• Tidak ada hasil yang ditemukan

raker gab dpr 150506

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "raker gab dpr 150506"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA GGGGABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RI,RI,RI,RI, DDDDEPKEUEPKEUEPKEUEPKEU,,,, BI,BI,BI,BI, BBBBAPPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN BPSBPSBPSBPS TTTTANGGAL ANGGAL ANGGAL ANGGAL 15151515 MMMMEI EI EI EI 20062006 20062006

1

P

P

P

P

ENJELASAN

ENJELASAN

ENJELASAN

ENJELASAN

G

G

G

G

UBERNUR

UBERNUR

UBERNUR

UBERNUR

B

B

B

B

ANK

ANK

ANK

ANK

IIII

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

NDONESIA

P

P

P

P

ADA

ADA

ADA

ADA

R

R

R

R

APAT

APAT

APAT

APAT

K

K

K

K

ERJA

ERJA

ERJA

ERJA

G

G

G

G

ABUNGAN

ABUNGAN

ABUNGAN

ABUNGAN

K

K

K

K

OMISI

OMISI

OMISI

OMISI

XI

XI

XI

XI

DPR

DPR

DPR

DPR

RI

RI

RI

RI,,,,

D

D

D

D

EPKEU

EPKEU

EPKEU

EPKEU

,,,,

BI,

BI,

BI,

BI,

B

B

B

B

APPENAS DAN

APPENAS DAN

APPENAS DAN

APPENAS DAN

BPS

BPS

BPS

BPS

T

T

T

T

ANGGAL

ANGGAL

ANGGAL

ANGGAL

15

15

15

15

M

M

M

M

EI

EI

EI

EI

200

200

200

2006

6

6

6

Pendahuluan

Anggota Dewan yang terhormat,

1. Pertama-tama perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR yang telah mengundang kami dalam Rapat Kerja Gabungan bersama Departemen Keuangan, Bappenas dan BPS pada hari ini. Rapat Kerja Gabungan yang membahas Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi

Makro 2007 ini menurut pandangan kami sangat penting tidak saja untuk

menyamakan persepsi atas perkembangan ekonomi yang tengah terjadi tetapi juga membahas prospek perekonomian dan tantangan-tantangan ke depan yang dihadapi perekonomian Indonesia. Demikian pula Rapat Kerja Gabungan ini menjadi suatu bentuk koordinasi antara DPR, Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berkaitan dengan topik hari ini, perkenankan kami untuk menyampaikan secara singkat perkembangan dan langkah-langkah kebijakan penting Bank Indonesia dan isu-isu sentral yang berkembang akhir-akhir ini.

I. Perkembangan Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia

Anggota Dewan yang Budiman,

2. Sampai dengan bulan April 2006, perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Walaupun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2006 diperkirakan tumbuh 4,6%, sedikit lebih tinggi dari perkiraan di awal tahun sebesar 4,35% (yoy). Perkembangan yang lebih positif ini terutama didukung oleh semakin terjaganya kestabilan ekonomi makro, seperti dicerminkan pada menguatnya nilai tukar dan menurunnya tingkat inflasi serta surplus neraca pembayaran. Ekspansi perekonomian yang melambat pada triwulan I-2006 (dibandingkan triwulan sebelumnya) tersebut bersumber dari rendahnya pertumbuhan permintaan domestik, sedangkan net ekspor masih cenderung meningkat.

(2)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA GGGGABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RI,RI,RI,RI, DDDDEPKEUEPKEUEPKEUEPKEU,,,, BI,BI,BI,BI, BBBBAPPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN BPSBPSBPSBPS TTTTANGGAL ANGGAL ANGGAL ANGGAL 15151515 MMMMEI EI EI EI 20062006 20062006

2

investasi masih terbatas sehingga kondisi permintaan domestik tersebut berdampak pada semakin terbatasnya peningkatan kapasitas perekonomian. Dari sisi produksi atau penawaran, sektor ekonomi yang diperkirakan mengalami perlambatan cukup signifikan adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor transportasi dan komunikasi.

4. Dari sisi eksternal, kinerja neraca pembayaran pada triwulan I-2006 secara keseluruhan membaik tercermin pada lebih tingginya surplus baik dari neraca transaksi berjalan maupun neraca modal dan finansial. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa hingga April 2006 meningkat menjadi USD42,8 miliar atau setara 4,6 bulan kebutuhan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Namun demikian, peningkatan surplus NPI tersebut tetap perlu dicermati mengingat surplus pada neraca transaksi berjalan yang lebih disebabkan oleh melambatnya impor non migas, khususnya impor bahan baku yang selama ini dibutuhkan untuk mendukung ekspor Indonesia, sehingga dikhawatirkan dapat menurunkan kinerja ekspor pada periode selanjutnya. Selain itu, struktur neraca modal dan finansial masih didominasi oleh aliran modal masuk jangka pendek (portfolio investment) yang cenderung sensitif terhadap sentimen sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya pembalikan modal.

5. Kondisi Neraca Pembayaran yang surplus tersebut mendukung penguatan nilai tukar Rupiah. Nilai tukar Rupiah hingga April 2006 menguat secara signifikan, mencapai rata-rata sebesar Rp9.214 per dolar AS atau terapresiasi sebesar 6,28% dibandingkan akhir 2005. Apresiasi nilai tukar bersumber dari derasnya aliran modal masuk portfolio internasional jangka pendek ke pasar finansial domestik dan menurunnya permintaan valas sejalan dengan melambatnya kegiatan ekonomi domestik. Kondisi pasar valas seperti ini tentu saja membawa implikasi kebijakan. Dalam jangka pendek, mengingat besarnya dukungan aliran modal jangka pendek dalam menopang penguatan rupiah, maka upaya mengelola persepsi investor di pasar finansial menjadi penting untuk mencegah pembalikan modal secara tiba-tiba. Dalam jangka panjang, beberapa upaya perlu ditempuh agar kinerja neraca pembayaran didukung oleh perbaikan faktor fundamental yaitu ekspor yang semakin kompetitif dan iklim investasi yang lebih atraktif bagi masuknya FDI.

6. Sementara itu, perkembangan inflasi IHK s.d. akhir April 2006 mencapai 15,1% (yoy) lebih rendah dari proyeksi semula dan secara kumulatif (Januari-April) mencatat 2,3% (ytd). Penurunan tekanan harga ini terutama karena penurunan harga pada kelompok bahan makanan seiring dengan berlangsungnya musim panen dan terjaganya pasokan di samping adanya penundaan kenaikan TDL. Sementara itu, inflasi inti juga cenderung menurun meskipun lebih lambat dari penurunan inflasi IHK, mencapai 9,43% (yoy). Kecenderungan melambatnya inflasi inti tersebut didorong oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan membaiknya ekspektasi inflasi masyarakat. Sementara itu, tekanan inflasi dari kesenjangan output masih belum signifikan karena ekspansi perekonomian domestik yang melambat.

(3)

R R R

RAPAT APAT APAT APAT KKKKERJA ERJA ERJA ERJA GGGGABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN ABUNGAN KKKKOMISI OMISI OMISI OMISI XIXIXIXI DPRDPRDPRDPR RI,RI,RI,RI, DDDDEPKEUEPKEUEPKEUEPKEU,,,, BI,BI,BI,BI, BBBBAPPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN APPENAS DAN BPSBPSBPSBPS TTTTANGGAL ANGGAL ANGGAL ANGGAL 15151515 MMMMEI EI EI EI 20062006 20062006

3

mengelola risiko usaha yang dihadapinya dengan baik. Meskipun demikian, beberapa risiko perlu dicermati seperti meningkatnya kredit bermasalah yang tercermin dalam meningkatnya non-performing loans (NPLs) baik gross maupun net, masing-masing dari 8,3% dan 4,8% per akhir Desember 2005 menjadi 9,4% dan 5,6% pada akhir Maret 2006. Ke depan, penyaluran kredit perbankan diperkirakan akan terus membaik seiring dengan membaiknya kondisi makroekonomi.

II. Prospek Perekonomian Ke Depan

Anggota Dewan Yang Terhormat,

8. Ke depan, Bank Indonesia memandang bahwa optimisme pada perekonomian nasional diperkirakan semakin kuat. Kondisi ekonomi global diperkirakan akan memberikan pengaruh positif bagi perkembangan kinerja neraca pembayaran. Kemampuan stimulus fiskal yang lebih besar dan intensifnya upaya pemerintah memperbaiki iklim investasi diharapkan akan semakin mendorong kegiatan investasi. Peningkatan kegiatan ekonomi ini diperkirakan akan disertai dengan kestabilan ekonomi makro yang semakin terjaga.

9. Dengan mempertimbangkan semua perkembangan dan sejumlah faktor risiko tersebut pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 9 Mei 2006 yang lalu, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate menjadi 12,50%, turun 25 bps dibandingkan tingkat sebelumnya. Penurunan tersebut didasarkan pada asesmen bahwa kondisi stabilitas makroekonomi semakin mantap sehingga inflasi jangka menengah panjang diperkirakan akan sesuai target. Namun demikian, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai faktor risiko baik internal maupun eksternal sebagai langkah antisipasi terhadap kelangsungan stabilitas makroekonomi. Dari sisi internal, faktor risiko antara lain kemungkinan terganggunya distribusi barang terkait dengan kondisi infrastruktur di beberapa daerah. Dari sisi eksternal, perkembangan harga minyak dunia serta arah kebijakan moneter global yang cenderung ketat perlu terus dicermati.

Anggota Dewan yang Terhormat,

Demikian pandangan kami mengenai perkembangan ekonomi terkini serta prospeknya ke depan. Kami berkeyakinan bahwa dengan kerjasama yang erat diantara Pemerintah, Bank Indonesia, dan DPR, kita akan dapat mencapai sasaran pembangunan ekonomi yang kita cita-citakan guna mewujudkan masyakat yang adil dan sejahtera. Atas perhatian anggota dewan yang terhormat, kami ucapkan terima kasih.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan upaya hukum tersebut, dalam skripsi ini penulis hendak meneliti dan menulis perihal upaya hukum luar biasa khususnya mengenai permohonan

Pada bumbu rujak cingur instan perlakuan terbaik dilakukan uji T organoleptik terhadap kontrol dan diperoleh baik dari parameter rasa, aroma dan warna tidak

Pengaturan nilai kecepatan putar rotor dan torsi elektromagnetik tersebut dilalukan dengan mengatur nilai amplitudo dan frekuensi tegangan masukan pada bagian

Berdasarkan data dari pertanyaan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa responden menjawab pertanyaan ke lima dengan jawaban “sangat membantu” sebanyak 27 responden

  Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih   Nyamuk Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak

Dari hasil studi empiris, dengan menggunakan dua model yang dilandasi hipotesa market power, yaitu Structure Conduct Performance dan Relative Market Power, dapat

Sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk sebenarnya hanya merupakan alat bantu untuk mendiagnosis penyakit apa yang

Kajian tentang lansia dewasa ini menjadi penting mengingat jumlah populasi lansia terus bertambah dengan upaya untuk menjaga kondisi kesehatan baik fisik maupun psikis