R Agung Ismail S, 2016
HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai humor styles
dan subjective well-being pada remaja awal yang tergabung di dalam SMP Negeri 15 Bandung yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Humor styles atau jenis humor yang dominan dimiliki oleh remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung adalah affiliative humor sebesar 79,80%. Hal tersebut menggambarkan bahwa remaja awal cenderung menggunakan humornya untuk meningkatkan hubungan interpersonal dan tidak unsur menyakiti orang lain.
2. Kategori subjective well-being yang dominan dimiliki oleh remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung berada pada kategori tinggi yaitu 80,81%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aspek kognitif yang dimiliki remaja awal tergolong puas, dan aspek afektif tergolong seimbang.
3. a) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara humor styles affiliative dan self-enhancing humor dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.
b) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara humor styles self-defeating dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.
84
R Agung Ismail S, 2016
HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka terdapat saran bagi beberapa pihak yang akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Bagi pihak sekolah, sebagai guru dan orang tua siswa di sekolah hendaknya memberikan konseling yang dapat meningkatkan pemikiran optimisme dan kepercayaan diri pada anak didiknya, hal tersebut dapat mengurangi kecemasan dan membantu siswa khususnya remaja awal dalam mempersiapkan jenjang pendidikan atau kehidupan selanjutnya. 2. Bagi pihak keluarga atau orang tua, hendaknya dapat lebih meningkatkan
kesadaran dan dukungan terhadap putra-putrinya mengenai perkembangan dan kebutuhan mereka sebagai remaja awal. Tidak lain karena orang tua sebagai role model yang secara langsung dapat berpengaruh pada tingkat
subjective well-being atau kebahagiaan anak-anaknya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, mengenai pengambilan data di instansi pendidikan hendaknya dapat lebih mempersiapkan perizinan terhadap pihak-pihak yang terkait. Hal tersebut agar tidak terjadi kesulitan dalam proses penentuan waktu, tempat, juga lamanya proses pengambilan data, sehingga proses pengambilan data tidak mengganggu waktu sekolah, siswa, dan peneliti selanjutnya.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dalam proses pengambilan data disarankan dengan melakukan wawancara dan observasi untuk menghindari adanya
social desireability. Hal tersebut juga dapat berguna sebagai data tambahan yang lebih mendalam karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi variabel, khususnya pada variabel humor yang bersifat
85
R Agung Ismail S, 2016
HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
5. Bagi peneliti selanjutnya, dalam proses penggunaan alat ukur diharapkan dapat menggunakan item yang tidak terlalu banyak agar responden tidak merasa bosan untuk menghindari data yang bersifat random atau tidak representatif. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih mudah dimengerti terkait karakteristik atau jenis responden, agar tidak menimbulkan bias kata atau kebingungan dalam mengisi data.