• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISSN No Media Bina Ilmiah 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISSN No Media Bina Ilmiah 7"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

_______________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 5 Oktober 2013

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP ALAT

KONTRASEPSI IUD POST PLASENTA DI RSUP NTB TAHUN 2013

Oleh :

1.

AASP. Chandradewi

2.

Ni Putu Karunia Ekayani

3.

Rita Sopiatun

1.

Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Gizi

2.

Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan

3.

Dosen Poltekkes Kemenkes Mataram Jurusan Kebidanan

Abstract : Prevalence of IUD participants in Indonesian has decreased over the last 20 years, from 13% in

1991 to 5% in 2007. Difficulty in determining contraceptive method to be used by women after saline due to

lack of information and counseling on contraceptive methods appropriate to the needs and health

conditions.The amount of IUD Post Placenta services in NTB General Hospital recorded in 2012 was 1690.

That consists of 617 per abdominal labor and 1073 vaginal delivery. There were 569 people (34 %) that used

IUD post placenta, remaining people choose hormonal KB, and there are other that haven’t planned using

KB. This study amied to determine the effect of family planning counseling to the selection of IUD

contraception Post placenta in NTB General Hospital. The type of research used in this study is

Experimental Research with quasi-experimental design. The population is all the women who will be giving

birth at NTB General Hospital period August 2013. The minimum sample is 30 samples that fullfill

inclusion and exclusion criteria. Difference between average value of the pregnant women knowledge about

IUD Post Placenta before given family planning counseling and after the counseling is 5.267 with a standard

deviation of 3.118. Statistical paired t test results p = 0.001 (p <0.05) that means there are significant

differences in the average value of pregnant women knowledge about IUD Post Placenta before given family

planning counseling and after the counseling. This result can be concluded that there are significant effect of

family planning counseling to the selection of IUD contraception Post placenta. The society especially

pregnant women to take a more active role in the family planning program and search many information to

expand their knowledge so they can determine the appropriate contraceptive needs.

Keywords: Family Planning Counseling, IUD Post Placenta.

PENDAHULUAN

Prevalensi peserta IUD di Indonesia menurun selama 20 tahun terakhir, dari 13% pada tahun 1991

menjadi 5% pada tahun 2007. Berdasarkan laporan pencapaian pada Rakernas Pembangunan KKB tahun

2012, pencapaian terhadap KKP tercatat peserta KB baru (PB) 9.581.469 (110,7 %), dengan mix kontrasepsi

Suntikan (48,2%), Pil (27,9%), Implant (8,0%), Kondom (7,8%), IUD (6,6%), MOW (1,2%), MOP (0,3%).

Berbagai Usaha di bidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok pembangunan keluarga sejahtera

telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat sendiri. Salah satunya dengan

mensosialisasikan metode kontrasepsi terkini IUD Post Plasenta oleh BKKBN. Berdasarkan rekomendasi

dari the National Meeting on Family Planning Programs pada tahun 2008, KB pasca persalinan dan pasca

keguguran (KB PP & PK), merupakan salah satu program utama yang harus tersedia di seluruh propinsi.

Berdasarkan data dari laporan umpan balik pelayanan kontrasepsi tahun 2012 di Provinsi NTB tercatat

jumlah total hasil pelayanan peserta KB baru Pasca persalinan/keguguran menurut metode kontrasepsi

adalah 187.991 akseptor terdiri dari suntik 10.678 (56,83%), Implant 3020 (16,075), IUD 2.235 (11,89%),

MOW 347 (1,85%), kondom 501 (2,67%), PIL 1.949 (10,37%).

Pelayanan KB IUD Post Plasenta di RSUP NTB tahun 2012 tercatat dari 1690 jumlah persalinan

terdiri dari 617 persalinan perabdominal dan 1073 persalinan pervaginam, yang menggunakan IUD Post

Plasenta adalah sejumlah 569 orang (34%). Pada bulan Juni 2013 tercatat dari 219 .jumlah persalinan yang

menggunakan IUD Post Plasenta sebanyak 58 orang (26,4%). Sedangkan pada bulan Juli 2013 tercatat dari

276 persalinan yang menggunakan IUD Post Plasenta hanya 62 orang (22,4%).

Kesulitan dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan oleh wanita pascasalin

disebabkan karena kurang mendapat informasi dan konseling tentang metode kontrasepsi yang tepat sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi kesehatannya. Konseling adalah proses pemberian informasi objektif dan

(2)

_______________________________________________

Volume 7, No. 5, Oktober 2013 http://www.lpsdimataram.com

lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali

kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar atau upaya untuk mengatasi

masalah tersebut. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian konseling

KB terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD Post Plasenta di RSUP NTB tahun 2013.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RSUP NTB pada bulan Agustus 2013. Jenis penelitian ini merupakan jenis

penelitian eksperimen (Experimental Research) dengan Desain penelitian menggunakan rancangan

eksperimen semu (quasi experimental design)

Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Pretest Perlakuan Posttest

Kelompok

eksperimen

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian Quasi Experimental

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang bersalin di RSU Provinsi NTB mulai pada tanggal

5 Agustus sampai 15 Agustus tahun 2013 yaitu sejumlah 70 orang. Besar sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel minimal sejumlah 30 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik non probability

sampling dengan metode pengambilan sampel secara accidental. Setiap ibu bersalin yang datang melahirkan

mulai pada tanggal 5 Agustus 2013 bila memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang ditentukan dalam

penelitian ini maka dapat diambil menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel berhenti sampai telah

memenuhi 30 sampel minimal yaitu sampai tanggal 15 Agustus 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a.

Karakteristik Responden

1.

Umur ibu

Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faal, komposisi biokimiawi termasuk system

hormonal seorang wanita. Distribusi umur ibu bersalin yang diberikan konseling KB dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan umur ibu

Umur

.

n

%

< 20 tahun

7

23,3

20-35 tahun

20

66,7

> 35 tahun

3

10

Jumlah

30

100

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar umur ibu bersalin yang diberikan konseling KB

yaitu pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 20 orang (66,7%).

Rentang umur 20-35 tahun adalah rentang usia reproduktif pada wanita. Usia reproduktif adalah usia aman

bagi wanita untuk hamil sehingga pada usia ini seseorang hanya merencanakan alat kontrasepsi yang

bertujuan untuk mengatur kehamilan. Terkadang seseorang hanya memiliki satu anak sehingga masih

berencana untuk hamil lagi. Sehingga jenis alat kontrasepsi yang dipilih cenderung bukan kontrasepsi jangka

panjang.

Menurut Wang dan Altman dalam hasil penelitiannya di Cina menyebutkan bahwa penggunaan IUD

meningkat pada umur 25-30 tahun, tetapi merosot pada wanita usia lebih tua. Pada usia 25-30 tahun,

rata-rata wanita sudah memiliki satu atau dua anak, sedangkan pada usia lebih dari 30 tahun wanita sudah

memiliki 3 anak bahkan lebih sehingga terjadi peralihan penggunakan alat kontrasepsi IUD ke metode

sterilisasi.

2.

Pendidikan Ibu

(3)

_______________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 5 Oktober 2013

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam

usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan seseorang

dikelompokkan berdasarkan tingkat pendidikannya yaitu pendidikan dasar (SD,SMP), pendidikan menengah

(SMA), pendidikan tinggi (Akademik, Perguruan Tinggi).

Distribusi pendidikan ibu bersalin yang diberikan konseling KB dalam penelitian dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pendidikan ibu

Tingkat pendidikan

.

n

%

Dasar (SD,SMP)

16

53,3

Menengah (SMA)

11

36,7

Tinggi (Akademik, PT)

3

10

Jumlah

30

100

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari ibu bersalin yang diberikan konseling KB

memiliki pendidikan dasar (SD,SMP) yaitu sebanyak 16 orang (53,3%).

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi minat dan perilaku

seseorang. Faktor predisposisi ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau

motivasi bagi perilaku. Pendidikan pasangan suami istri yang rendah dalam hasil penelitian ini akan

meyulitkan proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD juga terbatas.

Hal ini akan berpengaruh terhadap keputusannya dalam menentukan alat kontrasepsi yang akan digunakan

dan sejauh mana perubahan sikap dan tata lakunya terhadap keputusan yang diambil setelah diberikan

pemahaman melalui konseling KB.

b. Alat Kontrasepsi yang dipilih Ibu Bersalin Sebelum diberikan Konseling KB.

Kontrasepsi IUD Post Plasenta adalah merupakan salah satu alat kontrasepsi secara modern jangka

panjang. Dalam proses pelayanannya harus melewati tahap pemberian konseling sesuai dengan prosedur.

Distribusi rencana alat kontrasepsi yang dipilih oleh ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Distribusi rencana alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB

Alat Kontrasepsi

.

n

%

IUD Post Plasenta

7

23.3

Non IUD Post Plasenta

23

76.7

Jumlah

30

100

Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebelum diberikan konseling KB sebagian besar ibu bersalin

memilih alat kontrasepsi non IUD Post Plasenta yaitu sejumlah 23 orang (76,3%).

Sebelum mendapatkan konseling KB, ibu bersalin hanya membuat keputusan berdasarkan apa yang

menjadi persepsi dalam dirinya dan sepengetahuan yang dia miliki tanpa ada perlakuan yang menjadi faktor

pendorong terhadap keputusannya sehingga setelah melahirkan ibu tidak memilih KB IUD.

Menurut Teori Lawrence Green, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah

faktor pendorong (Reinforcing Factors) yang mana faktor ini merupakan faktor yang menentukan apakah

tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas

kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku tersebut misalnya

pemberian konseling KB.

Erfandi (2008) mengemukakan konseling KB juga sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

keputusan akseptor dalam pemilihan alat kontrasepsi yang diinginkanya. Konseling merupakan proses

pemberian informasi objektif dan lengkap, dengan panduan keterampilan interpersonal, bertujuan untuk

membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapi dan menentukan jalan keluar

atau upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Bessinger (2001) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa rendahnya pemakaian kontrasepsi IUD,

dikarenakan ketidaktahuan akseptor tentang kelebihan alkon tersebut yang disebabkan informasi yang yang

kurang lengkap

(4)

_______________________________________________

Volume 7, No. 5, Oktober 2013 http://www.lpsdimataram.com

Alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin setelah diberikan konseling KB adalah alat kontrasepsi yang

sudah mantap dipilih ibu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dirinya berdasarkan penerimaan informasi

yang diperoleh dari konselor KB.

Distribusi alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin di RSUP NTB tahun 2013 setelah diberikan

konseling KB dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin setelah diberikan konseling KB

Alat Kontrasepsi

.

n

%

IUD

15

50

Non IUD

15

50

Jumlah

30

100

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa setelah diberikan konseling KB, jumlah ibu bersalin yang memilih

alat kontraspsi IUD Post Plasenta dan non IUD Post Plasenta sama banyak yaitu sejumlah 15 orang (50%).

Hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan jumlah ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi

IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB dan ada juga ibu bersalin yang masih bertahan dengan

alat kontrasepsi yang dipilihnya sehingga tetap tidak memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta.

Memberikan perlakuan terhadap calon akseptor KB yaitu ibu bersalin melalui konseling KB berarti

memberikan tambahan informasi dan pemahaman dalam diri ibu sehingga meningkatkan pengetahuannya.

Peningkatan pengetahuan mempengaruhi proses pengambilan keputusan terhadap alat kontrasepsi yang tepat

yang sesuai dengan keadaan dirinya. Sehingga pada hasil penelitian ini ditemukan peningkatan jumlah ibu

bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB menjadi 50 %.

Penelitian Tumini (2010) didapatkan ada perbedaan kemantapan dalam pemilihan alat kontrasepsi pada

calon akseptor KB antara kelompok diberi konseling dengan tidak diberi konseling dengan p<0,001 dan

disimpulkan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan kemantapan dalam pemilihan kontrasepsi pada

calon akseptor.

Hasil penelitian ini juga menemukan 50% ibu bersalin juga masih memilih alat kontrasepsi non IUD

Post Plasenta. Meskipun setelah diberikan konseling KB ibu tetap bertahan untuk tidak memilih alat

kontrasepsi IUD Post Plasenta. Dapat dianalisis secara mendalam bahwa dari 50% ibu bersalin yang

memilih alat kontrasepsi non IUD Post Plasenta berada pada rentang umur 20-35 tahun sehingga masih

berada pada rentang usia produktivitas aman untuk melahirkan dan banyak yang masih memilih hamil lagi

karena rata-rata baru pertama kali melahirkan sehingga mereka tidak merasa perlu menggunakan alat

kontrasepsi jangka panjang.

d. Pengaruh Pemberian Konseling KB terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta

Konseling KB merupakan proses pemberian informasi objektif dan lengkap. Pengaruh pemberian

konseling KB terhadap pemilihan Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta di RSUP NTB Tahun 2013 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Perbedaan nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum dan sesudah

diberikan konseling KB

Variabel Mean SD Paired Difference p value ‘n Mean SD Sebelum 12,53 3,589 -5,267 3,118 0,001 30 Sesudah 17,80 2,552

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD

Post Plasenta sebelum diberikan konseling KB adalah 12,53 dengan standar deviasi 3,589. Sedangkan

rata-rata nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta setelah diberikan konseling KB adalah 17,80

dengan standar deviasi 2,552.

Perbedaan nilai rata-rata pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum diberikan

konseling KB dan sesudah diberikan konseling KB adalah -5,267 dengan standar deviasi 3,118. Hasil uji

statistik paired t test didapatkan nilai p = 0,001 (p< 0,05) berarti terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata

(5)

_______________________________________

http://www.lpsdimataram.com Volume 7, No. 5 Oktober 2013

nilai pengetahuan ibu bersalin tentang IUD Post Plasenta sebelum diberikan konseling KB dan sesudah

diberikan konseling KB sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian konseling KB terhadap

pemilihan alat kontrasepsi IUD Post Plasenta.

Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Kelurga Berencana. Konseling yang

berkualitas antara klien dan provider (tenaga medis) merupakan salah satu indikator yang sangat menentukan

bagi keberhasilan program keluarga berencana (KB).

Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor

maupun akseptor pengguna mengetahui apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi

kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat

menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang di pilih, sehingga informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi

sangat diperlukan guna memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipakai

Menurut penelitian Hanani (2010) menyatakan ada hubungan yang signifikan antara persepsi konseling

KB dengan metode kontrasepsi Jangka Panjang yaitu persepsi konseling KB akan meningkatkan 22 kali

terhadap metode kontrasepsi Jangka Panjang.

PENUTUP

a.

Simpulan

Karakteristik umur ibu bersalin yang akan diberikan konseling KB ada pada kelompok umur 20-35

tahun dan berpendidikan dasar (SD,SMP) yaitu 53,3%. Sedangkan distribusi rencana alat kontrasepsi yang

akan dipilih ibu bersalin sebelum diberikan konseling KB sebagian besar memilih alat kontrasepsi non IUD.

Setelah diberikan konseling KB, ibu bersalin yang memilih alat kontraspsi IUD Post Plasenta dan non IUD

Post Plasenta sama banyak 50% dalam hal ini ada peningkatan keputusan memilih alat kontrasepsi IUD

Post Plasenta. Dan secara statistic ada pengaruh pemberian konseling KB terhadap pemilihan alat

kontrasepsi IUD Post Plasenta dengan menggunakan uji statistik paired t test didapatkan nilai p = 0,001 (p<

0,05).

b. Saran

Masyarakat khususnya ibu bersalin diharapkan lebih berperan aktif dalam mengikuti program keluarga

berencana dan banyak mencari sumber informasi guna memperluas pengetahuannya sehingga dapat

menentukan alat kontrasepsi yang tepat sesuai kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti L , Saikia US, Postpartum Contraceptive Use in Indonesia :Recent Patterns and Determinants.

BKKBN. 2011

BKKBN. IUD Post Plasenta sebagai Solusi berKB. 2010 http://www.bkkbn.go.id , diakses tanggal 6 April

2013 jam 23.00 WIB.

BKKBN Pusat. Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi . 2011

BKKBN. Laporan Umpan Balik Pelayanan Kontrasepsi Tahun 2012 Provinsi NTB. 2012

TIM PKBRS RSUP NTB. Laporan Pelayanan KB RSUP NTB. Mataram. 2012

Tumini. Pengaruh Pemberian Konseling KB terhadap Pengetahuan tentang KB dan Kemantapan dalam

Pemilihan Alat Kontrasepsi pada calon Akseptor KB.Surakarta. 2010. http://pasca.uns.ac.id

diakses

tanggal 06 April 2013

Imbarwati. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD Pada Peserta KB Non IUD Di

Kecamatan

Pedurungan

Kota

Semarang.

2009.

http://eprints.undip.ac.id/

17781/1/IMBARWATI.pdf

diakses tanggal 06 April 2013

(6)

_______________________________________________

Volume 7, No. 5, Oktober 2013 http://www.lpsdimataram.com

Hanani, Yusrina Dzati. Hubungan Faktor Konseling KB dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP) (Studi Kasus Di Wilayah Puskesmas Halmahera Dan Puskesmas Mijen Kota

Semarang Tahun 2010). 2010. http://www.fkm.undip.ac.id diakses tanggal 06 April 2013

Sagala, S. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 2011

Hartanto, Hanafi. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi . CV. Mulia Sari. Jakarta. 2003

Saifuddin, A.B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta, 2006.

USAID-Engender Health /The ACQUIRE Project., The PostpartumIntrautrine Device, A Training Course

for Service Providers, Participant Handbook. 2008

World Health Organization , Department of Reproductive Health and Research, Combined Hormonal

Contraceptive use during the postpartum period, Geneva. 2010

Erfandi. Metode AKDR/IUD. diakses 6 April 2013. From http://puskesmas-oke.Blogspot.com. 2008

(

Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Keshatan dan Perilaku. Rineka Cipta Ratu. Jakarta . 2007

Erfandi. Permasalahan Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) diakses 6 April 2010. From

http://puskesmas-oke.Blogspot.com. 2008

Yulkardi. Pemberdayaan Polindes. UGM dan Fond Foundation. Yogyakarta.2002

Maryatun. Analisi Faktor-faktor pada Ibu yang Berpengaruh terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD

di Kabupaten Sukoharjo. Diakses tanggal 2 Agustus 2013 from http://ugm.ac.id.2009

. 2009

Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2010

Putra, I Gusti Lanang. Manajemen Data dengan SPSS. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Udayana. Denpasar. 2011

Vinci, Muhammad Ghazali, dkk, dalam Sastroasmoro Sudigdo dan Sofyan Ismail. Dasar-dasar Metodologi

Penelitian Klinis Edisi ke 4 cetakan kedua. CV Sagung Seto. Jakarta. 2012.

Gambar

Tabel 4.   Distribusi alat kontrasepsi yang dipilih ibu bersalin setelah diberikan konseling KB  Alat Kontrasepsi  .n  %

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan otonomi daerah maka sangat penting bagi setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota) untuk menyusun perencanaan pembangunan ketahanan pangan guna

(1) Data LBBU berupa profil maturitas, batas maksimum pemberian kredit, restrukturisasi kredit, kewajiban penyediaan modal minimum dengan memperhitungkan risiko

Menurut Undang-Undang tersebut, yang dimaksud dengan PERSERO adalah BUMN berbentuk perseroan terbatas, modal sahamnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit

IZJAVA VLAGATELJA,DA SE MATERIALNI POGOJI ZA PREVERJANJE IN POTRJEVANJE NPK PO VPISU V REGISTER IZVAJALCEV POSTOPKOV ZA UGOTAVLJANJE IN POTRJEVANJE NPK NE BODO POSLABŠALI

Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah dapat mengoptimasi routing protokol AODV pada MANET dengan menggunakan network simulator OPNET..

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro.. Aplikasi proses

Kekurangan salah satu unsur hara yang diperlukan dapat mengambat pertumbuhan dan produksi tanaman (Susilawati &amp; Sudiarto, 1991). Penelitian ini bertujuan untuk

(a) Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang; (b) Kabupaten Daerah Tingkat II Kendal; (c) Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang; (d) Kabupaten Daerah Tingkat II Demak; (e)