• Tidak ada hasil yang ditemukan

T POR 1402597 Chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T POR 1402597 Chapter3"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode dan Desain Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode dalam sebuah penelitian adalah suatu cara yang digunakan oleh

peneliti untuk melakukan sebuah penelitan atau riset. Metode atau cara sebuah

penelitian sangat penting, agar penelitian yang dilakukan dapat memperoleh hasil

berupa jawaban penelitian. Metode penelitian yang dipilih dan digunakan dalam

penelitian ini adalah metode eksperimen. Ali (2011, hlm. 262) mengungkapkan

bahwa, “Eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti suatu

peristiwa yang muncul pada kondisi tertentu, dan setiap peristiwa yang muncul

diamati dan dikontrol secermat mungkin sehingga dapat diketahui hubungan

sebab akibat munculnya itu.”

Dalam penelitian ini peneliti memberikan perlakuan dengan penerapan

outdoor education pada siswa kelas VIII untuk melihat peningkatan sikap empati.

Proses penelitian ini diawali dengan tes awal menggunakan skala empati pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk melihat bagaimana nilai

empati dimiliki sampel. Setelah tes awal dilakukan perlakuan terhadap kelompok

eksperimen dengan program hiking, Climbing, Rafting, dan Camping, selama 9

pertemuan yang setiap minggunya 2 kali pertemuan. Sedangkan kelompok kontrol

tidak diberikan perlakuan. Setelah perlakuan lalu diadakan tes akhir, tes akhir ini

dilakukan untuk melihat perkembangan sikap empati siswa setelah diberikan

perlakuan.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain yang digunkan dalam penelitian ini yaitu Randomize

Pretest-Posttest Control Group Design menurut Fraenkel dkk. (2012, hlm. 272). Pada

desain ini kelompok treatment diberikan perlakuan program outdoor education,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan tersebut. Adapun gambar

(2)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Treatment group

Control group

R O X O¹

R O C O¹

Gambar 3.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel, dkk. 2012, hlm. 272)

Keterangan:

R = Random (penentuan secara acak menggunkan teknik random sampling

O = Observasi atau pengukuran menggunakan tes skala empati awal X = Eksperimen (program outdoor education)

C = Kontrol (tanpa perlakuan program outdoor education)

O¹ = Observasi atau pengukuran menggunakan tes skala empati akhir

Alasan mengambil metode eksperimen dengan desain Randomize

Pretest-Posttest Control Group Design adalah peneliti ingin melihat sejauh mana hasil

perlakuan outdoor education terhadap empati siswa. Dengan cara melihat

perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, artinya apabila

pada kelompok yang diberi perlakuan (kelompok eksperimen) itu terjadi peristiwa

atau keadaan yang berbeda dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan

(kelompok kontrol), maka secara valid dapat disimpulkan bahawa perbedaan yang

terjadi adalah pengaruh perlakuan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ali (2011,

hlm. 263),

Setelah diberi perlakuan, kemudian diamati apakah muncul peristiwa yang berbeda pada kelompok-kelompok yang diberi perakuan itu. Bila ternyata pada kelompok yangdiberi perlakuan itu terjadi peristiwa atau keadaan yang berbeda dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan, maka secara valid dapat disimpulkan bahawa perbedaan yang terjadi adalah pengaruh perlakuan.

Berikut adalah langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian

eksperimen dengan program outdoor education terhadap empati dengan alur

penelitian sebagai berikut:

a. Pre Test

Pre test dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan empati yang

dimiliki siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum

diberikan perlakuan untuk mendapatkan kemampuan empati siswa yang menjadi

(3)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Perlakuan

Perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dengan program

outdoor education dengan program Hiking, Climbing, Rafting dan Camping

dengan tujuan untuk mengembangkan nilai afektif siswa yaitu empati. Pemberian

program tersebut mengacu kepada penelitian terdahulu bahwa outdoor education

dengan program Hiking, Climbing, Rafting dan Camping berpengaruh terhadap

kemampuan afektif siswa (Afriyuandi, 2014; Rahadian, 2014). Sedangkan

kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan tersebut. Perlakuan ini diberikan

sebanyak 9 kali, selama 3-4 minggu. Hal tersebut merujuk pada paparan Neil

(2004 c) (dalam Kardjono, 2009 hlm. 151) bahwa 3 sampai 4 minggu program

outdoor education dapat mengembangkan bagian penting physical, social, intellectual and emotional development.”

c. Post Test

Post test dilakukan setelah program pembelajaran atau perlakuan diberikan

kepada siswa. Sampel diberikan kembali tes skala empati pada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol untuk melihat sejauh mana kemampuan

empati yang terjadi mulai dari sebelum diberikan perlakuan setelah sampai setelah

diberikan perlakuan.

3.2Validitas Penelitian

3.2.1 Validitas Internal

Keterbatasan dalam penelitian ini terdapat beberapa ancaman penelitian.

Untuk meminimalisirnya dalam aspek validasi model dan metodologi, instrumen,

populasi sampel, dan faktor lain yang berkaitan dengan variabel penelitian

yang dalam penelitian ini adalah empati. Menurut Freankel (2012, hlm. 280)

menjelaskan ancaman yang terjadi pada metode penelitian The Randomized

PretesPosttest Control Group Design yang disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Analisis Ancaman Desain Penelitian

No Threat Keefektivan

1 Subject characteristics ++

2 Mortality +

3 Location -

4 Instrumen Decay +

5 Data Collector Characteristics -

(4)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Threat Keefektivan

7 Testing +

8 History +

9 Maturation ++

10 Attitude of Subjects -

11 Regression ++

12 Implementation -

Keterangan :

++ = Sangat Kuat

+ = Kuat

- = Lemah

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa

ancaman yang perlu dikontrol. Beberapa ancaman akan melemahkan penelitian.

Ancaman tersebut antara lain, location, data collector characteristics, data

collector bias, attitude of subjects dan implementation. Adapun langkah-langkah

peneliti untuk mengontrol berbagai ancaman tersebut sebagai berikut:

a. Location

Lokasi penelitian saat pengambilan data pretest dan posttest baik untuk

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan pada tempat yang sama

yakni, SMPN 3 Bayongbong. Untuk lokasi pelaksanaan program, peneliti memilih

lokasi yang cocok untuk dapat melaksanakan program baik hiking, rafting,

climbing dan camping.

b. Data collector characteristics

Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh teman dan guru penjas sekolah

dalam proses pengumpulan data. Namun, sebelum proses berlangsung, peneliti

memberi penjelasan tentang tatacara pelaksanaan penelitian.

c. Data collector bias

Pemberian penjelasan mengenai langkah-langkah melakukan tes yang

jelas, agar siswa memahami dengan mudah dan tidak menimbulkan penafsiran

ganda.

d. Attitude of subject

Pengambilan data pretest dan posttest dilakukan pada kelompok

eksperimen dan kontrol. Namun, pemberian perlakuan pada penelitian ini hanya

diberikan kepada kelompok eksperimen. Untuk menghindari adanya perasaan

(5)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikontrol dengan tidak memberi informasi apapun kepada sampel kelompok

kontrol bahwa kelompok eksperimen sedang menerima perlakuan dan bahwa

mereka mengisi skala empati yang sama.

e. Implementation

Sampel kelompok eksperimen dikontrol dengan memberi arahan agar

tidak melakukan aktivitas-aktivitas outdoor yang mirip dengan program

perlakuan, tetapi hanya melakukan aktivitas ketika dalam jadwal pemberian

perlakuan. Sedangkan, kelompok kontrol dalam penelitian ini dikontrol dengan

memastikan tidak ada sampel kelompok kontrol yang melihat jalannya pemberian

perlakuan untuk kelompok eksperimen.

3.2.2 Validitas Eksternal

Pengkontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa

faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Pengkontrolan tersebut

meliputi:

a. Validitas Populasi

Bertujuan agar karakteristik sampel dapat mewakili populasi. Pada

penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh anggota populasi sehingga

dapat digeneralisasikan pada sekolah yang peneliti pilih.

b. Validitas Ekologi

Validitas ekologi dikontrol dengan: (a) seluruh program belajar disusun

dengan waktu yang jelas, misalnya tidak mengubah jadwal yang telah ditetapkan;

(b) menggunakan tempat untuk menjalankan program yang mumpuni; (c) tidak

memberitahukan kepada siswa bahwa mereka sedang dijadikan subyek penelitian

untuk menghindari pengaruh reaktif akibat proses penelitian tersebut; (d) subjek

penelitian tidak sedang menjalankan penelitian lain.

3.3Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 3

Bayongbong Kab. Garut. Karakteristik partisipan ini tidak jauh berbeda dengan

anak sekolah lainnya, mereka berumur antara 13-14 tahun, siswa berasal dari

daerah pedesaan dan perkotaan. Tentu saja setiap siswa memiliki latar belakang

(6)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemilihan partisipan pada sekolah ini, karena peneliti melihat masalah yang ada

dan juga di sekolah ini belum adanya penelitian yang terkait tentang pendidikan

alam bebas atau outdoor education, terutama dalam hal penerapan sikap empati

melalui outdoor education. Selain itu pula peneliti merupakan guru di SMP

tersebut sehingga untuk masalah perizinan penelitian akan lebih mudah.

3.4Populasi, Sampling, dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 3

Bayongbong yang terdiri dari enam kelas yang siswanya berjumlah 206 orang,

dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Alasan pengambilan populasi

siswa kelas VIII di SMPN 3 Bayongbong karena hasil pengamatan dan

pengalaman peneliti. Terdapat beberapa hal yang mengindikasikan kurangnya

empati siswa, hal tersebut terlihat dari kurangnya kepedulian dan rasa ingin

menolong siswa terhadap temannya.

3.4.2 Sampling

Dalam menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada

penelitian ini menggunakan teknik sampling dengan cara simple random sampling atau secara acak. Maksum (2012, hlm. 55) “Simple random sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi indivdu yang menjadi

anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.” Selanjutnya Ali ( 2011,

hlm. 106) “Pelaksanaan perandoman sama dengan melakukan pengundian ini

dapat dilakukan bila keberadaan populasi itu homogen dan jumlahnya terhingga,

caranya boleh macam-macam, namun pada perinsipnya setiap subyek dalam

populasi berpeluang sama untuk terpilih menjadi anggota samapel.” Peneliti

beranggapan bahwa populasi dianggap homogen, karena pada kelas VIII rata-rata

siswa usia 13-14 tahun. Langkah-langkah menentukan sampel dengan random

sampling pada penelitian ini yaitu dari semua populasi yang berjumlah 206 siswa

dilakukan perandoman dengan simple random sampling didapatlah 60 siswa yang

menjadi sampel penelitian. Setelah didapatkan 60 siswa yang menjadi sampel

penelitian, kemudian dilakukan lagi pengundian untuk menentukan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol yang bejumlah masing-masing 30 orang.

(7)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan memberi nomor pada setiap unit populasi, menulis nomor-nomor itu

masing-masing dalam satu gunting kertas, digulung lalu dimasukkan ke dalam

satu kotak yang kemudian kotak itu dikocok, gulungan-gulungan kertas

dikeluarkan sesuai dengan jumlah yang ditentukan, nomor-nomor yang keluar

itulah yang menjadi sampel sampel terpilih.

3.4.3 Sampel Penelitian

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa dibagi dalam

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dimana 30 siswa masuk kedalam

kelompok eksperimen dan 30 siswa masuk kedalam kelompok kontrol. Penentuan

jumlah sampel tersebut dengan usulan Fraenkel, dkk. (2012, hlm. 103),

There are a few guidelines that we would suggest with regard to the minimum number of subjects needed. For descriptive studies, we think a sample with a minimum number of 100 is essential. For correlational studies, a sample of at least 50 is deemed necessary to establish the existence of a relationship. For experimental and causalcomparative studies, we recommend a minimum of 30 individuals per group, although sometimes experimental studies with only 15 individuals in each group can be defended if they are very tightly controlled.

Mereka merekomendasikan jumlah minimum sampel yakni, 100 subjek

untuk penelitian deskriptif, 50 subjek untuk penelitian korelasional, dan 30 subjek

untuk tiap-tiap grup penelitian eksperimental dan penelitian kausal-komparatif.

Dapat disimpulkan dari pendapat di atas, dalam suatu penelitian semua anggota

populasi dapat dijadikan sebagai sumber data dan dapat pula hanya sebagian

anggota populasi saja yang umumnya disebut sebagai sampel penelitian. Dan

rekomendasi tersebut menjadi rujukan peneliti dalam menentukan jumlah sampel

dalam penelitian ini.

3.5Definisi Operasional

Untuk memfokuskan penelitian ini agar tidak ada salah penafsiran dan

kesimpangsiuran dalam judul tesis ini, maka peneliti membatasi atau merumuskan

definisi operasional variable-variabel yang diteliti.

3.5.1 Outdoor Education

Yang dimaksud dengan outdoor education dalam penelitian ini yaitu guru

(8)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tebing (Climbing), arung jeram (Rafting) dan berkemah (Camping). Dimana

kegiatan tersebut dengan tujuan untuk mengembangkan empati siswa.

3.5.2 Empati

Secara operasional definisi empati dalm konteks penelitian ini adalah

ditunjukan dengan nilai/skor tentang pemahaman seseorang (siswa) terhadap

perasaan dan pikiran orang lain (siswa lain) secara kognitif maupun afektif.

3.5.3 Pengaruh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesa (2015), pengaruh adalah daya yang

ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak

kepercayaan atau perbuatan seseorang.

3.6Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian.

(Ali, 2011, hlm. 117) “Instrumen riset adalah instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dan jenis-jenis instrumen yang digunakan sesuai dengan

teknik risetnya.” Menurut Arikunto (2013, hlm. 72), “Penggunaan instrumen disesuaikan dengan kebutuhan dan harus relevan dengan apa yang hendak diukur.

Sebuah instrumen dapat dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi

persyaratan, yaitu memiliki: validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan

ekonomis.” Sebuah instrument akan dikatakan valid jika hendak mengukur apa yang hendak diukur dan dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tesnya menunjukkan

ketetapan, objektif berarti tidak ada unsur pribadi yang memengaruhi, memiliki

praktikabilitas apabila bersifat praktis serta mudah pengadministrasiannya serta

ekonomis dengan tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang

banyak dan waktu yang lama.

Instrumen yang telah ada sebelumnya atau sudah baku dapat langsung

digunakan. Namun, instrumen yang dibuat sendiri harus melewati proses uji coba

terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Item dalam

instrument yang secara pengujian dinyatakan valid serta reliabel, itulah yang

dapat digunakan.

Skala untuk mengukur empati dalam penelitian ini disusun sendiri oleh

peneliti. Langkah awal menyusun skala adalah membuat kisi-kisi berdasarkan

(9)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen yang dijabarkan melalui sub variabel, dan indikator yang dibuat

menjadi pernyataan-pernyataan.

3.6.1 Penyusunan Skala Empati

1. Definisi konseptual empati

Empati secara konseptual dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain

dikemukakan Taufik (2012, hlm. 41), yang menyatakan bahwa empati merupakan

suatu aktivitas untuk memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang

lain, serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh yang bersangkutan (observer,

perceiver) terhadap kondisi orang lain, tanpa yang bersangkutan kehilangan

kontrol dirinya.

2. Definisi operasional empati

Secara operasional definisi empati dalm konteks penelitian ini adalah

ditunjukan dengan nilai/skor tentang pemahaman seseorang (siswa) terhadap

perasaan dan pikiran orang lain (siswa lain) secara kognitif maupun afektif.

3. Indikator empati

Berdasarkan kedua komponen empati yaitu kognitif dan afektif, peneliti

menyusun beberapa indikator, sebagai berikut:

a. Empati kogntif

Empati kognitif terbagi dua, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan

orang lain dan kemampuan seseorang dalam mengambil perspektif orang lain.

b. Empati Afektif

Respon emosional yang sama persis seperti emosi yang sedang orang lain

rasakan.

4. Kisi-kisi instrumen empati

Kisi-kisi instrumen empati dapat dilihat Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2Kisi-Kisi Uji Coba Skala Empati

(10)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel Sub

Afektif Respon emosional terhadap emosi

Skala penilainnya menggunakan skala Likert. Adapun alternatif jawaban

yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Skala Alternatif Jawaban

No Alternatif jawaban Skor alternatif jawab

Positif Negatif

Skala empati yang telah disusun selanjutnya diuji cobakan untuk

mengukur validitas dan reliabilitas dari setiap item. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui ketetapan dan ketepatan instrumen yang akan digunakan telah

memenuhi syarat sebagai instrument yang baik dan dapat digunakan sebagai

pengumpul data. Sebelum uji coba dilakukan, peneliti menetapkan sekolah yang

akan dijadikan tempat uji coba instrument. Uji coba harus dilakukan pada sampel

yang homogen dengan sampel penelitian dan bukan pada sampel yang

sesungguhnya.

Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas VIII SMPN 1

Bayongbong. Adapun alasan dilakukan di sekolah tersebut karena ada

karakteristik siswa yang sama ditinjau dari segi usia 13-14 tahun, tergolong

(11)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.6.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Setelah dilakukan uji coba instrumen empati, langkah selanjutnya yaitu,

menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen uji coba empati terdiri dari 60

item. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS

versi 23. Untuk membantu input data dan seleksi data peneliti menggunakan Ms.

Excel 2010. Berikut ini langkah-langkah yang telah dilakukan untuk menguji:

a. Uji Validitas

Uji validitas instrumen dengan menggunakan SPSS 23. yaitu dengan

corrected item test. Berikut langkah-langkah yang telah dilakukan untuk meguji

validitas instrumen sebanyak 60 butir pernyataan yaitu sebagai berikut:

1. Masukan data hasil uji coba instrumen pada data view SPSS.

2. Klik pada variabel view, beri nama pada kolom name dan label.

3. Klik Analize pada menu toolbar SPSS dan pilih correlate kemudian pilih

bivariate sehingga muncul kotak dialog bivariate correlations.

4. Blok seluruh item yang ada di sebelah kiri ke sebelah kanan pada kotak

Variables. Masih pada kotak dialog yang sama, centang pada Correlation

Coefficients “Pearson” dan Test of Significace “Two-tailed” dan klik OK. 5. Nilai hasil uji validitas (r hitung) dapat dilihat dari tabel paling kanan yaitu

tabel total dengan menyesuaikan dengan item di sebelah kiri pada Pearson

correlation.

6. Jumlah sampel (N) adalah 100. Ketentuannya, dengan df= N-2 yaitu,

100-2 = 98 dengan α=0,05 didapatlah r tabel sebesar 0.100-205. Jika nilai dari Pearson correlation < 0,205 maka item dinyatakan tidak valid.Jika

Pearson correlation > 0,205 maka item dinyatakan valid.

7. Salin output correlation tersebut pada Ms. Excel untuk mempermudah

proses seleksi item yang valid dan Gugur.

8. Tahap pertama yang dilakukan untuk menyeleksi nilai Pearson correlation

< 0,205 adalah buang skor pada yang memiliki nilai – dan 0.

9. Tahap kedua, buang skor yang memiliki nilai 1 dan < 0,205.

10.Hasil perhitungan dan item yang valid terdapat pada lampiran.

Berdasarkan hasil pengujian validitas item dalam setiap instrument

(12)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diperoleh hasil tingkat validitas setiap item instrument tersebut. Untuk instrument

empati dari jumlah item uji coba 60, terdapat 20 item yang dinyatakan gugur dan

40 item dinyatakan valid. Adapun hasil uji validitas instrumen empati secara rinci

tertera pada Tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3. 3 Hasil Pengujian Butir Skala Empati

(13)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu b. Uji Reliabilitas

1. Masukan data hasil uji coba instrumen pada data view SPSS.

2. Klik Analize pada menu toolbar SPSS dan pilih scale kategori Realibility

Analysis.

3. Setelah masuk pada kategori Realibility Analysis, klik bagian statistic

yang berada di pojok kanan atas. Ceklis item, scale dan scale if item

deleted. Selanjutnya klik continoue.

4. Masih pada kategori Realibility Analysis, pindahkan data ke kolom item

kecuali item Total. Selanjutnya akan muncul data.

5. Untuk nilai reliabilitas dapat dilihat pada output tabel Realibility Statistic

pada Cronbach’s Alpha yang muncul.

6. Hasil perhitungan dapat dibandingkan dengan tabel pedoman untuk

memberikan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2011, hlm. 257)

berikut ini. Adapun pedoman interpretasi koefesien korelasi bisa dilihat

pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 - 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tingi

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrument menggunakan SPSS

versi 23 serta bantuan Ms. Excel 2010, instrument empati diperoleh hasil tingkat

reliabilitas instrument tersebut. Untuk instrumen kemampuan empati diperoleh

nilai Cronbach’s Alpha 0.851. Berdasarkan tabel pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono, 2011, hlm. 275) nilai 0.851 masuk

dalam kategori saggat tinggi yakni, berada pada interval koefisien 0.800 – 1.000

dengan tingkah hubungan yang tergolong tinggi. Hal ini berarti instrumen empati

memiliki reliabilitas sangat tinggi. Adapun hasil uji validitas setiap instrumen

(14)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.7Pelaksanan Penelitian

Garis besar pelaksanaan dalam penelitian ini terbagi dalam beberapa

tahapan seperti tertera pada Tabel 3.5 berikut ini..

Tabel 3.5 Garis Besar Pelaksanaan Penelitian

Tahap Kelompok Eksperimen Kelompok kontrol Keterangan

1. Pengambilan data awal Pengambilan data awal Tes skala empati

2. Program outdoor

education

Tanpa program

outdoor education

9 kali pertemuan

3. Pengambilan data akhir Pengambilan data

akhir

Tes skala empati

Implementasi program outdoor education setelah diberikan penjelasan,

siswa sebagai sampel melaksanakan program, dimulai dari program yang

sederhana dan tidak memerlukan peralatan yang terlalu banyak. Program pertama

yang diberikan adalah hiking, yang dilakukan sebanyak empat kali pertemuan,

dengan susana berbeda baik secara tempat dan waktu. Adapun tempat kegiatan ini

dilakukan di pemetang sawah, perbukitan, sungai, dan kebun teh. Dalam program

hiking siswa diajarkan untuk berdisiplin dengan cara membagi kelompok hiking

menjadi kelompok-kelompok kecil. Anggota kelompok berjalan secara berurutan

satu-persatu, namun tidak berjauhan satu sama lain, dan tidak diperbolehkan

untuk saling mendahului dari mulai awal hiking hingga berakhir, dengan demikian

rasa kebersamaan dalam kelompok dapat tetap terjaga.

Program selanjutnya adalah Climbing. Program ini dilakukan di Batu

Tumpang Cikajang sebanyak dua kali pertemuan. Dalam kegiatan Climbing,

siswa memanjat tebing tidak diberikan target waktu. Selain itu, ketika siswa yang

lain sementara melakukan Climbing, peneliti mengarahkan siswa yang lain yang

sedang melihat untuk memposisikan atau membayangkan dirinya berada posisi

sebagai climber. Hal ini dimaksudkan untuk menggugah perasaan siswa untuk

memposisikan dirinya berada pada posisi orang lain.

Kemudian program selanjutnya yaitu, Rafting. Program ini dilakukan di

sungai Cimanuk sebanyak dua kali, yang mana kegiatan tersebut peneliti dibantu

(15)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan ini memiliki risiko keselamatan cukup tinggi. Saat pelaksanaan, siswa

diberikan pemahaman bahwa mereka harus disiplin dan bekerja sama dengan

baik.

Sedangkan program terakhir adalah Camping yang dilakukan satu kali

pertemuan dengan jumlah waktu 36 jam. Meski dalam pemberian Camping satu

kali pertemuan tetapi mengambil waktu yang cukup lama, sehingga nilai interaksi

dan nilai komunikasi yang terjadi pada diri anak akan sama intensitasnya dengan

program yang lain. Adapun garis besar program outdoor education dapat dilihat

pada Tabel 3.5.

Tabel 3.6 Garis Besar Program Outdoor Education

No Waktu Program Keterangan

1 23 Maret 2016 Hiking Berjalan di pematang sawah di

kampung Mentras ±2 km.

2 27 Maret 2016 Hiking Mendaki perbukitan dan

menuruni lembah ± 2.5 km.

3 30 Maret 2016 Hiking Menelusuri air sungai yang tidak

telalu deras di sungai Desa Sirnagalih dengan jarak ± 3 km

4 31 Maret 2016 Hiking Berjalan dan menikmati

pemandangan indah kebun teh di Kec.Cikajang sejauh ± 3.5 km

5 3 April 2016 Climbing Melakukan panjat tebing di Batu

Tumpang sekitar 15 meter.

6 6 April 2016 Climbing Melakukan panjat tebing di Batu

Tumpang sekitar 20 meter.

7 10 April 2016 Rafting Melakukan pengarungan dengan

jarak ± 3 km, di Sungai Cimanuk

8 13 April 2016 Rafting Melakukan pengarungan dengan

jarak ± 4 km, di Sungai Cimanuk

9 16 April 2016 Camping Membuat camp, perapian,

(16)

Budiman, 2016

PENGARUH OUTDOOR EDUCATION TERHADAP EMPATI SISWA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.8Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan SPSS 23

dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat dengan:

a. Uji Normalitas: untuk menguji kenormalan data akan diuji

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

b. Uji Homogenitas: statistik yang digunakan untuk menguji

homogenitas varians data adalah uji statistik one way anova.

2. Uji Hipotesis

Uji statistik yang digunakan untuk analisis ini bergantung pada sifat

normalitas dan homogenitas data. Bila data yang dianalisis bersifat normal dan

(17)

Gambar

Gambar 3.1 The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design (Fraenkel, dkk. 2012, hlm
Tabel 3.1 Analisis Ancaman Desain Penelitian
Tabel 3.3 Skala Alternatif Jawaban
Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefesien Korelasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Namun, hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Heriyanthi (2013) yang membuktikan bahwa luas pengungkapan sukarela tidak berpengaruh

Dari hasil penelitian, keanekaragaman jenis kupu-kupu (Lepidoptera; Rhopalocera) di sekitar Kampus Pinang Masak Universitas Jambi menunjukkan tingkat yang sedang dengan

Ketaksamaan integral Gronwall-Bellman merupakan salah satu teori ketaksamaan yang terdiri dari beberapa sifat, dimana sifat-sifat tersebut melibatkan beberapa fungsi

Beberapa penelitian tersebut telah dilakukan untuk merumuskan bagaimana pengaplikasian internet of things terhadap embedded systems agar dapat berhubungan antar perangkat

Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3, dapat diketahui bahwa anak yang mengalami verbal abuse kategori rendah sejumlah 16 anak (29,6%) yang memiliki

Seperti yang terjadi pada periode tahun 1990-2000, untuk Kota Surabaya, Bandung dan Medan rata-rata laju pertumbuhan penduduk wilayah (kabupaten/kota) sekitarnya

lingkungan keluarga yang memegang prinsip-prinsip memegang prinsip-prinsip agama Islam y agama Islam yang kuat.Sejak kecil s ang kuat.Sejak kecil saya aya telah dididik agama

Kajian partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata yang dilakukan selama ini lebih banyak mengungkap keterlibatan masyarakat dari golongan yang memiliki modal, akses keuangan