• Tidak ada hasil yang ditemukan

42 th 2012 (Ket tata Naskah Dinas)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "42 th 2012 (Ket tata Naskah Dinas)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI KUNINGAN

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : TAHUN 2012

TENTANG

KETENTUAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUNINGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi dan efektifitas administrasi penyelenggaraan Pemerintah Daerah, selama ini telah disusun Ketentuan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati Kuningan Nomor 7 Tahun 2005;

b. bahwa dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah, sehingga Peraturan Bupati Kuningan Nomor 7 Tahun 2005 tersebut perlu ditinjau kembali dengan mengadakan penyesuaian pengaturan Ketentuan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati Kuningan tentang Ketentuan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah - Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071);

(2)

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

(3)

6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 1971, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1636); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009

tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;

9. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor : 01/HK.021.2/I/1982 tentang Lambang Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 1990;

10 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2007 Nomor 54 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 59);

11 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 3 Tahun 2008 tentang Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Kuningan (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 68 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 70);

12

. Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 9 Tahun2008 tentang Sekretariat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 25 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2011 Seri D Nomor 156, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 56 Tahun 2011 Seri D);

13 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 75 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 77);

14 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 11 Tahun 2008 tentang Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 27 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2011 Seri D Nomor 58, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 58 Tahun 2011 Seri D);

15 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 24 Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2011 Seri D Nomor 155, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 55 Tahun 2011 Seri D);

(4)

. 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 80);

17 .

Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kelurahan (Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Tahun 2008 Nomor 79, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 81);

18

. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 7 Tahun 2005 tentangKetentuan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan (Berita Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 7 Tahun 2005);

19

. Peraturan Bupati Kuningan Nomor 21 Tahun 2008tentang Pembentukan Staf Ahli Bupati Kuningan (Berita Daerah Kabupaten Kuningan Nomor 92 Tahun 2008).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KETENTUAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kuningan;

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kuningan;

3. Bupati adalah Bupati Kuningan;

4. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Kuningan;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD, adalah DPRD Kabupaten Kuningan;

6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Kuningan;

7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan, Kelurahan dan Lembaga lain;

8. Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kuningan;

(5)

10. Tata Naskah Dinas adalah pengelolaan informasi tertulis yang meliputi pengaturan jenis, format, penyiapan, pengamanan, pengabsahan, distribusi dan penyimpanan naskah dinas serta media yang digunakan dalam komunikasi kedinasan;

11. Naskah Dinas adalah informasi tertulis sebagai alat komunikasi kedinasan yang dibuat dan atau dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang di lingkungan pemerintah daerah;

12. Format adalah naskah dinas yang menggambarkan tata letak dan redaksional, serta penggunaan lambang/logo dan cap dinas;

13. Stempel/cap Dinas adalah tanda identitas dari suatu jabatan atau SKPD;

14. Stempel Jabatan Alat/Cap yang digunakan untuk mengesahkan suatu naskah dinas yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang;

15. Papan Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah papan yang bertuliskan nama dan alamat Satuan Kerja Perangkat Daerah;

16. Kop Naskah Dinas adalah kop surat yang menunjukan jabatan atau nama SKPD tertentu yang ditempatkan dibagian atas kertas;

17. Kop Sampul Naskah Dinas adalah kop surat yang menunjukan jabatan atau nama SKPD tertentu yang ditempatkan dibagian atas sampul naskah;

18. Kewenangan adalah kekuasaan yang melekat pada suatu jabatan;

19. Delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari pejabat kepada pejabat atau pejabat dibawahnya;

20. Mandat adalah pelimpahan wewenang yang diberikan oleh atasan kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas tertentu atas nama yang memberi mandat;

21. Penandatanganan Naskah Dinas adalah hak, kewajiban dan tanggungjawab yang ada pada seorang pejabat untuk menandatangani naskah dinas sesuai dengan tugas dan kewenangan pada jabatannya; 22. Peraturan Daerah adalah naskah dinas dalam bentuk

dan susunan produk hukum, yang bersifat pengaturan ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk mengatur urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan;

23. Peraturan Bupati adalah naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum yang bersifat pengaturan ditetapkan oleh Bupati;

24. Peraturan Bersama adalah naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum yang bersifat pengaturan ditetapkan oleh dua atau lebih kepala daerah;

(6)

26. Keputusan Kepala SKPD adalah naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum yang bersifat penetapan, individual, konkrit dan final;

27. Instruksi Bupati adalah naskah dinas yang berisikan perintah dari bupati kepada bawahan untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan;

28. Surat Edaran adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan dan/atau petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak;

29. Surat Biasa adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan jawaban atau saran dan sebagainya;

30. Surat Keterangan adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tertulis dari pejabat sebagai tanda bukti untuk menerangkan atau menjelaskan kebenaran sesuatu hal;

31. Surat Perintah adalah naskah dinas dari atasan yang ditujukan kepada bawahan yang berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaaan tertentu;

32. Surat Izin adalah naskah dinas yang berisi persetujuan terhadap suatu permohonan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;

33. Surat Perjanjian adalah naskah dinas yang berisi kesepakatan bersama antara dua belah pihak atau lebih untuk melaksanakan tindakan atau perbuatan hukum yang telah disepakati bersama;

34. Nota Kesepakatan adalah produk hukum yang berisi kesepakatan yang bersifat umum antara dua pihak atau lebih unutk melaksanakan perbuatan hukum yang disepakati bersama;

35. Surat Perintah Tugas adalah naskah dinas dari atasan yang ditujukan kepada bawahan yang berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan fungsinya;

36. Surat Perintah Perjalanan Dinas adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang kepada bawahan atau pejabat tertentu untuk melaksanakan perjalanan dinas; 37. Surat Kuasa adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang kepada bawahan berisi pemberian wewenang dengan atas namanya untuk melakukan suatu tindakan tertentu dalam rangka kedinasan;

38. Surat Undangan adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi undangan kepada pejabat/pegawai yang tersebut pada alamat tujuan untuk menghadiri suatu acara kedinasan;

39. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi pernyataan bahwa seorang pegawai telah menjalankan tugas; 40. Surat Panggilan adalah naskah dinas dari pejabat yang

(7)

41. Nota Dinas adalah naskah dinas yang bersifat internal berisi komunikasi kedinasan antar pejabat atau dari atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan;

42. Nota Pengajuan Konsep naskah dinas adalah naskah dinas untuk menyampaikan konsep naskah dinas kepada atasan;

43. Lembar Disposisi adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi petunjuk tertulis kepada bawahan;

44. Telaahan Staf adalah naskah dinas dari bawahan kepada atasan antara lain berisi analisis pertimbangan, pendapat dan saran-saran secara sistematis;

45. Pengumuman adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi pemberitahuan yang bersifat umum; 46. Laporan adalah naskah dinas dari bawahan kepada

atasan yang berisi informasi dan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan tugas kedinasan;

47. Rekomendasi adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi keterangan atau catatan tentang sesuatu hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan kedinasan;

48. Surat Pengantar adalah naskah dinas berisi jenis dan jumlah barang yang berfungsi sebagai tanda terima; 49. Radiogram adalah naskah dinas dari pejabat yang

berwenang berisi hal tertentu yang dikirim melalui Radio;

50. Formulir Berita adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi hal tertentu yang dikirim melalui Faksimile;

51. Lembaran Daerah adalah naskah dinas untuk mengundangkan peraturan daerah;

52. Berita Daerah adalah naskah dinas untuk mengundangkan peraturan kepala daerah;

53. Berita Acara adalah naskah dinas yang berisi keterangan atas sesuatu hal yang ditanda tangani oleh para pihak;

54. Notulen adalah naskah dinas yang memuat catatan proses sidang atau rapat;

55. Memo adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi catatan tertentu;

56. Daftar Hadir adalah naskah dinas dari pejabat berwenang yang berisi keterangan atas kehadiran seseorang;

57. Piagam adalah naskah dinas dari pejabat yang berwenang berisi penghargaan atas prestasi yang telah dicapai atau keteladanan yang telah diwujudkan; 58. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan disingkat

(8)

59. Pengantar Pengajuan Raperda adalah nota yang dipergunakan sebagai pengantar naskah Rancangan Peraturan Daerah yang disampaikan eksekutif ke legislatif (DPRD);

60. Jawaban Bupati adalah naskah dinas yang berisi pernyataan tanggapan atau jawaban Bupati terhadap pandangan umum fraksi-fraksi DPRD berkenaan dengan pengajuan Raperda oleh eksekutif;

61. Sertifikat adalah naskah dinas yang merupakan tanda bukti seseorang telah mengikuti kegiatan tertentu; 62. Perubahan adalah merubah atau menyisipkan suatu

naskah dinas;

63. Pencabutan adalah suatu pernyataan tidak berlakunya suatu naskah dinas sejak ditetapkan pencabutan tersebut;

64. Pembatalan adalah pernyataan bahwa suatu naskah dinas dianggap tidak pernah dikeluarkan.

BAB II

TATA NASKAH DINAS

Pasal 2

Asas tata naskah dinas terdiri atas: a. Asas efisien dan efektif;

b. Asas pembakuan; c. Asas akuntabilitas; d. Asas keterkaitan;

e. Asas kecepatan dan ketepatan; dan f. Asas keamanan.

Pasal 3

(1) Asas efisien dan efektif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, dilakukan melalui penyederhanaan dalam penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar dan lugas.

(2) Asas pembakuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, dilakukan melalui tatacara dan bentuk yang telah dibakukan.

(3) Asas akuntabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, yaitu penyelenggaraan tata naskah dinas harus dapat dipertanggungjawabkan dari segi isi, format, prosedur, kewenangan, keabsahan dan dokumentasi.

(4) Asas keterkaitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, yaitu tata naskah dinas diselenggarakan dalam satu kesatuan sistem.

(9)

(6) Asas keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f, yaitu penyelenggaraan tata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansi.

Pasal 4

Prinsip-prinsip penyelenggaraan naskah dinas terdiri atas: a. Ketelitian;

b. Kejelasan;

c. Singkat dan padat;dan d. Logis dan meyakinkan.

Pasal 5

(1) Prinsip ketelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, diselenggarakan secara teliti dan cermat dari bentuk, susunan pengetikan, isi, struktur, kaidah bahasa dan penerapan kaidah ejaan didalam pengetikan.

(2) Prinsip kejelasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, diselenggarakan dengan memperhatikan kejelasan aspek fisik dan materi dengan mengutamakan metode yang cepat dan tepat.

(3) Prinsip singkat dan padat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. (4) Prinsip logis dan meyakinkan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 huruf d, diselenggarakan secara runtut dan logis dan meyakinkan serta struktur kalimat harus lengkap dan efektif.

Pasal 6

Penyelenggaraan naskah dinas dilaksanakan sebagai berikut:

a. Pengelolaan surat masuk; b. Pengelolaan surat keluar; c. Tingkat keamanan;

d. Kecepatan proses;

e. Penggunaan kertas surat;

f. Pengetikan sarana administrasi dan komunikasi perkantoran;

g. Warna dan kualitas kertas;dan

(10)

Pasal 7

Pengelolaan surat masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, dilakukan melalui:

a. Instansi penerima menindaklanjuti surat yang diterima melalui tahapan:

1. Diagenda dan diklasifikasi sesuai sifat surat serta didistribusikan ke unit pengelola;

2. Unit pengelola menindaklanjuti sesuai dengan klasifikasi surat dan arahan pimpinan; dan

3. Surat masuk diarsipkan pada unit tata usaha.

b. Copy surat jawaban yang mempunyai tembusan disampaikan kepada yang berhak.

c. Alur surat menyurat diselenggarakan melalui mekanisme dari tingkat pimpinan tertinggi hingga ke pejabat struktural terendah yang berwenang.

Pasal 8

Pengelolaan surat keluar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, dilakukan melalui tahapan :

a. Konsep surat keluar diparaf secara berjenjang dan terkoordinasi sesuai tugas dan kewenangannya dan diagendakan oleh masing-masing unit tata usaha dalam rangka pengendalian;

b. Surat keluar yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang diberi nomor, tanggal dan stempel oleh unit tata usaha pada masing-masing satuan kerja perangkat daerah;

c. Surat keluar sebagaimana dimaksud pada huruf b wajib segera dikirim; dan

d. Surat keluar diarsipkan pada unit tata usaha.

Pasal 9

Tingkat keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, dilakukan dengan mencantumkan kode pada sampul naskah dinas sebagai berikut :

a. Surat Sangat Rahasia disingkat SR, merupakan surat yang materi dan sifatnya memiliki tingkat keamanan yang tinggi, erat hubungannya dengan rahasia negara, keamanan dan keselamatan negara.

b. Surat Rahasia disingkat R, merupakan surat yang materi dan sifatnya memiliki tingkat keamanan tinggi yang berdampak kepada kerugian negara, disintegrasi bangsa.

c. Surat Penting disingkat P, merupakan surat yang tingkat keamanan isi surat perlu mendapat perhatian penerima surat.

(11)

e. Surat Biasa disingkat B, merupakan surat yang materi dan sifatnya biasa namun tidak dapat disampaikan kepada yang tidak berhak.

Pasal 10

Kecepatan proses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, sebagai berikut :

a. Amat segera/kilat, dengan batas waktu 24 jam setelah surat diterima;

b. Segera, dengan batas waktu 2 x 24 jam setelah surat diterima;

c. Penting, dengan batas waktu 3 x 24 jam setelah surat diterima; dan

d. Biasa, dengan batas waktu maksimum 5 hari kerja setelah surat diterima.

Pasal 11

Penggunaan kertas surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, sebagai berikut:

a. Kertas yang digunakan untuk naskah dinas adalah HVS 80 gram;

b. Penggunaan kertas HVS diatas 80 gram atau jenis lain, hanya terbatas untuk jenis naskah dinas yang mempunyai nilai keasaman tertentu dan nilai kegunaan dalam waktu lama;

c. Penyediaan surat berlambang negara berwarna kuning emas atau logo daerah berwarna dicetak di atas kertas 80 gram;

d. Ukuran kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah Folio/F4 (215 x 330 mm);

e. Ukuran kertas yang digunakan untuk makalah, piper dan laporan adalah A4 (210 x 297 mm); dan

f. Ukuran kertas yang digunakan untuk pidato adalah A5 (165 x 215 mm).

Pasal 12

Pengetikan sarana administrasi dan komunikasi perkantoran dimaksud dalam Pasal 6 huruf f, sebagai berikut:

a. Penggunaan jenis huruf pica;

b. Arial 12 atau disesuaikan dengan kebutuhan; dan c. Spasi 1 atau 1,5 sesuai kebutuhan.

Pasal 13

Warna dan kualitas kertas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf g, berwarna putih dengan kualitas baik.

Pasal 14

(12)

Indonesia Yang Disempurnakan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I.

BAB III NASKAH DINAS Bagian Pertama Bentuk Dan Susunan

Pasal 15

Bentuk dan susunan naskah dinas produk hukum di lingkungan pemerintah kabupaten, terdiri atas:

a. Peraturan Daerah;

b. Peraturan Bupati;

c. Peraturan Bersama

Bupati; dan

d. Keputusan Bupati;

Pasal 16

Bentuk dan susunan naskah dinas surat di lingkungan pemerintah kabupaten, terdiri atas:

a. Instruksi; b. Surat Edaran; c. Surat Biasa; d. Surat Keterangan; e. Surat Perintah; f. Surat Izin;

g. Surat Perjanjian; h. Surat Perintah Tugas;

i. Surat Perintah Perjalanan Dinas; j. Surat Kuasa;

k. Surat Undangan;

l. Surat KeteranganMelaksanakan Tugas; m. Surat Panggilan;

n. Nota Dinas;

o. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; p. Lembar Disposisi;

q. Telaahan Staf; r. Pengumuman; s. Laporan; t. Rekomendasi; u. Surat Pengantar; v. Radiogram; w. Formulir Berita; x. Lembaran Daerah; y. Berita Daerah; z. Berita Acara; aa. Notulen; aa. Memo; ab. Daftar Hadir; ac. Piagam; ad. Sertifikat; ae. STTPP;

(13)

BAB IV

PENGGUNAAN DAN KEWENANGAN

ATAS NAMA, UNTUK BELIAU, PELAKSANA TUGAS, PELAKSANA HARIAN DAN PENJABAT

Pasal 17

(1) Atas nama yang disingkat a.n. merupakan jenis pelimpahan wewenang dalam hubungan internal antara atasan kepada pejabat setingkat dibawahnya.

(2) Untuk beliau yang disingkat u.b. merupakan jenis pelimpahan wewenang dalam hubungan internal antara atasan kepada pejabat dua tingkat dibawahnya.

(3) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tetap berada pada pejabat yang melimpahkan wewenang dan pejabat yang menerima

pelimpahan wewenang harus

mempertanggungjawabkan kepada pejabat yang melimpahkan wewenang.

Pasal 18

(1) Pelaksana tugas yang disingkat Plt merupakan pejabat sementara pada jabatan tertentu yang mendapat pelimpahan wewenang penandatanganan naskah dinas, karena pejabat definitif belum dilantik.

(2) Plt sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dengan Keputusan Kepala SKPD atau Keputusan Bupati dan berlaku paling lama 1 (satu) tahun.

(3) Plt sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab atas naskah dinas yang dilakukannya.

Pasal 19

(1) Pelaksana tugas harian yang disingkat Plh merupakan pejabat sementara pada jabatan tertentu yang mendapat pelimpahan wewenang penandatanganan naskah dinas, karena pejabat definitif berhalangan sementara.

(2) Plh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat dengan Keputusan Kepala SKPD atau Keputusan Bupati dan berlaku paling lama 3 (tiga) bulan.

(3) Plh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertanggung jawabkan pelaksanaan atas naskah dinas yang dilakukannya kepada pejabat definitif.

Pasal 20

(14)

(2) Penjabat sebagaimana pada ayat (1) melaksanakan tugas pemerintahan pada daerah tertentu sampai dengan pelantikan pejabat definitif.

BAB V

PARAF, PENULISAN NAMA, PENANDATANGANAN, DAN PENGGUNAAN TINTA UNTUK NASKAH DINAS

Bagian Pertama Paraf

Pasal 21

(1) Setiap naskah dinas sebelum ditandatangani terlebih dahulu diparaf.

(2) Naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum sebelum ditandatangani terlebih dahulu diparaf pada setiap lembar.

(3) Paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh pejabat terkait secara horizontal dan vertikal.

(4) Paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan tanda tangan singkat sebagai bentuk pertanggung jawaban atas muatan materi, substansi, redaksi dan pengetikan naskah dinas.

(5) Paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. Paraf hierarki;dan

b. Paraf koordinasi.

Bagian Kedua Penulisan Nama

Pasal 22

(1) Penulisan nama Bupati, Wakil Bupati pada naskah dinas:

a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum tidak menggunakan gelar; dan

b. Dalam bentuk dan susunan surat menggunakan gelar.

(2) Penulisan nama pejabat selain yang dimaksud pada ayat (1) menggunakan gelar, Nomor Induk Pegawai dan pangkat.

Bagian Ketiga

Penandatanganan Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah.

Pasal 23

(1) Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 terdiri atas:

(15)

b. Peraturan Bupati;

c. Peraturan Bersama Bupati; dan d. Keputusan Bupati.

(2) Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Instruksi; b. Surat Edaran; c. Surat Biasa; d. Surat Keterangan; e. Surat Perintah; f. Surat Izin;

g. Surat Perjanjian; h. Surat Perintah Tugas; i. Surat Kuasa;

j. Surat Undangan;

k. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; l. Surat Panggilan;

m.Nota Dinas; n. Lembar Disposisi; o. Pengumuman; p. Laporan; q. Rekomendasi; r. Radiogram; s. Formulir Berita; t. Berita Acara; u. Memo; v. Piagam; w. Sertifikat; x. STTPP;

y. Pengantar Pengajuan Raperda; dan z. Jawaban Bupati.

Pasal 24

(1) Bupati mendelegasikan penandatanganan perizinan dibidang pelayanan yang bersifat lintas sektor kepada SKPD yang membidangi pelayanan perizinan terpadu. (2) Penyelenggaraan perizinan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) secara fungsional tetap menjadi tanggung jawab SKPD yang bersangkutan.

Pasal 25

(1) Wakil Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Surat Izin;

e. Surat Perintah Tugas;

(16)

h. Lembar Disposisi; i. Telaahan Staf; j. Laporan;

k. Rekomendasi; dan l. Memo.

(2) Wakil Bupati atas nama Bupati menandatangani naskah dinas meliputi:

a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum keputusan; dan

b. Dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 terdiri atas: 1. Surat Edaran;

2. Surat Biasa; 3. Surat Keterangan; 4. Surat Perintah; 5. Surat Izin;

6. Surat Perintah Tugas;

7. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; 8. Nota Dinas;

9. Lembar Disposisi; 10.Pengumuman; 11. Radiogram; 12. Formulir Berita; 13. Berita Acara; 14. Piagam;dan 15. Sertifikat.

Pasal 26

(1) Sekretaris Daerah menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Surat Izin;

e. Surat Perjanjian; f. Surat Perintah Tugas;

g. Surat Perintah Perjalanan Dinas; h. Surat Kuasa;

i. Surat Undangan;

j. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; k. Surat Panggilan;

l. Nota Dinas;

m.Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; n. Lembar Disposisi;

(17)

t. Lembaran Daerah; u. Berita Daerah; v. Berita Acara; w. Notulen; x. Memo;

y. Daftar Hadir; dan z. Sertifikat.

(2) Sekretaris Daerah atas nama Bupati menandatangani naskah dinas yang meliputi:

a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum berupa Keputusan Bupati; dan

b. Dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

1. Surat Edaran;

2. Surat Biasa; 3. Surat Keterangan; 4. Surat Perintah; 5. Surat Izin;

6. Surat Perjanjian; 7. Surat Perintah Tugas; 8. Surat Undangan;

9. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; 10. Surat Panggilan;

11. Nota Dinas; 12. Pengumuman; 13. Radogram; 14. Formulir Berita; 15. Berita Acara; 16. Piagam; 17. Sertifikat; dan 18. STTPP.

Pasal 27

(1) Asisten menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Nota Dinas;

b. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; c. Lembar Disposisi;

d. Telaahan Staf; e. Laporan;

f. Surat Pengantar; g. Motulen; dan h. Memo.

(2) Asisten atas nama Sekretaris Daerah menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas: a. Surat Biasa;

(18)

c. Surat Perintah;

d. Surat Perintah Tugas;

e. Surat Perintah Perjalanan Dinas; f. Surat Undangan;

g. Surat Panggilan; h. Nota Dinas;

i. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; j. Laporan;

k. Surat Pengantar; dan l. Daftar Hadir.

Pasal 28

Staf Ahli menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; b. Telaahan Staf; dan

c. Laporan.

Pasal 29

(1) Sekretaris DPRD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Surat Izin;

e. Surat Perjanjian; f. Surat Perintah Tugas;

g. Surat Perintah Perjalanan Dinas; h. Surat Kuasa;

i. Surat Undangan;

j. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; k. Surat Panggilan;

l. Nota Dinas;

m. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; n. Lembar Disposisi;

o. Telaahan Staf; p. Pengumuman; q. Laporan; r. Rekomendasi; s. Berita Acara; t. Memo; dan u. Daftar Hadir.

(2) Sekretaris DPRD atas nama Bupati menandatangani naskah dinas meliputi:

a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum berupa Keputusan Bupati; dan

(19)

1. Surat Biasa;

2. Surat Keterangan; dan 3. Surat Perintah.

Pasal 30

(1) Kepala SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Surat Izin;

e. Surat Perjanjian; f. Surat Perintah Tugas;

g. Surat Perintah Perjalanan Dinas; h. Surat Kuasa;

i. Surat Undangan;

j. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; k. Surat Panggilan;

l. Nota Dinas;

m. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; n. Lembar Disposisi;

o. Telaahan Staf; p. Pengumuman; q. Laporan; r. Rekomendasi; s. Berita Acara; t. Memo;

u. Daftar Hadir; dan v. Sertifikat.

(2) Kepala SKPD atas nama Bupati menandatangani naskah dinas yang meliputi:

a. Dalam bentuk dan susunan produk hukum berupa Keputusan Bupati; dan

b. Dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

1. Surat Biasa; 2. Surat Keterangan; 3. Surat Perintah;

4. Surat Undangan; dan 5. Sertifikat.

(3) Kepala Badan Kepegawaian Daerah selaku Kepala SKPD atas nama Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

(20)

f. Formulir Berita; g. Piagam;

h. Sertifikat; dan i. STTPP.

Pasal 31

(1) Sekretaris SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Surat Kuasa; e. Surat Undangan; f. Nota Dinas;

g. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; h. Lembar Disposisi;

i. Telaahan Staf; j. Laporan; k. Memo; dan l. Daftar Hadir.

(2) Sekretaris SKPD atas nama Kepala SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Nota Dinas; dan e. Daftar Hadir.

Pasal 32

(1) Kepala UPTD/UPT Dinas/Badan menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas: a. Surat Biasa;

b. Surat Perintah; c. Surat Perjanjian; d. Surat Perintah Tugas;

e. Surat Perintah Perjalanan Dinas; f. Surat Kuasa;

g. Surat Undangan;

h. Surat Keterangan Melaksanakan Tugas; i. Surat Panggilan;

j. Nota Dinas;

k. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; l. Lembar Disposisi;

(21)

s. Daftar Hadir.

(2) Kepala UPTD/UPT Dinas/Badan atas nama Kepala Dinas/Badan menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Nota Dinas; dan e. Daftar Hadir.

Pasal 33

(1) Camat menandatangani naskah dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa;

b. Surat Keterangan;

c. Surat Perintah;

d. Surat Izin;

e. Surat Perjanjian;

f. Surat Perintah

Tugas;

g. Surat Perintah

Perjalanan Dinas;

h. Surat Kuasa;

i. Surat Undangan;

j. Surat Keterangan

Melaksanakan Tugas;

k. Surat Panggilan;

l. Nota Dinas;

m. Nota Pengajuan

Konsep Naskah Dinas;

n. Lembar Disposisi;

o. Telaahan Staf;

p. Pengumuman;

q. Laporan;

r. Rekomendasi;

s. Berita Acara;

t. Memo; dan

u. Daftar Hadir.

(2) Camat atas nama Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

(22)

b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; dan d. Surat Undangan.

Pasal 34

(1) Kepala Bagian, Kepala Bidang menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Perintah; b. Nota Dinas;

c. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; d. Lembar Disposisi;

e. Telaahan Staf; f. Laporan; dan g. Daftar Hadir.

(2) Kepala Bagian, Kepala Bidang atas nama Kepala SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa;

b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; d. Nota Dinas; dan e. Daftar Hadir.

Pasal 35

(1) Lurah menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa;

b. Surat Keterangan;

c. Surat Perintah;

d. Surat Izin;

e. Surat Perjanjian;

f. Surat Perintah

Tugas;

g. Surat Perintah

Perjalanan Dinas;

h. Surat Kuasa;

i. Surat Undangan;

j. Surat Keterangan

Melaksanakan Tugas;

(23)

l. Nota Dinas;

m. Nota Pengajuan

Konsep Naskah Dinas;

n. Lembar Disposisi;

o. Telaahan Staf;

p. Pengumuman;

q. Laporan;

r. Rekomendasi;

s. Berita Daerah;

t. Berita Acara;

u. Memo; dan

v. Daftar Hadir.

(2) Lurah atas nama Camat menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Biasa; b. Surat Keterangan; c. Surat Perintah; dan d. Surat Undangan.

Pasal 36

(1) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud Pasal 15 terdiri atas:

a. Nota Dinas;

b. Nota Pengajuan Konsep Naskah Dinas; c. Telaahan Staf; dan

d. Laporan.

(2) Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang, Kepala Seksi, atas nama Sekretaris, Kepala Bagian, Kepala Bidang menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:

a. Surat Perintah; b. Nota Dinas; dan c. Daftar Hadir.

Bagian Keempat

Penggunaan Tinta untuk Naskah Dinas

Pasal 37

(1) Tinta yang digunakan untuk naskah dinas berwarna hitam.

(2) Tinta yang digunakan untuk penandatanganan dan paraf naskah dinas berwarna biru tua.

(3) Tinta yang dipergunakan untuk keperluan keamanan naskah dinas berwarna merah.

(24)

STEMPEL

Bagian Pertama Jenis

Pasal 38

Jenis stempel untuk naskah dinas di lingkungan Pemerintah Daerah terdiri atas:

a. Stempel jabatan; dan

b. Stempel perangkat daerah.

Pasal 39

(1) Stempel jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a, stempel jabatan Bupati.

(2) Stempel jabatan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi nama jabatan dan menggunakan lambang negara dengan pembatas tanda bintang.

Pasal 40

Stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b, terdiri atas:

a. Stempel SKPD dan atau lembaga lain; b. Sempel SKPD untuk keperluan tertentu; dan c. Stempel UPTD/UPT.

Bagian Kedua Bentuk, Ukuran dan Isi

Pasal 41

Stempel jabatan Bupati, stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 berbentuk lingkaran.

Pasal 42

Ukuran stempel jabatan, stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi :

a. Ukuran garis tengah lingkaran luar stempel jabatan dan stempel perangkat daerah adalah 4 cm; b. Ukuran garis tengah lingkaran tengah stempel

jabatan dan perangkat daerah adalah 3,8 cm;

c. Ukuran garis tengah lingkaran dalam stempel jabatan dan perangkat daerah adalah 2,7 cm; dan

d. Jarak antara 2 (dua) garis yang terdapat dalam lingkaran dalam maksimal 1 cm.

Pasal 43

(1) Ukuran stempel SKPD untuk keperluan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b, meliputi :

(25)

b. Ukuran garis tengah lingkaran tengah stempel jabatan dan stempel perangkat daerah adalah 1,7 cm;

c. Ukuran garis tengah lingkaran dalam stempel jabatan dan stempel perangkat daerah adalah 1,2 cm; dan

d. Jarak antara 2 (dua) garis yang terdapat dalam lingkaran dalam maksimal 0,5 cm.

(2) Stempel perangkat daerah untuk keperluan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk kartu tanda penduduk, kartu pegawai, tanda pengenal, asuransi kesehatan dan sejenisnya.

Pasal 44

(1) Stempel jabatan berisi nama jabatan dan menggunakan lambang negara dengan pembatas tanda bintang.

(2) Stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 huruf a dan huruf b berisi nama pemerintah kabupaten, nama SKPD yang bersangkutan.

(3) Stempel UPTD/UPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 huruf c, berisi nama pemerintah kabupaten, nama SKPD dan nama UPTD/UPT yang bersangkutan.

Bagian Ketiga Penggunaan

Pasal 45

(1) Pejabat yang berhak menggunakan stempel jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf a adalah Bupati dan Wakil Bupati.

(2) Pejabat yang berhak menggunakan stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf b adalah Kepala SKPD, Kepala lembaga lainnya, Kepala UPTD/UPT atau pejabat yang diberi wewenang.

Pasal 46

Perangkat Daerah yang berhak menggunakan stempel perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 huruf bmeliputi:

a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat DPRD; c. Dinas Daerah;

d. Lembaga Teknis Daerah; e. Kecamatan;

f. Kelurahan; dan g. Lembaga lainnya.

Pasal 47

(26)

Bagian Keempat

Kewenangan Pemegang dan Penyimpan Stempel

Pasal 48

(1) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel jabatan untuk naskah dinas dilakukan oleh unit yang membidangi urusan ketatausahaan pada Sekretariat Daerah.

(2) Kewenangan pemegang dan penyimpan stempel perangkat daerah dilakukan oleh unit yang membidangi urusan kesekretariatan pada setiap SKPD.

(3) Unit yang membidangi urusan ketatausahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertanggung jawab atas penggunaan stempel.

(4) Penunjukan pejabat pemegang dan penyimpan stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD.

Bagian Kelima Pengamanan

Pasal 49

(1) Untuk pengamanan stempel naskah dinas di lingkungan Pemerintah Daerah, menggunakan kode. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standarisasi kode

pengamanan stempel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur tersendiri oleh Bupati.

BAB VII

KOP NASKAH DINAS Bagian Pertama

Jenis

Pasal 50

Jenis kop naskah dinas di lingkungan Pemerintah Daerah terdiri atas:

a. Kop naskah dinas jabatan; dan b. Kop naskah dinas perangkat daerah.

Bagian Kedua Bentuk dan Isi

Pasal 51

(27)

a. Lambang Negara berwarna kuning emas dan ditempatkan di bagian tengah atas untuk naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum,naskah dinas dalam bentuk piagam, sertifikat dan surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan; b. Lambang Negara berwarna kuning emas dan

ditempatkan dibagian tengah atas serta alamat, nomor telepon, nomor faksimile, website, e-mail dan kode pos ditempatkan dibagian tengah bawah untuk naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat. (2) Kop naskah dinas Perangkat Daerah memuat sebutan

Pemerintah Kabupaten, nama Satuan Kerja Perangkat Daerah, alamat, nomor telepon, nomor faksimile, website, e-mail dan kode pos.

(3) Kop naskah dinas Kecamatan memuat sebutan Pemerintah Kabupaten, nama Kecamatan, alamat, nomor telepon, nomor faksimile, webite, e-mail dan kode pos.

(4) Kop naskah dinas Kelurahan memuat sebutan Pemerintah Kabupaten, nama Kecamatan, Kelurahan, alamat, nomor telepon, nomor faksimile, website, e-mail dan kode pos.

Paragraf Ketiga Penggunaan

Pasal 52

(1) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (1), digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Bupati dan Wakil Bupati.

(2) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Kepala SKPD dan lembaga lainnya atau pejabat lain yang ditunjuk.

(3) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3), digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Camat atau pejabat lain yang ditunjuk.

(4) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (4), digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh Lurah atau pejabat lain yang ditunjuk.

Pasal 53

Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2) digunakan untuk naskah dinas yang

ditandatangani oleh Staf Ahli Bupati.

BAB VIII

SAMPUL NASKAH DINAS

(28)

Pasal 54

Jenis sampul naskah dinas di lingkungan Pemerintah Daerah terdiri atas:

a. Sampul naskah dinas jabatan; dan b. Sampul naskah dinas perangkat daerah.

Bagian Kedua Bentuk, Ukuran dan Isi

Pasal 55

Sampul naskah dinas jabatan dan sampul naskah dinas perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 berbentuk empat persegi panjang.

Pasal 56

(1) Ukuran sampul naskah dinas jabatan dan sampul naskah dinas Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 meliputi:

a. Sampul kantong dengan ukuran panjang 41 cm dan lebar 30 cm;

b. Sampul folio/map dengan ukuran panjang 35 cm dan lebar 25 cm;

c. Sampul setengah folio dengan ukuran panjang 28 cm dan lebar 18 cm; dan

d. Sampul seperempat folio dengan ukuran panjang 28 cm dan lebar 14 cm.

(2) Jenis kertas sampul naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan kertas casing dengan warna:

a. Putih untuk sampul naskah dinas jabatan sebagaimana dimaksud Pasal 54 huruf a; dan

b. Coklat untuk sampul naskah dinas perangkat daerah sebagaimana dimaksud Pasal 53 huruf b.

Pasal 57

(1) Sampul naskah dinas jabatan berisi lambang negara berwarna kuning emas dan nama jabatan dan alamat, nomor telepon, faksimile, e-mail, website dan kode pos dibagian tengah atas.

(2) Sampul perangkat daerah berisi nama Pemerintah Kabupaten, nama SKPD yang bersangkutan, alamat, nomor telepon, faksimile, e-mail, website dan kode pos dibagian tengah atas.

(3) Sampul UPTD/UPT berisi nama Pemerintah Kabupaten, nama SKPD dan UPTD/UPT yang bersangkutan dan alamat, nomor telepon, faksimile, e-mail, website dan kode pos dibagian tengah atas.

(29)

Bagian Pertama Jenis

Pasal 58

Jenis papan nama di lingkungan Pemerintah Daerah terdiri atas:

a. Papan nama Kantor Bupati; dan b. Papan nama Perangkat Daerah.

Bagian Kedua Bentuk, Ukuran, Isi

Pasal 59

Papan nama di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 berbentuk empat persegi panjang.

Pasal 60

Ukuran papan nama di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 disesuaikan dengan besar bangunan.

Pasal 61

(1) Papan nama di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf a berisi tulisan Kantor Bupati, alamat, nomor telepon dan kode pos.

(2) Papan nama di lingkungan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 huruf b berisi tulisan Pemerintah Kabupaten dan nama SKPD yang bersangkutan, alamat, nomor telepon serta kode pos. (3) Jenis bahan dasar, warna, besar huruf papan nama

Kantor Bupati, Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Bupati.

Bagian Ketiga Penempatan

Pasal 62

Papan nama Kantor, Perangkat Daerah ditempatkan pada tempat yang strategis, mudah dilihat dan serasi dengan letak dan bentuk bangunannya.

Pasal 63

Bagi beberapa kantor, SKPD yang berada di bawah satu atap atau satu komplek, dibuat dalam satu papan nama yang bertuliskan semua nama SKPD.

BAB X

(30)

Pasal 64

(1) Perubahan dan pencabutan naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam bab ini dilakukan dengan bentuk dan susunan naskah dinas yang sejenis.

(2) Pejabat yang menandatangani naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pejabat yang menetapkan, mengeluarkan atau pejabat diatasnya.

BAB XI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 65

(1) Bupati melakukan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan naskah dinas di lingkungan pemerintah kabupaten.

(2) Kepala SKPD melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan naskah dinas di lingkungan kerjanya.

BAB XIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

Dengan berlakunya Peraturan ini, Peraturan Bupati Kuningan Nomor 7 Tahun 2005 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kuningan, dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 67

Bentuk dan susunan naskah dinas, penempatan a.n, u.b,Plt, Plh dan Pj, paraf, bentuk, ukuran dan isi stempel, kop naskah dinas, sampul naskah dinas dan papan nama sebagaimana dimaksud dalam bab III, bab IV, bab V, bab VI, bab VII, bab VIII, dan bab IX tercantum dalam lampiran II Peraturan Bupati ini.

Pasal 68

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Kuningan.

(31)

Pada tanggal : BUPATI KUNINGAN,

AANG HAMID SUGANDA Diundangkan di : Kuningan

Pada tanggal :

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUNINGAN,

Drs. H. YOSEP SETIAWAN, M.Si Pembina Utama Muda NIP. 19580217 198503 1 003

BERITA DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN ... NOMOR ...

LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI KUNINGAN

NOMOR :

TANGGAL :

TENTANG : KETENTUAN TATA NASKAH

(32)

PEMAKAIAN EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN

I. PEMAKAIAN HURUF

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan Bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama A a B b C c D d E e F f G g H h I i a be ce de e ef ge ha i J j K k L l M m N n O o P p Q q R r je ka el em en o pe ki er S s T t U u V v W w X x Y y Z z es te u ve we eks ye zet

B. Huruf Vokal

Huruf vokal yang melambangkan vokal dalam Bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,o dan u.

Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir a e* i o u api enak emas itu oleh ulang

Padi Petak Kena Simpan Kota Bumi

Lusa Sore Tipe Murni Radio Ibu

*Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya :

Anak-anak bermain di teras (téras)

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah Kami menonton film seri (séri)

Pertandingan itu berakhir seri. C. Huruf Konsonan

(33)

Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir b c d f g h j k l m n p q r s t v w x** y z bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami -lekas maka nama pasang quran raih sampai tali varia wanita xenon yakin zeni sebut kaca ada kafan tiga saham manja paksa rakyat* alas kami anak apa furqon bara asli mata lawa hawa -payung lazim adab -abad maaf gudeg tuah mikraj politik bapak* kesal diam daun siap -putar lemas rapat -juz

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah ** Khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au,

dan oi.

Huruf Diftong Di awal Contoh Pemakaian dalam kataDi tengah Di akhir ai au oi ain aula - syaitan saudara boikot pandai harimau amboi

E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

Gabungan Huruf Diftong

Contoh Pemakaian dalam kata Di awal Di tengah Di akhir kh ng ny sy khusus ngilu nyata syarat akhir bangun hanyut isyarat tarikh senang

F. Pemenggalan Kata

1. Pemenggalan kata dasar dilakukan sebagai berikut :

(34)

Misalnya :

Ma-in, sa-tu, bu-ah

Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan diantara kedua huruf itu.

Misalnya :

Au-la bukan a-u-l-a

Sau-da-ra bukan sa-u-da-ra Am-boi bukan am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, diantara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.

Misalnya :

Ba-pak, ba-rang, su-lit, la-wan, de-ngan, ke-nyang, mu-ta-khir.

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan diantara kedua huruf konsonan itu.

Misalnya :

Man-di, som-bong, swas-ta, cap-lok, Ap-ril, bang-sa, makh-luk.

d. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan diantara huruf konsonan yang pertama.

Misalnya :

In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las.

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada penggantian baris.

Misalnya :

Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu, pergi-lah. Catatan :

a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. b. Akhiran – i jika dipenggal.

c. Pada kata yang berimbuhan sisipan pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut :

Misalnya :

Te-lun-juk, si-nam-bung, ge-li-gi.

3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas.

Misalnya :

Bio-grafi, bi-o-gra-fi Foto-grafi, fo-to-gra-fi Intro-speksi, in-tro-spek-si Kilo-gram, ki-lo-gram Kilo-meter, ki-lo-me-ter Pasca-panen, pas-ca-pa-nen

Keterangan :

Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus.

II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.

Misalnya :

(35)

Apa maksudnya ?

Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

misalnya :

adik bertanya, “Kapan kita pulang ?”

bapak menasihatkan,”Berhati-hatilah, nak!” “Kemarin engkau terlambat,”katanya.

“Besok pagi”, kata ibu, “Dia akan berangkat”.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk tuhan.

misalnya :

Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur’an, Weda, Islam, Kristen, Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya, Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya :

Sultan Hasanuddin, Haji Agus Salim, Mahaputra Yamin, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misanya :

Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi atau nama tempat.

Misalnya :

Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Udara Husen Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang atau, nama instansi atau nama tempat.

Misalnya :

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu ?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor

jenderal.

(36)

Misalnya :

Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Perdanakusumah, Ampere.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya :

Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere.

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa dan bahasa.

Misalnya :

Bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya :

Bulan Agustus, bulan Maulid, hari Galungan,hari Jum’at, hari Natal, perang Candu, tahun Hijriyah, tarikh Masehi, hari Lebaran, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah, yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya :

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia. 9. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama

nama geografi. Misalnya :

Asia Tenggara, Banyuwangi, Jalan Diponegoro, Terusan Suez, Bukit Barisan, Cirebon, danau Toba, Daratan Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jazirah Arab, Ngarai Sianok, Pegunungan Jaya Wijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk Benggala. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya :

Garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.

Misalnya :

Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

(37)

Misalnya :

Menjadi sebuah republik, beberapa badab hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku.

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan serta dokumen resmi.

Misalnya :

Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

12. Huruf kapital dipaki sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya :

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. Ia menyelesaikan makalah “Asas-asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.

Misalnya :

Dr. Doktor

M.A. Master of Arts

S.E Sarjana Ekonomi

S.H Sarjana Hukum

S.S Sarjana Sastra

Prof. Profesor

Tn. Tuan

Ny. Nyonya

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya :

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “itu apa, Bu?”.

Surat Saudara sudah saya terima. “Silahkan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai hutuf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

(38)

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya :

Sudahkah Anda tahu ?

Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutif dalam tulisan.

Misalnya :

Majalah Bahasa dan Kesusatraan, buku Negarakertagama, karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya.

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Misalnya :

Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu.

Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

Misalnya :

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mengostana.

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’.

Tetapi :

Negara itu telah mengalami empat kudeta. Catatan :

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya

III. PENULISAN KATA

A. Kata Dasar

Kata yang berupa kata dasar ditulis dengan satu kesatuan Misalnya :

(39)

1Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

Bergetar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan. 2Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran

ditulis serangkai kata dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.

Misalnya :

Bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar

luaskan.

3Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan,

dihancurleburkan.

4Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi gabungan kata itu ditulis serangkai.

Misalnya :

Adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram, awahama, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, demoralisasi, dwiwarna, ekawarna, ekstrakulikuler, elektroteknik, infrastruktur, inkonvensional, instrospeksi, kolonialisme, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, pancasila, panteisme, paripurna, poligami, pramuniaga, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofesional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, ultramodern, tritunggal.

Catatan :

(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalannya adalah huruf kapital diantara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung

(-).

Misalnya :

Non-Indonesia, pan-Afrikanisme.

(2) Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.

Misalnya :

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Bentuk Ulang

(40)

Misalnya :

Anak-anak, biri-biri, buku-buku, bumiputra-bumiputra, centang-perenang, hati-hati, hulubalang-hulubalang, kuda-kuda, laba-laba, mata-mata, sia-sia, undang-undang, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, porak-poranda, ramah-tamah, sayur-mayur, tukar-menukar, tunggang-langgang, berjalan-jalan, menulis-nulis, dibesar-besarkan.

D. Gabungan Kata

1Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.

Misalnya :

Duta besar, orang tua, kambing hitam, persegi panjang, model linier, simpang empat, rumah sakit, kereta api, mata pelajaran, mesin tulis.

2Gabungan kata termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalia unsur yang bersangkutan. Misalnya :

Alat pandang-dengar, anak-istri saya, ibu-bapak kami, buku sejarah-baru, orang–tua muda, watt-jam, mesin-hitung tangan. 3Gabungan kata berikut ditulis serangkai.

Misalnya :

Acapkali, adakalanya, akhirulkalam, bagaimana, kepada, alhamdulillah, astagfirullah, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bilamana, bismillah, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kertabasa, kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal, paranasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam.

E. Kata ganti ku, kau, mu dan nya

Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya : ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Misalnya :

Apa yang kumiliki boleh kauambil.

Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.

F. Kata depan di, ke dan dari

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali didalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu ikatan seperti kepada dan daripada.

Misalnya :

Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam sajalah di sini.

(41)

Mereka ada di rumah.

Ia ikut terjun ke tengah kancah peperangan. Ke mana saja Ia selama ini ?

Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Saya pergi ke sana-sini mencarinya.

Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan :

Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai : Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.

Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.

Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi.

Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966.

Bawa kemari gambar itu.

Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. G. Kata si dan sang

Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya :

Harimau itu marah sekali kepada sang kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. H. Partikel

1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis

serangkai dengankata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Bacalah buku itu baik-baik

Jakarta adalah Kota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat itu ? Siapakah gerangan dia ?

Apalah gunanya bersedih hati ?

2. parikel pun ditulis terposah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya :

Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan.

Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku

Jika ayah pergi. Adik pun ingin pergi. Catatan :

Kelompok yang lazim dianggap padu misalnya, adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, walaupun, sekalipun, sungguhpun, ditulis serangkai.

Misalnya :

Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.

(42)

Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan.

Walaupun miskin, ia selalu gembira.

3. Partikel per yang berarti ”mulai”, “demi”,

dan ‘tiap” ditulis terpisah dari bagian kelimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.

Misalnya :

Pagawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ruangan satu per satu.

Harga kain itu Rp. 2.000,00 per helai. I. Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekan, yang terdiri atas satu huruf atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya :

A.S. Kramawijaya

Muh. Yamin Suman Hs. Sukanto S.A.

M.B.A. Master of Business Administration M.Sc. Master of Science

S.E. Sarjana Ekonomi S.Kar. Sarjana Karawitan

S.K.M. Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Bpk. Bapak

Sdr. Saudara

Kol. Kolonel.

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti tanda titik.

Misalnya :

DPR Dewan Perwakilan Rakyat.

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara PT Perseroan Terbatas

KTP Kartu Tanda Penduduk.

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.

Misalnya :

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya. dst. dan seterusnya.

hlm. halaman.

(43)

a.n. atas nama d.a. dengan alamat. u.b. untuk beliau . u.p. untuk perhatian.

d. Lambang Kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Cu kuprum

TNT trinitrotoluen

Cm sentimeter

KVA kilovolt-ampere

I liter

Kg kilogram

Rp. Rupiah

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

a. Akronim nama dari yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya :

ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia SIM Surat Izin Mengemudi

LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan. b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau

gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Misalnya :

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia

Sespa Sekolah Staf Pimpinan Admnistrasi.

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya :

pemilu pemilihan umum

radar radio detecting and ranging tilang bukti pelanggaran

rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali Catatan :

(44)

akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

J. Angka dan Lambang Bilangan

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, L(50), C(100), D(500), M(1.000), V(5.000), M(1.000.000)

Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini :

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.

Misalnya :

0,5 sentimeter 1 jam 20 menit 5 kilogram pukul 15.00 4 meter persegi tahun 1928 10 liter 17 Agustus 1945 Rp. 5.000,00 50 dolar Amerika US$ 3.50* 10 paun Inggris

$5.10 100 yen

Y 100 10 persen

2.000 rupiah 27 orang

* Tanda titik di sini merupakan tanda decimal.

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada kalimat.

Misalnya :

Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169

4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kita

Gambar

Gambar Tangan

Referensi

Dokumen terkait

(3) Kepala badan pendidikan dan pelatihan selaku kepala SKPD atas nama gubernur menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat

(2) Sekretaris atas nama kepala SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri dari:..

(3) Kepala SKPD atas nama Walikota menandatangani naskah dinas dalam bentuk surat ditujukan kepada pejabat di lingkungan pemerintah pusat dan pejabat di

(1) Kepala Kantor dan Kepala Satuan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan produk hukum daerah dan surat atas

(2) Sekretaris SKPD atas nama Kepala SKPD menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terdiri atas:..

(4) Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia selaku Kepala SKPK atas nama Bupati menandatangani naskah dinas dalam bentuk dan susunan surat

(6) Asisten atas nama Sekretaris Daerah menandatangani naskah dinas bentuk dan susunan Asisten atas nama Sekretaris Daerah menandatangani naskah dinas bentuk dan susunan

3 Bentuk dan susunan map Naskah Dinas Kepala Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a dan map Naskah Dinas kepala Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b