• Tidak ada hasil yang ditemukan

PT FREEPORT INDONESIA: BISNIS BERETIKA?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PT FREEPORT INDONESIA: BISNIS BERETIKA?"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesi a adal ah neger i yang kaya. Sumber daya alam Indonesia melimpah, dari minyak bumi hingga emas, bat ubara, perak, dan t emba-ga. Kekayaan alam tersebut tersebar di ber bagai wi l ayah, dar i Sabang hingga Merauke. Kekayaan ini men-j adi salah sat u hal yang bisa dibang-gakan kepada dunia. Namun kebang-gaan it u dapat berl angsung dal am wakt u yang rel at i f singkat karena sumberdaya alam merupakan keka-yaan yang t idak dapat diperbaharui, sehingga lambat laun akan habis.

Kekayaan al am Indonesia yang begi t u besar, t el ah mengundang banyak perusahaan asing ingin me-l akukan ker j asama per t ambangan dengan pemerint ah Indonesia. Salah sat u perusahaan asing yang melaku-kan ker j asama penambangan di Indonesi a adal ah PT Fr eepor t Indonesia (PTFI).

Pelaksanaan suatu usaha, terma-suk pert ambangan, akan berdampak t erhadap masyarakat . Dampak yang dit erima masyarakat akan dit ent u-kan dari kecakapan perusahaan da-lam mengelola usahanya (corporate gover nance).

Sebel um masa kr i si s, i st i l ah cor porat e gover nance hampir t idak dikenal di Indonesia. Isu mengenai

Oleh : Augustina Kurniasih 1)

ersaingan bisnis pada beberapa waktu terakhir ini dapat dikategorikan sebagai pert arungan pembent ukkan dan penj agaan image di mat a konsumen at au masyarakat umum. Perusahaan dapat menj adi unggul dengan pembent ukan corporate image yang ramah lingkungan dan memiliki kepekaan sosial. Keuntungan lain, dengan situasi dan kondisi usaha yang aman dan harmonis dengan warga sekitar, membuat perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan aman dan nyaman.

pener apan cor por at e gover nance mulai diperhit ungkan dan dianggap pent ing guna mendukung pemulihan ekonomi akibat krisis.

Banyak pihak menilai bahwa pe-nerapan corporate governance masih bel um memadai t er ut ama unt uk memberikan inf ormasi kepada dunia luar. Padahal diyakini bahwa corpo-r at e govecorpo-r nance becorpo-r pecorpo-r an dal am mencipt akan pasar yang st abil.

Kor men ( 2007) menul i skan bahwa hasi l penel i t i an IICD (The Indonesi an Inst i t ut e f or Cor por at e Di r ect or shi p) menunj ukkan bahwa pener apan cor por at e gover nance yang baik di perusahaan akan mema-cu pertumbuhan perusahaan. Penera-pan good cor por at e gover nance (GCG) secara int ernal akan memba-wa perusahaan menj adi perusahaan yang berkinerj a lebih baik di masa yang akan dat ang.

Banyak perusahaan swast a kini mengembangkan apa yang disebut dengan corporat e social responsibi-lity (CSR) dan corporat e cit izenship (CC). CSR adalah pengambilan kepu-t usan yang dikaikepu-t kan dengan nilai-nilai et ika, memenuhi kaidah-kaidah dan keput usan hukum, sert a meng-har gai manusi a, masyar akat , dan l i ngkungan. Sedangkan CC adal ah

(2)

cara perusahaan bersikap atau mem-perlihatkan perilaku ketika berhada-pan dengan pihak lain sebagai salah sat u cara unt uk memperbaiki repu-t asi dan meningkarepu-t kan keunggul an kompet it if (Dj ogo, 2005).

Pentingnya penerapan GCG lebih mudah dit unj ukkan melalui perusa-haan publik. Bukti empiris menunjuk-kan para invest or berani membayar t i nggi har ga saham per usahaan-per usahaan yang wel l -gover nance (Soebekt i, 2007).

Beberapa wakt u t erakhir sema-ki n banyak muncul ket i dakpuasan bahkan kemar ahan r akyat sebuah negar a kar ena kekayaan al amnya di kuasai per usahaan asi ng at au perusahaan mul t inasional . Mel ihat tekanan yang semakin besar dari pe-rusahaan multinasional pada negara, muncul pertanyaan apa yang bisa dan sudah di per buat ol eh per usahaan mult inasional? Apa t anggung j awab

l aporan pada t ahun 2006. Laporan PTFI dengan j udul Unsur-unsur Pem-bangunan Berkel anj ut an memuat uraian mengenai manf aat ekonomi, perubahan dan pengembangan sosial, sert a pengel olaan l ingkungan yang t el ah di l akukan perusahaan. Dat a yang dikemukakan dalam laporan ter-sebut, adalah berbagai manfaat eko-nomi sert a perubahan dan pengem-bangan sosial yang t elah dilakukan perusahaan pada t ahun 2005 at au akumul asi sel ama per i ode 1992-2005.

Beberapa kont ribusi PTFI sesuai hasil kaj ian LPEM-UI yang diungkap-kan dalam laporan t ersebut , disaj i-kan pada Tabel 1. Disebut i-kan pula bahwa sej ak 1996 PTFI t elah meng-alokasikan sebagian pendapat annya unt uk di manf aat kan masyar akat set empat mel al ui Dana Kemit raan Fr eepor t bagi Pengembangan Masyarakat.

Tabel 1. Kontribusi PTFI Tahun 2005

Sumber : Laporan PTFI, 2006a

Unsur konstribusi (terhadap) Nilai

PDB Indonesia 2005 2.4% (Rp 65 trilyun)

PDB PDRB Papua 2005 58%

PDRB Kabupaten Mimika 2005 99%

Pembayaran pajak 1.6% APBN

Pendapatan seluruh rumah tangga 1,3% Pendapatan seluruh propinsi Papua 42%

mereka at as lingkungan dan masya-rakat sekit ar?

Permasalahan

PT Fr eepor t Indonesi a (PTFI) merupakan sal ah perusahaan per-t ambangan di Indonesia. Perusahaan yang mulai beroperasi di Indonesia sej ak t ahun 1967 ini membuat suat u

Perubahan dan pengembangan sosial yang t elah dilaksanakan PTFI adalah:

(1) Komi t men unt uk menyedi akan peluang di bidang pengembangan sosial, pendidikan dan ekonomi, t ermasuk mel at ih dan mempe-kerjakan warga setempat di wila-yah perusahaan.

(3)

(2) Mendukung memel ihara t radisi budaya Asmat dan Kamoro. (3) Mensponsori berbagai kaj ian

so-sial, seni, budaya, bahasa, dan ekonomi t er hadap masyar akat Amungme dan Komoro.

Berdasarkan l aporan t ersebut , apa komplemen at au koment ar yang dapat diberikan dikait kan dengan : (1) Falsaf ah Sains,

(2) Et ika Bisnis, dan

(3) Good Corporat e Governance?

Tuj uan Penulisan

Tul i san i ni ber t uj uan unt uk memberi komplemen atau kritik atas Laporan CSR dari PTFI. Komplemen di kai t kan dengan f al saf ah sai ns, et i ka bi sni s, dan good cor por at e governance.

Sektor Pertambangan dan Pendapatan Nasional

Sekt or pert ambangan dan peng-galian merupakan salah sat u sekt or riil penyumbang pendapatan nasional Indonesia (GDP). Secara keseluruhan t erdapat 9 sekt or penyumbang GDP Indonesia, yaitu 1) pertanian, 2) per-tambangan dan penggalian, 3) indus-t ri pengolahan, 4) liindus-t srik, gas, dan air bersih, 5) bangunan, 6) perdaga-ngan, hot el, dan rest oran, 7) peng-angkut an dan komunikasi, 8) keua-ngan, persewaan, dan j asa perusa-haan, serta 9) jasa-jasa. Pendapatan nasional dari sektor riil menunjukkan hasil yang dapat diperoleh Negara dari suatu sektor usaha atau dari sisi supply.

Perhitungan pendapatan nasional suatu Negara dapat dilakukan dengan

pendekatan gross domest ic product (GDP) at au gr oss nat i onal pr oduct (GNP). Perbedaan kedua pendekatan tersebut adalah pada GDP pendapat-an nasi onal di hi t ung at as dasar produksi yang di hasi l kan di suat u wilayah Negara, t anpa memperhat i-kan siapa yang menghasil i-kan nil ai t er sebut . Sement ar a pendapat an nasional yang dihit ung berdasarkan GNP perhitungan didasarkan produksi yang dihasilkan warga suat u Negara, baik yang berada di dalam wilayah Negara tersebut maupun yang berada di luar negeri.

Falsafah Sains

Menurut Suariasumant ri (2005), f al saf ah sai ns at au f i l saf at i l mu merupakan bagian dari epistemology (f ilsaf at penget ahuan) yang secara spesi f i k mengkaj i haki kat i l mu (penget ahuan il miah). Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan t ekni s yang ber si f at khas, maka f ilsaf at il mu sering dibagi menj adi f ilsaf at ilmu alam dan f ilsaf at ilmu-ilmu sosial.

Sel anj ut nya di j el askan bahwa manusi a mengembangkan penge-tahuannya untuk mengatasi kebutuh-an demi kel kebutuh-angsungkebutuh-an hi dupnya. Manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidup. Manusia mampu mengembangkan pengetahu-an kar ena kemampupengetahu-an ber pi ki r menurut suatu alur kerangka berpikir t er t ent u. Secar a gar i s besar car a berpikir seperti ini disebut penalaran. Penalaran merupakan proses berpikir yang mempunyai karakt erist ik t er-tentu dalam menemukan kebenaran.

(4)

Sebagai suat u kegiat an berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri t er-tentu. Ciri pertama kegiatan penala-ran merupakan suatu proses berpikir logis. Ciri kedua, penalaran bersif at analitik. Untuk melakukan kegiataan analisis dalam menarik suat u kesim-pulan.

Penget ahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya ber-sumber pada rasio at au f akt a. Mere-ka yang berpendapat bahwa rasi o adalah sumber kebenaran, mengem-bangkan paham yang disebut sebagai rasional isme, sedangkan yang me-nyat akan f akt a yang t er t angkap lewat pengalaman manusia merupa-kan sumber kebenar an, mengem-bangkan paham empirisme.

Sukarman (2007) menj el askan bahwa nama semula ilmu ekonomi adal ah f ilsaf at moral . Dal am masa perubahan dari filsafat menjadi ilmu, penyelidikan f ilsaf at t idak lagi me-nyeluruh tetapi menjadi lebih sempit dan bersif at sekt oral saj a.

Etika Bisnis

Menur ut Si manj unt ak (2005), et ika bisnis menyangkut kepat ut an peril aku semua pihak yang t erkait l angsung dengan kegi at an suat u perusahaan. Sel anj ut nya menur ut Sukarman (2007), perilaku etis bukan hanya t indakan sesaaat saj a, t et api har us menj adi kebi asaan (habi t ). Oleh karenanya menumbuhkan buda-ya et ika dalam perusahaan merupa-kan upaya yang berkesinambungan. Semenet ar a Reksodi put r o (2004) menyat akan bahw a et i ka bi sni s di dasar kan pada ni l ai - ni l ai yang mel ampaui ket ent uan at au norma at uran (perat uran).

Keraf (1998) menj el askan ada lima prinsip et ika bisnis. Pert ama,

prinsip ot onomi, yait u sikap dan ke-mampuan manusia unt uk mengambil keput usan dan bert indak berdasar-kan kesadar annya sendi ri t ent ang apa yang di anggapnya bai k unt uk dilakukan. Kedua, prinsip kej uj uran. Kej uj uran dal am ber bi sni s adal ah kunci keberhasilan, t ermasuk unt uk bert ahan dalam j angka panj ang, da-lam suasana bisnis pernuh persaingan ket at . Ket i ga, pr i nsi p keadi l an. Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dal am kegiat an bi snis, bai k dal am rel asi ekst ernal perusahaan maupun relasi int ernal perusahaan per l u di per l akukan sesuai dengan haknya masi ng- masi ng. Keadi l an menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingan-nya. Pr i nsi p keempat , sal i ng me-ngunt ungkan. Prinsip ini menunt ut agar bi sni s di j al ankan sedemi ki an rupa sehi ngga mengunt ungkan se-mua pihak. Prinsip kelima, integritas moral. Prinsip ini t erut ama dihayat i sebagai t unt ut an int ernal dalam diri perlaku bisnis at au perusahaan agar menj al ankan bi sni s dengan t et ap menj aga nama baiknya at au nama baik perusahaan.

Good Corporat e Governance

Cor por at e gover nance adal ah t at a kelola perusahaan. Sement ara good cor por at e gover nance (GCG) ber ar t i pengel ol aan per usahaan dengan bai k. Menur ut Sukar man (2005), good governance dimaksud-kan sebagai al at unt uk mengawasi perf orma pada pengelola sesuai de-ngan mandatnya. Ada beberapa unsur good gover nance, dar i ber bagai unsur t ersebut yang paling relevan unt uk dibicarakan adalah unsur ke-t erbukaan dan ke-t ranparansi.

(5)

Selanjutnya Reksodiputro (2004) , menj elaskan bahwa GCG mengacu pada st andar dasar yang bert uj uan pada ket aat an (compliance) t erha-dap peraturan negara maupun aturan internal perusahaan. Sesuai Cadburry report Sukarman (2005), GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan me-ngendal i kan per usahaan agar mencapai kesei mbangan kekuat an (power) dari pengelola dan kewena-ngan ( r i ght ) dar i pemi l i k dal am member i kan per t anggungj awaban kepada pemilik dan publik.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusaha-an at au Cor por at e Soci al Respon-si bi l i t y (CSR) adal ah pengambil an keput usan yang di kai t kan dengan nilai-nilai et ika, memenuhi kaidah-kaidah dan keput usan hukum, sert a menghargai manusi a, masyarakat , dan l i ngkungan ( Dj ogo, 2005) . Dengan meningkat nya peran swast a ant ar a l ai n mel al ui pasar bebas, privat isasi, dan globalisasi maka se-makin luas int eraksi dan t anggung-j awab perusahaan, t ermasuk dalam hal CSRnya.

Manur ut Reksodi put r o (2004), konsep CSR agak t umpang t i ndi h dengan konsep good corporate gover-nance (GCG) dan konsep etika bisnis. Menurut Wienerberg Reksodiput ro (2004), CSR lebih berdasarkan nilai-ni l ai (val ue-based) dan f okusnya keluar (ekst ernal) perusahaan. CSR di t uj ukan pada st akehol der yang lebih luas, termasuk, customer, LSM, supplier, dan komuniti. Dengan demi-ki an, per hat i an manaj emen t i dak saj a harus dit uj ukan pada st andar dasar ekonomi , t et api j uga pada

dampak kegi at an perusahaan t er -hadap l i ngkungan hi dup, komuni t i seki t ar nya, dan masyar akat pada umumnya.

Tanggung jawab sosial perusaha-an menurut Utama (2007) didasarkperusaha-an pada semua hubungan, t idak hanya dengan masyar akat t et api j uga dengan pelanggan, pegawai, komu-nitas, pemilik, pemerintah, supplier, bahkan competitor. Salah satu bentuk t anggung j awab sosial perusahaan adal ah communi t y devel opment . Per usahaan yang mengedepankan konsep community development lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas masyarakat. Pendapat ser upa di sampai kan Dj ogo ( 2005) yang menyat akan bahwa CC menyangkut masalah pem-bangunan sosial (social development) dan dilakukan pada konteks partner-ship dan t at a kelola (governance). Prinsip ini memperhat ikan pemba-ngunan masyar akat , per l i ndungan dan pel est ar i an l i ngkungan unt uk keber l anj ut an l i ngkungan, ser t a membant u memper bai ki kual i t as hidup manusia. CC dilakukan melalui manajemen internal yang lebih baik, membant u member i kan bant uan sumber daya unt uk pembangunan sosial dan kemitraaan dengan masya-rakat bukan bisnis dan masyamasya-rakat luas.

Menur ut Bank Duni a Dj ogo (2005), t anggung j awab sosial peru-sahaan terdiri dari beberapa kompo-nen utama. Kompokompo-nen tersebut ada-lah: perlindungan lingkungan, j ami-nan kerj a, hak azasi manusia, int e-raksi dan ket erl ibat an perusahaan dengan masyarakat , st andar usaha, pasar, pengembangan ekonomi dan badan usaha, per l i ndungan

(6)

kesehat an, kepemimpinan dan pen-di pen-di kan, ser t a bant uan bencana kemanusiaan.

Har ahap (2007), menyat akan bahwa hi ngga saat i ni bel um ada pengert ian t unggal mengenai CSR. Jika dit arik benang merahnya, CSR mer upakan bagi an st r at egi bi sni s korporasi yang berkait an dengan ke-langsungan usaha dalam j angka pan-jang. Filosofi bisnis yang dikembang-kan sej ak awal seharusnya adal ah pihak korporasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyara-kat sekit ar. Sebaliknya, masyaramasyara-kat merupakan bagian yang t idak t er-pisahkan dari pihak korporasi. Unt uk itu perlu keharmonisan dan keselara-san ant ara pihak korporasi dan ma-syar akat seki t ar, agar sal i ng me-ngunt ungkan (simbiosis mut ualist is). Kear i f an kuno, The Anci ent Wisdom, yang berasal dari Timur di-beri label/stigma sebagai mistisisme, tidak rasional, menggunakan intuitif, t i dak di al ogi s, dan sebagai nya. Namun Frit j of Capra menunj ukkan adanya paralelisme antara fisika sub-at omik dengan kearif an kuno. Menu-rut Capra Danardono (2004), Barat selama ini hanya mengukur kemajuan dengan rasionalitas atau intelektuali-t as. Banyak kenikmaintelektuali-t an hidup yang telah dicapai, namun kemajuan yang melulu rasional dan int elekt ual t er-nyat a menghasilkan kerusakan ling-kungan, penurunan kualit as keseha-t an, dan sebagainya. Kini disadari bahwa t erj adi ket impangan dal am hidup, sehingga memunculkan gera-kan ekologi, f eminisme, dan small i s beaut i f ul dal am perekonomian. Menurut Capra, dalam Taoisme diya-kini ada aspek Yin dan Yang secara bersamaan. Bi l a aspek Yang t el ah mencapai kl i maksnya, maka Yang

akan mundur untuk memberi kesem-patan pada Yin. Siklus Yin-Yang inilah yang senantiasa membuat kehidupan berj alan harmonis.

Menurut Keraf (1998) t anggung j awab sosial perusahaan menunj uk-kan kepedulian perusahaan terhadap kepent ingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar terhadap kepent ingan perusahaaan saj a. Ada empat bidang yang t ermasuk dalam lingkup CSR. Pert ama, ket erlibat an perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Kedua, keuntungan ekonomis. Set iap pelaku bisnis, t er-masuk perusahaan secara moral di-benarkan unt uk mengej ar keunt ung-an karena dengung-an demikiung-an ia dapat mempertahankan kelangsungan bisnis dan perusahaan tersebut. Keterlibat-an sosi al sebagai wuj ud t Keterlibat-anggung j awab dan kepedul ian perusahaan at as kemaj uan masyar akat , akan memunculkan cit ra posit if mengenai per usahaan dan membuat masya-rakat lebih menerima kehadiran dan produk perusahaan tersebut. Ketiga, memenuhi at uran hukum yang ber-laku di suat u masyarakat . Perusaha-an waj i b menj aga ket ert i bPerusaha-an dPerusaha-an keteraturan sosial. Keempat, hormat pada hak dan kepent i ngan st ake-hol der yang punya kepent i ngan langsung atau tidak langsung dengan kegiat an bisnis perusahaan.

Fauzia (2006) menj elaskan bah-wa CSR adalah bentuk filantropi yang menj adi komit men kepedulian peru-sahaan t erhadap masyarakat . Filan-tropi yang bisa disepadankan dengan keder mawanan sosi al mer upakan ist il ah Yunani yang bisa mencakup semua jenis dan bentuk kegiatan ke-dermawanan sosial di berbagai pera-daban, wilayah, kult ur, dan zaman.

(7)

Filant ropi adalah segala bent uk ke-giat an non pemerint ah yang bersif at sukarela dan dilakukan untuk kepen-t ingan publik.

Peran CSR

Survey The Mi l l eni um Pol l on CSR (1999) dilakukan oleh Enviro-nics Int ernat ional (Toront o), Confe-rence Board (New York), dan Prince of Wal es Busi ness Leader For um (London) terhadap 25.000 responden di 23 negara yang ada di 6 benua. Hasil survey menunj ukkan bahwa 1) separuh responden peduli mengenai perilaku sosial perusahaan, 2) dua per t iga responden menyat akan bahwa keberhasilan perusahaan 60 % dit en-t ukan dari penerapan een-t ika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak t erhadap lingkungan, dan t anggung j aw ab sosi al per usahaan ( CSR) , hanya 40% di t ent ukan ol eh ci t r a perusahaan dan br and i mage, dan 3) Hanya sepert iga yang mendasari opi ni nya at as f akt or -f akt or bi sni s fundamental seperti finansial, ukuran per usahaan, st r at egi per usahaan, at au manaj emen ( Hasi buan dan Sedyono, 2002).

Survey lain yang dilakukan pada t ahun 2000 ol eh Burson Marst el l er menunj ukkan bahwa 42% responden percaya bahwa track record dari CSR akan meni ngkat kan har ga saham dan 89% mengat akan bahwa kepu-t usan mer eka sebagai l egi sl akepu-t or, regulat or, wart awan, dan LSM pada masa yang akan dat ang akan dipe-ngaruhi oleh isu-isu CSR. Pelanggan, invest or, kelompok-kelompok komu-ni t as, akt i vi s-akt i vi s l i ngkungan, maupun t rading part ner akan mena-nyakan pada perusahaan detail-detail i nf or masi t ent ang ki ner j a sosi al mereka.

Pada saat ini konsep corporate soci al r esponsi bi l i t y (CSR) merupa-kan bagian pedoman melaksanamerupa-kan good cor por at e gover nance (GCG). Masalah etika bisnis dan akuntabilitas bisnis semakin mendapat perhat ian masyar akat , t er ut ama di negar a maj u, yang biasanya sangat liberal dal am mengat ur per usahaan-perusahaan (Reksodiput ro, 2004).

Pembahasan

Pembangunan sekt or r i i l , t er-masuk pertambangan dan penggalian diharapkan berdampak posit if yait u dapat menyerap t enaga kerj a, me-ningkat kan produkt if it as ekonomi, dan dapat menj adi asset pembangu-nan nasional maupun daerah. Kenya-taan yang dapat dilihat selama pulu-han tahun praktek bisnis dan industri korporasi di Indonesia menunj ukkan dampak yang muncul seringkali justru memarj inalkan masyarakat sekit ar.

Pemikiran yang mendasari CSR adal ah bahwa per usahaan t i dak hanya mempunyai kew aj i ban-kewaj iban ekonomi dan legal, t api j uga t erdapat kewaj iban-kewaj iban t erhadap pihak-pihak lain yang ber-kepent i ngan ( st akehol der ) yang jangkauannya lebih luas dan melebihi kewaj i ban-kewaj i ban yang sudah disebutkan sebelumnya. CSR merupa-kan konsep dimana perusahaan se-cara sukarela menyumbangkan sesu-at u ke arah masyaraksesu-at yang lebih baik dan lingkungan hidup yang lebih bersih.

Kehadiran perusahaan mult ina-sioanal sepert i PTFI diakui berman-f aat karena Indonesia membut uhkan t enaga ahli di bidang t eknologi per-t ambangan dan penggal i an agar

(8)

kekayaan al am bi sa di ekspl oi t asi . Tujuan eksploitasi ini tentunya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rak-yat . Namun kehadiran perusahaan mul t inasional sering memuncul kan kontroversi. Kontroversi tersebut be-ragam, mulai dari persoalan lingku-ngan hidup, hingga persoalan pem-bagian hasil yang dianggap merugi-kan negara.

Sektor Pertambangan di Indonesia

Okt avi ani (2006) menyat akan bahwa sekt or per t ambangan dan penggalian mengalami pert umbuhan pal i ng bur uk sel ama l i ma t ahun t erakhir (2000-2005). Nil ai produk sektor pertambangan dan penggalian pada t ahun 2002 hi ngga 2004 menurun, sehingga di tahun 2003 dan 2004 pert umbuhannya negat if . Ren-dahnya t ingkat pert umbuhan sekt or ini lebih disebabkan t idak st abilnya

Tabel 2. Perkembangan Sektor Pertambangan dan Penggalian Indonesia, Tahun 2000-2005

Sumber : Oktaviani, 2006

Winzenreid, penasehat ahli ari Price Wat erhouse Coopers bahwa t ingkat pengeluaran eksplorasi Indonesia baru sekit ar 2 persen dari pengel uaran eksplorasi global pada t ahun 2005. Sebagai perbandingan dit unj ukkan pengeluaran eksplorasi negara lain, yai t u Amer i ka Lat i n mencapai 23 persen, Kanada 19 persen, Af rika 17 persen, Amerika Serikat 8 persen, Pasif ik dan Asia Tenggara 4 persen, sedangkan bagian dunia lainnya 16 persen.

Sel anj ut nya disebut kan bahwa dalam hal potensi sumberdaya mine-ral, Indonesia mendapat nilai 97 (dari maksimum 100) dan menduduki pe-ri ngkat ke t uj uh dape-ri 64 wi l ayah. Enam Negar a t er at as dal am hal pot ensi sumberdaya mineral adalah Rusia, Peru, Mali, Ghana, Republik Demokratik Kongo, dan Papua Nugini sepert i disaj ikan pada Tabel 2.

har ga duni a unt uk pr oduk-pr oduk per t ambangan, sepert i pert amba-ngan minyak dan gas bumi, dan t er-bat asnya sumber-sumber t ambang bar u, dan pr oduksi yang r el at i f menurun.

Meski pun sumbangan sekt or pert ambangan bagi GDP Indonesia t idak t erlalu besar, namun Indonesia masih memil iki pot ensi unt uk me-ngembangkan sekt or pert ambangan. Sebagai mana di sebut kan Sacha

Tahun Nilai (milyar rupiah) Pangsa (%) Pertumbuhan (%)

2001 168.244,3 11,66

2002 169.932,0 11,28 1,00

2003 167.603,8 10,63 - 1,37

2004 160.100,4 9,66 - 4,48

2005 162.642,0 9,30 1,59

Menurut Wahyuni (2007) meski sekt or pert ambangan Indonesia di-nilai sangat prospekt if secara geo-logis, namun kebij akan yang diambil pemerintah belum mendukung indus-t ri perindus-t ambangan. Berdasarkan sur-vey dari Frase Institute selama tahun 2005-2006, kebij akan pert ambangan pemerintah Indonesia mendapat nilai 22 dari nil ai maksimum 100. Nil ai tersebut sudah meningkat dibanding-kan survey Frase sebelumnya dimana

(9)

Indonesia hanya mencapai nilai 12. Dalam hal kebij akan pemerint ah di sekt or indust ri pert ambangan, Indo-nesia menduduki peringkat ke enam t erakhir dari 64 wilayah. Kebij akan pertambangan Indonesia hanya lebih baik dibanding Zimbabwe, Papua New Guinea, Republik Demokrat ik Kongo, Venezuela, dan Philipina.

Sudah hampir 40 t ahun indust ri pert ambangan mineral di Indonesia gagal membukt ikan perannya seba-gai penopang perekonomian Indone-sia, apalagi mensejahterakan pendu-duk lokal dimana bahan mineral t er-sebut dit ambang. Kont ribusi sekt or ini sekit ar 1. 6 t ril yun rupiah at au sekit ar 9-10% t erhadap APBN dalam 5 tahun terakhir (lihat Tabel 2). Nilai t ersebut lebih kecil daripada sekt or kehut anan. Ni l ai t ambahnya j uga r endah, kar ena bahan t ambang umumnya di ekspor dal am bent uk bahan ment ah, bukan dalam bent uk bahan j adi at au set engah j adi. Pa-dahal apabila ekspor dilakukan dalam bent uk barang j adi at au barang se-t engah j adi, berarse-t i sudah dilakukan pengubahan bentuk dan dilakukan di dal am negeri . Pengubahan bent uk t er sebut t ent unya member i ni l ai t ambah dan mencipt akan lapangan kerj a. Dengan kat a lain, ekspor da-l am bent uk bahan ment ah menga-kibat kan penyerapan t enaga kerj a l okal menj adi rendah. Sekt or per-t ambangan j uga gagal menunj ukkan t anggung j awabnya t erhadap keru-sakan lingkungan, pelanggaran HAM, dan penyel esai an konf l i k dengan penduduk l okal di l okasi - l okasi penambangan.

PTFI

PTFI merupakan salah satu peru-sahaan per t ambangan penghasi l

t erbesar t embaga dari bij i mineral yang j uga mengandung emas dalam j umlah cukup besar. Kont rak Karya (KK) per t ama dengan Pemer i nt ah Indonesia dilakukan pada April 1967 dan kegiatan eksplorasi di Etsberg di-mul ai pada Desember 1967. Kons-truksi dalam skala besar dimulai pada Mei 1970, sedangkan ekspor perdana konsent rat t embaga dilakukan pada Desember 1972.

Akhir 1991, KK kedua dit anda-t angani dan PTFI di ber i hak ol eh Pemerintah Indonesia untuk menerus-kan operasinya selama sedikit nya 30 tahun ke depan. Artinya hingga tahun 2021 PTFI masi h memi l i ki hak konsesi di Papua.

Pr oduk t embaga yang ber asal dar i kompl eks per t ambangan di Papua dan juga produk tembaga dari pabrik peleburan di Gresik yang 25% sahamnya mi l i k PTFI, mer upakan bahan yang sangat pent ing bagi in-dustri komunikasi, transportasi, elek-t ronika, dan induselek-t ri lain yang men-j adi andalan dunia.

CSR PTFI

PTFI adal ah sebuah badan hukum. Artinya perusahaan dibentuk ber dasar kan hukum t er t ent u dan disahkan dengan hukum at au at uran legal. Oleh karena itu keberadaannya di j ami n dan sah menur ut hukum. Sebagai badan hukum per usahaan mempunyai hak-hak legal t ert ent u. Sej alan dengan it u, perusahaan j uga mempunyai kewaj iban legal.

Dal am pandangan l egal -recognition, perusahaan merupakan usaha bebas dan produkt if yang di-bent uk unt uk mencapai kepent ingan para pendirinya. Dengan demikian akt ivit as perusahaan memang me-layani masyarakat , namun bukan it u

(10)

t uj uan ut amanya. Tuj uan ut ama perusahaan adalah kemakmuran bagi pemegang saham (shareholder).

Sesuai dengan konsep t anggung j awab sosial perusahaan, PTFI harus ber t anggung j awab at as t i ndakan dan kegiat an bisnisnya yang mem-punyai pengaruh at as orang-orang t er t ent u, masyar akat , ser t a l i ng-kungan di mana PTFI ber oper asi . Art inya PTFI diharapkan ikut men-ciptakan suatu masyarakat yang baik dan sej aht era, bahkan diharapkan ikut melaksanakan kegiatan tertentu yang t idak semat a-mat a didasarkan pada perhitungan keuntungan kontan langsung, melainkan demi kemaj uan dan kesej aht reraan masyarakat .

Tanggung j aw ab sosi al me-nunj ukkan kepedul i an perusahaan t erhadap kepent ingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada seke-dar kepent ingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial per usahaan, t i dak di benar kan per usahaan mengej ar keunt ungan dengan mengorbankan kepent ingan pi hak l ai n, t er masuk masyar akat luas.

Laporan PTFI menunj ukkan ber-bagai kebaikan perusahaan t ersebut bagi pemer i nt ah dan masyar akat Papua. Tent unya perlu disampaikan t erima kasih bahwa berkat adanya PTFI, bumi Papua yang mengandung bahan t ambang yang begi t u ber -limpah dan bernilai tinggi dapat digali dan dit ambang. Disadari bahwa ke-mampuan teknologi bangsa Indonesia pada saat PTFI memulai penamba-ngan di Papua memang relatif belum maj u. Adanya Kont r ak Kar ya (KK) menyebabkan kegi at an ekspl or asi dapat segera direalisasikan.

Kont rak Karya (KK) kedua yang di t andat angani t ahun 1991 pada

beber apa w akt u t er akhi r t el ah memunculkan berbagai kont roversi. Kalangan DPR RI menilai KK dengan PTFI harus direvisi karena pemerintah bel um mendapat kan manf aat yang maksimal dari proyek pert ambangan t embaga dan emas di Papua. Pem-bagian royalt y ant ara PTFI dengan pemerint ah Indonesia harus dinego-siasi kembali. Usulan t ersebut me-ngemuka menyusul t emaun Badan Pemer i ksa Keuangan ( BPK) yang menyebut kan bahwa penyusunan KK PTFI berpot ensi merugikan negara.

Rapat Maj el i s Pi mpi nan Par i -purna Ikat an Cendeki awan Musl im se-Indonesia (ICMI) pun merekomen-dasi kan pemer i nt ah agar mencar i r umusan ker j asama bar u secar a bij ak dan memenuhi rasa keadil an bagi semua pi hak ( ICMI, 2006) . Dasar per t i mbangannya kar ena kondisi saat ini sudah berubah j auh di bandi ngkan masa l al u. Masal ah t anggung j awab sosial perusahaan dan neraca sumber daya alam perlu dibahas oleh pemerint ah agar lebih mendorong sebanyak mungkin hasil sumberdaya alam tersebut dialokasi-kan bagi kemakmuran bangsa dan Negara.

a. CSR PTFI Ditinj au dari Falsafah Sains

Pembenaran suat u kaj ian dalam penger t i an f al saf ah sai ns bi sa di -dasarkan pada prinsip rasionalisme dan/ at au empi r i sme. Pendekat an rasionalisme at au deduksi menekan-kan bahwa j i ka suat u per nyat aan benar dan di dukung ol eh asumsi -asumsi yang benar, maka kesimpulan yang di per ol eh j uga akan benar. Dengan pendekat an deduksi angka-angka yang dit uliskan dalam laporan PTFI dapat mengant ar kan pada

(11)

kesimpulan bahwa banyak hal sudah di perbuat ol eh PTFI, yang art inya keber adaan PTFI di Papua t el ah member i kan keunt ungan at au manf aat baik bagi penduduk l ocal (Papua) maupun bangsa Indonesi a secara umum.

Pendekat an empi r i sme at au induksi menekankan pada bukti-bukti empiris di lapangan t erhadap suat u kej adi an at au keadaan. Ber bagai angka yang disaj ikan dalam laporan PTFI yang menyat akan hal-hal yang sudah diberikan PTFI kepada masya-rakat Indonesia perlu dikaji kembali. Banyak hal masih perlu dipert anya-kan, karena secara empi ri s dapat dit arik kesimpulan yang berbeda.

Eksploitasi bumi Papua khususnya unt uk t embaga dan emas selama 40 t ahun menunj ukkan ket i daksei m-bangan antara Yang dan Yin. Manusia dan al am sepert i dua ent it as yang t erpi sah. Ekpl oi t asi besar-besaran yang dilakukan t elah mendat angkan keunt ungan besar bagi perusahaan penambang, namun di sisi lain t elah menimbulkan kerusakan alam yang t i dak kecil dan merugikan masya-rakat sekit ar.

Dal am l apor an yang di saj i kan PTFI t i dak di sebut kan ber apa keunt ungan yang t el ah di per ol eh per usahaaan bai k pada t ahun dilaporkannya kegiat an perusahaan (t ahun 2005), akumul asi kegi at an pada periode t ert ent u (1992-2005 at au 1996- 2005) , apal agi sej ak perusahaan beroperasi di Indonesia pada t ahun 1967.

Disebut kan dalam laporan PTFI bahw a pada t ahun 2005 paj ak, royalt i, biaya, dan pembayaran lain yang di bayar kan ke pemer i nt ah Indonesia adalah sebesar 1, 2 miliar dol ar AS, dan sel ama t ahun

1992-2005 nilai tersebut telah sebanyak 3,9 mil iar dol ar AS. Art inya sel ama 13 t ahun ( 1992- 2005) j uml ah yang di ber i kan kepada pemer i nt ah Indonesia adalah sebesar 2, 7 miliar dolar AS. Mengapa j umlah kont ribusi pada t ahun 2005 (1 t ahun) begit u jauh berbeda dengan kontribusi pada periode 1992-2005 (13 t ahun)? Apa-kah hal t ersebut didorong oleh ada-nya prot es dari berbagai kalangan?

Sel ai n i t u di sebut kan bahwa j umlah manf aat langsung dan t idak langsung pada t ahun 2005 mencapai 7 mil iar dol ar dan sel ama periode 1992-2005 t elah mencapai 40 miliar dolar AS. Tidak ada inf ormasi, angka -angka t ersebut merupakan berapa bagian dari t ot al penerimaan at au keunt ungan yang sudah ber hasi l diperoleh PTFI baik pada tahun 2005, pada per i ode 1992- 2005, at au bahkan selama PTFI telah melakukan penambangan di Indonesia. Angka absolute seperti itu kurang bermakna kar ena t i dak dapat menunj ukkan ber apa per sen bagi an yang t el ah di ser ahkan pada Negar a Republ i k Indonesia, bagi masyarakat Papua, dan apakah sudah cukup adi l ? Menurut Adam Smit h Keraf (1998), di ant ara prinsip umum et ika bisnis, prinsip keadilan merupakan prinsip paling pokok.

Selain itu, penyajian data secara akumulasi unt uk periode 1992-2005 yang dikemukakan dalam angka total menj adi kurang bermakna, karena t i dak dapat menunj ukkan kecen-derungan yang sebenarnya t erj adi. Apakah t er j adi t r en meni ngkat , konst an (t anpa pert umbuhan), at au malah t erj adi penurunan?

Dal am l apor an PTFI t i dak di -t emukan pernya-t aan a-t au inf ormasi mengenai besar pener i maan at au

(12)

keuntungan usaha penambangan PTFI di Indonesia. Pembaca laporan harus cukup puas dengan angka- angka yang di saj i kan unt uk sat u t ahun (2005) at au ni l ai akumul asi yang relat if besar (selama periode 1992-2005), dalam bent uk nilai mut lak.

Bi l a di sebut kan bahwa pada t ahun 2005 PTFI t elah menyumbang 2,4 persen PDB Indonesia, 58% PDRB Papua, dan 90% PDRB Kabupat en Mimika, maka pert anyaannya, sebe-rapa besar nilai hasil t ambang PTFI dibandingkan nilai t ambang Indone-sia, Papua, dan Kabupat en Mimika? Selain itu, penghitungan pendapatan nasional didasarkan pada PDB (Produk Domest i k Br ut o), ar t i nya di hi t ung berdasarkan wilayah dimana hasil su-at u sekt or perekonomian diperoleh. Jika perhit ungan pendapat an nasio-nal tersebut didasarkan pada produk nasional bruto (PNB), maka sebenar-nya masyarakat mana (bangsa siapa) yang meni kmat i hasi l t ambang Papua? Kemana perginya penerimaan yang diperol eh dari hasil t ambang PTFI? Apakah di ni kmat i di dal am wilayah Negara Republik Indonesia?

Disebut kan dalam laporan PTFI bahw a PTFI t el ah menyedi akan lapangan kerja sebanyak 8.000 orang pada tahun 2005 dan 25% nya adalah put ra Papua. Tidak dij elaskan j enis pekerj aan apa yang di beri kan ke-pada putra Papua dan seberapa besar peneri maan yang dapat di perol eh pekerja putra Papua? Apakah kesem-pat an ker j a yang di ber i kan bagi put ra Papua sudah cukup memadai dibandingkan dengan t ot al kesem-patan kerja yang tersedia dari usaha penambangan t ersebut ?

Sel anj ut nya di sebut kan pul a beberapa kont ribusi t idak langsung PTFI, yait u :

(1) Invest asi unt uk membangun pra-sarana perusahaan di Papua yang nant inya akan diserahkan kepe-mi l i kannya pada pemer i nt ah Indonesia bila kontrak karya telah berakhir. Sel ama ini prasarana t er sebut di ni kmat i ol eh si apa? Sudahkah dinikmat i oleh masya-r akat seki t amasya-r pemasya-r usahaan dan bangsa Indonesia pada umumnya? Berapa besar manf aat it u? Kon-sep yang menyatakan bahwa nilai pada hari ini lebih besar daripada nilai yang akan diperoleh pada masa yang akan dat ang (t i me val ue of money) j uga menunj uk-kan bahwa apa yang dapat dinik-mat i PTFI pada hari ini t ent unya j auh l ebi h besar dari pada apa yang bisa diperoleh bangsa Indo-nesia di masa yang akan dat ang ket ika KK t elah berakhir.

(2) Investasi dalam bentuk prasarana sosi al yang member i manf aat langsung bagi masyarakat seperti gedung sekolah, klinik kesehatan, perkant oran, sarana ibadah dan rekreasi, sert a perngembangan usaha kecil dan menengah. Inves-t asi prasarana sosial inipun perlu dikaj i, t elah dapat menj angkau berapa banyak anggot a masya-rakat ?

(3) Penyediaan lapangan kerj a bagi 8.000 orang di tahun 2005. Belum diket ahui berapa persen penye-rapan tenaga kerja tersebut bagi masyar akat Papua at au bagi pengangguran di Papua. Jika pada tahun 2005 jumlah pengangguran di Indonesia adal ah 10, 85 j ut a or ang, maka PTFI menyer ap 0,07% dari j umlah pengangguran yang ada di Indonesia. Apakah angka penyerapan t enaga kerj a t ersebut sudah memadai dengan

(13)

banyaknya hasil t ambang yang dapat diperoleh PTFI dari bumi Indonesia?

(4) Pembayaran upah bagi karyawan PTFI mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS sejak tahun 1992. Sekali lagi, karyawan dari bangsa mana yang t er ut ama mener i manya? Di mana mer eka menggunakan penerimaan upah t ersebut ? Apa-kah digunakan di dalam wilayah Indonesia, at au j ust ru digunakan untuk konsumsi di luar Indonesia? Berikut nya, dalam rangka mem-bangun dan memel ihara hubungan konst rukt if dan posit if dengan ma-syarakat Papua, PTFI memberi kan dana per wal i an bagi masyar akat Amungme dan Komoro dengan mem-beri kontribusi sebesar 7.5 juta dolar AS. Selain itu PTFI melibatkan masya-rakat Amungme dan Komoro sebagai persert a ekuit as. Per 31 Desember 2005 dana t ersebut sudah mencapai 43. 000 l embar saham bi asa pada Fr eepor t -McMor an Copper & Gol d Inc. Sekali lagi, belum ada inf ormasi yang menj el askan 43. 000 l embar saham t ersebut merupakan berapa persen dari out st anding shares yang dimiliki PTFI. Padahal dalam suat u Perseroan Terbatas, hak suara peme-gang saham sangat t ergant ung oleh besar saham yang dikuasai. Art inya j ika 43. 000 lembar saham t ersebut set ara dengan X % maka hak suara masyarakat Amungme dan Komoro pun sebesar X %. Apa yang dapat diperoleh masyarakat Amungme dan Komoro dengan hak suara sebesar itu?

Program CSR PTFI dilaksanakan melalui kemit raan dengan masyara-kat adat Amungme (LEMASA) dan Kamor o (LEMASKO) dengan

mem-berikan kontribusi berupa dana kemi-t raan. Dana kemikemi-t raan kemi-t ersebukemi-t di-kelola dan disalurkan oleh lembaga Pengembangan Masyarakat Amung-me dan Kamor o (LPMAK) ber upa program pendidikan dana t raining, kesehat an, pembangunan desa, dan pengembangan wi r ausaha. Namun hasil audit The Int ernat ional Cent er f or Corporat e Account abil it y (ICCA) menunj ukkan masih banyak hal yang perlu diperbaiki, seperti pengelolaan dan distribusi dana oleh LPMAK serta pemberian bant uan yang t idak pada tempatnya.

b. CSR PTF Ditinjau dari Etika Bisnis

Mengacu pada pr i nsi p-pr i nsi p et ika bisnis menurut Keraf (1998), maka prinsip kej uj uran, prinsip ke-adilan, dan prinsip saling mengun-t ungkan (mumengun-t ual benef i mengun-t pr i nci pl e) dari bisnis PTFI masih dipert anyakan penerapannya. Hal ini didasari ke-nyat aan adanya koment ar dari ber-bagai pihak t erhadap pel aksanaan kegiat an penambangan PTFI.

Dalam tulisan yang dapat dibaca sebagai laporan PTFI, tidak diikutkan laporan mengenai pelaksanaan pe-ngelolaan lingkungan. Dari sisi lain, sel ama ini l ebih banyak t erdengar koment ar mengenai dampak keru-sakan l i ngkungan yang t er j adi di bumi Papua akibat kegiat an penam-bangan yang dilaksanakan.

Wi di ant o (2006) menyat akan bahwa bahwa PTFI gagal menunj uk-kan t anggung j awabnya t er hadap pengelolaan lingkungan dan resolusi konf l i k dengan penduduk l okal . Sekit ar 1.3 milyar t on limbah tailing dan 3,6 t on limbah baru dibuang be-git u saj a ke lingkungan. Limbah t er-sebut telah mencemari Sungai Ajkwa dan menyebabkan j ebol nya Danau

(14)

Wanagon hingga t erkont aminasinya r at usan r i bu hekt ar dar at an dan laut an Araf ura.

Dampak yang diakibat kan PTFI t er hadap wi l ayah seki t ar penam-bangan cukup mempr i hat i nkan. Menur ut Reza ( 2006) , ker usakan lingkungan secara f isik yang t erj adi di Papua ant ara lain berupa sungai-sungai yang menj adi al i r an pem-buangan l i mbah perusahaan t el ah t er cemar zat -zat ber acun, t anah sekit ar 230 kilomet er persegi rusak, dan pengundul an hut an di daerah sekit ar penambangan semakin luas. Hal-hal t ersebut t ent unya me-nyalahi Peraturan Pemerintah Nomor 82 t ahun 2002 t ent ang pencemaran lingkungan hidup.

Jika memang PTFI berl aku se-cara lebih adil dan legawa, sebenar-nya perlu diperhit ungkan imbangan ant ara t ot al penerimaan (bagi per-usahaan) yang sel ama i ni sudah di ambi l dar i bumi Papua dengan bi aya-bi aya yang har us di t ang-gung. Biaya-biaya di sini t ermasuk kerusakan lingkungan yang telah ter-j adi, dan dampaknya t erhadap ma-syarakat . Tent unya diperlukan audit dari pihak l ain yang i ndependent , sehingga dapat diperol eh masukan yang obyekt if unt uk menil ai . Jika kerusakan yang t erj adi merupakan biaya (cost), maka secara jujur harus diakui lebih besar penerimaan dari-pada biaya, at au lebih besar biaya daripada penerimaan yang diperoleh? Jika berbagai kerusakan lingkungan dan derit a masyarakat yang t erj adi j auh lebih besar daripada penerima-an, maka sebenar nya keber adaan PTFI t i dak mengunt ungkan bagi masyarakat Indonesia.

Sebuah survey mengat akan bah-wa 68% consumen tidak mempercayai

per usahaan-per usahaan. Ket i dak-percayaan ini merupakan anggapan bahwa perusahaan-perusahaan i t u hanya mengeruk keunt ungan t anpa memberikan faedah pada lingkungan dan masyarakat sekit ar.

Sement ara Widiant o (2006) me-nyatakan bahwa meskipun PDB Papua berada di ranking ketiga, tetapi nilai indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua berada di urut an ke 29 dari 30 propinsi di Indonesia. Bahkan aku-mulasi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan di at as 35% berada di kawasan konsesi PTFI. Dampak sosial lain, disebut kan bahwa bisnis prost it usi di kot a t ambang Timi ka meningkat seiring kenaikan produksi PTFI.

Sebelumnya, Suryana (2003) me-nyampaikan bahwa kasus penamba-ngan PTFI merupakan salah sat u ka-sus yang terkenal dan sering disodor-kan oleh Lembaga Swadaya Masyara-kat unt uk menyadarkan masyaraMasyara-kat tentang bahaya operasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan mul-tinasional. Tidak hanya dari kalangan LSM, penelitian empiris menunjukkan bahwa perhat ian perusahaan mult i-nasional t erhadap persoalan lingku-ngan cukup minim. Survei yang dila-kukan Pusat Ant ar Universit as-St udi Ekonomi Universitas Gajah Mada ter-hadap 90 perusahaan mult inasional yang beroperasi di Indonesia dan ber-gerak di berbagai bidang dari per-t ambangan hingga elekper-t ronik mene-mukan bahwa mayorit as perusahaan mul t i nasi onal yang ber oper asi di Indonesia hanya memikirkan keun-t ungan binsis dan cenderung menga-baikan persoalan lingkungan hidup.

Menurut para LSM dalam Suryana (2005), operasi pert ambangan t idak hanya merusak lingkungan, tapi juga

(15)

sering menj adi f akt or penyebab pe-langgaran hak azasi manusia, t eru-tama terhadap suku-suku asli setem-pat . Pada kasus penambangan PTFI, penduduk Amungme diungsikan ke-luar dari tanah leluhur mereka begitu di t anah mereka dit emukan cada-ngan mineral.

Fauzia (2006) menj elaskan bah-wa aksi demonst rasi t erhadap PTFI yang akhirnya ricuh dan menimbul-kan korban t ewas merupamenimbul-kan luapan emosi masyarakat . Kerusuhan dan demonstrasi tidak muncul begitu saja t anpa ada f akt or pemi cu di bel a-kangnya, yai t u kesenj angan sosi al dan perasaan ket idakadilan.

Usman (2006) mengemukakan bahwa Walhi melakukan siaran pers unt uk menyampai kan per mi nt aan agar PTFI dit ut up, selanj ut nya dila-kukan audit dan penyelidikan menye-luruh at as semenye-luruh rangkaian pelang-garan HAM kerusakan ekol ogi, dan kerusakan sosial budaya yang dideri-t a masyar akadideri-t Papua sehubungan adanya kegiatan pertambangan PTFI. Melalui audit yang t ransparan dapat diket ahui manf aat keberadaan PTFI bagi masyarakat Papua. Jika dinilai masih terlalu kecil maka harus dimin-t a revisi bagi hasil, selain gandimin-t i rugi atas kerusakan lingkungan dan sosial budaya yang di aki bat kan PTFI (Kompas, 2006).

PTFI merasa bahwa pengelolaan l imbahnya sudah baik. Perusahaan berkeras bahwa pembuangan tailing si sa penambangan ke sungai Aghwagon-Otonoma-Ajkwa merupa-kan pilihan terbaik, dengan memper-t i mbangkan keadaan geomemper-t ekni k, t opograf i, iklim, seismolog, dan mu-tu air yang ada. Dikemukakan bahwa tailing yang dibuang t idak beracun karena dalam memproses biji mineral

tidak menggunakan sianida dan mer-kuri . Di si si yang ber beda, Badan Pengendal i an Dampak Li ngkungan (Bapedal) pada t ahun 2001 menilai cara pembuangan t ai l i ng t ersebut mel anggar Per at ur an Pemer i nt ah Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai yang melarang pembuangan limbah padat at au cair ke dalam at au di se-kitar sungai. Tailing PTFI juga dinya-t akan dinya-t idak memenuhi baku mudinya-t u limbah cair yang mensyaratkan total suspended solution (TSS) atau limbah t idak t erlarut sebesar 400 ppm se-ment ara TSS tailing PTFI mencapai 4. 000 ppm (Wiguna, 2006).

c. CSR PTFI Ditinj au dari GCG

Laporan PTFI pada t ahun 2006 menunj ukkan bahwa per usahaan t el ah menyebarkan i nf ormasi me-ngenai pelaksanaan kegiat an sehu-bungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun kual it as inf or-masi yang di ber i kan bel um dapat di kat egori kan sebagai t ransparan. Padahal penyebaran informasi secara t ransparan hanyalah suat u pra kon-disi, belum merupakan kondisi yang cukup (suf f i ci ent condi t i on) unt uk mencapai t uj uan di l aksanakannya good gover nance.

Tujuan good governance adalah agar perusahaan berperf orma baik sehi ngga dapat meni ngkat kan kemakmuran pemegang saham dan memberi manf aaat bagi pemangku kepent i ngan. Sal ah sat u pet unj uk meningkat nya kemakmuran peme-gang saham dapat dilihat dari tingkat penerimaan perusahaan. Laporan The El ement of Shar ehol der Val ue dari PTFI (2006) menunj ukkan bahwa kemakmuran pemegang saham me-mang t erus meningkat . Hal t ersebut diketahui dari penerimaan PTFI yang

(16)

t erus meningkat pada periode t ahun 2001-2005, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3.

inf ormasi yang t idak t erbuka t erse-but , t i mbul ket i dakper cayaan. Ket i dakper cayaan t er sebut dapat

Tabel 3. Penerimaan PTFI pada Tahun 2001-2005

Sumber : Laporan PTFI, 2006b

Tahun Penerimaan (US$) Pertumbuhan (%) 2001 1.838.866 2002 1.910.462 3,89 2003 2.212.165 15,79 2004 2.371.866 7,22 2005 4.179.118 76,20 Rata-rata 2.502.495,4 20,62

Dari sisi pemangku kepenting-an, bagaimana tata kelola perusaha-an sebagai cerminperusaha-an tperusaha-anggung jawab sosial perusahaan bagi masyarakat seki t ar ? Lapor an PTFI mengenai Unsur-Unsur Pembangunan Berkelan-j ut an menunBerkelan-j ukkan bahwa program CSR PTFI telah dilakukan. Memperha-tikan komentar pihak eksternal peru-sahaan, diperoleh masukkan bahwa sejauh ini tanggung jawab sosial PTFI belum memadai, karena belum ber-hasil mempersempit kesenjangan dan ket idakadilan sosial.

Dampak sosial dan lingkungan yang dit imbul kan sel ama kegiat an penambangan yang sudah berl ang-sung selama 40 t ahun begit u besar, sehingga muncul permintaan dari be-berapa pihak agar usaha penamba-ngan ini dit ut up. Art inya pengelola-an PTFI belum baik (good), karena banyaknya koment ar yang menun-j ukkan ket idakpuasan masyarakat .

Akar permasalahan ket idak-puasan masyarakat tersebut nampak-nya disebabkan karena PTFI kurang melaksanakan keterbukaan informasi t erhadap masyarakat . Dikarenakan

mengakibatkan gangguan bagi kegia-t an bisnis perusahaan di masa yang akan dat ang. Padahal PTFI t el ah diberi hak konsesi hingga tahun 2021. Suat u per i ode wakt u yang r el at i f masih panj ang.

Sebagaimana t el ah disebut -kan di bagian terdahulu, dalam lapo-ran PTFI mengenai Unsur-unsur Pem-bangunan Berkelanjutan (2006), data yang disaj ikan t idak mengungkapkan secara j elas dan t ransparan menge-nai kegiat an bisnis yang sesungguh-nya dari PTFI. Juga belum terungkap secara jelas manfaat PTFI bagi bang-sa Indonesia secara umum, dan bagi masyarakat Papua pada khususnya.

CSR memang mer upakan j awaban at as inisiat if bahwa bisnis t idak hanya berj alan demi kepent ingan pemegang saham (shar ehol -ders) saj a, namun j uga unt uk stake-holders yait u pekerj a, masyarakat , dan lingkungan. Meskipun tujuan bis-nis adalah mencari laba, namun peru-sahaan j uga harus bisa menyej ah-t erakan orang (people) dan menj a-min kelestarian lingkungan. Jika PTFI t er us mel aksanakan CSR secar a

(17)

konsi st en dan ber kesi nambungan, maka hal t ersebut menunj ukkan pe-rusahaan telah mengaplikasikan good cor por at e gover nance, memat uhi r egul asi dan et i ka, menj unj ung transparansi, dan memenuhi harapan st akehol der s.

Har apan st akehol der nam-paknya belum terpenuhi, sebagaima-na masih t erj adi berbagai ket idak-puasan masyarakat dan unj uk rasa kar yawan t er hadap per usahaan. Ket idapuasan masyarakat masih t er-jadi hingga tahun 2006 lalu dan unjuk rasa karyawan masih t erj adi hingga April 2007.

Peran Pemerintah

Dilema keberadaan perusahaan PTFI di Indonesia perlu dicarikan pe-nyelesaian, yang sudah dibayangkan t idak mudah. Pemerint ah mest i me-ngef ekt if kan kebij akan lingkungan. Masyarakat sekit ar dan LSM diaj ak mengawasi dampak beroperasi nya PTFI t erhadap lingkungan. Pemerin-t ah j uga perl u meminPemerin-t a PTFI agar l ebih t ransparan dal am mengel ol a lingkungan.

Member i kan i nf or masi secar a t erbuka at au t ransparan belum me-rupakan kondisi yang cukup unt uk mencapai t uj uan di l aksanakannya good cor por at e gover nance. Pem-berian informasi secara terbuka baru merupakan pra kondisi. Tuj uan good cor por at e gover nance adal ah agar perusahaan berf ungsi dan berper-f orma baik, sehingga dapat mening-kat kan kemakmuran masyaramening-kat .

Pemerintah perlu melakukan titik t emu dalam pengat uran lingkungan. Regul asi yang t er l al u ket at akan membuat perusahaan mult inasional t i dak nyaman, sehi ngga mer eka

meninggal kan at au t idak mau ber-investasi di Indonesia. Di sisi lain, pe-rat uran yang t erl al u l onggar akan menyediakan kesempat an bagi pe-rusahaan mult inasional unt uk mela-kukan ker usakan l i ngkungan l ebi h parah.

Salah sat u cara yang dapat di-tempuh, Pemerintah perlu mengefek-t if kan insmengefek-t rumen paj ak baru unmengefek-t uk meminimalisasi kerusakan lingkung-an. Instrumen ini dimaksudkan untuk mendor ong agar vol ume sampah yang dihasilkan dan dibuang ke ling-kungan sekitar dapat ditekan, karena semakin besar volume sampah yang dihasilkan maka akan semakin t inggi paj ak yang harus dibayarkan.

Pada wakt u yang akan dat ang, bukan t idak mungkin CSR menj adi kewaj iban baru st andar bisnis yang harus dipenuhi, sepert i halnya st an-dar ISO. Paradigma CSR perlu diubah, bukan sebagai konsekuensi (uni n-t ended consequence) n-t api menj adi t uj uan. Jika hanya sebagai konse-kuensi, CSR akan dikalahkan t uj uan ut ama perusahaan unt uk memaksi-malkan laba. Sedangkan jika menjadi t uj uan, CSR akan menj adi priorit as perusahaan dalam menj alankan ke-giat annya, t anpa mel al aikan l aba. CSR akan membuat per usahaan dicint ai masyarakat karena perusa-haan berbuat banyak bagi mereka. Perusahaan yang dicintai masyarakat mempunyai pr ospek masa depan yang baik, karena akan mendapat dukungan keberlanj ut annya.

Kesimpulan

Pener apan CSR di per usahaan sudah menj adi kebut uhan. Apal agi bagi perusahaan dengan skala besar,

(18)

karena umumnya perhat ian masya-rakat terhadap pelaksanaan usahanya akan semakin besar pula.

Perusahaan akan kesulit an j ika masi h menggunakan par adi gma l ama, yait u mengej ar keunt ungan setinggi-tingginya tanpa mempeduli-kan kondisi masyarakat sekit ar. Jika paradigma t ersebut dipert ahankan, maka akan memicu ket idakpuasan (kecemburuan sosial) dari masyara-kat sekit ar.

Ji ka hubungan dengan masya-rakat sekit ar t idak baik, perusahaan tidak dapat menggali potensi masya-rakat lokal yang seyogyanya dij adi-kan modal sosial perusahaan unt uk maju dan berkembang. Akibatnya hal it u akan merugikan perusahaan.

Per l u per at ur an per undang-undangan yang mengatur konsep dan j enis t anggung j awab sosial perusa-haan dalam rangka law enforcement dan peningkat an ekonomi lokal dan nasi onal . Di si si l ai n, di r eksi dan dewan komisaris sebagai manajemen puncak harus memiliki komitmen pe-nuh dalam menerapkan CSR, sehing-ga menj adi budaya perusahaan.

Berbagai penelit ian menunj uk-kan korelasi posit if ant ara CSR dan kondisi keuangan perusahaan. Peru-sahaan yang menerapkan CSR j ust ru memiliki kondisi keuangan yang baik. Dengan kat a l ai n sudah wakt unya perusahaan tidak lagi menggolongkan penerapan CSR sebagai biaya, me-lainkan sebagai investasi perusahaan, untuk mendapatkan return lebih baik di masa yang akan dat ang.

Jika perusahaan t elah melaku-kan CSR dengan baik, maka perusa-haan t ersebut t ergolong t elah mela-kukan GCG. Ji ka per usahaan-perusahaan di Indonesia t elah me-l aksanakan GCG maka masyarakat

akan menerima keberadaan perusahaan t erebut . Pada t ahap selanj ut -nya, hal t ersebut akan dapat mem-perbaiki iklim invest asi di Indonesia.

Saran

Pemikiran yang mendasari CSR yang sering dianggap sebagai inti dari et ika bisnis adalah bahwa perusaha-an t idak hperusaha-anya memiliki kewaj ibperusaha-an ekonomis dan legal, t api j uga kewa-jiban terhadap pihak lain. CSR meru-pakan j awaban at as inisiat if bahwa bisnis t idak hanya berj alan demi ke-pent ingan pemegang saham (share-holders) saj a, t api j uga unt uk stake-hol der s, yait u pekerj a, konsumen, pemer i nt ah, masyar akat , dan lingkungan.

Penerapan CSR memang bersifat sukarela. Menj adi waj ar, j ika pene-rapannya bebas t af sir berdasarkan kepent i ngan masi ng-masi ng. Ol eh kar ena i t u di per l ukan pengat uran penerapan CSR di Indonesi a, agar memiliki daya at ur, daya ikat , dan daya paksa. Tanggung j awab perusa-haan yang semul a adal ah r espon-sibility (tanggung jawab non hukum) akan ber ubah menj adi l i abi l i t y (t anggung j awab hukum). Perusaha-an yPerusaha-ang t idak memenuhi perat urPerusaha-an per unang-undangan dapat di ber i sanksi. Kebij akan yang pro masyara-kat dan lingkungan seperti ini sangat di but uhkan di t engah arus zaman neoliberalisme.

CSR perlu disikapi secara st ra-tegis, dan merupakan langkah mana-j emen yang t erencana. Dari sisi pe-rencanaan (planning), agar pelaksa-naan CSR dapat berkesinambungan dan mudah dievaluasi, perlu dibentuk sat u bagi an khusus di perusahaan yang mengelola kegiatan ini. Dengan demi ki an pr ogr am CSR dapat

(19)

direncanakan, disempurnakan, dan dikait kan dengan laba perusahaan. Art inya, program CSR bisa memberi benef it t ert ent u bagi perusahaan, bisa berupa laba at au sesuat u yang l ai n yang dapat di ukur, sehi ngga bukan sekedar charity.

Jika PTFI mengedepankan pem-bangunan masyarakat sebagai wuj ud pelaksanaan CSR, maka berarti peru-sahaan sebenarnya menggali pot ensi masyarakat lokal yang dapat dij adi-kan modal sosial perusahaan unt uk maj u dan berkembang. Selain dapat mencipt akan peluang-peluang sosial ekonomi masyar akat , menyer ap t enaga kerj a dengan kualif ikasi yang diinginkan, cara ini juga dapat mem-bangun cit ra PTFI sebagai perusaha-an yperusaha-ang ramah dperusaha-an pedul i l ingku-ngan. Selanj ut nya akan t umbuh rasa percaya masyarakat sehingga keha-diran PTFI di bumi Papua dit erima masyarakat karena berguna dan ber-manf aat . Cit ra posit if ini akan me-mudahkan perusahaan mendapat kan keper cayaan dan dukungan dar i masyarakat yang lebih luas, sehingga kesi nambungan usaha (sust ai nabi -lity) usaha dapat dipert ahankan.

Upaya memperbai ki hubungan bai k dengan masyar akat seki t ar dapat dit empuh, t idak saj a dengan mempekerj akan mereka di area pe-nambangan. PTFI dapat memberda-yakan masyar akat set empat pada kegi at an bi sni s seper t i usahat ani (agri bi sni s), agr oi ndust ri , maupun agrowisata. Diperoleh informasi (dari kegiat an perkuliahan) bahwa t anah Papua dapat ditanami berbagai tana-man yang bernil ai ekonomi t inggi, seperti tanaman hortikultura sayuran dan buah-buahan, t anaman t ahunan sepert i kelapa hibrida, mat oa, dan buah mer ah. Masyar akat dapat

dijadikan plasma untuk menghasilkan ber bagai t anaman t er sebut , PTFI mejadi inti yang memberikan penge-tahuan untuk berusaha, menyediakan sar ana pr oduksi , dan mener i ma produksi yang dihasilkan. Masyarakat j uga dapat diaj ak unt uk mengolah hasil pert anian yang dihasilkan se-hi ngga mempunyai ni l ai t ambah. Keindahan alam Papua dan kegiat an penambangan dapat di j adi kan produk wisat a yang dapat dij ual.

St rat egi lainnya, perusahaan se-cara t erbuka membangun kemit raan dengan ber bagai kal angan dan or gani sasi , t er masuk LSM. Per l u dibentuk departemen tersendiri yang mengelola pelaksanaan CSR di PTFI, sehi ngga kegi at an t er sebut dapat lebih t erarah, t erkendali dan mudah dievaluasi.

PTFI perlu meningkat kan ket er-bukaannya (openness), t er ut ama dalam hal penerapan CSR-nya. Se-bagaimana yang t elah dilakukan pe-rusahaan public, diperlukan penera-pan CSR secara transparan oleh para prof esional, dewan direksi, dan ko-misaris. Transparansi pada int inya adalah ket erbukaan, t erut ama menyangkut f ai r ness dan account abi -l i t y. Par a pe-l aku or gani sasi yang menjalankan kegiatannya dengan adil (fair) terhadap stakeholdernya, ten-tu tidak berkeberatan memberitahu-kan kegiat annya kepada pihak luar. Selain it u, apabila seluruh kegiat an dapat di per t anggungj aw abkan dengan baik, t ent u perusahaan j uga t idak akan keberat an unt uk mengu-mumkan kegi at an per usahaannya secara t erbuka kepada masyarakat luas.

Lapor an kepada st akehol der disampaikan secara rut in dan t anpa harus dimint a. Penyampaian dapat

(20)

dilakukan mel al ui berbagai media, seper t i l apor an t ahunan, not ul en rapat, website perusahaan yang ber-kualit as, dan menggunakan analisa dari analis independen. Dengan demi-ki an semua pemegang saham dan semua pi hak yang berkepent ingan mendapat kan inf ormasi yang benar dan sesuai dengan langkah-langkah st rat egis perusahaan.

Salah sat u kerugian yang dapat terjadi akibat adanya penilaian buruk masyar akat t erhadap pel aksanaan CSR adalah konsumen bisa-bisa tidak mau membeli produk yang dihasilkan-nya, art inya perusahaan akan meng-hadapi penurunan penj ualan, yang selanjutnya dapat berdampak menu-runnya keunt ungan. Jika hal ini t er-j adi, maka t uer-j uan perusahaan unt uk mendapat kan keunt ungan opt i mal tidak akan tercapai. Sebaliknya, CSR yang dilaksanakan dengan baik me-nunj ukkan per usahaan mel akukan good corporat e governance, dan hal ini akan memacu pertumbuhan, arti-nya akan memacu per kembangan per usahaaan di masa yang akan datang.

Pelaksanaan CSR (khususnya yang dikait kan dengan communi t y deve-l opment ) t edeve-l ah di anggap sebagai sal ah sat u f akt or pendukung daya saing perusahaan. Perusahaan yang mel aksanakan CSR dengan bai k, t i dak saj a membuat per usahaan menj adi popular, t api j uga dicint ai masyarakat karena perusahaan ber-buat banyak bagi masyarakat .

DAFTAR PUSTAKA

Danar dono, D. 2004. Rasi o yang Ar gument at i f - Komuni kat i f dan Int uisi yang Inst rukt if

dal am Menel usur i Jej ak CAPRA: Menemukan Int egrasi Sai ns, Fi l saf at , Agama. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Dj ogo, T. 2005. www. ber i t abumi

.or.id

Fauzia, A. 2006. Sat u Pelaj aran dari Papua: Fi l ant r opi dan Tanggung Jaw ab Sosi al Perusahaan .

Harahap, O. S. R. 2007. Tanggung Jawab Sosi al Per usahaan. www.pikiran-rakyat.com Hasi buan, C. dan Sedyono. 2002.

Etika Bisnis, Corporate Social Responsi bi l i t y ( CSR) , dan PPM. www.lppm. ac.id

Ikat an Cendeki aw an Musl i m Indonesi a. 2006. ICMI M e r e k o m e n d a s i k a n Peni nj auan Ul ang Kont r ak Kar ya dengan Fr eepor t . www.republika.com

Ker af , S. 1998. Et i ka Bi sni s: Tunt ut an dan Rel evansinya. Kanisius. Yogyakart a.

Kor men. 2007. Ri set 61 Li st ed Company LQ-45 di Indonesia dal am Busi nessRevi ew, Februari 2007.

Okt avi ani , R. 2006. Pr edi ksi Per t umbuhan Ekonomi dan Sekt or Ri i l Indonesi a 2007 dengan Beber apa Pi l i han Kebij akan. Makalah Seminar Economi c Out l ook. Depar t emen Il mu Ekonomi , Fakul t as Manaj emen dan EKonomi (FEM). IPB. Bogor. PT Freeport Indonesia. 2006a.

Unsur-Unsur Pembangunan

Berkelanjutan. PTFI. Jakarta. . 2006b. The El ement s of Shar ehol der Val ue. Fr eepor t - McMor an copper & Gold Inc. Jakart a.

(21)

Reksodiput ro, M. 2004. Sekt or Bisnis (Corporate) sebagai Subyek Hukum dal am Kait an dengn HAM. www. duniaesai. com Reza, A. 2006. FREEPORT, Sat u dari

Seki an Banyak Ekspl oi t asi Sumber Daya Al am di Indonesia. www. reza. f apet -online.com

Si manj unt ak, P. 2005. Per anan Et i ka dal am Bi sni s dal am Inf or masi Hukum Vol ume 3 Tahun VII. Jakart a.

Soebekt i , S. 2007. GCG sebagai Acuan Pemegang Obl i gasi dal am Busi nessRevi ew, Februari 2007.

Sukar man, W. 2005. Per an Masyarakat dan Part ai Polit ik agar Good Cor por at e Gover nance Di l aksanakan Ef ekt if pada BUMN . Bahan Kul i ah Fi l saf at Sai ns, Et i ka Bisnis, dan Good Cor por at e Governance Program Dokt or Manaj emen Bisnis IPB. Bogor.

Sur yana, A. 2003. Dar i Sabang sampai Fr eepor t : Neol i ber al i sme dan Kehancur an Li ngkungan Hidup dalam Neoliberalisme. Ci ndel ar as Pust aka Rakyat Cerdas. Yogyakart a.

Usman, E. 2006. Tekad Kami : Tut up Fr eepor t ! . www.walhi.or.id

Ut ama, H. W. 2007. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Invest asi

bukan Bi aya.

www.klikharry.wordpress.com Wahyuni, A. I. 2007. Laba Indust ri Tambang RI Pecahkan Rekor. www.detikcom.com

Wi di ant o, A. 2006. Kegagal an Indust r i Per t ambangan Indonesia. www. j at am. org Wi guna, O. 2006. Fr eepor t Kl ai m

Pengel ol aan Li mbah Sudah Baik. www. t empo. co. id

(22)

Gambar

Tabel  2.  Perkembangan  Sektor  Pertambangan  dan  Penggalian  Indonesia,  Tahun  2000-2005
Tabel  3.  Penerimaan  PTFI  pada  Tahun  2001-2005

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan analisis data tes menulis paragraf argumentasi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, diperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran

Pada hari ini Sabtu tanggal Enam Belas bulan September tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami selaku Pokja Unit Layanan Pengadaan Pembangunan Pagar Gedung Kantor Urusan

2 Jumlah insentif yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan target penjualan yang dicapai karyawan.. 3 Perhitungan / penentuan

[r]

Complexity analysis and playing strategies for ludo and its variant race game.. IEEE Conference on Computational Intelligence and Games

Keuntungan dari menggunakan efek fotovoltaik ( Photovoltaic/PV ) untuk menghasilkan energi listrik adalah bersih, tidak menimbulkan suara/hening, usia pakai lama dan

Kertas yang ditemukan oleh bangsa Cina pada masa ini adalah kertas yang kita kenal sekarang, kertas ini dibuat dari serat bambu yang dihaluskan, disaring,dicuci kemudian diratakan

Pada pemodelan dan simulasi tersebut digambarkan validitas dari hasil identifikasi rona lingkungan awal dengan aktivitas proyek, digambarkan dan diuji beberapa