• Tidak ada hasil yang ditemukan

D IPA 0808728 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "D IPA 0808728 Chapter3"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research and Development Design / R & D). Penelitian difokuskan pada pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) calon guru fisika. Langkah pengembangan menggunakan tahapan 4D (Thiagarajan etal, 1974), yang meliputi tahap: 1) pendefinisian (define), 2) pendesainan (design), 3) pengembangan (develop), dan diseminasi (disseminate). Dalam penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan (develop). Bagan alur penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian Pengembangan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) dilakukan melalui beberapa tahap berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

(2)
(3)

Pada studi lapangan dilakukan kegiatan: 1) observasi terhadap pelaksanaan perkuliahan fisika sekolah, 2) wawancara dengan dosen terkait permasalahan yang masih perlu dibenahi pada perkuliahan fisika sekolah, 3) wawancara dengan mahasiswa untuk mengetahui kesulitan dan tanggapan mahasiswa terhadap perkuliahan fisika sekolah. Kegiatan lainnya melakukan tes kepada mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan fisika sekolah untuk mengetahui kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa.

2. Tahap Pendesainan (Design)

Tahap pendesainan dilakukan berdasarkan hasil studi literatur dan studi lapangan dengan merancang Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) yang meliputi: 1) Satuan Acara Perkuliahan (SAP), 2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM), 3) Tes kemampuan berargumentasi dan tes pemahaman konsep, 4) Lembar observasi, dan 6) Skala sikap.

Merancang Satuan Acara Perkuliahan (SAP) dilakukan melalui studi literatur tentang model pembelajaran pembangkit argumen yang dapat membekali kemampuan berargumentasi pada materi ajar perkuliahan fisika sekolah yang diteliti. Pada penelitian ini dirancang lima SAP untuk materi ajar kinematika gerak lurus, kinematika gerak melingkar, dinamika, optik geometri, dan listrik dinamis. Komponen yang dimuat pada setiap rancangan SAP meliputi: 1) Identitas mata kuliah yang terdiri dari: program studi, nama mata kuliah, kode mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi waktu; 2) Standar Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar: 6) Metode Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber Pembelajaran; dan 9) Penilaian.

(4)

memiliki kemampuan berargumentasi yang bertitik tolak dari permasalahan fisis berdasarkan pola argumentasi Toulmin.

Merancang tes untuk mengukur kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep dilakukan dengan merujuk pada indikator kemampuan berargumentasi seperti disajikan pada Tabel 2.2, dan indikator pemahaman konsep seperti disajikan pada Tabel 2.3. Semua indikator kemampuan berargumentasi dan indikator pemahaman konsep diukur untuk setiap materi ajar yang diujikan.

Merancang lembar observasi dilakukan untuk menjaring aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-BKB. Merancang skala sikap dilakukan untuk mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB. Tanggapan dosen dan mahasiswa berupa tingkat persetujuan terhadap butir-butir pernyataan yang disajikan.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan dilakukan dengan membuat, memvalidasi dan mengujicoba draft Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi (PPFS-BKB) sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Umpan balik untuk perbaikan draft PPFS-BKB diperoleh melalui validasi ahli dan ujicoba terbatas terhadap mahasiswa.

a. Validasi Ahli

Ahli yang dilibatkan untuk memberikan validasi terhadap draft PPFS-BKB berjumlah tiga orang yang berasal dari staf dosen pada salah satu LPTK di Bandung. Kualifikasi ahli terdiri atas dua orang ahli memiliki keahlian di bidang fisika dan satu orang ahli memiliki keahlian dibidang pembelajaran fisika. Dalam memberikan penilaian, ketiga ahli diminta memberikan koreksi dan komentar yang akan digunakan untuk menyempurnakan draft pengembangan PPFS-BKB.

(5)

berargumentasi dan pemahaman konsep. Komponen yang dimuat dalam SAP PPFS-BKB, yaitu: 1) Identitas mata kuliah yang meliputi: program studi, nama mata kuliah, kode mata kuliah, sks, semester, materi perkuliahan, dan alokasi waktu; 2) Standar Kompetensi; 3) Kompetensi Dasar; 4) Indikator; 5) Materi Ajar: 6) Metode Pembelajaran; 7) Langkah-langkah Pembelajaran; 8) Alat dan Sumber Pembelajaran; dan 9) Penilaian. Penilaian SAP PPFS-BKB oleh ahli untuk tiap komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke dalam skor 4 sampai dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kriteria Penilaian SAP PPFS-BKB oleh Ahli

No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria

1 Identitas Mata Kuliah 4 Alat dan Sumber Pembelajaran Penilaian

Lembar validasi LKM disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait kualitas LKM untuk melatih kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep. Komponen yang dimuat dalam LKM, yaitu: 1) Identitas LKM; 2) Kompetensi yang akan dicapai; 3) Materi Ajar; dan 4) Langkah kerja dan Tugas. Penilaian LKM oleh ahli untuk tiap komponen didasarkan pada kriteria yang dikonversi ke dalam skor 4 sampai dengan skor 1 seperti ditunjukkkan pada Tabel 3.2.

(6)

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian LKM oleh Ahli

No Komponen SAP PPFS-BKB Skor Kriteria

1 Identitas LKM 4

Langkah kerja dan Tugas

4

Lembar validasi tes pemahaman konsep disusun untuk memperoleh validasi ahli terkait dengan kesesuaian butir soal dengan: 1) konsep; 2) aspek pemahamana konsep; dan 3) indikator. Penilaian perangkat tes pemahaman konsep oleh ahli didasarkan pada kriteria kesesuaian yang dikonversi ke dalam skor 2 jika sesuai, dan 1 jika tidak sesuai.

b. Ujicoba Terbatas

Ujicoba terbatas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I. Metode penelitian menggunakan pre-experimental dengan desain one group pretest-posttest (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2

Bagan Desain Uji Coba Terbatas PPFS-BKB

Keterangan:

O1 = Tes kemampuan berargumentasi

O2 = Tes pemahaman konsep

X = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB

Tujuan ujicoba terbatas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan

Tes awal Perlakuan Tes akhir

(7)

mahasiswa, menguji kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa melalui tes sebagai impak penerapan PPFS-BKB, dan mengetahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala sikap. Jumlah observer yang berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB sebanyak enam orang. Dua orang observer mengamati aktivitas dosen dan empat orang observer mengamati empat kelompok (satu kelompok diamati oleh satu observer). Berdasarkan hasil ujicoba terbatas selanjutnya dilakukan penyempurnaan terhadap draft PPFS-BKB.

c. Ujicoba Lebih Luas

Ujicoba lebih luas dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang mengontrak mata kuliah fisika sekolah I. Metode penelitian menggunakan quasi experimental design dengan pretest-posttest control group design (Creswell, 2008). Desain penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3

Bagan Desain Ujicoba Luas PPFS-BKB Keterangan:

O1 = Tes kemampuan berargumentasi

O2 = Tes pemahaman konsep

X1 = Pembelajaran melalui penerapan PPFS-BKB

X2 = Pembelajaran konvensional

Tujuan ujicoba luas, yaitu untuk memperoleh informasi mengenai keterlaksanaan PPFS-BKB melalui pengamatan terhadap aktivitas dosen dan mahasiswa, menguji efektivitas pengembangan PPFS-BKB dalam meningkatkan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa dibandingkan pembelajaran konvensional, dan mengetahui tanggapan dosen serta mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB melalui skala sikap. Jumlah observer yang

Kelompok Uji Tes awal Perlakuan Tes akhir

Kelas Eksperimen O1, O2 X1 O1, O2

(8)

berpartisipasi membantu pelaksanaan PPFS-BKB sebanyak delapan orang. Dua orang observer mengamati aktivitas dosen dan enam orang observer mengamati enam kelompok (satu kelompok diamati oleh satu observer). Berdasarkan hasil ujicoba luas diperoleh produk akhir perangkat PPFS-BKB yang telah teruji yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa calon guru fisika.

C. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa jurusan pendidikan fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang sedang mengambil mata kuliah Fisika Sekolah I pada semester ganjil tahun akademik 2012/2013 sebanyak 13 orang untuk ujicoba terbatas dan sebanyak 50 orang yang dibagi menjadi 2 kelas, yaitu 26 mahasiswa kelas eksperimen dan 24 mahasiswa kelas kontrol untuk ujicoba luas. Untuk keperluan analisis penelitian, subjek pada kelas eksperimen dikelompokkan menjadi tiga kategori kelompok yaitu kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah berdasarkan perolehan rerata skor gain yang dinormalisasi pemahaman konsep. Pembagian subjek menjadi tiga kelompok bertujuan untuk melihat pola kemampuan berargumentasi mahasiswa sebagai impak penerapan PPFS-BKB.

D. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen

Instrumen penelitian ini meliputi tes kemampuan berargumentasi, tes pemahaman konsep, lembar observasi, dan skala sikap.

a. Tes Kemampuan Berargumentasi

(9)

dan listrik dinamis. Tes dikembangkan berdasarkan indikator kemampuan berargumentasi (Sampson & Gerbino, 2010) dengan merujuk pada pola argumentasi Toulmin. Dalam penelitian ini diukur empat indikator kemampuan berargumentasi yang diteliti yaitu : 1) membuat klaim yang akurat sesuai permasalahan; 2) menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim; 3) menjelaskan hubungan antara data dan klaim (pembenaran/warrant); dan 4) melandasi pembenaran untuk mendukung klaim (dukungan/backing). Rincian soal tes kemampuan berargumentasi ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Rincian Soal Tes Kemampuan Berargumentasi Fisika Sekolah

No

Nomor soal untuk setiap materi ajar dan unsur argumentasi

Jumlah soal

Kisi-kisi soal dan instrumen tes kemampuan berargumentasi fisika sekolah dapat dilihat pada Lampiran B.

Rubrik penilaian tes kemampuan berargumentasi yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Jamaludin et al (2007) dan Sampson & Gerbino (2010) seperti ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Berargumentasi

No

Kemampuan

Berargumentasi Skor dan Kriteria

(10)

No

Kemampuan

Berargumentasi Skor dan Kriteria

Unsur Aspek 1 2 3

Kualitas data Data ada tetapi tidak dianalisis data dan klaim tidak mendukung klaim

b. Tes Pemahaman Konsep

(11)

Tabel 3.5

Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah

No

Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan

Aspek Pemahaman Konsep Jumlah Soal Materi Ajar Aspek Pemahaman Konsep

Interpretasi Komparasi Eksplanasi

1 Kinematika Gerak

Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7

2 Kinematika Gerak

Melingkar 8, 11, 10, 12, 13, 9, 14, 7

3 Dinamika 16 18, 20, 22 15, 17, 19, 21, 23 9 4 Optik Geometri 25, 30, 32, 33, 35 24, 26, 28, 31, 34 27, 29, 36, 37, 38 15 5 Listrik Dinamis 47, 48, 50, 51,52 40, 42, 45, 46, 54, 55 39, 41, 43, 44, 49, 53 17

Jumlah soal 18 18 19 55

c. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas dosen dalam melaksanakan tahapan pembelajaran PPFS-BKB di kelas dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti tahapan pembelajaran PPFS-BKB. Aktivitas dosen dan mahasiswa yang diamati oleh observer pada setiap tahapan pembelajaran PPFS-BKB secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 3.6. Instrumen lembar observasi aktivitas dosen dan aktivitas mahasiswa yang menunjukkan keterlaksanaan PPFS-BKB dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 3.6

Aktivitas Dosen dan Mahasiswa pada Tahapan Pembelajaran PPFS-BKB

No. Tahapan Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

1 Pendahuluan 1. Menjelaskan kompetensi yang harus dicapai setelah perkuliahan kepada mahasiswa

1. Mahasiswa menyimak penjelasan dosen tentang kompetensi yang harus dicapai setelah perkuliahan

3. Membagikan lembar kerja mahasiswa (LKM)

3. Mahasiswa menerima lembar kerja mahasiswa (LKM) 4. Menyajikan masalah yang

(12)

No. Tahapan Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

seperti yang tertera pada LKM 3 Tahap 2 :

Pembangkitan Argumen Tentatif

6. Memotivasi mahasiswa agar aktif terlibat dalam kegiatan

menyelesaikan masalah 7. Mengarahkan mahasiswa

membuat argumen tentatif (klaim,data, pembenaran (warrant) dan dukungan (backing) sesuai permasalahan

6. Mahasiswa membuat argumen tentatif (klaim,data,

pembenaran (warrant) dan dukungan (backing) sesuai permasalahan

8. Mengarahkan mahasiswa pada kegiatan diskusi kelompok

7. Mahasiswa melakukan kegiatan diskusi kelompok

9. Mengawasi dan membimbing kegiatan kelompok secara bergiliran

8. Mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan menyelesaikan masalah

10.Meminta mahasiswa membuat representasi visual dari argumen tentatif dalam bentuk poster pada whiteboard

9. Mahasiswa membuat representasi visual dari argumen tentatif dalam bentuk poster pada whiteboard 4 Tahap 3:

Sesi

Argumentasi

11.Mengarahkan mahasiswa untuk berbagi (sharing) argumen (klaim,data, pembenaran (warrant) dan dukungan (backing) dengan menggunakan struktur presentasi round-robin

10.Mahasiswa berbagi (sharing) argumen (klaim,data, pembenaran (warrant) dan dukungan (backing) sesuai permasalahan dengan menggunakan struktur presentasi round-robin 12.Meminta mahasiswa untuk

mengkomunikasikan gagasan dan mengevaluasi informasi

11.Mahasiswa

mengkomunikasikan gagasan dan mengevaluasi informasi 13.Membimbing kegiatan kelompok

secara bergiliran

12.Mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok

14.Membimbing mahasiswa yang mengalami kesulitan

5 Tahap 4: Penulisan Argumen

15.Meminta mahasiswa kembali ke kelompok asal untuk

mendiskusikan kembali argumen kelompok setelah mempelajari dan mengkritisi argumen yang dikembangkan kelompok lain

13.Mahasiswa kembali ke kelompok asal mendiskusikan dan merevisi argumen

kelompok setelah mempelajari dan mengkritisi argumen yang dikembangkan kelompok lain 16.Meminta kelompok mahasiswa

mempresentasikan argumen hasil revisi kelompok

14.Mahasiswa mempresentasikan argumen hasil revisi kelompok 17.Memandu diskusi kelas dan

memotivasi mahasiswa untuk berperan dalam diskusi

15.Mahasiswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok

18.Meminta mahasiswa membuat argumentasi individu

(13)

No. Tahapan Pembelajaran

PPFS-BKB

Aktivitas Dosen Aktivitas Mahasiswa

6 Penutup 19.Memberikan koreksi/penguatan kepada mahasiswa tentang materi yang dipelajari

17.Mahasiswa menyimak koreksi/ penguatan dosen tentang materi yang dipelajari 20.Memberikan kesempatan kepada

mahasiswa untuk mengajukan pertanyaan

18.Mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada dosen 21.Meminta mahasiswa untuk

mengumpulkan LKM dan lembar argumentasi individu

19.Mahasiswa mengumpulkan LKM dan lembar argumentasi individu

22.Memberikan tindak lanjut dan penugasan untuk materi selanjutnya kepada mahasiswa

20.Mahasiswa menyimak tindak lanjut dan penugasan dari dosen

d. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB yang terdiri dari 20 butir pernyataan. Tiap butir pernyataan diisi oleh dosen dan mahasiswa berdasarkan tingkat persetujuan: SS=Sangat Setuju; S=Setuju; TS=Tidak Setuju; dan STS=Sangat Tidak Setuju. Butir-butir pernyataan skala sikap terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Penskoran untuk pernyataan positif: skor 4 (SS), 3 (S), 2 (TS), dan 1 (STS). Penskoran untuk pernyataan negatif: skor 1 (SS), 2 (S), 3 (TS), dan 4 (STS). Distribusi butir pernyataan skala sikap ditunjukkan pada Tabel 3.7. Instrumen skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB dapat dilihat pada Lampiran C.

Tabel 3.7

Distribusi Butir Pernyataan Skala Sikap Tanggapan Dosen dan Mahasiswa

Nomor Butir Pernyataan Kategori

1, 3, 5, 6, 10, 11, 12, 14, 16, 20 Positif 2, 4, 7, 8, 9, 13, 15, 17, 18, 19 Negatif

2. Analisis Instrumen

(14)

Ujicoba instrumen berguna untuk mendapatkan data kuantitatif mengenai kualitas butir soal yang meliputi indeks kemudahan, daya pembeda, validitas butir soal, dan reliabilitas soal. Dalam penelitian ini analisis indeks kemudahan, dan daya pembeda instrumen menggunakan program Anates versi 4.0.9.

Indeks kemudahan butir soal (item facility index) didefinisikan sebagai ukuran kemudahan butir soal yang dinyatakan oleh proporsi peserta tes menjawab benar butir soal tersebut (Matlock & Hetzel, 1997). Analisis terhadap indeks kemudahan butir soal dimaksudkan untuk mengetahui apakah butir soal tersebut tergolong mudah, sedang atau sukar. Kriteria untuk menginterpretasi indeks kemudahan butir soal (item facility index) disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Kategori Indeks Kemudahan Butir Soal

Indeks kemudahan (IK) Kategori

0,00 IK < 0,25 Sukar

0,25 IK < 0,75 Sedang

0,75 IK 1 Mudah

(Matlock & Hetzel, 1997)

Daya pembeda butir soal (discrimination index) didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah (Matlock & Hetzel, 1997). Analisis daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana butir soal dapat membedakan peserta tes yang menguasai materi dan peserta tes yang tidak menguasai materi. Kriteria untuk menginterpretasi daya pembeda butir soal (discrimination index) disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Kategori Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda (DP) Kategori

DP > 0,4 Sangat baik

0,3 < DP 0,4 Baik

0,2 < DP 0,3 Cukup

DP 0,2 Jelek

(15)

Validitas tes didefinisikan sebagai tingkat keabsahan atau kesahihan suatu tes. Tes yang valid adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak diukur (Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian validitas tes meliputi validitas isi (content validity) dan validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi dan validitas konstruksi instrumen tes dalam penelitian ini dinilai berdasarkan hasil validasi ahli (Oluwatayo, 2012) yang memiliki kompetensi di bidang fisika dan pembelajaran fisika.

Reliabilitas tes didefinisikan sebagai tingkat keajegan atau konsistensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (Matlock & Hetzel, 1997). Pengujian reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan metode tes ulang (test-retest method). Dengan metode ini tes dicobakan dua kali, kemudian skor-skor dari kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya (Lamb, 1998). Kriteria untuk menginterpretasi reliabilitas tes disajikan pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas Tes

Koefisien reliabilitas (r) Kriteria

0,8 r 1 Sangat tinggi

0,6 r < 0,8 Tinggi

0,4 r < 0,6 Sedang

0,2 r < 0,4 Rendah

0 < r < 0,2 Sangat rendah

(Matlock & Hetzel, 1997)

3. Analisis Hasil Validasi Ahli dan Ujicoba Instrumen Tes

a. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas Konstruksi Tes Kemampuan Berargumentasi

(16)

Revisi terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar yang diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki redaksi dan kejelasan permasalahan; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; dan 3) memperbaiki gambar dan grafik yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas konstruksi tes kemampuan berargumentasi disajikan pada Lampiran D.

b. Analisis Hasil Validasi Ahli terhadap Validitas Isi dan Validitas Konstruksi Tes Pemahaman Konsep

Berdasarkan analisis hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas konstruksi instrumen tes pemahaman konsep, ketiga ahli memberikan penilaian bahwa butir soal sesuai dengan konsep, sesuai dengan aspek pemahaman konsep dan sesuai dengan indikator. Dengan demikian dapat diambil keputusan bahwa instrumen tes pemahaman konsep yang meliputi 55 butir soal pilihan ganda dengan lima option, semuanya dinyatakan valid dan dapat digunakan. Revisi terhadap beberapa butir soal telah dilakukan atas koreksi dan komentar yang diberikan oleh ketiga ahli antara lain: 1) memperbaiki kesesuaian indikator dan butir soal; 2) mengecek kebenaran kunci jawaban; 3) memperbaiki redaksi steam butir soal dan homogenitas pengecoh; dan 4) memperbaiki gambar dan grafik yang kurang jelas. Hasil validasi ahli terhadap validitas isi dan validitas konstruksi tes pemahaman konsep dapat dilihat pada lampiran D.

c. Analisis Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi

Ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi dilakukan kepada mahasiswa jurusan pendidikan fisika sebanyak 27 orang yang telah mengikuti perkuliahan fisika sekolah I pada salah satu LPTK di Bandung. Rekapitulasi hasil ujicoba instrumen tes kemampuan berargumentasi yang meliputi indeks kemudahan, daya pembeda, dan reliabilitas tes (Lampiran B.7), disajikan pada Tabel 3. 11.

(17)

reliabilitas soal sebesar 0,87 pada taraf signifikansi 0,01 dengan kriteria sangat tinggi. Dengan demikian 20 soal tes kemampuan berargumentasi dinyatakan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian.

Tabel 3.11

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Berargumentasi

No. Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda Keputusan

P Kriteria DP Kriteria

1 0,71 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan 2 0,68 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan

3 0,58 Sedang 0,31 Baik Digunakan

4 0,45 Sedang 0,57 Sangat Baik Digunakan 5 0,68 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan 6 0,54 Sedang 0,61 Sangat Baik Digunakan 7 0,32 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan 8 0,23 Sukar 0,45 Sangat Baik Digunakan 9 0,75 Mudah 0,45 Sangat Baik Digunakan

10 0,41 Sedang 0,33 Baik Digunakan

11 0,45 Sedang 0,48 Sangat Baik D igunakan 12 0,25 Sedang 0,45 Sangat Baik Digunakan 13 0,69 Sedang 0,52 Sangat Baik Digunakan 14 0,43 Sedang 0,41 Sangat Baik Digunakan

15 0,35 Sedang 0,35 Baik Digunakan

16 0,28 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan 17 0,56 Sedang 0,59 Sangat Baik Digunakan 18 0,42 Sedang 0,43 Sangat Baik Digunakan 19 0,24 Sukar 0,44 SangatBaik Digunakan 20 0,21 Sukar 0,41 Sangat Baik Digunakan

d. Analisis Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep

(18)
(19)

Tabel 3.12

Rekapitulasi Hasil Ujicoba Tes Pemahaman Konsep Materi

Ajar No. Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

(20)

Materi

Ajar No. Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

(21)

Materi

Ajar No. Soal

Indeks

Kemudahan Daya Pembeda

Keputusan

No. Soal Baru Fisika

Sekolah P Kriteria DP Kriteria

Baik 49 0,53 Sedang 0,75 Sangat

Baik Dipakai 45

50 0,43 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 46

51 0,50 Sedang 0,50 Sangat

Baik Dipakai 47

52 0,47 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 48

53 0,50 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 49

54 0,63 Sedang -0,50 Dibuang Tidak

Dipakai -

55 0,63 Sedang 0,63 Sangat

Baik Dipakai 50

Hasil analisis terhadap ke-55 soal tes pemahaman konsep yang diujicobakan menunjukkan indeks kemudahan soal seluruhnya (100%) termasuk kriteria sedang. Adapun daya pembedanya sebanyak 43 soal (78,1%) memiliki kriteria sangat baik, 4 soal (7,3%) baik, 4 soal (7,3%) cukup, dan 4 soal (7,3%) jelek. Perolehan koefisien reliabilitas soal sebesar 0,94 dengan kriteria sangat tinggi. Dengan demikian dari 55 soal tes pemahaman konsep yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 50 soal, sedangkan yang tidak digunakan sebanyak 5 soal, yaitu soal nomor 18, 25, 31, 41 dan 54. Rincian ke-50 soal tes pemahaman konsep yang dinyatakan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian selanjutnya disusun kembali nomor soalnya secara berurutan menjadi nomor baru dari nomor 1 sampai nomor 50 seperti disajikan pada Tabel 3. 13.

E. Teknik Pengumpulan Data

(22)

berargumentasi; dan 2) skor tes pemahaman konsep.

Tabel 3.13

Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah Hasil Ujicoba yang Digunakan sebagai Instrumen Penelitian

No

Nomor Soal untuk Setiap Materi Ajar dan

Aspek Pemahaman Konsep Jumlah

Soal

Materi Ajar Aspek Pemahaman Konsep

Interpretasi Komparasi Eksplanasi

1 Kinematika

Gerak Lurus 1, 2, 3, 4, 5 6 7 7

2 Kinematik

Gerak Melingkar 8, 11 10, 12, 13, 9, 14, 7

3 Dinamika 16 19, 21, 15, 17, 18, 20, 22 8

4 Optik Geometri 28, 29, 30, 32 23, 24, 26, 31 25, 27, 33, 34, 35 13 5 Listrik Dinamis 43, 44, 46, 47, 48 37, 41, 42, 50 36, 38, 39, 40,

45, 49 15

Jumlah soal 17 14 19 50

Dalam penelitian ini, data hasil tes kemampuan berargumentasi dan tes pemahaman konsep yang berupa skor dikumpulkan melalui tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Data hasil observasi dikumpulkan melalui lembar observasi untuk menjaring keterlaksanaan PPFS-BKB. Observasi dilakukan terhadap aktivitas dosen dalam melaksanakan PPFS-BKB dan aktivitas mahasiswa dalam mengikuti PPFS-BKB yang dilakukan oleh observer dengan memberikan tanda cek ( ) pada kolom yang sesuai dengan indikator aktivitas yang diobservasi. Data hasil skala sikap dikumpulkan melalui instrumen skala sikap untuk menjaring tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap penerapan PPFS-BKB.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Hasil Observasi

Data hasil observasi aktivitas dosen dan mahasiswa diolah dengan menggunakan rumus persentase keterlaksanaan pembelajaran sebagai berikut:

(3.1)

Keterangan:

(23)

Untuk menginterpretasikan persentase keterlaksanaan pembelajaran, digunakan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.14.

Tabel 3.14

Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Interval Persentase

Keterlaksanaan Pembelajaran (KP) Kriteria

KP = 0% Tak satu aktivitas pun terlaksana

0 % < KP < 25% Sebagian kecil aktivitas terlaksana

25% ≤ KP < 50% Hampir setengah aktivitas

terlaksana

KP = 50% Setengah aktivitas terlaksana

50% < KP < 75% Sebagian besar aktivitas

terlaksana

75% ≤ KP < 100% Hampir seluruh aktivitas

terlaksana

KP = 100% Seluruh aktivitas terlaksana

(Riduwan, 2012)

2. Data Hasil Skala Sikap

Data hasil skala sikap tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB diolah dengan cara mengklasifikasikan tanggapan dosen dan mahasiswa yang memilih pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak setuju (STS), selanjutnya tanggapan tersebut dinyatakan dalam persentase. Berdasarkan perolehan persentase dapat diketahui tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap pelaksanaan PPFS-BKB.

Data yang diperoleh dari skala sikap diolah dengan cara menghitung jumlah seluruh responden yang memilih butir pernyataan yang tersedia, kemudian jumlah tersebut diubah ke dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus persentase tanggapan responden sebagai berikut:

(3.2) Keterangan:

R (%) = persentase tanggapan responden

(24)

Untuk menginterpretasikan persentase tanggapan responden, digunakan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.15.

(25)

Tabel 3.15

Kriteria Tanggapan Responden

Interval Persentase

Tanggapan Responden (R) Kriteria

R = 0% Tak seorang pun

0 % < R < 25% Sebagian kecil

25% ≤ R < 50% Hampir setengah

R = 50% Setengahnya

50% < R < 75% Sebagian besar

75% ≤ R< 100% Hampir seluruhnya

R = 100% Seluruhnya

(Riduwan, 2012)

3. Data Hasil Tes

Data peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan pemahaman konsep mahasiswa diolah menggunakan persamaan rerata skor gain yang dinormalisasi (Hake, 1998) dengan rumus:

(3.3)

Keterangan :

<g> = rerata skor gain yang dinormalisasi <G> = rerata skor gain aktual

<Gmaks> = rerata skor gain maksimum

<Sf > = rerata skor tes akhir (post-test)

<Si > = rerata skor tes awal (pre-test)

Untuk menginterpretasikan gain yang dinormalisasi, digunakan kriteria seperti disajikan pada Tabel 3.16.

Tabel 3.16

Kriteria Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi

Nilai <g> Kriteria

g 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

(Hake, 1998)

(26)

menggunakan kelompok kontrol dilakukan dengan analisis deskriptif. Adapun analisis data kuantitatif peningkatan kemampuan berargumentasi dan peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada ujicoba luas karena menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan sebagai berikut.

1. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui sebaran distribusi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh normal atau tidak normal. Uji normalitas dilakukan menggunakan Kolmogorov-Smirnov test dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk uji normalitas adalah sebagai berikut:

Ho : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

HA : data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan

pemahaman konsep mahasiswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berdistribusi normal.

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value≥ α, maka Hoditerima. Dalam program SPSS digunakan

istilah Significance (yang disingkat Sig.) untuk P-value atau P-value = Sig. 2. Melakukan uji persyaratan statistik berupa uji homogenitas. Uji homogenitas

dimaksudkan untuk mengetahui variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diperoleh homogen atau tidak homogen. Uji homogenitas dilakukan menggunakan Levene’s test dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk uji homogenitas adalah sebagai berikut:

Ho : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data

(27)

dan kelas kontrol homogen.

HA : variansi data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data

peningkatan pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value≥ α, maka Hoditerima.

3. Melakukan uji statistik berupa uji beda dua rerata. Jika data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan variansi kedua kelompok homogen, maka uji beda rerata dilakukan dengan menggunakan uji t, sebaliknya jika data peningkatan kemampuan berargumentasi dan data peningkatan pemahaman konsep mahasiswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berdistribusi normal atau variansi kedua kelompok tidak homogen, maka uji beda rerata dilakukan dengan menggunakan uji Mann-Whitney karena sumber data berasal dari sampel berbeda. Uji t atau uji Mann-Whitney dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16. Rumusan hipotesis untuk uji beda rerata adalah sebagai berikut:

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

kemampuan berargumentasi penerapan PPFS-BKB dan pembelajaran konvensional.

HA : penerapan PPFS-BKB secara signifikan dapat lebih meningkatkan

kemampuan berargumentasi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan

pemahaman konsep penerapan PPFS-BKB dan pembelajaran konvensional.

(28)

pemahaman konsep dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau menerima Ho

berdasarkan P-value (Uyanto, 2009), yaitu: Jika P-value < α, maka Ho

ditolak; Jika P-value≥ α, maka Hoditerima.

4. Melakukan uji statistik berupa uji korelasi antara peningkatan pemahaman konsep dan peningkatan kemampuan berargumentasi sebagai impak penerapan PPFS-BKB pada kelas eksperimen. Korelasi adalah ukuran hubungan antara dua variabel, terutama untuk variabel kuantitatif (Uyanto, 2009). Uji korelasi dilakukan menggunakan koefisien korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 16. Kategori untuk menginterpretasi koefisien korelasi disajikan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17

Kategori Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi (r) Kategori

0,81 r 1 Sangat kuat

0,61 r ≤ 0,80 Kuat

0,41 r ≤ 0,60 Sedang

0,21 ≤ r 0,40 Rendah

0 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah

Gambar

Gambar 3.1  Bagan Alur Penelitian
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian LKM oleh Ahli
Tabel 3.3 Rincian Soal Tes Kemampuan Berargumentasi Fisika Sekolah
Tabel 3.5   Rincian Soal Tes Pemahaman Konsep Fisika Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

niger dengan aktivitas amiloglukosidase dari limbah ampas sagu dan Ekawaty (2009) isolat lokal tersebut difermentasikan ke dalam media yang mengandung pati sagu,

Dari hasil penelitian sebelumnya dengan hasil penelitian yang didapatkan terdapat kesinambungan bahwa VCO dapat menurunkan kadar kolesterol total, hal ini didapatkan dari

Hal inilah yang mendasari terbentuknya Majelis Rakyat Papua (MRP) agar kesejahteraan masyarakat perempuan asli Papua mampu meningkatkan kesejahteraan dengan

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan dapat kembali bergerak positif terimbas positifnya bursa global, namun penguatan indeks dapat tertahan oleh rencana kenaikan

Dari hasil ini menunjukkan bahwa untuk kelima atribut kinerja terminal Tawang Alun Jember perlu ditingkatkan dan dianalisis lebih lanjut karena tingkat kepuasan

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa etika dalam ajaran Islam adalah sesuatu yang sesuai dengan fitrah dan akal pikiran yang lurus serta sesuai dengan tuntunan ajaran

Pemekaran Kabupaten Pringsewu mempengaruhi peningkatan daya layan daya layan kasar dan daya layan potensial sedangkan daya layan aktual tidak mengalami kenaikan yang

Kesimpulan : Profil pasien suspek resistensi ganda TB HIV/AIDS RSPI Prof dr Sulianti Saroso pada kelompok usia produktif dengan faktor risiko utama adalah seks