian inferensial atau dalam rangka

pengujian hipotesis, sehingga diperoleh signifikansi antar

variabel yang diteliti (Azwar, 2004).

Dalam penelitian ini, korelasi digunakan untuk melihat

hubungan antar variabel. Variabel-variabel yang digunakan

pada penelitian ini adalah:

Variable (Y) : Turnover Intention Variabel (X1) : Kepuasan kerja

(X2) : Komitmen organisasi

2 Definisi Operasional

1. Turnover Intention

Turnover intention (keinginan berpindah kerja)

merupakan kecenderungan individu untuk meninggalkan

(49)

tingkat produktivitas kinerja karyawan pada perusahaan itu

menurun, biasanya hal ini terjadi seperti dengan sering

datang terlambat, sering membolos, atau tingkat absensinya

tinggi dengan berbagai alasan, kurang antusias dan low inisiative atau kurang memiliki keinginan untuk berusaha

dengan baik dibanding individu tersebut masih awal

bekerja.

Turnover intention bisa diketahui dari skala turnover intention dengan indikator: sering datang terlambat, sering membolos, atau tingkat absensinya tinggi

dengan berbagai alasan, kurang antusias dan kurang

inisiatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin

tinggi tingkat Turnover intention pada perusahaan.

2. Kepuasan kerja

Kepuasan kerja merupakan kondisi emosi yang

senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian

seorang karyawan terhadap pekerjaannya.

Kepuasan kerja bisa diketahui dari skala kepuasan

kerja dengan aspek sering datang terlambat, sering

membolos, atau tingkat absensinya tinggi dengan berbagai

(50)

skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat kepuasan

pada perusahaan.

3. Komitmen organisasi

Komitmen organisasi merupakan sikap yang

merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan

proses berkelanjutan dimana anggota organisasi

mengekpresikan perhatiannya terhadap organisasi dan

keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan. Komitmen

organisasi memberikan memberikan hubungan positif

terhadap kinerja tinggi karyawan, tinggkat pergantian

karyawan yang rendah dan tinggkat ketidakhadiran

karyawan yang rendah. Komitmen organisasi juga

memberikan memberikan iklim organisasi yang hangat dan

mendukung.

Komitmen organisasi bisa diketahui dari skala

komitmen organisasi dengan aspek komitmen afektif,

komitmen kesinambungan, komitmen normatif. Semakin

tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat

(51)

B. Populasi, Sampel, Teknik Sampling

1. Populasi

Menurut (Sugiyono, 2010) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini adalah penelitian populatif dimana

populasi dalam penelitian ini adalah 43 karyawan Pizza

Hut yang ada di salah satu restoran Pizza Hut di Surabaya.

Restoran ini di pilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan

sesuai dengan apa yang peneliti ingin ketahui apakah

Turnover intention di pengaruhi oleh kepuasan kerja dan komitmen organisasi.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti.

Pada penelitian ini peneliti ingin mengambil sampel

sebanyak 43 karyawan. Karena 43 karyawan tersebut sesuai

dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinnya.

dimana karyawan tersebut memiliki karakteristik populasi

sebagai berikut:

(52)

2. Laki-laki dan perempuan

3. Usia karyawan minimal 19 tahun

4. Bekerja di restoran minimal 1 tahun

Oleh karena itu penelitian ini mengambil sampel

secara populatif. Teknik pengambilan sampel

menurut(Arikunto, 2006)

bahwajumlahrespondenkurangdari 100

makasampeldiambilsemuaatausampelpopulatif,

ataukeadaan yang setidaknya:

1. Kemampuanpenelitidilihatdariwaktu, tenaga,

dandana.

2. Sempitluasnyawilayahpengamatandarisetiapsubyek,

karenahalinimenyangkutbanyaksedikitnya data.

3. Besarkecilnyaresiko yang ditanggungpeneliti.

Untukpenelitian yang resikonyabesar,

tentusajajikasampelbesar, hasilnyaakanlebihbaik.

Sehinggadarikaidahtersebut,

dirasaperlumengambilseluruhpopulasisebagaisubyekpenelit

ian.

C. Teknik Pengumpulan Data

(53)

yang bersifatmengukur, karenadiperolehhasilukur yang

berbentukangka-angka. Skalaberbedadengan tes, kalautes ada

jawabansalahataubenar, sedangskalatidak ada jawabansalah atau

benar, tetapijawabanatauresponrespondenterletakdalamsaturentang

(skala). Titikpadarentang yang dipilihmenunjukkanposisiresponden

(Sukmadinata, 2010).

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Skala Likert. Model skala ini yang digunakan pada Skala turnover

intention, Skala Kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang

memiliki empat kategori jawaban dan aitem-aitem dalam skala ini

dikelompokkan dalam aitem favorable serta unfavorable. Skor untuk aitem favorable adalah sebagai berikut:

Sangat Sesuai (SS) : Dengan skor 4

Sesuai (S) : Dengan skor 3

Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) : Dengan skor 1

Selajutnya untuk aitem unfavorable yang berisikan pernyataan-pernyataan yang tidak mendukung objek sikap skor

yang diberikan adalah sebagai berikut:

Sangat Sesuai (SS) : Dengan skor 1

Sesuai (S) : Dengan skor 2

Tidak Sesuai (TS) : Dengan skor 3

(54)

Skala likertini meniadakan kategori jawaban di tengah (R)

berdasarkan tiga alasan :

1. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban

(menurut konsep asli bisa diartikan netral, setuju tidak,

tidak setujupun tidak, atau bahkan ragu-ragu).

2. Tersedianya jawaban di tengah itu menimbulkan

kecenderungan jawaban ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu atas arah jawabannya ke

arah setuju ataukah ke arah tidak setuju.

3. Maksud kategori jawaban SS, S, TS, STS adalah terutama

untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah

setuju atau ke arah tidak setuju.

Oleh karena itu peneliti menghilangkan jawaban R

(ragu-ragu). Dikhawatirkan responden yang belum bisa memutuskan

untuk memberikan jawaban netral akan menimbulkan

kecenderungan jawaban ke tengah. Selain itu untuk melihat

(55)

D. Blue Print

Dalam membuat instrument peneliti perlu membuat

kerangka atau yang disebut blueprint yang telah disusun rapi dan

dibentuk sebuah tabel yang berisikan indikator dan aspek-aspek

yang hendak digunakan untuk mengukur karakteristik dari subjek

yang akan diteliti.

Dalam penulisan aitem, blue print akan memberikan

gambaran mengenai isi skala dan menjadi acuan serta pedoman

bagi peneliti untuk tetap berada dalam lingkup ukur yang benar,

sehingga blue print akan mendukung validitas isi skala (Azwar,

2013).

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel dan tentunya

peneliti harus membuat tiga kuisioner guna untuk mendapatkan

data dari subjek tersebut, kuisioner yang pertama yang telah

disusun dan akan digunakan untuk alat ukur adalah kuisioner

turnover intention, kuisioner ini terdiri dari aspek yaitu sering

terlambat, sering membolos/absensi tinggi dengan berbagai alasan,

kurang antusias, kurang inisiatif. Kuisioner kedua tersusun dari

variabel kepuasan kerjadan terdapat 5 aspek dintaranya adalah

pekerjaan itu sendiri, upah, promosi, penyelia, situasi kerja dan

rekan kerja. Sedangkan skala yang ketiga merupakan komitmen

organisasiyang terdiri dari 3 aspek yaitu komitmen afektif,

(56)

Berikut ini adalah blueprint yang telah disusun pada

pengukuran turnover intention, kepuasan kerjadan komitmen organisasi:

Tabel 1

Blue Print Skala turnover intention

No. Indikator Favo Unfavo Jumlah

1. Seringdatangterlambat 1,2,3,5 4 5

2. Sering

membolos/absensi tinggi dengan berbagai

alasankerja

6,7,8, 10 9 5

3. Kurang antusias 11,12,13,

14, 15 5

4. Kurang inisiatif/ low

inisiative 16,17,18,20 19 5

(57)

Tabel 2

Blue Print Skala Kepuasan kerja

No. Aspek-aspek Indikator Favo Unfavo Jumlah

1. Pekerejaan itu

sendiri a. Merasa nyaman dengan pekerjaan b. Memperoleh kesempatan

3. Promosi b. Memperoleh kesempatan untuk peningkatan karir.

10,11,12,

13, 14 5

4. Penyelia a. Kepuasanakankerjasama denganrekankerja

dan rekan kerja a. Merasa memperoleh dukungan, nasehat dan saran dari kelompok

Blue Print Skala Komitmen Organisasi

No

Aspek-aspekkomitmenorg Indikator favo Unfavo Jumlah

1. KomitmenAfektif a. Karyawanmemilikiikat

anemosional 1,2,3,4,5 6,7,8 8

(58)

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Suatu kuisioner atau instrument pengukur dapat dikatakan

mempunyai validitas yang tinggi apabila instrument tersebut

menjalankan fungsi ukurannya, atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud yang dilakukannya pengukuran tersebut.

Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan

data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran. Validitas

berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya

(Azwar, 1986).

Dalam penelitian ini masing-masing skala yaitu kuisioner

turnover intention, kuisioner kepuasan kerja dan kuisioner

komitmen organisasi akan di uji validitas aitemnya. validitas

menunjukkan seberapa besar derajat skor alat tes berkorelasi

dengan skor yang diperoleh dari tes lain yang sudah sesuai, bila

disajikan pada saat yang sama, atau dibandingkan dengan kriteria

lain yang valid yang diperoleh pada saat yang sama. Uji validitas

menggunakan bantuan program SPSS ForWindows, untuk menguji aitem-aitem mana yang memiliki daya beda aitem yang tinggi,

(59)

Apabila harga koefisien Corrected Item Total Correlation atau indeks diskriminasi aitem sama atau lebih besar dari >0.30

maka aitem tersebut dinyatakan dianggap memiliki daya beda yang

tinggi dan dikatakan sebagai aitem yang valid/lolos, dan sebaliknya

jika harga koefisien Corrected Item Total Correlation atau indeks diskriminasi aitem lebih kecil dari <0.30 maka aitem tersebut

dinyatakan tidak valid/gugur (Azwar, 1986).

2.Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi maksudnya adalah

pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliable.

Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen

tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang

diukur. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan alat bantu

program SPSS for windows uji statistik Cronbach’s Alpha (α). Jika nilai Cronbach’s Alpha (α) > 0,60 atau nilai koefisien reliabilitas

alpha semakin mendekati angka 1 (satu), maka instrumen tersebut

dikatakan reliabel. Artinya semua aitem tersebut reliabel sebagai

(60)

F. Analisis Data

Untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan

analisis korelasi Regresi Linear Ganda yang mana ini merupakan

suatu hubungan untuk mencari pengaruh antara dua variabel

ataulebihdengan variabel lainnya.

Analisisinimengestimasibesarnyakoefisien-koefisien yang

dihasilkanolehpersamaan yang bersifat linier, yang

melibatkanduaataulebihvariabelbebas (independent variable), untukdigunakansebagaialatprediksibesarnyanilaivariabelterikat

(dependent).Olehkarenaituanalisisregresi linier gandadapatmenghitungbesarnyapengaruhduaataulebihvariabelbeba

sterhadapsatuvariabelterikat (Muhid, 2012).

Uji korelasi dapat menghasilkan korelasi yang bersifat

positif (+) dan negatif. Jika korelasinya positif (+) semakin tinggi

variabel bebas maka semakin tinggi pula nilai variabel terikatnya

dan sebaliknya. Jika korelasinya negatif (-) maka hubungan kedua

variabel bersifat tidak searah (berbanding terbalik). Yang berarti

semakin tinggi nilai variabel bebas maka semakin rendah nilai

variabel terikatnya.

Nilai koefisien korelasi berkisar antara 0 sampai dengan 1.

dengan ketentuan semakin mendekati angka 1 maka semakin kuat

pengaruh kedua variabel dan sebaliknya semakin mendekati angka

(61)

Persamaan garis regresi penelitian adalah

Y’ = Nilai prediksi Y (turnover intention) a = Konstan

b = Koefisien regresi yang distandarisasikan untuk

masing-masing x

x1 = Kepuasankerja

(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Subyek

Subyek dalam penelitian ini sebanyak 43 subyek yakni

karyawan Pizza Hut di Surabayayang telah memenuhi kriteria

yang ditentukan oleh peneliti.

1. Responden Berdasarkan Usia

Dalam mengelompokkan responden berdasarkan usia.

Peneliti membaginya berdasarkan usia termuda hingga tertua.

Didapat data bahwa usia termuda 20 tahun dan tertua usia 29

tahun. Peneliti melakukan pengelompokkan sebanyak 3

kelompok dengan tujuan agar mempermudah mengetahui

prosentase yang memiliki usia termuda dan tertua. Berikut

gambaran umum subyek penelitian berdasarkan usia:

Tabel 4

Data Responden Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Presentase

20 – 23 Tahun 9 21 %

24 – 26 Tahun 23 54 %

27 – 29 Tahun 11 25 %

(63)

Berdasarkan tabel di atas dapat memberikan penjelasan

bahwa data responden berdasarkan usia dari 43 responden menjadi

subyek penelitian dari usia terendah yaitu 20-23 tahun sebanyak 9

responden dengan presentase 21%, usia 24-26 tahun sebanyak 23

responden dengan presentase 54%, usia tertua 27-29 tahun

sebanyak 11 responden dengan presentase 25%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia antara 24

sampai 26 tahun.

Selanjutnya deskripsi data berdasarkan data demografinya

adalah sebagai berikut:

Berdasarkan usia responden

Tabel 5

Deskripsi Data Subyek Berdasarkan Usia

Variabel Usia N Mean Deviation Std.

kategori usia yaitu 9 responden yang berusia antara 20 – 23 tahun,

usia 24 – 26 tahun sebanyak 23 responden, dan usia 27 – 29 tahun

(64)

rata-rata tertinggi ada pada responden yang berusia antara 20-23 tahun

dengan nilai mean 132.86. Sedangkan nilai rata-rata terendah

adalah responden yang berusia 27-29 tahun dengan nilai mean

126.22. Pada variabel komitmen organisasi nilai rata-rata tertinggi

ada pada responden yang berusia antara 24-26 tahun dengan nilai

mean 121.61. Sedangkan nilai rata-rata terendah adalah responden

yang berusia 20-23 tahun dengan nilai mean 107.22.

2. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Peneliti mengelompokkan data responden berdasarkan jenis

kelamin untuk mendapatkan manakah jumlah responden terbanyak

berdasarkan jenis kelamin. Berikut gambaran umum subyek

penelitian berdasarkanjenis kelamin:

Tabel 6

Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Presentase

Laki-laki 18 42 %

Perempuan 25 58 %

Total 43 100 %

Tabel diatas dapat memberikan penjelasan bahwa

berdasarkan jenis kelamin dari 43 responden yang menjadi subyek

penelitian, diperoleh 18 responden laki-laki dengan presentase 43%

(65)

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin perempuan.

Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 7.

Deskripsi Data Subyek Berdasarkan Jenis kelamin

Variabel Kelamin Jenis N Mean Deviation Std.

Kepuasan

Kerja Perempuan Laki-laki 18 25 130.83 131.43 8.713 5.624

Komitmen Organisasi

Laki-laki 18 114.83 12.205

Perempuan 25 120.27 5.285

Dari tabel di atas dapat diketahui banyaknya data dari

kategori jenis kelamin diperoleh 18 responden laki-laki dan 25

jumlah responden perempuan. Pada variabel kepuasan kerja nilai

rata-rata tertinggi ada pada responden perempuan dengan nilai

mean 130.83. Pada variabel komitmen organisasi nilai rata-rata

tertinggi ada pada responden perempuan dengan nilai mean 120.27.

3. Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Dalam mengelompokkan responden berdasarkan lama

bekerja peneliti membaginya menjadi 3 pengelompokkan

berdasarkan bulan. Berikut gambaran umum subyek penelitian

(66)

Tabel 8

Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Presentase

3 – 14 Bulan 12 27 %

15 – 25 Bulan 25 50 %

26 – 36 Bulan 10 23 %

Total 43 100 %

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan lama

bekerja dari 43 responden yang menjadi subyek penelitian di dapat

12 responden yang bekerja antara 3 sampai 14 bulan dengan

presentase 27%, 25 responden yang bekerja antara 14 sampai 25

bulan dengan presentase 50%, dan 10 responden yang bekerja antar

26 sampai 36 bulan dengan presentase 23%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja antara 15

(67)

Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 9.

Deskripsi Data Subyek Berdasarkan Lama Bekerja

Variabel Lama Mengajar N Mean Std. Deviation

Kepuasan

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan lama

bekerja di dapat 12 responden yang bekerja antara 3-14 bulan, 25

responden yang bekerja antara 15-25 bulan, dan 10 responden yang

bekerja antara 26-36 bulan. Pada variabel kepuasan kerja nilai

rata-rata tertinggi ada pada responden yang lama bekerja antara 15-25

bulan dengan nilai mean 134.38. Sedangkan nilai rata-rata terendah

adalah responden yang lama bekerja antara 3-14 bulan dengan nilai

mean 129.92. Pada variabel komitmen organisasi nilai rata-rata

tertinggi ada pada responden yang lama bekerja antara 15-25 bulan

dengan nilai mean 121.62. Sedangkan nilai rata-rata terendah

adalah responden yang lama bekerja antara 3-14 bulan dengan nilai

(68)

B. Deskripsi Data Subyek

Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk mengetahui

deskripsi suatu data seperti rata-rata, standard deviasi, varians, dan

lain-lain. Berdasarkan hasil analisis descriptive statistic SPSS 16.00

for windows dapat diketahui skor rata-rata (mean) dan standard deviasi

dari jawaban subjek terhadap skala ukur sebagai berikut:

Tabel 10

Deskriptif Data

Variabel Mean Std. Deviation Jumlah

Kepuasan

Kerja 131.21 6.860 43

Komitmen

Organisasi 118.23 8.842 43

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah subyek yang diteliti

baik dari skala kepuasan kerja maupun skala komitmen organisasi

adalah 43 orang. Untuk kepuasan kerja nilai rata-ratanya (mean)

adalah 131.21 dan nilai standard deviasinya adalah 6.860.Untuk

variabel komitmen organisasi nilai rata-ratanya (mean) adalah 118.23

Gambar

Tabel1   : Blue Print skala Intention Turnover ...........................................
Tabel 1
Blue Print Tabel 3 Skala Komitmen Organisasi
gambaran umum subyek penelitian berdasarkan usia:
+7

Referensi

Dokumen terkait

ZULKARNAIN LUBIS, M.H ANSOR,

2 Factory workers (e.g. drivers) work more overtime than 12 hours per week.. 3 Factory workers are not paid

Proses Pengumpulan Data Arus Kendaraan Proses pengumpulan data arus kendaraan dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan secara manual dengan bantuan alat

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini diberi judul “ Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Perusahaan

Perangkat discharging berfungsi sebagai penyedia daya menuju primer load yaitu MID pada sepeda GEBYCITERA dan daya menuju perangkat sekunder seperti gadget (HP, Vape,

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tahapan demi tahapan

Dengan kegiatan yang menyenangkan yang diciptakan melalui papan titian anak tidak akan merasa terbebebani untuk melatih keseimbangan badannya, anak dapat bergembira

Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang memenuhi