• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PE 1005761 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PE 1005761 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992

diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut

dikarenakan UU No 25 Tahun 1992 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan

kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian. Selain sudah tidak sesuai

dengan keadaan saat ini, pergantian UU koperasi tersebut karena pengembangan

dan pemberdayaan koperasi dalam suatu kebijakan perkoperasian harus

mencerminkan nilai dan prinsip koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk

memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi anggota sehingga tumbuh menjadi

kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi

nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan. Selain itu,

pergantian UU ini untuk memperluas pengembangan dan memperkuat posisi

koperasi yang memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional.

Pergantian aturan tentang perkoperasian menjadi UU No 17 Tahun 2012

ini mendapat respon yang beragam dari masyarakat. Sebagian masyarakat ada

yang mendukung pergantian UU ini, namun tidak sedikit masyarakat yang

menolak pergantian peraturan tersebut. Pihak yang setuju terhadap pergantian ini

berpendapat bahwa pendirian dan pembentukan koperasi tidak lagi didirikan atau

dibentuk secara “main-main” melainkan secara serius. Selain itu, koperasi harus

menjadi badan hukum yang mandiri yang dapat meningkatkan kesejahteraan

anggotanya. UU No 17 Tahun 2012 juga mengharapkan koperasi menjadi lebih

profesional dan fokus dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Pihak yang tidak setuju atau kontra terhadap pergantian peraturan ini

beranggapan UU ini telah keluar dari prinsip dan jati diri koperasi. Dalam UU No

(2)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

dengan identitas diri koperasi dari UU perkoperasian sebelumnya. Salah satunya

adalah ayat yang menyebutkan bahwa pengurus koperasi bisa di ambil dari pihak

luar atau non anggota. Hal tersebut dianggap sebagai permasalahan yang sangat vital, mengingat identitas diri sebuah koperasi adalah “dari, oleh dan untuk anggota”, untuk itu pengurus koperasi haruslah seseorang yang telah menjadi anggota dan bukan dari pihak luar.

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 banyak terdapat perbedaan dengan UU

Perkoperasian No. 25 Tahun 2012 khususnya dalam pemberian istilah seperti

diubahnya simpanan pokok menjadi setoran pokok, Sisa Hasil Usaha menjadi

Surplus Hasil Usaha apabila koperasi mendapatkan keuntungan dan Defisit Hasil

Usaha apabila koperasi mengalami kerugian, serta munculnya istilah baru seperti

adanya Sertifikat Modal Koperasi.

Permodalan koperasi perbedaannya terletak pada ketentuan mengenai

setoran pokok yang tidak dapat diambil kembali oleh anggota, sedangkan pada

UU No 25 Tahun 1992 simpanan pokok yang dibayarkan oleh anggota akan

dikembalikan saat anggota tersebut keluar dari kenggotaan koperasi. Sebuah

koperasi bila ingin mengumpulkan modal yang lebih banyak dapat

mengakumulasikan modal secara tidak terbatas melalui penerbitan sertifikat

modal koperasi. Istilah sertifikat Modal Koperasi, tidak adanya pembatasan

kepemilikan bagi anggota untuk membeli sertifikat tersebut. Hal itu

memungkinkan anggota memiliki kepemilikan mayoritas dalam koperasi,

sehingga koperasi mempunyai kemiripan dengan saham pada Perseroan terbatas.

UU No. 17 Tahun 2012 ini mengatur setiap koperasi tentang penjenisan

koperasi yang dibatasi dalam empat: Koperasi Produksi, Koperasi Konsumen,

Koperasi Jasa, dan Koperasi Simpan Pinjam. Penjenisan ini mengaharuskan

koperasi seperi Koperasi Serba Usaha (KSU) harus mendirikan unit usahanya

masing-masing. Pemisahan unit usaha ini dinilai dapat merugikan koperasi yang

memiliki peluang diluar jenis usaha tersebut.

Dilihat dari segi permodalan tidak lagi berdasarkan atas kesanggupan

(3)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

koperasi sesuai dengan tujuan pendiriannya. Dijelaskan juga adanya pemisahan

kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha dan adanya

tanggung jawab terbatas bagi anggota. Hal tersebut tergambar pada setoran pokok

anggota yang tidak dapat diambil kembali dan dianggap sebagai modal tetap

koperasi dan modal yang digunakan koperasi bisa berasal dari modal asing yang

bukan anggota.

Berdasarkan pergantian UU tersebut, telihat jelas yang paling banyak

mengalami perubahan yang signifikan adalah aspek permodalan. Banyaknya

pergantian istilah dalam aspek permodalan sampai adanya istilah baru seperti

Sertifikat Modal Koperasi dan Defisit hasil Usaha, serta terbukanya koperasi

untuk menjadi penanaman modal baik swasta mapun asing membuat koperasi

harus siap baik dari pengurus sampai anggota untuk menjalankan organisasinya

sesuai peraturan yang terdapat dalam UU No 17 Tahun 2012. Tetapi penerapan

UU ini harus dilakukan sosialisasi serta pelatihan-pelatihan terlebih dahulu agar

tidak terjadi muti-tafsir dan kebingungan dikalangan anggota koperasi.

Kesiapan menjalankan atau mengimplementasikan UU tersebut berlaku

untuk semua koperasi termasuk Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang dijalankan

oleh generasi muda yang sangat potensial membangun serta memajukan koperasi

di Indonesia. KOPMA berkembang sangat pesat dan sarat dengan kegiatan yang

dibanggakan. KOPMA tersebar hampir di seluruh universitas maupun perguruan

tinggi di Indonesia, sesuai cita citanya adalah memperkenalkan dan mengajak

kepada mahasiswa untuk ikut masuk dalam gerakan koperasi yang lebih sering diurus oleh kaum ‘ber-umur”. KOPMA lebih tepat disebut sebagai “Koperasi Pendidikan” karena kegiatan dan partisipasi anggotanya tidak hanya dalam kegiatan perekonomian tetapi lebih sering dalam kegiatan pendidikan dan

pengembangan anggotanya.

Mahasiswa sering disebut sebagai agen perubahan, selalu menyampaikan

aspirasi dari masyarakat melalui aksi-aksi protes terhadap berbagai kebijakan

yang dipandang merugikan masyarakat. Hanya saja dalam praktik dilapangan

(4)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

mahasiswa, padahal ekonomi termasuk masalah penting di negara ini yang perlu

dibenahi.

KOPMA sebagai koperasi pendidikan sangat berpotensi untuk generasi

muda yang ingin membantu membangun koperasi di Indonesia. Sebelum

benar-benar masuk ke dalam perkoperasian secara luas, generasi muda ini bisa belajar

berkoperasi sejak dini lewat organisasi KOPMA. Pendidikan perkoperasian yang

telah diberikan sejak dini akan membuat generasi muda mudah memahami

seluk-beluk perkoperasian Indonesia termasuk peraturan yang mengatur koperasi

termasuk KOPMA.

Keberadaan KOPMA masih dianggap sebatas sebagai wadah penyaluran

minat dan bakat mahasiswa dibidang perekonomian. Padahal seperti yang terlihat

dalam kebanyakan visi KOPMA di Indonesia, yaitu KOPMA sebagai wahana

pengembangan SDM melalui aktivitas ekonomi berbasis koperasi, dengan tiga

misi yang kita kenal dengan student basic needs (misi pelayanan), profession

study needs (misi profesi), dan idealism and leadership study needs (misi

pengkaderan dan kepemimpinan). Selain itu, KOPMA sebagai salah satu lembaga

ekonomi yang berwatak sosial, bukan hanya sekedar “Profit Oriented” tapi juga berusaha ikut memberikan kecerdasan pada masyarakat tentang pentingnya suatu

kerjasama untuk bergerak dalam kegiatan ekonomi yang pada akhirnya

mendorong pergerakan ekonomi rakyat.

Peran KOPMA sangat penting karena menjadi moral force (gerakan

moral) yang menampung aspirasi masyarakat, sekaligus sebagai lembaga

advokasi dari gerakan koperasi untuk menentukan kebijaksanaan pemerintah yang

secara kaffah berpihak kepada ekonomi rakyat (Haryono Suyono, Kompasiana

2002). Kopma lewat potensi dirinya juga memiliki kemampuan mengisi segi

kelemahan koperasi dari sumber daya manusia dan iptek, sehingga mampu

meningkatkan peran sertanya dalam efisiensi dan produktivitas koperasi dalam

pembangunan ekonomi nasional.

Tabel 1

(5)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Tahun Modal

2012 Rp 2.157.305.764

2013 Rp 2.504.074.769

Berdasarkan tabel di atas, terlihat KOPMA di Kota Bandung mempunyai

modal yang cukup besar yaitu lebih dari Rp 2 Milyar pada tahun 2012. Tahun

2013 modal KOPMA meningkat ±20% menjadi Rp 2.504.074.769. Melihat

modal yang cukup besar tersebut, KOPMA mampu membiayai kegiatan

operasionalnya secara mandiri. KOPMA di Kota Bandung juga dapat

diperhitungkan keberadaannya diantara koperasi besar lainnya. Sejauh ini

KOPMA khususnya di Kota Bandung hanya mengandalkan modal sendiri yang

diperoleh dari anggotanya. Usaha yang dijalankan KOPMA sudah berjalan cukup

baik, dengan modal yang cukup besar tersebut KOPMA dapat memperluas

kegiatan usahanya.

Penerapan UU No 17 Tahun 2012 dapat mulai diterapkan oleh KOPMA

termasuk KOPMA di Kota Bandung sebagai pembelajaran memahami peraturan

tersebut. Latar belakang pengurus serta anggota KOPMA merupakan mahasiswa

yang kebanyakan belum memahami tentang UU perkoperasian ini, maka perlu

adanya kesiapan dari dalam organisasi KOPMA sebelum benar-benar menerapkan

UU ini. Perlu persiapan yang matang karena dalam UU ini terdapat istilah-istilah

yang sulit dipahami bagi kalangan remaja yang baru masuk dalam perkoperasian.

Sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran atau multi tafsir terhadap UU ini.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui

kesiapan koperasi dalam menerapkan UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012

khususnya aspek permodalan. Dengan demikian penulis mengangkat judul

penelitian “Studi Deskriptif Aspek Permodalan Koperasi Dalam

Implementasi UU No 17 Tahun 2012 Pada Koperasi Mahasiswa Se -Kota Bandung”.

(6)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis

mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di

Kota Bandung tentang UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?

2. Bagaimana gambaran kesiapan pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam

mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan?

3. Bagaimana gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota

Bandung dalam mengimplementasikan UU No. 17 tahun 2012 khususnya

aspek permodalan?

4. Bagaimana gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung

mengenai pengimplementasian UU No. 17 tahun 2012 khususnya aspek

permodalan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran pengetahuan dan pemahaman pengurus KOPMA di Kota Bandung

tentang UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.

2. Gambaran kesiapan pengurus KOPMA di Kota Bandung dalam

mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.

3. Gambaran hambatan yang dihadapi pengurus KOPMA di Kota Bandung

dalam mengimplementasikan UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek

permodalan.

4. Gambaran solusi dari pengurus KOPMA di Kota Bandung mengenai

pengimplementasian UU no 17 tahun 2012 khususnya aspek permodalan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi aspek teoritis

maupun aspek praktis.

(7)

Belinda Suryani Agustine, 2014

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia |repository.upi.ed |perpustakaan.upi.ed

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dalam pengembangan teori koperasi khususnya tentang permodalan.

Manfaat Praktis

1. Bagi pengurus koperasi, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui dan

memahami tentang UU No. 17 Tahun 2012 khususnya aspek permodalan

koperasi.

2. Bagi pemerintah dalam hal ini Dinas Koperasi dan UMKM, penelitian ini

bermanfaat untuk memberikan masukan dalam pengambilan kebijakan

Referensi

Dokumen terkait

(1) Dengan berlakunya Keputusan ini, mahasiswa yang sekarang sedang mengikuti Program Studi Akuntansi pada perguruan tinggi yang berhak memberikan sebutan Akuntan diberikan

Telah dirancang sebuah alat Penyesuai Kadar Oksigen Dalam Ruangan Berbasis Mikrokontroler. Cara kerja alat ini adalah sensor mengukur kadar

Based on the results of the evaluation and analysis, there are some things that need to be done to improve the existing system in order to develop clean water supply systems. For

Pembuatan kuis ini dibuat dengan menggunakan program macromedia flash 5 untuk mendesign tampilan kuis dan memadukan media suara dan image. Untuk suara (sound) pada pembuatan kuis

“ Pengaruh Variasi Fraksi Volume Semen Putih Terhadap Kekuatan Tarik dan Impak Komposit Glass Fiber Reinforce Plastic (GFRP) Berpenguat Serat E-Glass Chop Strand Mat

Untuk pengujian keteguhan patah (modulus of rupture), keteguhan lentur (modulus of elasticity), keteguhan rekat internal (internal bonding), dan kekuatan bentur (impact

Salah satu usaha perusahaan dalam menarik jumlah pelanggan dan memperoleh hasil penjualan yang semaksimal mungkin adalah melalui promosi, dalam hal ini pihak manajemen yang

Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri pola mobilitas, pola adaptasi, dan pola jaringan sosial pekerja perantara luar Pulau Jawa di Pasar Induk Kota Bandung.. Lebih