• Tidak ada hasil yang ditemukan

Post 3241af9e95b6df2e

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Post 3241af9e95b6df2e"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERSEPSI PARA TOKOH MASYARAKAT DI SEKITAR

KAMPUS TERHADAP CARA BERPAKAIAN MAHASISWA

STAIN SALATIGA

Disusun Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH :

SAMSUL MA’ARIF

111 08 136

JURUSAN TARBIYAH

PROGDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)

KEMENTERIAN AGAMA RI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721

Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@stainsalatiga.ac.id

Achmad Maimun, M.Ag. DOSEN STAIN SALATIGA

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 eksemplar Hal : Naskah skripsi

Saudara SAMSUL MA’ARIF

Kepada

Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : Samsul Ma’arif

NIM : 11108136

Jurusan / Progdi : Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam

Judul : PERSEPSI PARA TOKOH MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS TERHADAP CARA BERPAKAIAN MAHASISWA STAIN SALATIGA Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Salatiga, 05 September 2012 Pembimbing

Achmad Maimun, M.Ag.

(3)
(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : SAMSUL MA’ARIF

NIM : 11108136

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, buka jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 05 September 2012 Yang menyatakan,

(5)

MOTTO

Syukurilah apa yang ada pada dirimu dan

janganlah iri

dengan apa yang ada pada oranglain

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku Bapak Munawir dan Ibu Sampini tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran.

 Kedua adikku Samsul Huda & Ja’far Sodik, terima kasih atas motivasi yang adik berikan kepada mas Samsul Ma’arif.

 Mbah putri Wardatiyah dan mbah kakung Suratman, terima kasih atas Doa dan Motivasi yang mbah berikan kepada ananda.

 Keluarga besar dari Bani Kuseri, Terima kasih atas Motivasi yang telah kalian berikan.

 Sahabat sejatiku mbak Siti Ivayatun, yang selama ini memberikan suport dan mengajariku dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

(6)

 Mbah Kakung dan Mbah Putri yang sangat saya hormati selalu dan memotivasi saya dalam penyelesaian sekripsi ini

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robil’alamin, segala puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Taufiq serta Hidayah-Nya yang tiada terhingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Persepsi para tokoh masyarakat terhadap cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga”

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan nabi Agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia yang mana beliaulah sebagai Rosul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Persepsi para tokoh

masyarakat terhadap cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga”

Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga.

(8)

3. Bapak Achmad Maimun, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Karyawan-karyawati STAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.

6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

7. Wali Kota Salatiga, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik, Kepala Bappeda Kota Salatiga, Camat Sidomukti, Kepala kelurahan Kalicacing, Kepala kelurahan Mangunsari, beserta stafnya yang telah memberikan ijin penelitian di wilayah Kota Salatiga.

8. Bapak dan Ibu yang ada di Kelurahan Kalicacing dan Mangunsari yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.

(9)

ABSTRAK

Ma’arif, Samsul. 2012. Persepsi Para Tokoh Masyarakat Di Sekitar Kampus

Terhadap Cara Berpakaian Mahasiswa STAIN Salatiga. Skripsi. Jurusan

Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Achmad Maimun, M.Ag.

Kata kunci: Persepsi tokoh masyarakat dan cara berpakaian mahasiswa.

Budaya Barat yang masuk ke Indonesia menyebabkan rusaknya moralitas anak-anak bangsa Indonesia pada saat ini. Khususnya dari segi berpakaian, baik dari lembaga agama maupun umum. Hal ini seperti yang terjadi pada mahasiswa STAIN Salatiga. Kampus STAIN salatiga sebenarnya sudah memberikan peraturan yang jelas, akan tetapi masih banyak mahasiswa yang memakai pakaian yang kurang sesuai dengan aturan syari’at Islam. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang cara berpakaian yang baik dalam syari’at Islam? Tanggapan dan saran tokoh masyarakat terhadap cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga? Bagaimana cara berpakaian yang ideal bagi para mahasiswa STAIN Salatiga? Setelah dilakukannya penelitian secara mendalam diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang cara berpakaian yang baik menurut syari’at Islam, tanggapan dan saran

tokoh masyarakat terhadap cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga, dan cara

berpakaian yang ideal bagi para mahasiswa STAIN Salatiga.

Metode yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2012 di kelurahan Kalicacing dan kelurahan Mangunsari kota Salatiga tahun 2012. Responden adalah tokoh masyarakat berjumlah 8 orang, dosen 3 orang, dan mahasiswa 3 orang. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Data dikumpulkan dengan data yang lengkap. Transkrip data di analisis dengan metode deduktif, induktif dan sintesis.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN LOGO STAIN ... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .... ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... viii

HALAMAN ABSTRAK... xi

HALAMAN DAFTAR ISI... xii

HALAMAN LAMPIRAN... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

D. Penegasan Istilah ... 7

E. Metode Penelitian ... 9

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 9

2. Kehadiran peneliti ... 9

3. Lokasi penelitian ... 10

4. Sumber data... 10

5. Prosedur pengumpulan data ... 10

6. Wawancara ... 11

7. Analisis data... 11

8. Pengecekan Keabsahan Temuan ... 12

9. Tahap-tahap Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan... 13

BAB II PAKAIAN DALAM PERSPRKTIF ISLAM ... 15

(11)

2. Landasan Berpakaian... 16

a. Al-Qur’an ... 16

b. Al-Hadist ... 17

c. Fungsi Pakaian... 19

3. Secara Umum ... 19

4. Menurut Islam ... 25

5. Kriteria Pakaian Menurut Islam ... 29

6. Syarat-syarat Pakaian... 36

B. Etika dan Estetika berpakaian ... 40

1. Al-qur’an... 40

2. Al Hadist ... 41

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 45

A. Sejarah dan Profil STAIN Salatiga ... 45

1. Sejarah ... 45

2. Asas, Fungsi dan Tujuan STAIN Salatiga ... 52

3. Visi dan Misi STAIN Salatiga ... 54

4. Etika dan Tata Tertib STAIN Salatiga... 55

B. Temuan Penelitian... 66

1. Hasil Pengamatan ... 66

2. Hasil Wawancara... 68

BAB IV PEMBAHASAN ... 76

A. Cara Berpakaian yang Baik dalam Syari’at Islam ... 76

B. Tanggapan dan Saran Informan Terhadap Cara Berpakaian Mahasiswa STAIN Salatiga ... 79

C. Cara Berpakaian yang Ideal Bagi Para Mahasiswa STAIN Salatiga ... 83

BAB V SIMPULAN A. Kesimpulan ... 1. Cara berpakaian yang Baik dalam Syari’at Islam ... 88

(12)

B. Saran ... 88 C. Penutup ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup 2. Laporan SKK

3. Nota Dosen Pembimbing Skripsi 4. Lembar Konsultasi

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Era Globalisasi sekarang ini pengaruh budaya barat telah berdampak pada pergeseran moral dan gaya hidup masyarakat timur pada umumnya juga di Indonesia pada khususnya. Mulai dari gaya hidup dapat di lihat pada kehidupan masyarakat yang cenderung egois, bergaya hidup boros, budaya konsumtif, lebih menyukai makanan cepat saji dan praktis daripada proses yang dinilai lambat. Pergeseran nilai moral dapat dilihat dari mulai hilangnya rasa hormat anak muda pada orang yang lebih tua, tumbuhnya sikap egois yakni lebih mementingkan dirisendiri dari pada kepentingan orang lain, kebiasaan merokok dan narkoba serta pelanggaran norma kesusilaan seperti pergaulan bebas dan banyak wanita yang berpakaian ketat dan minim yang hanya menutup sebagian kecil dari tubuh mereka.

Kejadian di atas tidak hanya terjadi di masyarakat secara umum, akan tetapi juga terjadi di kalangan mahasiswa dan mahasiswi STAIN Salatiga. Abu Al-Ghifari sebagaimana dikutip oleh Solichul Hadi (2005:4-9), menyebutkan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang memakai pakaian yang tidak sesuai dengan Islam adalah sebagai berikut:

(15)

2. Karena minimnya pengetahuan seseorang terhadap nilai-nilai dan ajaran Islam.

3. Karena kegagalan fungsi dan peran keluarga dalam mengontrol perilaku dan ahklak seseorang sebagai seorang anak.

4. Karena perancang busana atau desainer yang tidak memahami ataupun mengindahkan nilai-nilai ajaran Islam.

Adapun yang menjadi tujuan dari seseorang mengenakan pakaian menurut Arifah A. Riyanto dan Liunir Zulbahri, (2009:32), yaitu: untuk melindungi badan agar tetap sehat, menutup aurat atau memenuhi kesopan santunan dan dapat tampil serasi. Idealnya semua tujuan berbusana itu dapat dicapai, sehingga seseorang dapat tampil berbusana dengan kain dan model yang melindungi kesehatan, model busananya menutup aurat dan memenuhi sopan santun berbusana, tetapi tetap tampil serasi dengan pakaian.

Dalam ajaran Islam, pakaian bukan semata-mata masalah budaya dan mode. Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk laki-laki maupun perempuan. Khusus untuk muslimah, memiliki pakaian khusus yang menunjukkan jati dirinya sebagai seorang muslimah. Bila pakaian adat umumnya bersifat lokal, maka pakaian muslimah bersifat universal. Dalam arti dapat dipakai oleh muslimah di manapun ia berada.

(16)

Islam, kampus sendiri telah memberikan aturan-aturan secara tertulis dan jelas yang seharusnya ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa ternyata masih banyak mahasiswa yang mengenakan pakaian yang kurang baik dalam arti ketat, kurang menutup aurat. Hal ini terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan, dikarenakan mereka mendahulukan mode dari pada menutup aurat dan kepantasan dalam berpakaian menurut syari’at Islam dan aturan yang ada. Imam al-Ghozali, (2002: 133) mengatakan bahwa, ”seorang yang berpakaian tidak sesuai dengan prinsip aturan Al-Qur’an (menutup aurat), maka ia telah menyimpang dari ajaran agama Islam dan mengikuti jejak syaitan”.

Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-A’rof ayat 27, yang berbunyi:

































...

Artinya: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya” … (Q.s. Al-A’rof : 27)

(17)

pakaian, maka harus mengerti dan dapat memilih pakaian yang menutup aurat dan selalu menjaga iman dimanapun berada. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surat Al-A’rof ayat 26, yang berbunyi:









































Artinya: ”Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat” (Al-A’rof ayat : 26). (Al-Qur’an dan Terjemah, 2007: 153).

Dari arti Firman Allah swt. di atas dapat dipahami bahwa pakaian bani (anak) adam itu terbagi menjadi tiga macam yang di ambil dari

(http://www.scribd.com/doc/24005257/Pengertian-pakaian). yaitu; pertama, Yuwaari sauaatikum: pakaian yang sekedar penutup bagian-bagian yang malu

dilihat atau terlihat orang. Kedua, Riisyan: pakaian yang merupakan hiasan yang layak bagi manusia, jadi lebih dari hanya menutupi aurat saja. Ketiga,

Libasuttaqwa: pakaian yang merupakan ketakwaan, yang menyelamatkan diri,

(18)

dalam masyarakat dan negara. Jadi semua tergantung pada pribadi masing-masing, mau berpegang teguh pada syari’at Islam apa tidak.

Dari hasil survei yang telah dilakukan, menyimpulkan bahwa masih banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mengenakan pakaian yang tidak sesuai aturan kampus dan syari’at Islam. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada mahasiswi saja, akan tetapi pada mahasiswa juga demikian, banyak yang mamakai pakaian yang kurang sesuai standar kesopanan. Seperti celana jeans yang ketat, pakaian oblong yang tipis dan ketat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Menurut penulis hal tersebut terjadi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Dari faktor intern salah satunya kurangnya kesadaran dari hati mahasiswa itu sendiri, yang pada hakekatnya mereka adalah seorang muslim dan muslimah yang seharusnya mengenakan pakaian baik, menutup aurat, tidak ketat, serta tidak mengundang syahwat. Sedangkan dari faktor ekstern salah satunya pengaruh dari lingkungan dan teman pergaulannya (ikut-ikutan) trend mode yang berkembang.

(19)

TOKOH MASYARAKAT DI SEKITAR KAMPUS TERHADAP CARA BERPAKAIAN MAHASISWA STAIN SALATIGA."

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah cara berpakaian yang baik dalam syari’at Islam?

2. Bagaimana tanggapan dan saran tokoh masyarakat terhadap cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga?

3. Bagaimanakah cara berpakaian yang ideal bagi para mahasiswa STAIN Salatiga?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan

Sebagai konsekuensi dari permasalahan, maka tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui cara berpakaian yang baik menurut syari’at Islam. b. Untuk mengetahui seperti apakah tanggapan dan saran para tokoh

masyarakat di sekitar kampus tentang cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga.

c. Untuk mengetahui seharusnya cara berpakaian yang ideal bagi para mahasiswa dan mahasiswi STAIN Salatiga.

(20)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoritik (hasil penelitian)

Manfaat yang akan didapat dari hasil penelitian secara teoritik yaitu, bahwa dalam kampus sudah di cantumkannya aturan atau cara yang berpakaian yang baik. Begitu juga dalam Islam juga dijelaskan cara berpakaian yang baik. Selain itu, kampus STAIN Salatiga merupakan suatu lembaga pendidikan Islam yang seharusnya mengangkat koridor ajaran Islam, yaitu dalam hal berpakaian yang baik menurut syari’at Islam. Akan tetapi pada kenyataannya masih banyak mahasiswa dan mahasiswi yang mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan aturan kampus yang ada dan syari’at Islam. b. Manfaat Praktis

Memahami salah satu permasalahan dari cara berpakaian mahasiswa STAIN, yaitu padahal tiap hari mempelajari ilmu agama tetapi kenapa dalam berpakaian masih banyak yang jauh dari nilai-nilai syari’at Islam.

c. Manfaat bagi Mahasiswa

(21)

Untuk menghindari kemungkinan penafsiran yang berbeda dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian. Istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi adalah aktivitas mengindra, mengintegrasikan dan memberikan penilian pada obyek-obyek fisik maupun sosial, dan pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik maupun stimulus sosial yang ada di lingkungannya (http://www.scribd.com/doc/pengertian

persepsi). Jadi sesuatu yang diperoleh dari lingkungan akan diolah

bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain.

Sedangkan menurut pengertian persepsi yang lain, mengatakan bahwa, persepsi adalah proses psikologis dan hasil pengindraan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berfikir. Jadi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif atau negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. 2. Tokoh Masyarakat

(22)

dimulai dari tokoh masyarakat Kridanggo, kemudian tokoh masyarakat Jangkungan yang tidak jauh dari lingkungan kampus. Sedangkan yang akan penulis datangi yaitu seperti ketua Rukun Warga (RW), ketua Rukun Tetangga (RT), dan tokoh-tokoh lain yang ada di tempat tersebut.

3. Pakaian

Pakaian menurut bahasa adalah segala sesuatu yang menempel pada tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki. Menurut istilah adalah pakaian yang di pakai atau kenakan setiap hari dari ujung rambut sampai ujung kaki beserta segala perlengkapannya, seperti tas, sepatu dan lain-lain

(http://www.scribd.com/doc/24005257/Pengertian-pakaian)

E. Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan maka dikategorikan sebagai penelitian Kualitatif. Mengutip dari Suharto Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata baik tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati (Kasiram, 2010:175).

1. Pendekatan dan jenis penelitian

(23)

melainkan memaparkan masalah. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan.

2. Kehadiran penelitian

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, maka peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian sampai memperoleh data yang valid.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di wilayah Kridanggo dan Jangkungan, yaitu dengan tokoh masyarakat, seperti ketua Ruun Warga (RW), ketua Rukun Tetangga (RT), dan tokoh-tokoh yang lainnya.

4. Sumber Data

Pada penelitian ini penulis memperoleh data dengan cara Snowball

Sampling atau disebut juga dengan Sampel Bola Salju. Dengan Snowball

Sampling ini penulis bertanya pada satu atau dua orang yang dapat dijadikan sampel. Kemudian penulis ingin mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi, dan ingin bertanya lebih dari satu atau dua orang, maka orang yang ditanya tadi menunjukkan orang lain lagi, yang kira-kira bisa dijadikan sampel (home.unpar.ac.id/~hasan/SAMPLING).

5. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam rangka memperoleh data serta mempermudah proses penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut :

(24)

Pengamatan atau observasi adalah suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan (Sugiyono, 2011: 145).

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data yang kongkret tentang cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tuhuan tertentu (Deddy Mulyana, 2010:180). Sedangkan menurut tokoh lain, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (Lexy J. Moleong, 2011:186).

Metode ini penulis gunakan untuk mencari informasi dari berbagai tanggapan tokoh-tokoh masyarakat tentang cara berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga. Penulis melakukan wawancara seperti dengan ketua Rukun Tetangga (RT) setempat yang ada di lingkungan sekitar kampus. Maka dari itu dengan wawancara tersebut akan didapat data secara konkret dari beberapa tanggapan tokoh masyarakat setempat. c. Analisis Data

(25)

demikian data yang diperoleh disusun sedemikian rupa sehingga dikaji dan dikupas secara runtut.

Karena data yang diperoleh ini merupakan data kualitatif, maka penulis menggunakan teknik deskriptif analisis non statistical, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu suatu analisis deskriptif mengenai kedalaman dari semua bentuk kesadaran dan pengalaman langsung. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

d. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh, penulis menggunakan cara memperpanjang kehadiran peneliti di lapangan, observasi yang diperdalam sampai data dapat diuji kebenarannya. e. Tahap-Tahap Penelitian

1) Penelitian pendahuluan

(26)

Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang cara berpakaian yang baik menurut tuntunan syari’at Islam, kemudian penulis melakukan observasi ke obyek penelitian untuk melihat secara langsung cara atau mode berpakaian mahasiswa STAIN Salatiga. 3) Pelaksanaan Penelitian

Penulis melakukan penelitian secara langsung dilokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini dibatasi melalui penyususnan sistematika skripsi sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi tentang beberapa hal yaitu : latar belakang, rumusan masalah, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Pakaian dalam perspektif Islam

Bab ini berisi tentang pengertian pakaian, dan cara berpakaian yang baik menurut prinsip syari’at Islam dan etika berpakaian.

BAB III Gambaran umum dan temuan penelitian

(27)

kampus STAIN Salatiga, etika dan tata tertib kampus STAIN Salatiga.

BAB IV Pembahasan

Dalam bab ini peneliti membahas tentang bagaimana seharusnya cara berpakaian yang baik menurut syari’at Islam, bagaimana tanggapan dan saran informan terhadap cara berpakaian mahasiswa, dan bagaimana berpakaian yang ideal bagi para mahasiswa STAIN Salatiga.

BAB V Simpulan

(28)

BAB II

PAKAIAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM A. Pakaian

1. Pengertian Pakaian

(29)

tas, sepatu, dan segala macam perhiasan atau aksesoris yang melekat padanya. (http://www.scribd.com/doc/24005257/Pengertian-pakaian).

Sedangkan pakaian mnenurut Arifah A. Riyanto dan Liunir Zulbahri, (2009:1), mengatakan bahwa pakaian adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk menutup tubuh seseorang. Sebagai contoh yaitu kebaya dan kain panjang atau sarung, rok, dan lain sebagainya. Dalam arti sempit pakaian dapat diartikan bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit.

2. Landasan Berpakaian

Dalam hal tentang berpakaian, penulis menyebutkan 2 (dua) sumber dasar aturan, yaitu dari Al-Qur’an (firman Allah swt) dan Al-Hadist (Perkataan Nabi Muhammad saw). Oleh sebab itu penulis sebutkan sebagai berikut:

a. Al-Qur’an

1) Firman Allah swt. Q.S. Al-A’rof:26





























(30)

indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa. Itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’rof: 26).

Dari ayat Qur’an di atas, sudah cukup jelas untuk dipahami dan diamalkan. Bahwa Allah swt. menurunkan pakaian didunia ada tiga macam, yaitu; yang pertama pakaian yang berfungsi untuk menutup aurat. Yang kedua pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan. Dan yang ketiga adalah pakaian taqwa (pakaian yang menutup aurat sesuai dengan syari’at Islam). Selain itu juga pakaian merupakan hal yang sangat penting dalam hidup ini. yaitu untuk memelihara tubuh dari sengatan panas.

Akan tetapi yang terpenting adalah Allah swt. memerintahkan kepada manusia agar memakai pakaian yang indah setiap memasuki masjid, karena masjid merupakan tempat ibadah. Dan Allah swt. memerintahkan juga agar manusia makan dan minum secukupnya. Tidak berlebih-lebihan, karena Allah swt. tidak menyukai orang-orang yang berlebihan. Maka sebagai umat manusia harus melaksanakan perintah Allah swt. secara ihklas dan istiqomah, khususnya dalam hal berpakaian.

b. Al-Hadis

1) Dari Ibnu Abbas ra.

ِﻦﻋو

ُﷲا ﻲِﺿر ٍسﺎﺒﻋ ِﻦﺑا

ﺎﻤﻬْﻨﻋ

:

(31)

َلﺎَﻗ ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا

:

ضﺎﯿﺒﻟْا ﻢُﻜِﺑﺎﯿِﺛ ْﻦِﻣ اﻮﺴﺒْﻟَا

،ﻢُﻜِﺑﺎﯿِﺛِﺮﯿَﺧ

ْﻦِﻣ

ﺎﻬﱠﻧِﺈَﻓ

ﱢﻔَﻛو

ﻢُﻛﺎَﺗﻮﻣﺎﻬﯿِﻓ اﻮُﻨ

.

)

هاور

ىﺬﻣﱰﻟاودوادﻮﺑا

(

Artinya: Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata : Rasulullah saw. bersabda : “Pakailah pakaian yang berwarna putih ! Karena itu adalah sebaik-baik pakaian. Dan kafanilah orang yang meninggal dunia di antara kalian dengan kain putih!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

2) Dari Samurah ra.

ْﻦﻋو

َلﺎَﻗ ﻪْﻨﻋ ُﷲا ﻲِﺿر َةﺮﻤﺳ

:

ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ِﷲا ُلﻮﺳر َلﺎَﻗ

ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ

:

اﻮﺴﺒْﻟَا

،ﺐﯿْﻃَاو ﺮﻬْﻃَاﺎﻬﱠﻧِﺈَﻓ ،ضﺎﯿﺒﻟْا

ﻢُﻛﺎَﺗﻮﻣ ﺎﻬﯿِﻓ اﻮُﻨﱢﻔَﻛو

.

)

هاور

ﻢﻛﺎﳊاو ﻰﺋﺎﺴﻨﻟا

.(

(32)

ﻪْﻨﻋ ُﷲا ﻲِﺿرٍﺮِﺑﺎﺟ ْﻦﻋو

:

ﱠنَا

ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ِﷲا ُلﻮﺳر

ِﻪﯿَﻠﻋو َﺔﱠﻜﻣ ِﺢْﺘَﻓ مﻮﯾ َﻞَﺧد

ُءادﻮﺳ ٌﺔﻣﺎﻤِﻋ

.

)

هاور

ﻢﻠﺴﻣ

(

Artinya: Dari Jabir ra., ia berkata : “Ketika Rasulullah saw. memasuki kota Mekkah pada hari penaklukannya, beliau memakai sorban hitam.” (HR. Muslim).

4) Dari Abu Said Amr Huraits ra.

ٍﺚﯾﺮﺣ ِﻦﺑوِﺮﻤﻋ ٍﺪﯿِﻌﺳ ﻰِﺑَا ْﻦﻋو

َلﺎَﻗ ﻪْﻨﻋ ُﷲا ﻲِﺿر

:

ﻰﱢﻧَﺄَﻛ

ﺻ ِﷲا ُلﻮﺳر ﻰَﻟِا ﺮُﻈْﻧَا

ُﷲا ﻰﱠﻠ

ٌﺔﻣﺎﻤِﻋ ِﻪﯿَﻠﻋو ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ

َﻦﯿﺑ ﺎﻬَﻓﺮَﻃ ﻰَﺧرَاﺪَﻗ ُءادﻮﺳ

ِﻪﯿَﻔِﺘَﻛ

.

ﻪَﻟ ٍﺔﯾاوِر ﻰِﻓو

:

ﱠنَا

ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ِﷲا ُلﻮﺳر

ٌﺔﻣﺎﻤِﻋ ِﻪﯿَﻠﻋو سﺎﱠﻨﻟا ﺐَﻄَﺧ

ُءادﻮﺳ

.

)

هاور

ﻢﻠﺴﻣ

(

(33)

hitam yang ujungnya dilepas anatara kedua bahunya.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain dikatakan : Rasulullah saw. berkhutbah mengenakan sorban hitam.”

5) Dari Aisyah ra.

ﺎﻬْﻨﻋ ُﷲا ﻲِﺿر َﺔَﺸِﺋﺎﻋ ْﻦﻋو

َلﺎَﻗ

:

ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ِﷲا ُلﻮﺳر َﻦﱢﻔُﻛ

ٍباﻮْﺛَا ِﺔَﺛﻼَﺛ ﻰِﻓ ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ

ﺲﯿَﻟ ٍﻒﺳﺮُﻛ ْﻦِﻣ ٍﺔﯿِﻟﻮﺤﺳ ٍﺾﯿِﺑ

ٌﺔﻣﺎﻤِﻋﻻو ﺺﯿِﻤَﻗ ﺎﻬﯿِﻓ

.

)

هاور

ﻢﻠﺴﻣو ىرﺎﺨﺒﻟا

(

Artinya: Dari Aisyah ra., ia berkata : “Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lembar kain putih dari kapas buatan Sahul, tanpa baju qamis dan sorban.” (HR. Bikhori dan Muslim).

ﺖَﻟﺎَﻗﺎﻬْﻨﻋو

:

ِﷲا ُلﻮﺳر جﺮَﺧ

تاَذ ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ

ٌﻞﺣﺮﻣ ٌطﺮِﻣ ِﻪﯿَﻠﻋو ٍةاﺪَﻏ

ْﻦِﻣ

دﻮﺳَاٍﺮﻌَﺷ

.

)

هاور

ﻢﻠﺴﻣ

(

Artinya: Dari Aisyah ra., ia berkata : “Suatau pagi Rasulullah saw. keluar mengenakan pakaian yang bergambar kendaraan terbuat dari bulu hitam.” (HR. Muslim).

(34)

Pakaian yang dipakai setiap hari memiliki banyak fungsi. Akan tetapi masih banyak yang belum mengetahui. Maka dari itu, penulis akan menyebutkan beberapa fungsi dari pakaian itu sendiri sebagai berikut: a. Secara Umum

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat tinggal. Pakain bukan sekedar pelindung manusia dari udara panas dan dingin. Pakaian pun memiliki beragam fungsi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Menurut Kefgan dan Touchi-Specht misalnya, sebagaimana dikutip Jalaluddin Rahmat, yang di ambil dari (http//:www.AnneAhira.com) menyebutkan tiga fungsi penting dari pakaian, yaitu :

1) Sebagaia Pembeda (Deferensiasi)

Dengan pakaian seseorang membedakan dirinya, kelompoknya, dan golongannya dari orang lain. Karena setiap manusia ataupun golongan memiliki pakaian yang berbeda-beda. Dari perbedaan itulah yang dapat membedakan dengan golongan lain.

2) Sebagai Fungsi Prilaku

(35)

Dengan pakaian akan mencerminkan emosi pemakainya, dan pada saat bersamaan akan mempengaruhi emosi orang lain. Setiap saat kerap kali memandang orang lain secara berbeda dan memberikan reaksi karena penampilannya. Tanpa sadar sering mengelompokkan orang lain sebagai gelandangan, dokter, tentara, polisi dari melihat pakaiannya.

Arifah A. Riyanto dan Liunir Zulbahri, (2009:8-11) mengatakan bahwa fungsi pakaian terdiri dari tiga, yaitu:

1) Pakaian sebagai alat pelindung.

(36)

Pakaian yang dapat menunjang agar seseorang tetap sehat, yaitu :

a) Bahan harus dipilih sesuai dengan iklim dimana pakaian itu dipakai, karena bahan pakaian mempunyai sifat yang berbeda.

b) Model pakaian harus disesuaikan dengan iklim, yaitu misalnya model-model pakaian yang berlengan panjang, dengan kerah tegak menutup leher akan lebih sesuai untuk dipergunakan di iklim yang dingin. Untuk daerah yang panas sebaiknya dipilih model yang tidak menambah kepanasan bagi tubuh.

c) Warna yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan iklim dan waktu pemakaian.

d) Pakaian harus dipelihara. Bagaimanapun bagus dan indahnya pakaian, dan dipakai sehari-hari, kalau kurang terpelihara maka dapat menimbulkan sakit.

e) Waktu dalam pemilihan, mempergunakan pakaian, karena terkadang ada model-model pakaian yang sesuai dipergunakan hanya untuk siang atau malam hari saja. 2) Pakaian sebagai alat penunjang komunikasi

(37)

sendiri memiliki arti, proses penyampaian pesan (message) dari komunikator (cominicator) kepada komunikan (communicant). Pada umumnya, salah satu yang dipakai pada waktu berkomunikasi itu adalah pakaian. Dengan demikian, pakaian dapat dikatakan sebagai salah satu alat penunjang yang dipergunakan dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Agar pakaian dapat menjadi alat penunjang yang memadai dalam berkomunikasi, maka perlu diperhatikan beberapa hal, sebagai berikut :

a) Kebersihan dan kerapian

Dengan pakaian yang bersih dan rapi, masyarakat disekeliling akan mudah menerima karena pakaiannya tidak berbau yang tidak enak, rapi, serasi dipandang, sehingga tidak mengganggu dalam pergaulan.

b) Kesopanan, kesusilaan, atau peradaban

Hal tersebut perlu diperhatiakan, karena dengan berpakaian yang sopan, memenuhi kesusilaan, sesuai dengan peradaban, norma agama, sesuai dengan lingkungan setempat, dan harapan masyarakat, sehingga cendrung akan dapat memudahkan seseorang untuk berkomunikasi.

c) Keseragaman pakaian

(38)

berkomunikasi karena dia merasa tidak ada ganjalan dalam dirinya misalnya merasa takut dimarahi, malu, takut dihukum, takut diketahui sebagai siswa yang melanggar tata tertib atau ada perasaan tidak percaya diri. Hal tersebut dapat menggangu kelancaran berkomunikasi.

d) Keserasian

Keserasian akan menimbulkan rasa kagum, enak bagi yang melihatnya dan dapat menunjukkan status sosial seseorang serta dapat memperlancar dalam berkomunikasi. Misalnya, bahwa orang akan lebih mudah diterima oleh seseorang atau lingkungan jika pakaiannya serasi dari pada berpakian kumal, berpakaian asal-asalan, tanpa memperhatikan keserasian model, warna dengan dirinya. Jadi keserasian dalam berpakaian sebagai salah satu yang harus diperhatikan agar dapat memperlancar seseorang untuk berkomunikasi.

3) Pakaian sebagai alat memperindah

Pada dasarnya bahwa manusia adalah mahkluk yang senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah. Dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan yang indah atau senang melihat yang indah.

(39)

badannya dengan tatto atau menutup badannya dengan rantai dari kerang, manik-manik, daun-daunan, kulit kayu yang dipukul-pukul. Selain itu mereka melubangi telinga atau hidungnya untuk menggantungkan perhiasan, menata rambut, dan ber make up. Semuanya itu bermaksud supaya lebih baik, cantik atau indah.

Setelah berkembang pemikirannya, manusia mulai belajar menenun sehingga dapat menghasilkan bahan pakaian yang dinamakan tekstil. Dengan makin meningkatnya produksi tekstil pada setiap waktu, setiap orang dapat mempergunakannya dengan leluasa.

Supaya pakaian dapat berfungsi untuk keindahan kalau seseorang terampil memilih warna, corak, dan model yang disesuaikan dengan pemakai, sehingga dalam pakaian itu dapat: a) Menutupi kekurangan pada tubuh seseorang

Pakaian dapat berfungsi untuk menutupi kekurangan pada tubuh seseorang, seperti orang yang gemuk agar tampak langsing perlu memilih model atau corak yang kiranya pantas untuk dipakai.

b) Membuat seseorang lebih cantik (menarik), tampan (indah dipandang).

(40)

sesuai dengan pakaiannya, kesempatan pemakaian akan menambah seseorang tambah menarik, cantik atau tampan. Orang yang tadinya tidak tahu berpakaian yang rapi, serasi kemudian sekarang punya pengetahuan dan mau mengaplikasikannya pada dirinya, maka seseorang itu dapat kelihatan lebih menarik cara berpakaiannya atau penampilannya dari pada hari-hari biasanya.

b. Menurut Islam

Melihat nilai strategis pakaian dalam kehidupan, Islam pun menaruh perhatian yang besar terhadap masalah berpakaian. Arti penting berpakaian dalam Islam, yang terdapat dalam Al-Qur’an, di bawah ini akan peneliti sebutkan beberapa fungsi pakaian yang disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu :

1) Sebagai Penutup Aurat dan Sekaligus Perhiasan.

Karena itulah sebagai manusia harus tahu bahwa, Allah swt. memberi anugrah kepada manusia pakaian dan perhiasan yang telah disediakan, dengan pengelolaannya. Allah swt. berfirman :





















(41)

Oleh karena itu, menurut Yusuf Qordhawi (2003:122), mengatakan bahwa barangsiapa yang menyalahgunakan atau melampaui batas dalam salah satu diantaranya (pakaian dan perhiasan), berarti telah menyimpang dari jalan Islam menuju jalan syaitan. Inilah rahasia di balik seruan Allah swt. kepada anak-anak Adam, yang menyertai seruan sebelumnya. Dalam dua seruan ini, Allah memperingatkan manusia agar tidak telanjang, meninggalkan perhiasan, dan mengikuti langkah-langkah syaitan. Allah swt. berfirman :

































...

Artinya: “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu

oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya” … (Q.s. Al-A’rof : 27)

(42)

Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) masjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan … (Q.s. Al-A’rof : 31)



….













Artinya: “… Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu …” (Q.s. Al-Ahzab : 33).

Islam mewajibkan kepada umatnya untuk menutup auratnya, yakni wilayah anggota badan yang sangat vital, bagi orang beradab dan bersih fitrahnya malu bila terlihat oleh orang lain. Itu dilakukan untuk membedakan antara manusia dengan binatang. Bahkan Islam juga menganjurkan mereka untuk tetap menutup auratnya meskipun sedang sendirian dan jauh dari orang lain, hingga rasa malu menjadi tabiat dan akhlaknya (Qardhawi, 2003:122-123).

Hal tersebut Nabi bersabda, yang diriwayatkan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata, “Saya bertanya kepada Rosulullah saw” :

ِﷲا ُلﻮﺳر ﺎﯾ

ﺎَﻨُﺗارﻮﻋ ،

(43)

ﯿِﻤﯾ ﺖَﻜَﻠﻣ ﺎﻣوَأ َﻚِﺘﺟوَز

َﻚُﻨ

.

ﺖْﻠُﻗ

:

ِﷲا ُلﻮﺳر ﺎﯾ

اَذِإ ،

؟ ٍﺾﻌﺑ ﻲِﻓ ﻢﻬﻀﻌﺑ مﻮَﻘﻟْا َنﺎَﻛ

َلﺎَﻗ

:

ْنَأ ﺖﻌَﻄَﺘﺳِا ْنِﺈَﻓ

ﺎﻬﱠﻨﯾﺮﯾ ﻼَﻓ ﺪﺣَا ﺎﻬﱠﻨﯾﺮﯾ

.

ﺖْﻠُﻗ

:

ِﷲا ُلﻮﺳر ﺎﯾ

اَذِإ ،

َلﺎَﻗ ؟ ﺎﯿِﻟﺎَﺧ ﺎَﻧﺪﺣَا َنﺎَﻛ

:

ﺎﯿﺤَﺘﺴﯾ ْنَأ ﻖﺣَا ُﷲا

ﻪْﻨِﻣ

.

(44)

2) Sebagai Pelindung dari Sengatan Panas dan Dingin

Selain sebagai penutup aurat dan perhiasan, pakaian juga memiliki fungsi lain, yaitu diantaranya sebagai pelindung tubuh dari sengatan panas dan dingin. Allah swt. berfirman :

...











...



Artinya: ... “Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas” ... (Qs. An-Nahl : 81)

4. Kriteria Pakaian Menurut Islam

Arti penting berpakaian dalam Islam, khususnya pakaian yang memenuhi unsur kepantasan, kesopanan, dan keindahan, disebutkan pula di dalam hadis Nabi yang berkaitan dengan pakaian. Jika didalam Al-Qur’an pakaian disebutkan fungsinya secara global, di dalam hadis penyebutannya lebih terperinci, bukan pula sekedar fungsinya tetapi juga kriteria pakaian yang harus dipenuhi oleh pemakainya. Beberapa di antara kriteria berpakaian dalam Islam adalah sebagai berikut :

a. Pakaian yang dipakai tidak menyerupai lawan jenis. Hadis Nabi Muhammad saw. besabda:

ِلﺎﺟ ﺮﻟا َﻦِﻣ َﻦﯿِﺜﱠﻨَﺨُﳌْا ُﷲا َﻦﻌَﻟ

ِءﺎﺴﱢﻨﻟا َﻦِﻣ ِتﻼﺟ ﺮَﺘُﳌْاو

(45)

Artinya: “Allah melaknat orang laki-laki yang menyerupai wanita-wanita, dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhori).

Sabda lain Nabi saw, bersabda yang artinya:

Artinya: “Allah melaknat laki-laki yang mengenakan busana wanita, dan wanita yang mengenakan busana laki-laki. Allah juga melaknat laki-laki yang menyerupai wanita-wanita, dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhori). (Al-Jazairi, 2000: 207)

Menurut hadist Nabi di atas di jelaskan bahwa Allah swt. akan melaknat manusia yang mengenakan pakaian tidak sesuai dengan kodrat dirinya. Dan Allah swt. akan melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki. Menurut Nabi, hal tersebut termasuk didalamnya adalah menyerupai dalam segi berbicara, berjalan, berpakian, dan sebagainya. (Qordawi, 2003:132)

(46)

b. Pakaian yang dipakai tidak ketat (kelihatan bentuk tubuh), transparan, dan tipis.

Islam mengharamkan perempuan memakai pakaian yang ketat (terlihat bentuk tubuhnya), transparan dan tipis sehingga nampak kulitnya. Termasuk di antaranya ialah pakaian yang dapat mempertajam bagian-bagian tubuh khususnya yang membawa fitnah, seperti tetek, paha, dan sebagainya. Menutup tubuh dengan pakaian tipis yang tembus pandang sudah tentu tidak benar, bahkan akan menambah bencana bagi perempuan pemakaiannya. Hal tersebut Nabi bersabda, dijelaskan dalam buku, yang ditulis oleh Imam Al-Ghozali (2002: 140) sebagai berikut.

Rosulullah saw. bersabda :

ْﷲا َنﺎﺤﺒﺳ

!!

َلَﺰْﻧَأ َذﺎﻣ

ْا َﻦِﻣ َﺔَﻠﯿﻠﱠﻟا

اَذﺎﻣو ؟ ِﻦَﺘِﻔﻟ

ُﻆِﻗﻮﯾ ْﻦﻣ ؟ ِﻦِﺋاَﺰَﳋْا َﻦِﻣ ﺢَﺘَﻓ

ﻰِﻓ ٍﺔﯿِﺳﺎَﻛ بر ؟ ِﺮﺠَﳊْا ﺐِﺣ اﻮﺻ

ِةﺮِﺧﻻْا ﻰِﻓ ٌﺔﯾِرﺎﻋ ﺎﯿْﻧﺪﻟا

.

(47)

Hadis lain, yang diriwayatkan oleh Thobarani, Rosululloh saw. Bersabda :

تﺎﯿِﺳﺎَﻛ ٌءﺎﺴِﻧ ﻲِﺘﻣُأ ْﻦِﻣ ُنﻮُﻜﯿﺳ

ؤر ﻰَﻠﻋ تﺎﯾِرﺎﻋ

ِﺔَﻨِﻤﺳَﺄَﻛ ﱠﻦِﻬِﺳ

ﱠﻦﻬﱠﻧِﺈَﻓ

ﱠﻦﻫﻮُﻨﻌْﻟِا

ِﺖْﺨﺒﻟْا

تﺎَﻧﻮﻌْﻠﻣ

.

Artinya: “Akan terdapat dalam golongan umatku para perempuan berbusana, tetapi sesungguhnya mereka tanpa busana. Konde mereka disasak tinggi bagaikan punuk onta. Kutuklah mereka, sesungguhnya mereka memang terkutuk.” (HR. Bukhori).

c. Pakaian yang dipakai tidak untuk berbangga diri dan riya’.

Prinsip yang harus dipegang dalam menikmati hal-hal yang baik, berupa makanan, minuman, juga pakaian adalah ketika melakukannya, seseorang tidak boleh berlebihan dan berlaku sombong. Sebab kesombongan lebih banyak terkait dengan niat dan hati dibanding dengan penampilan lahir. Yaitu kehendak untuk berbangga-bangga, sombong, dan angkuh terhadap orang lain.

Rosulullah saw. bersabda :

ﺮُﻈْﻨﯾ ﻢَﻟ َءﻼﯿُﺧ ﻪﺑﻮَﺛ ﺮﺟ ْﻦﻣ

ِﺔﻣﺎﯿِﻘﻟْا مﻮﯾ ِﻪﯿَﻟِإ ﷲا

(48)

Artinya: “Barangsiapa menyeret pakaiannya dengan kesombongan, Allah swt. tidak akan memandangnya ke arahnya pada hari kiyamat.” (HR. Ahmad). (Qordhawi, 2003:133)

َﺛ ﺲِﺒَﻟ ْﻦﻣ

ﷲا ﻪﺴﺒْﻟَأ ٍةﺮﻬُﺷ بﻮ

ِﺔﻣﺎﯿِﻘﻟْا مﻮﯾ ٍﺔﱠﻟ َﺬﻣ بﻮَﺛ

.

Artinya: “Barangsiapa yang menegenakan pakaian kebesaran maka Allah swt. akan mengenakan pakaian kehinaan pada hari kiyamat.” (HR. Ahmad). (Qordhawi, 2003: 133-134)

d. Pakaian tidak mengandung unsur syirik dan penyerupaan segala sesuatu yang diharamkan Allah swt.

Nabi Muhammad saw. mendorong kaum muslimin agar mempunyai identitas sendiri, yang membedakannya dengan ahli kitab. Oleh karena itu Rosulullah saw. berulang-ulang melarang pengikutnya menyerupai orang kafir.

Rosululloh saw. bersabda :

ﻢﻬْﻨِﻣ ﻮﻬَﻓ ٍمﻮَﻘِﺑ ﻪﺒَﺸَﺗ ْﻦﻣ

.

Artinya: “Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.” (HR. Al-Hakim dan Thobaroni).

Sabda Nabi lainnya :

(49)

ﻢﱠﻠﺳو

:

سﻮﺒَﻟو

ﻢُﻛﺎﯾِإ

ﻢِﻬِﺑﺎﯾَﺰَﺗ ْﻦﻣ ﻪﱠﻧِﺈَﻓ ، ِنﺎﺒﻫﺮﻟا

ﻲﱢﻨِﻣ ﺲﯿَﻠَﻓ ﻪﺒَﺸَﺗوَأ

.

Artinya: Dari Ali bin Abi Tholib Ra., dari Rosulullah saw. “Jangan memakai pakaian para pendeta! Siapa yang berpakaian dengan pakaian mereka, atau menyerupai pakaian mereka, maka dia bukan golonganku.” (HR. Thobaroni). (Khumais, 2002:146).

e. Pakaian tidak boleh yang ada gambar makhluk bernyawa atau gambar salib.

Selain itu juga, Nabi saw. melarang kaum muslimin menggunakan atau meamakai pakaian yang bergambar mahkluk yang bernyawa, karena hal tersebut merupakan pakaian orang-orang kafir.

Rosulullah saw. bersabda :

ِﻦِﺑوﺮﻤﻋ ِﻦﺑ ِﷲا ِﺪﺒﻋ ْﻦﻋو

َلﺎَﻗ ِصﺎﻌﻟْا

:

ِﷲا ُلﻮﺳر ىَأر

ﻲَﻠﻋ ﻢّﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ

َلﺎَﻘَﻓ ِﻦﯾﺮَﻔﺼﻌﻣ َﻦﯿﺑﻮَﺛ

:

ﱠنِا

ﻼَﻓِرﺎﱠﻔُﻜﻟْا ِبﺎﯿِﺛ ْﻦِﻣ ِهِﺬﻫ

ﺎﻬﺴﺒْﻠَﺗ

.

)

،ءﺎﺴﻨﻟا ،ﻢﻠﺴﻣ هاور

(50)

Artinya: “Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash Ra., ia berkata : Rasulullah saw pernah melihat dua helai pakaian yang bergambar burung. Maka beliau bersabda : Sesungguhnya ini pakaian orang-orang kafir. Karena itu jangan kamu pakai dia.” (HR. Muslim, Nasa’i, Al-Hakim, dan Ahmad). (Khumais, 2002: 146).

f. Khususnya bagi laki-laki, tidak boleh memakai emas dan kain sutra kecuali ketika dalam kondisi terpaksa.

Jika Islam membolehkan, bahkan memerintahkan umatnya untuk berhias dan mengingkari pengharamannya. Akan tetapi Allah swt. mengharamkan dua macam perhiasan khusus untuk laki-laki dengan tetap menghalalkannya bagi perempuan. Kedua macam perhiasan itu adalah emas dan sutra.

Dari Umar ra. Berkata :

ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﱠﻨﻟا ﺖﻌِﻤﺳ

ُلﻮُﻘﯾ ﻢﱠﻠﺳو

:

ﻮﺴﺒْﻠَﺗ

ا

ﻲِﻓ ﻪﺴِﺒَﻟ ْﻦﻣ ﻪﱠﻧِﺈَﻓ ،ﺮﯾِﺮَﳊْا

ِةﺮِﺧﻷْا ﻲِﻓ ﻪﺴﺒْﻠﯾ ﻢَﻟ ﺎﯿْﻧﺪﻟا

.

(51)

Dari Ali bin Abi Tholib ra. Berkata :

ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ﻲِﺒﱠﻨﻟا َﺬَﺧَأ

ﻲِﻓ ﻪَﻠﻌﺠَﻓ اﺮﯾِﺮﺣ ﻢﱠﻠﺳو

ﻪَﻠﻌﺠَﻓ ﺎﺒﻫَذ َﺬَﺧَأو ،ِﻪَﻨﯿِﻤﯾ

ﻲِﻓ

َلﺎَﻗ ﻢُﺛ ِﻪِﻟﺎﻤِﺷ

:

ِﻦﯾَﺬﻫ ﱠنِإ

ﻲِﺘﻣأ ِرﻮُﻛُذ ﻰَﻠﻋ ماﺮﺣ

.

Artinya: “Saya mendengar Nabi saw. bersabda, “Janganlah kalian memakai sutra, karena barangsiapa memakainya di dunia, nanti tidak akan memakainya di akhirat.” (HR. Bukhori dan Muslim). (Qordawi, 2003:126-127) dan (Al-Jazairi, 2000:203-204)

Beliau melihat cincin emas di tangan seseorang. Maka dilepaskanlah cincin itu dan dicampakkannya, seraya bersabda :

ْﻦِﻣ ِةﺮﻤﺟ ﻰَﻟِإ ﻢُﻛﺪﺣَأ ﺪِﻤﻌﯾ

َﻓ ِهِﺪﯾ ﻲِﻓ ﺎﻬُﻠﻌﺠﯿَﻓ ٍرﺎَﻧ

َﻞﯿِﻘ

ُﷲا ُلﻮﺳر ﺐﻫَذﺎﻣ ﺪﻌﺑ ِﻞﺟﺮﻠِﻟ

َﻚﻤِﺗﺎَﺧ ْﺬُﺧ ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ

ِﻪِﺑ ﻊِﻔَﺘْﻧا

.

َﻞَﻗ

:

ﻻ ِﷲاو ﻻ

ُلﻮﺳر ﻪﺣﺮَﻃ ﺪَﻗو اﺪﺑَأ هُﺬُﺧَا

ﻢﱠﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ ِﷲا

(52)

Artinya: “Salah seorang di antara kalian sengaja mengambil bara api neraka dan diletakkan di tangannya. “Setelah itu Rasulullah saw. pergi. Dikatakan kepada orang itu, “Ambillah cincinmu itu dan manfaatkan.” “Tidak, demi Allah, saya tidak akan mengambilnya setelah ia di campakkan oleh Rasulullah saw.” (HR. Muslim). (Qordawi, 2003:127).

g. Pakaian bagi laki-laki tidak boleh melebihi kedua mata kaki.

Dalam berpakaian tidak di perbolehkan oleh Allah saw. secara berlebihan, yaitu dalam hal memakai celana dilarang melebihi mata kaki dengan maksud untuk kesombongan. Akan tetapi apabila memakai celana yang melebihi mata untuk kepantasan, maka itu sangat diperbolehkan. Sedangkan kalau untuk niat kesombongan maka tidak diperbolehkan. karena hal tersebut tidaklah baik menurut syari’at Islam dan di larang oleh Allah saw. melalui Nabi saw.

Rasulullah saw. bersabda :

ِراَزِﻹْا ْﻦِﻣ ِﻦﯿﺒﻌَﻜﻟْا َﻞَﻔﺳَأﺎﻣ

ِرﺎﱠﻨﻟا ﻲِﻓ

.

Artinya: “Kain yang ada di bawah telapak (mata) kaki adalah di neraka.” (HR. Bukhori). (Al-Jazairi, 2000:204).

h. Pakaian disunnahkan yang berwarna putih.

(53)

lebih segar dan lebih baik. Selain itu juga dianjurkan oleh Rosulullah saw. untuk mengkafani mayit dengan kain yang berwarna putih. Karena dengan berpakain putih akan enak dipandang dan terlihat lebih bersih.

Rasulullah saw. bersabda :

ﺮﻬْﻃَأ ﺎﻬﱠﻧِﺈَﻓ ضﺎﯿﺒْﻟا اﻮﺴﺒْﻟَا

ﻢُﻛﺎَﺗﻮﻣ ﺎﻬﯿِﻓ اﻮُﻨﱢﻔَﻛو ﺐﯿْﻃَأو

.

Artinya: “Kenakanlah pakaian berwarna putih, karena warna putih adalah paling suci, dan paling baik, serta kafanilah mayit kalian dengan kain berwarna putih.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim). (Al-Jazairi, 2000:205).

5. Syarat- syarat Pakaian

Berpakaian dalam Islam itu adalah menggunakan pakaian yang bisa digunakan untuk sholat. Karena sholat adalah bentuk pengabdian terhadap Allah swt. yang telah menciptakan, maka ketika sholat harus memakai pakaian yang baik, yang mana dalam Al-Qur’an Surat Al-A’rof ayat : 31, yang di kutib dari Yusuf Qardhawi (2003:122), Allah swt. berfirman :

















(54)













Artinya: “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’rof, ayat : 31).

Menurut Abu Rifqi Al-Hanif dan Lubis Salam, (1996:36) mengatakan bahwa ayat di atas merupakan seruan kepada umat manusia, khususnya Umat Islam, laki-laki maupun perempuan, agar memakai pakaian yang indah ketika pergi ke masjid untuk mengerjakan sholat. Maka dari itu ketika sholat, diperintahkan untuk memakai pakaian yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebagaimana yang dikutip dari

(http//:www.AnneAhira.com) disebutkan beberapa syarat berpakian

muslim, yaitu : a. Bersih dari Najis

Sebelum Islam memberikan perhatian kepada perhiasan dan penampilan yang menarik, Islam telah memberikan perhatiannya yang besar kepada kebersihan. Karena kebersihan adalah pangkal dari segala bentuk perhiasan yang indah dan penampilan yang menarik. Sebagaimana di sampaikan Yusuf Qorhdawi, (2003:124). Rosulullah saw, bersabda :

ﻒﯿِﻈَﻧ مﻼﺳِﻹْا ﱠنِﺈَﻓ اﻮُﻔﱠﻈَﻨَﺗ

.

(55)

ِنﺎﻤﯾِﻹْا ﻰَﻟِإ ﻮﻋﺪَﺗ ُﺔَﻓﺎَﻈﱠﻨﻟَا

ﻣ ُنﺎﻤﯾِﻹْاو

ِﺔﱠﻨَﳉْا ﻲِﻓ ِﻪِﺒِﺣﺎﺻ ﻊ

.

Artinya: “Kebersihan mengajak kepada iman, dan iman bersama pemiliknya di surga.” (HR. Thabrani).

َلﺎَﻗ ؟ ٌلﺎﻣ َﻚَﻟَأ

:

ﻢﻌَﻧ

.

َلﺎَﻗ

:

َلﺎَﻗ ؟ ِلﺎَﳌْا يَأ ْﻦِﻣ

:

ْﻦِﻣ

َلﺎﻌَﺗ ُﷲا ﻲِﻧﺎَﻄﻋَأ ﺪَﻗ ِلﺎَﳌْا ﱢﻞُﻛ

.

َﻗ

َلﺎ

:

ﻻﺎﻣ ُﷲا َكﺎَﺗَأ اَذِﺈَﻓ

َﻚﯿَﻠﻋ ِﻪِﺘﻤﻌِﻧ ﺮَﺛَأ ﺮﯿْﻠَﻓ

ِﻪِﺘﻣﺮَﻛو

.

Artinya: “Apakah kamu punya harta?” “ Ya, “jawabnya. “Harta apa saja?” tanya Rasul saw. “Segala macam harta telah diberikan Allah kepadaku, “jawabnya lagi. Rasulullah saw. bersabda, “Apabila Allah swt. telah memberikan harta kepadamu, hendaklah kau perlihatkan nikmat dan anugrah Allah swt. kepadamu itu.” (HR. Nasa’i).

(56)

ﻰَﻠﻋﺎﻣ

ْنَأ ًﺔﻌﺳ ﺪﺟو ْنِإ ﻢُﻛِﺪﺣَأ

ىﻮِﺳ ِﻪِﺘﻌﻤﺠِﻟ ِﻦﯿﺑﻮَﺛ َﺬِﺨﱠﺘﯾ

ِﻪِﺘَﻨﻬِﻣ ﻲﺑﻮَﺛ

.

Artinya: “Jika memungkinkan, hendaklah setiap kalian punya dua pakaian khusus untuk hari jum’at yang bukan pakaian hariannya.” (HR. Abu Daud).

b. Tidak mengganggu orang lain, (semisal pakaian memuat gambar yang dapat merusak kekusyukan orang yang beribadah).

Nabi saw. melarang kaum muslimin menggunakan atau memakai pakaian yang bergambar mahkluk yang bernyawa, karena hal tersebut dapat mengganggu kekusyukan orang yang sholat dan merupakan pakaian orang-orang kafir.

Rosulullah saw. bersabda :

ِﻦِﺑوﺮﻤﻋ ِﻦﺑ ِﷲا ِﺪﺒﻋ ْﻦﻋو

َلﺎَﻗ ِصﺎﻌﻟْا

:

ِﷲا ُلﻮﺳر ىَأر

ﻲَﻠﻋ ﻢّﻠﺳو ِﻪﯿَﻠﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠﺻ

َلﺎَﻘَﻓ ِﻦﯾﺮَﻔﺼﻌﻣ َﻦﯿﺑﻮَﺛ

:

ﱠنِا

ﻼَﻓِرﺎﱠﻔُﻜﻟْا ِبﺎﯿِﺛ ْﻦِﻣ ِهِﺬﻫ

ﺎﻬﺴﺒْﻠَﺗ

.

)

،ءﺎﺴﻨﻟا ،ﻢﻠﺴﻣ هاور

ﺪﲪأو ،ﻢﯿﻜﳊا

(57)

Artinya: “Dari Abdullah bin Amr bin ‘Ash Ra., ia berkata : Rasulullah saw pernah melihat dua helai pakaian yang bergambar burung. Maka beliau bersabda : Sesungguhnya ini pakaian orang-orang kafir. Karena itu jangan kamu pakai dia.” (HR. Muslim, Nasa’i, Al-Hakim, dan Ahmad). (Khumais, 2002: 146).

c. Tidak berasal dari zat yang diharamkan, baik zat maupun cara mendapatkannya.

Dalam Islam segala sesuatu yang bersal dari zat yang di haramkan, hukumnya haram untuk di konsumsi. Sebab akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi penggunanya. Selain itu juga Islam menganjurkan kepada seluruh umat manusia agar mendapatkan suatu barang, baik makanan, minuman, pakaian, uang dan lain sebagai, dengan cara yang dihalalkan oleh syari’at Islam. Karena hal yang baik, dan diperoleh dengan cara yang baik pula, maka insyaallah akan membawa keberkahan dan manfaat yang banyak bagi diri sendiri pada khususnya dan bagi orang lain pada umumnya.

B. Etika dan Estetika Berpakaian

Etika atau aturan harus ditatati oleh setiap individu, khususnya dalam hal berpakaian. Begitu juga estetika atau nilai keindahan harus diperhatikan juga. Sebagaimana dalam Al-Qur’an (firman Allah swt) dan Al-Hadist (Perkataan Nabi Muhammad saw) sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

(58)























Artinya: “Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah).” (QS. Al-Anbiya’: 80).

Beberapa ayat Qur’an di atas menjelaskan bahwa, dalam berpakaian memilki beberapa etika. Diantaranya adalah ketika memasuki masjid. Umat manusia diperintahkan oleh Allah swt. agar memakai pakaian yang baik dan indah setiap memasuki masjid. Karena masjid merupakan tempat untuk beribadah kepada Allah swt. yaitu diantaranya adalah sholat. Sholat merupakan wujud ketaan kepada Allah swt. maka setiap memasuki masjid diperintahkan untuk mengenakan pakaian yang indah dan baik.

2. Hadis Nabi saw.

Selain itu, Rasulullah saw. menjelaskan apa saja yang boleh dijadikan pakaian, apa yang tidak boleh dijadikan pakaian, apa yang disunnahkan untuk dipakai, dan apa yang dimakruhkan untuk dipakai. Oleh karena itu, orang muslim konsekuen dengan etika-etika berikut dalam berpakaian: a. Tidak boleh memperpanjang pakaian atau celananya, atau burnus

(59)

Dalam berpakaian Islam juga melarang memanjangkan pakaian sampai bawah mata kaki, karena hal tersebut di neraka. Selain itu juga barangsiapa yang memakai pakaian dengan memanjangkan sampai bawah mata kaki, dan menyeretnya dengan sombong, maka Allah swt. besok di hari kiyamat tidak akan melihatnya. Sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam hadist Rosulullah saw. yang berbunyi :

ِﺺﯿِﻤَﻘﻟْاو ِراَزِﻹْا ﻲِﻓ ُلﺎﺒﺳ ِﺈْﻟَا

ﺎًﺌﯿَﺷ ﺎﻬْﻨِﻣ ﺮﺟ ْﻦﻣ ،ِﺔﻣﺎﻤِﻌﻟْاو

ﺮُﻈْﻨﯾ ﻢَﻟ َءﻼﯿَﺧ

ِ ﺔﻣﺎﯿِﻘﻟْا مﻮﯾ ِﻪﯿَﻟِإ ﷲا

.

Artinya: “Memanjangkan hingga kedua di bawah kedua tumit pada kain, gamis, dan sorban. Barangsiapa menyeret salah satu dari padanya dengan sombong, maka Allah swt. tidak meelihat kepadanya pada hari kiyamat.” (HR. An-Nasa’i).

ﻪﺑﻮَﺛ ﺮﺟ ْﻦﻣ ﻲَﻟِإ ﷲا ﺮُﻈْﻨﯾ ﻻ

َءﻼﯿُﺧ

.

Artinya: “Allah swt. tidak melihat kepada orang yang menyeret pakaiannya dengan sombong.” (HR. Bukhori dan Muslim). b. Untuk wanita wajib memanjangkan pakaiannya hingga menutupi

(60)

Dalam Islam juga mengatur tentang pakaian bagi wanita. Allah swt memerintahkan kepada kaum wanita untuk memanjangkan kerudung untuk menutup auratnya. Selain itu juga Allah swt. memerintahkan kepada wanita agar tidak menampakkan perhiasan dan auratnya kecuali kepada kaum kerabatnya. Sebagaimana hal tersebut dalam firman Allah swt. dalam QS. An-Nur: 31, yang berbunyi:

(61)









Artinya: Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31). c. Diperbolehkan mengenakan cincin dari perak, atau mencetak namanya

di cincin peraknya, kemudian menggunakannya sebagai cap surat-suratnya, atau buku-bukunya, dan sebagainya.

Untuk kaum laki-laki, diperbolehkan untuk memakai cincin yang terbuat dari perak, dan memakainya di jari kelingking tangan kirinya. Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., berkata:

(62)

Islam sangatlah kompleks, sampi-sampai hal memakai pakaian Islam mengaturnya. Jika memakai pakaian dianjurkan mendahulukan anggota yang kanan. Karena hal tersebut dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, yang diriwayatkan oleh Aisyah ra., berkata:

Artinya: Rasulullah saw. menyukai memulai dengan tangan kanan dalam segala hal, dalam mengenakan kedua sandalnya, dalam bersisir dan dalam bersuci.” (HR. Muslim).

e. Jika memakai pakaian baru hendaklah berdo’a.

Dalam berpakaian, Islam menganjurkan untuk berdo’a kepada Allah swt. apalagi akan memakai pakaian baru, maka dianjurkan dengan do’a sebagai berikut :

ﻮﺴَﻛ ﺖْﻧَأ ﺪﻤَﳊْا َﻚَﻟ ﻢﻬﻠﱠﻟَا

ﺎﻣﺮﯿَﺧو ،هﺮﯿَﺧ َﻚُﻟَﺄﺳَأ ،ِﻪﯿِﻨَﺗ

،ِهﺮَﺷ ْﻦِﻣ َﻚِﺑُذﻮﻋَأو ،ﻪَﻟ ﻊِﻨﺻ

ﻪَﻟ ﻊِﻨﺻ ﺎﻣﺮَﺷو

.

Artinya: “Ya Allah, pujian untuk-Mu, Engkau telah memberi pakaian kepada ku. Aku meminta kebaikan pakaian ini kepada-Mu, dan kebaikan apa yang di ciptakan untuknya. Dan aku berlindung diri kepada-Mu dari keburukannya, dan keburuykan apa yang diciptakan untuknya.”

(63)

Sebagai seorang muslim, bila melihat orang lain memakai pakaian yang baik atau busana baru, sebaiknya mendo’akan mereka dengan do’a seperti di atas. Karena hal tersebut sangtlah di anjurkan oleh Rasullah saw. yang mendo’akan Ummu Khalid yang mengenakan pakaian baru

BAB III

GAMBARAN UMUM DAN TEMUAN PENELITIAN A. Sejarah dan Profil STAIN Salatiga

Dalam bab III ini, peneliti akan paparkan keadaan lokasi diadakannya penelitian ini.

1. Sejarah

(64)

Dalam rentang waktu kurang dari setahun, lembaga ini diubah dari FIP IKIP menjadi Fakultas Tarbiyah. Maksud perubahan tersebut adalah agar lembaga ini dapat dinegerikan bersamaan dengan persiapan berdirinya IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Guna memenuhi persyaratan formal, maka dibentuklah panitia pendiri yang diketuai oleh K.H. Zubair dan sekaligus diangkat sebagai Dekannya.

Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga, akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. derektorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69 tanggal 13 November 1969.

Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970 (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri salatiga, 2012:2-3).

(65)

sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:

a. Sarana dan prasarana yang jauh dari memadai. Utamanya belum tersedia gedung milik sendiri.

b. Ten

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini juga terdapat data atau keterangan terkait dengan Laporan Keuangan Perusahaan untuk mengetahui keadaan tingkat Perputaran Piutang dan Perputaran

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil observasi pertama tentang Implementasi pelaksanaan syari’at Islam menutup aurat dalam.. memakai jilbab dikalangan Santri

Hendaknya diketahui bahwa mengajarkan anak-anak, laki- laki maupun perempuan, tentang adab-adab Islam yang berkaitan dengan menutup aurat, pandangan, dan meminta izin (masuk

Dari pembahasan hasil penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah pemberian training kepada semua karyawan telah memenuhi standart, tetapi terdapat

Diperlukan upaya-upaya pengembangan jenis layanan dan kapasitas layanan untuk meningkatkan layanan perpustakaan dengan menerapkan rancangan yang diperoleh dari hasil

Untuk membuat rekomendasi pemupukan padi spesifik lokasi, informasi yang diperlukan oleh PHSL adalah: (1) luas lahan yang akan dipupuk, (2) indeks tanam padi per tahun, (3) musim

Beberapa teks Alkitab terkhusus dalam Perjanjian Lama, yang berbicara tentang bencana dan malapetaka yang dialami manusia, dikaitkan dengan tindakan manusia dan sering dilihat dalam

Perancangan struktur navigasi yang menggambarkan hubungan antar menu pada sistem informasi geografi studio photo terdekat pada wilayah bandar lampung dengan