• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

ARGA WISNU PRADANA

A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

ARGA WISNU PRADANA. Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik. Dibimbing Oleh ANAS D. SUSILA.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan varietas dan media tanam terbaik terhadap produksi dan kualitas melon pada sistem budidaya hidroponik di dalam rumah kaca. Penelitian dilaksanakan pada Januari-April 2012 di rumah kaca University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan.

Percobaan disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial 2 faktor dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah varietas melon (Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun Lady), sedangkan faktor kedua adalah media tanam (arang sekam, kompos daun bambu, dan pupuk kandang ayam). Terdapat 48 satuan percobaan dan tiap satuan percobaan berisi 2 tanaman. Pada perkembangan vegetatif tanaman, terdapat perbedaan yang nyata antara varietas terhadap tinggi tanaman dan panjang ruas pada 1 dan 4 MST (minggu setelah transplan). Perbedaan nyata pada jumlah buku terjadi pada 1-3 MST. Varietas Sun Lady memiliki pertumbuhan terbaik diantara empat varietas yang diuji. Jenis media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi dan jumlah buku selama 5 minggu. Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang ruas pada 3-5 MST. Media tanam arang sekam dan kompos daun bambu menghasilkan data yang tidak berbeda nyata, akan tetapi lebih baik daripada media pupuk kandang ayam

(3)

Melon varietas Golden Apollo unggul dari segi rasa, memiliki bentuk lonjong, warna kulit kuning tidak berjuring, tekstur sangat renyah dan memiliki kadar kemanisan mencapai 12.21 oBrix. Varietas Sky Rocket memiliki tingkat kemanisan mencapai 12.96 oBrix, bertekstur renyah berserat, aroma wangi, berbentuk bulat dengan juring sedang, warna kulit kuning dan warna daging buah hijau. Varietas Red Aroma unggul dari segi penampilan, karena memiliki daging buah berwarna jingga kemerahan dan memiliki tebal daging buah paling tinggi (42.75 mm). Melon varietas Red Aroma memiliki bentuk bulat dengan juring yang dalam dan tersebar merata menyelimuti kulit. Kulit melon berwarna hijau, memiliki daging buah yang renyah, berserat, dan aroma wangi. Varietas Sun Lady

memiliki keunggulan dari segi aroma yang sangat wangi. Bentuk buah lonjong dengan kulit berwarna putih susu tanpa juring. Daging buah berwarna jingga, tekstur buah sangat lunak dan kurang disukai konsumen. Melon varietas Golden Apollo dan Red Aroma cocok untuk budidaya di dalam rumah kaca dengan sistem hidroponik. Melon Golden Apollo menghasilkan rata-rata bobot per buah mencapai 1654.3 kg, sehingga produktivitas melon tersebut mencapai 21.7 ton per hektar.

(4)

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARGA WISNU PRADANA

A24080087

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(5)

Judul :

PENENTUAN VARIETAS DAN MEDIA TANAM TERBAIK PADA BUDIDAYA MELON (Cucumis melo L.) MENGGUNAKAN TEKNOLOGI HIDROPONIK

Nama :

ARGA WISNU PRADANA

NIM :

A24080087

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. NIP.19621127 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(6)

Penulis adalah anak pertama dari Taufan Budi Prasetyo, SP. dan Ir. Siswi Wahyuningrum Handayani, MSi. Penulis lahir di Madiun tanggal 24 Juni 1990. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1994-1996 di Taman Kanak-kanak Al-Hidayah. Kemudian pada tahun 1996-2002 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Manisrejo 05. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama ditempuh penulis pada tahun 2002-2005 di SMP Negeri 3 Madiun. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Madiun pada tahun 2005-2008. Penulis diterima kuliah di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2008 melalui jalur USMI.

(7)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis. Penelitian ini berjudul “Penentuan Varietas dan Media Tanam Terbaik Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik”. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan varietas dan media tanam yang paling cocok untuk budidaya hidroponik di dalam rumah kaca. Penulis menyampaikan terima kasih kepada :.

1. Dr. Ir. Anas D. Susila, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan, kritik, dan saran kepada penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Dwi Guntoro, SP, MSi. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi motivasi dan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan, penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Dini Dinarti, MSi. dan Dr. Dewi Sukma, SP, MSi. selaku dosen penguji yang telah memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak, mama, dan adik yang telah memberikan doa, dukungan dan kasih sayang selama ini.

5. Pak Mamat dan Staf University Farm yang telah membantu kelancaran penelitian penulis.

6. Faradila, Tri, Sihab, Nisa, Dito, Nida, Ika, Tama, Fajar, keluarga besar Garuda dan teman-teman Indigenous 45 yang telah membantu dan memberi dukungan selama persiapan penelitian hingga skripsi ini selesai. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian.

Bogor, Agustus 2012

(8)

Halaman

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ... 16

Tinggi Tanaman ... 17

Jumlah Buku Tanaman ... 17

Panjang Ruas Tanaman ... 18

Umur Panen dan Posisi Buah ... 20

Bobot, Panjang Buah, Lingkar Buah, Tebal Daging Buah ... 20

Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah ... 21

Pengamatan Kualitatif ... 22

Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(9)

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam ... 16

2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman ... 17

3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman Melon ... 18

4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman Melon ... 19

5. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman Pada 4 MST ... 19

6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Umur Panen dan Posisi Buah ... 20

7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Kuantitatif Buah Melon ... 21

8. Kandungan Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah ... 22

9. Deskripsi Karakter Kualitatif Empat Varietas Melon ... 23

10. Uji Organoleptik Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon ... 25

11. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Skor Aroma Buah ... 26

(10)
(11)

Nomor Halaman

1. Jadwal Penyiraman Tanaman ... 36

2. Analisis Kandungan Hara Media Tanam ... 37

3. Analisis Usaha Melon ... 38

4. Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca ... 42

5. Hama dan Penyakit Tanaman ... 43

6. Lembar Uji Organoleptik ... 44

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) memiliki teknik budidaya seperti sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus

Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007). Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan bahwa produksi melon nasional tahun 2010 adalah 85,161 ton dan produksi tahun 2009 adalah sebesar 85,860 ton. Angka produksi buah melon pada tahun 2010 lebih rendah dari tahun 2009.

Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang. Kandungan zat gizi dalam 236 g bagian buah melon yang dapat dimakan adalah 78 kalori, 28 mg sodium, 593 mg potassium, 25 g karbohidrat, 2 g serat, 21 g gula, 90 mg vitamin C, 4 mg kalsium, 10 mg zat besi (Lester, 1997). Berdasarkan data Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah (2011), konsumsi buah di Indonesia saat ini baru mencapai 34.06 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi per kapita yang direkomendasi FAO adalah sebesar 65 kg buah/kapita/tahun.

Penyakit cucumber mosaic virus (CMV) sering menyerang tanaman melon di Indonesia dan menyebabkan menurunnya produksi dan kualitas buah (Daryono

et al., 2003). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya. Hama dan penyakit tanaman melon menjadi permasalahan dalam budidaya melon di lapang (Everhart

et al.,2009). Produksi melon di lapang dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang berbeda (suhu, sinar matahari, curah hujan), praktek manajemen dan budidaya yang berbeda, jenis tanah dan drainase (Ohashi et al., 2009).

(13)

dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan sehingga potensi produksi tanaman dapat tercapai.

Resh (2004) menyatakan bahwa budidaya hidroponik menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji. Media yang digunakan harus dapat memacu perakaran tanaman dan terhindar dari zat beracun. Sudarjat dan Saridewi (2010) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik akan memberikan suatu sistem pertanian alami yang dapat memberikan lingkungan pertanian maupun mutu hasil produk yang lebih baik. Indrasari dan Syukur (2006) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari kotoran hewan mempunyai kandungan bahan organik dan KTK cukup tinggi, bereaksi netral, cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu. Anif et al., (2007) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik 40,38%, nitrogen diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan.

Semakin mahalnya hara hidroponik menjadikan budidaya dengan sistem hidroponik hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar dan terlalu mahal untuk para petani (Wijayani dan Wahyu, 2005). Pemanfaatan bahan organik sebagai media tanam diharapkan mampu mengurangi dosis hara hidroponik karena bahan organik dapat menyediakan sebagian kebutuhan hara tanaman. Evaluasi produksi melon didalam rumah kaca menggunakan teknologi hidroponik perlu dilakukan untuk mendapatkan varietas terbaik dan mengetahui apakah pemanfaatan bahan organik dapat digunakan sebagai pengganti media arang sekam. Varietas dan media tanam organik terbaik dapat digunakan oleh masyarakat dalam budidaya melon hidroponik dengan tujuan komersial.

Tujuan

(14)

Hipotesis

1. Terdapat varietas melon terbaik untuk budidaya secara hidroponik di dalam rumah kaca.

2. Terdapat pengaruh penggunaan jenis media tanam terhadap hasil dan kualitas buah melon

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Melon

Melon (Cucumis melo L.) berasal dari afrika, sedangkan jenis liarnya ditemukan di India dan pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang. Melon memiliki teknik budidaya seperti sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus Cucumis (Ghebretinsae et al.,2007).

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) pembungaan melon dapat dengan cara monoecious dan kadang-kadang andromonoecious. Bunga jantan terbentuk dalam kelompok tiga hingga lima bunga pada tangkai bunga ramping. Bunga betina dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk pendek, tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali selama awal pagi hari dan diserbuki oleh serangga. Adams dan Early (2004) menyatakan bahwa melon memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu pohon atau sering disebut tanaman monoecious.

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa daun melon berbentuk agak bundar, bulat telur atau seperti ginjal, lebar sekitar 8-15 cm, dan bersudut-sudut atau memiliki lima hingga tujuh lekuk dangkal. Menurut Poincelot (2004) daun pada tanaman hortikultura merupakan tambahan mendatar dari permukaan batang yang berpola dan memiliki permukaan yang lebar untuk menyerap energi cahaya secara efisien untuk fotosintesis dan transpirasi.

(16)

beberapa sangat bersudut, dan yang lainnya tertutup oleh jala-jala bergabus atau retikulat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Daging buah melon yang sebenarnya adalah dinding bakal buah memiliki beragam ketebalan, warna, dan teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau, merah jambu, atau jingga. Aroma yang muncul dari buah melon merupakan perpaduan senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, dan ester yang terbentuk selama pematangan. Jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai varietas melon yang akan memberikan sifat dan aroma rasa yang berbeda permukaan laut dan dengan suhu antara 25-30 oC. Tanaman ini memerlukan sinar matahari penuh, sehingga tidak cocok ditanam pada daerah lembab dan ternaung (Ashari, 2006). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya (Everhart et al., 2009).

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon memerlukan tanah yang dalam dan berdrainase baik untuk pertumbuhannya. Tanah bertekstur halus dengan pH antara 7-8 menghasilkan melon lebih produktif. Kelembaban tanah juga harus selalu terjaga, kelembaban rendah akan memunculkan sebagian besar penyakit daun. Menurut Poincelot (2004) ketersediaan air yang konstan sangat diperlukan melon untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah. Ashari (2006) menambahkan bahwa melon sangat baik tumbuh pada tanah berlempung dengan pH netral, penanaman melon secara hidroponik atau dengan media tanpa tanah sudah banyak dilakukan.

(17)

Perawatan tanaman melon lebih intensif daripada mentimun. Melon membutuhkan hara lebih banyak yang disebabkan umur melon yang lebih panjang. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk meminimumkan kontak langsung buah dengan air (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Menurut Acquaah (2005) suplai nitrogen, fosfor, dan kalium harus rutin dilakukan untuk pertumbuhan dan perkembangan melon.

Hidroponik

Ada beberapa cara budidaya melon yang dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah hidroponik. Hidroponik dapat didefinisikan sebagai ilmu membudidayakan tanaman tanpa menggunakan tanah, tetapi dengan menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan nutrisi yang mengandung semua elemen penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan normal (Resh, 2004). Menurut Adams dan Early (2004) dalam sistem budidaya hidroponik tanaman dapat tumbuh karena adanya larutan nutrisi yang diberikan secara terkontrol dengan media tanam yang tidak solid sehingga tanaman memperoleh suplai oksigen yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan.

Resh (2004) menyatakan bahwa media tanam harus terhindar dari zat beracun. Pemilihan media tanam dalam sistem hidroponik harus berdasarkan ketersediaan media, biaya, kualitas, dan jenis metode hidroponik yang akan digunakan. Menurut Rice (2011) media tanam yang digunakan dalam polibag harus memiliki porositas yang besar, sehingga dapat menunjang perkembangan akar karena akar mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Resh (2004) menyatakan bahwa penerapan sistem hidroponik yang menggunakan fertigasi dapat memberikan hara bersamaan dengan penyiraman. Larutan hara yang digunakan adalah hara AB mix yang terdiri dari larutan stok A, larutan stok B, dan asam dengan jumlah 15-20% dari total larutan stok. Menurut Susila (2006) larutan stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, dan

FeEDTA, sedangkan larutan stok B mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4,

(18)

mempunyai EC antara 1.6-1.7 mmhos/cm dan diharapkan akan meningkat menjadi 2.0-2.5 mmhos/cm di media tanam arang sekam setelah sehari dilakukan pemberian nutrisi.

Fertigasi

Shaw et al., (2004) menyatakan bahwa kualitas air irigasi harus menjadi perhatian utama, terutama pada irigasi dalam sistem hidroponik. Penyiraman terjadwal yang disesuaikan dengan media tanam dan kebutuhan tanaman akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut Rice (2011) irigasi pada kegiatan budidaya tanaman merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman. Volume irigasi harus memperhatikan jenis tanaman dan jenis media yang digunakan dalam budidaya tanaman.

Hidroponik pada umumnya menggunakan sistem fertigasi, yaitu pemberian unsur hara yang dialirkan melalui sistem irigasi. Larutan stok mengalir ke aliran irigasi utama melalui pipa. Aliran irigasi ini membawa larutan stok yang telah dicampur dari tangki pencampuran dan akan menuju ke sistem hidroponik dalam rumah kaca. Filter berukuran 200 mesh dipasang pada aliran utama untuk menyaring partikel-partikel sehingga tidak partikel tersebut tidak ikut masuk dalam sistem irigasi tetes (Resh, 2004).

Menurut Resh (2004) perlengkapan yang harus disediakan untuk sistem fertigasi hidroponik adalah tangki untuk air dan larutan stok AB, injektor untuk mengatur volume larutan stok yang keluar, komputer, pH dan EC meter, pompa air, saringan, alat sterilisasi Ozon dan UV, dan tangki pencampuran.

Greenhouse

(19)

banyaknya nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman dapat diberikan secara terkontrol.

Boodley (1998) menyatakan bahwa secara umum desain rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumah kaca terpisah (detached greenhouse) dan rumah kaca terhubung (connected greenhouse). Menurut Emekli et al., (2010) untuk melakukan budidaya tanaman intensif dalam rumah kaca, hendaknya desain rumah kaca disesuaikan dengan ekologi negara tempat tanaman tersebut dibudidayakan.

Boodley (1998) menyatakan bahwa keuntungan dari sebuah rumah kaca terpisah adalah lebih mudah untuk instalasi dan menjaga suhu untuk memenuhi kebutuhan tanaman secara spesifik. Selain itu, sebuah rumah kaca yang terpisah lebih mudah untuk pergantian udara tanpa mengganggu tanaman terutama pada udara dingin. Pada rumah kaca terhubung, keuntungannya adalah bangunan ini lebih murah dan efisien tempat, tidak adanya dinding samping antara rumah kaca menyebabkan lebih sedikit bahan-bahan bangunan yang diperlukan. Pertukaran panas dapat dilakukan lebih efisien karena ada bagian yang terbuka antara rumah kaca yang terhubung. Rumah kaca terpisah lebih mudah perawatan dan pengelolaannya daripada rumah kaca terhubung, rumah kaca terpisah model even span lebih sering digunakan karena rumah kaca ini memiliki besi penopang atap yang tipis, sehingga cahaya matahari yang masuk tidak terhalang dengan adanya penopang atap.

Arang Sekam

Arang sekam merupakan salah satu media tanam hidroponik yang sering digunakan. Media ini memiliki ukuran partikel yang lebih besar daripada serbuk gergaji. Sekam padi dapat meningkatkan drainase dan biasanya digunakan untuk subtitusi media peat. Sekam memiliki ukuran yang seragam, ringan dan mampu melindungi dari kerusakan akibat penipisan kadar nitrogen oleh mikroorganisme (Mastalerz, 1977). Menurut Soeminaboedhy dan Tejowulan (2007) arang sekam dapat menyediakan unsur hara tambahan walaupun tidak sebanyak pupuk

anorganik, penggunaan arang sekam juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah.

(20)

dengan jenis arang lainnya yaitu 200-300 m2/g sehingga memungkinkan melepaskan unsur fosfor lebih banyak.

Ermina (2010) menyatakan bahwa media arang sekam mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain harganya relatif murah, bahannya mudah didapat, ringan, sudah steril, dan mempunyai porositas yang baik. Kekurangannya yaitu hanya dapat digunakan dua kali tanam. Menurut Rosana (2011) media ini memiliki aerasi (sirkulasi) udara dan porositas tanah yang baik sehingga perakaran tanaman berkembang optimal

Kompos Daun Bambu

Kompos daun adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari bahan-bahan hijauan dengan proses dekomposisi (Sulistyorini, 2005). Kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik 40,38%, nitrogen diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan (Anif et al., 2007).

Rosana (2011) menyatakan bahwa kompos daun bambu memiliki aerasi

(sirkulasi) udara dan porositas tanah yang baik sehingga perakaran tanaman dapat

berkembang optimal. Media kompos daun bambu yang dicampur dengan sekam

dapat mempercepat pertumbuhan tanaman mawar. Faruqi (2011) menyatakan

bahwa kompos daun bambu yang dicampur dengan arang sekam menghasilkan

tinggi tanaman lebih besar dan ruas tanaman lebih baik daripada media tanam

lainnya.

Pupuk Kandang Ayam

Hartatik dan Widowati (2006) menyatakan bahwa pupuk kandang adalah

sumber hara nitrogen, fosfor, kalium, dan lainnya. Nitrogen dari pukan umumnya

dirubah menjadi bentuk nitrat sehingga dapat diserap oleh tanaman. Pupuk

kandang mengandung unsur hara dengan konsentrasi yang bervariasi tergantung

jenis ternak, makanan, umur, dan kesehatan ternak.

Pupuk kandang ayam memiliki kadar hara P yang relatif lebih tinggi

daripada pupuk kandang lain. Beberapa hasil penelitian aplikasi pupuk kandang

(21)

Kandungan N, P2O5, K2O dan CaO dari pupuk kandang ayam berturut-turut

adalah sebesar 1.5%, 1.3%, 0.8%, dan 4.0%, sedangkan kandungan air dan bahan

organiknya adalah 57% dan 29% (Hartatik dan Widowati, 2006). Pemberian

pupuk kandang ayam dapat memenuhi ketersediaan hara sepanjang pertumbuhan

tanaman dan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang lebih baik daripada pupuk

kandang sapi dan kambing (Mayadewi, 2007).

Kualitas Buah

Kualitas produk hortikultura sangat tergantung pada lingkungan tumbuh

dan faktor genetik tanaman. Faktor lingkungan tumbuh yang berperan dalam

produksi hortikultura diantaranya adalah tanah, nutrisi, air, sinar matahari,

temperatur, dan ketinggian tempat (Ashari, 2006).

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon berkualitas tinggi memiliki kandungan padatan terlarut 10% atau lebih. Sari (2009) menyatakan bahwa kualitas buah melon dapat dilihat dari nilai padatan terlarut

(22)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca University Farm IPB, unit lapangan Cikabayan, dengan ketinggian tempat 250 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai Januari sampai April 2012.

Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan melon varietas Golden Apollo, Sky Rocket, Red Aroma, dan Sun Lady. Media tanam yang digunakan adalah arang sekam, kompos daun bambu (diayak dengan saringan berukuran 0.5 cm), dan pupuk kandang ayam, sedangkan media semai menggunakan kascing. Hara yang digunakan adalah pupuk stok A (KNO3, Ca(NO3)2 dan FeEDTA) dan pupuk stok B (KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4, MnSO4, CUSO4, (NH4)S04, Na2HBO3,

ZnSO4 dan NaMoO4). Komposisi hara yang digunakan yaitu: NO3- 233 ppm,

NH4+ 25 ppm, K+ 210 ppm, PO4– 60ppm, Ca2+ 177 ppm. Mg2+ 24 ppm, SO4- 113

ppm, Fe 2.14 ppm, B 1.2 ppm, Zn 0.26 ppm, Cu 0.048 ppm, Mn 0.18 ppm dan Mo 0.046 ppm. Furadan 3G (bahan aktif Carbofuran), fungisida Dithane M-45

(bahan aktif Mancozeb 80%), dan insektisida Confidor (bahan aktif Imidakloprid

5%). Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tray semai, polybag ukuran 35 x 35 cm, irigasi tetes, sprayer ukuran 15 liter, gelas ukur 100 ml dan 1000 ml, ember, benang ajir, meteran, termo-hygrometer, hand refractometer,

hand penetrometer, EC meter, pH meter, timbangan digital, jangka sorong dan kontainer yang digunakan berukuran 100 liter dan 2000 liter.

.

Metode Penelitian

(23)

Yijk = µ + αi+ βj + (αβ)ij+ ρk+ εijk

Yijk : Nilai pengamatan pada Varietas ke-i, Media ke-j, dan

Kelompok ke-k

µ : Rataan Umum

αi : Pengaruh Varietas ke-i βj : Pengaruh Media ke-j

(αβ)ij : Pengaruh Interaksi Varietas ke-i dan Media ke-j ρk : Pengaruh Kelompok ke-k

εijk : Galat Percobaan

Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian diawali dengan pembersihan greenhouse, lalu mempersiapkan penyemaian benih serta pembuatan larutan stok A dan B. Pupuk ABmix dilarutkan dalam kontainer A dan kontainer B dengan volume masing-masing 90 liter. Sebanyak 10 liter masing-masing-masing-masing larutan stok, diencerkan pada kontainer besar berukuran 2000 liter. Kemudian dilakukan pengukuran EC dan pH larutan, dengan nilai EC antara 2.1-2.5 mS dan nilai pH 6.5-6.8. Penyiraman tanaman menggunakan irigasi tetes, penyiraman fase vegetatif pada umur 1 MST setiap hari dilakukan 4 kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman dilakukan pada pukul 07.00, 10.00,13.00,15.00. Pada umur 2-3 MST dilakukan 5 kali penyiraman dengan volume 100 ml, penyiraman dilakukan pada pukul 07.00, 09.00, 11.00, 13.00, 15.00. Pada fase pembungaan (4 MST) penyiraman dilakukan 5 kali dengan volume 150 ml. Penyiraman pada 5 MST-12 MST setiap hari dilakukan sebanyak 4 kali. Penyiraman pada fase pembungaan (5 MST) dengan volume 200 ml, fase pembentukan buah (6 MST) dengan volume 250 ml, fase perkembangan buah (7-8 MST) dengan volume 300 ml, fase pematangan buah (9-12 MST) dengan volume 200 ml.

(24)

jarak antar polybag adalah 60 cm dan diletakkan secara zig-zag. Dripper stick

(alat irigasi tetes) ditancapkanpada setiap polybag.

Selama penelitian dilakukan pemeliharaan seperti pemangkasan daun, penyemprotan dan pembersihan rumah kaca. Pemangkasan dilakukan dengan membuang tunas lateral yang tumbuh dibawah buku ke-10 dan diatas buku ke-13. Tunas lateral pada buku ke-24 hingga buku ke-29 tidak dipangkas karena beberapa tanaman melon baru terbentuk calon buah pada buku tersebut. Pemangkasan batang utama juga dilakukan pada fase generatif agar hasil fotosintesis dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perkembangan buah. Seleksi buah melon dilakukan ketika diameter buah mencapai + 3 cm dan pada satu pohon hanya dipelihara satu buah.

Penyemprotan tanaman dilakukan dengan menggunakan fungisida dengan dosis 2 g/l dan insektisida dengan dosis 2 g/l. Penyemprotan fungisida dan insektisida dilakukan secara bergantian dalam selang waktu 1 minggu. Penyemprotan pestisida dihentikan 2 minggu sebelum panen. Panen perdana dilakukan ketika tanaman berumur 63 hari setelah tanam.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan mulai pemindahan bibit ke polybag hingga panen. Pengamatan dilakukan setiap minggu meliputi pengamatan vegetatif (pada 1-5 MST) dan generatif (pada 6-12 MST). Pengamatan karakter kuantitatif dan kualitatif dilakukan setelah buah dipanen.

Fase vegetatif:

1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari buku pertama hingga ujung titik tumbuh. 2. Panjang ruas rata-rata (cm), dihitung dari tinggi tanaman dibagi jumlah

ruas.

3. Jumlah buku (buah), dihitung dari buku pertama hingga buku terakhir. Fase generatif :

(25)

Karakter kuantitatif :

1. Bobot buah (gr), diukur menggunakan timbangan kasar. 2. Panjang buah (cm), diukur dari pangkal hingga ujung buah. 3. Lingkar buah (cm), diukur pada bagian tengah buah.

4. Kekerasan kulit buah (Kg/s), diukur menggunakan hand penetrometer

pada bagian pangkal, tengah, dan ujung.

5. Tebal daging buah (mm), diukur dengan jangka sorong.

6. Kandungan padatan terlarut total (PTT). Diukur menggunakan hand refractometer pada bagian pangkal, tengah, dan ujung buah.

Karakter kualitatif :

1. Tipe juring dengan kriteria tidak berjuring, dangkal, sedang, dan dalam. 2. Aroma buah dengan kriteria wangi dan tidak wangi.

3. Rasa daging buah dengan kriteria manis dan tidak manis. 4. Warna daging buah, diukur dengan colour chart.

5. Warna kulit buah, diukur dengan colour chart.

6. Tekstur daging buah, dengan kriteria berserat, renyah, lunak.

7. Bentuk buah disesuaikan dengan standar Descriptor for Melon IPGRI. 8. Uji Organoleptik rasa, aroma, dan penampilan dengan 10 responden untuk

(26)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Daya berkecambah benih dari 4 varietas melon memiliki perbedaan, daya berkecambah masing-masing varietas Golden apollo, Sky Rocket, Red aroma, dan Sun lady, berturut-turut 84%, 60%, 65%, 70%. Bibit melon siap dipindah tanam ke dalam rumah kacasetelah berumur 18 hari.

Tanaman dengan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu menunjukkan pertumbuhan yang baik mulai minggu pertama. Tanaman pada media pupuk kandang ayam terhambat pertumbuhannya yang diduga karena jenuh dengan larutan hara dan tingginya kandungan Fe, Mn, Zn, Cu pada media pupuk kandang ayam. Hama penggorok daun (Leaf minner) mulai menyerang tanaman pada 2 MST dengan intensitas serangan ringan (10%), sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.

Suhu di dalam rumah kaca berkisar antara 24-42 oC. Penyemprotan insektisida dan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80% dan Imidakloprid 5% dilakukan secara bergantian dengan selang waktu 1 minggu mulai umur 2 MST hingga 8 MST. Panen perdana dilakukan pada 63 hari setelah tanam.

(27)

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Hasil analsis ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1 dan 4 MST, jumlah buku 1-3 MST, panjang ruas 1 dan 4 MST, posisi buah, panjang buah, tebal buah, rasa, aroma, dan penampilan buah. Perlakuan media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman 1-5 MST, jumlah buku 1-5 MST, panjang ruas 3-5 MST, dan uji aroma buah. Interaksi antara varietas dan media tanam terjadi pada panjang ruas 4 MST dan aroma buah.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

Peubah Umur Padatan Terlarut Total 0.7260 0.0802 0.2030 7.51 Kekerasan Kulit Buah 0.6864 0.1370 0.8631 16.31 Uji Skor Rasa 0.0111* 0.3531 0.6242 23.98 Uji Skor Aroma 0.0116* 0.0188* 0.0277* 17.53 Uji Skor Penampilan 0.0002** 0.1763 0.8725 17.67 Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %, * = Berbeda nyata pada taraf uji 5%,

(28)

Tinggi Tanaman

Empat varietas melon yang ditanam menunjukkan perbedaan tinggi yang nyata pada 1 MST dan 4 MST (Tabel 2). Varietas Sun Lady memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan tiga varietas yang lain. Perlakuan media tanam yang digunakan menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada 1-5 MST. Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu tidak menghasilkan tinggi tanaman yang berbeda, akan tetapi kedua perlakuan tersebut menghasilkan data lebih tinggi daripada media tanam pupuk kandang ayam. Tidak terdapat interaksi antara varietas dan media tanam terhadap tinggi tanaman melon.

Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Melon

Perlakuan Umur Tanaman sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Jumlah Buku

(29)

ayam. Tidak ada interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap rata-rata jumlah buku tanaman melon.

.

Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman Melon ** = Berbeda sangat nyata pada taraf uji 1 %. Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Panjang Ruas

Perlakuan empat varietas melon berpengaruh nyata terhadap panjang ruas tanaman pada 1 dan 4 MST. Varietas Golden Apollo memiliki panjang ruas tertinggi pada 1 MST, akan tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Red Aroma. Varietas Sun Lady memiliki rata-rata panjang ruas lebih rendah daripada varietas lain pada 1 MST, namun mulai umur 3 MST varietas tersebut memiliki rata-rata panjang ruas lebih tinggi daripada varietas lain. Pada 4 MST varietas Sun Lady memiliki panjang ruas paling tinggi dibandingkan dengan tiga varietas lain. Perlakuan media tanam memberikan pengaruh sangat nyata terhadap panjang ruas pada 3-5 MST. Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu memiliki rata-rata panjang ruas lebih tinggi daripada media tanam pupuk kandang ayam. Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terjadi pada 4 MST (Tabel 4).

(30)

Sky Rocket media kompos daun bambu memberikan hasil yang terbaik terhadap panjang ruas tanaman dibandingkan dengan media lainnya.

Tabel 4. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman Melon sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%).

Tabel 5. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Panjang Ruas Tanaman Pada 4 MST

Varietas Media Panjang Ruas

Golden apollo Arang sekam 6.78

(31)

Umur Panen dan Posisi Buah

Umur panen buah melon dihitung dari pindah tanam ke rumah kaca hingga panen. Berdasarkan data pada Tabel 6, rata-rata umur panen buah melon adalah 72.75-77.75 HST. Perlakuan varietas dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap umur panen buah melon.

Pada pengamatan posisi buah, perlakuan varietas melon menunjukkan pengaruh nyata terhadap posisi buah. Posisi buah pada varietas Golden Apollo

terdapat pada buku yang lebih rendah dibandingkan dengan tiga varietas lainnya. Perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap posisi buah. Media pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan tidak adanya tanaman yang berbuah pada media tersebut. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap posisi buah.

Tabel 6. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Umur Panen dan Posisi Buah Melon

Perlakuan Umur panen (HST) Posisi buah (buku ke-) Varietas

Golden apollo 72.75 13.00b

Sky rocket 76.25 22.50a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata

menurut uji DMRT (α = 5%).

Bobot, Panjang buah, Lingkar buah, Tebal daging buah

(32)

Perlakuan varietas menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap panjang buah dan tebal daging buah melon. Rata-rata panjang buah melon berkisar antara 23.15–27.27 cm, sedangkan rata-rata tebal daging buah berkisar antara 36.25– 42.75 mm. Varietas Golden Apollo memiliki rata-rata panjang buah tertinggi, sedangkan varietas Red Aroma memiliki rata-rata tebal daging buah tertinggi dibandingkan dengan varietas lainnya. Tebal daging buah red aroma tidak berbeda nyata dengan varietas Golden Apollo dan Sky Rocket. Tebal daging buah terkecil terdapat pada varietas Sun Lady. Perlakuan media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap bobot per buah, panjang buah, lingkar buah, dan tebal daging buah melon. Perlakuan media pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan tidak adanya tanaman yang berbuah pada media tersebut. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap bobot per buah, panjang buah, lingkar buah, dan tebal daging buah melon.

Tabel 7. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Parameter Kuantitatif Buah Melon Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%)..

Padatan Terlarut Total dan Kekerasan Kulit Buah

(33)

Media tanam pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan oleh tanaman pada media tersebut tidak menghaslkan buah. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap padatan total terlarut buah melon.

Perlakuan varietas dan media tanam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kekerasan kulit. Rata-rata kekerasan kulit buah melon berkisar pada 0.93–1.07 Kg/s. Media tanam pupuk kandang ayam tidak memiliki data yang disebabkan oleh tanaman pada media tersebut tidak menghasilkan buah. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam terhadap kekerasan kulit buah melon.

Tabel 8. Kandungan Padatan Total Terlarut dan Kekerasan Kulit Buah

Perlakuan PTT (oBrix) Kekerasan Kulit (Kg/s) Varietas

Keterangan : tn = Tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 %.

Pengamatan Kualitatif

Karakter kualitatif empat varietas melon yang diuji menunjukkan penampilan yang berbeda pada setiap varietas. Deskripsi karakter kualitatif empat varietas melon terdapat pada Tabel 9, sedangkan data uji organoleptik rasa, aroma dan penampilan buah melon terdapat pada Tabel 10.

Uji karakter kualitatif empat varietas melon berdasarkan Descriptor for Melon (IPGRI, 2003) menunjukkan bahwa varietas Golden Apollo dan Sun Lady

memiliki bentuk buah lonjong, sedangkan varietas Sky Rocket dan Red Aroma

(34)

Training Program of Variety Protection Center. Penampakan warna kulit buah tua dan tipe juring pada empat varietas yang diuji menunjukkan keragaman. Varietas Golden Apollo memiliki warna kulit kuning tanpa juring. Varietas Sky Rocket memiliki kulit kuning muda dengan intensitas juring sedang atau tidak meyelimuti permukaan kulit secara penuh. Varietas Red Aroma memiliki warna kulit hijau muda dengan intensitas juring yang dalam atau menyelimuti penuh permukaan kulit. Varietas Sun Lady memiliki warna kulit putih susu tanpa juring.

Varietas Golden Apollo memiliki warna daging buah putih dengan tekstur buah renyah dan berair. Rasa varietas Golden Apollo yang manis dengan tekstur renyah disukai oleh konsumen, namun varietas ini kurang wangi dibandingkan dengan varietas yang lain. Varietas Sky Rocket memiliki warna daging buah hijau cerah dengan rasa manis paling tinggi diantara varietas lain dan memiliki tekstur yang renyah dan berserat dengan aroma yang lebih wangi daripada varietas

Golden Apollo. Varietas Red Aroma memiliki warna daging buah jingga kemerahan dan hampir sama dengan warna daging buah varietas Sun Lady. Tekstur buah varietas Red Aroma renyah agak berserat dengan aroma wangi dan rasa yang manis. Varietas Sun Lady unggul dalam aroma buah yang sangat wangi, namun aroma yang wangi tersebut tidak sebanding dengan rasa yang memiliki tingkat kemanisan paling rendah diantara empat varietas yang diuji. Tekstur yang sangat lunak pada varietas Sun Lady juga kurang disukai oleh konsumen.

Tabel 9. Deskripsi karakter kualitatif empat varietas melon yang diuji

Karakter Varietas

Golden Apollo Sky Rocket Red Aroma Sun Lady

Bentuk buah Lonjong Bulat Bulat Lonjong

Warna kulit buah tua Kuning FFFF66 Tekstur daging buah Renyah Renyah

Berserat

Renyah Berserat

(35)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2. Warna daging buah melon (a) Varietas Golden Apollo, (b) Varietas Sky Rocket, (c) Varietas Red Aroma, (d) Varietas Sun Lady.

(36)

Aroma. Varietas Red Aroma memiliki skor tertinggi pada uji penampilan dengan rata-rata skor 4.20, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Sun Lady. Skor penampilan yang lebih tinggi ini disebabkan penampilan daging buah yang berwarna jingga kemerahan dan lebih tebal daripada varietas lain yang diuji, selain itu intensitas juring yang penuh menyelimuti kulit menjadikan penampilan buah ini lebih menarik. Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam Kruskal Wallis disajikan pada Tabel 12. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap skor rasa, aroma, dan penampilan. Varietas Golden Apollo memiliki peringkat tertinggi pada uji rasa, namun memiliki peringkat yang rendah pada penampilan buah. Varietas Red Aroma memiliki peringkat tertinggi pada penampilan buah. Varietas ini juga memiliki peringkat rasa yang lebih tinggi dari varietas Sky Rocket dan Sun Lady. Aroma buah varietas Red Aroma memiliki peringkat lebih tinggi daripada varietas Golden Apollo dan Sky Rocket.

Tabel 10. Uji Organoleptik Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon

Perlakuan Skor sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT (α = 5%). Keterangan Skor : 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka, 5 = sangat suka

(37)

Tabel 11. Pengaruh Interaksi Antara Varietas dan Media Tanam Terhadap Skor Aroma Buah

Varietas Media Skor Aroma

Golden apollo Arang sekam 3.70

Tabel 12. Uji Kruskal Wallis Skor Rasa, Aroma, dan Penampilan Buah Melon

Perlakuan Rasa Aroma Penampilan

Skor Rank Skor Rank Skor Rank

Keterangan : H= Nilai uji Kruskal Wallis, tn= P value > 0.05, *= P value <0.05, **= P value <0.01

Pembahasan

(38)

minggu. Pada parameter panjang ruas tanaman, perlakuan media tanam mulai berpengaruh nyata pada 3-5 MST. Semakin besar jumlah buku dan panjang ruas yang dihasilkan tanaman melon maka akan semakin besar peluang mendapatkan buah melon yang berkualitas, karena dalam 1 tanaman melon hanya disisakan 1 calon buah yang terbaik. Menurut Faruqi (2011) pada tanaman mentimun Gherkin jumlah buku akan berpengaruh terhadap jumlah buah yang dihasilkan. Tanaman yang memiliki ruas lebih panjang akan memiliki ruang tumbuh buah yang lebih renggang sehingga perkembangan buah lebih baik.

Media tanam arang sekam dan kompos daun bambu menghasilkan data pertumbuhan yang tidak berbeda nyata, namun media tanam pupuk kandang ayam menghasilkan pertumbuhan paling rendah. Hal ini diduga bibit yang ditanam pada media tanam pupuk kandang ayam mengalami stres yang disebabkan media tersebut jenuh dengan larutan fertigasi dan relatif tingginya kandungan hara mikro. Pupuk kandang ayam memiliki porositas media yang lebih rendah daripada arang sekam dan kompos daun bambu, sehingga penyiraman secara rutin dengan larutan hara hidroponik menimbulkan akumulasi hara pada media pupuk kandang ayam dan menyebabkan media tersebut tergenang dengan larutan hara (Lampiran 1). Menurut Ashari (2006) tanah atau media tanam yang tergenang dengan air menyebabkan kandungan oksigen dalam media tanam menurun dan respirasi akar terhambat, sehingga serapan hara untuk tanaman akan berkurang. Analisis hara media tanam menunjukkan kandungan hara mikro Fe, Mn, Zn, Cu pada media pupuk kandang ayam berturut-turut sebesar 23,275.26 ppm, 1,406.85 ppm, 1,440.73 ppm, dan 273.28 ppm (Lampiran 2).

Pada pengamatan kuantitatif, varietas Golden Apollo memiliki panjang buah tertinggi (27.27 cm) karena tanaman ini berbentuk lonjong seperti varietas

(39)

Produktivitas melon tergantung pada bobot buah per tanaman. Empat varietas melon yang ditanam di rumah kaca menghasilkan rata-rata bobot per buah mencapai 1654.3 kg, sehingga produktivitas melon tersebut mencapai 21.7 ton per hektar. Tingkat produksi tersebut menunjukkan bahwa melon didalam rumah kaca memiliki produksi lebih tinggi daripada budidaya di lahan terbuka. Menurut Rahim dan Sukari (2011) produksi melon di lahan terbuka berkisar antara 10-15 ton per hektar. Emekli et al., (2010) menyatakan bahwa rumah kaca secara umum menyediakan lingkungan yang optimum untuk produksi tanaman hortikultura sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum.

Biaya produksi per kilogram buah melon didalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya di lahan terbuka. Biaya produksi di rumah kaca adalah 6,152–7,551 rupiah per kilogram buah melon (Lampiran 3). Menurut Sudarto (2011) biaya produksi buah melon varietas unggul (MAI 116) di lahan terbuka adalah 1,277 rupiah per kilogram. Wijayani dan Wahyu (2005) menyatakan bahwa biaya produksi melon rumah kaca lebih tinggi disebabkan oleh tingginya harga hara hidroponik untuk satu musim dalam satu rumah kaca. Harga hara hidroponik yang terlalu tinggi untuk kalangan petani menyebabkan budidaya hidroponik hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar.

Perlakuan varietas dan media tanam menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata terhadap nilai padatan terlarut total dan kekerasan kulit buah. Nilai padatan total terlarut (PTT) digunakan untuk mengetahui kadar kemanisan buah. Kadar kemanisan buah melon yang diuji mencapai 12.96 oBrix. Penelitian Sobir et al., (2007) menunjukkan bahwa melon Golden Apollo yang ditanam pada lahan terbuka menghasilkan tingkat kemanisan mencapai 10.43 oBrix. Budidaya melon

Golden Apollo didalam rumah kaca memberikan tingkat kemanisan yang lebih tinggi (12.1 oBrix) daripada di lahan terbuka. Kekerasan kulit buah melon dapat digunakan sebagai kriteria ketahanan buah terhadap serangan hama dan untuk transportasi jarak jauh. Tingkat kekerasan kulit buah melon yang diuji berkisar antara 0.93-1.07 Kg/s.

(40)

dalam penampilan buah (skor 4.20). Responden menyukai daging buah yang tebal (42.75 mm) dengan warna jingga kemerahan dan rasa yang manis. Varietas ini juga unggul dari segi aroma buah (skor 3.40) akan tetapi lebih rendah dari varietas Sun Lady. Varietas ini juga memiliki peringkat rasa yang lebih tinggi dari varietas Sky Rocket dan Sun Lady. Aroma buah varietas Red Aroma memiliki peringkat lebih tinggi daripada varietas Golden Apollo dan Sky Rocket. Menurut Sari (2009) kualitas buah melon dapat dilihat dari tingkat kemanisan, tekstur daging buah, penampakan buah, dan aroma daging buah.

Perlakuan media tanam arang sekam dan kompos daun bambu menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil buah melon. Menurut Anif et al., (2007) kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen dan bahan organik yang diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Media kompos daun bambu dapat digunakan sebagai pengganti arang sekam untuk budidaya melon hidroponik. Media tanam pupuk kandang ayam tidak memiliki data kuantitatif yang disebabkan tanaman pada media ini tidak ada yang berbuah. Kondisi tanaman yang tidak berbuah pada media pupuk kandang ayam disebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman melon pada fase vegetatif, sehingga terjadi penundaan pembungaan. Menurut Ashari (2006) bunga yang terbentuk secara tidak bersamaan akan mengurangi keberhasilan penyerbukan dan bunga tersebut akan rontok.

Suhu greenhouse yang mencapai 42 oC pada siang hari menjadikan transpirasi tanaman meningkat pesat dan tanaman menunjukkan respon layu tidak permanen (Lampiran 4). Tingginya suhu lingkungan dapat mengakibatkan kurang maksimumnya kadar kemanisan buah karena mobilitas fotosintat akan berkurang (Poerwanto, 2003).

(41)

dalam tajuk tanaman, sehingga dapat menekan perkembangan hama dan penyakit tanaman.

Interaksi antara perlakuan varietas dan media tanam menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap panjang ruas tanaman 4 MST dan aroma buah.

Interaksi pada panjang ruas tanaman 4 MST menunjukkan bahwa media tanam

kompos daun bambu cocok digunakan untuk varietas Sky Rocket. Interaksi pada

skor aroma menunjukkan bahwa media tanam arang sekam menghasilkan aroma

(42)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Varietas Golden Apollo dan Red Aroma cocok untuk budidaya dengan sistem hidroponik di dalam rumah kaca. Varietas Golden Apollo memiliki tingkat produksi yang paling tinggi (1654.3 kg per buah) dan rasa yang renyah. Varietas

Red Aroma disukai oleh konsumen karena penampilan luar, daging buah yang berwarna jingga kemerahan, aroma yang wangi dan rasa yang renyah berserat. Media tanam kompos daun bambu memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan arang sekam sehingga dapat digunakan sebagai pengganti media arang sekam dalam budidaya melon hidroponik.

Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

pengganti em-4 pada proses pengomposan sampah organik. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi 8(2) : 119–143.

Ashari, S. 2006. Hortikultura : Aspek Budidaya. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 490 hal.

Badan Pusat Statistik. 2011. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta. 182 Hal.

Boodley, J.W. 1998. The Commercial Greenhouse 2nd Edition. Delmar. USA. 612p.

Daryono, B.S., S. Somowiyarjo, and K.T. Natsuaki. 2003. New source of resistance to cucumber mosaic virus in melon. Sabrao journal of breeding and genetics 35(1) : 19-26.

Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah. 2011. Gerakan peningkatan konsumsi. http://ditbuah.hortikultura.go.id/ [29 Oktober 2011].

Emekli, N.Y., B. Kendirli, and A. Kurunc. 2010. Structural analysis and functional characteristics of greenhouse in the mediterranean region of turkey. African Journal of Biotechnology 9 (21) : 3131-3139.

Ermina. 2010. Media tanaman hidroponik dari arang sekam. http://www2.bbpp-lembang.info/. [26 november 2011]

Everhart, E., C. Haynes, and H. Taber. 2009. Melons. Iowa State University, University Extension. Iowa. 4 pg.

Faruqi, I. 2011. Pengaruh Media Tanam Dan Varietas Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Gherkin (Cucumis anguria L.) pada Sistem Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 32 hal.

(44)

Hartatik, W. dan L.R. Widowati. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati : Pupuk Kandang. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Hal 59-82.

Indrasari, A. dan A. Syukur. 2006. Pengaruh pemberian pupuk kandang dan unsur hara mikro terhadap pertumbuhan jagung pada ultisol yang dikapur. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 (2) : 116-123.

IPGRI. 2003. Descriptor for Melon (Cucumis melo L.). International Plant Genetic Resources Institute. Rome, Italy. 65p.

Kuswara, M.I. 2011. Pengaruh Manipulasi Bentuk Buah Terhadap Kualitas Buah Melon (Cucumis melo L.) Hidroponik. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Lester, G. 1997. Melon (Cucumis melo L.) fruit nutritional quality and health functionality. Hortechnology 7 (3): 222-227.

Mastalerz, J.W. 1977. The Greenhouse Environment : The Effect Of Environmental Factors On The Growth and Development Of Flower Crops. John Wiley & Sons. New York. 629 p.

Mayadewi, N.N.A. 2007. Pengaruh jenis pupuk kandang dan jarak tanam terhadap pertumbuhan gulma dan hasil jagung manis. J. Agritrop 28 (4):153-160. Ohashi, A., F.A. Al-Said, and I.A. Khan. 2009. Evaluation of different

muskmelon (Cucumis melo) cultivars and production systems in Oman. Int. J. Agric. Biol. 11: 596–600.

Poerwanto, R. 2003. Budidaya Buah-buahan, modul IV. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 45 hal. Poincelot, R.P. 2004. Sustainable Horticulture : Today and Tomorrow. Prentice

Hall. New Jersey. 870 p.

Rahim, I. dan Sukarni. 2011. Pertumbuhan dan produksi melon pada dua jenis bokashi dan berbagai konsentrasi pupuk organik cair. Jurnal Agronomika 1 (2): 87-91.

Resh, H.M. 2004. Hydroponic Food Production 6th Edition : A Definitife Guide Book for The Advanced Home Gardener and The Comercial Hydroponic Grower. New Concept Press. Mahwah, New Jersey. 567 p.

Rice, L.W. and R.P. Rice. 2011. Practical Horticulture 7th Edition. Prentice Hall. New Jersey. 438 p.

(45)

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia 3 : Prinsip, Produksi, dan Gizi (diterjemahkan dari : World Vegetables : Principles, Production, and Nutritive Value, Second Edition, penerjemah : C. Herison). Penerbit ITB. Bandung. 320 hal.

Sari, A.Y.N. 2009. Pengaruh Jumlah Buah dan Pangkas Pucuk (Toping) Terhadap Kualitas Buah Pada Budidaya Melon (Cucumis melo L.) dengan Sistem Hidroponik. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 45 hal.

Shaw, N.L., D.J. Cantliffe., J. Funes, and C. Shine. 2004. Succesful beit alpha cucumber production in the greenhouse using pine bark as an alternative soilless media. Hortechnology 14 (2) : 289-294.

Siswanto., B. Wisnu, dan Purwadi. 2010. Karakteristik lahan untuk tanaman melon (Cucumis melo L.) Dalam kaitannya dengan peningkatan kadar gula. Jurnal Pertanian MAPETA 12 (2) : 126-138.

Siswanto. 2010. Meningkatkan Kadar Gula Buah Melon. UPN Veteran Jawa Timur. Surabaya. 90 hal.

Sobir., W.B. Suwarno, dan E. Gunawan. 2007. Uji multilokasi melon hibrida potensial dan perakitan varietas melon hibrida unggul. Prosiding seminar hasil-hasil penelitian IPB. 10 hal.

Soeminaboedhy, I.N. dan R.S. Tejowulan. 2007. Pemanfaatan berbagai macam arang sebagai sumber unsur hara P dan K serta sebagai pembenah tanah. J. Agroteksos 17 (2) : 114-122.

Sudarjat, J. dan T.R. Saridewi. 2010. Pembinaan kelompok tani melalui pembuatan dan penggunaan kompos jerami pada tanaman padi sawah (Oryza sativa L.) di kecamatan juntinyuat kabupaten indramayu provinsi jawa barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian 5 (1): 78-86.

Sudarto. 2011. Budidaya melon: Alternatif usahatani hortikultura yang sangat menguntungkan. http://ntb.litbang.deptan.go.id [17 Juli 2012]

Sulistyorini, L. 2005. Pengelolaan sampah dengan cara menjadikannya kompos. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (1): 77–84.

Susila, A.D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Agroforestry and Sustainable Vegetable Production in Southeast Asian Wathershed Project. SANREM-CRSP-USAID. 131 hal.

(46)
(47)

Lampiran 1. Jadwal Penyiraman Tanaman

Perkembangan Buah 7-8 MST 07.00 10.00 13.00 15.00

300 ml 2.2

Pematangan Buah 9-12 MST 07.00 10.00 13.00 15.00

(48)

Lampiran 2. Analisis Kandungan Hara Media Tanam

Nama Media Kompos Daun Bambu

Pupuk Kandang

Ayam Arang Sekam

C 29.16% 29.89% 29.95%

N 1.62% 3.01% 0.38%

P 0.20% 1.69% 0.12%

K 0.13% 2.81% 0.65%

Ca 0.09% 5.49% 0.22%

Mg 0.10% 1.78% 0.10%

Fe 6,613.28 ppm 23,275.26 ppm 748.45 ppm

Cu 31.08 ppm 273.28 ppm 9.25 ppm

(49)

Lampiran 3. Analisis Usaha Melon Dalam Rumah Kaca 2 Benih melon Golden Apollo 210 biji 881.81 185,180.1 3 Media Arang Sekam* 40 karung 10,000 400,000

 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30 karung.

(50)

Lampiran 3. Lanjutan

 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30 karung.

(51)

Lampiran 3. Lanjutan

 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30 karung.

(52)

Lampiran 3. Lanjutan

 Harga kompos daun bambu Rp. 12,000 per karung, dalam 1 rumah kaca memerlukan 30 karung.

(53)

Lampiran 4. Suhu dan Kelembaban Rumah Kaca

Waktu Pagi Siang Sore

Suhu (0C) RH (%) Suhu (0C) RH (%) Suhu (0C) RH (%)

1 MST 26 82 38 59 34 57

2 MST 33 69 42 49 38 55

3 MST 25 90 42 49 41 52

4 MST 27 82 40 52 34 63

5 MST 26 82 36 50 28 74

6 MST 28 82 32 69 39 55

7 MST 27 82 38 52 29 75

8 MST 25 90 36 64 32 76

9 MST 25 90 39 51 39 49

10 MST 25 81 34 63 33 57

11 MST 25 90 39 50 36 54

(54)

Lampiran 5. Hama dan Penyakit Tanaman

Hama Penggorok Daun (Leaf minner)

Penyakit Embun Tepung (Powdery mildew)

(55)

Lampiran 6. Lembar Uji Organoleptik

Lembar Uji Organoleptik

Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Produksi dan Kualitas Melon (Cucumis melo L.) Menggunakan Teknologi Hidroponik.

Nama :

Perlakuan Skor

Rasa Aroma Penampilan

Keterangan Skor : 1= sangat tidak suka 2= tidak suka 3= netral 4= suka

(56)

Lampiran 7. Empat Varietas Melon

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan :

a. Varietas Golden Apollo

b. Varietas Sky Rocket

c. Varietas Red Aroma

(57)
(58)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Melon (Cucumis melo L.) memiliki teknik budidaya seperti sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus

Cucumis (Ghebretinsae et al., 2007). Badan Pusat Statistik (2011) menyatakan bahwa produksi melon nasional tahun 2010 adalah 85,161 ton dan produksi tahun 2009 adalah sebesar 85,860 ton. Angka produksi buah melon pada tahun 2010 lebih rendah dari tahun 2009.

Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang. Kandungan zat gizi dalam 236 g bagian buah melon yang dapat dimakan adalah 78 kalori, 28 mg sodium, 593 mg potassium, 25 g karbohidrat, 2 g serat, 21 g gula, 90 mg vitamin C, 4 mg kalsium, 10 mg zat besi (Lester, 1997). Berdasarkan data Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah (2011), konsumsi buah di Indonesia saat ini baru mencapai 34.06 kg/kapita/tahun, sedangkan tingkat konsumsi per kapita yang direkomendasi FAO adalah sebesar 65 kg buah/kapita/tahun.

Penyakit cucumber mosaic virus (CMV) sering menyerang tanaman melon di Indonesia dan menyebabkan menurunnya produksi dan kualitas buah (Daryono

et al., 2003). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya. Hama dan penyakit tanaman melon menjadi permasalahan dalam budidaya melon di lapang (Everhart

et al.,2009). Produksi melon di lapang dapat dipengaruhi oleh kondisi iklim yang berbeda (suhu, sinar matahari, curah hujan), praktek manajemen dan budidaya yang berbeda, jenis tanah dan drainase (Ohashi et al., 2009).

(59)

dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan sehingga potensi produksi tanaman dapat tercapai.

Resh (2004) menyatakan bahwa budidaya hidroponik menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji. Media yang digunakan harus dapat memacu perakaran tanaman dan terhindar dari zat beracun. Sudarjat dan Saridewi (2010) menyatakan bahwa penggunaan bahan organik akan memberikan suatu sistem pertanian alami yang dapat memberikan lingkungan pertanian maupun mutu hasil produk yang lebih baik. Indrasari dan Syukur (2006) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari kotoran hewan mempunyai kandungan bahan organik dan KTK cukup tinggi, bereaksi netral, cukup terombak dan mengandung unsur Fe, Mn, Zn dan Cu. Anif et al., (2007) menyatakan bahwa kompos yang berasal dari sampah tanaman memiliki kandungan nitrogen 2,05% dan bahan organik 40,38%, nitrogen diperlukan tanaman untuk menunjang pertumbuhan.

Semakin mahalnya hara hidroponik menjadikan budidaya dengan sistem hidroponik hanya mampu dilakukan oleh perusahaan besar dan terlalu mahal untuk para petani (Wijayani dan Wahyu, 2005). Pemanfaatan bahan organik sebagai media tanam diharapkan mampu mengurangi dosis hara hidroponik karena bahan organik dapat menyediakan sebagian kebutuhan hara tanaman. Evaluasi produksi melon didalam rumah kaca menggunakan teknologi hidroponik perlu dilakukan untuk mendapatkan varietas terbaik dan mengetahui apakah pemanfaatan bahan organik dapat digunakan sebagai pengganti media arang sekam. Varietas dan media tanam organik terbaik dapat digunakan oleh masyarakat dalam budidaya melon hidroponik dengan tujuan komersial.

Tujuan

(60)

Hipotesis

1. Terdapat varietas melon terbaik untuk budidaya secara hidroponik di dalam rumah kaca.

2. Terdapat pengaruh penggunaan jenis media tanam terhadap hasil dan kualitas buah melon

(61)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Melon

Melon (Cucumis melo L.) berasal dari afrika, sedangkan jenis liarnya ditemukan di India dan pusat keragaman sekunder muncul di India, Iran, Rusia Selatan dan Cina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Melon merupakan komoditas hortikultura yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Buah melon segar dapat langsung dikonsumsi setelah matang. Melon memiliki teknik budidaya seperti sayuran, namun pada klasifikasi botani melon tergolong dalam komoditi buah-buahan (Poincelot, 2004). Buah ini tergolong ke dalam famili Cucurbitaceae dan genus Cucumis (Ghebretinsae et al.,2007).

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) pembungaan melon dapat dengan cara monoecious dan kadang-kadang andromonoecious. Bunga jantan terbentuk dalam kelompok tiga hingga lima bunga pada tangkai bunga ramping. Bunga betina dan hermaprodit tumbuh tunggal dengan tangkai yang gemuk pendek, tumbuh pada ketiak daun yang berbeda. Bunga membuka hanya sekali selama awal pagi hari dan diserbuki oleh serangga. Adams dan Early (2004) menyatakan bahwa melon memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah dalam satu pohon atau sering disebut tanaman monoecious.

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyebutkan bahwa daun melon berbentuk agak bundar, bulat telur atau seperti ginjal, lebar sekitar 8-15 cm, dan bersudut-sudut atau memiliki lima hingga tujuh lekuk dangkal. Menurut Poincelot (2004) daun pada tanaman hortikultura merupakan tambahan mendatar dari permukaan batang yang berpola dan memiliki permukaan yang lebar untuk menyerap energi cahaya secara efisien untuk fotosintesis dan transpirasi.

(62)

beberapa sangat bersudut, dan yang lainnya tertutup oleh jala-jala bergabus atau retikulat (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Daging buah melon yang sebenarnya adalah dinding bakal buah memiliki beragam ketebalan, warna, dan teksturnya. Warna daging buah dapat putih, hijau, merah jambu, atau jingga. Aroma yang muncul dari buah melon merupakan perpaduan senyawa atsiri, khususnya alkohol, asam, dan ester yang terbentuk selama pematangan. Jumlah dan nisbah senyawa atsiri ini beragam pada berbagai varietas melon yang akan memberikan sifat dan aroma rasa yang berbeda permukaan laut dan dengan suhu antara 25-30 oC. Tanaman ini memerlukan sinar matahari penuh, sehingga tidak cocok ditanam pada daerah lembab dan ternaung (Ashari, 2006). Melon merupakan tanaman yang sensitif terhadap perubahan suhu dan memerlukan suhu hangat untuk pertumbuhannya (Everhart et al., 2009).

Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa melon memerlukan tanah yang dalam dan berdrainase baik untuk pertumbuhannya. Tanah bertekstur halus dengan pH antara 7-8 menghasilkan melon lebih produktif. Kelembaban tanah juga harus selalu terjaga, kelembaban rendah akan memunculkan sebagian besar penyakit daun. Menurut Poincelot (2004) ketersediaan air yang konstan sangat diperlukan melon untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukan buah. Ashari (2006) menambahkan bahwa melon sangat baik tumbuh pada tanah berlempung dengan pH netral, penanaman melon secara hidroponik atau dengan media tanpa tanah sudah banyak dilakukan.

(63)

Perawatan tanaman melon lebih intensif daripada mentimun. Melon membutuhkan hara lebih banyak yang disebabkan umur melon yang lebih panjang. Bedengan yang ditinggikan dan mulsa biasa digunakan untuk meminimumkan kontak langsung buah dengan air (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Menurut Acquaah (2005) suplai nitrogen, fosfor, dan kalium harus rutin dilakukan untuk pertumbuhan dan perkembangan melon.

Hidroponik

Ada beberapa cara budidaya melon yang dikenal oleh masyarakat, salah satunya adalah hidroponik. Hidroponik dapat didefinisikan sebagai ilmu membudidayakan tanaman tanpa menggunakan tanah, tetapi dengan menggunakan media inert seperti kerikil, pasir, gambut, vermikulit, batu apung atau serbuk gergaji dan ditambahkan larutan nutrisi yang mengandung semua elemen penting yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan normal (Resh, 2004). Menurut Adams dan Early (2004) dalam sistem budidaya hidroponik tanaman dapat tumbuh karena adanya larutan nutrisi yang diberikan secara terkontrol dengan media tanam yang tidak solid sehingga tanaman memperoleh suplai oksigen yang cukup untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan.

Resh (2004) menyatakan bahwa media tanam harus terhindar dari zat beracun. Pemilihan media tanam dalam sistem hidroponik harus berdasarkan ketersediaan media, biaya, kualitas, dan jenis metode hidroponik yang akan digunakan. Menurut Rice (2011) media tanam yang digunakan dalam polibag harus memiliki porositas yang besar, sehingga dapat menunjang perkembangan akar karena akar mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Resh (2004) menyatakan bahwa penerapan sistem hidroponik yang menggunakan fertigasi dapat memberikan hara bersamaan dengan penyiraman. Larutan hara yang digunakan adalah hara AB mix yang terdiri dari larutan stok A, larutan stok B, dan asam dengan jumlah 15-20% dari total larutan stok. Menurut Susila (2006) larutan stok A mengandung KNO3, Ca(NO3)2, NH4NO3, dan

FeEDTA, sedangkan larutan stok B mengandung KNO3, K2SO4, KH2PO4, MgSO4,

Gambar

Gambar 1. Tanaman Melon Pada Umur 8 MST
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam
Tabel 2. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Tinggi Tanaman Melon
Tabel 3. Pengaruh Varietas dan Media Tanam Terhadap Jumlah Buku Tanaman Melon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kata asal sebelum pengimbuhan ialah َﻊَﻄَﻗ ertinya memotong, dan perbuatan memotong hanya berlaku sekali sahaja (Ibn Ha:jib 2005. ُﻞِﺑِﻹا ِﺖَﺗﱠﻮَﻣ

Sesuai Peraturan Meneteri Dalam Negeri no 17 Tahun 2016 tentang Pedoman Penelitian Dan Pengembangan Di Kementerian Dalam Negeri Dan Pemerintahan Daerah disebutkan

Terdapat perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian Astutik (2015) yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi

Tingkat konsumsi pakan, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan dan rasio konversi pakan yang terbaik diperoleh pada pakan komersial sedangkan pakan yang berbahan baku lokal

Kemampuan penguasaan konteks aplikasi sains pada konteks minuman memiliki peningkatan terbesar dengan nilai N-gain sebesar 0,70, sedangkan yang terendah adalah pada konteks

Tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan bahan ajar dengan konteks capung dalam upaya melatihkan siswa SD kelas empat terhadap kemampuan literasi sains.. Metode

Nilai maksimum faktor keamanan struktur rangka mekanik pasien berdasarkan hasil analisis statik pada software finite element adalah sebesar 15 yang berarti faktor keamanannya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas semen segar dan potensi produksi semen beku beberapa sapi pejantan madura relatif berbeda pada musim hujan dan musim kemarau.. Sapi