• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DI KAMPUNG BULANG KOTA TANJUNGPINANG. Shinta Ayu Retnawati, Melinda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DI KAMPUNG BULANG KOTA TANJUNGPINANG. Shinta Ayu Retnawati, Melinda"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI IMPLAN DI KAMPUNG BULANG KOTA TANJUNGPINANG

Shinta Ayu Retnawati, Melinda Akademi Kebidanan Anugerah Bintan

Email: shienta_ayr@yahoo.co.id

ABSTRAK

Latar Belakang: Berdasarkan data pencapaian peserta KB untuk kontrasepsi Implant se-Kota Tanjungpinang, yang terendah adalah di kelurahan Kampung Bulang (2,17%). Jumlah akseptor KB terbanyak berada di RW X. Dari hasil survei awal terhadap 10 orang akseptor KB didapatkan hasil bahwa 75% mengatakan tidak memakai Implant dengan alasan kurang mengetahui, baik dari segi cara kerja, cara pemakaian, manfaat dan efektifitas Implant. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi Implant di RW X Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018.

Metode: Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analitik dan dilakukan dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 105 orang akseptor KB. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling, sehingga jumlah sampel sama dengan jumlah populasinya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan akseptor KB, sedangkan variabel dependen adalah pemakaian kontrasepsi Implant. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan analisis uji statistik Chi Square (X2).

Hasil: Hasil analisis data dengan menggunakan Chi Square (X2), pada taraf

signifikansi 5% (0,05). Ketentuan signifikan apabila X2 hitung lebih besar daripada

X2tabel. Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh harga X2 hitung sebesar 13,831

sedangkan X2hitung pada tabel Chi Square yang sudah baku dengan df=2 dan taraf signifikansi=0,05 diperoleh harga sebesar 5,991. Oleh karena X2hitung lebih besar daripada X2tabel (13,831 > 5,991), maka dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi Implant.

Kesimpulan: semakin kurang pengetahuan akseptor KB tentang Implant maka akan semakin kurang juga akseptor KB yang memakai kontrasepsi Implant. Diharapakan bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan bekerja sama merangkul dan membantu akseptor KB dalam menentukan metode kontrasepsi yang efektif dan berdaya guna tinggi.

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan sumber daya manusia dengan jumlah penduduk yang besar yaitu 237.641.326 jiwa, ditambah lagi laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Salah satu upaya pemerintah dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang cukup tinggi adalah melalui pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) bagi Pasangan Usia Subur (PUS). Berdasarkan pendapat tersebut diharapkan setiap keluarga memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan. Untuk mengembangkan program KB, pemerintah meluncurkan gagasan baru yaitu mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), yaitu Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), susuk KB (Implant), dan kontrasepsi mantab (vasektomi dan tubektomi) (Manuaba, 2010).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Nasional menurun dari 14,6 persen (tahun 2002) menjadi 10,9 persen (tahun 2007) dan pemakain MKJP Nasional tahun 2011 sebesar 12,7 persen. Penggunaan kontrasepsi Implant

juga cenderung mengalami penurunan lebih dari 50 persen, dari 6 persen (SDKI 2002) menjadi 2,8 persen (SDKI 2007), dan tahun 2011 menjadi 5 persen. Rencana Aksi KB dan Kesehatan Reproduksi (KR) tahun 2012-2014 oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menetapkan berbagai target dan sasaran dalam upaya peningkatan pemakaian KB MKJP, diantaranya adalah kesertaan KB aktif MKJP diharapkan meningkat menjadi 27,5 persen pada tahun 2014. Sementara di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 dari 64,2 persen peserta KB aktif hanya 14,5 persen peserta KB MKJP (BKKBN, 2012).

Salah satu MKJP yang sangat dianjurkan adalah Implant atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit, yaitu alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit yang dipasang pada lengan atas. Menurut Pinem (2008), Implant sebagai alat kontrasepsi memiliki efektifitas tinggi, kegagalan terotitis 0,2 persen sedangkan dalam praktek 1-3 persen (pada setiap 100 wanita), serta memberikan perlindungan kontrasepsi jangka panjang dan pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan Implant.

Di Kelurahan Kampung Bulang jumlah akseptor KB yang paling

(3)

banyak terdapat di RW X, yaitu sebanyak 105 peserta. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Agustus tahun 2017 dengan cara wawancara kepada 10 orang ibu akseptor KB di RW X Kelurahan Kampung Bulang, 75 persen mengatakan tidak memakai Implant dengan alasan kurang mengetahui, baik dari segi cara kerja, cara pemakaian, dan efektifitas Implant.

Berdasarkan uraian dan data-data di atas tentang minat masyarakat yang masih rendah dalam menggunakan MKJP terutama Implant, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana (KB) dengan Pemakaian Kontrasepsi Implant di RW X Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectionai. Pengukuran variabel bebas (pengetahuan akseptor kb) dan variabel terikat (pemakaian kontrasepsi implant) dilakukan pada saat bersamaan. Penelitiani dilakukan di RW X Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan

Tanjungpinang Timur Kota Tanjungpinang pada bulan Januari – Maret tahun 2018 menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sample 105 responden.

Alat pengumpulan data berupa kuesioner yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Analisa data berupa univariate dan bivariat dengan uji yang dipakai adalah Chi Square dengan bantuan Progam SPSS. HASIL DAN PEMBAHASAN

Data primer diperoleh dari subyek penelitian yaitu dengan cara menggunakan kuesioner yang telah diberikan terhadap subyek penelitian tersebut yang berjumlah 105 orang Akseptor KB di wilayah RW X (sepuluh) Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur. Setelah melakukan penelitian melalui penyebaran kuusioner kepada subyek penelitian, maka diperoleh data primer dan selanjutnya akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan narasi. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

No. Umur

(Tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)

1. < 20 5 4,8

2. 20 – 35 49 46,7

3. > 35 51 48,6

Total 105 100

(4)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari jumlah responden berumur >35 tahun (48,6%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Anak (Paritas)

No. Paritas

(Orang) Frekuensi (n) Persentase (%)

1. ≤ 2 40 38,1

2. > 2 65 61,9

Total 105 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah anak (paritas) responden adalah >2 orang (61,9%). Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan (n) (%) 1. Tidak tamat SD 2 1,9 2. SD 29 27,6 3. SMP 42 40,0 4. SMA 22 21,0 5. Akademi / Perguruan Tinggi 10 9,5 Total 105 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari jumlah responden tingkat pendidikannya adalah SMP (40,0%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No. Tingkat Pendidikan (n) (%) 1. Pegawai Negeri Sipil 11 10,5 2. Pegawai Swasta 21 20,0 3. Pedagang 14 13,3 4. Ibu Rumah Tangga 59 56,2 5. Lain-Lain 0 0.0 Total 105 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (56,2%).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Responden No. Pengetahuan (n) (%) 1. Baik 19 18,1 2. Cukup 33 31,4 3. Kurang 53 50,5 Total 105 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan di atas menunjukkan bahwa setengahnya dari jumlah responden mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kontrasepsi Implant (50,5%).

(5)

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemakaian Kontrasepsi Implant

No. Pemakaian Alat

Kontrasepsi (n) (%)

1. Implant 17 16,2

2. Bukan Implant 88 83,8

Total 105 100

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruhnya dari jumlah responden adalah bukan pemakai kontrasepsi Implant (83,8%).

Tabel 4.7. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan

Pemakaian

Kontrasepsi Implant di Wilayah RW X Kelurahan Kampung

Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018

Pengetahuan

Pemakaian Alat Kontrasepsi Jumlah Bukan Implant Implant

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Kurang 50 47.6 3 2.9 53 50.5

Cukup 27 25.7 6 5.7 33 31.4

Baik 11 10.5 8 7.6 19 18.1

Jumlah 88 83.8 17 16.2 105 100

Analisis berdasarkan dari tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap Implant merupakan bukan pemakai kontrasepsi Implant.

Berdasarkan dari perhitungan uji statistik Chi Square (X2) dengan df =

2 dan taraf signifikansi 5% (0,05) didapatkan hasil bahwa X2 hitung

lebih besar daripada X2 tabel (13,831

> 5,991), serta diperoleh nilai p sebesar 0,001 (lebih kecil dari nilai α (0,05)), maka dapat disimpulkan bahwa di dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan akseptor KB

dengan pemakaian kontrasepsi Implant di RW X Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018.

Pengetahuan responden tehadap kontrasepsi Implant, dapat dijelaskan bahwa dari 105 orang responden yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 18,1% (19 orang), pengetahuan cukup 31,4% (33 orang), yang pengetahuan kurang 50,5% (53 orang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa setengahnya dari jumlah

responden mempunyai

pengetahuan yang kurang terhadap kontrasepsi Implant.

(6)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkatan pengetahuan dimulai dari tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan tentang kontrasepsi dapat diperoleh oleh akseptor KB dari tenaga kesehatan, buku, maupun informasi multimedia massa (radio, TV, internet, majalah, surat kabar, dll). Tingkat pengetahuan yang paling rendah dimulai dari proses tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah diterima sebelumnya, kemudian dapat memahami, mengaplikasikan di dalam kehidupan nyata, menganalisis, sintesis, hingga akseptor KB dapat menilai suatu jenis kontrasepsi. Sehingga diharapkan akseptor KB secara sadar dapat memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi yang sesuai dengan keinginannya dan keadaan dirinya.

Setelah melihat hasil penelitian di atas, penulis berpendapat bahwa pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi Implant termasuk dalam kategori kurang, salah satunya adalah karena responden memiliki

pengetahuan yang terbatas tentang kontrasepsi Implant yang dapat disebabkan oleh kurang aktifnya responden mencari informasi tentang kontrasepsi terutama Implant yang ditunjang karena sebagian besar responden berprofesi sebagai ibu rumah tangga (56,2%) dan sebagian besar mempunyai jumlah anak >2 orang (61,9%), sehingga cenderung menghabiskan waktu dengan kesibukan dirumah, padahal sebagian usia responden yang masih dalam usia subur/produktif ini masih memerlukan metode kontrasepsi yang efektif. Selain itu, dari segi umur dimana hampir setengah dari jumlah responden berumur >35 tahun (48,6%) ditambah lagi dengan tingkat pendidikan responden yang lebih banyak hanya tamat SMP (40,0%) membuat responden merasa masih sulit menangkap dan memahami informasi yang diterimanya, sehingga sulit untuk diaplikasikan dalam kehidupan.

Pernyataan di atas ini sesuai dengan teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), yaitu pendidikan, informasi/media massa, budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia.

(7)

Pemakaian kontrasepsi Implant, dapat dijelaskan bahwa dari 105 orang responden yang memakai kontrasepsi Implant sebanyak 16,2% (17 orang), IUD 22,8% (24 orang), Suntik 40,0% (42 orang), dan Pil 21,0% (22 orang), atau lebih jelasnya memakai Implant 16,2% (17 orang) dan bukan Implant 83,8% (88 orang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya dari jumlah responden tidak memakai kontrasepsi Implant, dan hanya sebagian kecil saja yang memakai Implant.

Setelah melihat hasil dari penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagian responden hanya mengetahui tentang apa saja yang sering didengarnya dan sering dipakai oleh orang-orang disekelilingnya, mayoritas responden menggunakan kontrasepsi suntik dan pil, sehingga mereka juga akan cenderung mengikuti apa yang dipakai oleh orang kebanyakan orang disekelilingnya dan hanya mengetahui kontrasepsi yang banyak dipakai tersebut.

Selain itu, terdapat pula alasan responden yang mengatakan bahwa keadaan ekonomi yang menyebabkan sulit untuk menjangkau biaya pemasangan

kontrasepsi Implant. Selanjutnya terdapat pula alasan responden yang mengatakan mengalami kesulitan dalam memakai Implant, seperti rasa takut dan cemas saat pemasangan. Ini dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang kontresepsi Implant. Hal ini dapat dipengaruhi karena sebagian besar responden adalah Ibu rumah tangga yang banyak menghabiskan waktu untuk kesibukan dan pekerjaan dirumah., sehingga menyebabkan kurang aktif mencari informasi. Hal lain adalah karena tingkat pendidikan responden yang sebagaian besar hanya tamat SMP dan usia responden lebih banyak >35 tahun, sehingga responden sulit menerima dan memahami pengetahuan tentang kontrasepsi Implant, tentang cara pemakaian, efektifitas, keuntungan, indikasi dan cara kerja kontrasepsi Implant.

Pernyataan di atas sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hartanto (2004), bahwa pasangan usia subur mengalami kesulitan di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya petugas yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Selanjutnya menurut Pendit (2007), mengatakan

(8)

tentang berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih alat kontrasepsi diantaranya adalah usia, paritas, usia anak terkecil, pasangan, biaya, kepercayaan, budaya, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan status kesehatan. Hubungan pengetahuan Akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi Implant, terlihat bahwa responden yang mempunyai pengetahuan kurang tentang Implant dan tidak memakai Implant ada sebanyak 47,6% (50 orang), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik terhadap Implant dan memakai Implant hanya ada sebanyak 7,6% (8 orang). Berarti dapat disimpulkan bahwa semakin kurang pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi Implant, maka semakin sedikit pula akseptor KB yang memakai Implant. Hal ini dapat digambarkan bahwa akseptor KB yang berpengetahuan kurang tentang kontrasepsi Implant, baik dari cara kerja, efektifitas, efek samping, indikasi dan kontra indiksi, serta cara pemakaian kontrasepsi Implant cenderung tidak memakai Implant.

Selanjutnya hasil perhitungan uji statistik Chi Square (X2), didapatkan

X2 hitung (13,831) > X2 tabel (5,991).

Maka dapat disimpulkan bahwa di dalam penelitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi Implant.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Timoria (2011), yang menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan akseptor KB dengan penggunaan kontrasepsi IUD di wilayah Puskesmas Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota.

Setelah melihat hasil penelitian di atas, maka penulis berpendapat bahwa dalam pemakaian kontrasepsi Implant selalu terdapat

hubungannya dengan

pengetahuan, karena jika responden tidak mempunyai pengetahuan dan pengenalan tentang pemakaian kontrasepsi Implant, maka responden akan sulit memahami tentang efektifias, cara kerja, cara pemakaian, indikasi dan kontra indikasi, serta komplikasi dari metode kontrasepsi Implant, sehingga responden juga akan merasa enggan untuk memakai alat kontrasepsi yang tidak diketahuinya dengan baik. Sebaiknya dalam menentukan pemakaian suatu metode kontrasepsi harus didasari dengan pengetahuan dan pemahaman, sehingga pemakaian

(9)

kontrasepsi menjadi tepat guna dan tepat sasaran.

Secara rinci dapat dilihat bahwa akseptor KB masih kurang mengetahui tentang pengertian Implant yaitu alat kontrasepsi berupa susuk yang dipasang di bawah kulit pada lengan bagian atas. Belum semua akseptor mengetahui tujuan Implant mencegah kehamilan dalam waktu yang lama (hingga 5 tahun). Akseptor kurang mengetahui tentang efektifitas Implant yang tinggi (kegagalan 0,2–1% kehamilan per 100 perempuan). Selain itu responden masih kurang mengetahui tentang indikasi Implant seperti untuk ibu yang masih menyusui, pasca keguguran, ingin kontrasepsi jangka panjang, dan sering lupa minum pil. Sedangkan kontra indikasinya seperti hamil, penyakit diabetes, benjolan atau kanker payudara, penyakit hati dan jantung. Serta akseptor kurang mengetahui bahwa Implant dapat mulai dipakai kapan saja asal diyakini tidak hamil.

Hal ini juga didukung dengan keadaan lingkungan disekitar lokasi penelitian, dapat dilihat dari tempat Posyandu Bunga Mawar di RW X Kampung Bulang yang kurang efektif dalam melakukan sistem 5

(lima) meja, sehingga kurang mencakup kegiatan pokok posyandu. Seharusnya salah satu kegiatan di meja 5 yaitu kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB, serta pemberian imuninasi, namun kenyataannya meja 5 ini kurang dimanfaatkan dengan baik, misalnya untuk sosialisasi dan demontrasi pemakaian berbagai jenis kontrasepsi efektif jangka panjang. Posyandu sebagai salah satu wadah promosi kesehatan dinilai kurang dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan ditempat penelitian untuk memberikan informasi tambahan bagi masyarakat tersebut, sehingga pengetahuan masyarakat khususnya akseptor KB hanya terbatas mengenai satu atau jenis kontrasepsi tertentu saja, akibatnya pemakaian kontrasepsi kurang efektif.

Selanjutnya pernyataan ini juga didukung dengan teori yang dikemukakan oleh Pendit (2007), bahwa pengetahuan akseptor KB tentang penggunaan kontrasepsi yang diperoleh dan pemberian informasi yang akurat bisa mempengaruhi keputusan akseptor untuk memilih dan menggunakan kontrasepsi. Dengan menyediakan informasi yang akurat dan sesuai, serta konseling yang bersifat empatik, maka individu dan

(10)

pasangan dapat memilih dengan sadar suatu metode kontrasepsi. Agar penggunaan benar dan aman, pemakai perlu memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi yang mereka pilih, termasuk pengetahuan tentang efek samping dan komplikasi.

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa sebesar 50,5% (53 orang) Akseptor KB di RW X (sepuluh) Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018 mempunyai pengetahuan yang kurang tentang kontrasepsi Implant. Sebesar 83,3% (88 orang) Akseptor KB di RW X (sepuluh) Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur pada Tahun 2018 tidak memakai kontrasepsi Implant. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan akseptor KB dengan pemakaian kontrasepsi Implant di RW X Kelurahan Kampung Bulang Kecamatan Tanjungpinang Timur Tahun 2018 (X2hitung > X2tabel, 13,831 > 5,991).

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang kontrasepsi Implant untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam melakukan asuhan kebidanan. Diharapkan agar peneliti berikutnya melakukan penelitian

lanjutan tentang kontrasepsi Implant dengan pembahasan yang lebih tajam, sehingga akan

mengembangkan ilmu

pengetahuan, dapat meningkatkan kunjungan ke Puskesmas, Posyandu, atau sarana kesehatan lainnya agar dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang Implant yang akurat sehingga kesadaran dalam menggunakan kontrasepsi

meningkat dan dapat

menggunakan Implant tanpa keraguan, diharapkan lebih aktif menyediakan sarana dan media

yang dapat menambah

pengetahuan warga terutama tentang kesehatan dan kontrasepsi. Bagi tenaga kesehatan khususnya Bidan di wilayah Kampung Bulang serta Puskesmas terkait diharapkan agar memberikan penyuluhan tentang KB terutama tentang kontrasepsi Implant dengan menampilkan alat peraga sehingga akseptor KB lebih tertarik untuk mengetahui, dan mau untuk memakai kontrasepsi Implant. Serta bagi pemerintah diharapkan agar menyiapkan alat Implant yang merata keseluruh wilayah dan menekan lagi biaya pemasangan alat kontrasepsi Implant dan diharapkan bagi masyarakat umum lebih aktif untuk mencari informasi mengenai berbagai jenis masalah

(11)

kesehatan terutama tentang kontrasepsi, sehingga pemakaian kontrasepsi akan tepat guna dan menjadi lebih efektif sesuai dengan kondisi masyarakat selaku akseptor KB.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

BKKBN. (2003). Kamus Istilah Kependudukan, KB, dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.

.(2009). Cara-Cara Kontrasepsi yang Digunakan

Dewasa ini.

www.bkkbnjatim.go.id. . (2012). Laporan Umpan

Balik Hasil Pelaksanaan Sub Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan kontrasepsi. Jakarta : BKKBN, Direktorat Pelaporan dan Statistik.

. (2012). Rencana Aksi Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Jakarta : BKKBN, Deputi Bidang KB dan KR.

Dewi, M dan Wawan, A (2010). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Mulia Media.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar

Pelayanan Keluarga

Berencana. Jakarta : Rineka Cipta.

Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Salemba.

Hastono, SP. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Hidayat, AAA. (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

. (2010). Metode Penelitian Kebidanan Teknis Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, T, dkk. (2011). Panduan

Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta : Media Kita.

Imbarwati. (2009). Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD pada Peserta KB Non IUD Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Skripsi. FK Undip, Semarang.

Kusumaningrum, R. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan pada PUS. Skripsi. FK Undip, Semarang. Manuaba, IBG. (2010). Ilmu

Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan . Jakarta : EGC.

Nasution,S.L. (2011). Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Penggunaan MKJP di Enam Wilayah Indonesia. Jakarta :

(12)

Puslitbang KB dan Keluarga Sejahtera BKKBN.

Notoadmodjo, S. (2007). Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

. (2011). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novitasari, R. (2012). Gambaran Pengetahuan Akseptor tentang Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Wilayah kerja Puskesmas Kampung Bugis Kecamatan tanjungpinang Kota. KTI Akademi Kebidanan

Anugerah Bintan,

Tanjungpinang.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Pendit. B. U. (2007). Ragam Metode

Kontrasepsi. Jakarta : EGC. Pinem, S. dkk (2008). Pelayanan

Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media. Priyatno, Duwi (2010). Paham Analisa

Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta : Media Kom.

Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina

Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B, Ed. (2006). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Satiarsih, S. (2011). Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Rendahnya Minat Akseptor KB Terhadap AKDR pada Pasangan Usia Subur di

Kelurahan Dompak

Kecamatan Bukit Bestari. Skripsi STIKES Karimun Batam. Sugiyono (2009). Metode Penelitian

Kombinasi. Bandung : Alfabeta.

Syarifudin, B. (2009). Panduan TA

Keperawatan dan

Kebidanan dengan SPSS. Yogyakarta : Grafindo Litera Media.

Timoria, J. (2011). Hubungan Pengetahuan Akseptor KB

dengan Penggunaan

Kontrasepsi IUD di Wilayah Puskesmas Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota. KTI Akademi Kebidanan

Anugerah Bintan,

(13)

Referensi

Dokumen terkait

The Effect of Failures In Achieving Belongingness and Love Needs in Mizoguchi’s Life seen in Mishima’s The Temple of the Golden.. Pavilion Yogyakarta: Jurusan Sastra

Adam Mukharil Bachtiar Informatics Engineering UNIKOM Jalan Dipati

Ferrier dan Lopez (1979) dalam Afandi (2001) menyatakan kedelai bila dibandingkan dengan serealia memiliki kelebihan karena kandungan protein asam amino lisin yang tinggi

Pelatihan kerja, in-service training, diadakan oleh suatu lembaga usaha bagi para anggota stafnya. Maka pada dasarnya pelatihan diadakan bagi mereka yang sudah bekerja dalam

Pada tabel 3.33 dan 3.40 akan menggambarkan mengenai hambatan waktu yang ditemui oleh lansia Kota Surabaya pada saat memenuhi kebutuhan informasinya, yang berisi

Berdasarkan Tabel 11 hasil Uji Parsial (t) menyatakan bahwa Word Of Mouth secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Meminjam Kredit

1) Domisili kantor / tempat calon nasabah bekerja / tempat pembayaran gaji / upah berada dalam wilayah kerja kantor BPRS Jabal Nur Surabaya. 2) Memiliki Asli Surat

Selain mengalami luka fisik, pengalaman mengalami KDRT membuat kedua subjek menjadi tidak stabil secara emosi.Hal ini membuat kedua subjek mengembangkan koping yang