• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

CORAK RAGAM HIAS KERAMIK TEMPEL DI KERATON

KASEPUHAN DAN KANOMAN DI CIREBON

Nalada Paramatatya dan Heriyanti O. Untoro Email: naladap@ymail.com, Oyenhud@yahoo.com

Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi (1) tentang ragam hias keramik tempel yang ada

pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman di Cirebon; (2) apakah terdapat persamaan dan

perbedaan dari corak ragam keramik tempel dari kedua keraton tersebut. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kedua keraton memiliki keramik yang sama, yaitu keramik dari Belanda

maupun keramik dari Cina. Perbedaan tempat asal keramik di antara kedua keraton yaitu bahwa

jumlah keramik Belanda lebih banyak di Kasepuhan dibandingkan di Kanoman, sedangkan

keramik Cina lebih banyak di Kanoman. Jenis ragam hias yang terbanyak di Kasepuhan adalah

Pemandangan alam dan Jesuit ware, sedangkan di Kanoman didominasi oleh flora, dan fauna.

Warna keramik yang paling banyak di Kasepuhan adalah biru-putih, sedangkan di Kanoman

adalah warna-warna lebih bervariasi seperti warna merah, kuning, hijau. Bentuk keramik paling

banyak di Kasepuhan adalah bentuk tegel, sedangkan di keraton Kanoman adalah piring dan

tutup cepuk.

Decorative Patterns of Ceramics and Tiles in the Palace of Kasepuhan and the Palace of

Kanoman in Cirebon

Abstract

This study is to identify how the decorative patterns of ceramics and tiles in both palace of

Kasepuhan and Kanoman, and also similarities and differences of decorative patterns in both

palaces. The results show that both ceramics that were found in both palaces are from the Dutch

and Chinese ceramics. The differences between both palaces are that amounts of Dutch ceramics

were higher in Kasepuhan than Kanoman, while Chinese Ceramics were higher in Kanoman than

Kasepuhan. Decorative types that were most found in Kasepuhan is a landscape, and followed by

Jesuit ware. In Kanoman, the most ceramics that were found is flora, and followed by fauna. The

dominant color in Kasepuhan is Blue and white and for Kanoman is polycrom. The form of

ceramics for Kasepuhan is tile and Kanoman are plates and popple.

Keywords:

(2)

Pendahuluan

Ragam hias keramik pada bangunan-bangunan sudah lama dikenal di Indonesia. Misalnya, pada awal penyebaran agama Islam di Indonesia banyak didirikan bangunan seperti keraton, masjid dan kuburan, yang diantaranya berhiaskan keramik pada dindingnya. Pada umumnya, keramik ditemukan dalam bentuk peralatan rumah tangga antara lain seperti piring, tutup cepuk, cawan, dan pot bunga. Disamping itu ada pula yang berbentuk peralatan bangunan seperti tegel dan hiasan dinding. Keramik-keramik tersebut ditempel sebagai penghias tembok bangunan profan maupun sakral, dan berfungsi sebagai pajangan pengindah ruangan (Wibisono, 2004:1).

Keramik-keramik yang ditemukan pada situs-situs arkeologi di Indonesia banyak yang merupakan keramik asing. Keramik asing tersebut berasal dari berbagai negeri di luar Indonesia yang datang melalui berbagai cara, yaitu karena perdagangan, hadiah, upeti, barang pakai si pembawa diantaranya yang dibawa oleh pedagang atau perantau yang kemudian tinggal di Indonesia. Keramik seringkali dianggap sebagai benda yang bernilai tinggi sehingga digunakan sebagai simbol status sosial yang dapat dijadikan ukuran kekayaan dan kekuasaan seseorang. Dari berbagai tempat diketahui bahwa keberadaan keramik diperoleh sebagai hadiah untuk raja atau upeti kepada pejabat untuk memperlancar usaha dagangnya dan mengurangi pembayaran pajak (Wibisono, 2004:23).

Penelitian tentang keramik di Cirebon telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut dituliskan dalam bentuk, buku, artikel, laporan penelitian, dan skripsi. Dalam bentuk buku, ada buku yang membahas tentang keramik yaitu Keramik kuna yang ditemukan di Indonesia yang ditulis oleh Sumarah Adhyatman pada tahun 1981. Buku ini menjelaskan tentang awal sejarah keramik yang pertama kali ditemukan di Indonesia hingga keramik yang datang dari negeri lain. Dijelaskan pula tentang fungsi keramik yang dipakai untuk kelahiran, perkawinan dan penguburan, serta tentang simbolisasi keramik dan motif hias yang terdapat di keramik yang berasal dari negeri lain. Buku keramik ini juga menjelaskan tentang dinasti-dinasti Cina dan Eropa.

Penelitian lain tentang ragam hias keramik adalah sebuah skripsi yang berjudul “Keramik di situs Astana Gunung Jati Cirebon” yang ditulis oleh Mulyawati (1983). Penulis ini menjelaskan seluruh ragam hias keramik tempel dan juga keramik lepas di

makan Sunan Gunung Jati. Penelitian lainnya yang berkaitan dengan ragam hias keramik tempel adalah sebuah skripsi mengenai keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman yang berjudul “Ragam hias keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon” yang ditulis oleh Lisnasari (1994). Skripsi tersebut menjelaskan ragam hias yang ada di keraton Kasepuhan dan Kanoman, tetapi skripsi ini tidak membahas ragam hias keramik tempel karena penulis hanya fokus terhadap ragam hias ukiran yang berada di keraton Kasepuhan dan Kanoman.

Penelitian ini akan membahas keramik tempel yang berada pada dinding di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Dipilihnya Keraton Kasepuhan dan Kanoman karena kedua situs ini banyak memiliki berbagai jenis keramik utuh yang menempel pada dinding tembok. Selain itu, secara historis kedua keraton tersebut juga ada hubungan kekeluargaan yang berasal dari keturunan yang sama. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisa corak ragam hias keramik tempel yang ada di keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Keberadaan keramik di keraton yang ada di Cirebon belum banyak diteliti, terutama untuk kajian ragam hiasnya. Oleh karena itu penelitian ini menjawab permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana corak ragam hias, warna, bentuk serta pola penempatan keramik tempel yang ada pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman? (2) Apakah terdapat persamaan dan perbedaan ragam hias keramik tempel dari kedua keraton tersebut?

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguraikan corak ragam hias keramik tempel di keraton Kasepuhan dan Kanoman sehingga dapat diketahui motif-motifnya, warnanya, asal-usulnya, dan kuantitas jenis-jenis keramiknya. Disamping itu, penelitian ini untuk mengetahui persamaan dan perbedaan keramik tempel pada di kedua keraton tersebut, sehingga dapat diketahui persentase dalam hal jenis, motif, bentuk, dan pola penempatan pada bidang hiasanya. Adapun manfaat penelitian ini adalah memberi gambaran tentang corak ragam hias keramik pada kedua keraton tersebut dan untuk mengetahui asal usul keramik pada kedua keraton tersebut.

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan Observasi, Klasifikasi, Kesimpulan terhadap keramik pada keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Berikut ini dijelaskan masing-masing tahapan tersebut. Pada tahap Observasi telah dilakukan pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu meneliti sejumlah sumber

(3)

kepustakaan yang meliputi buku-buku keramik Cina dan keramik Eropa dan berbagai artikel dan laporan penelitan mengenai keramik, sejarah Cirebon serta kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan diajukan.

Selanjutnya dilakukan Penelitian Lapangan. Pada tahap ini pengamatan langsung terhadap keramik-keramik yang terdapat di kedua keraton. Pada waktu melaksanakan pengamatan langsung terhadap benda-benda keramik yang ada di keraton Kasepuhan dan Kanoman, beberapa di antara keramik-keramik digunakan sebagai contoh terpilih (sampel) untuk diamati ragam hias, warna, bentuk, serta lokasi tempat keramik tersebut di tempel. Pemilihan sampel yang digunakan adalah random sampling (sampling acak). Melihat bahwa banyak corak ragam hias keramik yang terulang-ulang, maka diambil hanya perwakilan untuk dijadikan sampel. Pada tahap Klasifikasi data, keramik sampel dianalisa dan diklasifikasikan ke dalam jenis ragam hias, warna, bentuk dan asal usulnya. Jenis ragam hias dibedakan menjadi fauna, flora, geometri, manusia, bangunan dan alam pemandangan. Warna yang diamati pada sampel adalah warna biru, coklat, merah, hijau, dan putih. Bentuk sampel keramik dapat dibedakan menjadi tegel, piring, mangkok, cawan dan cepuk. Asal usul keramik dianalisis dan diklasifikasikan ke dalam dua katagori yaitu yang berasal dari Cina dan Belanda. Seluruh data penelitian tersebut dimasukkan dalam tabel untuk dianalisis, dan untuk menentukan hasil dan persentasenya.

Tahap Kesimpulan dilakukan setelah seluruh data sampel keramik diolah dan kemudian dibandingkan dengan hasil studi kepustakaan. Diharapkan kesimpulan dari perbandingan tersebut dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

Analisis Dan Inteprestasi Data

Data keramik tempel yang digunakan sebagai sampel peniitian ditabulasi dan dianalasis. Hasil analisis mencakup ragam hias keramik, warna keramik, bentuk, asal-usul keamik, serta pola penempatan keramik pada bidang hias. Data jenis ragam hias di kedua Keraton diberikan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Corak Ragam Hias.

Corak Ragam Hias Keramik Tempel yang ditemukan di kedua keraton mencakup pemandangan alam, aktifitas manusia, kapal, Jesuit ware, flora, fauna, naga, dan simbol. Pemandangan alam merupakan corak ragam hias yang paling banyak ditemui di

keraton Kasepuhan. Jumlah sampel yang didientifikasi dengan corak ini adalah 130 buah (35.4% dari jumlah sampel di Kasepuhan). Corak ragam hias Pemandangan alam meliputi pemandangan tepi laut dengan obyek sekitarnya, seperti bangunan, rumah, atau kincir angin. Pemandangan alam ini merupakan gambaran pemandangan alam di Negara-negara Eropa. Keramik dengan corak ragam hias Pemandangan alam ini umumnya diidentifikasi berasal dari Belanda seperti yang terlihat pada Gambar 1. Ragam hias lainnya yang berasosiasi dengan kehidupan laut adalah ragam hias kapal. Bentuk kapal yang ada dalam keramik-keramik Belanda ini adalah seperti kapal layar yang terbuat dari kayu, yang merupakan gambar bentuk kapal layar pada abad 17.

Gambar 1. Ragam Hias Pemandangan alam di Keraton Kasepuhan

Ragam hias Keramik Pemandangan alam yang ada di keraton Kasepuhan mirip dengan keramik-keramik diteliti oleh Harwich Mayflower Project (2012). Proyek tersebut merupakan sebuah proyek yang bertujuan untuk membuat kembali keramik Belanda pada abad 17an yang dilakukan oleh Harwich Mayflower. Ragam hias Pemandangan Alam pada keramik tempel ditemukan dua jenis, yaitu pemandangan dengan ragam hias batas pinggir berbentuk lingkaran, dan pemandangan tanpa batas pinggir lingkaran. Keramik tersebut menunjukan pemandangan alam yang terdiri atas obyek yang ditemui sehari-hari misalnya bangunan dan pohon, bangunan dengan cerobong asap, kincir angin, serta kapal laut. Ragam hias dalam keramik tersebut sangat sederhana, seperti yang ditemukan pada keramik-keramik Eropa lainnya yang dibuat pada akhir abad 17-an.

Corak ragam hias Pemandangan alam juga ditemukan di keraton Kanoman dengan jumlah sampel sebanyak 9 buah keramik (atau 7.1% dari

(4)

jumlah sampel di Kanoman). Keramik-keramik dengan corak ragam Pemandangan alam di Kanoman umumnya berasal dari Cina seperti pada Gambar 2. Corak ragam Pemandangan alam pun berbeda. Corak ragam Pemandangan alam keramik Belanda umumnya pemandangan laut, memiliki ruang hias dengan warna putih banyak, dengan bentuk tegel. Ragam hias Pemandangan alam keramik Cina umumnya menggambarkan pemandangan alam gunung, ruang hias yang berwarna putih lebih sedikit, dan bentuk keramiknya dalam bentuk piring.

Gambar 2. Keramik dengan Ragam Hias Pemandangan Alam di keraton Kanoman

Ragam hias keramik yang menggambarkan Aktifitas Manusia di keraton Kasepuhan berjumlah 20 buah keramik (atau 5.4% dari jumlah sampel di Kasepuhan). Ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kasepuhan umumnya menggambarkan kegiatan manusia sehari-hari misalnya memancing di laut, atau kegiatan manusia berhubungan laut. Keramik-keramik ini memiliki warna Biru-putih Delft, dan berupa tegel, sama seperti pada ragam hias Pemandangan Alam. Jumlah keramik dengan ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kanoman adalah 5 buah (3.9% dari jumlah sampel di Kanoman). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah ragam hias di Kasepuhan. Ragam hias Aktifitas Manusia di keraton Kanoman berbeda dengan di keraton Kasepuhan. Ragam hias Aktiftas manusia pada keramik-keramik di Kanoman tidak menggambarkan kegiatan yang berasosiasi dengan laut, tetapi kegiatan seorang prajurit, seperti menunggang kuda.

Keramik dengan ragam hias Jesuit ware ditemukan di Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman. Jumlah keramik Jesuit ware di keraton Kasepuhan berjumlah 115 buah (atau 31 % dari jumlah sampel di Kasepuhan), sedangkan jumlah keramik Jesuit ware di keraton Kanoman berjumlah 6 buah ( atau 4.7 %) ari jumlah sampel di Kanoman). Hal ini menunjukan bahwa keberadaan keramik

Jesuit ware di Kasepuhan lebih banyak dibandingkan di keraton Kanoman. Keberadaan keramik tersebut di keraton Kasepuhan ditemukan di banyak bangunan, sedangkan keramik Jesuit ware di keraton Kanoman hanya ditemukan di Bangsal. Di keraton Kasepuhan, keramik tempel dengan ragam hias ini umumnya terpasang selang-seling dengan ragam hias lainnya dan tidak membentuk cerita. Namun di Tangga Depan Bangsal Prabayaksa Kasepuhan, keramik ini disusun berderetan dengan keramik Jesuit ware lainnya. Hal yang sama juga ditemui di keraton Kanoman, dimana keramik dengan ragam hias ini ditempel sambung-menyambung di dinding dasar pilar Ruang Bangsal. Ragam hias keramik Jesuit ware ini adalah sama, baik di Kasepuhan maupun di Kanoman., yaitu menggambar cerita yang diambil dari Alkitab, seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Keramik dengan Ragam Hias Cerita Alkitab

Ragam hias Flora ditemukan pada keramik-keramik di dua keraton. Jumlah keramik-keramik yang bercorak Flora di keraton Kasepuhan berjumlah 33 buah (atau 9% dari sampel), dan di keraton Kanoman berjumlah 64 buah (50.4%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik bercorak Flora lebih banyak daripada keraton Kasepuhan. Keramik dengan corak Flora di Kasepuhan umumnya berasal dari Cina, yang memiliki warna Hijau-Putih, Merah-Putih, atau Polikrom.

Keramik dengan corak Fauna ditemukan di kedua keraton. Jumlah keramik dengan corak Fauna di keraton Kasepuhan berjumlah 30 buah (atau 8.2% dari jumlah sampel), sedangkan di keraton Kanoman terdapat 12 buah (9.4% dari jumlah sampel). Keramik yang memiliki corak Fauna di Kasepuhan terdiri atas keramik Belanda dengan corak Angsa, dan burung, sedangkan corak Fauna untuk keramik Cina mencakup ikan, seperti terlihat pada Gambar 4.

(5)

Gambar 4 Keramik dengan Ragam Hias Flora dan Fauna.

Keramik dengan corak Naga juga ditemukan di kedua keraton. Keraton Kasepuhan memiliki keramik ini sejumlah 26 buah (7.1%), sedangkan keraton Kanoman memiliki keramik bercorak Naga sejumlah 7 buah (5.5%). Semua keramik bercorak Naga tersebut berasal dari Cina.

Keramik dengan ragam hias Simbol (Huruf) diidentifikasi pada keraton Kanoman, sedangkan pada keraton Kasepuhan ragam hias ini tidak dijumpai. Ragam hias tulisan kaligrafi tersebut menunjukan bahwa adanya pengaruh kerajaan Islam pada karya seni keramik, yang selama ini banyak didominasi oleh ragam hias lainnya. Menurut (Tjandrasasmita, 2009) keramik dengan ragam hias kaligrafi sudah diperdagangkan pada abad 16-17 (pada dinasti Ming Swato). Tidak seperti pada bangunan lainnya (misalnya masjid), keramik dengan tulisan Arab ini dipasang pada Mande Mangutur di antara keramik dengan ragam hias yang lain. Keramik dengan tulisan ini tidak ditempatkan pada tempat yang sakral, dan keramik ini hanya bersifat hiasan dinding pada Mande Mangutur.

Gambar 5. Keramik dengan Ragam Hias tulisan kaligrafi Arab.

Warna Keramik Hias Tempel

Warna keramik yang ditemui di kedua keraton mecakup wana Biru-putih, Coklat-putih, Merah-putih, Hijau-Putih, Kuning, Biru tua, dan Polikrom. Keramik tempel Biru-putih delft banyak ditemukan di keraton Kasepuhan yang berjumlah 209 (56.9%), sedangkan di keraton Kanoman keramik tempel biru-putih delft berjumlah 37 (29.1%). Hal ini menunjukan bahwa keramik-keramik dengan warna Biru-Putih ini lebih banyak dijumpai di Kasepuhan. Warna tersebut merupakan warna yang khas untuk keramik-keramik Belanda abad 17. Keramik Cina dengan warna Biru-Putih banyak ditemui di keraton Kanoman sebanyak 37 buah (29.1%). Warna keramik Cina ini umumnya lebih Biru dibandingkan keramik yang ditemui di Keraton Kasepuhan dengan warna Biru Delft.

Keramik tempel dengan warna coklat-putih atau biasa disebut dengan Jesuit Ware banyak juga dijumpai di keraton Kasepuhan dengan jumlah 117 (31.9%), sedangkan keramik dengan warna ini yang berada di keraton Kanoman berjumlah 6 (4.7%). Oleh karena itu keraton Kasepuhan memiliki jumlah keramik Coklat-Putih ini lebih banyak dibanding di keraton Kanoman. Warna keramik Coklat-Putih merupakan cirri khas warna keramik Jesuit ware.

Keramik tempel dengan warna Merah-Putih hanya 1 buah (0.3%) yang ditemukan di keraton Kasepuhan, sedangkan di keraton Kanoman jumlah keramik ini sekitar 12 buah (9.4%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik dengan warna ini lebih banyak daripada keraton Kasepuhan. Warna Merah-Putih merupakan warna keramik Cina, yang umumnya memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan keramik Belanda.

Keramik tempel berwarna Hijau-putih ini dapat dijumpai di keraton Kasepuhan dan keraton Kanoman. Di keraton Kasepuhan, jumlah keramik ini 9 buah (2.5%) dan di keraton Kanoman 8 buah (6.3%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memeiliki keramik berwarna Hijau-Putih lebih banyak dibandingkan keraton Kasepuhan.

Keramik tempel berwarna Kuning yang diidentifikasi di keraton Kasepuhan hanya 4 buah (1.1%), sedangkan di keraton Kanoman berjumlah 7 (5.5%). Warna keramik Kuning ini baik yang ditemukan di keraton Kasepuhan maupun di keraton Kanoman adalah keramik berasal dari Cina. Warna keramik Kuning sangat mencolok dibandingkan warna keramik lainnya, sehingga pemasangan keramik berwarna Kuning sering ditempatkan di pusat bidang hias. Menurut Moedjiono (2011), dalam

(6)

arsitektur Cina warna kuning melambangkan kekuatan dan kekuasaan.

Keramik tempel dengan warna Biru tua berjumlah 4 (1.1%) di keraton Kasepuhan, dan di keraton Kanoman tidak terdapat keramik dengan warna biru tua ini. Keramik dengan warna ini hanya ditemukan di bangunan Buk Bacem di keraton Kasepuhan, yang umumnya dihiasi dengan keramik-keramik asal Cina. Keramik dengan warna tunggal Biru-tua hanya ditemui pada keramik-keramik Cina.

Keramik dengan warna polikrom atau warna yang lebih dari tiga, dapat ditemukan di keraton Kasepuhan dengan jumlah 6 (1.6%), dan di keraton Kanoman keramik dengan warna ini berjumlah 57 (44.9%). Hal ini menunjukan bahwa keraton Kanoman memiliki keramik dengan warna polikrom yang lebih banyak dibanding di keraton Kasepuhan.

Gambar 6. Keramik Tempel dengan Warna Polikrom Keramik dengan warna tunggal Hijau ditemukan di keraton Kasepuhan sejumlah 17 buah (4.6% dari jumlah sampel), sedangkan keramik dengan warna tunggal Hijau tidak ditemukan di keraton Kanoman. Keberadaan keramik warna tunggal Hijau ini ditemukan di Buk Bacem Kasepuhan yang merupakan bangunan dengan hiasan keramik-keramik asal Cina.

Bentuk Keramik Hias Tempel

Bentuk keramik yang ditemukan dikedua keraton didomanisasi oleh bentuk piring, tegel, cepuk, mangkuk, dan piring persegi. Keramik tempel dengan bentuk piring di keraton Kasepuhan berjumlah 65 (17.7%) dan di keraton Kanoman terdapat 45 (35.4%) keramik tempel yang berupa piring. Angka ini menunjukan bahwa bentuk piring lebih banyak ditemukan di keraton Kanoman. Hal ini selaras dengan penjelasan-penjelasan sebelumnya bahwa

keramik-keramik Cina umumnya ditemukan dalam bentuk piring, dan tidak ada yang berbentuk tegel.

Keramik tempel yang berbentuk tegel banyak dijumpai di keraton Kasepuhan yang berjumlah 296 buah (80.7%), sedangkan di keraton Kanoman bentuk hanya terdapat 8 buah(6.3%). Angka ini juga mendukung penjelasan sebelumnya bahwa keramik tegel umumnya merupakan keramik Belanda, yang paling banyak ditemukan di Kasepuhan.

Keramik tempel yang berupa cepuk tidak dapat ditemukan di keraton Kasepuhan, namun ditemukan di keraton Kanoman sebanyak 56 (44.1%).Oleh karena itu, keramik tempel yang berupa cepuk banyak ditemui di keraton Kanoman. Keramik dalam bentuk ini hanya dijumpai pada keramik-keramik Cina.

Keramik tempel yang berupa mangkuk di keraton Kasepuhan berjumlah 6 buah (1.6%) sedangkan di keraton Kanoman tidak ditemukan keramik yang berupa mangkuk. Keramik-keramik bentuk mangkuk ini semuanya merupakan keramik Cina. Terakhir, keramik dengan bentuk piring persegi hanya ditemukan di keraton Kanoman sebanyak 4 buah (3.1%). Keramik dengan bentuk piring persegi juga hanya ditemukan pada keramik-keramik Cina.

Pola Penempatan Keramik Hias Tempel

Keramik-keramik yang ada di kedua keraton sebagai hiasan dinding ditemui tersusun dalam beberapa pola. Keramik-keramik di keraton Kasepuhan yang umumnya memiliki bentuk tegel dan piring dijumpai dalam beberapa pola penempatan. Pola pertama adalah pola terpusat yang ditandai dengan sebuah keramik berbentuk piring ditempatkan di tengah dan dikelilingi oleh keramik-keramik berbentuk tegel (lihat Gambar 7).

Gambar 7. Pemasangan Keramik dengan Pola Terpusat

(7)

Pola kedua adalah pola tersebar atau berserakan dimana keramik-keramik diatur jarak dan susunannya mengisi seluruh bidang yang dihias (Gambar 8).

Gambar 8. Pemasangan Keramik dengan Pola Berserakan

Pola ketiga adalah berderet baik horizontal, maupun vertikal (Gambar 9). Pola terakhir adalah pola Bidang Batas dimana keramik disusun menurut batas bidang hiasnya, misalnya di tepi jendela (Lihat Gambar 10).

Gambar 9. .Pola Berderet Vertikal

Gambar 10. .Penempatan Keramik dengan Pola Batas Bidang

Pola penempatan keramik di Kanoman mencakup pola terpusat dimana piring yang berukuran lebih besar ditempatkan di pusat, dan dikelilingi oleh piring-piring kecil lainnya. Pola selanjutnya adalah pola bidang batas dimana keramik yang berbentuk piring ditempatkan di batas bidang hias.

Persamaan dan Perbedaan Keramik di Keraton Kasepuhan dan Kanoman

Dari hasil uraian di atas, maka dilihat apa persamaan dan perbedaan keramik yang ada di kedua keraton tersebut. Persamaan keramik di kedua keraton adalah sebagai berikut:

Pertama, kedua keraton memiliki keramik yang berasal dari Belanda. Keramik yang berasal dari Belanda berupa keramik cerita Alkitab (Jesuit ware), yang berbentuk tegel. Ragam hias keramik cerita Alkitab yang berada di keraton Kasepuhan sama dengan ragam hias keramik yang ada di Kanoman. Hal ini menunjukan bahwa kedua keraton tersebut memiliki hubungan yang erat karena memiliki keramik dengan ragam hias yang sama. Menurut Tjandrasasimita (2009, hal.167) kedua penguasa keraton tersebut memiliki hubungan kekeluargaan.

Kedua, keraton Kasepuhan dan Kanoman memiliki keramik yang berasal dari Cina, dengan ditunjukan oleh adanya keramik dengan ragam Flora, Fauna, dan Naga. Beberapa keramik dengan ragam hias naga yang sama muncul di kedua keraton. Hal ini menunjukan bahwa keduanya memiliki hubungan dengan bangsa Cina yang baik. Bahkan menurut Sulendraningrat (1985, hal. 21), Sunan Gunung Jati menikah dengan seorang putri dari kerajaan Cina yang datang ke negeri Cirebon dengan membawa barang-barang berharga seperti piring-piring panjang kuno yang saat ini masih tersimpan di Astana Agung Gunung Jati Cirebon.

Ketiga, keberadaan keramik Cerita Injil di kedua keraton menunjukan bahwa pemasangan keramik tersebut lebih disebabkan oleh faktor keindahan keramik tersebut pada saat itu. Hal ini dapat diartikan bahwa kedua keraton tersebut memiliki sikap toleransi terhadap berbagai budaya yang masuk.

Adapun perbedaan keramik tempel yang ada di kedua keraton adalah sebagai berikut. Pertama, jumlah keramik Belanda di keraton Kasepuhan lebih banyak dibandingkan dengan keraton Kanoman, sedangkan keramik Cina lebih banyak ditemukan di keraton Kanoman dibandingkan dengan keraton Kasepuhan. Perbedaan jumlah keramik tersebut

(8)

mungkin disebabkan oleh faktor selera terhadap jenis keramik tertentu dari masing-masing keraton.

Kedua, ragam hias pada keramik di keraton Kasepuhan lebih sederhana dibandingkan dengan keramik di Kanoman. Keramik di keraton Kanoman banyak memiliki hiasan yang jauh lebih kompleks daripada keramik di Kasepuhan. Kompleksitas ragam hias ini menunjukan bahwa keramik-keramik yang ada di Keraton Kanoman memiliki corak yang lebih modern. Ragam hias sederhana di keraton Kasepuhan banyak dijumpai pada keramik abad 17 dengan warna Biru-Putih, sementara ragam hias keramik yang lebih modern dijumpai pada keramik Cina dengan corak warna yang lebih cerah. Ragam hias keramik dengan Pemandangan Alam paling banyak dijumpai di keraton Kasepuhan. Pemandangan alam tersebut menggambarkan pemandangan alam Eropa, sementara ragam hias keramik di Kanoman lebih banyak dijumpai dengan ragam hias Flora.

Ketiga, bentuk keramik di Kasepuhan banyak berbentuk tegel (ubin), sementara bentuk keramik yang ditemui di keraton Kanoman lebih banyak dalam bentuk bentuk piring dan mangkuk.

Terakhir, penempatan keramik yang ditempel di dinding membentuk pola hias yang sederhana. Penempatan keramik tegel di pagar keraton Kasepuhan umumnya dipasang melintang seperti belah ketupat, sedangkan di pagar keraton Kanoman lebih didominasi oleh keramik berbentuk piring atau cawan. Keramik di Kasepuhan umumnya keramik berbentuk piring ditempatkan di tengah, dan dikelilingi oleh keramik berbentuk tegel. Penempatan keramik di Kanoman berbeda dengan Kasepuhan. Keramik yang berbentuk piring dengan ukuran yang lebih besar ditempatkan di tengah, dan dikelilingi oleh keramik berbentuk cawan yang lebih kecil. Untuk keramik Belanda (Jesuit ware) yang berbentuk tegel umumnya tidak disusun membentuk runtutan cerita-cerita tentang Nabi-nabi yang disarikan dari Alkitab. Dari artefak ini ditunjukan juga bagaimana nilai toleransi yang diwariskan oleh Sunan Gunung Jati terhadap keturanannya yang sampai saat ini keramik-keramik yang bertemakan cerita Alkitab masih dipelihara.

Kesimpulan

Keramik-keramik tempel yang diidentifikasi di keraton Kasepuhan dan Kanoman, terdiri atas keramik-keramik yang berasal dari Belanda dan Cina. Keramik-keramik Belanda lebih banyak dijumpai pada keraton Kasepuhan, sedangkan

keramik-keramik Cina lebih banyak dijumpai di keraton Kanoman.

Di keraton Kasepuhan, corak ragam hias keramik banyak dijumpai corak pemandangan alam, terutama pemandangan alam laut di Eropa, yang kemudian disusul oleh keramik Jesuit ware, serta corak Aktifitas Manusia. Di keraton Kanoman, corak ragam hias keramik tempel yang paling banyak dalah corak Flora, yang kemudian disusul oleh Fauna, Mosaik, dan Naga. Corak ragam hias keramik Cina umumnya memiliki bingkai luar. Hal ini berbeda dengan keramik Belanda yang tidak semua keramik Belanda memiliki hiasan bingkai luar.

Warna keramik di keraton Kasepuhan yang paling banyak dijumpai adalah warna Biru-Putih Eropa yang menunjukan ciri warna keramik Belanda abad 17, serta warna Coklat-putih yang merupakan warna khas dari keramik Jesuit ware. Keramik-keramik di keraton Kanoman warna yang paling banyak adalah warna Polikrom, yaitu keramik dengan warna lebih dari 2 warna. Posisi kedua adalah warna biru-putih, yang merupakan warna keramik populer pada abad 17-18. Warna-warna keramik Cina dinasti Qing umumnya lebih cerah daripada warna keramik Belanda. Hal ini menunjukan bahwa teknologi pembuatan keramik Cina lebih tinggi dari teknologi keramik-keramik Belanda.

Bentuk keramik yang paling banyak dijumpai di Keraton Kasepuhan adalah bentuk tegel, sedangkan di keraton Kanoman bentuk yang paling banyak adalah piring. Keramik yang berbentuk tegel digunakan sebagai penghias ruangan umumnya dipasang dalam posisi melintang sehingga membentuk pola seperti ketupat. Keramik-keramik Cina yang umumnya berbentuk piring dipasang sebagai pusat yang dikelilingi oleh keramik tegel (di Kasepuhan), atau piring yang berukuran besar dipasang di tengah dan dikelilingi oleh keramik berbentuk piring berukuran lebih kecil (di Kanoman). Pola pemasangan keramik pada dinding bangunan keraton Kasepuhan umumnya membentuk pola terpusat dimana keramik berbentuk piring dikelilingi oleh keramik berbentuk tegel seperti yang ada di pagar keraton Kasepuhan. Pola lainnya dijumpai pada pemasangan keramik adalah pemasangan secara berurutan secara horizontal maupun vertikal. Pola pemasangan keramik di keraton Kanoman juga sama yaitu umumnya membentuk pola terpusat, dimana keramik berbentuk piring yang besar ditempatkan di tengah dan dikelilingi oleh keramik berbentuk bulat yang ukurannya lebih kecil.

(9)

Kedua keraton memiliki persamaan dan perbedaan keramik. Kedua keraton sama-sama memiliki keramik yang berasal dari Cina dan Belanda. Keberadaan keramik Jesuit ware di kedua keraton dikarenakan nilai keindahan keramik tersebut pada masa lalu, daripada pertimbangan isi atau pesan gambar yang ada pada keramik tersebut. Adapun perbedaan yang signifikan dari kedua keraton tersebut adalah bahwa keraton Kasepuhan lebih didominasi oleh keramik Belanda abad ke-17, sementara keraton Kanoman didominasi oleh keramik berasal dari Cina dinasti Qing.

Daftar pustaka

Adhyatman, Sumarah. (1981). Keramik Kuna yang ditemukan di Indonesia. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia

Harwich Mayflower Project. (2012).

http://www.harwichmayflower.com/joomla/inde

x.php/late-17th-century/harwich-and-holland.html

Lisnasari, Lia. (1994). Ragam hias keraton Kasepuhan dan Kanoman di Cirebon. Skripsi.

Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

Moedjiono. (2011). Ragam Hias dan Warna Sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina. Modul 11. Hal: 17-22. Mulyawati, Ati. (1983). Keramik di Situs Astana Gunung Jati Cirebon. Skripsi. Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

Sulendraningrat,P.S. (1978). Sejarah Cirebon. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Tjandrasasmita, Uka. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Wibisono, Naniek Harkatiningsih, (2004). Seni Hias Tempel Keramik di Cirebon. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Proyek Penelitian dan Pengembangan Arkeologi.

(10)

Lampiran 1. Jenis Ragam Hias Keramik Tempel di Keraton Kasepuhan

Lokasi Pemandangan Fauna Flora Cerita

Injil

Kapal Naga Aktivitas Manusia Vas Bunga Geometris Total Siti Inggil 37 5 7 1 4 5 9 1 69 Gapura Kutagara Wadasan (Depan) 3 1 4 Gapura Kutagara Wadasan (Belakang) 1 1 1 1 4 Jinem Pangrawit (Depan) 7 2 1 10 Jinem Pangrawit (Tembok Kiri Dalam) 8 1 1 10 Jinem Pangrawit (Tembok Kiri ) 2 1 3 1 7 Jinem Pangrawit (Tembok Kanan) 4 2 4 10 Gajah Nguling 2 1 1 7 11 Ruang Pringgondani 1 4 1 2 7 Ruang Pringgondani 2 6 1 1 8 Ruang Pringgondani (Kanan) 3 1 1 5

(11)

Ruang Pringgondani Depan 7 1 8 Buk Bacem 19 21 2 42 Bangsal Prabayaksa 1 6 11 6 6 29 Bangsal Prabayaksa 2 (Tembok Samping Tangga) 40 5 3 4 52 Tangga Tampak Depan Bangsal Prabayaksa 91 91 Total 130 30 33 115 10 26 20 1 2 367 Percentage 35.4 8.2 9.0 31.3 2.7 7.1 5.4 0.3 0.5 100.0

(12)

Lampiran 2. Jenis Ragam Hias Keramik Tempel di Keraton Kanoman

Lokasi Pemandangan Aktivitas

Manusia

Fauna Flora Cerita Injil

Simbol Naga Kupido Vas Mosaik

Total

Ruang Bangsal (Pilar Bawah) 6 2 8 Ruang Bangsal ( Keramik Merah Di Bawah) 4 4 Pintu Munde Tembok Kiri 1 4 5 Pintu Munde Tembok Kanan 4 1 5 Bangunan Senirang 1 2 2 5 Bangunan Senirang 2 1 1 1 3 Tembok Pintu Musholla 1 1 1 3 Mande Sekaten 5 4 4 10 23 Mande Manguntur 4 2 29 2 4 3 44 Gerbang Wong Sebelah 27 27 Total 9 5 12 64 6 6 7 2 6 10 127 Persentase 7.1 3.9 9.4 50.4 4.7 4.7 5.5 1.6 4.7 7.9 100.0

Gambar

Gambar  1.  Ragam  Hias    Pemandangan  alam  di  Keraton Kasepuhan
Gambar  5.  Keramik  dengan  Ragam  Hias  tulisan  kaligrafi Arab.
Gambar 6.  Keramik Tempel dengan Warna Polikrom  Keramik dengan warna tunggal Hijau  ditemukan  di  keraton  Kasepuhan  sejumlah  17  buah  (4.6%  dari  jumlah  sampel),  sedangkan  keramik  dengan  warna  tunggal Hijau tidak ditemukan di keraton  Kanoman
Gambar 9. .Pola Berderet  Vertikal

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil studi dan analisis didapatkan bahwa bangunan Hotel Gino Feruci Bandung merupakan bangunan yang memiliki konsep bentuk dan fasad yang atraktif dan dinamis

dan akar rimpang kuyit terhadap pengamatan mikroskopis pembelahan inti sel akar bawang merah, menunjukan hasil yang sangat bagus.Berdasarkan penelitian Gresby (2013),

Ekuivalen mobil penumpang (emp) untuk masing-masing kendaraan tergantung pada tipe jalan dan arus lalu lintas total yang dinyatakan dalam kendaraan perjam semua

Uji susceptibility menunjukkan kedua isolat ini resisten terhadap metronidazol, Hal ini mengindikasikan bahwa kedua isolat tersebut dapat digunakan secara sinergis dengan

Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penekanan yang lama pada satu sisi tubuh yang dapat menimbulkan gangguan integritas kulit sepaeri Ulcus Decubitus Keluarga perlu

Pengembangan pendekatan Website Usability Evaluation (WEBUSE) sebagai standar pengukuran usability, dengan metode evaluasi kuisioner berbasis web yang

dengan jenis media lain untuk digunakan dalam pengajaran suatu bahan pelajaran tertentu... Posisi Media

7 Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Keperawatan Kesehatan Jiwa dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan jiwa ibu dan anak di kecamatan Bantur Kabupaten Malang..