Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
ANALISIS TINGKAT
SUPERHEATED STEAM
PADA
MASING-MASING SUMUR PRODUKSI KAMOJANG TAHUN 2014
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG
17 November 2014 – 17 Desember 2014Disusun Oleh: Hardina Dwi Lestari
11/313108/TK/37794 Telah disetujui dan disahkan:
Kamojang, 4 Januari 2015 Mengetahui,
Pembimbing Kerja Praktek Manajer Ops PT PGE area Kamojang
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
ANALISIS TINGKAT
SUPERHEATED STEAM
PADA
MASING-MASING SUMUR PRODUKSI KAMOJANG TAHUN 2014
PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG
17 November 2014 – 17 Desember 2014Disusun Oleh: Hardina Dwi Lestari
11/313108/TK/37794 Telah disetujui dan disahkan:
Yogyakarta, 4 Januari 2015 Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Fisika UGM Dosen Pembimbing Kerja Praktek
Prof. Ir. Sunarno, M.Eng., Ph.D. Ir. Balza Ahmad, M.Sc.E
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
iii
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Penulisan laporan kerja praktek ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar S1 Teknik Fisika di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan kerja praktek ini, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga penulis, yaitu kedua orang tua, kakak dan adik tercinta yang selalu memberikan support dan dukungan serta do’a yang menyertainya.
2. Prof. Ir. Sunarno, M.Eng.,Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik UGM yang telah memberikan izin untuk dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.
3. Bapak Ir. Balza Achmad, MScE. selaku dosen pembimbing kerja praktek atas nasihat, masukan dan bantuannya sehingga kerja praktek ini dapat penulis selesaikan dengan sebaik-baiknya.
4. Bapak Roy Bandoro Swandaru selaku Manager Operasi Produksi yang telah memberikan penulis dan teman-teman tugas yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan kami dalam bidang engineering.
5. Bapak Riyanto TP selaku Asisten Manager pml Fasilitas Produksi atas keramahannya yang telah membantu penulis mengenal tentang organisasi dan kegiatan yang dilakukan di bagian operasi-produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.
6. Bapak Hendra Hadriasyah selaku pembimbing utama atas nasihat dan juga berbagai bimibingan dan pengarahannya dalam pemahaman materi dan sistematika penulisan. 7. Bapak Ahmad Suviam Iman selaku Asisten Manager Laboraturium atas bimbingan
yang telah diberikan selama pelaksanaan kerja praktek serta nasihat yang sangat bermanfaat.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
iv
8. Bu Rani Febriani selaku pengawas instrument yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman dan penjelasan yang cukup detail tentang sistem yang ada di PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.9. Bapak Achmad S Fadli selaku pengawas Fasilitas Produksi atas bimbingannya dan sharing ilmu yang diberikan selama pelaksanaan kerja praktek.
10.Bapak Akhmad Burhani Prasetyo selaku ahli instrumen atas bimbingannya dan sharing ilmu yang diberikan selama pelaksanaan kerja praktek.
11.Seluruh karyawan PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas semuanya
Akhir kata, penulis berharap Allah Subhanahu Wata’ala berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian kerja praktek ini. Semoga laporan kerja praktek ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan bagi yang membacanya.
Kamojang, 16 Desember 2014
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ... 2
1.2.1. Tujuan Umum ... 2
1.2.2. Tujuan Khusus ... 3
1.2.3 Ruang Lingkup ... 3
1.4. Metode Pengumpulan Data ... 3
1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek ... 4
1.6. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN ... 6
2.1. Sejarah PT Pertamina Geothermal Energy ... 6
2.2. Sejarah Lapangan Panas Bumi Kamojang ... 7
2.3. Visi dan Misi ... 10
2.4. Struktur Organisasi ... 10
2.5. Deskripsi Bisnis ... 12
BAB III SISTEM INSTRUMENTASI DAN PROSES PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI ... 15
3.1 Sistem Energi Geotermal ... 15
3.1.1 Sumber panas ... 16
3.1.2 Reservoir ... 16
3.1.3 Daerah resapan (recharge) ... 16
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
vi
3.2 Sistem Produksi Uap ... 17
3.2.1 Jenis-Jenis Sumur ... 18
3.3 Fasilitas Produksi Geothermal ... 21
3.3.1 Rangkaian Kepala Sumur ... 21
3.3.2 Bleeding Pipe ... 24
3.3.3 Jalur Pipa Produksi Uap ... 25
3.3.4 Jalur Pipa reinjeksi ... 27
3.3.5 Rock Muffler ... 27
3.3.6 Twin Silencer ... 28
3.3.7 Valve-2 Flow Line ... 29
3.3.8 Blow Down ... 30
3.3.9 Manifold (Header) ... 31
3.3.10 Sistem Pengaman ... 32
3.3.11 Instrumentasi dan Sistem Kontrol ... 33
3.4 Uji Kualitas Uap ... 38
3.4.1 Non Condensable Gas (NCG) ... 38
3.4.2. Total Flow Steam ... 39
3.4.3. Kebasahan ... 39
3.4.4. Korosimeter ... 39
BAB IV ANALISIS TINGKAT SUPERHEATED STEAM PADA MASING-MASING SUMUR PRODUKSI KAMOJANG TAHUN 2014 ... 40
4.1 Latar Belakang ... 40
4.2 Perumusan Masalah ... 41
4.3 Dasar Teori ... 41
4.3.1 Sifat Sifat Termodinamika ... 41
4.3.2. Proses Perubahan Fasa Zat Murni ... 43
4.3.3 Superheated Steam ... 46
4.3.4 Persamaan Keadaan ... 47
4.3.5 Tekanan Gauge dan Tekanan Absolut ... 48
4.3.6 Non Condensable Gas ... 49
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
vii
4.4 Metode Pengambilan Data ... 51
4.4.1 Peralatan Kerja ... 51
4.4.2 Peralatan Keselamatan / Alat Pelindung Diri (APD) ... 51
4.4.3 Instruksi Kerja ... 52
4.5 Pengolahan data yang didapatkan dari Pressure and Temperature Miniprobe. ... 53
4.6 Analisis Hasil Perhitungan dan Grafik antara waktu dan suhu superheated ... 55
4.7 Analisis Hasil Distribusi Nilai Superheated steam Pada Masing-Masing Pipeline ... 60
BAB V PENUTUP ... 62
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 62
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Area kerja Pertamina Geothermal ... 7
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi PT PGE area Kamojang ... 10
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi di bagaian Operasi-Produksi ... 11
Gambar 3. 1 Skema Sistem Energi Geothermal ... 15
Gambar 3. 2 Lokasi salah satu cluster ... 18
Gambar 3. 3 Sumur produksi ... 19
Gambar 3. 4 Sumur Reinjeksi ... 20
Gambar 3. 5 Sumur Monitoring ... 21
Gambar 3. 6 Kepala Sumur Standard Lama ... 23
Gambar 3. 7 Kepala Sumur standard Baru ... 23
Gambar 3. 8 Bleeding Pipe ... 25
Gambar 3. 9 Pipa Pipa Saluran Uap ... 26
Gambar 3. 10 Pipe Loop ... 27
Gambar 3. 11 Pipa Reinjeksi ... 27
Gambar 3. 12 Rock Muffler ... 28
Gambar 3. 13 Twin Silencer... 29
Gambar 3. 14 valve-2 di flow line ... 30
Gambar 3. 15 Blow Down ... 31
Gambar 3. 16 Manifold (Header)... 32
Gambar 3. 17 Ruptere Disk (3 buah, kiri) dan PSV (3 buah, kanan) ... 33
Gambar 3. 18 Pressure Gauge Digital pada pipa (Kiri) dan Pressure Gauge Manual (kanan) pada kepala sumur... 34
Gambar 3. 19 Temperatur gauge Manual (kiri) dan Temperatur gauge Digital (kanan) ... 34
Gambar 3. 20 Flow recorder ... 35
Gambar 3. 21 Block Valve pada pipe line ... 36
Gambar 3. 22 Drain Port beserta Condensat Trap ... 38
Gambar 4. 1 Hubungan antara suhu dengan spesifik volume pada perubahan fasa air tekanan 1 atm... 45
Gambar 4. 2 Nilai superheated steam berdasar tekanan dan suhu ... 47
Gambar 4. 3 : Hubungan antara Tekanan Gauge dan Tekanan Absolut ... 48
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sejarah Lapangan Panas Bumi Kamojang ... 9
Tabel 3. 1 : Perbedaan rangkaian kepala sumur standard lama dan standard baru ... 24
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
x
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Nilai superheated steam sumur 3X tahun 2014 ... 56
Grafik 4. 2 Distribusi nilai superheated steam pada PL4MM tahun 2014 ... 57
Grafik 4. 3 Distribusi nilai superheated steam pada PL4EE tahun 2014 ... 57
Grafik 4. 4 Distribusi nilai superheated steam pada PL4SS tahun 2014 ... 58
Grafik 4. 5 Distribusi nilai superheated steam pada PL4ZZ tahun 2014 ... 59
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini, pengalaman terhadap dunia kerja sangat dibutuhkan sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sebenarnya. Salah satu tujuan dari kuliah yang berlangsung selama masa pembelajaran yang dilakukan di perguruan tinggi adalah mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah untuk diaplikasikan ke bidang-bidang tertentu secara langsung di lapangan. Selain itu, salah satu prasyarat untuk menyelesaikan program jenjang pendidikan strata satu (S1) adalah mahasiswa wajib melakukan kerja praktek di instansi pemerintah maupun swasta sebagai proses pembelajaran aplikatif selain proses pembelajaran secara teoritis yang dilakukan selama masa perkuliahan. Dengan melakukan kerja praktek diharapkan mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja secara langsung dan mahasiswa mampu menerapkan ilmu yang telah didapat selama kuliah pada saat pelaksanaan kerja praktek di lapangan. Kerja praktek juga melatih mahasiswa untuk siap terjun di dunia kerja dengan berbagai kemampuan akademik yang telah dimiliki selama proses pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Selama proses kerja praktek berlangsung, mahasiswa juga diharapkan dapat mengoperasikan secara langsung instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengoperasikan sistem tertentu yang mungkin baru diketahuinya secara teoritis pada saat pembelajaran di perguruan tinggi. Pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama kerja praktek di lapangan secara langsung akan sangat bermanfaat bagi peningkatan potensi kinerja mahasiswa sehingga mahasiswa akan semakin siap berpartisipasi dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
Dengan berbagai teknologi yang digunakan dalam lingkup industri tersebut, mahasiswa ditekankan untuk dapat mengetahui cara kerja, pengoperasian serta teknologi apa yang digunakan pada instrumen-instrumen tersebut melalui teknisi yang ahli dibidangnya. Dilaksanakannya kerja praktek di lapangan sangat bermanfaat dalam
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
2
melatih kemandirian mahasiswa serta tanggung jawab dalam mengemban tugas yang diberikan kepadanya serta diharapkan hal tersebut akan terus berlanjut saat mahasiswa mulai merintis karirnya.Perseroan Terbatas Pertamina Geothermal Energy (PT PGE) area Kamojang adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang energi panas bumi. PT PGE area Kamojang merupakan anak perusahaan PTPertamina (persero) yang mengelola sumber daya energi panas bumi. Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut adalah mensuplai uap panas bumiuntuk pembangkit listrik tenaga panas bumi. Kegiatan suplai uap melibatkan proses mulai dari sumur panas bumi menuju header.
Perseroan Terbatas Pertamina Geothermal Energy area Kamojang memiliki 5 pipa penyalur uap, yaitu PL-401/402/403/404/405. PL-401/402/403/404 digunakan untuk mengalirkan uap ke PLTP 140 MW milik PT Indonesia Power dan PL-405 digunakan untuk mengalirkan uap ke PLTP 60 MW milik PT PGE area Kamojang. Kegiatan pengaliran uap ke masing-masing PLTP membutuhkan tingkat kualitas uap untuk menjamin bahwa uap yang di supply ke pembangkit sudah sesuai standar yang diizinkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran kondisi uap sebelum uap mengalir ke pembangkit. Pengukuran ini dilakukan saat uap keluar dari kepala sumur produksi melalui pipe line menggunakan alat pengukur tekanan dan suhu yang bernama probe.
Maka dari itu dengan adanya data yang didapat dari pengukuran tersebut, penulis berniat untuk menghitung nilai kondisi uap sehingga bisa mengetahui tingkatan kualitas dan kuantitas uap yang akan dialirkan ke pembangkit.
1.2. Maksud dan Tujuan
Sesuai penjelasan pada uraian latar belakang, maka pelaksanaan dan penulisan kerja praktek ini memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut.
1.2.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui penerapan ilmu-ilmu dasar yang kami pelajari di perkuliahan dalam aplikasinya di lapangan.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
3
2. Mengetahui pola kerja dan perilaku pekerja profesional di lapangan, dengan harapan dapat memiliki pengalaman dan belajar dari pengetahuan tersebut.3. Membuka wawasan baru tentang suatu perusahaan dan aktivitas kerja perusahaan tersebut.
4. Membuka interaksi antara dunia akademisi dan dunia usaha dalam simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui proses yang terjadi dan instrumentasi yang digunakan dalam mensuplai kebutuhan uap dari sumur menuju header dan pembangkit listrik tenaga panas bumi.
2. Menentukan nilai superheated steam pada pipeline yang dihasilkan dari sumur produksi untuk dialirkan ke pembangkit.
3. Menganalisis hasil kondisi uap dengan tujuan untuk mengetahui tingkatan kualitas dan kuantitas uap yang akan dialirkan ke pembangkit.
1.2.3 Ruang Lingkup
Pembahasan yang dilakukan pada pelaksanaan dan penulisan laporan kerja praktek ini dibatasi oleh ruang lingkup sebagai berikut:
a. Pembahasan hanya dilakukan dalam ruang lingkup proses pengukuran tekanan dan suhu pada masing-masing pipa yang untuk mengetahui tingkatan nilai superheated steam yang mengalir pada suatu pipa.
b. Analisis tingkat kenaikan dan penurunan superheated steam sebagai bahan evaluasi untuk manajemen uap lapangan panas bumi.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi untuk menyelesaikan laporan kerja praktek ini dilakukan dengan metode sebagai berikut.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
4
a. Studi literatur yang meliputi pembelajaran materi dasar yang sebelumnya telah didapatkan selama kuliah. Selain itu, dilakukan dengan mencari dan mempelajari referensi lain mengenai materi yang akan dibahas dari berbagai sumber.b. Studi lapangan yang dilakukan dengan meninjau, mengamati dan mempelajari secara langsung proses yang terjadi dan instrumentasi yang digunakan.
c. Diskusi dan konsultasi dengan pekerja lapangan, staf dan pembimbing yang mengerti dan mengetahui tentang materi yang akan dibahas pada laporan ini.
1.5. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan di PT Pertamina Geothermal Energy area Kamojang yang beralamat di Jalan Raya Kamojang, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, selama 1 bulan dari tanggal 17 November 2014 hingga 17 Desember 2014.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan ini dibagi menjadi beberapa bagian:
Bab I berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang informasi secara umum meliputi sejarah perusahaan, profil perusahaan, struktur organisasi dan kegiatan bisnis yang dilakukan di PT Pertamina Geothermal Energy area Kamojang.
Bab III membahas tentang proses yang terjadi di daerah suplai uap dan mengetahui instrumentasi yang digunakan di lapangan.
Bab IV berisi studi penjelasan tentang analisis tingkatan superheated steam yang mengalir pada masing-masing pipa sebagai bahan evaluasi untuk manajemen uap lapangan panas bumi.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
5
Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran dari Bab IV serta yang dilakukan selama melaksanakan kerja praktek
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
6
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Sejarah PT Pertamina Geothermal Energy
Perseroan Terbatas Pertamina Geothermal Energy (PT PGE) merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero). PT PGE berdiri pada tahun 2006 dan telah diamanatkan oleh pemerintah Indonesia untuk mengembangkan 15 wilayah kerja pengusahaan panas bumi di Indonesia. Saham dari perusahaan ini 90% dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10% dimiliki oleh PT Pertamina Dana Ventura.
Era baru bagi energi geothermal diawali dengan peresmian lapangan geothermal
Kamojang pada tanggal 29 Januari 1983 dan diikuti dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-1 (30MW) pada tanggal 7 Pebruari 1983, dan lima tahun kemudian 2 unit beroperasi dengan kapasitas masing-masing 55 MW. Di pulau Sumatera untuk pertama kali beroperasi Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi sebagai power plant pertama dan pada Agustus 2001 PLTP pertama 20 MW beroperasi didaerah Lahendong. Seiring dengan perjalanan waktu Pemerintah melalui Keppres No. 76/2000 mencabut Keppres terdahulu dan memberlakukan UU No. 27/2003 tentang geothermal, dimana PT Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli dalam pengusahaan energi geothermal tetapi sama dengan pelaku bisnis geothermal
lainnya di Indonesia. Dalam mengimplementasikan undang-undang tersebut Pertamina telah mengembalikan 16 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Geothermal kepada Pemerintah dari 31 WKP yang diberikan untuk dikelola.
Pada tanggal 23 November 2001 pemerintah memberlakukan UU MIGAS No. 22/2001 tentang pengelolaan industri migas di Indonesia. UU ini membawa perubahan yang sangat besar bagi sektor migas, termasuk Pertamina. Setelah berlakunya UU tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan pelaku bisnis migas lainnya. Pada tanggal 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan melaluiPeraturan Pemerintah (PP) No.31/2003 diamanatkan untuk mengalihkan usaha geotermal yang selama ini dikelola oleh PT Pertamina kepada anak perusahaan paling lambat dua tahun setelah perseroan terbentuk. Untuk itu PT
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
7
Pertamina membentuk PTPertamina Geothermal Energy (PT PGE) sebagai anak perusahaan yang akan mengelola kegiatan usaha di bidang geotermal. PT Pertamina memiliki hak pengelolaan atas 15 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) geothermal dengan total potensi 8.480 MW. Dari 15 WKP tersebut, 10 WKP dikelola sendiri oleh PT PGE, yaitu (1) Kamojang: 200 MW, (2) Lahendong: 60 MW, (3) Sibayak: 12 MW, (4) Ulubelu, (5) Lumutbalai, (6) Hululais, (7) Kotamobagu, (8) Sungai Penuh, (9) Iyang-Argopuro dan (10) Karahabodas. Pada Gambar 2.1 ditampilkan lokasi 15 WKP geotermal di Indonesia.Gambar 2. 1 Area kerja Pertamina Geothermal [1]
2.2. Sejarah Lapangan Panas Bumi Kamojang
Sejarah panas bumi Indonesia dimulai tahun 1926-1928 oleh pemerintah Belanda. Partisipasi anak bangsa pada energi panas bumidimulai pada tahun 1971.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
8
Indonesia melalui Pertamina bekerjasama dengan pemerintah Selandia Baru menjajaki potensi panas bumi lapangan kamojang dengan melakukan pemboran 14 sumur. Setelah pemboran 14 sumur, di tahun 1978 beroperasi monoblok 0.25 MW. Keberhasilan pembangkit listrik dari energi panas bumiini semakin menguatkan sikap Indonesia untuk mengembangkan PLTP skala besar yang pertama di Indonesia. Di tahun 1983 harapan listrik dari energi panas bumi terwujud dengan beroperasinya PLTP unit I berkapasitas 30 MW dengan bentuk kontrak jual beli uap antara PT Pertamina dan PT Indonesia Power. Selang empat tahun berlalu, listrik dari energi panas bumiKamojang bertambah kapasitasnya menjadi 140 MW dengan beroperasinya PLTP unit II dan III yang masing-masing berkapasitas 55 MW. Pengoperasian PLTP unit II dan III ini juga berdasarkan kontrak jual beli uap antara PTPertamina dan PT Indonesia Power.Dalam rangka membuat percepatan pengembangan pembangkitan listrik dari energi panas bumi di Indonesia, PT PGE area Kamojang mengoperasikan PLTP unit IV berkapasitas 60 MW di tahun 2008. PLTP unit IV merupakan PLTP skala besar pertama yang dibangun dan dikelolaoleh PT PGE area Kamojang. Pengoperasian PLTP unit IV ini berdasarkan kontrak jual beli listrik antara PT PGE dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PT PLN).
Mulai tahun 2010, sudah dikembangkan rencana pembangunan PLTP unit V di kawasan Kamojang. Dalam perencanaannya, PT PGE menambah unit V dengan jumlah produksi listrik sebanyak 30 MW. Berikut ini adalah sejarah perkembangan Proyek Geotermal di Kamojang.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
9
Tabel 2. 1 Sejarah Lapangan Panas Bumi Kamojang [1]Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
10
2.3. Visi dan MisiDibawah ini merupakan Visi dan Misi PT Pertamina Geothermal Energy area Kamojang,
Visi :
2008 Business Minded Geothermal Company
2011 Center of Excelence for Indonesia Geothermal Industry
2014 World Class Geothermal Energy Enterprise
Misi :
Melakukan usaha pengembangan energi geotermal secara optimal yang berwawasan lingkungan dan memberi nilai tambah bagi stakeholder.
2.4. Struktur Organisasi
Gambar dibawah ini berisikan tentang struktur organisasi PT Pertamina Geothermal Energy area Kamojang dan struktur organisasi di bagian operasi-produksi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan 2.2.
General Manajer area Kamojang Sekretaris Manajer Engineering Manajer Layanan Umum Manajer Operasi Produksi Manajer PLTP Manajer Workshop dan Pemeliharaan Manajer Keuangan Manajer HSE
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
11
Salah satu bagian pada struktur organisasi yang ada di PT PGE area Kamojang adalah bagian operasi-produksi. Tugas utama dari bagian operasi produksi yaitu memastikan jumlah suplai uap ke pembangkit listrik. Dalam menjalankan tugasnya, manajer Operasi-Produksi dibantu oleh tiga asisten manajer, yaitu asisten manajer Rendal, asisten manajerFasprod dan asisten manajer Laboratorium Uji Mutu.1. Rendal (Perencanaan dan Pengendalian)
Rendal bertugas untuk mengalirkan dan memastikan suplai uap ke pembangkit tercukupi dengan cara merencanakan dan mengendalikan proses yang ada di steam field. Kegiatan yang dilakukan pada bagian rendal seperti mengatur sumur panas bumi(apakah akan dialirkan atau tidak), melakukan uji produksi sumur panas bumi,
Manajer Operasi Produksi Asisten Manajer Rendal OPs Asisten Manajer Fasprod Asisten Manajer Lab. Uji Mutu
Pengawa s Utama Rendal Pengawas Utama Uji Produksi Control Room Pengawas Pengukuran Bawah Tanah Ahli Instrumen t Pengawas Fasprod Asisten Fasprod Analis Pengawas Sampling
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
12
memantau parameter fisis (flowrate, tekanan kepala sumur, tekanan line dantemperature line) yang diamati secara berkala, pengukuran parameter di area bawah tanah, merencanakan target dan sasaran produksi uap serta produksi listrik.
2. Fasprod (Fasilitas Produksi)
Fasprod bertugas untuk mendukung kegiatan yang dilakukan oleh bagian rendal, yaitu mempersiapkan sarana, menjaga, memelihara dan memperbaiki fasilitas produksi yang dibutuhkan seperti jalur pipa, fasilitas uji datar atau vertikal dan instrumentasi. Kegiatan yang dilakukandiantaranya kalibrasi alat instrumen, pengecekan fungsi komponen (valve, steam trap dan lain-lain) di lapangan, perawatan pipa beserta fasilitas pendukung.
3. Laboratorium Uji Mutu
Pada laboratorium uji mutu dilakukan uji sampling uap, analisis zat yang terkandung di dalam uap dan memastikan kualitas uap sudah sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah mengambil sampel uap, menganalisis zat kimia pada uap, mengukur dengan menggunakan kalorimeter dan laju korosi.
2.5. Deskripsi Bisnis
Ada dua jenis bisnis energi panas bumi yang dilakukan oleh perusahaan PTPertamina Geothermal Energy (PT PGE) area Kamojang, yaitu:
2.5.1. Bisnis Jual Beli Uap (PJBU)
Bisnis jual beli uap PT PGE area Kamojang dilakukan melalui kontrak kerjasama dengan PT Indonesia Power. Berdasarkan kontrak kerjasama itu, PT PGE area Kamojang mengalirkan uap kepada tiga unit pembangkit milik PT Indonesia Power, yaitu unit I sebesar 30 MW, unit II sebesar 55 MW dan unit III sebesar 55 MW. Uap yang dihasilkan oleh PT PGE ini kemudian diolah menjadi listrik oleh pembangkit listrik PT Indonesia Power.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
13
Dalam kontrak kerjasama keduanya, PT Indonesia Power sebagai pelanggan akan membayar uap yang dialirkan PT PGE area Kamojang berdasarkan tenaga (kWh) yang dibangkitkan oleh uapnya. Harga setiap kWh yang dibangkitkan oleh PT PGE area Kamojangialah 0.62sen/kWh atau setara dengan Rp.620,00/kWhnya, hal ini akan dihitung setiap harinya dan tercatat setiap jamnya. Setiap satu bulan data yang dihasilkan dicetak dan ditandatangani oleh kedua belah pihak untuk kemudian dikirim ke Jakarta agar tagihan tersebut dapat diserahkan kepada PT Indonesia Power pusat dan dibayarkan kepada PT Pertamina (Persero).Dalam melakukan bisnis ini, PT PGE area Kamojang lebih mengutamakan
Customer Focus. Hal itu ditunjukan dari penjualan yang ditentukan dari jumlah kWh yang dibangkitkan bukan dari jumlah suplai uap yang dialirkan oleh PT PGE area Kamojang. Oleh karena itu, apabila ada salah satu unit yang shut downPT PGE area Kamojang tidak akan dibayar apabila tetap melakukan suplai uap, kecuali shut down yang dilakukan oleh PT Indonesia Power dibawah 75% dari jumlah kWh yang dihasilkan. Jika dibawah 75% maka PT Indonesia Power wajib membayar suplai uap sebesar 75%. Hal itu berdasar pada perjanjian PT Indonesia Power dengan PT PGE area Kamojang. Sehingga apabila unit III terjadi shut down, maka suplai uap dari PT PGE area Kamojang akan dikurangi dan mereka tetap tidak dibayar di unit yang mengalami shut down tersebut karena tenaga (kWh) yang dihasilkan masih diatas 75% dari keseluruhan tenaga (kWh) yang dihasilkan.
2.5.2. Bisnis Jual Beli Listrik (PJBL)
Bisnis jual beli listrik yang dilakukan oleh PT PGE area Kamojang ialah bisnis penjualan listrik kepada PLN (Persero). Dalam bisnis ini PT PGE area Kamojang tidak menjual uapnya kepada PLN, melainkan membangkitkan listriknya sendiri dan kemudian menjual listrik hasil pembangkitan PLTPnya untuk kemudian dijual kepada PLN. Pembangkit listrik tenaga panas bumiPT PGE area Kamojang sendiri memiliki hasil keluaran sebesar 63 MW. Enam puluh
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
14
MW untuk dijual kepada PLN, sedangkan 3 MW digunakan oleh PT PGE area Kamojang untuk kebutuhannya sendiri.Dalam hal ini setiap data tenaga(kWh) yang dihasilkan dari PLTP milik PT PGE area Kamojang didata setiap harinya dan setiap bulannya datanya dikirimkan kepada pihak PLN untuk ditandatangani bersama. Setelah ditandatangani bersama, maka data tersebut dikirimkan ke PT Pertamina (Persero) di Jakarta untuk dilakukan penagihan kepada PLN dalam hal pembayaran.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
15
BAB III SISTEM INSTRUMENTASI DAN PROSES PEMBANGKIT LISTRIKTENAGA PANAS BUMI
3.1 Sistem Energi Geotermal
Energi geotermal atau yang dikenal dengan energi panas bumi merupakan energialami yang terbentuk dan dihasilkan dari dalam perut bumi. Sistem panas bumi secara umum dapat diartikan sebagai sistem penghantar panas di dalam mantel atas dan kerak bumi dimana panas dihantarkan dari suatu sumber panas (heat source)
menuju suatu tempat penampungan panas (heat sink). Dalam proses penghantaran panas pada sistem panas bumi, yang dipanaskan ialah fluida berupa uap dan air yang tersimpan dalam suatu formasi batuan yangdisebut reservoir.
Gambar 3. 1 Skema Sistem Energi Geothermal [1]
Skematik sistem geothermal dapat dilihat pada Gambar 3.1. Di Indonesia, sistem hidrotermal merupakan sistem panas bumi yang paling sering ditemukan. Transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi adalah melalui proses konveksi bebas yang melibatkan fluida meteorik (seperti air hujan) dengan atau tanpa
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
16
jejak fluida magmatik. Sistem panas bumi hidrotermal berjalan dengan siklus yang saling berhubungan satu sama lain. Pemanasan fluida termal di reservoir menghasilkan uap panas yang mengalir ke atas permukaan. Proses konveksi ini berjalan secara terus menerus sehingga menyebabkan adanya potensi pengurangan fluida di dalam reservoir. Untuk menjaga fluida di dalam reservoir tetap dalam kondisi stabil, maka perlu suplai tambahan dengan penambahan fluida dari permukaan (injeksi atau fenomena alam) Ada beberapa syarat potensi panas bumi yaitu sumber panas, reservoir dengan fluida termal, daerah resapan (recharge), dan daerah pelepasan (discharge).3.1.1 Sumber panas
Di dalam perut bumi, sepanjang waktu terjadi transfer panas dari sumber panas menuju permukaan bumi dan seluruh muka bumi menjadi tempat penampungan panas (heat sink). Namun, di beberapa tempat energi panas ini dapat terkonsentrasi dalam jumlah besar dan melebihi jumlah energi panas per satuan luas di atas rata-rata. Potensi energi panas ini digunakan untuk menjadi sumber panas yang biasanya berada dilokasi gunung berapi.
3.1.2 Reservoir
Reservoir panasbumi merupakan formasi batuan di bawah tanah yang mampu menyimpan dan mengalirkan fluida termal, seperti uap dan air panas. Formasi batuan yang terkandung dalam reservoir memiliki porositas (kemampuan untuk menyimpan fluida termal) dan permeabilitas (kemampuan untuk mengalirkan fluida) yang baik. Pada sistem panas bumi, untuk mendapatkan potensi uap panas yang besar diperoleh dengan melakukan pengeboran pada daerah reservoir atau batuan yang mempunyai permeabilitas yang baik.
3.1.3 Daerah resapan (recharge)
Daerah resapan merupakan daerah dimana aliran air tanah di tempat tersebut bergerak menjauhi permukaan tanah. Aliran air tanah di daerah resapan bergerak dari atas permukaan menuju ke bawah permukaan. Daerah
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
17
resapan berfungsi untuk menjaga kuantitas dari fluida termal di dalam reservoir. Apabila daerah resapan terjaga dengan baik maka tekanan di dalam formasi reservoir terjaga karena adanya fludia yang mengisi pori di dalam reservoir secara berkelanjutan.3.1.4 Daerah pelepasan (discharge area) dengan manifestasi permukaan
Daerah pelepasan merupakan daerah dimana aliran air tanah di daerah tersebut bergerak ke atas menuju permukaan tanah. Daerah pelepasan pada sistem panas bumi ditandai dengan adanya fenomena alam atau manifestasi permukaan. Manifestasi permukaan adalah tanda-tanda yang tampak pada permukaan bumi yang menunjukan bahwa terdapat potensi sistem panas bumi di bawah permukaan di sekitar fenomena tersebut. Mata air panas, fumarola atau uap panas yang keluar dari celah bebatuan merupakan daerah pelepasan (discharge area) dengan manifestasi permukaan.
3.2 Sistem Produksi Uap
Pada pembangkit listrik tenaga panas bumi, uap panas dari sistem hidrotermal dimanfaatkan untuk mensuplai kebutuhan uap panas menuju PLTP. Oleh karena adanya formasi batuan impermeable, uap panas yang dihasilkan dari sistem hidrotermal tertahan di reservoir dan mengalami proses kondensasi sehingga berubah fase dari uap panas menjadi air. Oleh karena itu, untuk mengalirkan uap panas ke permukaan tanah diperlukan adanya pengeboran sumur panas bumi sebagai jalan keluar aliran uap panas naik ke permukaan bumi. Dalam sistem geotermal di kawasan PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang, terdapat sistem produksi dan distribusi uap. Setiap uap yang diproduksi berasal dari sumur sumur produksi yang tersebar di beberapa cluster. Pada Gambar 3.2 ditampilkan foto salah satu cluster, cluster adalah sekumpulan sumur (baik itu sumur produksi ataupun sumur monitoring) yang berada saling berdekatan satu sama lain di suatu daerah. Rata-rata di sebuah cluster terdapat 2-4 sumur.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
18
Gambar 3. 2 Lokasi salah satu cluster [2]3.2.1 Jenis-Jenis Sumur
Sumur yang digunakan dalam proses pembangkit listrik tenaga panas bumi di PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, meliputi sumur produksi, sumur injeksi dan sumur monitoring.
Sumur Produksi
Sumur Produksi (Production Well) adalah sumur-sumur yang dieksplorasi kandungan uapnya untuk dialirkan ke dalam sistem PLTP. Pada Gambar 3.3 ditampilkan foto salah satu sumur produksi di kawasan PT PGE area Kamojang. Setiap sumur produksi kemampuannya ditinjau dari laju massa uapnya, sehingga sumur produksi yang telah berhasil digali belum tentu bisa dieksplorasi langsung apabila laju massa dan tekanan kepala sumurnya kecil. Hal itu dikarenakan apabila tekanan kepala sumurnya kecil, maka pada saat mencapai di header tekanannya jauh lebih kecil. Padahal tekanan di turbin sebesar 6.5 bar. Sedangkan apabila laju alir uapnya kecil maka itu akan berpengaruh kepada listrik yang dihasilkan nantinya, apabila biaya produksi masih lebih besar dibandingkan kemampuannya memproduksi uap, maka sumur itu hanya akan menjadi sumur monitoring.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
19
Di area eksplorasi PT PGE area Kamojang terdapat 48 sumur produksi dari yang terdata pada 17 November 2014. Sumur produksi tersebut terbagi dua, untuk unit I, unit II dan unit III terdapat 36 sumur produksi. Sedangkan pada unit IV terdapat 12 sumur produksi.Gambar 3. 3 Sumur produksi [2]
Sumur Reinjeksi
Sumur reinjeksi merupakan sumur yang digunakan untuk menginjeksikan air ke dalam reservoir. Sumur injeksi digunakan untuk menstabilkan kuantitas fluida di dalam reservoir sehingga tetap terjaga. Di area Kamojang, sumur reinjeksi dan saluran pipa reinjeksi berwarna hijau. Umumnya, sumur reinjeksi hanya mengembalikan 40% dari jumlah fluida yang diambil dari lapisan reservoir, sedangkan sisanya dibiarkan secara alami melalui air meteorit (hujan). Pada Gambar 3.4 ditampilkan foto salah satu sumur reinjeksi milik PT PGE area Kamojang.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
20
Gambar 3. 4 Sumur Reinjeksi [2] Sumur Monitoring
Sumur monitoring adalah sumur hasil eksplorasi tetapi tidak sesuai dengan karakteristik sumur produksi yang diinginkan. Pada Gambar 3.5 ditampilkan foto salah satu sumur monitoring milik PT PGE area Kamojang. Sumur monitoring ini biasanya memiliki laju uapnya rendah, sehingga hanya dijadikan sumur cadangan saja. Sumur cadangan ini tidak digunakan untuk produksi sehari-harinya, melainkan didiamkan dengan cara di-bleeding agar sumur tidak mati. Sumur di-bleeding maksudnya, uap yang mengalir dari sumber sumur tersebut dibuang ke lingkungan dalam skala kecil agar kondisi sumber tetap bisa mengalirkan uap. Dengan membuang uap tersebut dalam skala kecil, sumur tidak akan mati dan apabila sumur akan dijadikan sumur produksi, dapat dilakukan pengujian ulang sumur .
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
21
Gambar 3. 5 Sumur Monitoring [2]3.3 Fasilitas Produksi Geothermal
Sumur-sumur tersebut memiliki beberapa bagian-bagian tertentu dengan fungsinya masing-masing. Beberapa bagian tersebut ialah:
3.3.1 Rangkaian Kepala Sumur
Pada sumur produksi, terdapat rangkaian dasar kepala sumur berupa valve untuk mengatur aliran fluida dan sambungan percabangan pipa. Secara umum, rangkaian kepada sumur terdapat 4 jenis valve, yaitu master valve,
wing valve, side valve, top valve. Foto rangkaian kepala sumur ditampilkan pada Gambar 3.6.
1) Master valve : adalah gate valve yang berfungsi untuk mengatur laju alir uap yang akan masuk ke sistem. Uap yang bersumber dari sumur diatur oleh
master valve laju alirnya dengan dua mekanisme yakni full open dan full close. Umumnya master valve di area Kamojang merupakan gate valve grade 3000
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
22
sampai 5000 psi, yang artinya master valve tersebut memiliki ketahanan terhadap tekanan sebesar 3000-5000 psi.2) Wing valve: adalah salah satu bagian dari kepala sumur yang digunakan untuk menutup aliran ke arah pipeline pada saat sumur diuji tegak. Wing valve juga merupakan jenis gate valve. Sumur yang diuji tegak akan mengalirkan uap ke atas, sedangkan uap yang menuju ke pipeline ditutup. Biasanya uji tegak dilakukan pada saat perbaikan atau pada saat sumur pertama kali diuji apakah layak atau tidak untuk berproduksi. Sehingga fungsi wing valve pada saat produksi ialah untuk melindungi master valve dari perbedaan tekanan yang terlalu besar pada aliran di pipeline dengan tekanan kepala sumur. Sehingga seandainya terjadi sesuatu, maka wing valve lah yang akan terkena dampaknya dahulu. Sehingga master valve aman. Hal itu dilakukan karena master valve
adalah salah satu bagian vital dari kepala sumur. Bentuk wing valve ada dua jenis. Ada wing valve dengan bentuk cross, dan ada wing valve yang satu arah saja. Wing valve dengan bentuk cross berarti ke dua arah. Satu arahnya ke arah sistem PLTP, sedangkan satunya kearah rock muffler. Jika sudah dua arah seperti ini, biasanya alur pipa tidak bercabang lagi ke rock muffler karena sudah ada salah satu wing valve yang ke arah rock muffler.
3) Side valve : adalah bagian dari Kepala Sumur yang berfungsi sebagai jalur pengalihan uap. Salah satu sisi side valve digunakan untuk mengalirkan uap apabila sumur dinonaktifkan produksinya, yaitu side valve yang diarahkan ke pipa bleeding. Sedangkan sisi side valve satuya diarahkan ke pressure gauge
agar dapat dihitung nilai dari tekanan kepala sumurnya. Side valve berada tepat dibawah master valve yang berfungsi untuk mengatur kendali uap dari sumur ke sistem PLTP. Pada umumnya side valve yang digunakan di area Kamojang ini merupakan Gate valve grade 3000 psi.
4) Top valve : adalah valve yang berada di atas rangkaian kepala sumur. Top valve digunakan untuk memungkinkan peralatan di pasang di atas kepala sumur seperti pemasangan lubricator untuk proses pengukuran bawah tanah.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
23
5) Cross atau tee : di antara master valve, top valve, dan wing valve diberikan sambungan pipa untuk menghubungkan satu sama lain. Cross merupakan sambungan dengan empat percabangan yang saling tegak lurus. Sedangkan teememiliki 3 percabangan, dimana sambungan ini berbentuk seperti huruf T. Model dari rangkaian kepala sumur terbagi menajdi 2 seperti yang terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3. 6 Kepala Sumur Standard Lama [2]
Gambar 3. 7 Kepala Sumur standard Baru [2]
Perbedaan antara rangkaian kepala sumur standard lama dan standard baru dapat dilihat pada tabel 3.1:
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
24
Tabel 3. 1 : Perbedaan rangkaian kepala sumur standard lama dan standard baru [2]STANDARD LAMA STANDARD BARU
1 Casing head 1 Casing head
1 Expansion spool
5 Throw Conduit Valve 3.1/8”-3000/5000 psi terdiri dari:
2 Pcs berfungsi sebagai Annulus valve 2 Pcs berfungsi sebagai Side Valve 1 Pc berfungsi sebagai Top Valve
3 Throw Conduit Valve 3.1/8”-3000 psi terdiri dari:
2 Pcs berfungsi sebagai Side Valve
1 Pc berfungsi sebagai Top Valve
3 Throw Conduit Valve 10” class 600/900/1500 terdiri dari:
1 Pc sebagai Master Valve 2 Pcs sebagai wing valve
3 Throw Conduit Valve 12” class 900 terdiri dari:
1 Pc sebagai Master Valve 2 Pcs sebagai wing valve
3.3.2 Bleeding Pipe
Pada Gambar 3.8 merupakan foto dari salah satu Bleeding Pipe.
Bleeding Pipe adalah pipa pembuang uap yang berdiameter ½ inci yang digunakan untuk mempertahankan produktivitas sumur dan untuk menghindari akumulasi gas hydrogen sulfida. Sumur-sumur yang dinonaktifkan akan menahan uap pada kepala sumur. Sumur akan mati apabila tidak aliran uap, karena uap yang tertahan penuh di kepala sumur. Uap yang tertahan dapat membuat sumur mati, karena reservoir bisa menjadi dingin. Agar mempertahankan sumur tetap bisa produktif maka dari itu perlu ada sebuah aliran uap walaupun kecil melalui pipa bleeding ini.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
25
Gambar 3. 8 Bleeding Pipe [2]
3.3.3 Jalur Pipa Produksi Uap
Setelah keluar dari sumur, uap hasil eksplorasi didistribusikan melalui
pipeline (jalur utama uap). Salah satu jenis pipa produksi uap adalah pipa transmisi. Pipa transmisi digunakan sebagai fasilitas mengalirnya fluida geothermal. Pipa ini terbuat dari carbon steel berdiameter tertentu (ada yang 8, 12, 16, 24 atau 32 inci) dan memiliki kualitas grade B. Akan tetapi, pipa ini perlu dilapisi oleh kalsium silikat setebal 5 cm agar panas uap tidak keluar ke lingkungan selama pendistribusian berlangsung. Hal ini juga demi melindungi para pekerja lapangan dan masyarakat sekitar pada saat melakukan aktivitas di sekitar pipa. Suhu uap pada pipa sekitar 180 – 190 0C sedangkan dengan menggunakan kalsium silikat permukaan pipa bisa menjadi 30-40 0C. Sedangkan pada pipa juga ditambah lapisan alumunium foil dan alumunium luarnya untuk mengantisipasi korosi pada pipa dari luar. Pipa yang langsung berhubungan dengan kepala sumur memiliki ukuran diameter yang lebih kecil dibanding pipa utama. Fluida geotermal yang dialirkan melalui pipa yang
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
26
dekat kepala sumur ini akan terkumpul di pipa-pipa utama yang disebut Pipe line (PL). Pada Gambar 3.8 ditampilkan foto pipa-pipa saluran uap.Di PT Geothermal Energy Area Geothermal Kamojang sendiri ada lima pipa utama yang diberi nama PL 401, PL 402, PL 403, PL 404 dan PL 405. PL 401 sampai dengan PL 404 merupakan pipa transmisi utama yang mengalirkan uap untuk mensuplai kebutuhan uap di PLTP Unit I, II, dan III milik PT Indonesia Power. Sedangkan JALUR 404 mengalirkan uap ke PLTP Unit IV milik PT Geothermal Energy Area Geothermal Kamojang.
Gambar 3. 9 Pipa Pipa Saluran Uap [2]
Selain jenis pipa transmisi, ada juga jenis pipa loop atau yang biasa disebut sebagai pipe loop.Pipe Loop adalah pipa yang digunakan untuk mengantisipasi efek pemuaian pada pipa pada saat uap panas dari sumur dialirkan pada saat pertamakali. Uap yang sangat panas dapat meregangkan pipa. Apabila tidak ada loop pipaakan mengalami stress dan dapat menyebabkan pipa bisa pecah. Maka
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
27
dari itu perlu dibuat loop agar peregangan pipa tidak membuat pipa yang meregang pecah.Loop pada pipa biasanya dibuat setiap jarak 100 meter.Gambar 3. 10 Pipe Loop [2]
3.3.4 Jalur Pipa reinjeksi
Jalur pipa reinjeksi di Kamojang berfungi untuk mengalirkan air hasil kondensat menuju sumur reinjeksi. Umumnya di Kamojang, jalur pipa reinjeksi ini bercatkan hijau.
Gambar 3. 11 Pipa Reinjeksi [2]
3.3.5 Rock Muffler
Pada Gambar 3.11 ditampilkan salah satu foto dari Rock Muffler. Rock Muffler adalah suatu peralatan yang berfungsi sebagai peredam kebisingan
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
28
untuk membersihkan uap dari kotoran dan kondensat yang ter-akumulasi di kepala sumur sebelum uap dialirkan ke pembangkitan. Dalam situasi tertentuRock Muffler dapat dipergunakan untuk melakukan re-uji sumur. Lapisan dari Rock Muffler ialah batu batu kali, ijuk (bisa juga lapisan peredam lainnya), dan batu-batu kali. Rock Muffler ada dua jenis, diatas tanah dan dibawah tanah. Rock Muffler yang baik ialah yang diatas tanah, karena keluaran (airnya) dari Rock Muffler dapat dibuang dengan mudah dan tidak memberikan efek ke tanah.
Gambar 3. 12 Rock Muffler [2]
3.3.6 Twin Silencer
Twin Silencer adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk melakukan pemanasan uap ke jalur pipa produksi dari sumur-sumur sebelum uap dialirkan menuju manifold (header) ke unit pembangkit. Twin Silencer ini Terbuat dari pipa yang berukuran relatip besar > 30” dan berkapasitas skitar 120 ton/jam, yang dilengkapi beberapa block valve (gate valve) untuk mengatur dan memindahkan aliran uap menuju header.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
29
Gambar 3. 13 Twin Silencer [2]3.3.7 Valve-2 Flow Line
Valve-2 Flow Line ini biasanya Dipasang pada jalur pipa uap ataupun jalur pipa re-injeksi yang berfungsi untuk mengatur, membuka dan menutup aliran.
Ada beberapa tipe, ukuran dan kelas valve sebagai berikut : Gate valve
Globe valve
Batterfly valve
Ball valve
Namun yang biasanya digunakan dalam geothermal adalah jenis valve-2 di flow line yang bertipe gate valve.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
30
Gambar 3. 14 valve-2 di flow line [2]3.3.8 Blow Down
Blow Down ini dipasang pada jalur pipa uap, fungsi dari blow down
ini adalah untuk memantau kondisi fluida pada saat awal dilakukan start up commisioning jalur pipa produksi agar supaya tidak terjadi water hummer. Biasanya pada bagian bawah pipa blow down menggunakan valve blow down
tipe “gate valve” yang mudah dan cepat untuk dioperasikan. Fungsi yang lain dari pada valve blow down adalah untuk mengablas jalur pipa agar kualitas uap dapat terjaga dengan baik. Ini merupakan bagian pemeliharaan rutin instrumen
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
31
Gambar 3. 15 Blow Down [2]3.3.9 Manifold (Header)
Manifold (header) ini adalah salah satu Fasilitas produksi yang biasanya dipasang dibagian hilir manakala gathering sistem jalur pipa lebih dari 1(satu) jalur pipa penyalur utama dan banyaknya sumur-sumur produksi yang klaster lokasinya berbeda-beda tempat. Prinsip manifold adalah sebagai pengumpul aliran fluida dari berbagai pipa penyalur menjadi satu pipa dan mengalirkannya menuju beberapa unit pembangkit.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
32
Gambar 3. 16 Manifold (Header) [2]3.3.10 Sistem Pengaman Rupture Disk
Setiap pipa alir uap panasbumi mempunyai batasan tekanan aman, sehingga untuk menjaga dan mengamankan pipa dari peristiwa tekanan berlebih maka digunakan rupture disk. Pada Gambar 3.17 ditampilkan foto 3 buah Rupture disk. Rupture disk akan terbuka ketika tekanan di dalam pipa melebihi batas tekanan yang telah diatur, sehingga menyebabkan aliran uap keluar menuju lingkungan atau atmosfer dan tekanan di dalam pipa akan menjadi berkurang. Rupture disk hanya dapat digunakan dalam sekali pemakaian, karena disk akan pecah saat bekerja.
Pressure Safety Valve
Pressure Safety Valve merupakan sistem pengaman pipa selain rupture disk untuk menanggulangi tekanan berlebih di dalam pipa. Pada Gambar 3.17 ditampilkan salah satu foto 3 buah PSV. PSV dapat digunakan berulangkali saat kondisi masih bagus, karena PSV bekerja dengan menggunakan pegas. Pada pengaturan PSV, nilai batas tekanan alat untuk bekerja, diatur dibawah nilai batas tekanan aman pipa. Saat tekanan di dalam pipa melebihi batas
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
33
tekanan yang diatur pada PSV, maka aliran uap akan keluar menuju lingkungan dengan mendorong pegas hingga PSV dalam keadaan terbuka. Ketika tekanan di dalam pipa sudah dibawah batas tekanan pada PSV, maka pegas akan menutup PSV pada posisi semula. Nilai ambang tekanan yang diatur pada PSV adalah 96% dari nilai tekanan ambang rupture disk. Pemasangan rupture disk dan PSV pada pipeline dapat dipasang seri atau paralel. Keuntungan susunan seri pada pemasangan PSV dan rupture diskyaitu menjaga agar pegas pada PSV tidak terkena panas secara langsung yang dapat menyebabkan korosi.
Gambar 3. 17 Ruptere Disk (3 buah, kiri) dan PSV (3 buah, kanan) [2]
3.3.11 Instrumentasi dan Sistem Kontrol
Instrumen adalah suatu peralatan yang dipasang sepanjang jalur pipa yang berfungsi sebagai monitoring, informasi data yang berguna untuk keperluan proses. Beberapa jenis instrument yang terpasang adalah:
1) Pressure Gauge
Pressure gauge adalah salah satu instrumen pengukuran yang berfungsi untuk mengukur tekanan. Pressure gauge dipasang pada side valve untuk mendeteksi Tekanan Kepala Sumur, dan pressure gauge yang
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
34
dipasang pada pipeline setelah keluar kepala sumur untuk mendeteksi tekanan pipeline setelahkeluar dari kepala sumur.Gambar 3. 18 Pressure Gauge Digital pada pipa (Kiri) dan Pressure Gauge Manual (kanan) pada kepala sumur [2]
2) Temperature gauge
Temperature gauge adalah instrumen pengukuran yang berfungsi sebagai alat ukur temperature pada pipeline. Pada pemasangan temperature gauge, terdapat thermowell untuk mencegah terjadinya kontak langsung antarasensor temperatur dengan fluida.
Gambar 3. 19 Temperatur gauge Manual (kiri) dan Temperatur gauge Digital (kanan) [2]
3) Flow Recorder
Flow recorder merupakan instrumen yang digunakan untuk mengetahui laju aliran uap di dalam pipa dengan cara mengukur dan merekam nilai tekanan. Nilai tekanan yang diukur adalah differential pressure (dP) dan static pressure (SP). Laju aliran massa uap akan
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
35
diketahui dari data DP dan SP berdasarkan perhitungan menggunakan metode orifice plate. Flow recorder ITT Barton beroperasi merekam nilai tekanan sepanjang waktu sesuai clock yang terpasang didalamnya. Hasil pencatatan akan ditulis ke dalam chart oleh pena tinta biru yang menunjukan static pressure dan tinta merah menunjukan differential pressure. Di Kamojang, Flow recorder yang digunakan adalah ITT Barton dan Foxboro. Pada Gambar 3.19 ditampilkan salah satu foto flow recorder ITT Barton. Selain mengukur Static Pressure dan Differential Pressure,Foxboro juga dapat mengukur temperatur uap di dalam pipa.
Gambar 3. 20 Flow recorder [2] 4) Block Valve
Block Valve adalah valve yang mengatur pipa apakah pipa dialirkan ke satu jalur atau jalur lainnya. Block valve terdapat di pipeline dengan wing valvesatu jalur saja, atau di pertemuan dua jalur pipa. Fungsi block valve di dekat sumur ialah mengatur apakah aliran uap ingin dialirkan ke dalam sistem atau dibuang ke Rock Muffler. Sering kali apabila salah satu
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
36
komponen rusak pada jalur pipa, jalur pipa harus dikosongkan dari uap. Maka dari itu block valve dari jalur luar sumur ditutup terlebih dahulu. Hal itu dikarenakan akan ada gangguan tekanan/aliran uap dari pipa sumur lain, dan ini bisa mengganggu perbaikan. Maka dari itu, perlu adanya pemasangan block valve agar tidak ada tekanan dari jalur pipa lainnya yang mengganggu. Pada Gambar 3.21 ditampilkan salah satu foto block valve yang terpasang pada pipeline.Gambar 3. 21 Block Valve pada pipe line [2]
5) Drain Port
Salah satu parameter kualitas uap yang perlu dijaga adalah kebasahan (wetness). Di Kamojang, nilai kebasahan harus di bawah 1 %. Kebasahan uap dipengaruhi oleh kondensasi uap karena suhu lingkungan atau dari sumur sumber uap tersebut berasal. Untuk menjaga kualitas uap maka diperlukan mekanisme yang digunakan untuk membuang kondensat di dalam pipa. Drain port merupakan rangkaian alat yang dipasang sepanjang jalur saluran pipa terutama pada bagian jalur pipa yang rendah untuk menjebak kondensat dan membuang ke luar pipa. Pada Gambar 3.16 ditampilkan salah satu foto drain port. Jarak drain port satu dengan yang lain sangat bervariasi, tergantung
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
37
topografi dan kualitas uap dari sumur. Di Kamojang, jarak rata-rata antardrain port sekitar 50 meter. Drain port biasanya terdiri dari main hole, valve,
condensat trap, elbow, blow down, dan pipa. Main hole merupakan tee yang disambung pada pipa dan dihubungkan dengan valve sebagai tempat pembuangan uap basah. Kondensat yang terbentuk di dalam pipa secara gravitasi akan terdorong dan masuk ke dalam main hole. Kondensat yang terkumpul akan dikeluarkan melalui 2 cara, yaitu melalui kondensat trap dan
blow down. Pembuangan kondensat melalui blow down dilakukan secara manual. Di PT PGE area Kamojang, pembuangan kondensat pada melalui
blow down dilakukan setiap seminggu sekali.
Pembuangan kondensat secara otomatis dilakukan melalui kondensat trap berdasarkan prinsip termodinamika. Prinsip kerja dari kondensat trap yaitu memanfaatkan perbedaan tekanan di dalam dan di luar saluran pipa. Perbedaan tekanan ini merupakan fungsi dari kuantitas kondensat yang terdapat di dalam main hole dan temperatur di dalam main hole. kondensat trap tidak dapat bekerja dengan baik untuk jenis uap yang sangat basah, oleh karena itu perlu dipasang separator pada sumur yang mengandung uap basah cukup tinggi. Di PT PGE area Kamojang, umumnya sumur produksi menghasilkan uap satu fase atau uap kering, sehingga tidak diperlukan separator, pengecualian pada satu sumur Kamojang yang bersifat 2 fase membutuhkan sebuah separator. Untuk memastikan uap mempunyai nilai kebasahan di bawah 1 %, maka di PLTP dipasang separator atau demister
atau scrubber. Fungsi dari separator, demister, atau scrubber adalah sama yaitu filter atau pemisahan. Perbedaan di antara ketiga sistem tersebut terletak pada cara dan prinsip yang digunakan. Separator dilakukan dengan prinsip gaya sentrifugal, demister dilakukan dengan penyaringan, sedangkan scrubber
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
38
Gambar 3. 22 Drain Port beserta Condensat Trap [2]3.4 Uji Kualitas Uap
Pendistribusian uap dari sumur panas bumi menuju header di pembangkit listrik tenaga panas bumi harus memenuhi persyaratan kandungan uap yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, uap akan dinilai dari kandungan dan material ikutan pada fluidanya, sedangkan secara kuantitas uap tersebut harus memenuhi parameter-parameter yang ada seperti tekanan, suhu, dan laju alir massa yang ditentukan oleh pelanggan (dalam kasus ini ialah PT Indonesia Power). PT PGE area Kamojang mempunyai beberapa syarat variabel yang harus dipenuhi oleh uap panas untuk masuk ke inlet turbin, seperti nilai tekanan, suhu, kebasahan uap, kandungan SiO2, kandungan TDS, kandungan NCG, serta kandungan lain yang terdapat
padauap panasbumi. Oleh karena itu, pengujian dilakukan untuk mengetahui nilai dari variable yang menjadi syarat uap panas masuk ke inlet turbin. Alat yang digunakan untuk analisiskandungan uap yaitu gas chromatograph, ion chromatograph, AAS, pH meter, titrasi,Spektrophotometer, kalorimeter, korosimeter.
3.4.1 Non Condensable Gas (NCG)
Non Condensable Gas (NCG) merupakan kandungan gas dalam uap yang tidak dapat terkondensasi, seperti H2S, CO2, dan NH3. Tahap pertama
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
39
pengujian untuk mengetahui prosentase NCG dalam uap yaitu preparasi. Dalam tahap preparasi, botol yang akan digunakan disiapkan dan diproses terlebih dahulu. Botol yang akan digunakan untuk mengambil sampel, dipreparasi dalam keadaan vakuum dan dimasukan cairan NaOH. Cairan NaOH ini berfungsi untuk menangkap gas H2S, CO2, dan NH3, serta gas lain.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan kondensor yang terhubung langsung dengan uap panans di dalam saluran pipa. Pada pengujian NCG, sampel yang diambil adalah gas yang tidak terkondensasi pada kondensor.
3.4.2. Total Flow Steam
Pengujian TFS (Total Flow Steam) bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dalam uap panas. Kandungan kimia yang dianalisis diantaranya adalah kandungan klorida, besi, silika, sulfat, flor, boron, kalium, natrium. Pengambilan sampel untuk uji TFS dilakukan pada cairan yang terkondensasi dari kondensor yang terhubung secara langsung oleh uap panas di dalam saluran pipa.
3.4.3. Kebasahan
Pengujian kebasahan uap dilakukan dengan menggunakan alat berupa kalorimeter. Hasil pengukuran kalorimeter menghasilkan nilai pertambahan volume dan pertambahan suhu yang akan digunakan sebagai perhitungan nilai kebasahan uap berdasarkan prinsip azas black.
3.4.4. Korosimeter
Kandungan uap panas mempunyai potensi untuk mengakibatkan korosi pada saluran pipa. Oleh karena itu, dilakukan pengukuran laju korosi untuk dapat mengetahui dan menentukan kondisi serta panjang umur dari saluran pipa.
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
40
BAB IV ANALISIS TINGKAT SUPERHEATED STEAM PADA MASING-MASING
SUMUR PRODUKSI KAMOJANG TAHUN 2014
4.1 Latar Belakang
Dalam upaya pembangkitan listrik tenaga panas bumi, PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang berusaha untuk memaksimalkan kualitas dan kuantitas uap yang akan dikirim ke pembangkit listrik. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan nilai Kwh yang besar dalam upaya pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia. Kualitas dan kuantitas uap yang mengalir melalui pipa untuk diteruskan menuju turbin mempunyai peranan sangat penting dalam nilai Kwh yang dihasilkan.
PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang memiliki standar untuk menjual uap yang dihasilkan. Oleh karena itu jika ditinjau dari segi kualitas, uap yang dihasilkan harus memenuhi beberapa syarat, salah satunya adalah kondisi uap yang
superheated. Selain itu harus dipastikan juga bahwa tingkat kebasahan uap relatif kecil yaitu dengan nilai dibawah satu persen. Semakin kecil nilai kebasahan uap, maka uap tersebut semakin superheated. Untuk menghitung tingkat kebasahan uap dapat dilakukan dengan kalorimeter. Namun, kalorimeter ini hanya berfungsi untuk mengetahui tingkat kebasahan uap saja dan tidak dapat digunakan untuk menentukan nilai superheated suatu kualitas uap pada masing-masing pipa. Penentuan nilai
superheated ini dilakukan dengan alat pengukur tekanan dan suhu pada keadaan tertentu yang dinamakan Miniprobe.
Pengukuran nilai superheated suatu kualitas uap dilakukan oleh divisi Operasi Produksi bagian laboraturium. Dari data yang didapatkan akan diolah sehingga mendapatkan nilai superheated steam pada masing-masing jalur pipa. Pengolahan data membutuhkan beberapa parameter, salah satunya adalah saturated water and steam table untuk mengetahui nilai suhu saturasi pada tekanan tertentu. Pengerjaan dalam pengukuran superheated steam dilakukan sekali dalam dua bulan. Dalam pengukurannya, terkadang didapatkan data yang bervariasi setiap bulannya, entah itu terjadi penurunan atau kenaikan suhu superheated. Seperti sudah dijelaskan
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
41
sebelumnya nilai superheated steam berpengaruh pada kualitas dan kuantitas uap yang dihasilkan. Oleh karena itu, pada laporan kerja praktek ini penulis akan membahas tingkat superheated suatu uap yang mengalir pada masing-masing pipa. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat kenaikan atau penurunan kualitas dan kuantitas uap setiap bulannya sebagai bahan evaluasi untuk manajemen uap lapangan panas bumi di Kamojang.4.2
Perumusan Masalah
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai superheated steam yang mengalir pada masing-masing pipa akan mempengaruhi nilai kualitas dan kuantitas uap. Sebagai perusahaan yang berkecimpung di bidang bisnis, PT Pertamina Geothermal Energy Kamojang menginginkan nilai kualitas uap yang baik serta jumlah uap yang besar (sesuai target) untuk di supply ke pembangkit dari waktu ke waktu. Namun pada kenyataanya ada beberapa hal yang kemungkinan dapat menghambat proses supply uap tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu parameter superheated steam untuk mengevaluasi hal tersebut yang dimana dalam pengerjaannya menggunakan alat yang bernama miniprobe.
Berdasarkan analisa pada latar belakang, maka penulis telah merumuskan permasalahan yang menitik beratkan pada pengaruh nilai superheated steam untuk kualitas dan kuantitas uap yang dihasilkan. Nilai superheated steam yang dihasilkan didapat dari data semua sumur produksi di Kamojang yang masih beroperasi pada masing-masing pipe line. Dari hasil yang didapatkan, penulis akan mengkaji efek dari kenaikan atau penurunan kualitas dan kuantitas uap.
4.3 Dasar Teori
4.3.1 Sifat Sifat Termodinamika
Secara garis besar, sifat sifat dalam termodinamika dibagi menjadi dua, yaitu sifat intensif dan sifat extensif. Sifat extensif adalah sifat yang tergantung pada massa dan jumlahnya. Jadi nilainya sangat dipengaruhi oleh
Hardina Dwi Lestari (11/313108/TK/37794)- Fakultas Teknik Jurusan Teknik Fisika
42
jumlah (depend). Hal ini juga bisa saja berubah, mengingat nilai ini bisa saja dibagi-bagi dan juga dikirim ke sistem yang lainnya. Sifat tersebut antara lain: 1. Massa (mass) 2. Panjang (length) 3. Volume 4. Entropi (entropy) 5. Entalpi (enthalpy) 6. Energi (energy)7. Hambatan Elektrik (electrical resistance)
8. Tekstur (texture) 9. Kekakuan (stiffness)
10.Nomor partikel (particle number)
Sedangkan sifat intensif adalah suatu sifat dalam termodinamika yang nilainya tidak bergantung pada massa dan jumlah (not depend). Sifat sifat tersebut antara lain:
1) Temperature
2) Potensial kimia 3) Massa jenis (density) 4) Viskositas (viscosity) 5) Kecepatan (velocity) 6) Hambatan elektrik 7) Energi
8) Kapasitas kalor spesifik 9) Kekerasan
10)Titik lebur dan titik didih 11) Tekanan
12) Kelenturan 13) Elastisitas